Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS RISIKOADANYA INFLASI DAN PENGARUH

SUKU BUNGA (BI RATE) TERHADAP PERBANKAN

SYARIAH DI INDONESIA

Artikel Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah

Asset & Liability Management

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

!.1 Latar Belakang

Perbankan menjadi lembaga keuangan sebagai bagian dari faktor

pendorong aktivitas perekonomian, aktivitas kelembagaan seperti pendonor dan

penyalur uang yang menentukan bagus tidaknya perekonomian disuatu negara.

Layanan perbankan berkembang cukup besar. Pesaing baru sudah mulai

memasuki pasaran dengan pilihan penawaran produk berbeda dan juga

mempunyai daya pikat tersendiri. (Julianti, 2013)

Sebagai perantara, bank syariah dekat dengan permasalahan stabilitas

modal. Kunt, mengatakan bahwa ketika terjadi inflasi, bank syariah dapat

meningkatkan suku bunganya lebih cepat daripada biaya inflasi (Prastowo et al.,

2018). Menurut (Rahma, 2018), operasional perbankan syariah tidak terlepas dari

gejala ekonomi makro. Fenomena ekonomi makro yang terjadi di negara manapun

dapat mengganggu aktivitas perekonomian negara tersebut. Ini berlaku untuk

inflasi dan suku bunga (BI Rate). Walaupun sejarah perbankan syariah telah

bertahan dari krisis sampai saat ini dari tahun 1998, operasinya, seperti operasi

keuangan lainnya, tetap terganggu.

Profitabilitas dipengaruhi faktor eksternal perbankan Syariah, salah

satunya adalah inflasi. Inflasi (Adjatmika dan Wiksuana, 2018) merupakan proses

kenaikan harga yang dominan dalam perekonomian. Menurunnya daya beli

masyarakat juga disebabkan oleh inflasi. Inflasi di sebuah negara

mengidentifikasikan risiko berinvestasi dan sangat berdampak pada perilaku


nasabah di perbankan syariah (Adyatmika dan Wiksuana, 2018), menerangkan

bahwa inflasi menyebabkan meningkatnya penghasilan serta jumlah uang

perusahaan. Menyebabkan naiknya biaya untuk produksi yang cukup besar dari

naiknya harga penjualan perusahaan yang berpengaruh terhadap profitabilitas

perusahaan. Namun jika terjadi kenaikan harga jual perusahaan maka kenaikan

biaya untuk aktivitas produksi lebih kecil, sehingga membuat profitabilitas pada

perusahaan semakin mengalami kenaikan. Peningkatan atau penurunan

profitabilitas perusahaan mempengaruhi suku bunga.

(Dwijayanthy dan Naomi, 2009), mengemukakan bahwa pada faktor

eksternal dan faktor internal menjadi pengaruh profitabilitas bank. Faktor dari

dalam (internal) adalah faktor mikro atau bank tertentu yang memutuskan

profitabilitas. Meskipun faktor luar atau eksternal tidak mempunyai ikatan secara

langsung dengan pengelolaan perbankan, namun itu secara tidak langsung

mempengaruhi perekonomian dan peraturan perundang-undangan dimana

gilirannya mempengaruhi operasional lembaga keuangan. Pendapat (Dwijayanthy

dan Naomi, 2009), faktor yang mempengaruhi kinerja bank yaitu factor yang

tidak dapat dikendalikan atau faktor eksternal. Faktor eksternal harus diperhatikan

yaitu inflasi dan suku bunga (BI Rate) yang menggambarkan karakter pasar.

Suku bunga (BI rate) juga mempengaruhi profitabilitas bank. Kenaikan

BI Rate akan juga diikuti dengan peningkatan suku bunga deposito yang akan

berdampak terhadap menurunnya sumber DPK atau dana pihak ketiga bagi bank

syariah. Dana pihak ketiga menurun karena disebabkan adanya pengalihan dana

masyarakat ke bank tradisional guna meraih pendapatan bunga cukup tinggi. Jika
dana pihak ketiga mengalami penurunan, menyebabkan profitabilitas perbankan

syariah akan ikut menurun. (SAHARA, 2013). Kenaikan suku bunga BI yang

signifikan secara langsung dapat berpengaruh pada pertumbuhan bank. Suku

bunga yang tinggi meningkatkan banyaknya peminat calon investor untuk

menginvestasikan modalnya yang tinggi pada bank sehingga total. (Prastowo et

al., 2018)

Menurut (Dwijayanthy dan Naomi, 2009), Bi Rate merupakan faktor yang

membuat besarnya suku bunga dalam penawaran kepada masyarakat. Suku bunga

mengikuti kemauan dan minat nasabah agar berinvestasi melalui penawaran

produk dalam suatu bank. Efek yang dirasakan perbankan yaitu lebih banyaknya

dana yang bersumber dari masyarakat, kemudian bank mampu mendistribusikan

dana dari masyarakat sebagai kredit, dimana bank memperoleh keuntungan dari

penyaluran kredit tersebut. Sehingga, semakin banyak perolehan kredit juga

semakin berdampak terhadap jumlah penghasilan yang diperoleh bank.

Penelitian permasalahan diatas harus dilakukan agar dapat melihat seberapa

tinggi dampak risiko inflasi dan suku bunga BI Rate kepada profitabilitas

perbankan syariah. Sehingga, peneliti tertarik dan ingin meneliti dengan judul

“ANALISIS RISIKO ADANYA INFLASI DAN PENGARUH SUKU

BUNGA (BI RATE) TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN

SYARIAH DI INDONESIA”. Dari latar belakang persoalan, sehingga

penelitian memiliki tujuan agar dapat mengetahui dampak risiko inflasi dan suku

bunga BI Rate terhadap profitabilitas perbankan Syariah yang ada di Indonesia.


1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini dapat disimpulkan antara lain:

1. Analisis risiko adanya inflasi terhadap profitabilitas perbankan Syariah di

Indonesia.

2. Analisis risiko adanya suku bunga (BI Rate) terhadap profitabilitas

perbankan Syariah di Indonesia.

1.3 Rumusan Masalah

Perumusan permasalahan penelitian yaitu :

1. Apakah variabel bebas mempengaruhi profitabilitas perbankan Syariah di

Indonesia?

2. Adakah risiko yang ditimbulkan dari variabel bebas terhadap proftabilitas

perbankan syariah di Indonesia?

!.4 Tujuan Penelitian

Tujuan di dalam penelitian ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui apakah variabel bebas dapat mempengaruhi

proftabilitas perbankan syariah di Indonesia

2. Untuk mengetahui risiko yang ditimbulkan dari variabel bebas terhadap

proftabilitas perbankan Syariah di Indonesia

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, atara lain :

1. Manfaat Teoritis

b. Bagi Peneliti
Diharapkan untuk menjadi sarana bagi peneliti untuk mengembangkan

pola pikir dan melalui penalaran dengan melalui ilmu perbankan

terutama terkait laporan keuangan yang sudah dipelajari dalam

bangku perkuliahan, selanjutnya diterapkan dalam bentuk penelitian

ini, penulis diharapkan memberikan pengalaman dan pengetahuan

baru bagi penulis terkait laporan keuangan perbankan umum syariah.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutrnya diharapkan bisa digunakan untuk referensi

penelitian selanjutnya, dan dapat menambah ilmu serta pedoman

perbandingan bagi yang akan meneliti lainnya didalam melaksanakan

penelitian dalam program yang sama dimasa mendatang.

1. Manfaat Praktisi

Hasil penelitian diharapkan manpu menjadikan bahan perbandingan

dalam pengambilan keputusan serta kebijakan operasional dalam

peningkatan laba secara optimal.

1.6 Sistematika Penulisan

Penelitian ini ditulis dengan menggunakan sistematika penulisan sebagai

berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Isi dari bab pendahuluan ini antara lain adalah memuat latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan

BAB II : LANDASAN TEORI


Bab ini menjelaskan materi yang bersangkutan dengan tema yang ditulis,

penelitian yang relevan, kerangka pikir juga hipotesis yang berkaitan dengan judul

yang dijadikan bahan untuk melakukan analisis terhadap kasus dan fakta

penelitian

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam metode penelitian, peneliti menerangkan jenis penelitian, populasi

penelitian, sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, referensi data dan

metode pengumpulan data dan teknik analisis data

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan dari analisis data,menunjukkan

ppaparan deskripsi data, serta hasil menggunakan data yang sudah dikelola sesuai

dengan pedoman yang sudah diterapkan.

BAB V : PENUTUP

Penulis dalam bab ini memaparkan hasil kesimpulan yang didapat dari

pembahasan yang sudah dilakukan pada bab iv, serta saran yang ditujukan kepada

beberapa pihak yang terkait.


BAB II

LANDASAN TEORI

1.1 Perbankan Syariah

Perbankan Syariah yaitu lembaga keuangan yang memiliki aktivitas

utamaadalah menyelenggarakan lalu lintas keuangan dan pembayaran lainnya

wserta layanan beredarnya uang, dan kegiatannya harus sesuai ketentuan prinsip

syariah Islam. Bank Syariah sebagai lembaga investasi yang beroprasi sesuai

dengan prinsip syariah. Pengelolaan sumber keuangan harus sesuai dengan syar'i

dimana tujuan alokasi investor adalah pengembangan ekonomi dan masyarakat,

serta pengelolaan layanan perbankan sesuai dengan nilai-nilai Syariah. Bank

syariah memiliki dua arti, yaitu:

a) Beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam

b) Operasional bank mengikuti aturan dan tata cara Al-Quran dan Hadist. (Alim,

2014)

Sektor perbankan pada tahun 1983, landasan hukum perbankan syariah juga

disahkan sesudah liberalisasi. Karena saat itu terdapat fleksibilitas dalam

penetapan suku bunga (BI Rate), termasuk bunga nol persen atau sama sekali

dihilangkan (Muhammad, 2005:3). Selain itu, peraturan perundang-undangan

tentang Perbankan Syariah yang dibentuk tahun 1992 dengan UU No. 7 Tahun

1992 dan dijabarkan dengan UU No. 10 tahun 1998. Keputusan dari Direksi BI

mengenai Bank Umum dan Bank Perkreditan diadopsi untuk melaksanakan

undang-undang tersebut. juga diterbitkan. Tahun Rakyat 1999 Disediakan oleh

BPR Syariah dan Bank Umum Syariah.


Bank Syariah menjadi lembaga perantara (Munir, 2019) antara kelompok

masyarakat atau unit ekonomi yang memiliki kelebihan dana (surlpus unit)

dengan unit yang mengalami kekurangan dana (deficit unit) melalui bank.

Kelebihan dana bank tersebut bisa disalurkan kepada pihak-pihak yang

membutuhkan sehingga memberikan manfaat bagi kedua pihak. (friska julianti) .

Menurut (Alim, 2014), perbedaan sistem operasi Bank Syariah dan Konvensional

dapat dilihat dari adanya sistem operasi yang menggunakan bagi hasil dan riba.

(Syah, 2018), menyatakan, profitabilitas adalah kesanggupan bank untuk

menghasilkan dan mendapatkan laba yang diperoleh dari modal dan aktiva yang

dimiliki. Laba merupakan akhir tujuan yang di cita citakan oleh suatu bank

disamping hal lainnya. JIka perolehan laba maksimal sesuai yang ditargetkan,

bank mendapatkan kesempatan untuk berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik,

serta karyawan dapat meningkatkan inovasi baru dan produk. Maka dari itu

manajemen dalam bank harus dituntut harus mampu memenuhi semua target yang

sudah diterapkan. Return on Assets (ROA) yang merupakan salah satu rasio

profitabilitas. ROA dihitung dari laba sebelum pajak dibagi total aset. Laba

sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional bank sebelum pajak.

(Suryadi, 2020)

2.2 Profitabilitas

Profitabilitas perbankan penelitian ini mengacu pada ROA (Return On Asset).

Bank Indonesia (BI) dalam menentukan kesehatan perbankan atau kinerja bank

lebih menujuk kepada ROA daripada ROE (Return On Equity). Profitabilitas


suatu bank lebih diutamakan oleh BI untuk mengukur aset yang dananya

bersumber dari dana simpanan masyarakat sehingga ROA terlihat lebih mewakili

dalam pengukuran profitabilitas perbankan.(Munir, 2019). Laba adalah cita-cita

akhir yang ingin dicapai oleh suatu bank daripada hal-hal lainnya. Apabila bank

memperoleh laba yang ditargetkan, bank mampu berbuat banyak kepada

kesejahteraan pemilik, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan iniovasi

baru..

Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. Dokumen 06/23/DPNP tanggal 31

Mei 2004 menyebutkan tiga rasio yang digunakan sebagai parameter

profitabilitas bank yaitu Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan

Net Interest Margin (NIM). Dalam penelitian ini memilih ROA karena ROA dapat

mempertimbangkan kinerja kemampuan manajemen bank untuk mendapatkan

profitabilitas untuk menggunakan aset seluruh perusahaan, dan ROA ditunjuk

mampu mewakili parameter yang lain, sedangkan ROE hanya bisa

menggambarkan kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. tentang

penggunaan modal yang diinvestasikan dan NIM hanya menggambarkan

keuntungan modal berdasarkan aset produktif. (Syah, 2018)

2.3 Inflasi

Menurut (Rahma, 2018), inflasi biasanya berarti sebagai peningkatan jumlah

uang atau peningkatan likuiditas perekonomian, yang berarti gejala umum yang

diakibatkan dari peningkatan total uang dalam masyarakat seharusnya. menjadi

penyebab kenaikan harga. Dalam perkembangan setelahnya, inflasi secara singkat


Inflasi dapat diartikan sebagai upaya menaikkan harga jasa dan barang, biasanya

secara berkelanjutan (Suseno et al, 2009). Inflasi merupakan peningkatan tingkat

harga dalam perekonomian terus menerus yang diakibatkan oleh peningkatan

permintaan/penawaran agregat (Eachern, 2000). Inflasi menurut Sadono Sukirno,

adalah kenaikan harga-harga barang dan jasa yang diakibatkan oleh kenyataan

bahwa permintaan di pasar lebih meningkat daripada penawaran barang.

Inflasi adalah kecenderungan umum untuk menaikkan harga. Tren yang kami

maksud di sini adalah bahwa pertumbuhan tidak akan terjadi untuk sementara

waktu. Misalnya, menjelang Idul Fitri atau hari raya lainnya, harga barang

biasanya cenderung meningkat. Akan tetapi setelah pesta berakhir, harga akan

kembali normal seperti semula (Djohanputro, 2006). Jadi, inflasi adalah fenomena

kenaikan barang secara umum dan berkelanjutan. (Suryadi, 2020). Kenaikan

harga akibat inflasi terjadi secara periodik dan tingkat kenaikannya bervariasi dari

satu daerah ke daerah lain. Naiknya harga barang dalam inflasi hanya terjadi pada

satu atau dua barang bukan semua barang. Jadi jika pertumbuhan hanya terjadi

pada satu atau dua barang saja, tidak disebut inflasi (Sukirno, 2012). Efek inflasi

tidak hanya mempengaruhi sektor riil tetapi juga sektor keuangan. (Misbahul

Munir)

Inflasi disebabkan oleh tiga faktor antara lain :

a) Dorongan pada bagian penawaran (cost inflation) Inflasi ini diakibatkan

oleh melemahnya nilai tukar, pengaruh inflasi luar negeri khususnya di negara

mitra dagang, kenaikan harga barang-barang yang ditentukan oleh negara dengan
munculnya harga negatif, terjadi gangguan harga pasokan karena musibah alam

atau gangguan distribusi.

b) Permintaan mendorong inflasi ini terjadi saat permintaan agregat tumbuh

secara cepat dari potensi produksi perekonomian.

C. Ekspektasi Inflasi terjadi karena pelaku ekonomi maupun perilaku

masyarakat, baik yang umumnya ringan maupun yang berwawasan ke depan.

Kejadian ini dapat dilihat pada perbedaan harga di tingkat produsen dan

pedagang terutama pada hari besar keagamaan dan pada definisi upah minimum

regional (www.bi.go.id, 2014).

Inflasi merupakan salah satu ciri ekonomi makro yang mempengaruhi hasil

keuangan suatu perusahaan.. Sahara Research Journal (2013:153), inflasi

membuat pengaruh positif kepada return on asset (ROA) perbankan syariah,

artinya semakin tinggi inflasi maka semakin tinggi pula return on asset (ROA)

bank syariah. . Akselerasi inflasi disertai dengan peningkatan aset bank syariah

dan dana pihak ketiga (DPK), yang membuat meningkatnya profitabilitas bank

syariah dari sisi pengembalian aset (ROA). (Alim, 2014)

2.4 Suku Bunga (BI Rate)

Bunga yaitu jumlah uang yang dibayarkan per unit waktu, disebut juga

dengan persentase dari jumlah pinjaman. Sementara itu, pendapat Bank Indonesia,

suku bunga BI merupakan kebijakan suku bunga yang mencerminkan sikap atau

kebijakan moneter yang diterapkan oleh BI dan diberitahukan kepada masyarakat

umum. BI rate menunjukkan tingkat suku bunga jangka pendek yang diharapkan
BI untuk mencapai target inflasinya. Suku bunga Bank Indonesia dimanfaatkan

sebagai benchmark dalam operasi moneter yang bertujuan untuk mengalihkan

suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang operasi pasar terbuka menjadi suku bunga

Bank Indonesia. Selain itu, suku bunga BI diperkirakan akan dapat membuat

PUAB, pinjaman dan suku bunga lainnya dalam jangka panjang.

Bunga bank juga berarti sebagai biaya bank, menurut pedoman tradisional,

membayar pada pelanggan mereka yang menjual ataupun membeli produk

mereka. Arti suku bunga lainnya yaitu sebagai harga yang harus dibayakan

kepada nasabah (yang mempunyai simpanan) dan nasabah yang mempunyai

hutang harus membayarkan hutangnya kepada bank(Kasmir, 2003). Dalam

penelitian ini suku bunga yang dimaksud yaitu BI rate. BI rate merupakan

kebijakan suku bunga yang menggambarkan perilaku atau sikap kebijakan

moneter yang diterapkan oleh Bank Indonesia dan diberitakan kepada masyarakat

umum. Suku bunga BI disampaikan oleh Direksi BI pada saat rapat Dewan

Gubernur setiap bulannya dan diterapkan dalam kegiatan moneter BI yang

melalui pengelolaan likuiditas pasar uang untuk mencapai target operasional

kebijakan moneter. (Rahma, 2018)

Pada saat terjadi inflasi yang tinggi di suatu negara, hal ini menyebabkan

peningkatan kebutuhan sedemikian rupa maka dari itu terjadi tabungan dan

pembiayaan masyarakat. Perkembangan di atas akan mempengaruhi kinerja

perbankan syariah, total dana yang dikumpulkan oleh masyarakat akan

mengalami pengurangan sehingga akan mempengaruhi produksi pendapatan dan

laba bank syariah.


Variabel lain selain inflasi yang mempengaruhi profitabilitas bank yaitu suku

bunga (BI Rate) Sertifikat Bank Indonesia. Saat menetapkam besaran bagi hasil

baik keuangan maupun keuangan, bank syariah masih menganggap suku bunga

umum suku bunga ekuivalen yang masih dijadikan patokan penetapan margin

bagi hasil (profit sharing). Kenaikan suku bunga perbankan tradisional

menyebabkan nasabah mengalihkan uangnya ke bank tradisional. Kenaikan suku

bunga perbankan konvensional menjadikan pengaruh sumber DPK bank syariah.

Menurunnya dana pihak ketiga di perbankan syariah akibat adanya remitansi

sehingga sangat berpengaruh kepada kinerja bank syariah dalam masalah

pembiayaan dan pengiriman uang. Jika masalah ini terjadi dapat menyebabkan

keuntungan dan pendapatan bank akan berkurang (Karim, 2002). Hasil penelitian

Rosanna (2007) menghasilka penelitian bahwasanya suku bunga SBI sangat

berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Sementara itu, hasil penelitian

Puspitasar (2009) memperlihatkan bahwa suku bunga SBI tidak mempengaruhi

kepada ROA.

2.5 Hipotesis

Berdasarkan tujuan penlitian terhadap rumusan masalah ini, dapat diajukan

hipotesis sebagai berikut :

1. Inflasi

Ha1 : Inflasi tidak berpengaruh terhadap profitabilitas perbankan syariah

Ho1 : Inflasi berpengaruh terhadap profitabilitas perbankan Syariah

2. Suku Bunga (BI Rate)


Ha2 : Suku bunga (BI Rate) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas

perbankan Syariah

Ho2 : Suku bunga (BI Rate) berpengaruh terhadap profitabilitas perbankan

Syariah

3. Ha3 : Inflasi dan suku bunga (BI Rate) tidak berpengaruh bersama-sama

terhadap profitabilitas perbankan syariah.

Ho3 : Inflasi dan suku bunga (BI Rate) berpengaruh bersama-sama

terhadap profitabilitas perbankan syariah.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian

deskriptif. Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuanuntuk

menjelaskan berbagai kondisi, berbagai situasi. Penelitian deskriptif

adalah desain penelitian yang disusun dalam rangka memberikan

gambaran secara sistematistentang informasi ilmiah yang berasal dari

subyek atau obyekpenelitian. Penelitian deskriptif berfokus pada

penjelasan sistematis tentang fakta yang diperoleh saat penelitian

dilakukan.

3.2 Populasi Penelitian

Didalam populasi itulah tempat terjadinya masalah yang akanditeliti.

Populasi itu bisa terdiri dari orang, badan, lembaga, institusi,wilayah,

kelompok dan sebagainya yang akan dijadikan sumberinformasi dalam

penelitian yang dilakukan. Jadi populasi itu adalahkeseluruhan obyek yang

dijadikan sasaran penelitian, dan sampelpenelitian diambil dari populasi

itu. Dalam proses penelitianpenentuan populasi tidak dapat dilewatkan

begitu saja, karenakesimpulan penelitian akan diberlakukan terhadap


populasi itu. Adapun populasi pada penelitian ini yaitu perbankan syariah

yang termasuk bank swasta di Indonesia.

3.3 Sampel Penelitian

Peneliti melakukan penyaringan terhadap bagian yang ada dalam populasi

dengan harapan hasil tersebut dapat menjelaskan seluruh karakteristik

yang masuk. Elemen merupakan obyek dimana pengukuran dilakukan,

populasi yang akan dipilih ini disebut sampel, proses memilih atau

menyaringnya disebut dengan teknik sampling. Sampel penelitian ini

adalah :

1. Bank Syariah Indonesia

2. Bank BCA Syariah

3. Bank Muamalat Indonesia

4. Bank Maybank Syariah Indonesia

5. Bank Panin Syariah

6. Bank Bukopin Syariah

7. Bank Mega Syariah

8. Bank Victoria Syariah

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada lintasan ini dengan cara probability

sample. Sampel wilayahadalah teknik sampling yang dilakukan dengan

mengambil wakildari setiap wilayah yang terdapat dalam populasi.

3.5 Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sekunder

adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi. Pengumpulan datanya

dilakukan dengan mengambil data sekunder dari laporan keuangan

perbankan syariah di setiap bank masing-masing.

3.6 Teknik Analisis Data

a. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif adalah teknik analisis data statistik yang digunakan

dengan mendeskripsikan, menyederhanakan serta menyajikan data sampel

ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami.

b. Uji Normalitas Data

Uji normalitas merupakan satu bagian dari persyaratan analisis data atau

uji asumsi klasik. Artinya sebelum kita melakukan analisis untuk uji

hipotesis adalah analisis regresi maka harus diuji kenormalan

distribusinya. Dasar pengambilan uji normalitas adalah :

Jika nilai signifikansi (Sig) lebih besar dari 0,05 maka data penelitian

berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi (Sig) lebih kecil

dari 0,05 maka data penelitian tidak berdistribusi normal.

c. Uji T Berpasangan (Paired T Test)

Uji Paired Sample T Test adalah pengujian yang digunakan untuk

membandingkan selisih dua mean dari dua sampel yang berpasangan

dengan asumsi data berdistribusi normal. Sampel berpasangan berasal dari

subjek yang sama, setiap variabel diambil saat situasi dan keadaan yang

berbeda. Uji ini juga disebut Uji T berpasangan.


d. Uji Hipotesis

Uji hipotesis menggunakan uji t sample (Paired sample t test) dengan

kriteria pengujian sebagai berikut :

a. Hipotesis

1. Nilai t hitung>nilai t tabel, maka H0 diterima

2. Nilai t hitung<nilai t tabel maka H0 diterima

b. Menentukan tingkat signifikansi


References

Adyatmika, I. G. P., & Wiksuana, I. G. B. (2018). Pengaruh Inflasi Dan Leverage


Terhadap Profitabilitas Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di
Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana,
3, 615. https://doi.org/10.24843/eeb.2018.v07.i03.p01
Alim, S. (2014). Analisis Pengaruh Inflasi Dan Bi Rate Terhadap Return on
Assets (Roa) Bank Syariah Di Indonesia. Jurnal Ekonomi MODERNISASI,
10(3), 201. https://doi.org/10.21067/jem.v10i3.785
Dwijayanthy, F., & Naomi, P. (2009). Analysis of Effect of Inflation, BI Rate, and
Exchange Rate on Bank Profitability (Period 2003-2007). Karisma, 3(2), 87–
98.
Julianti, F. (2013). Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar dan BI Rate Terhadap
Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah.
Munir, M. (2019). Ihtifaz. Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and
Banking, 1(2), 89–98.
http://journal2.uad.ac.id/index.php/ijiefb/article/view/285/266
Prastowo, P. R., Malavia, R., & Wahono, B. (2018). Analisis Pengaruh Inflasi,
Suku Bunga Dan Nilai Tukar Terhadap Profitabilitas Perbankan. E-Jurnal
Riset Manajemen PRODI MANAJEMEN, 7(16), 27–41.
http://riset.unisma.ac.id/index.php/jrm/article/view/1324
Rahma, T. I. F. (2018). Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga terhadap Bagi Hasil
Bank Syariah di Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam, 3(1), 85–99.
https://doi.org/10.32505/v3i1.1238
SAHARA, A. Y. (2013). Ayu Yanita Sahara; Analisis Pengaruh Inflasi ... Jurnal
Ilmu Manajemen, 1, 149–157.
Suryadi, N. (2020). Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Di Indonesia
Priode 2012-2018. Jurnal Tabarru’ : Islamic Banking and Finance, 3(1), 1–
10.
Syah, T. A. (2018). Pengaruh Inflasi, BI Rate, NPF, dan BOPO terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia. El-Jizya : Jurnal Ekonomi
Islam, 6(1), 133–153. https://doi.org/10.24090/ej.v6i1.2051

Anda mungkin juga menyukai