Anda di halaman 1dari 4

A.

Latar Belakang Lahirnya Ilmu Ekonomi Politik


Ilmu Ekonomi Politik baru diajarkan dalam dua dekade terakhir. Tetapi,
jikadiperhatikan dari latar belakang sejarah, sebenarnya disiplin Ekonomi Politik ini
sudahsangat tua. Karena sudah dibahas oleh filsuf Yunani Kuno seperti
Aristoteles.Pembahasan dan pengaplikasian Ekonomi Politik lebih berkembang pada
abad ke-14,saat terjadinya transisi dari kekuasaan raja kepada kaum saudagar, yang lebih
dikenaldengan era merkantilisme.
Walau sudah ada pemikiran-pemikiran tentang kaitan antara ekonomi dan politik
sejak masa Yunani Kuno, Ilm Ekonomi Politik baru memperoleh bentuk pada
pertengahan abad ke-18, sejak dituisnya The Wealth of Nations oleh ekonom klasik
Adam Smith pada tahun 1776. Selain Smith, pakar ekonomi klasik yang paling awal
mengembangkan disiplin ilmu ekonomi politik adalah David Ricardo (1772-1823).
Ricardo menulis esay on the Influence of a Law Price Of Corn on the Profit of Stock
pada tahun 1815, yang di tahun 1817 judulnya diubah menjadi On the Principle of
Political Economy and Taxation. Pakar Klasik lain yang juga cukup intens membahas
Ekonomi Politik adalah Thomas Malthus (1766-1834) dan John Stuart Mill (1806-1873).
Pemikiran Malthus tentang ekonomi politik dapat diikuti dari dua bukunya, yaitu
Principles of Political Economy (1820) dan Definitions of Political Economy (1827),
sedang gagasan J.S.Mill dapat dilihat pada bukunya Principles of Political Economy
with Some of Their Application to Social Philisophy (1848)
Pada masa klasik, antara ilmu ekonomi dengan ilmu politik masih menatu, tetapi
kemudian di tangan tokoh-tokoh ekonomi Neoklasik, Ilmu Ekonomi makin berkembang
berkat “bantuan” dari ilmu matematika (terutama kalkulus) dan ilmu statistika,
sedangkan ilmu politik relative berada di tempat. Sejak itu ilmu ekonomi “bercerai”
dengan Ilmu Politik, dan pakar-pakar ekonomi Neoklasik meresmikan Ilmu Ekonomi
sebagai disiplin ilmu tersendiri.
Tetapi perceraian yang disebutkan di atas baru “talak satu”. Beberapa peristiwa tahun
60-an dan tahun 70-an memaksa kedua pasangan ini kembali. Masalahnya, banyak saran
yang dikemukakan oleh pakar-pakar ekonomi murni yang tidak berjalan sewaktu
diterapkan dinegara-negara berkembang karena adanya perilaku kapitalis dari para
penyelenggara Negara. Karena hal ini menyangkut prilaku, pakar-pakar ekonomi politik
Neoklasik mulai mempelajari teori-teori tentang perilaku (individu, organisasi, maupun
sosial) seperti teori pertukaran dan teori prilaku birokratis. Selain itu situasi dunia
internasional pada tahun 70-an semakin memperkokoh penyatuan antara ekonomi
internasional dan hubungan (politik) internasional ke dalam ekonomi politik
internasional. Penghapusan standar emas oleh Amerika tahun 1971, munculnya OPEC,
meroketnya perekonomian Jepang, serta runtutan Negara-negara berkembang untuk
menata ekonomi internasional yang lebih adil telah memaksa ilmuan-ilmuan social untuk
memahami interaksi ekonomi dan politik
Ilmu ekonomi dengan ilmu politik semakin rukun berkat karya-karya Kenneth Arrow,
Mancur Olson, William Riker, James Buchanan, dan Gordon Tullock. Mereka
mengembangkan apa yang disebut Ekonomi Politik Baru (New Political Economics)
dengan dua variasi: Teori Pilihan Rasional (Rational Choice) dan Teori Pilihan Publik
(Public Choice). Dilihat dari mdel Ekonomi Politik Baru dapat disimpulkan bahwa
terpisahnya Ilmu Ekonomi dengan Ilm Politik di masa lalu hanya karena para pakar
ekonomi murni pada periode-periode sebelumnya lebih sibuk dengan fenomena,
transaksi, dan penataan pasar, tetapi tidak atau kurang mau terlibat dalam memperhatikan
fenomena, transaksi, dan penataan nonpasar. Padahal konsep nonpasar dapat digunakan
oleh ekonom untuk menjelaskan dan menganalisis berbagai kebijaksanaan publik.
Penggunaan metode analisis Ekonomi Politik dikembangkan lebih lanjut oleh pakar-
pakar ekonom yang tergabung dalam aliran institusional (Dorodjatun Kuntjoro Jakti,
1991). Aliran institusional menggabungkan kedua analisis ekonomi dan politik secara
timbal balik, yaitu penerapan metode “analisis politik ekonomi” yang berasal dari teori
politik untuk memahami permasalahan ekonomi (the Political theory of economics), dan
penerapan “analisis ekonomi politik” yang bersumber dari teori ekonomi untuk
memahami permasalahan politik (the economic theory of politics).
Dengan semakin mengglobalnya perekonomian, banyaknya campur tangan lembaga-
lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia, diagendakannya
perekonomian global oleh WTO, serta banyaknya keterlibatan perusahaan-perusahaan
multinasional dari Negara-negara maju yang didukung oleh Negara masing-masing
semuanya karena pengaruh Neoliberalisme maka ekonomi tidak bisa lagi dipisahkan
dengan politik.

B. Pengertian dan Definisi Ekonomi Politik


1. Pengertian Ekonomi Politik
Ekonomi dan politik berasal dari bahasa Yunani. Ekonomi berasal dari kata
"oikos" yang berarti aturan dan "nomos" yang berarti rumah tangga. Sedangkan
politik berasal dari kata "polis” yang berarti  negara atau kota. Berdasarkan
maknanya yang secara empiris tidaklah sama, namun dalam perkembangan dunia
kedua kata tersebut menjadi hal yang berkaitan dan saling mempengaruhi. Tindakan
politik tidak terbebas dari kepentingan ekonomi dan sebuah kebijakan ekonomi tidak
terlepas pula dari kepentingan politik. Dengan demikian ekonomi politik
dimaksudkan untuk mengungkapkan kondisi di mana produksi atau konsumsi
diselenggarakan negara-negara.
2. Defenisi Ekonomi Politik
Definisi ekonomi polotik menurut Balaam merupakan disiplin intelektual yang
mengkaji hubungan antara ekonomi dan politik. Menurut P. Todaro, ekonomi politik
membahas hubungan politik dan ekonomi dengan tekanan pada peran kekuasaan
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pakar lainnya menggunakan istilah ekonomi
politik untuk merujuk pada masalah yang dihasilkan oleh interaksi kegiatan ekonomi
dan politik. Dengan demikian ekonomi politik menjelaskan dan mengungkapkan
hukum-hukum produksi kekayaan di tingkat negara dunia.
Ekonomi Politik menunjukkan dua hal cara pandangnya. Pertama, ekonomi
politik (klasik) berdasar pada sebuah teori yang meletakkan buruh/pekerja sebagai
sumber dari nilai ekonomi. Teori ini (kritik ekonomi yang didasarkan pada profit
motive dari Robertson hingga Marx) telah dibalik dan menyatakan bahwa
keuntungan yag diperoleh berasal dari eksploitasi pekerja. Kesimpulan ini tentu saja
tidak diharapkan oleh pencetus teori ini, terutama Adam Smith dan David Ricardo,
sebagai pembela laissez faire (mekanisme pasar bebas; tentang laisser faire akan
dijelaskan pada pembahasan selanjutnya) dan keuntungan pribadi. Untuk
menunjukkan bahwa di dalam basis nilai-nilai ekonomi yang diproduksi oleh dunia
modern terdapat ekspoloitasi pekerja, merupakan tantangan utama pada legitimasi
system sosio-ekonomi yang didasarkan pada profit motive saat ini. Apa yang telah
dicetuskan Adam Smith dan David Ricardo (teori ekonomi politik klasik) telah
diubah menjadi ilmu ekonomi Alfred Marshall, yang menjadi dasar ekonomi modern.
Kedua, ekonomi politik saat ini mengacu pada studi relasi kuasa dan institusi-
institusi dalam masyarakat, dimana mampu mempengaruhi cara mendapatkan dan
menetapkan kebutuhan-kebutuhan hidup manusia. Hematnya, studi tentang ekonomi
yang didasarkan pada asumsi: apa yang sedang berlangsung dalam perekonomian dan
pengaruh relasi kuasa sosial. Pada tradisi teoritis, relasi kuasa ini terjadi di antara
Negara-negara atau di antara bagian-bagian masyarakat itu sendiri. Semenjak
kepemilikan menjadi sebuah institusi yang menciptakan ketidaksetaraan kekuasaan
sosial, pasar dan institusi lain menjadi mutlak politis karena mereka didasarkan pada
ketidakseimbangan kekuasaan sosial.
Dalam konteks globalisasi saat ini, ekonomi politik memungkinkan kita untuk
membedah relasi kuasa dan institusi-institusi ini, mempelajari pengaruh-
pengaruhnya, mengingatkan konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi, dan
memberika kemungkinan-kemungkinan solusi atas permasalahan yang menumpuk,
alternative-alternatif yang dapat digali atas prinsip-prinsip pasar baik di tingkat lokal
maupun dunia.

Anda mungkin juga menyukai