Anda di halaman 1dari 3

Nama : Savira Alifaen Qowie A.

Bantani
NIM/Kelas: 204105010013/ Perbankan Syariah 2

Upaya Perbankan Dalam Menjalankan Fungsi Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia

Abstrak
Kebijakan moneter di Indonesia terus mengalami evolusi sejalan dengan tantangan yang dihadapi serta berbagai
perubahan lingkungan yang terjadi, baik di domestik maupun global. Kemudian, sejak tahun 2005 Bank Indonesia
mengimplementasikan Inflation Targeting Framework sebagai upaya memperkuat kerangka kebijakan moneter.
Selain itu, kejadian tersebut juga memberi pelajaran akan pentingnya stabilitas sistem keuangan dalam menjaga
stabilitas makro.

Pendahuluan
Sistem keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Sebagai bagian
dari sistem perekonomian, sistem keuangan berfungsi mengalokasikan dana dari pihak yang
mengalami surplus kepada yang mengalami defisit. Apabila sistem keuangan tidak stabil dan
tidak berfungsi secara efisien, pengalokasian dana tidak akan berjalan dengan baik sehingga
dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Pengalaman menunjukkan, sistem keuangan yang
tidak stabil, terlebih lagi jika mengakibatkan terjadinya krisis, memerlukan biaya yang sangat
tinggi untuk upaya penyelamatannya.

Pembahasan
BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Sasaran operasional
kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank .
Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga
deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Perubahan BI rate berdampak
langsung pada perubahan suku bunga simpanan dan kemudian diikuti perubahan bunga kredit.
Apabila suku bunga dana pihak ketiga dinaikkan tanpa diikuti peningkatan suku bunga kredit,
maka secara langsung akan mempengaruhi penurunan pendapatan bunga bersih. Apabila
kebijakan suku bunga dana langsung diikuti dengan kebijakan peningkatan suku bunga kredit,
maka dampaknya mungkin juga akan lebih buruk karena biaya bunga yang akan ditanggung oleh
para debitur bank meningkat dan ada kemungkinan debitur tidak mampu menanggungnya dan
dapat menimbulkan risiko kredit macet. Model-model dana pinjaman dan preferensi likuiditas
berlandaskan asumsi bahwa tingkat harga tetap konstan hingga jatuh tempo dari sekuritas yang
diperdagangkan dalam sistem keuangan. Akan tetapi pada kenyataannya, orang mengantisipasi
terjadinya perubahan harga di masa mendatang, dan harapan ini merupakan bagian dari proses
yang menentukan suku bunga. Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang benar-benar
diamati dalam sistem keuangan dan sama dengan tingkat bunga riil plus penyesuaian mengingat
kenyataannya para pemain di pasar mengantisipasi terjadinya perubahan harga dimasa
mendatang. Sejauh ini dalam pembahasan mengenai suku bunga, belum dijelaskan pengaruh
infasi terhadap biaya peminjaman. Ini adalah suku bunga riil yang paling penting bagi keputusan
ekonomi, dan ini yang oleh para ekonom dimaksudkan ketika mereka mengacu pada suku bunga
riil.
Hasil Empiris Efektivitas Kebijakan Moneter di Indonesia
Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga dapat dipandang sebagai jalur pertama
yang secara langsung merespon perubahan stance kebijakan moneter melalui perubahan suku
bunga jangka pendek di pasar uang. Jalur suku bunga diperkirakan akan lebih menguat dengan
diimplementasikannya ITF sebagai kerangka kebijakan moneter Bank Indonesia sejak Juli 2005,
di mana suku bunga kebijakan dijadikan sebagai instrumen utama. Instrumen suku bunga ini
ditransmisikan melalui sasaran antara suku bunga deposito dan suku bunga kredit, hingga dapat
mengendalikan inflasi.
Pentingnya jalur kredit perbankan dalam transmisi kebijakan moneter diungkapkan oleh
Bernanke dan Blinder. Pada saat terjadi kontraksi moneter maka likuiditas bank akan berkurang
sehingga akan berakibat pada menurunnya kredit yang dapat disalurkan oleh bank. Meskipun
penelitian yang mencoba menganalisis efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui jalur
kredit perbankan di Indonesia telah dilakukan sebelumnya, namun dengan berbagai
perkembangan yang terjadi sejak tahun 1990an maka analisis tersebut perlu dilakukan kembali.
Perusahaan secara konseptual, pada jalur neraca perusahaan sering terjadi karena asimetri
informasi yang menyebabkan kekayaan perusahaan menjadi determinan penting atas
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan dana eksternal. Dengan kata lain, problema asimetri
informasi, moral hazard, dan biaya kepailitan, menyebabkan perusahaan mendapatkan dana
eksternal hanya jika perusahaan tersebut memiliki net worth yang memadai sebagai kolateral
untuk menutupi utang dan biaya yang timbul apabila terjadi kebangkrutan. Dampak negatif
terhadap perusahaan dan rumah tangga terutama pada turunnya creditworthiness perusahaan dan
rumah tangga. Problem asimetri informasi pada pasar pembiayaan selanjutnya mengakibatkan
kenaikan external financial premium, yang pada gilirannya menekan permintaan kredit dan
berdampak menurunkan output semakin dalam. Semakin besar rasio pembiayaan eksternal
terhadap total pembiayaan perusahaan secara agregat, semakin kuat pula transmisi suku bunga
kebijakan memengaruhi keputusan ekspansi perusahaan karena berjalannya transmisi sangat
bergantung pada pembiayaan eksternal perusahaan.
Nilai tukar adalah salah satu jalur transmisi kebijakan moneter sebagaimana pergerakan nilai
tukar merupakan salah satu faktor yang menentukan inflasi. Kenaikan suku bunga akan
memperkuat nilai tukar domestik yang pada gilirannya menurunkan inflasi. Sebagaimana pada
umumnya di negara berkembang, perubahan nilai tukar akan di-pass-thorugh-kan ke dalam
inflasi domestik, meskipun pass-through-nya cenderung mengalami penurunan sejak tahun
2000an.
Sejak tahun 1990an, Bank sentral mulai berevolusi menuju transparansi dengan komunikasi yang
lebih terbuka kepada publik, dan sekarang ini komunikasi yang dilakukan bank sentral
merupakan bagian dari toolkits kebijakan moneter. Dalam kerangka ITF yang bersifat forward
looking, komunikasi dalam pembentukan ekspektasi semakin penting.

Kesimpulan
Perbankan merupakan salah satu industri keuangan yang menjadi bagian dari sistem keuangan di
samping pasar modal, dana pensiun, asuransi, dan lainnya. Saat ini perbankan Indonesia masih
memiliki pengaruh yang paling besar dalam mendukung stabilitas sistem keuangan. Hal ini
terjadi karena mayoritas masyarakat dan perusahaan non keuangan masih menginvestasikan
kelebihan dananya pada instrumen keuangan dari bank seperti tabungan, deposito, dan giro
meskipun saat ini sudah tersedia alternatf investasi keuangan seperti saham di pasar modal,
asuransi, dana pensiun, obligasi dan lain-lain. Sangat tingginya biaya penyelamatan terhadap
sistem keuangan apabila terjadi krisis yang bersifat sistemik. Atas dasar kondisi tersebut upaya
untuk menghindari atau mengurangi risiko kemungkinan terjadinya ketidakstabilan sistem
keuangan sangatlah diperlukan, terutama untuk menghindari kerugian yang begitu besar lagi.

Daftar Pustaka
Mochtar, Firman dkk. Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia Menuju Era Ekonomi Digital.
Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesi. 2020.
Soetiono, Kusumaningtuti S. Perbankan. OJK dan Industri Jasa Keuangan. Jakarta: 2016.

Anda mungkin juga menyukai