Anda di halaman 1dari 14

TUGAS AGAMA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang merupakan salah satu syarat untuk menentukan dan memperoleh nilai
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA N 1 Pringsewu yang
berjudul dosa-dosa terbesar ke tiga yaitu Zina .
Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan
pengarahan dari berbagai pihak . Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini terutama kepada Bapak Lukman
Hakim Aham yang mengajar mata pelajaran ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa
memberikan kesehatan serta rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
ISI
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna,
PE
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna kesempurnaan laporan ini.
M
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak. BA
HA
SA Batam, 20
Oktober 2016 N
TE
NT
AN
G
ZI
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI .. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah . 1
1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Zina . 3
2.2 Dasar-dasar dilarangnya Zina . . 4
2.3 Macam-macam Zina dan Hukumannya 5
2.3.1 Macam-macam Zina Anggota Tubuh ..... 7
2.4 Syarat-syarat hukuman zina . 8
2.5 Cara Pelaksanaan Hukuman .11
2.6 Bunyi Q.S Al isra 32 dan Q.S An nur 2 ...12
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan .. 14
DAFTAR PUSTAKA .... 15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era globalisasi ini, banyak orang-orang yang potong kompas begitu saja.
Mereka tidak ingin bekerja keras dan berusaha untuk suatu kebutuhan hidupnya.
Banyak yang beranggapan bahwa mencari yang haram saja susah setengah
mati, apalagi yang halal. Stetemen seperti ini tentunya bukan cuma asal ada
atau muncul begitu saja tetapi ini berdasarkan fakta dilapangan yang kami
anggap karena sulitnya lapangan kerja dengan kata lain sulitnya ekonomi.
Syariat islam telah menyatakan bahwa suatu perbuatan dinyatakan sebagai
kejahatan apabila perbuatan tersebut menyimpang dengan syariat itu sendiri
serta bersebrangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarkat. Meskipun
perbuatan tersebut tidak mempunyai tujuan untuk merusak atau mengganggu
terwujudnya ketertiban sosial dan merugikan masyarakat, telah ditentukan
bahwa apabila seseorang melakukan suatu kejahatan maka ada ancaman
baginya suatu hukuman atas perbuatannya, hukuman tersebut diberikan agar
orang akan menahan diri untuk melakukan kejahatan, karena tanpa adanya
sanksi suatu perintah atau larangan tidak punya konsekuensi apa-apa.
Didalam al- Quran dan hadis dijelaskan bahwa setiap kesalahan memiliki sanksi
yang berbeda -beda, kesalahan-kesalahan tersebut terdiri dari zina, qadzaf,
mencuri ,mabuk dan lain sebagainya.
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, tetapi kami berharap
semoga dapat memberikan mamfaat bagi semua pihak yang membaca pada
umumnya dan kami khususnya serta, kami akan bersenanang hati dalam
menerima kritik yang membangun guna kesempurnaan di masa mendatang.
1.2 Rumusan Masalah
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, kami akan mencoba menjelaskan
mengenai apa sebenarnya zina itu, dasar-dasarnya, macam-macam zina serta
sanksi yang diberikan bagi pelaku zina (pezina), syarat-syarat hukuman zina ,
pelaksanaan hukuman bagi para pezina, bunyi surat Al isra ayat 32 dan surat an
nur ayat 2 dan akan kami singgung sedikit hal yang berkaitan dengan zina
tersebut.
1.3 Tujuan
Sehubungan dengan rumusan masalah diatas, tujuan yang akan dicapai adalah
1. Untuk mengetahui definisi Zina.
2. Untuk mengetahui dasar-dasar dilarangnya zina.
3. Untuk mengetahui macam-macam zina.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis hukuman bagi para pezina.
5. Untuk mengetahui syarat-syarat hukuman zina
6. Untuk mengetahui pelaksanaan hukuman bagi para pezina.
7. Untuk mengetahui bunyi Q.S Al isra ayat 32 dan Q.S an nur ayat 2.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Zina


Pengertian zina ( ) adalah persetubuhan antara pria dan wanita yang tidak
memiliki ikatan perkawinan yang sah menurut agama. Islam memandang
perzinaan sebagai dosa besar yang dapat menghancurkan tatanan kehidupan
keluarga dan masyarakat. Berzina dapat diibaratkan seperti memakai barang
yang bukan menjadi hak miliknya.
Para ulama mengartikan zina dengan susunan kalimat yang berbeda-beda
namun isinya sama yaitu :







Zina ialah memasukkan alat kamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan
(dalam persetubuhan) yang haram menurut zat perbuatannya bukan karena
subhat dan perempuan itu mendatangkan syahwat.

Menurut Ibnu Rusyd dalam bukunya BIDAYATUL MUJTAHID, Zina adalah setiap
pesetubuhan yang terjadi bukan karena pernikahan yang sah, bukan karena
semu nikah, dan bukan pula karena pemilikan ( terhadap hamba).
Perbuatan zina sangat dicela oleh agama dan dilaknat oleh Allah. Pelaku
perzinaan dikenakan sanksi hukuman berat berupa rajam. Mengenai larangan
berzina, Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Isra ayat 32 yang artinya:
Dan janganlah kamu mendekati zina, itu (zina) sungguh suatu perbuatan keji
dan suatu jalan yang buruk.
Yang dimaksud perbuatan mendekati zina yang dilarang adalah berpacaran yang
mengakibatkan pelakunya ingin melakukan zina. Mendekati sesuatu yang dapat
merangsang nafsu sehingga mendorong diri kepada perbuatan zina juga
termasuk perbuatan mendekati zina.
Begitu pula dengan perbuatan yang berpotensi mendorong nafsu seperti
menonton aurat dan mengkhayalkannya adalah mendekati perzinaan. Menurut
Al-Ghazali, perbuatan keji (dosa besar) yang tampak adalah zina, sedangkan
dosa besar yang tersembunyi adalah mencium, menyentuh kulit, dan
memandang dengan syahwat.
2.2 Dasar-dasar dilarangnya Zina
Ayat-ayat Al-Quran dibawah ini merupakan hukum yang menyatakan secara
tegas bahwa islam mengharamkan zina.
1. An Nur (ayat 2)
















Artinya :
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman
kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka
disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.
2. An-nisa ayat 15


















Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji (zina), hendaklah
ada empat orang saksi di antara kamu (yang menyaksikannya). Kemudian
apabila para saksi itu telah memberi persaksian, maka kurunglah mereka
(wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai
Allah memberi jalan yang lain kepadanya.
3. Al-isra ayat 32
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.
4. An-nuur ayat 4
Hukum menuduh wanita yang baik-baik berzina
Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina)
dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka
(yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima
kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang
fasik. (An-nuur :4)
5. Al-azhab ayat 32
Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk[1213] dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya[1214] dan ucapkanlah
perkataan yang baik (Al-azhab :32)

6. An-nur ayat 25
Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yag setimpal menurut
semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang Benar, lagi Yang
menjelaskan (segala sesutatu menurut hakikat yang sebenarnya). (An-nuur:25)

2.3 Macam-macam Zina dan Hukumannya


Zina dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
1. Zina mukhshon



Zina mukhshon yaitu zina yang dilakukan orang yang pernah terikat tali ikatan
perkawinan, artinya yang dilakukan baik suami, isteri, duda atau janda. Hukuman
(had) bagi pelaku zina mukhshon, yaitu dirajam atau dilempari batu sampai ia
mati. Sebagaimana sabda Nabi :












( )




Sesungguhnya Rasulullah saw. merajam seseorang yang bernama Maiz dan
merajam seorang perempuan dari kabilah Juhainah serta merajam pula dua
orang Yahudi dan seorang perempuan dari kabilah Amir dari suku Azd ( H.R.
Muslim dan Tirmidzi )
Rasulullah saw menanyakan kepada seorang laki-laki yang mengaku
berzina,Apakah engkau seorang muhshon (sudah menikah)? Orang itu
menjawab,Ya. Kemudian Nabi bersabda lagi,Bawalah orang ini dan rajamlah'.
(HR Bukhori Muslim)

2. Zina ghairu mukhshon





Zina ghairu mukhson yaitu zina yang dilakukan orang yang belum pernah
menikah. Had (hukuman) bagi pelaku zina ghairu Mukhson di jilid atau di cambuk
sebanyak 100 kali dan dibuang ke daerah lain selama 1 tahun. Hal ini
berdasarkan firman Allah:
"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus kali dera ( Q.S. an-Nur (24) : 2 )

Rasulullah SAW bersabda :















( )


Zaid bin Kholid ra. Berkata : Saya telah mendengar Rasulullah SAW.
memerintahkan supaya orang yang zina ghoiru mukhsan didera seratus kali dan
dibuang satu tahun ( H.R. Bukhori )

Dari Abu Hurairoh ra bahwasanya Rasulullah saw pernah memberikan hukuman


kepada orang yang berzina (belum menikah) dengan hukuman dibuang
(diasingkan) satu tahun dan pukulan seratus kali. (HR. Bukhori).
Selain itu, perempuan-perempuan yang dirogol atau diperkosa oleh lelaki
yang melakukan perzinaan dan telah didukung dengan bukti bukti yang
diperlukan oleh hakim dan tidak menimbulkan sebarang keraguan dipihak hakim
bahawa perempuan itu dirogol dan diperkosa, maka dalam kasus ini perempuan
itu tidak boleh dijatuhkan dan dikenakan hukuman hudud,dan ia tidak berdosa
dengan sebab perzinaan itu.
Sedangkan lelaki yang merogol atau memperkosa perempuan melakukan
perzinaan dan telah ditetapkan kesalahannya dengan bukti bukti dan
keterangan yang dikehendaki oleh hakim tanpa menimbulkan keraguan dipihak
hakim, maka hakim hendaklah menjatuhkan hukuman hudud keatas lelaki yang
merogol perempuan itu, iaitu wajib dijatuhkan dan dikenakan ke atas lelaki itu
hukuman rejam dan sebat.
Dalam PASAL 91, Bila seseorang menuduh orang lain berbuat zina, maka wajib
baginya had qadzaf dengan delapan syarat.
Tiga syarat terdapat pada pihak penuduh yaitu:
1. Dia sudah baligh
2. Berakal sehat
3. Bukan orang tua bagi pihak tertuduh.
Adapun lima syarat terdapat pada pihak tertuduh yaitu:
1. Dia orang Islam
2. Sudah baligh
3. Berakal sehat
4. Merdeka
5. Selalu memelihara diri dari perbuatan zina.
Orang yang menuduh seseorang berzina tanpa ada bukti didera dengan:
1. Kalau orang merdeka did era 80 kali.
2. Kalau hamba (budak) did era separonya yaitu 40 kali.

2.3.1 Macam-macam Zina Anggota Tubuh


Hadisnya yang berbunyi:















)





(
Artinya:
Abdurrahman Ibn Shakhar (Abu Hurairah) Ra. Bahwa Nabi SAW bersabda: telah
diterapkan bagi anak-anak Adam yang pasti terkena, kedua mata zinanya adalah
melihat, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lisan zinanya adalah berkata-
kata, tangan zinanya adalah menyentuh, kaki zinanya adalah berjalan, hati
zinanya adalah keinginan (hasrat) dan yang membenarkan dan mendustakannya
adalah kemaluan. (HR. Muslim dalam kitab Qadr bab ketentuan batas-batas ziina
dan lainnya bagi anak-anak Adam).

1. Yaitu zina dengan kedua mata: memandang wanita yang tidak halal,
misalnya memandang wanita yang bukan muhrimnya.
Rasulullah SAW bersabda:


Zina kedua mata ialah memandang wanita yang bukan muhrim. (H.R. Ibnu
Saad, Thabrani, dan Abu NuAim dari Alqamah bin Huwarits)

Adapun Rasulullah SAW bersabda:






Memandang wanita ajnabiyyat (bukan muhrim) termasuk dosa-dosa besar

Keterangan: Kata Ajnabiyyat, artinya wanita yang halal dinikahi. Termasuk dosa
besar, yakni jika dalam pandangan tersebut menimbulkan nafsu dan
kecenderungan hati kepadanya, tetapi jika tidak, tidak termasuk dosa besar.

2. Yaitu zina kedua kaki: Yaitu barjalan ketempat maksiat. Seperti berjalan ke
tempat-tempat yang di larang oleh agama.

3. Yaitu zina dengan kedua tangan: Yaitu bertindak dengan tangannnya dengan
cara kekerasan tanpa alasan yang dibolehkan.
Maka Rasulullah SAW bersabda:






Zina kedua kaki adalah berjalan, dan zina kedua tangan adalah bertindak
dengan kasar, serta zina kedua mata ialah memandang kepada yang tidak halal
4. Yaitu zina kedua telinga, ialah mendengar sesuatu yang membuka aib
seseorang/ mendengarkan yang tidak baik (menguping).
5. Yaitu zina lisan, ialah sesuatu yang membuka aib seseorang, beerkata-kata
yang kasar, dan berkata-kata yang tidak benar (menuduh) seseorang berzina.
6. Yaitu zina dengan hidung, ialah mencium yang bukan muhrim, atau
mencium parfum seseorang yang bukan muhrim apabila Ia bersyahwat.
7. Yaitu degan faraj, ialah memasukkan kemaluan laki-laki kedalam kemaluan
perempuan yang tidak halal disetubuhi/yang bukan muhrim.
Maka Rasulullah SAW bersabda :








Melakukan zina satu kali akan menghapuskan amal selama tujuh puluh tahun..

2.4 Syarat-syarat hukuman zina


Hukuman buat orang yang berzina adalah rajam, yaitu hukuman mati dengan
cara dilempari batu. Namun walaupun demikian, perlu diketahui bahwa rajam
bukan satu-satunya hukuman. Selain rajam, juga ada hukuman cambuk 100 kali
buat pezina. Bahkan hukum cambuk malah didasari langsung dengan ayat Al-
Quran (QS. An-Nuur : 2). Sedangkan dasar masyru'iyah rajam kita dapati pada
hadits Nabi :



Wahai Unais, datangi wanita itu dan bila dia mengaku zina maka rajamlah.

Rasulullah SAW bersabda :




Hindarilah hukum hudud dengan masih adanya syubuhat.


Ada beberapa syarat untuk dapat menerapkan hukum rajam dan hukum-hukum
hudud lainnya, antara lain :
1. Wilayah Hukum Resmi
Hukum rajam dan hukum-hukum syariah lainnya harus diberlakukan secara
resmi terlebih dahulu sebuah wilayah hukum yang resmi menjalankan hukum
Islam. Di dalam wilayah hukum itu harus ada masyarakat yang memeluk hukum
syariah, sadar, paham, mengerti dan tahu persis segala ketentuan dan jenis
hukuman yang berlaku. Ditambahkan lagi mereka setuju dan ridha atas
keberlakuan hukum itu.
2. Adanya Mahkamah Syar'iyah
Pelaksanaan hukum rajam itu hanya boleh dijalankan oleh perangkat mahkamah
syar'iyah yang resmi dan sah. Mahkamah ini hanya boleh dipimpin oleh qadhi
yang ahli di bidang syariah Islam. Qadhi ini harus ditunjuk dan diangkat secara
sah dan resmi oleh negara, bukan sekedar pemimpin non formal.

3. Peristiwa Terjadi di Dalam Wilayah Hukum


Kasus zina dan kasus-kasus jarimah lainnya hanya bisa diproses hukumnya bila
kejadiannya terjadi di dalam wilayah hukum yang sudah menerapkan syariah
Islam. Sebagai ilustrasi, bila ada orang Saudi berzina di Indonesia, tidak bisa
diproses hukumnya di wilayah hukum Kerajaan Saudi Arabia. Dan sebaliknya,
meski berkebangsaan Indonesia (orang Indonesia), tetapi kalau berzina di
wilayah hukum Kerajaan Saudi Arabia, harus dijatuhi hukum rajam.

4. Terpenuhi Semua Syarat Bagi Pelaku Zina


Tidak semua pelaku zina bisa dijatuhi hukum rajam. Setidaknya-tidaknya dia
harus seorang muhshan yang memenuhi syarat-syarat berikut, yaitu beragama
Islam, usianya sudah mencapai usia baligh, sehat akalnya alias berakal,
berstatus orang merdeka dan bukan budak, iffah dan sudah menikah (tazwij).
Bila salah satu syarat di atas tidak terpenuhi, maka hukum rajam batal demi
hukum, tidak bisa dilaksanakan, malah hukumnya terlarang berdasarkan syariat
Islam.

5. Kesaksian 4 Orang Atau Pengakuan Sendiri


Untuk bisa diproses di dalam mahkamah syar'iyah, kasus zina itu harus diajukan
ke meja hijau. Hanya ada dua pintu, yaitu lewat kesaksian dan pengakuan diri
sendiri pelaku zina. Bila lewat kesaksian, syaratnya para saksi itu harus minimal
berjumlah 4 orang, apabila saksi itu kurang dari empat maka persaksian tersebut
tidak dapat diterima. Hal ini apabila pembuktian nya itu hanya berupa saksi
semata-mata dab tidak ada bukti-bukti yang lain. Dasarnya adalah sebagai
berikut:
a. Surah An-Nisa ayat 15 perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi
diantara kamu (yang menyaksikannya). kemudian apabila mereka telah memberi
persaksian, Maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai
mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan lain kepadanya
b. Surah An-Nur ayat 4 ; dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang
baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi,
Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah
kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-
orang yang fasik
c. Surah An-Nur ayat 13 mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak
mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka
tidak mendatangkan saksi-saksi Maka mereka Itulah pada sisi Allah orang- orang
yang dusta
Adapun syarat syarat Umum saksi yakni:
Baligh
Berakal
Kuat ingatan
Dapat Berbicara
Dapat Melihat ( melihat secara langsung kejadian tersebut)
Adil
Islam
Semuanya melihat langsung peristiwa masuknya kemaluan laki-laki ke dalam
kemaluan perempuan yang berzina, secara langsung dan bukan dengan
rekaman, di waktu yang bersamaan.

Dengan pengakuan
Pengakuan dapat digunakan sebagai alat bukti untuk jarimah zina, dengan
syarat-syarat sebagai berikut :
Pengakuan harus dinyatakan sebanyak empat kali, dengan mengiaskan
kepada empat orang saksi.
Pengakuan harus terperinci dan menjelaskan tentang hakikat perbuatan,
sehingga dapat menghilangkan syubhat (ketidak jelasan) dalam perbuatan zina
tersebut
Pengakuan harus sah atau benar.
Pengakuan harus dinyatakan dalam sidang pengadilan.

Seseorang dikatakan telah melakukan zina apabila memenuhi unsur- unsur


sebagai berikut:
a. Pelakunya sudah baligh dan berakal
b. Perbuatan zina tersebut dilakukan atas kemauan sendiri
c. Pelakunya mengetahui bahwa zina adalah haram dan Terbukti secara syar'i
bahwa ia benar-benar melakukan zina.

Maka jika simpulkan, betapa sulitnya penerapan hukum rajam ini, bahkan
Rasulullah SAW tidak bisa menerapkan hukuman ini seenaknya saja. Beliau
pernah menolak wanita yang menyerahkan dirinya untuk dirajam, lantaran
masih banyak syarat yang tidak terpenuhi.
2.5 Cara Pelaksanaan Hukuman
Hukuman rajam adalah hukuman mati dengan jalan dilempari dengan batu atau
sejenisnya. Pelaksanaan hukuman zina Apabila jarimah zina sudah bisa
dibuktikan dan tidak ada syubhat maka hakim harus memutuskannya dengan
menjatuhkan hukuman had, yaitu rajam bagi muhshan dan dera seratus kali di
tambah pengasingan selama satu tahun bagi pezina ghair muhshan.
a. Yang melaksanakan hukuman Para fuqaha telah sepakat bahwa
pelaksanaan hukuman had harus dilaksanakan oleh imam atau wakilnya
( pejabat yang ditunjukknya).
b. Cara pelaksanaan hukuman rajam Apabila orang yang akan dirajam itu laki-
laki, hukuman dilaksanakan dengan berdiri tanpa dimasukkan ke dalam lubang
dan tanpa dipegang atau di ikat. Apabila melarikan diri dan pembuktiannya
dengan pengakuan maka ia tidak perlu di kejar dan hukuman dihentikan. Akan
tetapi , apabila pembuktiannya dengan saksi maka ia harus dikejar dan
selanjutnya hukuman rejam diteruskan sampai ia mati. Apabila orang yang
dirajam itu wanita, menurut imam abu hanifah dan Imam Syafii, ia boleh
dipendam sampai batas dada, karena cara demikian itu lebih menutupi auratnya.
c. Cara pelaksanaan Hukuman Dera (jilid) dilaksanakan dengan menggunakan
cambuk, dengan pukulan yang sedang sebanyak 100 kali cambukan. Di
syaratkan cambuk tersebut harus kering, tidak boleh basah, karena bisa
menimbulkan luka. Di samping itu juga disyaratkan cambuk tersebut ekornya
tidak boleh lebih dari satu. Apabila ekor cambuk lebih dari satu ekor, jumlah
pukulan dihitung sesuai dengan banyaknya ekor cambuk tersebut.
2.6 Bunyi Q.S Al isra 32 dan Q.S An nur 2
Al isra 32
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.
An Nur (ayat 2)
Artinya :
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman
kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka
disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.

Pertanyaan kami:
Setelah kami membuat makalah ini, kami mempunyai sebuah pertanyaan yaitu:
Apakah setelah seseorang dirazam, dosa orang yang melakukan zina sudah
diampuni?
Kami bertanya-tanya sendiri dan bertanya kepada orang lain, dan akhirnya kami
mendapatkan sebuah jawaban yang kami temukan di internet:
Apakah Rajam Menjadi Syarat Diterimanya Taubat?
Maka kalau rajam ini dijadikan syarat diterimanya taubat, rasanya agak
berlebihan. Agak kurang tepat kalau dikatakan bahwa dilaksanakannya hukuman
ini menjadi syarat diampuninya dosa. Masalahnya meski yang berzina rela
dirajam, belum tentu hukum rajamnya bisa diterapkan. Lantas apakah pelaku
zina itu jadi tidak bisa diterima taubatnya, cuma gara-gara secara prosedur tidak
dimungkinkan pelaksanaan hukuman rajam? Jawabannya tentu tidak. Urusan
ampunan itu tidak ada kaitannya langsung dengan pelaksanaan hukum rajam.
Urusan ampunan itu ditentukan dari apakah pelakunya bertaubat atau tidak.

Jadi walaupun seorang pezina dijatuhi hukum rajam, tetapi bila di dalam dirinya
sendiri dia tidak bertaubat, maka tidak akan diampuni. Sebaliknya, meski tidak
diterapkan hukum rajam dengan berbagai problematikanya, asalkan seorang
pezina sudah bertaubat, tentu Allah SWT. Maha Pengampun. Kita tidak bilang
pasti diterima taubatnya, namun kita tahu Allah SWT. Maha Penerima taubat.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Zina ( ) adalah persetubuhan antara pria dan wanita yang tidak
memiliki ikatan perkawinan yang sah menurut agama. Karena dalam pandangan
tersebut akan menimbulkan nafsu dan kecendrungan hati kepadanya, maka
akan termasuk dosa besar.
2. Didalam al-quran Allah SWT banyak berfirman dan menjelaskan tentang
larangan zina.
3. Zina itu dibagi 2, yaitu zina mukhshon dan zina ghairu mukhshon.
4. Macam-macam zina anggota tubuh :
Zina dengan kedua mata, zina dengan kedua kaki, zina dengan kedua tangan,
zina dengan kedua telinga, zina dengan lisan, zina dengan hidung, dan zina
dengan faraj.
5. Seseorang yang melakukan zina Mukhson, wajib dikenakan hukuman had
(rajam) Yaitu dilempar dengan batu yang sederhana besarnya hingga mati,
sedangkan yang bukan muhsan harus di cambuk sebanyak seratus kali
cambukan.
6. Syarat untuk dapat menerapkan hukum rajam dan hukum-hukum hudud
lainnya adalah Wilayah Hukum Resmi, adanya mahkamah syar'iyah, peristiwa
terjadi di dalam wilayah hokum, terpenuhi semua syarat bagi pelaku zina,
kesaksian 4 orang atau pengakuan sendiri
7. Faktor utama maraknya zina adalah lemah iman di Negara kita ini, serta
pengaruh kemajuan teknologi.
8. Menurut kelompok kami faktor utama maraknya zina adalah lemah iman di
Negara kita ini, serta pengaruh kemajuan teknologi. Dan menurut kami cara
mencegah zina yang paling utama adalah menyegrakan menikah bagi yang
sudah mampu, serta dengan mengembangkan syariat islam di negeri ini.
9. Menurut kelompok kami razam bukanlah syarat diterimanya taubat,
melainkan berdasarkan pelakunya sendiri. Apakah pelakunya bersungguh-
sungguh bertaubat atau tidak?

DAFTAR PUSTAKA
makalahzina.blogspot.com/
http://duniaaporia.blogspot.com/2013/09/makalah-tentang-zina-ushul-fiqh.html
samsulariefin123455.blogspot.com/
www.mysusis.com Agama Fiqih Hukum
http://almanhaj.or.id/content/2251/slash/0 , http://id.wikipedia.org/wiki/Zina

Anda mungkin juga menyukai