1
ekspor dan impor yang merupakan komponen permintaan eksternal dan
keseluruhan permintaan agregat.
Kebijakan moneter yang ditransmisikan melalui Jalur Suku Bunga dapat
dijelaskan dalam dua tahap:
Pertama, transmisi di sektor keuangan (moneter). Perubahan kebijakan moneter
berawal dari perubahan instrumen moneter (rSBI) akan berpengaruh terhadap
perkembangan suku bunga PUAB, suku bunga deposito dan suku bunga kredit.
Proses transmisi ini memerlukan tenggat waktu (time lag) tertentu.
Kedua, transmisi dari sektor keuangan ke sektor riil tergantung pada
pengaruhnya terhadap konsumsi dan investasi. Pengaruh suku bunga terhadap
konsumsi terjadi karena suku bunga deposito merupakan komponen dari
pendapatan masyarakat (income effect) dan suku bunga kredit sebagai
pembiayaan konsumsi (substitution effect). Sedangkan pengaruh suku bunga
terhadap investasi terjadi karena suku bunga kredit merupakan komponen biaya
modal.
Pengaruh suku bunga terhadap konsumsi dan investasi selanjutnya akan
berdampak pada jumlah permintaan agregat. Jika peningkatan permintaan
agregat tidak dibarengi dengan peningkatan penawaran agregat, maka akan
terjadi output gap (OG). Tekanan OG akan berpengaruh terhadap tingkat inflasi.
Mengacu pada penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa inflasi yang
terjadi melalui jalur ini adalah inflasi akibat tekanan permintaan (demand pull-
inflation). MTKM melalui Jalur Suku Bunga dapat disimak pada Skema 2.
2
2.2 Jalur-Jalur Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara
kestabilan nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang
rendah dan stabil. Untuk mencapai tujuan itu Bank Indonesia menetapkan suku
bunga kebijakan BI Rate sebagai instrumen kebijakan utama untuk
mempengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian
inflasi. Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI rate sampai dengan
pencapaian sasaran inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu
(time lag).
Mekanisme bekerjanya perubahan BI Rate sampai mempengaruhi inflasi
tersebut sering disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter.
Mekanisme ini menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui perubahan-
perubahan instrumen moneter dan target operasionalnya mempengaruhi
berbagai variable ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke
tujuan akhir inflasi. Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank
Sentral, perbankan dan sektor keuangan, serta sektor riil. Perubahan BI Rate
mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur, diantaranya jalur suku bunga, jalur
kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi.
3
Pada jalur suku bunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga
deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang
mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter
yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas
ekonomi. Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit
sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan
meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal
perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas
konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin
bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank
Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengerem
aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi.
Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar.
Mekanisme ini sering disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI Rate, sebagai contoh,
akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku
bunga luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong
investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrument-instrumen
keuangan di Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat
pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya
akan mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan
harga barang impor lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi
lebih mahal atau kurang kompetitif sehingga akan mendorong impor dan
mengurangi ekspor. Turunnya net ekspor ini akan berdampak pada menurunnya
pertumbuhan ekonomi dan kegiatan perekonomian.
Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian makro
melalui perubahan harga aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga
aset seperti saham dan obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan
perusahaan yang pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk
melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi.
Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga mempengaruhi
ekspektasi publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga yang
diperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi
mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah
4
yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen
kepada konsumen melalui kenaikan harga.
Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja memerlukan waktu
(time lag). Time lag masing-masing jalur bisa berbeda dengan yang lain. Jalur
nilai tukar biasanya bekerja lebih cepat karena dampak perubahan suku bunga
kepada nilai tukar bekerja sangat cepat. Kondisi sektor keuangan dan
perbankan juga sangat berpengaruh pada kecepatan tarnsmisi kebijakan
moneter. Apabila perbankan melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respon
perbankan terhadap penurunan suku bunga BI rate biasanya sangat lambat.
Juga, apabila perbankan sedang melakukan konsolidasi untuk memperbaiki
permodalan, penurunan suku bunga kredit dan meningkatnya permintaan kredit
belum tentu direspon dengan menaikkan penyaluran kredit. Di sisi permintaan,
penurunan suku bunga kredit perbankan juga belum tentu direspon oleh
meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek perekonomian
sedang lesu. Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan, perbankan, dan kondisi
sektor riil sangat berperan dalam menentukan efektif atau tidaknya proses
transmisi kebijakan moneter.
5
Meskipun Keynes menekankan awalnya saluran ini sebagai operasi
melalui keputusan bisnis tentang pengeluaran investasi, penelitian terakhir
diketahui bahwa keputusan konsumen tentang perumahan dan pengeluaran
konsumen untuk barang tahan lama juga merupakan keputusan investasi.
Dengan demikian, tingkat bunga saluran transmisi moneter diuraikan dalam
skema di atas juga berlaku untuk belanja konsumen di mana (I) mewakili
perumahan dan pengeluaran konsumen terhadap barang tahan lama.
Taylor (1995) memiliki survei yang sangat baik tentang penelitian terbaru
pada jalur suku bunga dan dia mengambil posisi bahwa ada bukti empiris yang
kuat untuk efek tingkat bunga yang cukup besar pada konsumen dan
pengeluaran investasi, membuat suku bunga mekanisme transmisi moneter yang
kuat. Posisinya sangat kontroversial, karena banyak peneliti, misalnya Bernanke
dan Gertler (1995), memiliki pandangan alternatif bahwa studi empiris mengalami
kesulitan besar dalam mengidentifikasi efek signifikan suku bunga melalui biaya
modal. Memang, para peneliti melihat kegagalan empiris dari suku bunga
6
mekanisme transmisi moneter karena telah memberikan stimulus untuk mencari
mekanisme transmisi kebijakan moneter lainnya, terutama jalur kredit.
7
dalam portfolio para pelaku ekonomi (wealth effect) dan relokasi dari suatu jenis
aset ke jenis aset lain dalam portfolio sesuai dengan expected returns and
risksdari masing-masing bentuk aset.
Pengetatan moneter meningkatkan suku bunga yang mengakibatkan
pelaku ekonomi lebih suka memegang aset dalam bentuk obligasi atau deposito
daripada saham. Minat untuk berinvestasi dalam kegiatan ekonomi riil menjadi
berkurang sehingga laju pertumbuhan ekonomi menurun
8
bank-bank baik karena factor adverse selection maupun untuk menghidari moral
hazard nasabah.
9
Kerangka Operasional Kebijakan Moneter
Untuk mengetahui bagaimana suatu kebijakan moneter dilaksanakan, maka perlu
dipahami tentang kerangka operasional kebijakan moneter yang pada umumnya
mencakup instrumen, sasaran operasional, dan sasaran antara yang dipergunakan untuk
mencapai sasaran akhir yang telah ditetapkan.
Implementasi kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir dapat dilakukan dengan
menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatankuantitas besaran moneter (quantity
based approach) dan suku bunga sebagai harga besaran moneter (price based approach).
Pendekatan berdasarkan kuantitas dilakukan dengan menetapkan sasaran operasional ug
primer dan sasaran antara jumlah uang beredar atau kredit pada tingkat tertentu.
Sedangkan pendekatan berdasarkan suku bunga dilakukan dengan mentapkan sasaran
oparional suku bunga jangka pendek pada tingkat tertentu, tetapi perkembangn suku
bunga jangka menengah tidak ditetapkan secara tegas sebagai sasaran antara. Pengaruh
perubahan sasaran operasional ditransmisikan pada perubahan sasaran akhir melalui
perkembangan beragam variabel informasi yang berfungsi sebgai indikator utama dari
perkembangan kegiatan ekonomi dan tekanan inflasi.
Sasaran antara diperlukan karena untuk mencapai sasaran akhir yang ditetapkan, terdapat
tenggang waktu antara pelaksanaan kebijakan moneter dan hasil pencapaian sasaran
akhir. Oleh karena itu, diperlukan adanya indikator-indikator yang lebih segera dapat
dilihat untuk mengetahui indikasi arah pergerakan ekonomi dan inflasi ke depan dan
respon kebijakan moneter yang diperlukan, yang biasanya disebut sasaran antara. Selain
itu, sasaran antara yang dipilih harus memiliki kestabilan hubungan dengan sasaran akhir.
Beberapa sasaran antara yang dapat digunakan antara lain adalah besaran moneter seperti
M1, M2, kredit, dan suku bunga.
Selanjutnya, untuk mencapai sasaran antara tersebut, bank sentral memerlukan sasaran-
sasaran yang bersifat operasional agar proses transmisi dapat berjalan sesuai dengan
rencana. Sasaran operasional yang dpilih harus memiliki kestabilan hubungan dengan
sasaran antara, dapat dikendalikan bank sentral, dan informasi tersedia lebih awal
daripada sasaran antara. Beberapa sasaran operasional yang dapat digunakan antara lain
adalah uang primer (M0) dan suku bunga jangka pendek.
Sedangkan, instrumen moneter adalah instrumen yang dimiliki oleh bank sentral yang
dapat digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mempengaruhi
sasaran-sasaran operasional yang telah ditetapkan. Instrumen kebijakan moneter dapat
digolongkan kedalam dua jenis, yaitu instrumen kebijakan moneter langsung (direct
monetary policy instrument) dan instrumen kebijakan moneter tidak langsung (indirect
monetary policy instrument).
10
Pagu kredit adalah penentuan jumlah batas maksimal kredit yang diperbolehkan untuk
disalurkan oleh masing-masing bank yang ditetapkan oleh bank sentral. Penentuan
jumlah pagu kredit dapat ditetapkan berdasarkan jumlah modal yang dimiliki oleh bank
atau dikaitkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang dikelola bank. Kebijakan pagu
kredit ini pernah dilakukan di Indonesia sampai pada era deregulasi atau kebijakan
moneter dan perbankan 1 Juni 1983.
11
Fasilitas diskonto adalah fasilitas yang diberikan kepada perbankan dalam bentuk
pinjaman dengan menggunakan surat-surat berharga yang dimiliki sebagai jaminan.
Tingkat diskonto (discount rate) untuk fasilitas pinjaman ini sangat dipengaruhi oelh arah
kebijakan moneter.
Prinsip dasar yang melandasi kerangka kerja ITF adalah bahwa sasaran akhir dari
kebijakan moneter diutamakan untuk mencapai dan memelihara laju inflasi yang rendah
dan stabil. Hal ini didasarkan pada dua pertimbangan pokok. Pertama, laju inflasi yang
tinggi menimbulkan biaya sosial yang harus ditanggung oleh masyarakat karena
menurunnya daya beli atas pendapatan yang diperolehnya maupun meningkatnya
ketidakpastian yang dapat mempersulit perencanaan usaha dan memperburuk kegiatan
perekonomian. Kedua, perkembangan teori ekonomi dalam literatur dan temuan empiris
di berbagai negara menunjukkan bahwa kebijakan moneter dalam jangka menengah-
panjang hanya berpengaruh pada inflasi.
Konsep dasar kebijakan moneter dengan ITF dapat dijelaskan dengan pokok-pokok
kerangka kerja berikut:
1. Sasaran Inflasi
Kerangka ITF dimulai dengan penetapan dan pengumuman sasaran inflasi yang ingin
dicapai oleh bank sentral. Penetapan sasaran inflasi mempertimbangkan berbagai faktor
dan perkembangan ekonomi makro negara yang bersangkutan, terutama besarnya
kerugian sosial yang ditimbulkan oleh pengaruh tingginya inflasi terhadap penurunan
daya beli masyarkat. Selain itu, harus dipertimbangkan pula efektivitas pencapaiannya
melalui pelaksanaan kebijakan moneter bank sentral, termasuk jenis inflasi yang
dipergunakan dan jangka waktu pencapaiannya.
12
moneter yang dilakukan sekarang merupakanlangkah yang bersifat antisipatif, bukan
reaktif, atas akan terjadinya tekanan inflasi di masa yang akan datangdibandingkan
dengan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.
3. Transparansi
Penerapan ITF menuntut transparansi (keterbukaan) yang tinggi dari bank sentral.
Transparansi bank sentral diperlukan untuk menjelaskan kebijakan moneter yang
ditempuhnya kepada masyarakat. Transparansi juga merupakan sarana untuk
menunjukkan komitmen bank sentral dalam mengatasi maslah inflasi. Dengan demikian
pelaku ekonomi akan semakin memahami dan meyakini dasar pertimbangan dan arah
kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral dalam mencapai sasaran inflasi yang
ditetapkan. Pemahaman ini akan mengarahkan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi
kearah sasaran inflasi yang diinginkan oleh bank sentral.
13
Daftar Pustaka
14