Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“PRINSIP DAN PRAKTIK EKONOMI DALAM ISLAM”

GURU PEMBIMBING :

DISUSUN OLEH :
KELAS : XI IPS 3

KELOMPOK 9

ERI IRAWAN
TOMI RAHMAN

SMA NEGERI 1 PESISIR TENGAH


KABUPATEN PESISIR BARAT
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum WR.WB.

Puji syukur senantiasa kami haturkan kepada Allah SWT. Karena berkat

limpahan rahmat dan karunia-Nya, makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan

tepat pada waktunya. Kami ucapkan terimakasih kepada  kepala perpustakaan sebagai

buku referensi kami dan juga pada media sosial.

Makalah ini selain diperuntukkan dalam pemenuhan tugas sekolah sosiologi, juga

berguna dalam memberikan pemahaman dan menambah pengetahuan kepada

pembaca tentang ‘Rendahnya Pendidikan di Indonesia’

Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena

itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga saja makalah ini dapat

bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum WR.WB.

KRUI 22 SEPTEMBER 2018

ERI IRAWAN
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

B.

C.  

BAB II PEMBAHASAN

A.

B.

C. 

BAB III PENUTUP

A. 

B.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kehadiran ekonomi Islam telah memunculkan harapan baru bagi banyak

orang, khususnya bagi umat Islam akan sebuah ekonomi alternatif dari sistem

ekonomi kapitalisme dan sosialisme sebagai arus utama perdebatan sebuah sistem

ekonomi dunia, terutama sejak perang dunia II yang memunculkan banyak Negara-

negara Islam bekas jajahan imperialis. Dalam hal ini, keberadaan ekonomi Islam

sebagai sebuah model ekonomi alternatif memungkinkan bagi banyak pihak, muslim

maupun non muslim untuk melakukan banyak penggalian kembali berbagai ajaran

Islam. Meskipun begitu, system ekonomi dunia saat ini masih dikendalikan oleh

system ekonomi kapitalisme, karena umat Islam sendiri masih terpecah dalam hal

bentuk implementasi ekonomi Islam dimasing-masing Negara. Kenyataan  ini oleh

sebagian pemikir Islam masih diterima dengan lapang karena ekonomi Islam secara

implementasinya di masa kini relatif masih baru.  Masih perlu dilakukan banyak

sosialisasi dan pengarahan serta pengajaran kembali umat Islam untuk melakukan

aktifitas ekonominya sesuai dengan hukum Islam. Sementara sebagai lainnya menilai

bahwa faktor kekuasaan memainkan peran signifikan, karenanya mengkritisi bahwa

ekonomi Islam atau ekonomi syariah belum akan dapat sesuai dengan syariah jika

pemerintahnya sendiri belum menrapkan syariah dalam kebijakan-kebijakannya.


B.     Rumusan Masalah

1.      Jelaskan  pengertian Mu’amalah!.

2.      Jelaskan macam-macam Mu’amalah!.

3.      Jelaskan yang dimaksud dengan Syirkah!.

4.      Jelaskan yang dimaksud Mudarabah!.

5.      Jelaskan yang dimasud Musaqah!.

6.      Jelaskan yang dimaksud Muzaraah dan Mukharabah!

7.      Jelaskan beberapa macam perbankan!.

8.      Jelaskan asuransi syariah!.

C.    Tujuan

1.      Mengetahui pengertian Mu’amalah.

2.      Mengetahui macam-macam Mu’amalah.

3.      Mengetahui yang dimaksud dengan Syirkah.

4.      Mengetahui yang dimaksud Mudarabah.

5.      Mengetahui yang dimaksud Musaqah.

6.      Mengatahui yang dimaksud Muzaraah dan Mukharabah.

7.      Mengetahui beberapa macam perbankan.

8.      Mengetahui asuransi syariah.


BAB II

PRINSIP DAN PRAKTIK EKONOMI ISLAM

A.    Pengertian Mu’amalah

Muamalah dalam kamus Bahasa Indonesia artinya hal-hal yang termasuk urusan

kemasyarakatan (pergaulan, perdata, dan sebagainya). Sementara dalam fiqih islam

berarti tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang

ditempuhnya, seperti jual beli, pinjam meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat,

dan usaha lainnya.

            Dalam melakukan transaksi ekonomi, seperti jual-beli, sewa- menyewa,

utang- piutang, dan pinjam-meminjam, islam melarang beberapa hal diantaranya

seperti berikut :

1.      Tidak boleh mempergunakan cara-cara yang batil.

2.      Tidak boleh melakukan perbuatan riba.

3.      Tidak boleh dengan cara-cara  zalim (aniaya).

4.      Tidak boleh mempermainkan takaran, timbangan, kualitas, dan kehalalan. 

5.      Tidak boleh dengan cara-cara spekulasi/berjudi.

6.      Tidak boleh melakukan transaksi jual-beli barang haram.


‫‪B.     Macam-Macam Mu’amalah‬‬

‫‪Sebagaimana telah dijelaskan di atas tentang macam-macam mu’amalah disini akan‬‬

‫‪dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut.‬‬

‫‪1.      Jual Beli‬‬

‫‪Jual beli menurut syariat agama ialah kesepakatan tukar menukar benda untuk‬‬

‫‪memiliki benda tersebut selamanya. Melakukan jual-beli dibenarkan, sesuai dengan‬‬

‫‪Firman Allah berikut ini :‬‬

‫الَّ ِذينَ يَأْ ُكلُونَ ال ِّربَا ال يَقُو ُمونَ إِال َك َما يَقُو ُم الَّ ِذي يَتَ َخبَّطُهُ ال َّش ْيطَانُ ِمنَ ْال َمسِّ َذلِكَ بِ>>أَنَّهُ ْم قَ>>الُوا إِنَّ َم>>ا ْالبَ ْي> ُع ِم ْث> ُل الرِّ بَ>>ا‬

‫َوأَ َح> َّل هَّللا ُ ْالبَ ْي> َع َو َح> َّر َم الرِّ بَ>>ا فَ َم ْن َج> ا َءهُ َموْ ِعظَ>ةٌ ِم ْن َربِّ ِه فَ>>ا ْنتَهَى فَلَ>هُ َم>>ا َس>لَفَ َوأَ ْم> ُرهُ إِلَى هَّللا ِ َو َم ْن َع>>ا َد فَأُولَئِ>>كَ‬

‫أَصْ َحابُ النَّ ِ‬


‫ار هُ ْم فِيهَا خَالِ ُدونَ (‪)٢٧٥‬‬

‫”‪Artinya : “...dan Allah Swt. Telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba...‬‬

‫‪(Q.S. al-baqarah/2:275).‬‬

‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا تَدَايَ ْنتُ ْم بِ َد ْي ٍن إِلَى أَ َج ٍل ُم َس ّمًى فَا ْكتُبُوهُ َو ْليَ ْكتُبْ بَ ْينَ ُك ْم َكاتِبٌ بِ ْال َع ْد ِل َوال يَأْ َ‬
‫ب َك>>اتِبٌ أَ ْن يَ ْكتُ َ‬
‫ب َك َم>>ا‬

‫ق َس>فِيهًا أَوْ‬
‫ق هَّللا َ َربَّهُ َوال يَ ْب َخسْ ِم ْن>هُ َش> ْيئًا فَ>إ ِ ْن َك>انَ الَّ ِذي َعلَيْ> ِه ْال َح> ُّ‬
‫ق َو ْليَتَّ ِ‬
‫َعلَّ َمهُ هَّللا ُ فَ ْليَ ْكتُبْ َو ْليُ ْملِ ِل الَّ ِذي َعلَ ْي ِه ْال َح ُّ‬

‫ض ِعيفًا أَوْ ال يَ ْستَ ِطي ُع أَ ْن يُ ِم َّل هُ َو فَ ْليُ ْملِلْ َولِيُّهُ بِ ْال َع ْد ِل َوا ْستَ ْش ِهدُوا َش> ِهي َدي ِ>ْن ِم ْن ِر َج> الِ ُك ْم فَ>إ ِ ْن لَ ْم يَ ُكونَ>>ا َر ُجلَ ْي ِن فَ َر ُج> ٌل‬
‫َ‬

‫ب ُّ‬
‫الش>هَدَا ُء إِ َذا َم>>ا ُد ُع>>وا َوال‬ ‫األخ َرى َوال يَ>>أْ َ‬ ‫ضوْ نَ ِمنَ ال ُّشهَدَا ِء أَ ْن تَ ِ‬
‫ض َّل إِحْ دَاهُ َما فَتُ َذ ِّك َر إِحْ دَاهُ َما ْ‬ ‫َوا ْم َرأَت ِ‬
‫َان ِم َّم ْن تَرْ َ‬

‫ص ِغيرًا أَوْ َكبِيرًا إِلَى أَ َجلِ ِه َذلِ ُك ْم أَ ْق َسطُ ِع ْن َد هَّللا ِ َوأَ ْق َو ُم لِل َّشهَا َد ِة َوأَ ْدنَى أَال تَرْ تَابُوا إِال أَ ْن تَ ُكونَ تِ َج َ‬
‫ارةً‬ ‫تَسْأ َ ُموا أَ ْن تَ ْكتُبُوهُ َ‬

‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح أَال تَ ْكتُبُوهَا َوأَ ْش ِهدُوا إِ َذا تَبَايَ ْعتُ ْم َوال ي َ‬
‫ُض >ا َّر َك>>اتِبٌ َوال َش > ِهي ٌد َوإِ ْن تَ ْف َعلُ>>وا‬ ‫اض َرةً تُ ِديرُونَهَا بَ ْينَ ُك ْم فَلَي َ‬
‫َح ِ‬

‫ق بِ ُك ْم َواتَّقُوا هَّللا َ َويُ َعلِّ ُم ُك ُم هَّللا ُ َوهَّللا ُ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِي ٌم (‪)٢٨٢‬‬


‫فَإِنَّهُ فُسُو ٌ‬

‫‪Apabila jual-beli itu menyangkut suatu barang yang sangat besar nialainya,dan agar‬‬

‫‪tidak terjadi kekurangan dibelakang hari, al-Qur’an menyarankan agar dicatat, dan‬‬

‫‪ada saksi, lihatlah penjelasan ini pada Q.S. al-baqarah/2:282‬‬


a.      Syarat- syarat jual-beli

Syarat-syarat adalah sebagai berikut.

1) Penjual dan pembelinya haruslah :

a) Balig,

b) Berakal sehat,

c) Atas kehendak sendiri.

2) Uang dan barangnya haruslah :

a) Halal dan Suci. Haram menjual arak dan bangkai, begitu juga babi

danberhala, termasuk lemak bangkai tersebut.

b) Bermanfaat. Membeli barang-barang yang tidak bermanfaat sama

dengan menyia-nyiakan harta atau pemboros

)٢٧( ‫إِ َّن ْال ُمبَ ِّذ ِرينَ َكانُوا إِ ْخ َوانَ ال َّشيَا ِطي ِن َو َكانَ ال َّش ْيطَانُ لِ َربِّ ِه َكفُورًا‬

Artinya : “ sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-

saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada

Tuhannya.” (Q.S. al-Isra/17:27)

c) Keadaan barang dapat diserah terimakan. Tidak sah menjual barang

yang tidak dapat diserah terimakan. Contohnya, menjual ikan dalam

laut atau barang yang sedang dijadikan jaminan sebab semua itu

mengandung tipu daya.

d) Keadaan barang diketahui oleh penjual dan pembelinya.

e) Milik sendiri, sabda Rasulullah Saw., “tak sah jual-beli melainkan atas

barang yang dimiliki.” (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi).”


3) Ijab Qobul

Seperti pernyataan penjual, “Saya jual barang ini dengan harga sekian.” Pembeli

menjawab, “Baiklah saya beli.”

Dengan demikian, berarti jual-beli itu berlangsung suka sama suka. Rasulullah Saw.

Bersabda, “sesungguhnya jual-beli itu hanya sah jika suka sama suka.” (H.R Ibnu

Hibban).

b. Khiyar

1. Pengertian khiyar

Khiyar adalah bebas memutuskan antara menerusakan jual beli atau

membatalkannya. Islam memperbolehkan melakukan khiyar karena jual-beli haruslah

berdasarkan suka sama suka, tanpa ada unsur paksaan sedikitpun. Penjual berhak

mempertahakan harga barang dagangannya, sebaliknya pembeli berhak menawar atas

dasar kualitas barang yang diyakininya. Rasulullah Saw. Bersabda, “penjual dan

pembeli tetap dalam khiyar selama keduanya belum berpisah. Apabila keduanya

berlaku benar-benar dan suka menerangkan keadaan  (barang)nya, maka jual beli

akan memberkahi keduanya. Apabila keduanya menyembunyikan keadaan

sesungguhnya serta berlaku dusta, maka dihapus keberkahan jual belinya.” (H.R

Bukhari dan Muslim).


2.      Macam-macam Khiyar

a.Khiyar Majelis

adalah selama penjual dan pembeli masih berada ditempat

berlangsungnya transaksi atau tawar-menawar. Keduanya berhak memutuskan atau

membatalkan jual-beli. Rasulullah Saw. Bersabda, “ dua orang yang berjual beli,

boleh memilih akan meneruskan atau tidak selama keduanya belum berpisah.” ( H.R

Bukhori dan Muslim).

b.Khiyar syarat

adalah khiyar yang dijadikan syarat dalam jual-beli. Misalnya penjual

mengatakan,”saya jual barang ini dengan harga sekian dengan syarat khiyar tiga

hari.” Maksudnya penjual memberi batas waktu kepada pembeli untuk memutuskan

jadi tidaknya pembeliannya tersebut dalam waktu tig hari. Apabila pembeli

mengiyakan, status barang tersebut sementara waktu (dalam masa khiyar) tidak ada

pemiliknya, artinya, si penjual tidak berhak menawarkan kepada orang lain lagi.

Namun, jika akhirnya pembeli memutuskan tidak jadi, barang tersebut menjadi hak

penjual kembali. Rasulullah Saw. Bersabda kepada seorang lelaki, “Engkau boleh

khiyar pada segala barang yang engkau beli selama tiga hari tigamalam.” (H.R

Baihaqi dan Ibnu Majah).

c.Khiyar Aibi (cacat)

adalah pembeli boleh mengembelikan barang yang dibelinya jika terdapat cacat yang

dapat mengurangi kualitas nilai barang tersebut, namun hendaknya dilakukan

sesegera mungkin.
c.       Riba

1)      Pengertian Riba

Riba adalah bunga uang atau nilai lebih atas penukaran barang. Hal ini sering terjadi

dalam pertukaran bahan makanan, perak, emas, dan pinjam-meminjam.

Riba, apapun bentuknya, dalam syari’at islam hukumnya haram. Sanksi hukumnya

juga sangat berat. Diterangkan dalam hadist yang di riwayatkan bahwa, “Rasulullah

mengutuk orang yang mengambil riba, orang yang mewakilkan, orang yang mencatat,

dan orang yang menyaksikannya. (H.R Muslim).

2)      Macam-macam Riba

a). Riba Fadli, adalah pertukaran barang sejenis yang tidak sama timbangannya,

misalnya cincin emas 22karat sebesar 10 gram ditukar dengan emas 22 gram

kelebihannya itulah yang termasuk riba.

b). Riba Qordi, adalah peminjaman dengan syarat harus memberikan kelebihan saat

mengembalikannya. Misal si A bersedia meminjami si B uang sebesar Rp 100.000,00

asal si B bersedia mengembalikannya sebesar Rp115.000,00. Bunga pinjaman itulah

yang disebut riba.

c). Riba Yadi, adalah akad jual-beli barang sejenis dan sama timbangannya, namun

penjualan dan pembeli berpisah sebelum melakukan serah terima.

d). Riba Nasi’ah, adalah akad jual-beli dengan penyerahan barang beberapa waktu

kemudian.
2.    Utang-piutang

a.    Pengertian Utang-piutang

Utang-piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada seseorang dengan catatan

akan dikembalikan pada waktu kemudian. Tentu saja dengan tidak mengubah

keadaannya. Misalnya utang Rp100.000,00 dikemudian hari harus melunasinya

Rp100.000,00. Memberi utang kepada seseorang berarti menolongnya dan sangat

dianjurkan oleh agama.

b.    Rukun Utang-piutang

Rukun utang-piutang ada tiga, yaitu:

1) Yang berpiutang dan yang berutang,

2) Ada harta atau barang,

3) Lafadz kesepatan. Misal: “saya utangkan ini kepadamu.”Yang berutang

menjawab, “Ya, saya utang dulu, beberapa hari lagi (sebutkan dengan

jelas” atau jika sudah punya akan saya lunasi.”

Untuk menghindari keributan dikemudian hari, Allah Swt. Menyarankan agar kita

mencatat dengan baik utang-piutang yang kita lakukan.

Jika orang yang berutang tidak dapat melunasi tepat pada waktunya karena kesulitan,

Allah Swt. Menganjurkan memberinya kelonggaran.

َ َ‫َوإِ ْن َكانَ ُذو ُعس َْر ٍة فَنَ ِظ َرةٌ إِلَى َم ْي َس َر ٍة َوأَ ْن ت‬


)٢٨٠( َ‫ص َّدقُوا َخ ْي ٌر لَ ُك ْم إِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬

Artinya: “Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah

tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu


menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui..” (Q.S.al-Baqarah/2:

280)

Apabila orang membayar utangnya dengan memberikan kelebihan atas kemauannya

sendiri tanpa perjanjian sebelumnya, kelebihan itu halal bagi yang berpiutang, dan

merupakan suatu kebaikan bagi yang berutang. Rasulullah saw, bersabda:

“Sesungguhnya sebaik-baik kamu, ialah yang sebaik-baiknya kita membayar utang.”

(sepakat ahli hadis). Abu Hurairah ra. Berkata, “Rasulullah saw. Telah berutang

hewan, kemudian beliau bayar dengan hewan yang lebih besar dari hewan yang

beliau utang itu, dan Rasulullah saw. Bersabda, “Orang yang paling baik ialah

orang yang dapat membayar utangnya dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad dan

Tirmidzi).

Bila orang yang berpiutang meminta tambahan pengembalian dari orang yang

melunasi utang dan telah disepakati bersama sebelumnya, hukumnya tidak boleh.

Tambahan pelunasan tersebut tidak halal sebab termasuk riba. Rasulullah saw.

Berkata “Tiap-tiap piutang yang mengambil manfaat maka ia semacam dari

beberapa macam riba.” (HR. Baihaqi)

3.    Sewa-menyewa

a.    Pengertian Sewa-menyewa
Sewa menyewa dalam fiqh Islam disebut ijarah, artinya imbalan yang harus diterima

oleh seseorang atas jasa yang diberikannya. Jasa di sini berupa penyediaan tenaga dan

pikiran, tempat tinggal, atau hewan.

           

Dasar hukum ijarahdalam firman Allah Swt.

‫َّض>>ا َعةَ َو َعلَى ْال َموْ لُ>>و ِد لَ>>هُ ِر ْزقُه َُّن َو ِك ْس>> َوتُه َُّن‬
َ ‫ض>> ْعنَ أَوْ ال َده َُّن َح>> وْ لَي ِْن َك>>ا ِملَ ْي ِن لِ َم ْن أَ َرا َد أَ ْن يُتِ َّم الر‬ ُ ‫َو ْال َوالِ>>د‬
ِ ْ‫َات يُر‬

‫ث ِم ْث> ُل َذلِ>>كَ فَ>إ ِ ْن أَ َرادَا‬


ِ ‫ار‬ َ >‫ضا َّر َوالِ َدةٌ بِ َولَ ِدهَا َوال َموْ لُو ٌد لَهُ بِ َولَ ِد ِه َو َعلَى ْال‬
ِ ‫>و‬ ِ ‫بِ ْال َم ْعر‬
َ ُ‫ُوف ال تُ َكلَّفُ نَ ْفسٌ إِال ُو ْس َعهَا ال ت‬

‫ضعُوا أَوْ ال َد ُك ْم فَال ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم إِ َذا َسلَّ ْمتُ ْم َما‬


ِ ْ‫اض ِم ْنهُ َما َوتَ َشا ُو ٍر فَال جُ نَا َح َعلَ ْي ِه َما َوإِ ْن أَ َر ْدتُ ْم أَ ْن تَ ْستَر‬
ٍ ‫صاال ع َْن تَ َر‬
َ ِ‫ف‬

ِ َ‫ُوف َواتَّقُوا هَّللا َ َوا ْعلَ ُموا أَ َّن هَّللا َ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬
)٢٣٣ ( ‫صي ٌر‬ ِ ‫آتَ ْيتُ ْم بِ ْال َم ْعر‬ Artinya: ”...dan jika kamu ingin

anakmu disusukan oleh orang lain,maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu

memberikan pembayaran menurut yang patut...” (Q.S. al-Baqarah/2: 233)

‫>ل فَ>>أ َ ْنفِقُوا َعلَ ْي ِه َّن َحتَّى‬ ِ ‫ض>يِّقُوا َعلَ ْي ِه َّن َوإِ ْن ُك َّن أُوال‬
ٍ >‫ت َح ْم‬ ُ ‫أَ ْس> ِكنُوه َُّن ِم ْن َحي‬
َ ُ‫ْث َس> َك ْنتُ ْم ِم ْن ُوجْ> ِد ُك ْم َوال ت‬
َ ُ‫ض>ارُّ وه َُّن لِت‬

)٦( ‫ض ُع لَهُ أُ ْخ َرى‬ ٍ ‫ض ْعنَ لَ ُك ْم فَآتُوه َُّن أُجُو َره َُّن َو ْأتَ ِمرُوا بَ ْينَ ُك ْم بِ َم ْعر‬
ِ ْ‫ُوف َوإِ ْن تَ َعا َسرْ تُ ْم فَ َستُر‬ َ ْ‫ض ْعنَ َح ْملَه َُّن فَإ ِ ْن أَر‬
َ َ‫ي‬

Artinya: “...kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu maka berikanlah

imbalannya kepada mereka...” (Q.S. at-Talaq/65: 6)

b.    Syarat dan Rukun Sewa-menyewa

1) Yang menyewakan dan yang menyewa haruslah telah  balig dan berakal sehat.

2) Sewa-menyewa dilangsungkan atas kemauan masing-masing, bukan karena

dipaksa.
3) Barang tersebut menjadi hak sepenuhnya orang yang menyewakan, atau

walinya.

4) Ditentukan barangnya serta keadaan dan sifat-sifatnya.

5) Manfaat yang akan diambil dari barang tersebut harus diketahui secara jelas

oleh kedua belah pihak. Misalnya, ada orang yang menyewa sebuah rumah. Si

penyewa harus menerangkan secara jelas kepada pihak yang menyewakan,

apakah rumah tersebut mau ditempati atau dijadikan gudang. Dengan

demikian, si pemilik rumah akan mempertimbangkan boleh atau tidak disewa.

Sebab risiko kerusakan rumah antara dipakai sebagai tempat tinggal berbeda

dengan risiko dipakai sebagai gudang. Demikian pula jika barang yang

disewakan itu mobil, harus dijelaskan dipergunakan untuk apa saja.

6) Berapa lama memanfaatkan barang tersebut harus disebutkan dengan jelas.

7) Harga sewa dan car pembayaannya juga harus ditentukan dengan jelas serta

disepakati bersama.

Dalam hal sewa-menyewa atau kontrak tenaga kerja, haruslah diketahui secara jelas

dan disepakati bersama sebelumnya hal-hal berikut.

1)      Jenis pekerjaan dan tenaga kerjanya.

2)      Berapa lama masa kerja.

3)      Berapa gaji dan bagaimana sistem pembayarannya: harian, bulanan, mingguan

ataukah borongan?

4)      Tunjangan-tunjangan seperti transpor, kesehatan,dan lain-lain, kalau ada.

C.    Syirkah
Secara bahasa, kata syirkah (perseroan) berarti mencampurkan dua bagian atau lebih

sehingga tidak dapat lagi dibedakan antara bagian yang satu dengan bagian yang

lainnya. Menurut istilah, syirkah adalah suatu akad yang dilakuakan oleh dua pihak

atau lebih yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh

keuntungan.

a)    Rukun dan Syarat Syirkah

1)    Dua belah pihak yang berakad (‘aqidni). Syarat orang yang melakukan akad

adalah harus memiliki kecakapan (ahliyah) melakukan taasarruf (pengelolaan harta).

2)    Objek akad yang disebut juga ma’qud’alaihi mencakup pekerjaan atau modal.

Adapun syarat pekerjaan atau benda yang dikelola dalam syirkah harus halal dan

diperbolehkan dalam agama dan pengelolaannya dapat diwakilkan.

3)    Akad atau disebut juga dengan istilah sigat. Adapun syarat sah akad harus

berupa tasarruf , yaitu adanya aktivitas pengelolaan.

b)        Macam-macam Syirkah

1)   Syirkah ‘Inan

Syirkah ‘inan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing

memberi konstribusi kerja (amal) dan modal (mal). Syirkah ini hukumnya boleh

berdasarkan dalil sunah dan ijma ‘sahabat.

2)   Syirkah ‘Abdan

Syirkah ‘abdan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing,

hanya memberikan konstribusi kerja (amal), tanpa konstribusi modal (amal). Kerja
kerja itu dapat berupa kerja pikiran (seperti penulis naskah) ataupun kerja fisik (seperi

tukang batu). Syirkah ini juga dise.but syirkah ‘amal.

3)   Syirkah Wujuh

Syrikah wujuh  adalah kerja sama karena didasarkan pada kedudukan, ketokohan, atau

keahlian (wujud) seseorang di tengah masyarakat. Syirkah wujuh adalah syirkah

antara dua pihak yang sama-sama memberikan konstribusi kerja (amal) dengan pihak

ketiga yang memberikan konstribusi modal (mal).

D.    Mudarabah

1.      Pengertian dan Hukum Mudarabah

   Mudarabah adalah suatu perjanjian yang dilakukan oleh dua orang/pihak atau lebih

dan salah satu orang/pihak,diantara mereka bersedia mengeluarkan sejumlah modal

uang atau barang untuk diperdagangkan oleh pihak lainnya dengan ketentuan

pembagian laba sesuai kesepakatan. Hukum mudarabah adalah jaiz(boleh)selama

tidak ada pihak yang dirugikan. Sebagai firman Allah Swt. Berikut

‫ك َوهَّللا ُ يُقَ ِّد ُر اللَّيْ> َل َوالنَّهَ>ا َر َعلِ َم أَ ْن لَ ْن‬


َ ‫ك تَقُو ُم أَ ْدنَى ِم ْن ثُلُثَ ِي اللَّ ْي ِل َونِصْ فَهُ َوثُلُثَهُ َوطَائِفَةٌ ِمنَ الَّ ِذينَ َم َع‬
َ َّ‫إِ َّن َربَّكَ يَ ْعلَ ُم أَن‬

َ ْ‫َاب َعلَ ْي ُك ْم فَا ْق َر ُءوا َم>>ا تَيَ َّس> َر ِمنَ ْالقُ>>رْ آ ِن َعلِ َم أَ ْن َس>يَ ُكونُ ِم ْن ُك ْم َمر‬
ْ َ‫ض>ى َوآ َخ> رُونَ ي‬
ِ ْ‫ض> ِربُونَ فِي األر‬
‫ض‬ َ ‫تُحْ صُوهُ فَت‬

ُ ‫الص>الةَ َوآتُ>>وا ال َّز َك>>اةَ َوأَ ْق ِر‬


‫ض>وا‬ َّ ‫يَ ْبتَ ُغونَ ِم ْن فَضْ ِل هَّللا ِ َوآ َخرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي َسبِي ِل هَّللا ِ فَا ْق َر ُءوا َما تَيَ َّس َر ِم ْنهُ َوأَقِي ُموا‬

ْ ‫هَّللا َ قَرْ ضًا َح َسنًا َو َما تُقَ ِّد ُموا أل ْنفُ ِس ُك ْم ِم ْن خَ ي ٍْر ت َِجدُوهُ ِع ْن> َد هَّللا ِ هُ> َو َخ ْي>رًا َوأَ ْعظَ َم أَجْ> رًا َو‬
‫اس>تَ ْغفِرُوا هَّللا َ إِ َّن هَّللا َ َغفُ>>و ٌر‬

)٢٠( ‫َر ِحي ٌم‬

Artinya: Dan yang lain berjalan dibumi mencari sebagian karunia Allah.(Q.S. Al-

Muzzammil,73;20)     
Mudarabah ini telah terjadi di Zaman Rasulullah saw.,bahkan beliau sendiri pernah

melakukannya dengan Siti khadijah sebelum beliau menikahinya. Rasulullah saw.

Pergi ke negeri Syam dengan membawa modal dagangan dari Siti Khadijah,dan

sepulangnya dari perniagaan beliau segera menyerahkan modal pokoknya dan

membagi keuntungan sesuai kesepakatan.

2.      Syarat-syarat Mudarabah

Sebelum melaksanakan mudarabah,terlebih dahulu harus terpenuhi syarat-syaratnya

yaitu sebagai berikut.

a.    Modal yang akan dimudarabah harus jelas dalam bentuk uang tunai,bukan

barang,emas,perak batangan,atau barang barang berharga lainnya.

b.    Jumlah modal yang akan dimudarabahkan harus jelas jumlah nya agar dapat

dibedakan dengan keuntungan yang didapatkannya.

c.    Keuntungan yang akan didapatkan oleh pemilik modal dan bekerja harus

dijelaskan dalam transaksi sesuai kesepakatan,misalnya dengan sistem

paruhan,sepertiga,atau seperempat.

d. Mudarabah harus bersifat mutlak,artinya sipemilik modal tidak boleh ikut campur

dalam pelaksanaan usaha yang akan dijalankan oleh pihak pekerja.

    Jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi,mudarabah tidak dapat dijalankan.

Artinya,mudarabah menjadi batal dengan sendirinya manakala ditengah perjalanan

ada syarat-syarat yang dilanggar oleh salah satu pihak yang bertransaksi.

3.      Rukun Mudarabah
  Rukun mudarabah adalah ijabdan kabul,yaitu suatu transaksi atau timbang terima

yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Dalam melakukan ijab kabul tidak

disyaratkan mengucapkannya dengan bahasa atau lafal-lafal tertentu,tetapi cukup

dengan bahasa dan ungkapan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak yang

melakukan ijab kabul. Hikmah disyariatkannya investasi mudarabah dapat dijelaskan

sebagai berikut.

a.    Mudarabah akan menampakkan sifat dan semangat kebersamaan serta

keadilan.Hal ini terbukti melalui kebersamaan menanggung kerugian yang dialami

suatu usaha,dan membagikan keuntungan yang besar(sesuai dengan perjanjian)di saat

ekonomi sedang booming.

b.    Mudarabah akan menyatukan modal dengan skill(keahlian)yang selama ini

senantiasa terpisah dalam sistem perekonomian konversional,sebab sistem tersebut

memang diciptakan untuk menunjang mereka yang memiliki modal.

c.   Mudarabah dapat menggairahkan perekonomian umat islam,khususnya bagi para

pemilik modal yang selama ini masih ragu-ragu tentang hukum bunga bank

konvensional. Secara mudarabah,mereka yakin usahanya terhindar dari hal-hal yang

meragukan dan tetap sesuai dengan syariat islam.

E.     Musaqah

Musaqah adalah kerja sama antara pemilik kebun dan petani. Pemilik kebun

menyerahkan kepada petani agar dipelihara panennya nanti akan dibagi dua menurut

persentase yang ditentukan padawaktu akad.


Konsep musaqah merupakan konsep kerja sama yang saling menguntungkan antara

kedua belah pihak (simbiosis mutualisme). Tidak jarang para pemilik lahan tidak

memiliki waktu luang untuk merawat perkebunannya. Sementara dipihak lain ada

petani yang memiliki lahan yang bisa digarap. Dengan adanya sistem kerja sama

musaqah,setiap pihak akan sama-sama mendapatkan manfaat.

F.     Muzara’ah dan Mukhabarah

Muzara’ah adalah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan dan

Petani penggarap. Dalam kerja sama ini benih tanaman berasal dari petani. Sementara

mukhabarah ialah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan dan petani

penggarap. Dalam kerja sama ini,benih tanamannya berasal dari pemilik lahan.

Muzara’ah memang sering kali diindentikkan dengan mukharabah. Namun

demikian,keduanya sebenarnya memilki sedikit perbedaan. Muzara’ah benihnya

berasal dari petani penggarap,sedangkan mukhabarah benihnya berasal dari pemilik

lahan.

Muzara’ah dan mukhabarah merupakan bentuk kerja sama pengolahan pertanian

antara pemilik lahan dan penggarap yang sudah dikenal sejak masa Rasulullah saw.

Dalam hal ini,pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk

ditanami dan dipelihara dengan pembagian persentase tertentu dari hasil panen. Di

Indonesia,Khusunya di kawasan pendesaan,kedua model penggarapan tanah itu sama-

sama dipraktikkan oleh masyarakat petani. Landasan syariahnya terdapat dalam hadis

dan ijma’ulama.

G.    Perbankan
1.      Pengertian perbankan

   Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak dalam menghimpun dana

masyarakat dan disalurkan kembali dengan menggunakan sistem bunga. Hakikat dan

tujuan bank ialah untuk membantu masyarakat yang memerlukan. Bank membantu

masyarakat dalam bentuk penyimpanan maupun peminjam,baik berupa uang atau

barang berharga lainnya dengan imbalan bunga yang harus dibayarkan oleh

masyarakat sebagai pengguna jasa bank.

   Bank dilihat dari segi penerapan bunganya,dapat dikelompokkan menjadi dua,yaitu

seperti berikut.

a.         Bank Konvensional

Bank konversional ialah bank yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk

disalurkan kepada yang memerlukan, baik perorangan maupun badan usaha.

Penghimpun dana digunakan untuk mengembangkan usahanya dengan menggunakan

sistem bunga.

b.         Bank islam atau bank syari’ah

bank islam atau bank syari’ah ialah bank yang menjalankan operasinya menurut

syariat islam. Istilah bunga yang ada pada bank konvensional tidak dalam bank islam.

Bank syari’ah menggunakan beberapa cara yang bersih dari riba, misalnya sebagai

berikut.

1)      Mudarabah, yaitu kerja sama antara pemilik modal dan pelaku usaha dengan

perjanjian bagi hasil dan sama-sama menanggung kerugian dengan persentase sesuai
perjanjian. Dalam sistem mudarabah,pihak bank sama sekali tidak mengintervensi

manajamen perusahaan.

2)      Musyarakah, yakni kerjasama antara pihak bank dan pengusaha di

manamasing-masing pihak sama-sama memiliki saham. Oleh karena itu, kedua belah

pihak mengelola usahanya secara bersama-sama dan menanggung untung ruginya

secara bersama-sama pula.

3)      Wadi’ah, yakni jasa penitipan uang, barang, deposito, maupun surat berharga.

Amanah dari pihak nasabah tersebut dipelihara dengan baik oleh pihak bank. Pihak

bank juga memiliki hak unuk menggunakan dana yang dititipkan dan menjamin bisa

mengembalikan dana tersebut sewaktu-waktu pemiliknya memerlukan.

4)      Qardul hasan, yakni pembiayaan lunak yang diberikan kepada nasabah yang

baik dalam keadaan darurat. Nasabah hanya diwajibkan mengembalikan simpanan

pokok pada saat jatuh tempo biasanya layanan ini hanya diberikan untuk nasabah

yang memiliki deposito di bank tersebut sehingga menjadi wujud penghargaan bank

kepada nasabahnya.

5)      Murabahah, yaitu istilah dalam fiqih islam yang menggambarkan suatu jenis

penjualan dimana penjual sepakat dengan pembeli untuk menyediakan suatu produk,

dengan ditambah jumblah keuntungan tertenteu diatas biaya produksi. Disini, penjual

mengungkapkan biaya sesungguhnya yang dikeluarkan dan beberapa keuntungan

yang hendak di ambilnya. Pembayaran dapat dilakukan saat penyerahan atau

ditetapkan pada tanggal tertentu yang disepakati. Dalam hal ini, bank membelikan

atau menyediakan barang yang diperlukan pengusaha untuk dijual lagi. Kemudian,
bank meminta tambahan harga atas harga pembeliannya tersebut. Namun demikian,

pihak bank harus secara jujur menginformasikan harga pembelian yang sebenarnya.

H.    Asuransi Syari’ah

1.    Prinsip-prinsip Asuransi Syari’ah

Asuransi berasal dari bahasa Belanda, Assuranite yang artinya pertanggungan. Dalam

bahasa Arab dikenal denganat-Ta’min  yang berarti pertanggungan, perlindungan,

keamanan, ketenangan atau bebas dari perasaan takut. Si penanggung

(Assuradeur) disebut Mu’ammin dan tertanggung (grasrurrerde) disebut musta’min.

   Dalam islam, asuransi merupkan dari muamalah. Dasar hukum asuransi

menurutfikih islam adalah boleh (jaiz) dengan suatu ketentuan produk asuransi

tersebut harus sesuai dengan ketentuan hukum islam. Pada umumnya, para ulama

berpendapat asuransi yang berdasarkan syariah dibolehkan dan asuransi konvensional

haram hukumnya.

  Asuransi dalam ajaran islam merupakan salah satu upaya seorang muslim yang

didasarkan nilai tauhid. Setiap manusia menyadari bahwa sesungguhnya setiap jiwa

tidak memiliki daya apapun ketika menerima musibah dari Allah SWT., baik berupa

kematian, kecelakaan, bencana alam maupun takdir buruk yang lain untuk

menghadapi berbagai musibah tersebut, ada beberapa cara untuk menghadapinya.

Pertama, menanggungnya sendiri. Kedua, mengalihkan resiko ke pihak lain. Ketiga,

mengelolanya bersama-sama.

   Dalam ajaran islam, musibah bukanlah permasalahan individual, melainkan

masalah kelompok walaupun musibah ini hanya menimpa individu tertentu. Apalagi
jika musibah itu mengenai masyarakat luas seperti gempa bumi atau banjir.

Berdasarkan ajaran inilah, tujuan asuransi sangat sesuai dengan semangat ajaran

tersebut.

Allah SWT. menegaskan hal ini dalam beberapa ayat, di antaranya berikut ini :

‫ي َوال ْالقَالئِ> َد َوال آ ِّمينَ ْالبَيْتَ ْال َح> َرا َم‬


َ ‫الش> ْه َر ْال َح> َرا َم َوال ْالهَ> ْد‬
َّ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُ>>وا ال تُ ِحلُّوا َش> َعائِ َر هَّللا ِ َوال‬

‫ص > ُّدو ُك ْم َع ِن ْال َم ْس > ِج ِد‬


َ ‫يَ ْبتَ ُغونَ فَضْ ال ِم ْن َربِّ ِه ْم َو ِرضْ َوانًا َوإِ َذا َحلَ ْلتُ ْم فَاصْ طَادُوا َوال يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَآنُ قَوْ ٍم أَ ْن‬

‫اإلث ِم َو ْال ُع> ْد َوا ِن َواتَّقُ>>وا هَّللا َ إِ َّن هَّللا َ َش> ِدي ُد‬
ْ ‫ْال َح َر ِام أَ ْن تَ ْعتَدُوا َوتَ َع>>ا َونُوا َعلَى ْالبِ> ِّر َوالتَّ ْق> َوى َوال تَ َع>>ا َونُوا َعلَى‬

ِ ‫ْال ِعقَا‬
)٢( ‫ب‬

Artinya : “... dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran dosa dan

pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah SWT... “ (Q.S Al-Maidah/5 : 2)

   Banyak pula hadis Rasulullah saw. yang memerintahkan umat islam untuk

salingmelindungi saudaranya dalam menghadapi kesusahan. Berdasarkan ayat Al-

Quran dan riwayat hadis, dapat dipahami bahwa musibah ataupun resiko kerugian

akibat musibah wajib ditanggung bersama. Setiap individu bukan menanggungnya

sendiri-sendiri dan tidak pula dialihkan kepihak lain. Prinsip menanggung musibah

secara bersama-sama inilah yang sesungguhnya esensi dari asuransi syariah.

2.      Perbedaan Asuransi Syari’ah dan Asuransi Konvensional

Prinsip Asuransi Syari’ah tersebut berbeda dengan yang berlaku di sistem

konvensional, yang menggunakan prinsip transfer risiko. Sesorang membayar

sejumblah premi untuk mengalihkan risiko yang tidak mampu dia pikul kepada
perusahaan asuransi. Dengan kata lain, telah terjadi “jual beli atas risiko kerugian

yang belum pasti terjadi. Disinilah cacat perjanjian asuransi konvensional. Sebab

akad dalam islam mensyaratkan adanya sesuatu yang bersifat pasti, apakah itu

berbentuk barang ataupun jasa.

   Perbedaan yang lain, pada asuransi konvensinal dikenal dana hangus, dimana

peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran premi ketika ingin mengundurkan diri

sebelum jatuh tempo. Dalam konsep asuransi syari’ah, mekanismenya tidak mengenal

dana hangus. Peserta yang baru masuk sekalipun, karena satu dan hal ingin

mengundurkan diri, dana atau premi yang sebelumnya sudah dibayarkan

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Sistem ekonomi islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan

nilai-nilai islam, bersumber dari Al Quran, As-Sunnah, ijma dan qiyas. Prinsip-

prinsip kegiatan Ekonomi Islam adalah sebagai berikut:

1.      Kekuasaan milik tertinggi adalah milik Allah dan Allah adalah pemilik yang

absolute atas semua yang ada.

2.      Manusia  merupakan  pemimpin  (khalifa)  Allah  di  bumi  tapi  bukan  pemilik 

yang sebenarnya.
3.      Semua yang didapatkan dan dimiliki oleh manusia adalah karna seizing Allah,

oleh karena itu saudara-saudaranya yang kurang beruntung memiliki hak atas

sebagian kekayaan yang dimiliki saudara-saudaranya yang lebih beruntung.

4.      Kekayaan tidak boleh ditumpuk terus atau ditimbun.

5.      Kekayaan harus diputar.

6.      Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya harus dihilangkan.

7.      Menghilangkan jurang perbedaan antar individu  dapat menghapuskan konflik

antar golongan dengan cara membagikan kepemilikan seseorang setelah kematiannya

kepada para ahli warisnya.

8.      Menetapkan  kewajiban  yang  sifatnya  wajib  dan  sukarela  bagi  semua 

individu termasuk bagi anggota masyarakat yang miskin.

Muāmalah ialah kegiatan tukar-menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat

dengan cara  yang  ditempuhnya,  seperti  jual-beli,  sewa-menyewa,  utang-piutang, 

pinjam-meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat, dan usaha lainnya.

Syirkah  (perseroan)  berarti  suatu  akad  yang  dilakukan  oleh  dua  pihak  atau 

lebih  yang bersepakat untuk  melakukan suatu usaha dengan tujuan  memperoleh

keuntungan. Syirkah ada beberapa macam: syirkah `inān, syirkah „abdān, syirkah

wujūh, dan syirkah mufāwaḍah.


Muḍārabah  adalah  akad  kerja  sama  usaha  antara  dua  pihak,  di  mana  pihak 

pertama menyediakan  semua  modal  (ṡāhibul  māl),  sedangkan  pihak  lainnya 

menjadi  pengelola  atau pengusaha (muḍarrib).

Musāqah  adalah  kerja  sama  antara  pemilik  kebun  dan  petani  di  mana  sang 

pemilik  kebun menyerahkan  kepada  petani  agar  dipelihara  dan  hasil  panennya 

nanti  dibagi  dua  menurut persentase yang ditentukan pada waktu akad.

Bank Islam atau bank syariah, yaitu bank yang menjalankan operasinya menurut

syariat Islam.

Bank  syariah  menggunakan  beberapa  cara  yang  bersih  dari  riba, 

misalnya:  muḍārabah, musyārakah, waḍ³‟ah, qarḍul hasān, dan murābahah.

DAFTAR PUSTAKA

https://dokumen.tips/business/prinsip-dan-praktik-ekonomi-islam-pdf-file.html

http://neynafn.blogspot.co.id/2015/05/makalah-prinsip-prinsip-ekonomi-islam.html

Anda mungkin juga menyukai