Anda di halaman 1dari 8

Ade Rahmah Novirza

PENGANTAR EKONOMI POLITIK

Sejarah ekonomi politik

Sebelum ilmu ekonomi berkembang seperti saat ini, sesungguhnya dulu berinduk kepada ilmu
ekonomi politik (political economy). Ekonomi politik sendiri merupakan bagian dari ilmu filsafat.
Tentu saja, perkembangan ilmu ekonomi politik tidak luput dari gagasan John Stuart Mill lewat buku
monumentalnya : Principles of Polotical Economy. Didalam buku tersebut dijelaskan
bermacam-macam isu yang menjadi dasar penting dari perkembangan ilmu ekonomi, seperti teori
nilai dan distribusi, pertukaran, produksi, tenaga kerja, peran Negara, pajak, utang Negara, dan
sosialisme. Perbedaan terpenting dari pendekatan ekonomi politik dan ilmu ekonomi murni adalah
dalam pandangannya tentang struktur kekuasaan yang ada didalam masyarakat. Ekonomi politik
percaya bahwa struktur kekuasaan akan mempengaruhi pencapaian ekonomi, sebaliknya pendekatan
ekonomi murni menganggap struktur kekuasaan kekuasaan didalam masyarakat adalah given.

Perspektif Ekonomi Politik

Dalam lintasan sejarah, proses formulasi teori ekonomi politik berbilang sudah sangat lama. Dari
perspektif ini, menurut Clark (1998:21-23), munculnya teori ekonomi dapat dilacak dari periode
antara abad 14 dan 16, yang biasa disebut masa “transformasi besar” di eropa barat sebagai
implikasi dari system perdagangan yang secara perlahan menyisipkan system ekonomi feudal pada
abad pertengahan. Tumbuhnya pasar ekonomi baru yang besar tersebut telah memunculkan peluang
ekspresi bagi aspirasi-aspirasi individu dan memperkuat jiwa kewirausahaan yang sebelumnya
ditekan oleh lembaga gereja, Negara dan komunitas. Selanjutnya, pada abad 18 muncul abad
pencerahan yang marak diprancis dengan para pelopornya, antara lain, Voltaire, Diderot, D’Alambert,
dan Condilac. Pusat gagasan dari perumus ide pencerahan itu adalah adanya otonomi individu dan
eksplanasi kapasitas manusia. Ide dari abad pencerahan inilah, yang bertumpu kepada ilmu
pengetahuan masyarakat, yang sebetulnya menjadi dasar teori ekonomi politik. Sedangkan istilah
ekonomi politik sendiri pertama kali diperkenalkan oleh penulis Prancis, Antoyne de Montchetien
(1575-1789) berjudul Inequiry into the Principles of Political Economy.

Para ahli eknomi politik mengembangkan ide tenteng keperluan untuk menstimulasi kegiatan
ekonomi (bisnis). Pasar dianggap masih belum berkembang pada saat itu, sehingga pemerintah
memiliki tanggung jawab untuk membuka wilayah baru perdagangan, memberikan perlindungan dari
kompetisi, dan menyediakan pengawasan untuk produk yang bermutu. Namun, akhir abad 18,
pandangan itu ditentang karena dianggap pemerintah bukan lagi sebagai agen yang baik untuk
mengatur kegiatan ekonomi, tetapi justru sebagai badan yang merintangi upaya untuk memperoleh
kesejahteraan. Perdebatan antara para ahli ekonomi politik itulah yang akhirnya memunculkan
banyak sekali aliran dalam tradisi pemikiran ekonomi politik. Secara gharis besar, mazhab itu dapat
dipecah dalam 3 kategori, yakni : (i) aliran ekonomi politik konservatif yang dimotori oleh Edmund
Burke, (ii) aliran ekonomi politik klasik yang dipelopori oleh Adam Smith, Thomas Malthus, David
Ricardo, Nassau senior, dan Jean Baptiste say; dan (iii) aliran ekonomi politik radikal yang
dipropogandakan oleh William Godwin, Thomas Paine, Marquist de Condorcet, dan tentu saja Karl
Marx.

Sebenarnya ilmu ekonomi eksis dalam ranah ilmu pengetahuan karena dipandang sebagai cabang
ilmu social yang bias menerangkan dengan tepat problem manusia, yakni ketersediaan sumber daya
ekonomi yang terbatas. Implikasi dan keterbatasan sumber daya berujung dalam dua hal : (i)
bagaimana mengalokasikan sumber daya yang terbatas tersebut secara efisien sehingga dapat
menghasilkan output yang optimal; (ii) menyusun formulasi ketrja sama ataupun kompetisi secara
detail sehingga tidak terjadi konflik. Dua soal itulah seluruh teori ilmu ekonomi bekerja mencari
penemuan-penemuan baru, khususnya sebagai upaya memecahkan persoalan ekonomi yang rumit.
Sungguh pun begitu, terdapat beberapa perbedaan pandangan antara ekonomi konvensional dengan
ekonomi politik dalam mencapai tujuan tersebut.

Tidaklah mudah mendesain system insentif dalam kegiatan ekonomi yang multikompleks. Syarat
system insentif bekerja adalah tersedianya informasi yang lengkap sehingga dapat diakses oleh
semua pelaku ekonomi. Informasi yang kurang lengkap menyebabkan system insentif tidak pernah
bekerja dengan sempurna. Bagi scholars ekonomi politik, kegagalan terpenting mekanisme pasar
adalah ketidak sanggupannya memfasilitasi informasi yang lengkap. Disinilah teori ekonomi politik
berselancar diantara kelaangkaan informasi dan kemampuan untuk mencari model kompensasi atas
ketidak kesempurnaan pasar. Dalam kasus monopoli, mislnya, kompensasi itu bias berupa pengenaan
pajak perusahaan yang kemudian ditransfer ke konsumen.

Keterbatasan peran pasar akibat informasi yang tidak lengkap itu diharapkan dapat diatasi dengan
tregulasi. Dengan prinsip regulasi itu, yang sebetulnya sudah dikembangkan lebih dulu oleh teori
ekonomi kelembagaan, suatu tindakan dan keputusan ekonomi diambil dengan mempertimbangkan
kepentingan semua pihak sehingga kemungkinan kerugian yang bakal diderita oleh salah satu
partisipan dapat dieliminir. Jika ini yang terjadi, maka prinsip efisiensi dan kerja sama / kompetisi
dalam kegiatan ekonomi bisa dicapai.

Struktur Ekonomi Politik

Terlepas dari sejarah teori ekonomi politik yang rumit tersebut, pendekatan ekonomi politik sendiri
secara definitive dimaknai sebagai interrelasi diantara aspek, proses, dan institusi politik dengan
kegiatan ekonomi (produksi, investasi, penciptaan harga, perdagangan, konsumsi, dan lain
sebagainya). Harus juga dipahami bahwa pendekatan ini meletakkan bidang politik subordinat
terhadap ekonomi. Artinya, instrument-instrumen ekonomi seperti mekanisme pasar, harga, dan
investasi dianalisis dengan mempergunakan setting system politik dimana kebijakan atau peristiwa
ekonomi tersebut terjadi. Dengan kata lain, pendekatan ini melihat ekonomi sebagai cara untuk
melakukan tindakan, sedangkan politik menyediakan ruang bagi tindakan tersebut. Pengertian ini
sekaligus bermanfaat untuk mengakhiri keyakinan yang salah, yang menyatakan bahwa pendekatan
ekonomi politik berupaya untuk mencampur analisis ekonomi dan politik untuk mengkaji suatu
persoalan. Padahal, seperti yang bisa dipahami, antara analisis ekonomi dan politik tidak dapat
dicampur karena keduanya dalam banyak hal memiliki dasar yang berbeda.

Antara ilmu ekonomi dan ilmu politik memang berlainan, dalam pengertian diantara keduanya
mempunyai alat analisis sendiri-sendiri yang bahkan memiliki asumsi yang berlawanan. Dengan
demikian, tidak mungkin menggabungkan alat analisis ekonomi dan politik karna bisa sangat ambigu
dan membingungkan. Sungguhpun begitu, antara ekonomi dan politik bisa disandingkan dengan
pertimbangan keduanya mempunyai proses yang sama. Agar mendapatkan pemahaman yang lebih
detail mengenai ketidakmungkinan menggabungkan analisis ekonomi dan politik bisa dilacak dari
perbedaan sifat kedua ilmu itu. Secara definitive ilmu ekonomi selalu merujuk pada tiga konsep
berikut : kalkulasi, penyediaan materi, dan meregulasi sendiri.

Ilmu politik juga berjalan dengan 3 konsep baku, yakni politik sebagai pemerintah, otoritas yang
mengalokasikan nilai, dan public. Politik sebagai pemerintah jelas tugasnya untuk memberikan direksi
dan mengeluarkan regulasi. Disini, sifat pemerintah berupaya menyediakan panduan dan melakukan
intervensi sehingga bertabrakan dengan sifat ekonomi yang memercayai pasar bisa bekerja secara
mandiri. Kemudian politik sebagai public bermakna bahwa output dari politik selalu merupakan
urusan bersama, berbeda dengan ekonomi yang berkonotasi privat. Jadi, dengan deskripsi tersebut
antara ekonomi dan politik secara bersamaan merupakan upaya yang tidak akan berhasil.

Pendekatan ekonomi politik semakin relevan untuk dipakai karena struktur ekonomi sendiri tidak
semata-mata ditentukan secara tekhnis. Dia terdiri dari dua bagian yang saling terkait. Pertama,
kekuatan produksi material- pabrik dan perlengkapan, sumber-sumber alam, manusia dengan skill
yang ada dan teknologi. Kedua, relasi prodyksi-manusia, seperti hubungan antara para pekerja dan
pemilik modal atau antara para pekerja dan menejer.

Strategi kelembagaan yang bisa dilakukan untuk menjinakkan pasar dapat dipilah dalam 3 klasifikasi
berikut: (i) meregulasi pasar, khususnya untuk mengatasi persoalan-persoalan eksternalitas, skala
ekonomi, dan informasi yang tidak sempurna. (ii) menstabilisasi pasar, yang bertujuan untuk
menurunkan inflasi, minimalisasi volatilitas makro ekonomi, dan mencegah krisis keuangan. (iii)
melegitimasi pasar, yakni kebijakan untk menopang kegagalan pasar, seperti asuransi dan
perlindungan social, redistribusi, dan manajemen konflik.

Dalam pendekatan ekonomi politik ini, setidaknya terdapat lima hal yang memperkuat
pemakaiannya. Pertama, penggunaan kerangka kerja ekonomi politik berupaya untuk menerima
eksistensi dan validitas dari perbedaan budaya politik, baik formal maupun informal. Kedua, analisis
kebijakan akan memperkuat efektivitas sebuah rekomendasi marena mencegah pemikiran yang
deterministic. Ketiga, analisis kebijakan mencegah pengambilan kesimpulan terhadap bebrapa
alternative tindakan berdasarkan kepada perspektif waktu yang sempit. Keempat, analisis kebijakan
yang berfokus kenegara berkembang tidak bisa mengadopsi secara penuh orientasi teoritis statis.
Kelima, analisis kebijakan lebih mampu menjelaskan interaksi antar manusia.

Pengertian ekonomi politik

Politik ekonomi adalah ilmu sosial yang mempelajari produksi, perdagangan, dan hubungannya
dengan hukum dan pemerintah. Ini adalah studi tentang bagaimana teori ekonomi mempengaruhi
sistem sosial-ekonomi yang berbeda seperti sosialisme dan komunisme, bersama dengan pembuatan
dan implementasi kebijakan publik.

Berbagai kelompok ekonomi menganut teori mereka sendiri tentang bagaimana ekonomi harus
dikembangkan; oleh karena itu, ekonomi politik adalah bidang kompleks yang mencakup berbagai
kepentingan politik. Secara sederhana, ekonomi politik mengacu pada nasihat yang diberikan oleh
para ekonom kepada pemerintah baik tentang kebijakan ekonomi umum atau proposal khusus
tertentu yang dibuat oleh politisi.

Komponen Ekonomi Politik

Ekonomi politik dibagi menjadi dua bagian: Ekonomi Politik Klasik dan Ekonomi Politik Modern.
Ekonomi Politik Klasik mempelajari karya-karya filsuf seperti Machiavelli, Adam Smith, dan Karl Marx.
Ekonomi Politik Modern, di sisi lain, mempelajari karya filsuf, ekonom, dan ilmuwan politik modern
seperti John Maynard Keynes, Milton Freidman, dan Friedrich Hayek.

Studi tentang ekonomi politik dipengaruhi oleh teori permainan, karena melibatkan berbagai
kelompok yang bersaing untuk mendapatkan sumber daya dan kekuasaan yang terbatas yang menilai
kebijakan mana yang akan memberikan hasil yang paling menguntungkan. Ini juga berkaitan dengan
kemampuan ekonomi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Studi tentang ekonomi politik berfokus
pada tiga bidang utama:

1. Studi interdisipliner
Dari sudut pandang interdisipliner, ekonomi politik berfokus pada ekonomi, sosiologi, dan ilmu politik
untuk memahami bagaimana sistem ekonomi, institusi politik, dan lingkungan saling mempengaruhi
dan mempengaruhi.

Tiga bidang studi interdisipliner meliputi model ekonomi dari proses politik, ekonomi politik
internasional dan bagaimana pengaruhnya terhadap hubungan internasional, dan alokasi sumber
daya dalam sistem ekonomi yang berbeda.

2. Politik Ekonomi baru

Bidang ekonomi politik baru memperlakukan kebijakan ekonomi sebagai keyakinan atau tindakan
yang harus didiskusikan lebih lanjut daripada sebagai kerangka kerja yang perlu dianalisis. Ini
menyatukan ideologi ekonomi klasik dan kemajuan baru di bidang politik dan ekonomi. Pendekatan
tersebut menolak cita-cita lama tentang agensi dan kepentingan negara dan pasar dan bertujuan
untuk mendorong perdebatan politik tentang keinginan dan kebutuhan masyarakat.

3. Politik Ekonomi internasional

Kajian ekonomi politik internasional, juga dikenal sebagai ekonomi politik global, menganalisis
hubungan antara ekonomi dan hubungan internasional. Ini menggunakan ide-ide dari ekonomi,
sosiologi, dan ilmu politik. Ekonomi politik internasional berfokus pada bagaimana negara dan
institusi menggunakan interaksi ekonomi global untuk membentuk sistem politik.

Perilaku Ekonomi Politik

Politik Ekonomi sangat tertarik dengan keuntungan dan kerugian yang timbul dengan penerapan
kebijakan tertentu. Ini memberi mereka gambaran tentang kelompok mana yang mendukung
kebijakan dan kelompok mana yang tidak.

Mereka juga memeriksa bagaimana individu meningkatkan utilitas mereka dengan berpartisipasi
dalam aktivitas politic. Modal dan tenaga kerja digunakan untuk mempengaruhi proses politik dan
menghasilkan hasil kebijakan dengan manfaat paling besar. Perilaku politic dalam suatu
perekonomian dibentuk oleh:

1. Minat

Mereka termasuk kepentingan individu dan kelompok yang mampu menggunakan kekuasaan mereka
untuk mempengaruhi kebijakan. Individu dalam pemerintahan cenderung mempromosikan
kepentingan ekonom dan politik mereka sendiri yang akan membantu mereka mempertahankan
kekuasaan. Orang-orang di luar pemerintahan seringkali lebih peduli dengan hasil dari kebijakan
ekonomi yang diterapkan.

2. Ide

Ide dianggap berpengaruh penting terhadap kebijakan, selain kepentingan ekonom dan politik.
Diasumsikan bahwa individu mencari diri sendiri dan rasional dan bahwa mereka tidak dapat menilai
hasil dari semua pilihan yang tersedia bagi mereka.

Ideologi memungkinkan seseorang untuk memutuskan apa yang harus mereka lakukan agar tetap
konsisten dengan nilai dan keyakinan dasar mereka. Memasukkan ideologi ke dalam model ekonomi
memungkinkan beberapa tindakan politik dipandu oleh faktor selain kepentingan pribadi. Beberapa
orang ingin masuk politik hanya karena mereka ingin membuat perubahan di dunia.

3. Lembaga
Ada aturan politik yang mencakup Konstitusi dan menjelaskan bagaimana pemimpin dipilih dan
bagaimana kebijakan baru dapat diterapkan. Lembaga membantu menyusun insentif yang dihadapi
individu dan kelompok dalam perekonomian.

Teori Politik Ekonomi

Teori ekonom modern dipecah menjadi tiga ideologi, yaitu:

1. Liberalisme

Ideologi liberal berasal dari konsep kerja dan pertukaran serta penggunaan tanah, tenaga kerja, dan
modal untuk menghasilkan barang tahan lama. Ekonom liberal percaya bahwa ekonom dapat
menguntungkan semua orang dan bahwa masyarakat dapat maju dengan peningkatan standar hidup.

Mereka berpikir bahwa keinginan komunitas daripada individu adalah yang paling penting untuk
pengambilan keputusan. Mereka juga percaya pada kesempatan yang sama bagi semua orang dan
peduli dengan struktur masyarakat sipil.

2. Marxisme

Marxisme menyatakan bahwa ketidaksetaraan itu buruk, dan kekayaan dihasilkan dari kerja dan
pertukaran. Ia tidak mendukung kepemilikan pribadi atas sumber daya, yang diyakini mengarah pada
ketidaksetaraan dan hanya mendukung kebutuhan elit dan bukan seluruh masyarakat.

3. Nasionalisme ekonomi

Ini adalah keyakinan bahwa negara memiliki semua kekuasaan dan bahwa individu harus bekerja
untuk memanfaatkan keuntungan ekonomi. Ideologi tersebut menyatakan bahwa pemerintah harus
mengontrol semua sumber daya dan bahwa individu-individu bodoh dan tidak dapat menciptakan
masyarakat yang kohesif tanpa negara yang kuat.

Dengan demikian, ekonom politic memberi kita pemahaman tentang bagaimana sebuah negara dan
rumah tangga dikelola dan diatur dengan mempertimbangkan faktor politic dan ekonomi yang terkait
dengan masing-masing.

Istilah “Ekonomi Politik” seringkali dipertukarkan dengan istilah “Politik Ekonomi”, padahal secara
metodologis kedua istilah tersebut mengandung perbedaan yang substansial. Politik Ekonomi
merupakan suatu unsur atau elemen yang menjadi alat dari ekonomi dan rasionalisasi kekuatan
politik dalam melaksanakan rencana-rencana untuk mencapai sasaran yang dikehendaki. Politik
Ekonomi secara umum disebut sebagai Das Sollen, karena dipandang tidak sama dan sebangun
dengan ilmu pengetahuan, melainkan hanya sebagai sebuah produk Policy Sciences. Sedangkan
Ekonomi Politik disebut sebagai Das Sains, karena di dalamnya secara eksplisit terdapat berbagai
prasyarat keilmuan, yang memiliki wilayah kajian yang luas sebagai ilmu maupun pengetahuan
menyangkut studi tentang hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara faktor ekonomi
dan faktor politik.

Substansi Ekonomi Politik antara lain berupa persoalan interdependensi, dependensi,


keterbelakangan, pertumbuhan, perkembangan, pembangunan ekonomi sosial, sistem-sistem
ekonomi, realisme dan idealisme, linear dan strukturalis internasional, globalisasi, regionalisme, dan
sebagainya.
Dalam pendekatan Ekonomi Politik, masalah yang dihadapi antara lain mencakup variabel-variabel
politik, variabel ekonomi, variabel sosial budaya, sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh meliputi
(1) intervensi pemerintah, perubahan kebijakan, tindakan politik ekonomi, (2) kenaikan harga di
pasar, (3) kemerosotan daya beli masyarakat, (4) kelangkaan sumber daya, (5) revolusi sosial,
transformasi industrial, (6) revolusi dan kemajuan ilmu, pengetahuan, teknologi, komunikasi, dan
informasi.

Lord Robbins (seorang ekonom Inggris, mantan pimpinan The London School of Economics, yang
bernama lengkap Lord Lionel Robbins yang lahir di Middlesex tahun 1898 dan meninggal di London
tahun 1984), dalam buku karyanya yang berjudul “Political Economy : Past and Present : A Review of
Leading Theories of Economy Policy” (yang diterbitkan pada tahun 1976), menuturkan bahwa
Ekonomi Politik itu dapat diperbedakan menjadi Ekonomi Politik Lama (atau sering disebut sebagai
Ekonomi Politik Klasik) dan Ekonomi Politik Baru (atau sering disebut sebagai Ekonomi Politik Modern
atau Ekonomi Politik Kontemporer).

Ekonomi Politik : Antara Yang Klasik dan Yang Kontemporer

Baik dalam teori Ekonomi Politik Klasik maupun dalam Ekonomi Politik Kontemporer digambarkan
adanya hubungan di antara ekonomi dan politik dalam suatu negara. Baik pada Ekonomi Politik Klasik
– yang diusung oleh ekonom klasik seperti Adam Smith dan David Ricardo, maupun pada Ekonomi
Politik Kontemporer – yang didasarkan pada teori ekonomi politik yang dikemukakan oleh Karl Marx,
negara dianggap mempunyai peran dalam memberikan respons untuk menggeser keseimbangan
pasar.

Adam Smith dan David Ricardo merupakan tokoh teori ekonomi klasik yang menjadi dasar dari
pendekatan teori Ekonomi Politik Klasik. Dalam teori Ekonomi Politik Klasik dinyatakan bahwa pasar
memiliki kemampuan untuk mengelola dirinya sendiri (dalam artian kuat atau strong sense).
Pandangan seperti ini seringkali dijadikan sebagai dasar dalam menjalankan kebijakan pasar bebas.
Bahkan para ekonom klasik ini adalah yang pertama kalinya memandang perekonomian sebagai
sebuah sistem yang secara prinsip terpisah dari politik dan rumah tangga. Segala bentuk investasi
menurut mereka harus ada hasil yang nyata (return of investment).

Menurut pendapat para ekonom klasik ini, siapapun – termasuk negara sekalipun – dalam melakukan
investasi harus berpikir dulu berapa yang akan dihasilkan dari investasi yang akan ditanamkan.
Return of investment ini telah menjadi pijakan dasar bertindak dalam berinvestasi. Para ekonom
klasik tetap menganggap bahwa politik sebagai sesuatu yang penting, namun tindakan-tindakan yang
terkait dengan politik jangan terus-menerus mengintervensi pasar, biarkan pasar berjalan apa adanya
sehingga keuntungan akan diperoleh dari pasar yang bekerja secara alami ini. Apabila mekanisme
pasar bekerja secara alami – dimana perekonomian diserahkan kepada pasar tanpa intervensi politik
– maka akan berdampak pada tumbuh dan berkembangnya perekonomian secara makro. Teori
ekonomi klasik berpendapat bahwa peran pemerintah sebenarnya terbatas hanya pada masalah
penegakan hukum, menjaga keamanan dan pembangunan infrastruktur.

Beberapa penganut aliran teori ekonomi klasik memberi argumen tentang konsep pasar yang
mengatur dirinya sendiri, karena mereka beranggapan bahwa sistem pasar adalah sebuah realita
yang akan tercipta dengan sendirinya tanpa campur tangan pemerintah, dimana pasar memiliki
hubungan dengan negara tapi pasar bukan institusi bawahan dari negara. Campur tangan negara
baru diperlukan manakala tidak ditemukan adanya keseimbangan atau kesempurnaan pasar. Pasar
yang sempurna ditentukan oleh permintaan (demand) dan penawaran (supply) itu sendiri. Penganut
teori ekonomi klasik juga menyatakan bahwa pasar memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri.
Inilah yang seringkali disebut dengan ekonomi liberal dengan pasar bebasnya. Pandangan teori
ekonomi klasik ini telah membuat istilah Ekonomi Politik menjadi kurang jelas pengertiannya. Teori
ini mengajukan pokok pikiran bahwa ekonomi tidak bersifat politik.

Ekonomi Politik Klasik merupakan cabang ilmu ekonomi yang membahas campur tangan negara
(politik) yang bersifat sementara dalam menciptakan keseimbangan (equilibrium) atau
kesempurnaan (perfectness) pasar. Pasar yang sempurna ditentukan oleh tarik-menarik antara
penawaran (supply) dan permintaan (demand). Akan tetapi dalam kenyataannya, hukum pasar tidak
senantiasa berjalan secara sempurna. Bahkan pertarungan antara pelaku pasar kelas besar dengan
pelaku pasar kelas kecil seringkali tidak terhindarkan, dengan kecenderungan pelaku pasar kelas
besar mengalahkan pelaku pasar kelas kecil.

Lord Lionel Robbins dalam buku karyanya yang berjudul “Political Economy : Past and Present : A
Review of Leading Theories of Economy Policy” menjelaskan pengertian Ekonomi Politik Klasik
sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh dari suatu pembahasan sejak dari ilmu ekonomi murni
sampai dengan teori-teori tentang kebijakan murni yang meliputi analisis dari bekerjanya ekonomi
pasar, alternatif sistem kebijakan dan prinsip-prinsip keuangan negara.

Ekonomi Politik Klasik membahas keterkaitan antara berbagai aspek, proses, dan institusi politik
dengan kegiatan ekonomi – mencakup kegiatan-kegiatan produksi, investasi, pembentukan harga,
perdagangan, konsumsi, dan lainnya. Ekonomi Politik Klasik percaya, bahwa struktur kekuasaan akan
mempengaruhi pencapaian ekonomi. Pendekatan Ekonomi Politik Klasik menganggap struktur
kekuasaan yang ada di dalam masyarakat adalah sudah given.

Di lain pihak, Ekonomi Politik Kontemporer adalah ekonomi politik yang membahas tentang
bagaimana sistem ekonomi itu bekerja, dapat bekerja, harus dibuat bekerja, dan memungkinkan
dirinya bekerja. Meskipun demikian, Ekonomi Politik Kontemporer bukanlah sciencetivic economics
yang merupakan himpunan dari value free generalization tentang cara-cara sistem ekonomi itu
bekerja. Ekonomi politik di sini membicarakan prinsip-prinsip umum dalam bidang ekonomi.

Ekonomi Politik Kontemporer berpijak pada teori Karl Marx, yang menyatakan bahwa ekonomi itu
selalu bersifat politik. Faktor-faktor politik itu disebabkan oleh dinamika dari proses ekonomi
kapitalis, dan proses itu mewarnai pertarungan-pertarungan politik berskala besar dalam sejarah.
Untuk membuktikan bahwa cara kerja dari perekonomian kapitalis membawa dampak politik, Marx
mengajukan kritik terhadap pandangan ekonomi klasik tentang pasar yang meregulasi dirinya sendiri.
Karl Marx melakukan kritik ini bukan dengan tujuan untuk membenarkan konsep kapitalisme yang
dikendalikan negara, melainkan dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa kapitalisme tidak dapat
bertahan hidup dalam waktu yang lama. Kegagalan pasar didefinisikan dengan menggunakan konsep
pilihan pribadi dan penggunaan sumber daya secara efisien. Menurut pemikiran kaum neo klasik,
“ekonomi” adalah transaksi-transaksi swasta yang dilakukan untuk memaksimalkan kegunaan yang
didapatkan individu, sementara “politik” adalah penggunaan kewenangan publik untuk mencapai
tujuan yang sama juga.

Ekonomi Politik Kontemporer merupakan studi mengenai sistem ekonomi sebagai cara untuk
mengatasi masalah ekonomi fundamental secara praktis dan yang menerapkan seni-seni dari
ekonomi praktis. Ekonomi Politik Kontemporer banyak membahas persoalan ketidak-adilan sistem
ekonomi internasional berkenaan dengan masalah pemerataan pendapatan, kemiskinan,
pertumbuhan, dan struktur sosial lainnya. Ekonomi Politik Kontemporer menelaah berbagai variabel
sosial lainnya, menentukan dan berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian khususnya yang
terjadi pada masyarakat tradisional terutama di Dunia Ketiga, termasuk telaah yang dilakukan oleh
aliran radikal maupun Neo Marxist.
Ekonomi Politik Kontemporer mengacu pada manajemen persoalan ekonomi negara, yang
mengaitkan hubungan antara tujuan negara (public ends) dengan kepentingan pribadi (private
interests). Ekonomi Politik Kontemporer merupakan studi tentang mekanisme yang dapat digunakan
masyarakat untuk menjalankan perekonomian sosialnya, yang meliputi peralatan (tools), lembaga
(institutions), sumberdaya manusia yang mampu menciptakan barang (goods) dan jasa (services).

kapitalis, tapi juga struktur masyarakat dan bentuk negara. Negara dipandang mempunyai peran
untuk memberikan respon. Pendekatan-pendekatan yang berpusat pada negara menggeser
keseimbangan antara pasar dengan negara menjadi lebih condong ke negara, dimana nengara
dianggap bebas untuk menjalankan agendanya sendiri demi kepentingan masyarakat.

Sunyoto Usman (2003) mengungkapkan bahwa pembangunan yang dilakukan oleh suatu negara
pada saat ini tidak akan dapat lepas dari pengaruh globalisasi yang melanda dunia. Persoalan politik
dan ekonomi tidak dapat lagi hanya dipandang sebagai persoalan nasional. Keterkaitan antar negara
menjadi persoalan yang patut untuk diperhitungkan. Masalah ekonomi atau politik yang dihadapi
oleh satu negara membawa imbas bagi negara lainnya dan permasalahan tersebut akan berkembang
menjadi masalah internasional.

Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar,
terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa. Ini berarti bahwa pembangunan senantiasa beranjak
dari suatu keadaan atau kondisi kehidupan yang kurang baik menuju suatu kehidupan yang lebih baik
dalam rangka mencapai tujuan nasional suatu bangsa (Tjokroamidjojo, 1980). Sebagai konsekuensi
dari pelaksanaan pembangunan nasional yang membawa perubahan di sektor pembangunan
ekonomi. Proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat serta mendorong
pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional pada umumnya dan
stabilitas ekonomi pada khususnya. Pemerintah memiliki posisi strategis baik sebagai pelaksana
kebijakan pembangunan, konsumen sekaligus produsen dan investor. Pemerintah juga memiliki
peran sebagai pengelola perusahaan negara yang bertujuan untuk mengelola sumberdaya dan
pemberi pelayanan publik terutama yang menyangkut “hajat hidup masyarakat” serta sebagai
regulator diantara komponen masyarakat.

Menurut Gurley permasalahan pokok dalam Ekonomi Politik Kontemporer adalah kendala-kendala
sosial, politik, dan ekonomi, yang lebih luas, sebagai akibat terjadinya konflik kepentingan di antara
kelas dalam masyarakat. Permasalahannya bukan terbatas pada model pembangunan dan
kepentingan keuangan investasi uang asing, akan tetapi terletak pada siapa yang diuntungkan dan
siapa yang dirugikan dalam pembangunan. Semuanya terletak pada masalah kekuasaan, konflik antar
kelas, dan resistensi terhadap perubahan.

Konsep pembangunan dipahami secara berbeda di antara para pakar, dimana ada yang mengatakan
bahwa konsep pembangunan itu bebas nilai, namun ada pula yang mengatakan bahwa konsep
pembangunan itu tidak bebas nilai. Secara empirik, pembangunan tidak bebas nilai. Pembangunan
itu bersifat multi dimensi, mencakup politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi.Untuk mengukur
hasil pembangunan, diperlukan indikator sosial yang tepat, mencakup pendapatan perkapita,
pemerataan pendapatan dan kesejahteraan, kecukupan riil sandang, pangan, papan, pelayanan
pendidikan dan kesehatan, serta berbagai pranata sosial ekonomi dan politik yang diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai