TUGAS MAKALAH
Disampaikan dalam Seminar Kelas Mata Kuliah Kurikulum PAI
Program Studi Strata S1 Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampuh:
Dr. H. Hamzah, S.Ag., M.Ag.
Oleh :
SANNY EKA SILFIA (1207.19.2240)
FATRA BUANA MADELOPA(1207.19.2164)
NURAINI (1207.19.2218)
kelas:
3A PAI
Nama : Nuraini
Tempat/Tgl lahir : Batam, 11 maret 2001
No. Telepon : 085668472766
Asal Sekolah : Smkn 6 Batam
Alamat : Bida kabil Blok J NO 26
Data Orang Tua
Nirm : 1207.19.2218
Nama Ayah : Mohammad Gunadi
Nama Ibu : Endang Sri Yatun
No. Tlp Ayah/Ibu : 081364602220
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan baik. Sholawat
serta salam senantiasa kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW.
Dalam kesempatan kali ini, Penulis hendak mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. H. Hamzah, S.Ag., M.Ag. sebagai Dosen Pengampu
mata kuliah Kurikulum PAI, Karena atas bimbingan dan arahan nya Penulis dapat terarah
membuat makalah ini.
Terimakasih.
Pemakalah
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BIODATA PEMAKALAH ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II. PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling 3
B. Tujuan dan fungsi dan Bimbingan dan Konseling 4
C. Prinsip-prinsip Bimbingan dan konseling 4
D. Tugas Kepala Sekolah 5
E. Tugas guru Bimbingan dan Konseling 6
F. Mekanisme Layanan Bimbingan dan konseling 7
BAB III. PENUTUP 13
A. Kesimpulan 13
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14
v
i
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
C. Tujuan penulisan
Bimbingan dan konseling adalah proses bantuan yang diberikan seorang konselor
yang besifat psikologis kepada klien dengan wawancara agar klien tersebut mampu
memecahkan masalah yang dihadapi dengan kemampuan-kemampuan yang dimiliki.
Dan juga Bimbingan dan konseling merupakan suatu program yang sangat penting
3
adanya di setiap sekolah. Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membina
kepribadian serta akhlak siswa, karena siswa pada masa pubertas biasanya sangat
dibutuhkan agar siswa terhindar dari perbuatan yang melanggar norma-norma.1
Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi
antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu
membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga
konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya. 4
4
saja akan tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan siswa secara optimal serta
membantu atau membina mental, sikap dan tingkah laku menuju kearah yang lebih
baik.
Guru pembimbing tidak hanya berkepentingan kepada siswa yang bermasalah saja
akan tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan siswa secara optimal serta
membantu atau membina mental, sikap dan tingkah laku menuju ke arah yang lebih
baik. Sementara itu, ruang lingkup bimbingan di sekolah yaitu: a) Layanan kepada
peserta didik, b) Layanan kepada guru, c) Layanan kepada kepala sekolah, d)
Layanan kepada calon peserta didik (feeder school), e) Layanan kepada orang tua, f)
Layanan kepada dunia kerja dan g) Layanan kepada lembaga-lembaga dan
masyarakat lain (Suhardan, dkk, 2009: 216). 5
Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah ialah agar peserta didik,
dapat: (1) mengembangkan seluruh potensinya seoptimal mungkin; (2) mengatasi
kesulitan dalam memahami dirinya sendiri; (3) mengatasi kesulitan dalam memahami
lingkungannya, yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga, pekerjaan, sosial-
ekonomi, dan kebudayaan; (4) mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan
memecahkan masalahnya; (5) mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan,
minat, dan bakatnya dalam bidang pendidikan dan pekerjaan; (6) memperoleh bantuan
secara tepat dari pihakpihak di luar sekolah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak
dapat dipecahkan di sekolah tersebut. 6
5
Hamzah. 2019. Kurikulum dan Pembelajaran. Batam: Pilar Nusantara. zzzz
6
Ditjen PMPTT Diknas, Bimbingan dan Konseling di sekolah (Direktur Tenaga Kependidikan 2008), h. 7
5
Guru pembimbing atau konselor sekolah tidak mungkin bekerja sendiri dalam
memberikan pelayanan BK kepada siswa di sekolah madrasah. Guru BK akan
memerlukan orang lain dalam memberikan pelayanan BK.
7
Hamzah, Kurikulum dan Pembelajaran (Batam: Pilar Nusantara, 2019) Hlm.289-294
8
Awalya,dkk, bimbingan dan konseling (semarang:unnes press,2013) hlm 67
6
3. Memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan dan
konseling di sekolah,
4. Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah,
5. Menetapkan koordinator guru pembimbing yang bertanggung jawab atas
koordinasi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah berdasarkan
kesepakatan bersama guru pembimbing,
6. Membuat surat tugas guru pembimbing dalam proses bimbingan dan
konseling pada setiap awal caturwulan,
7. Menyiapkan surat pernyataan melakukan kegiatan bimbingan dan konseling
sebagai bahan usulan angka kredit bagi guru pembimbing. Surat pernyataan
ini dilampiri bukti fisik pelaksanaan tugas,
8. Mengadakan kerja sama dengan instansi lain yang terkait dalam pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan konseling,
9. Melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap minimal 40 siswa, bagi
kepala sekolah yang berlatar belakang bimbingan dan konseling (Nurihsan,
2006: 63-64).
Pencapaian kopetensi yang harus di miliki peserta didik sulit diupayakan apabila
tidak memiliki manajemen bermutu dan tidak dilakukan secara jelas dan
terarah, faktual dan sistematis. Dalam konteks inilah keberadaan kepala sekolah
dalam melaksanakan manajemen bimbingan dan konseling di sekolah menjadi urgen
disamping proses pembelajaran..
7
8. .Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis penilaian:
9. Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling, dan
10. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan kepada koordinator guru
pembimbing
Seorang guru perlu diberi wawasan dan pemahaman tentang layanan bimbingan
dan konseling di sekolah, dengan harapan guru:
1. Memahami hakikat layanan bimbingan dan konseling di
sekolah.
2. Memahami prinsip-prinsip operasional bimbingan dan
konseling di sekolah.
3. Memahami program bimbingan di sekolah dan peranan guru
dalam pelaksanaan program tersebut.
4. Memahami tugas dan peran serta guru dalam pemberian
layanan bimbingan kepada para siswa 9
Adapun tugas-tugas yang dimiliki oleh seorang guru bimbingan dan konseling atau
konselor yang ditemukan oleh Salahudin (2010: 206 ) antara lain :
9
Hamzah, Kurikulum dan Pembelajaran (Batam: Pilar Nusantara, 2019) Hlm.297-300
8
f. Sebagaimana guru mata pelajaran, guru pembimbing atau konselor yang
membimbing 150 orang siswa dihargai sebanyak 18 jam, sebaliknya
dihargai sebagai bonus.
Dapat disimpulkan bahwa peranan guru bimbingan dan konseling sangat diperlukan
keberadaannya sebagai penunjang proses belajar dan termasuk penyesuaian diri siswa,
tugas guru BK merupakan tugas yang sangat berat, oleh karena itu untuk
melaksanakannya diperlukan adanya sikap profesional dari guru BK. Tugas guru
bimbingan dan konseling /konselor terkait dengan pengembangan diri siswa yang sesuai
dengan kebutuhan, potensi bakat, minat dan kepribadian siswa disekolah.10
10
Salahudin, Anas. (2010). Bimbingan & Konseling. Cet.1. Bandung: CV. Pustaka Setia.
9
koferensi kasus (case conference). Penyelenggaraan konferensi kasus harus
diketahui serta diikuti oleh kepala sekolah.
4. Hasil sosismetri yang berupa sosiogram yang telah diselenggarakan oleh wali
kelas dimasukkan ke dalam buku pribadi siswa sebagai bahan studi kasus.
Apabia dijumpai masalah-masalah yang menonjol dalam sosiogram misalnya
adanya siswa yang terisolir, maka guru pembimbing dapat secara langsung,
memanggil siswa yang bersangkutanuntuk diadakan konseling.
5. Hasil wawancara, daftar presensi, daftar nilai raport yang diselenggaarakan
oleh wali kelas dimasukkan dalam kartu pribadi siswa.
6. Hasil kunjungan rumah yang diselenggarakan oleh wali kelas/guru bidang
studi disampaikan kepala guru pembimbing untuk di pakai sebagai bahan-
bahan didalam rapat-rapat dengan kepala sekolah. Hasil-hasil laporan home
visit yang telak disampai wali kelas/guru pembimbingan oleh koordinator
bimbingan dan konseling himpun daalam catatan kasus pribadi.
7. Hasil pemeriksaan dari petugas-petugas khusus/tenaga ahli, misalnya hasil
pemeriksaan psikologis dari psikolog, hasil pemeriksaan fisik/Kesehatan dari
dokter atau jururawat dimasukkan dalam buku pribadi siswa dan juga
disampaikan kepala kepala sekolah untuk diketahui.
8. Laporan, harian, mingguan, bulanan, caturwulan, dan tahunan kegiatan
bimbingan seperti kegiatan konseling perorangan, bimbingan keompok,
konselong kelompok, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah,
membuat rencana layanan atau kegiatan pendukung, mempersiapkan bahan
untuk layanan/pendukung, mengadakan evaluasi dan/atau analisis hasil
evaluasi, dan/atau merencanakan program tindak lanjut yang dibuat oleh guru
pembimbing dilaporkan kepada pengawas bimbingan dan konseling sekolah.
9. Data-data. Informasi yang berasal dari berbagai sumber dan telah dihimpun
dalam buku pribadi, map pribadi atau cumulative record siswa hendaknya
diperiksa oleh kepala sekolah, sehingga terwujud suatu bentuk kerja sama
antara kepala sekolah, koordinator bimbingan dan konseling, wali kelas, guru
pembimbing, dan guru bidang studi dalam mempelajari buku pribadi siswa
serta menemukan dan memecahkan berbagai kasus yang dihadapi oleh para
siswa (Nurihsan, 2006: 52-54).
Layanan bimbingan dan konseling mengacu pada bidang-bidang bimbingan
dan konseling keterkaitannya dapat dilihat melalui uraian berikut:
10
a) Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan pesserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti ) yang
baru dimasukinya dalam rangka mempermudah dan memperlancar
berperannya peserta didik.
b) Layanan Informasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan pesera didik (klien) menerima dan memahami berbagai
informasi.
c) Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh,
menempatkan dan menyalurkan yang tepat sesuai dengan potensi, bakat dan
minat serta kondisi pribadi.
d) Layanan pembelajaran, adalah layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (klien) mengembangkan diri dengan sikap
belajar yang baik.
e) Layanan konseling perorangan, yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapat layanan langsung tatap
muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing.
f) Layanan bimbbingan kelompok dimaksudan untuk memungkinkan peserta
didik memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (guru pembimbing atau
guru kelas) yang bermafaatuntuk kehidupan sehari-hari dan,
g) Layanan konseling kelompok meungkinkan peserta didik memperoleh
kessempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami
melalui dinamika kelompok (Hellen, 2005: 81-88).
Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah merupakan kegiatan yang
sistematis, terarah dan berkelanjutan. Oleh karena itu pelayanan bimbingan
konseling selal memperhatikan karakteristik tujuan pendidikan, kurikulum dan
peserta didik, meliputi: pertama, bidang bimbingan pribadi, yakni:
1. Pemantapan kebiasaan dan pengembangan sikap dalam beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pemahaman kekuatan diri dan arah pengembangannya melalui kegiatan
yang kreatif dan pruduktif dan baik dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat maaupun untuk peranan di masa depan.
3. Pemahaman bakat dan minat pribadi, serta penyaluran dan
pengembangannya melalui kegiatan yang kreatif dan produktif.
11
4. Pengenalan kelemahan diri dan upaya penanggulangannya
5. Pemahaman dan pengalaman hidup sehat (Prayitno, dkk., 1998: 65-66)
Pada bidang bimbingan pribadi ini pelayanan bimbigan dan konseling
bertujuan untuk membantu siswa dalam pengembangan pribadi yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mampu mandiri serta sehat jasmani
daan rohani. Kedua, bidang bimbingan social, dimana bimbingan dan konseling
meliputi:
1. Pengembangan kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun
tulisan.
2. Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan social,
baik dirumah, sekolah, maupun di masyarakat dengan menjunjung tinggi
tata krama, sopan santun, serta nilai-nilai agama adat istiadatdan
kebiasaan yang berlaku.
3. Pengembangan hubungan yang harmonis dengan teman sebaya di dalam
dan di luar sekolah serta di masyarakat pada umumnya.
4. Pemahaman dan pengalaman disiplin dan peraturan sekolah (Priyatno,
dkk., 1998: 66-67).
Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah berusaha membantu peserta
didik atau mengenal atau berhubungan dengan lingkungan social yang dilandasi
budi pekerti, dan tanggung jawab, bertujuan agar siswa berbudi pekerti yang luhur
serta tanggung jawab bermasyarakat dan bernegaraan. Ketiga, bidang bimbingan
belajar dimana dilakukan dengan:
1. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam mencari
informasi dari berbagai sumber dalam bersikap terhadap guru dan staf
yang terkait, mengerjakan tugas, dan mengembangkan keterampilan,
serta dalam menjalani program penilaian, perbaikan dan pengayaan.
2. Menumbuhkan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun
berkelompok.
3. Mengembangkan pengusaan materi program belajar.
4. Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik social
budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi.
5. Orientasi belajar disekolah menengah, baik umum maupun kejuruan
(Prayitni, dkk., 1998: 67-68)
12
Pelayanan bimbingan belajar membantu siswa mengenal dan menambahkan
sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan program belajar. Yang mempunyai tujuan menyiapkan
siswa melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi, atau terjun
kemasyarakat. Keempat, bidang bimbingan karier, yaitu:
13
terentaskannya permasalahan peserta didik (klien) melalui kunjungan ke
rumahnya.
5. Alih tangan kasus, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah
yang dihadapi peserta didik (klien)dengan memindahkan penanganan
kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. Tujuan dari alih tangan kasus
yaitu untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas
maslah yang dialami oleh siswa, Seperti guru mata pelajaran, wali kelas
dan staf sekolah lainnya atau orang tua menyerahkan siswa yang
bermasalah pada guru pembimbing (Hellen, 2005: 89-93)
14
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya kurikulum di Indonesia telah 11 kali melakukan pergantian, bukan tanpa
alasan, tapi karena kurikulum dinilai urgent untuk melakukan pergantian yang disebabkan
oleh tuntutan dunia saat ini. KTSP yang diberlakukan sejak tahun 2006 kemudian diganti
dengan K13 adalah salah satu bukti nyata bahwa kurikulum Pendidikan di Indonesia
memang perlu terus dilakukan revisi.
B. Saran
Peranan guru sangat diperlukan untuk terlibat secara langsung dalam suatu
pengajaran agar pengajaran yang dimaksudkan tersebut dapat mencapai suatu
tingkatan keberhasilan yang tinggi, oleh karena itu untuk mencapai keberhasilan ini
diperlukan pula adanya upaya penunjang terhadap optimalisasi di dalam proses
belajar siswa.
15
DAFTAR PUSTAKA
Salahudin, Anas. (2010). Bimbingan & Konseling. Cet.1. Bandung: CV. Pustaka Setia.