Nama:Aida Rahmawati
Nim :133200008
BANTEN
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Mekanisme transmisi adalah kebijakan moneter yang didefinisikan sebagai jalur
yang dilalui oleh sebuah kebijakan moneter untuk mempengaruhi kondisi
perekonomian terutama pendapatan nasional dan laju pendapatan harga.Bernanke
dan Gretler menekankan pada sektor kredit(credit channer).Sementara Obstfeld
dan Gertler memilih dengan menekankan konsep mekanisme pada kebijakan nilai
tukar.Beberapa ekonom sepakat bahwa mekanisme transmisi merupakan proses
antaraproses antara yang menyebabkan perubahan GDP riil dan inflasi melalui
mekanisme kebijakan moneter(Taylor dalam McCallum,2004).
Keberadaaan sistem bagi hasil menimbulkan kemungkinan perpindahan
konsumen peminjam dari sistem suku bunga ke bagi hasil.Mekanisme subtitusi
tersebut membuat terjadinya lack di kebijakan moneter indonesia.Kemungkinan
yang lain,hal tersebut dapat mereduksi efek negatif daripada pengurangan di sektor
konvensional.Reduksi tersebut timbul sebagai akibat dari mekanisme pinjaman
syariah yang membuat keseimbangan antar perttumbuhan di sektor moneter dan
sektor riil sehingga penambahan proporsi pinjaman syariah pada perekonomian
dapat menekan inflasi.
2
Kebijakan ini dilakukan antara lain dengan:pertama,operasi besar terbuka yaitu
otorasi moneter bank sentral yang dapat melakukan jual beli surat-surat berharga
dalam rupiah di pasar primer atau sekunder.
Operasi pasar terbuka bank yang dilaksanakan untuk mempengarhi likuiditas
rupiah di pasar uang,yang pada gilirannya tingkat suku bunga.Operasi Pasar
Terbuka (OPT) dilakukan dengan dua cara,yaitu dengan melalui penjualan
sertifikat bank indonesia(SBI) dan investasi rupiah.
Penjualan SBI dilakukan melalui lelang shingga tingkat diskonto yang terjadi
benar-benar mencerminkan kondisi likuiditas pasar uang.Sedangkan kegiatan
intervrensi rupiah dilakukan oleh bank indonesia (BI )untuk menyusuaikan kondisi
pasar uang,baik likuiditas maupun tingkat suku bunga.Sedangkan kegiatan
interverensi rupiah dilakukan oleh BI untuk menyusuaikan kondisi pasar uang,baik
likuiditas maupun tingkat suku bunga kedua,otoritas moneter membuat perubahan
atas tingkat bunga yang harus dibayar oleh bank-bank umum.
Dengan kebijakan yang berorientasi pada penganturan tingkat suku bunga dan
mayoritas instumen yang di gunakan juga berbasis bunga,maka kebijakan ini tidak
harus sepenuhnya dapat teradopsi oleh perbankan syariah.Namun disisi lain arah
kebijakan moneter pada sasaran laju inflasi yang dicapai dengan memperlihatkan
berbagai sasaran ekonomi lainnya,baik dalam jangka pendek,menengah maupun
jangka panjang.Kebijakan moneter konvensional yang mempunyai pengaruh yang
kuat pada sector riil perekonomian(GDP) dan berorientasi pada pencapaian target
tingkat inflasi tertentu kemungkinan akan mempunyai pengaruh terhadap dan
liabilities perbankan syariah karena perbankan syariah mempunyai orientasi dan
link keterkaitan yang luas dengan sector riil.Disamping itu dominasi sistem
konvensional kemungkinan akan berpengaruh terhadap perbankan syariah.
Faktor ketiga yang mempengaruhi perbedaan besar dampak kebijakan moneter
terhadap perbankan syariah dan perbankan konvensional adalah kondisi dan
karakteristik struktur modal,asset dan kapitalissi perbankan syariah.Menurut
pandangan lending channel,terdapat kanal tramisi kebijakan moneter yang
terlaksana melalui kredit bank.Pengetatan moneter akan mempengaruhi jumlah
deposit yang kemudian akan diikuti pengaruh supplay kredit bank kepada
nasabah.Jika pengaruh berkurangnya deposit sebagai pendanaan lainnya,maka
takanan kebijakan moneter ini akan mempunyai efek yang signifikan.
3
Menurut Kashyap and Stein (2004),lending channel akan sangat efektif bagi
bank kecil yang mempunyai struktur modal dengan sederhana yang hampir
seluruhnya ditopang oleh deposit dan saham biasa.Pengaruh lending channel
bank juga lebih kuat dirasakan oleh bang yang memiliki dengan aset likuid dan
berkapitalisasi kecil.
Bank yang berlikuiditas kecil tidak dapat melindungi portopolio pinjaman(loan
portofolio) mereka dari pengetatan moneter dengan merubah kas dan sukuritas
yang dimiliki.Sedangkan bank berkapitalisasi kecil hanya mempunyai sedikit
akses ke pasar untuk memperoleh uninsured funding,sehingga pembiayaan bank
tersebut lebih bergantung pada tekanan kebijakan moneter.
Dengan landasan tersebut,maka secara teori besar pengaruh kebijakan
moneter pada perbankan syariah yang akan ditentukan juga oleh kondisidan
karakteristik struktur modal,asset,kapitalisasi,antara perbankan syariah dan
perbankan konvensional yang akan menjadi penyebab perbedaan pengaruh
kebijakan moneter yang akan diterima Dengan latar belakang ketiga hal
tersebut diatas,yaitu adanya dikotomi antara perbankan syariah dan perbankan
konvensional, metode yang digunakan oleh bank indonesia (BI) dalam
mengambil kebijakan moneter dengan serta kondisi yang struktur
modal,likuiditas kapitalisasi.Karakteristik nasabah perbankan syariah saat
ini,maka efektifitas pengaruh moneter konvensional yang diterapkan oleh BI
saat ini kemungkinan mempunyai effek dan kecenderungan yang berbeda
dengan perbankan konvensional.
Namun disisi lain kebijakan moneter konvensional ini mempunyai pengaruh
yang kuat pada sector riil perekonomian(GDP) dan berorientasi pada pencapaian
target inflasi tertentu.Perkembangan sektor riil dan tingkat inflasi akan
mempunyai pengaruh terhadap perkembangan perbankan syariah yang
menggunakan konsep bagi hasil untuk menggantikan bunga ini,berorientasi pada
sektor riil.Disamping itu dominasi sistem konvensional yang telah mengakar dan
secara realitas interaksi pelaku ekonomi dan interaksi aktivitas ekonomi
perbankan syariah konvensional yang sangat erat
4
maka pengaruh kebijakan moneter konvensional terhadap perbankan syariqh
mempunyai arah trend kecenderungan yang sama dengan perbankan
konvensional,alasan itulah yang mendorong penulisan proposal yang
berjuduul “Analisis hubungan antara kebijakan moneter terhadap pihak
ketiga pada perbankan syariah di indonesia”
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah SWBI (Sertifikat Bank Indonesia),inflasiI,dan GDP riil adalah faktor-
faktor konfirmatori pembentukan variabel kebijakan moneter?
2. Apakah Giro wadiah,tabungan mudharabah,dan deposito mudharabah adalah
faktor-faktor konfirmatori pembentukan variabel dana pihak ketiga?
a. Bagaimana hubungan antara kebijakan moneter terhadap dana pihak ketiga?
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan diatas maka tujuan penelitian diatas
adalah sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis SWBI (Sertifikat Bank Indonesia),inflasi dan GDP riil adalah
faktor-faktor konfirmatori pembentukan variabel kebijakan moneter
b. Untuk menganalisis giro wadiah,tabungan mudharabah,dan deposito mudharabah
adalah faktor-faktor konfirmatori pembentukan variabel dana pihak ketiga
c. Untuk menganalisis apakah ada hubungan antara kebijakan moneter terhadap
dana pihak ketiga
2.Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi:
a. Penulis
Untuk mengeimplementasikan ilmu yang penulis peroleh selama kuliah
b. Perbankan syariah
5
Pengaruh kebijakan moneter konvensional terhadap perbankan syariah ini menjadi
topik yang akan dibahas lebih lanjut.Kajian pengaruh kebijakan moneter terhadap
perbankan syariah ini bermanfaat untuk evaluasi perkembangan sistem syariah
serta bagian bahan awal dengan kajian dalam menentukan metode kebijakan
moneter sistem syariah.
c. Bagi Mahasiswa
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan penelitian lebih lanjut( bagi yang
berminat)
6
BAB II
A.Kebijkan Moneter
Kebijakan moneter adalah merupakan alat utama selain kebijakan fiskal yang
digunakan untuk pemerintah untuk mempengaruhi kecepatn arah dan keseluruhan
aktivitas ekonomi,yaitu untuk mempengaruhi tingkat keluaran agregat,tenaga
kerja,serta harga.
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah untuk memperbaiki keadaan
perekonomian melalui pengaturan jumlah uang yang beredar,dalam analisis
makro,memiliki pengaruh penting terhadap tingkat output perekonomian,juga
terhadap stabilitas harga-harga.Uang yang beredar terlalu tinggi tanpa disertai
kegiatan produksi produksi yang seimbang,akan ditandai dengan meningkatnya
harga-harga pada seluruh barang dalam perekonomian atau dikenal dengan istilah
inflasi.
7
b. dimiliki oleh bank untuk meminjam uang secara langsung kepada bank
sentral.Pinjaman tersebut biasanya berbentuk direct advance atau over draf yang
disekuritasi dengan aset-aset tertentu (biasanya sekuritas pemerintah)pada saat
sekarang.
c. Cadangan minimum, salah satu bentuk penganturan lainnya adalah ketentuan
cadangan lainnya adalah ketentuan cadangan minimum.Peraturan ini untuk
meminjam pemilik uang atau nasabah deposan dapat menarik depositnya.Namun
semua deposit nasabah dicadangkan karena bagi bank sendiri cadangan minum
ini merugikan karena merupakan dana mengganggu yang tidak menghasilkan
pendapatan bagi bank.
d. Pengawasan pinjaman dan pembujukan moral (moral suasion).Tujuan utama dari
melaaksanakan pengawasan pinjaman secara selektif adalah untuk memastikan
bahwa bank-bank umum memberikan pinjaman-pinjaman dan melakukan
investasi-investasi sesuai dengan yang diinginkan bank sentral.
8
a. Mempunyai satu tujuan akhir yang diutamakan(overeding objectife),yaitu
sasaran inflasi,sebagai kontribusi pokok kebijakan moneter dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.Untuk itu,sasaran inflasi ditetapkan dengan
mempertimbangkan pengaruhnya(trade-off) dengan pertumbuhan ekonomi.
b. Kebijakan moneter yang bersifat anisipatif atau forward looking,yaitu dengan
mengarahkan kebijakan moneter yang ditempuh saat ini diarahkan untuk
mencapai sasaran inflasi yang di tetapkan pada periode yang akan datang
mengingat adanya efek tunda(lag) kebijakan moneter..
c. Mengingaatkan diri kepada suatu mekanisme tertentu dalam membuat
pertimbangan dalam penentuan respon kebijakan moneter.Dalam penetapan
respon kebijakan moneter,bank sentral mempertimbangkan perkiraan
inflasi,pertumbuhan ekonomi,serta berbagai variabel lainnya.
d. Sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang sehat (good governance),yaitu
berkejelasan tujuan,konsisten,transparan,dan berakuntabilitis.