Anda di halaman 1dari 26

Kewajiban Zakat, Infaq, Sedekah, Pajak, dan Wakaf

Kahlil Mawardi Savana E1B021024


Talitha Kirana Paramesti E1B021025
Alya Nindita Chairunisa E1B021026
Pradita Dwi Ariyani E1B021027
Salma Nabila Ramadhani E1B021028
Rayhan Fausta Muliawan E1B021029
Khomisur Rahmatul Fajri Siregar E1B021030

Dosen Pengampu : Drs. Abdul Rohman, M.A.

Oktober, 2021
Daftar Isi

Halaman Judul
Daftar Isi
Kata Pengantar
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Rumusan Masalah
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Zakat
2.2 Dasar Hukum Zakat
2.3 Rukun Zakat
2.4 Macam-Macam Zakat
2.5 Jenis Harta Wajib Zakat
2.6 Peruntukan Zakat
2.7 Hikmah Zakat
2.8 Pengertian Infaq
2.9 Dasar Hukum Infaq
2.10 Rukun dan Syarat Infaq
2.11 Hikmah Infaq
2.12 Pengertian Sedekah
2.13 Dasar Hukum Sedekah
2.14 Syarat dan Rukun Sedekah
2.15 Hikmah Sedekah
2.16 Pengertian Wakaf
2.17 Dasar Hukum Wakaf
2.18 Syarat dan Rukun Wakaf
2.19 Jenis dan Tata Cara Wakaf
2.20 Hikmah Wakaf
2.21 Konsep Pajak Dalam Hukum Islam
2.22 Pendapat Ulama Mengenai Pajak
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah dan Lagi
Maha Penyayang,segala puji kami panjat kepada Allah SWT tuhan penguasa alam
semesta yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah nya sehingga penulisan makalah
yang berjudul "Kewajiban Zakat,Infaq,Sedekah,Pajak,dan Wakaf bagi Umat Islam"
dapat diselesaikan dengan limpahan cinta kasih-Nya,penuh kedamaian dan
ketenangan.Shalawat serta salam kami haturkan kepada baginda besar Nabi
Muhammad SAW yang telah mengentaskan umat manusia dari jurang kejahiliyyahan
dengan kesejukan ajaran beliau yaitu agama Islam.Dan Semoga pada hari kiamat nanti
kita mendapat syafa'at beliau.Aamiin ya rabbal 'alamin.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
pendidikaan agama islam dan bertujuan menambah pengetahuan bagi penulis maupun
pembacanya.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan
1. Mengetahui Definisi Zakat,Sedekah,Infaq,Wakaf,dan Pajak secara bahasa maupun
secara istilah
2. Mengetahui Hukum dari Zakat,Sedekah,Infaq,Wakaf,dan Pajak dalam islam
3. Mengetahui Hukum dari Zakat,Sedekah,Infaq,Wakaf,dan Pajak dalam islam
4. Mengetahui Jenis-jenis harta yang wajib di Zakatkan dan jenis harta yang bisa di
wakafkan
5. Mengetahui dasar hukum zakat,infaq,sedekah,wakaf dan pajak
6. Mengetahui hikmah dari Zakat,Sedekah,Infaq,dan Wakaf,dan Pajak

1.3 Rumusan Masalah


A. Definisi Zakat,Infaq,Sedekah,Wakaf,dan Pajak
B. Dasar hukum Zakat,Infaq,Sedekah,Wakaf,dan Pajak
C. Jenis-jenis Zakat dan Wakaf
D. Hikmah,Zakat,Infaq,Sedekah,Wakaf,dan Pajak
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Zakat
Zakat berasal dari kata ‫ َز ّكي‬mengikuti wazan ‫ فَ ّع َل‬dalam tashrif istilahi yang merupakan
bentuk fi'il madhi.Zakka artinya berzakat atau membersihkan.Sedangkan zakat ditinjau dari segi
istilah terdapat banyak ulama’ yang mengemukakan dengan redaksi yang berbeda-beda , akan tetapi
pada dasarnya mempunyai maksud yang sama, yaitu bahwa zakat itu adalah bagian dari harta dengan
persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada
seseorang yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.Menurut Yusuf Qardhawi
zakat adalah sejumlah kadar harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada
orang- orang yang berhak menerimanya.Zakat merupakan rukun islam yang ketiga dan Allah
SWT mewajibkan setiap muslim untuk mengeluarkan sebagian dari hartanya untuk
zakat.Zakat dapat membersihkan pelakunya dari dosa dan menunjukan kebenaran iman nya.Orang
yang telah mengeluarkan zakat berarti dia telah membersihkan jiwa, diri, serta hartanya dari
hak orang lain atas apa yang ada pada miliknya serta menumbuhkan pahala.

2.2 Dasar Hukum Zakat


Hukum zakat adalah wajib ‘aini dalam arti kewajiban yang ditetapkan untuk diri
pribadi dan tidak mungkin dibebankan kepada orang lain, walaupun dalam pelaksanaannya
dapat diwakilkan kepada orang lain. Kewajiban zakat itu dapat dilihat dari beberapa segi:
Pertama : banyak sekali perintah Allah untuk membayarkan zakat dan hampir keseluruhan
perintah berzakat itu dirangkaikan dengan perintah mendirikan shalat seperti firman Allah
dalam surah Al-Baqarah ayat 43:

َّ ‫َوَأقِي ُموا ال‬


َ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ َوارْ َكعُوا َم َع الرَّا ِك ِعين‬

”Dan dirikanlah shalat dan bayarkanlah zakat dan ruku’lah kamu beserta orang-orang yang
ruku’”.
Perintah Allah untuk berzakat itu juga disebutkan pada Beberapa ayat surah dibawah ini :

a. Lafaz ‫انفق‬seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 267:

َ ِ‫ض ۖ َواَل تَيَ َّم ُموا ْال َخب‬


ِ ِ‫يث ِم ْنهُ تُ ْنفِقُونَ َولَ ْستُ ْم ب‬
‫آخ ِذي ِه ِإاَّل‬ ِ ْ‫ت َما َك َس ْبتُ ْم َو ِم َّما َأ ْخ َرجْ نَا لَ ُك ْم ِمنَ اَأْلر‬ ِ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َأ ْنفِقُوا ِم ْن طَيِّبَا‬
‫َأ ْن تُ ْغ ِمضُوا فِي ِه ۚ َوا ْعلَ ُموا َأ َّن هَّللا َ َغنِ ٌّي َح ِمي ٌد‬

Artinya : ”Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang
baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu
memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah
Mahakaya, Maha Terpuji.”

b. Lafaz‫ صدق‬seperti dalam surat Al-Taubah ayat 60:

ِ ِ‫يل هَّللا ِ َواب ِْن ال َّسب‬


۞ ۖ ‫يل‬ ِ ‫ب َو ْالغ‬
ِ ِ‫َار ِمينَ َوفِي َسب‬ ِ ‫ين َو ْال َعا ِملِينَ َعلَ ْيهَا َو ْال ُمَؤلَّفَ ِة قُلُوبُهُ ْم َوفِي الرِّ قَا‬
ِ ‫ات لِ ْلفُقَ َرا ِء َو ْال َم َسا ِك‬
ُ َ‫ص َدق‬ َّ ‫ِإنَّ َما ال‬
‫ضةً ِمنَ هَّللا ِ ۗ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم‬َ ‫فَ ِري‬

Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil
zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk
(membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah”

c. Lafaz ‫ اتوا حقه‬seperti dalam surat Al-An’am ayat 141:

۞ ۚ ‫ت َوالنَّ ْخ َل َوال َّزرْ َع ُم ْختَلِفًا ُأ ُكلُهُ َوال َّز ْيتُونَ َوالرُّ َّمانَ ُمتَ َشابِهًا َو َغ ْي َر ُمتَ َشابِ ٍه‬
ٍ ‫ت َو َغ ْي َر َم ْعرُو َشا‬
ٍ ‫ت َم ْعرُو َشا‬ ٍ ‫َوهُ َو الَّ ِذي َأ ْن َشَأ َجنَّا‬
ِ ‫ْرفُوا ۚ ِإنَّهُ اَل ي ُِحبُّ ْال ُمس‬
َ‫ْرفِين‬ َ ‫ُكلُوا ِم ْن ثَ َم ِر ِه ِإ َذا َأ ْث َم َر َوآتُوا َحقَّهُ يَوْ َم َح‬
ِ ‫صا ِد ِه ۖ َواَل تُس‬

Artinya: “Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada
waktu memetik hasilnya, tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebihan”

Ketiga lafaz tersebut diatas mengandung arti zakat.


2.3 Rukun Zakat
Rukun zakat adalah hal-hal yang harus dilakukan ketika ingin berzakat. Berikut adalah
rukun-rukun zakat.

1. Niat

Ketika menunaikan zakat, hendaknya membaca niat untuk berzakat. Hal ini untuk
mengingatkan kita bahwa kita berzakat semata-mata hanya untuk Allah SWT.

a. Pemberi zakat
Pemberi zakat, atau biasa disebut muzakki adalah orang yang berkewajiban untuk membayar
zakat. Seperti yang sudah disebutkan di atas, syarat-syarat untuk orang pemberi zakat adalah
Islam, merdeka, dewasa, tidak memiliki hutang dan memiliki harta yang cukup.

b. Penerima zakat
Penerima zakat biasa disebut dengan mustahik. Mustahik ini adalah orang-orang yang berhak
menerima zakat. Di dalam Al-Quran surat At-taubah ayat 60, disebutkan delapan kategori
orang-orang yang memenuhi syarat untuk mendapatkan manfaat dari zakat.

‫هّٰللا‬
ً‫ضة‬
َ ‫َار ِم ْينَ َوفِ ْي َسبِي ِْل ِ َواب ِْن ال َّسبِي ۗ ِْل فَ ِر ْي‬ ِ ‫ت لِ ْلفُقَ َر ۤا ِء َو ْال َم ٰس ِكي ِْن َو ْال َعا ِملِ ْينَ َعلَ ْيهَا َو ْال ُمَؤلَّفَ ِة قُلُوْ بُهُ ْم َوفِى الرِّ قَا‬
ِ ‫ب َو ْالغ‬ ُ ‫صد َٰق‬ َّ ‫اِنَّ َما ال‬
‫ِّمنَ هّٰللا ِ ۗ َوهّٰللا ُ َعلِ ْي ٌم َح ِك ْي ٌم‬

“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang
dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan)
orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan,
sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.”

Orang yang hidup tanpa mata pencahariaan, orang yang tidak bisa memenuhi kebutuhan
pokoknya, orang yang mengumpulkan zakat, orang yang baru saja masuk islam, orang yang
bebas dari perbudakan melalui akad, orang yang memiliki hutang yang sangat besar, orang
yang berperang di jalan Allah SWT, orang yang dalam perjalanan atau pengelana yang
terlantar, adalah orang-orang yang wajib menerima zakat atau mustahik.
2. Harta yang dizakatkan

Berikut adalah harta-harta yang yang wajib dizakatkan dalam zakat mal:

1. Emas dan Perak adalah logam mulia. Islam menggangap logam mulia seperti
emas dan perak sebagai harta yang dapat berkembang. Cek, deposito, saham
atau surat berharga lainnya termasuk dalam kategori emas dan perak yang
bisa dizakatkan. Rumah, tanah, kendaraan, juga termasuk kategori emas dan
perak yang bisa dizakatkan.
2. Binatang Ternak yang wajib untuk dizakatkan adalah hewan-hewan ternak
yang besar seperti sapi, kambing, kerbau, unta, ayam.
3. Hasil Pertanian yang wajib dizakatkan adalah hasil tumbuh-tumbuhan yang
memiliki nilai ekonomis. Hasil pertanian yang bisa dizakatkan adalah adalah
umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan lain-lain.
4. Harta Perniagaan adalah semua yang digunakan dalam jual-beli. Contoh dari
harta perniagaan adalah alat-alat, perhiasan, pakaian. Perniagaan atau
perdagangan yang dilakukan bisa melalui perorangan atau perusahaan besar.
5. kekayaan Laut dan hasil pertambangan adalah benda-benda yang berasal dari
dalam perut bumi dan bisa juga dizakatkan karena memiliki nilai ekonomis.
Hasil-hasil dari perut bumi itu meliputi minyak bumi, tembaga, timah,
batubara. Kekayaan laut yang bisa dizakatkan yaitu mutiara, dan ambar.
6. Rikaz adalah harta yang sudah terpendam lama sejak zaman dahulu. Salah
satu contoh rikaz atau harta terpendam adalah harta karun. Harta rikaz yang
ditemukan tentunya tidak boleh ada pemiliknya maka baru boleh dizakatkan.
Untuk zakat fitrah bisa berupa uang, beras, kurma atau gandum dengan berat 2.5 kg.

2.4 Macam-Macam Zakat

1. Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat yang harus dibayarkan bagi seorang muslim yang sudah mampu
untuk menunaikannya dan berkecukupan. Zakat fitrah adalah zakat yang wajib ditunaikan
satu kali dalam setahun. Waktu membayar zakat fitrah umumnya dilakukan pada bulan
ramadhan, biasanya menunaikan zakat fitrah dilakukan menjelang hari raya Idul Fitri. Yang
membedakan zakat fitrah dengan zakat yang lainnya adalah, zakat fitrah diharuskan untuk
ditunaikan sebelum melaksanakan sholat Idul Fitri.

Zakat fitrah memiliki arti yaitu mensucikan harta. Hal ini karena di setiap harta seseorang
adalah sebagiannya milik dari orang lain, terlebih lagi orang yang membutuhkan. Selain itu,
harta yang ada pada manusia bukanlah milik mereka semua, namun itu adalah titipan dari
Allah SWT.
Besar zakat yang harus dikeluarkan untuk zakat fitrah adalah sebesar satu sha, atau 2.5 kg
beras, kurma, sagu, gandum. Besarnya zakat bisa disesuaikan dengan konsumsi per orang
dalam sehari pada waktu yang berlaku, karena hal ini bisa berubah akibat inflasi di negara
tersebut.

Meski umat Islam diwajibkan untuk mengeluarkan zakat, namun tidak semua umat Islam
wajib dan bisa menunaikan amalan ini. Orang yang memiliki tanggung jawab atas orang lain,
harus membayarkan zakat orang yang berada di bawah tanggung jawabnya. Misalnya,
seorang ayah atau ibu yang wajib membayarkan zakat fitrah untuk anak-anaknya.

Zakat fitrah juga bisa dibayar dengan bentuk uang yang setara dengan 1 sha’ gandum, kurma
atau beras dan bahan pokok lainnya. Nominal dari uang tersebut yang ingin dizakatkan harus
disesuaikan dengan harga bahan sembako yang berlaku di daerah tersebut. Di Indonesia
sendiri, membayar zakat fitrah bisa melalui Lembaga Amil Zakat yang terpercaya. Zakat
fitrah boleh dibayar dari awal bulan ramadhan sampai sebelum waktu sholat Idul Fitri atau di
hari-hari akhir bulan suci ramadhan.

2. Zakat Mal

Zakat mal adalah zakat harta. Sesuatu dapat disebut dengan harta apabila memenuhi
syarat-syarat tertentu seperti dapat dimiliki, disimpan atau dikuasai, dapat diambil
manfaatnya sesuai dengan harta tersebut. Contoh dari harta misalnya rumah, mobil, tanah,
hewan ternak, emas dan perak.

Berikut adalah syarat kekayaan yang wajib dizakatkan:

1. Harta tersebut merupakan harta yang sepenuhnya adalah miliknya. Harta


milik sepenuhnya tentunya juga harus memiliki nilai dan manfaat secara utuh.
Harta yang bisa dizakatkan haruslah didapatkan sesuai dengan syariat islam.
Harta tidak bisa dizakatkan apabila didapati dengan cara yang tidak sesuai
syariat Islam seperti mencuri dan lain-lain.
2. Harta yang dimiliki bisa berkembang atau bertambah.
3. Harta yang dimiliki sudah mencapai jumlah tertentu yang sesuai dengan
ketentuan zakat atau sudah sesuai dengan nisabnya.
4. Harta tersebut merupakan kelebihan setelah memenuhi kebutuhan pokok.
Seseorang tentunya memiliki jumlah minimal dan berbeda-beda untuk
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari termasuk juga untuk anggota
keluarganya. Apabila kebutuhan pokok orang tersebut dan keluarganya tidak
terpenuhi maka harta yang dimiliki tidak wajib untuk dizakatkan.
5. Harta yang dimiliki oleh seseorang, jika sudah dimiliki selama satu tahun,
maka wajib untuk dizakatkan.
Menghitung zakat mal harus disesuaikan dengan harga emas yang berlaku pada sata itu,
karena harga emas selalu berubah-ubah setiap tahunnya.

2.5 Jenis Harta Wajib Zakat


1.) Zakat Emas dan Perak

Islam mewajibkan membayar zakat emas dan perak apabila sudah mencapai syarat-syarat
yang berlaku, baik berupa logam, cair maupun gumpalan. Syarat yang berlaku bagi keduanya
adalah apabila telah mencapai haul dan nishab yang telah ditentukan.
Adapun nishab untuk emas adalah 20 mistqal atau 20 dinar. Sedangkan nishab untuk perak
adalah 200 dirham. Menurut sebagian peneliti bahwa 1 dinar setara 4,25 gram emas,
sedangkan 1 dirham setara 2,975 gram. Maka nishab emas yang wajib dikeluarkan zakatnya
adalah 4,25 x 20 = 85 gram, sedangkan nishab perak yang wajib dikeluarkan zaktanya adalah
2,975 x 200 = 595 gram. Jadi zakat yang harus dikeluarkan pada emas dan perak adalah 1/40
atau 2,5 % nya.
2.) Zakat Binatang Ternak

Binatang ternak adalah binatang yang dengan sengaja dipelihara dan dikembang biakan agar
menjadi bertambah banyak dan mendapat keuntungan lebih.Menurut jumhur ulama’ diantara
hewan ternak yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah unta, sapi/kerbau dan kambing, karena
jenis hewan ini diternakkan untuk tujuan pengembangan (namma') melalui susu dan anaknya,
sehingga sudah sepantasnya dikenakan beban tanggungan.Adapun nishab dan zakat yang
harus dikeluarkan dari masing-masing hewan ternak adalah sebagai berikut :
a.Unta
No Nishab Zakat Yang Wajib dikeluarkan

1 5 ekor unta 1 ekor kambing umur 2 tahun, atau 1 ekor domba umur
1 tahun

2 10 ekor unta 2 ekor kambing umur 2 tahun, atau 2 ekor domba umur
1 tahun

3 15 ekor unta 3 ekor kambing umur 2 tahun, atau 3 ekor domba umur
1 tahun

4 20 ekor unta 4 ekor kambing umur 2 tahun, atau 4 ekor domba umur
1 tahun

5 25 ekor unta 1 ekor onta betina umur 1 tahun (bintu makhad)


6 36 ekor unta 1 ekor onta betina umur 2 tahun (bintu labun)

7 46 ekor unta 1 ekor onta betina umur 3 tahun(unta huqqah)

8 61 ekor unta 1 ekor onta betina umur 4 tahun(unta jidz’ah)

9 76 ekor unta 2 ekor onta betina umur 2 tahun(bintu labun)

10 91 ekor unta 2 ekor onta betina umur 3 tahun(Unta Huqqah)

11 121 ekor unta 3 ekor onta betina umur 2 tahun (bintu labun)

b.Sapi
1) 30-39 ekor sapi zakatnya adalah 1 ekor sapi jantan /
betina tabi’
2) 40-59 ekor sapi zakatnya adalah 1 ekor sapi betina
musinah
3) 60-69 ekor sapi zakatnya adalah 2 ekor sapi tabi’
4) 70-79 ekor sapi zakatnya adalah 1 ekor musinah dan
1ekor tabi’
5) 80-89 ekor sapi zakatnya adalah 2 ekor musinah

c.Kambing/Domba
1) 40-120 ekor kambing zakatnya adalah 1 ekor kambing
2) 121-200 ekor kambing zakatnya adalah 2 ekor kambing
3) 201-300 ekor kambing zakatnya adalah 3 ekor kambing.
4) Selanjutnya jika setiap jumlah bertambah 100 ekor, maka zakatnya bertambah 1 ekor.

3.)Zakat hasil pertanian (tanaman dan buah-buahan)

Tanaman, tumbuhan, buah-buahan dan hasil pertanian lainya wajib dikeluarkan zakatnya
apabila sudah memenuhi persyaratan. Adapun syarat utama dari zakat pertanian adalah
mencapai nishab yaitu 5 ausaq, 1 ausaq sama dengan 60 gantang, yang jumlanya kira-kira
910 gram. Mayoritas ulama’ bersepakat bahwa kadar zakat yang wajib dikeluarkan terhadap
zakat hasil pertanian adalah 1/10 atau 10% pada tanaman yang disiram dengan tanpa biaya,
akan tetapi jika tanaman disiram dengan mengunakan biaya maka kadar zakatnya 1/20 atau
5%.67

Menurut imam Abu Hanifah segala sesuatu yang tumbuh di bumi wajib dikeluarkan zakatnya,
tidak ada perbedaan antara jenis tanaman satu dengan tanaman yang lainya. Akan tetapi
beliau mengecualikan terhadap tanaman seperti kayu bakar, rumput yang memang tidak
berbuah. Sedangkan menurut Imam Syafi’i mewajibkan zakat atas seluruh hasil bumi dengan
syarat tanaman tersebut dari jenis makanan, dapat ditimbun dan disimpan dan sengaja
ditanam oleh manusia.
4.Zakat profesi
Zakat profesi adalah segala jenis pekerjaan yang dijadikan sebagai mata pencaharian baik
bekerja untuk pemerintah maupun swasta. Kadar zakat yang harus dikeluarkan adalah 2,5 % ,
sedangkan nishabnya diqiyaskan dengan emas yaitu 85 gram atau 200 dirham perak.

5.Zakat perniagaan
Zakat perniagaan adalah harta yang dimiliki yang disiapkan untuk diperjual belikan dengan
tujuan untuk mendapatkan keuntungan dan harta yang dimiliki harus merupakan hasil usaha
sendiri.

Ada syarat utama kewajiban zakat pada perdagangan yaitu :

● Niat berdagang
Niat berdagang atau niat memperjual belikan komoditas tertentu.
● Mencapai nishab
Nishab kadar zakat harta perdagangan adalah sama`dengan nishab zakat emas yaitu 85
gram emas.
● Telah berlaku satu tahun
Apabila perdagangan itu telah berlangsung satu tahun maka barang-barang ituwajib
diperhitungkan nilai harganya. Apabila pada akhir haul itu nilainya, ditambah dengan
uang yang ada (laba) mencapai nishab maka wajib dikeluarkan zakatnya.

6. Zakat rikaz

Rikaz adalah harta terpendam dari zaman purbakala atau biasa disebut Harta Karun.
Termasuk didalamnya barang (harta) yang ditemukan atau tidak ada pemiliknya.

Nishab Barang Temuan (rikaz) sama dengan nishab emas dan perak, dan kewajiban zakatnya
pun tidak dipersyaratkan berulang tahun, tetapi yang wajib dikeluarkan 1/5 atau 20% dari
hasil galian.

Rezeki tak terduga dan undian (kuis) berhadiah


Harta yang diperoleh tanpa diduga atau rezeki nomplok(tanpa usaha), atau memperoleh
hadiah (yang tidak mengandung unsur judi), merupakan salah satu sebab dari kepemilikan
harta dan dapat diqiaskan dengan harta temuan (luqathah) atau Rikaaz

Maka apabila perolehan harta tersebut mencapai nishab (sekitar 94 gr emas), maka wajib
zakat atas harta tersebut sebesar 20% yang harus dikeluarkan pada saat memperolehnya,
setelah dikurangi biaya atau pajaknya.

7. Barang tambang
Sebagian ulama berselisih pendapat barang tambang yang wajib dikeluarkan zakatnya.Madzhab
Ahmad berpendapat bahwa segala hasil bumi yang berharga dan tercipta didalamnya seperti : perak,
emas, besi, nike, timah,tembaga,batubara, aspal dan lainya. Sedangkan menurut Abu hanifah zakatnya
itu wajib pada semua barang yang lebur dan dapat dicetak seperti : emas, perak, besi, tembaga dan
lainya.Adapun nishab zakat barang tambang adalah sama dengan nishab emas dan perak yaitu 20
mistqal atau setara 85 gram emas. Sedangkan besarnya zakat yang
wajib di keluarkan adalah 1/40 pada hasil tambang tersebut.

2.6 Peruntukan Zakat

Orang- orang yang berhak menerima zakat


Ada 8 golongan yang termasuk orang-orang yang berhak menerima zakat.Allah telah memberikan
jaminan untuk menjelaskan data orang-orang yang berhak menerima zakat. Hal ini sesuai firman Allah
pada surat At-taubah ayat 60

ِ ‫ين َعلَ ْيهَا َو ْال ُمَؤ لَّفَ ِة قُلُوبُهُ ْم َوفِي الرِّ قَا‬
‫ب‬ َ ِ‫ين َو ْال َعا ِمل‬
ِ ‫ات لِ ْلفُقَ َرا ِء َو ْال َم َسا ِك‬
ُ َ‫ص َدق‬ َّ ‫ِإنَّ َما ال‬
‫ضةً ِم َن هَّللا ِ ۗ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم‬
َ ‫يل ۖ فَ ِري‬ِ ِ‫يل هَّللا ِ َواب ِْن ال َّسب‬
ِ ِ‫ين َوفِي َسب‬ َ ‫ار ِم‬ ِ ‫َو ْال َغ‬
Artinya:Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana (At-taubah:60).

​Diantara orang yang berhak menerima zakat itu adalah:

1. Orang Fakir
Orang fakir yaitu orang yang amat sengsara hidupnya, mereka tidak mempunyai harta
dan tenaga untuk memenuhi kebutuhan hidupannya sendiri serta keluarganya seperti
makan, minum, sandang dan perumahan.

2. Orang miskin
Orang miskin yaitu orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan
kekurangan. Walaupun dalam kondisi kekurangan mereka tidak mengemis dan tidak
pula meminta belas kasihan orang lain.
3. Amil Zakat
Amil zakat adalah orang-orang yang ditunjuk oleh negara untuk mengurusi masalah
zakat, termasuk para pengumpul, para penyimpan, para penjaga keamanan, para
penulis, serta para penghitung yang bertugas untuk menghitung berapa kadar zakat
yang harus dibayarkan dan kepada siapa saja akan dibagikan.
4. Muallaf
Muallaf adalah orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk
Islam yang imannya masih lemah namun mempunyai pendirian kuat ditengah
keluarganya yang masih kafir.
5. Riqab
Memerdekakan budak yaitu mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan
oleh orang-orang kafir.
6. Gharim ( Orang yang berhutang)
Gharim adalah orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat
dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara
persatuan umat islam dibayar hutangnya itu dengan zakat,walaupun ia mampu
membayar zakatnya.
7. Fii sabilillah
Fii Sabilillah Yaitu seorang yang berjuang untuk keperluan pertahanan Islam dan
kaum muslimin. di antara ulama’ ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu
mencakup juga kepentingan-kepentingan umum yang tujuan untuk berbuat kebajikan
seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
8. Ibnu sabil
Ibnu sabil adalah orang yang sedang dalam perjalanan keluar dari daerahnya yang
bukan tujuan maksiat mengalami kesengsaraan dan kehabisan bekal dalam
perjalanannya

9. Orang-orang yang tidak berhak menerima zakat

Ada beberapa orang yang tidak berhak untuk menerima

zakat antara lain :

1. Orang yang kaya dengan harta atau kaya dengan usaha

dan penghasilan. Rasulullah bersabda :


“ Tidak halal bagi orang yang kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga mengambil
sedekah ( zakat )“. ( H.R. Lima orang Ahli Hadist , selain Nasai dan Ibnu Majah).

2. Hamba sahaya yang mendapatkan nafkah dari tuanya.


3. Keturunan atau keluarga Rasulullah SAW. Sabda Rasulullah SAW : “ pada suatu hari
hasan ( cucu Rasulullah) telah mengambil sebuah kurma dari zakat, lantas
dimasukkan mulutnya, Rasulullah SAW berkata kepada cucu beliau itu : Ikh buanglah
kurma itu, sesungguhnya tidak halal bagi kita menganbil sedekah (
zakat) .” ( H.R Muslim).
4. Orang yang dalam tanggungan zakat, maksudnya tidak
boleh memberikan zakat terhadap orang yang masih
menjadi tanggungan orang yang berzakat.
5. Orang yang tidak beragama islam.

2.7 Hikmah Zakat


Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung beberapa hikmah yang sangat
besar dan mulia, baik hikamh itu berkaitan dengan orang yang berzakat, orang- orang yang
menerima zakat, harta yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat secara
keseluruhan

Adapun hikmah yang terkandung dalam melaksanakan zakat antara lain sebagai berikut :

1. Sebagai bentuk keimanan kepada Allah SWT mensyukuri nikmatnya, menumbuhkan aklak
mulia dengan rasa kemanusian yang tinggi, menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis,
menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta yang
dimiliki. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ibrahim ayat 7 :

‫َوا ِْذ َتا َ َّذ َن َر ُّب ُك ْم َل ِٕىنْ َش َكرْ ُت ْم اَل َ ِزيْدَ َّن ُك ْم َو َل ِٕىنْ َك َفرْ ُت ْم اِنَّ َع َذ ِابيْ َل َش ِد ْي ٌد‬

Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"

2. Zakat merupakan hak bagi mustahik, maka zakat berfungsi sebagai penolong , membantu, dan
membina mereka, terutama bagi fakir dan miskin akan membawa ke arah kehidupan yang
lebih baik dan sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak,
dapat beribadah kepada` Allah SWT sehingga terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus
menghilangkan sifat iri, dengki dan hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka ketika
mereka melihat orang kaya yang memiliki harta yang cukup banyak.
3. Sebagai pilar amal bersama antara orang-orang kaya yang berkecukupan hidupnya dan para
mujahid yang seluruh waktunya digunakan untuk berjihad di jalan Allah, yang karena
kesibukanya tersebut, ia tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk berusaha dan berikhtiar
bagi kepentingan nafkah diri dan keluarganya.
4. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana dan prasarana yang harus dimiliki
umat islam, seperti, sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial dan ekonomi,dan sekaligus
sarana pengembangan kualitas sumberdaya manusia.
5. Untuk memasyarkatkan etika bisnis yang benar, sebab
zakat itu bukanlah membersihkan harta yang kotor saja, akan tetapi zakat adalah
mengeluarkan bagian dari hak orang lain dari harta kita yang kita usahakan dengan baik dan
benar.
6. Zakat sebagai pembangunan kesejahteraan umat, karena zakat merupakan salah satu
instrumen pemerataan pendapatan. Dengan zakat dikelola dengan baik, dimungkinkan
membangun pertumbuhan ekonomi dan sekaligus pemerataan pendapatan.
7. Dengan zakat, ajaran Islam mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan berusaha sehingga
memiliki harta kekayaan yang dapat memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya. Zakat yang
dikelola dengan baik, akan mampu membuka lapangan kerja dan usaha yang luas, sekaligus
sebagai penguasaan aset-aset oleh umat Islam91.
8. Zakat dapat mendekatkan hubungan kasih sayang dan cinta-mencintai anatar si miskin dan si
kaya, rapatnya hubungan tersebut akan membuahkan beberapa kebaikan dan kemajuan serta
berfaedah bagi kedua golongan dan masyarakat umum.
9. Zakat juga dapat mensucikan harta yang kita peroleh,Karena secara tidak sadar mungkin harta
yang kita peroleh dengan cara yang subhat bahkan haram.

2.8 Pengertian Infaq


Infaq berasal dari fi'il tsulasy mazid mengikuti wazan (‫ق‬ ُ ِ‫ يُنف‬-َ‫)ا ْنفَق‬
ٌ ‫ٕانفَا‬- ‫ق‬
anfaqo-yunfiqu-infaqun, yakni mempunyai arti mengeluarkan atau membelanjakan. Arti infaq
menjadi khusus ketika upaya merealisasikan perintah-perintah Allah. Menurut kamus Bahasa
Indonesia infaq berarti mengeluarkan harta yang mencakup baik zakat maupun non zakat.
Sedangkan menurut terminologi syariat infaq berarti mengeluarkan harta yang diperintahkan
oleh syariat. Dengan demikian infaq mempunyai arti pengeluaran suka rela.

2.9 Dasar Hukum Infaq


Dasar hukum infaq tertera pada al-quran dan hadist sebagai berikut:

QS. Az Zariyat ayat 19


‫ق لِّلس َّۤا ِٕى ِل َو ْال َمحْ ر ُْو ِم‬
ٌّ ‫َوفِ ْٓي اَ ْم َوالِ ِه ْم َح‬
19. Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak
meminta.

QS. Al Baqarah ayat 245


ۖ
ُۣ ‫ُض ِعفَهٗ لَهٗ ٓ اَضْ َعافًا َكثِ ْي َرةً ۗ َوهّٰللا ُ يَ ْقبِضُ َويَب‬
‫ْصطُ َواِلَ ْي ِه تُرْ َجع ُْو َن‬ ٰ ‫َم ْن َذا الَّ ِذيْ يُ ْق ِرضُ هّٰللا َ قَرْ ضًا َح َسنًا فَي‬

245. Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti
kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu
dikembalikan.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan kepadanya. ‫قَا َل‬
َ ‫ يَاا ْبنَ آ َد َم! َأ ْنفِ ْق َعلَ ْي‬: ‫ك َوتَ َعالَى‬
‫ك‬ َ ‫“ هَّللا ُ تَبَا َر‬Allah Yang Mahasuci lagai Mahatinggi berfirman, ‘Wahai anak Adam!’
berinfaklah, niscaya Aku berinfak (memberik rizki) kepadamu”

2.10 Rukun dan Syarat Infaq


Rukun Infaq ada empat yaitu:
● pemberi infaq (muwafiq)
● penerima infaq (muwafiq lahu)
● barang yang di infaqkan
● penyerahan (ijab qabul)
Infaq dapat dianggap syah apabila pemberian itu sudah mengalami proses serah
terima. Jika Infaq itu baru diucapkan dan belum terjadi serah terima maka yang demikian itu
belum termasuk Infaq. Jika barang yang dihibahkan itu telah diterima maka yang
menghibahkan tidak boleh meminta kembali kecuali orang yang memberi itu orang tuanya
sendiri (ayah/ibu) kepada anaknya.
Syarat Infaq menurut Ulama ada 11:
1. infaq dari harta yang boleh di tasharufkan
2. harta yang diperjual belikan
3. bersungguh-sungguh
4. orang yang sah memilikinya
5. tanpa adanya pengganti
6. sah menerimanya
7. walinya sebelum diberi, dipandang cukup waktu
8. menyempurnakan pemberian
9. tidak disertai syarat waktu
10. pemberi sudah dipandang mampu
11. mauhub harus berupa harta khusus yang dikeluarkan
Adapun syarat barang yang di infaq kan :
● terlihat jelas wujudnya
● barang yang memiliki nilai atau harga
● barang yang ingin di infaq kan harus betul-betul milik orang pemberi hibah
2.11 Hikmah Infaq
Adapun hikmah dari infaq yakni bagian dari keimanan seorang muslim. orang yang enggan
berinfaq adalah orang yang menjatuhkan diri dalam kebinasaan. di dalam ibadah terkandung
hikmah dan manfaat besar.

Sabda nabi Muhammad SAW

“Saling hadiah-menghadiahkankamu,karena dapat menghilangkan tipu daya dan kedengkian”


(HR. Abu Ya’la).

“Hendaklah kamu saling memberi hadiah, karena ia akan mewariskan kecintaan dan
menghilangkan kedengkian-kedengkian” (HR. Dailami)

2.12 Pengertian Sedekah


Sedekah (Bahasa Arab transliterasi: sadakah ‫ ) الصدقة‬adalah pemberian seorang
)Muslim( kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan
jumlah tertentu. Makna sedekah lebih luas dari zakat maupun infak. Karena sedekah
tidak hanya berarti mengeluarkan atau menyumbangkan harta. Namun sedekah
mencakup segala amsal, atau perbuatan baik.
2.13 Dasar Hukum

٩٢( ‫وا ِمن َش ۡى ۬ ٍء فَِإ َّن ٱهَّلل َ بِِۦه َعلِي ۬ ٌم‬


ْ ُ‫ُّونَ‌ َو َما تُنفِق‬ ْ ُ‫وا ۡٱلبِ َّر َحتَّ ٰى تُنفِق‬
ۚ ‫وا ِم َّما تُ ِحب‬ ْ ُ‫لَن تَنَال‬
Artinya : Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan [yang sempurna], sebelum kamu
menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya. (Q.S. Ali Imran:92)
2.14 Syarat dan Rukun Sedekah

“Rukun sedekah dan syaratnya masing-masing adalah sebagai berikut:

1. Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda itu dan berhak untuk
mentasharrufkan (membelanjakan) harta.

2. Orang yang diberi, syaratnya berhak memiliki. Dengan demikian tidak sah memberi
kepada anak yang masih dalam kandungan ibunya atau memberi kepada binatang, karena
keduanya tidak berhak memiliki sesuatu.

3. Akad (ijab dan qabul). Ijab ialah pernyataan pemberian dari orang yang memberi,
sedangkan qabul adalah pernyataan penerimaan dari orang yang menerima pemberian.

2.15 Hikmah Sedekah

· Memperkuat Iman

· Meningkatkan Empati Sosial

· Menghindari Sikap Kikir

· Menyembuhkan Penyakit

· Meringankan Sakratul Maut

2.16 Pengertian Wakaf

Kata “Wakaf” atau “Wact” berasal dari bahasa Arab “Waqafa”. Asal kata “Wakafa”
berarti ‘menahan” atau ‘berhenti atau “diam” atau “tetap berdiri”. kata
“Wakafa-Yafuqu-Wqafan” sama artinya dengan “Habas-Yahbisu-Tahbisan”. kata al-Waqf
dalam bahasa Arab mengandung banyak arti.
Para Ahli Fiqih memiliki pendapat yang berbeda-beda dalam mendefinisikan
wakaf,sehingga pandangan mereka berbeda pada hakikat Wakaf itu sendiri. Berbagai
pandangan tentang wakaf menurut istilah sebagai berikut.
a. Abu Hanifah
Wakaf adalah “Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus tetap
sebagai hak milik, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu pihak kebajikan
(sosial), baik sekarang maupun akan datang”

b. Mazhaf Maliki
Mazhaf Maliki berpendapat bahwa wakaf itu tidak melepaskan yang didakwahkan
dari kepemilikan wakif, namun wakaf tersebut mencegah wakif melakukan tindakan
yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta tersebut kepada yang lain dan wakif
berkewajiban menyedekahkan manfaatnya serta tidak boleh menarik kembali
wakafnya.

2.17 Dasar Hukum Wakaf

Berdasarkan firman Allah SWT yang tercantum pada surah Albaqarah ayat 267,
Alhajj ayat 77, dan Ali Imran ayat 92, dapat disimpulkan bahwa dasar hukum wakaf adalah
sunnah. bahkan menurut suatu riwayat dari Imam Muslim, dasar hukum wakaf adalah sunah
yang sangat diutamakan sebab pahalanya akan terus menerus mengalir bahkan sampai di
alam kubur. Sedangkan di Indonesia, dasar hukum wakaf sendiri telah diatur pada
undang-undang tahun 2004 nomor 41 tentang wakaf.

2.18 Syarat dan Rukun Wakaf

Ada empat rukun dalam berwakaf, yakni orang yang berwakaf (al-waqif), benda yang
diwakafkan (al-mauquf), orang yang menerima manfaat waqaf (al-mauquf ‘alaihi), dan
terakhir lafadz atau ikrar wakaf (sighah).

Syarat wakaf pada orang yang melaksanakannya, benda yang diwakafkan, orang yang
menerima, hingga ucapan lafadz berbeda-beda. Adapun seperti di bawah ini

-Syarat orang yang berwakaf, yakni memiliki secara penuh harta tersebut, berakal, baligh, dan
mampu bertindak secara hukum (rasyid).
-Syarat benda yang akan diwakafkan pertama adalah barang berharga, barang yang diketahui
jumlahnya, dimiliki oleh orang yang berwakaf, dan benda yang berdiri sendiri atau tidak
melekat pada harta lain.

-Syarat orang yang menerima manfaat wakaf adalah orang Muslim, merdeka, dan kafir zimmi
untuk tertentu. Sedangkan, untuk tidak tertentu adalah orang yang menerima harus
menjadikan wakaf untuk kebaikan yang dengannya dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Wakaf hanya ditujukan untuk kepentingan Islam saja.

-Syarat wakaf yang terakhir berkaitan dengan isi ucapan. Pertama, ucapan harus
menunjukkan kekal (ta’bid). Tidak sah bila ucapan dengan batas tertentu. Kedua, ucapan
harus dapat direalisasikan. Lalu ucapan bersifat pasti dan keempat tidak diikuti syarat yang
bisa membatalkan.

Bila semua telah dipenuhi, maka wakaf telah sah. Orang yang melakukan wakaf tidak dapat
lagi menarik kembali harta yang telah diwakafkan.

2.19 Jenis dan Tata Cara Wakaf

Jenis-jenis wakaf dapat dibedakan atas beberapa kriteria, yaitu:

1. Jenis Wakaf Berdasarkan Tujuannya.

· Wakaf Dzurri (Wakaf Keluarga/Wakaf Keluarga)

Wakaf Dzurri yaitu wakaf yang dilakukan kepada keluarga dan kerabat. Wakaf ahli
dilakukan berdasarkan hubungan darah yang dimiliki antara wakif dan penerima
wakaf. Tujuan wakaf untuk memberikan manfaat kepada wakif, keluarganya,
keturunannya, dan orang-orang tertentu, tanpa melihat apakah kaya atau miskin, sakit
atau sehat, dan tua atau muda.

· Wakaf Khairi (Wakaf Sosial)

Wakaf Khairi yaitu wakaf yang diberikan untuk kepentingan umum. Penggunaan
wakafnya digunakan untuk kebaikan yang terus menerus dan tahan lama.
· Wakaf Mustyarak (Wakaf Gabungan)

Wakaf Mustyarak yaitu wakaf yang penggunaan harta wakaf tersebut digunakan
dengan bersama-sama dan manfaatnya ditunjukkan kepada keturunan wakif dan
masyarakat umum. Tujuan wakafnya untuk umum dan keluarga secara bersamaan.

2. Jenis Wakaf Berdasarkan Jenis Harta.

· Wakaf Benda Tidak Bergerak

Harta-harta yang dimaksud adalah bangunan, hak tanah, tanaman dan benda-benda
yang berhubungan dengan tanah.

· Wakaf Benda Bergerak Selain Uang

Wakaf Benda Bergerak Selain Uang adalah benda-benda yang bisa berpindah serta
benda yang dapat dihabiskan dan tidak dapat dihabiskan.

· Wakaf Benda Berupa Uang

Wakaf Benda Berupa Uang yaitu seperti wakaf tunai.

3. Jenis Wakaf Berdasarkan Waktu.

· Wakaf Muabbad (Abadi)

Wakaf Muabbad yaitu wakaf yang diberikan dan dimanfaatkan untuk selamanya.
Wakif telah melepaskan kepemilikannya.

· Wakaf Muaqqat (Sementara)

Wakaf Muaqqat yaitu wakaf yang diberikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Dimanfaatkan dengan tidak melepas hak kepemilikan.

4. Jenis Wakaf Berdasarkan Penggunaan Harta yang Diwakafkan.

· Wakaf Ubasyir/Dzati
Wakaf Ubasyir/Dzati adalah wakaf yang digunakan secara langsung untuk melayani
masyarakat dan bermanfaat untuk masyarakat luas.

· Wakaf Mistitsmary

Wakaf Mistitsmary ditunjukkan dalam produksi barang untuk penanaman modal serta
pelayanannya sesuai syari’ah Islam dalam bentuk apapun dan kemudian hasilnya
diwakafkan sesuai pewakaf.

Tata Cara Wakaf

Apabila mewakafkan harta benda tapi tidak dalam bentuk tanah atau bangunan :

1. Pewakaf (waqif) wajib bertemu pihak penerima wakaf (nadzir).

2. Mengucapkan ikrar wakaf / Sighat (lafadz).

3. Pihak Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) menyampaikan akta ikrar
wakaf kepada Kementerian Agama dan Badan Wakaf Indonesia.

4. Menyertakan dokumen sah akan harta yang ingin diwakafkan.

Apabila mewakafkan harta dalam bentuk tanah :

1. Seorang pewakaf (wakif) datang ke KUA dan membawa kelengkapan data berupa
identitas diri dan dokumen yang sah atas tanah yang dimiliki.

2. Mengucapkan ikrar wakaf/sighat (lafadz) kepada penerima wakaf (nadzir)


dihadapan KUA dan para penerima wakaf tersebut.

3. Kepala KUA membuat akta ikrar wakaf serta surat pengesahan.

4. Kepala KUA memberikan salinan akta ikrar kepada pihak wakif maupun pihak
nadzir.

5. Pihak nadzir mendaftarkan tanah wakaf ke Badan Pertahanan Nasional.

2.20 Hikmah Wakaf

Hikmah Wakaf antara lain :


a. Menghilangkan sifat tamak dan kikir dalam diri manusia atas harta yang dimiliki.

b. Mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah
dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum.

c. Melatih jiwa sosial dan mempererat tali silaturahmi.

d. Menyadarkan seseorang bahwa kehidupan akhirat dibutuhkan persiapan yang cukup,


persiapan tersebut diantaranya harta yang pernah diwakafkan.

e. Amalan wakaf tidak akan terputus.

2.21 Konsep Pajak Dalam Hukum Islam


Secara etimologi, pajak pajak dalam bahasa arab disebut Dharibah, yang artinya
mewajibkan, menetapkan, menentukan, memukul, menerangkan atau membebankan. Pajak
adalah harta yang diwajibkan Allah SWT. kepada kaum Muslim untuk membiayai berbagai
kebutuhan dan pos-pos pengeluaran yang memang diwajibkan atas mereka, pada kondisi
Baitul Mal tidak ada uang/harta.

2.22 Pendapat Ulama Mengenai Pajak


Pajak merupakan salah satu bentuk mu’amalah dalam bidang ekonomi, sebagai alat
pemenuhan kebutuhan negara dan masyarakat untuk membiayai berbagai kebutuhan bersama.
namun, karena tidak adanya nash (hukum) yang secara eksplisit mengatur mengenai pajak
dalam syariat Islam, terjadi perbedaan pendapat para fuqaha (ahli fiqih) mengenai status dan
hukum membayar pajak. Sebagian mengatakan adanya kewajiban kaum muslim atas harta
selain zakat dan ada pula yang tidak ada.
a. Ulama yang Berpendapat bahwa Pajak Diperbolehkan
Diantaranya adalah:
● Abu Yusuf
Dalam kitabnya, al-Kharaj, menyebutkan bahwa semua khulafa
ar-rasyidin (terutama Ali dan Umar bin Abdul Aziz) telah menekankan bahwa
pajak harus dikumpulkan dengan keadilan dan kemakmuran, tidak boleh
melebihi kemampuan rakyat untuk membayar, dan jangan sampai mereka
menjadi tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok mereka karena membayar
pajak. Abu Yusuf mendukung hak penguasa untuk meningkatkan atau
menurunkan pajak menurut kemampuan rakyat yang terbebani.
● Ibnu Khaldun
Dalam kitabnya, Muqaddimah, mengutip sebuah surat dari Thahir Ibn
Husain kepada anaknya: “oleh karena itu, sebarkanlah pajak pada semua orang
dengan keadilan dan pemerataan, perlakukan semua orang sama dan janganlah
memberi pengecualian kepada siapa saja pun karena kedudukannya di
masyarakat atau kekayaan, dan jangan mengecualikan kepada siapapun
sekalipun petugasmu sendiri atau kawan akrabmu atau pengikutmu. Dan
jangan kamu menarik pajak dari orang melebihi kemampuan membayarnya.
● Marghinani
Dalam kitabnya, al-Hidayah, berpendapat bahwa jika sumber-sumber
negara tidak mencukupi, negara harus menghimpun dana dari rakyat untuk
memenuhi kepentingan umum. Jika manfaat itu dinikmati rakyat, maka
kewajiban mereka membayar ongkosnya.
● Hasan al-Bana
Dalam bukunya yang berjudul Majmuatur Rasail mengatakan bahwa
melihat tujuan keadilan sosial dan distribusi pendapatan yang merata, maka
sistem perpajakan progresif tampaknya seirama dengan sarana-sarana Islam.
b. Ulama yang Berpendapat bahwa Pajak adalah Haram
Dr. Hasan Tanubi dari Sudan, dalam bukunya yang berjudul Principle of Governance,
Freedom, and Responsibility in Islam, menyatakan bahwa pemerintah yang ada di dunia
Muslim dalam sejarah yang begitu lama “pada umumnya tidak sah”. Karena itu, para fuqaha
khawatir ika diperbolehkan menarik pajak akan disalahgunakan dan menjadi suatu alat
penindasan.
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan

Kesimpulan

Berdasarkan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa zakat,infaq,sedekah,waqaf, dan


pajakn merupakan suatu perbuatan yang apabila kita kerjakan akan mendapatkan
pahala,kemudian adapula sunnah dan kewajiban dalam melakukan hal tersebut.dengan
demikian kita sebagai umat islam dianjurkan untuk mengerjakannya karena pada hakikatnya
setiap manusia yang melakukan perbuatan baik tanpa mengharapkan pujian dari oranglain
akan mendapatkan pahala dan sebaliknya apabila dia melakukan perbuatan tersebut hanya
karna semata-mata ingin dipuji maka dia akan mendapatkan dosa.oleh karena itu apapun yang
kita lakukan tetaplah bertujuan agar menambah amal ibadah dan sebagai bekal untuk
mendapatkan ridha dari Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai