Anda di halaman 1dari 6

TEORI PASCA KETERGANTUNGAN

Paper ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Pembangunan

Dosen Pengampu : Kadek Wiwin Dwi Wismayanti, S.E., M.AP.

Oleh :

Dev Nandini. BG 1812531048

Ni Wayan Gita Purnamasari 1812531052

I Putu Bayu Fischa Mahaputra A. P. 1812531053

Puji Lestari Marpaung 1812531054

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
LATAR BELAKANG

Teori-teori tentang pembangunaan setelah munculnya Teori ketergantungan memang


menjadi ramai. Karena itu, lepas dari kelemahan-kelemahan yang ada pada teori ketergantungan,
munculah teori ini yang tidak bisa dipungkiri telah memberikan persfektif baru pada teori- teori
pembangunan pada umumnya. Salah satu persfektif penting yang diberikan adalah bahwa aspek
eksternal dari pembangunan menjadi penting. Sebelumnya aspek tersebut kurang dianggap
berperan penting. Negara-negara lain hanya dianggap sebagai mitra dagang, yang sering kali
membantu proses pembangunna yang terjadi di suatu Negara. Ataupun dianggap menghambat,
paling-paling karena Negara itu sangat besar kekuatan ekonominya, sehingga Negara yang
sedang membangun tidak bisa bersaing dengan mereka.
Oleh teori ketergantungan ditunjukkkan bahwa negara- negara yang ekonominya lebih kuat
bukan saja menghambat Karena menang dalam bersaing, tetapi juga ikut campur dalam
mengubah struktur sosial , politik, dan ekonomi dari Negara yang lebih lemah. Kekuatan –
kekuatan eksternal itu diterima dengan baik oleh Negara yang lemah, sehingga tercipta sebuah
struktur ketergantungan didalam negeri Negara tersebut. Maka dari itulah teori pasca
ketergantungan ini lahir untuk membawa isu-isu penting yang sebelumnya kurang dilihat.

PENGERTIAN TEORI PASCA KETERGANTUNGAN

Teori Pasca Ketergantungan muncul sebagai reaksi terhadap Teori Ketergantungan, tetapi
belum memiliki nama sendiri sebagai satu kelompok. Teori ini bisa disebut sebagai Teori tentang
Pembangunan, yang dimana muncul setelah adanya Teori Ketergantungan.

2.1 TEORI LIBERAL

Dasar pemikiran teori liberal oleh Simon Kusznet. Teori liberal pada dasarnya tidak
banyak dipengaruhi oleh teori ketergantungan. Teori liberal tetap berjalan seperti sebelumnya,
yakni mengikuti asumsi-asumsi bahwa modal dan investasi adalah masalah utama dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi. Teori yang dianut oleh para ahli ekonomi ini lebih
mengembangkan diri pada keterampilan teknisnya, yakni bagaimana membuat table input-output
yang baik, bagaimana mengukur keterkaitan diantara berbagai sector ekonomi dan sebagainya.
Tentu saja bukan tidak berguna. Tetapi, yang kurang dipersoalkan adalah bagaimana faktor
politik bisa dimasukkan ke dalam model mereka. Kritik terhadap teori liberal pada umumnya
berkisar pada ketajaman definisi dari teori ketergantungan. Definisi yang ada dianggap terlalu
kabur, sulit dijadikan sesuatu yang operasional. Tanpa kejelasan dan ketajaman konsep – konsep
dasarnya, teori ketergantungan lebih merupakan sebuah retorika belaka. Agar konsep
ketergantungan dapat di pakai untuk menyusun teori, maka ada dua kriteria yang harus
dipenuhinya, yaitu:

a. Gejala ketergantungan ini harus hanya ada di negara – negara yang ekonominya
mengalami ketergantungan dan tidak di negara yang tidak tergantung dengan negara lain.

b. Gejala ini mempengaruhi perkembangan dan pola pembangunan di negara – negara yang
tergantung.

2.2 TEORI BILL WARREN

Inti dari kritik Warren adalah bahwa dalam kenyataannya, negara-negara yang tergantung
menunjukkan kemajuan dalam pertumbuhan ekonomi dan proses industrialisasinya. Bahkan
kemajuan ini menunjukkan bahwa negara-negara yang tergantung ini sedang mengarah pada
pembangunan yang mandiri.

Berlawanan dengan pandangan para kaum Marxis, bukti empiris menunjukkan bahwa prospek
bagi sebuah pembangunan kapitalis yang berhasil di negara-negara berkembang sangat ternyata
baik. Pembangunan yang berhasil di negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara dianggap
sebagai salah satu bukti bahwa kapitalisme memang masih bugar, masih terus bisa
mengembangkan dirinya.

Warren menunjukkan data-data yang memperlihatkannya bahwa setelah perang dunia kedua,
anggapan akan adanya keterbelakangan di Negara-negara pinggiran hanya merupakan ilusi
belaka. Ada enam pokok yang mendukung steatment Warren, yakni ;

1. Masalah PNB perkapita,

2. Masalah kesenjangan sosial,

3. Masalah marginalisasi, dimana orang jadi tersingkir dari lapangan kerjanya,

4. Masalah produksi yang diarahkan pada barang-barang mewah, dan bukan barang pada
kebutuhan pokok,

5. Masalah industrialisasi,

6. Masalah kapitalisme.
Dari data statistik yang dikumpulkannya, warren membuktikan bahwa apa yang diramalkan oleh
teori ketergantungan ternyata tidak benar. Oleh karena itu, dia menyimpulkan :

“Jadi, berlawanan dengan pendapat umum yang ada, dunia ketiga tidak mengalami kemandekan
secara relative maupun absolut setelah perang dunia ke dua, sebaliknya, kemajuan yang berarti
dalam hal kemakmuran material dan pembangunan kekuatan produksi telah tercapai, dengan
kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan sebelum perang. Kenyataan ini juga
berlawanan dengan pandangan kaum marxis yang menyatakan bahwa pembangunan nasional
yang mengikuti jalan kapitalis bisa terjadi di dunia ketiga”.

Bagi Warren, tidak bisa dicegah lagi bahwa kapitalisme akan berkembang di semua Negara di
dunia ini. Baru setelah kapitalisme berkembang sampai mencapai titik jenuhnya, perubahan ke
sosialisme dimungkinkan. Karena itu, memaksakan perubahan ke sosialisme sekarang juga
merupakan hal yang sia-sia, karena pada saat ini perkembangan kapitalisme belum mencapai
titik jenuhnya. Karena itu, perkembanngan kapitalisme di Negara-negara pinggiran masih
dimungkinkan. Pembangunan yang berhasil di Negara-negara Asia Timur ( Korea Selatan,
Taiwan, Hongkong dan Singapura) dianggap sebagai salah satu bukti bahwa kapitalisme
memang masihh bugar, dan masih terus bisa mengembangkan dirinya.

2.3 TEORI ARTIKULASI

Dasar pemikiran oleh antropolog Perancis, seperti Claude Meillassoux dan Pierre
Phillippe Rey. Jika teori ketergantungan melihat bahwa kapitalisme yang menggejala di negara-
negara pinggiran berlainan dengan kapitalisme yang menggejala di negara-negara pusat, maka
teori artikulasi berpendapat bahwa kapitalisme di negara-negara pinggiran tidak dapat
berkembang karena artikulasinya, atau kombinasi unsur-unsurnya tidak efisien. Dengan kata
lain, kegagalan dari kapitalisme di negara-negara pinggiran bukan karena yang berkembang di
sana adalah kapitalisme yang berbeda, tetapi karena koeksistensi cara produksi kapitalisme
dengan cara produksi lainnya (kemungkinan) saling menghambat.

Teori Artikulasi bertitik tolak dari konsep formasi sosial. Dalam Marxisme dikenal konsep cara
produksi. Masing-masing cara produksi mempunyai ciri yang berlainan dengan cara produksi
lainnya. Namun dalam kenyataannya di dalam masyarakat selalu terdapat lebih dari satu cara
produksi secara bersama-sama. Inilah yang disebut formasi sosial, yaitu gejala dimana beberapa
cara berproduksi ada bersama.

Dalam Teori Artikulasi kapitalisme di negara-negara pinggiran tidak bisa berkembang karena
artikulasinya atau kombinasi unsur-unsurnya tidak efisien. Ada banyak unsur penghambatnya.
Bagi Teori Artikulasi kegagalan dari kapitalisme di negara-negara pinggiran bukan karena yang
berkembang di sana adalah kapitalisme yang berbeda, tetapi karena koeksistensi cara produksi
kapitalisme dengan cara produksi lainnya bersifat saling menghambat.

Teori Artikulasi disebut juga sebagai teori yang memakai pendekatan cara produksi. Pada teori
ini, persoalan keterbelakangan dilihat dalam lingkungan proses produksi. Bagi teori artikulasi,
keterbelakangan di Negara-negara duniaketiga harus di dilihat sebagai kegagalan dari
kapitalisme untuk berfungsi secara murni. Sebagai akibat dari adanya cara produksi lain di
Negara-negara tersebut.

2.4 TEORI SISTEM DUNIA

Dasar pemikiran oleh Immanuel Wallerstein Teori ini berpendapat bahwa dulu didunia
terdapat sistem – sistem kecil atau sistem mini dalam bentuk kerajaan atau bentuk pemerintahan
lainnya. Kemudian terjadi penggabungan-penggabungan, baik melalui penaklukan secara militer
maupun secara sukarela. Sebuah kerajaan besar kemudian muncul. Meskipun tidak sampai
menguasai seluruh dunia, tetapi karena besarnya yang luar biasa dibandingkan dengan kerajaan-
kerajaan yang ada sebelumnya, kerajaan ini disebut sebagai kerajaan dunia atau world empire.

Kerajaan dunia ini mengendalikan kawasannya melalui sebuah sistem politik yang dipusatkan.
Perkembangan teknologi perhubungan dan perkembangan di bidang lain kemudian
memunculkan sistem perekonomian dunia yang menyatu. Dengan kata lain, sistem
perekonomian dunia adalah satu-satunya sistem dunia yang ada. Sistem dunia inilah yang
sekarang ada sebagai kekuatan yang menggerakkan negara-negara di dunia. Sistem dunia yang
ada sekarang adalah kapitalisme global.
Sumber :

Effendi, Mukhrizal. 2015. Kuliah 7 Teori Pasca Ketergantungan. Slideshare.net (Diakses


tanggal 6 November 2019)

Sak, Land. 2015. Teori Pasca Ketergantungan. Academia.edu (Diakses tanggal 6 November
2019)

Curiosita. 2011. Teori Pasca Ketergantungan. irma-yulianti.blogspot.com (Diakses tanggal 6


November 2019)

Anda mungkin juga menyukai