Anda di halaman 1dari 15

KONSELING PADA ANAK DAN REMAJA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Bimbingan konseling


Dosen Pengampu : Sapari, M.Si

Disusun Oleh :
1. Ahmad Sayyid Luthfi : 2021020016
2. Roihatul Hasanah : 2021020009

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


BUNTET PESANTREN CIREBON
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah konseling pada
anak dan remaja dengan baik.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu,
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang
ingin memberi saran kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat inspirasi terhadap pembaca.

Cirebon, Januari 2021

Penyusun
 

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan Dan Konseling.................................................................. 2
B. Bimbingan Dan Konseling Bagi Anak.................................................................. 3
C. Bimbingan Dan Konseing Bagi Remaja ............................................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan konseling merupakan salah satu pelayanan pendidikan yang sangat
dirasakan keperluannya di sekolah, dengan adanya bimbingan konseling di setiap sekolah
diharapkan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan siswa siswi disekolah seperti siswa
yang mengalami kesulitan belajar, tawuran antar pelajar dan lain sebagainya. Oleh karena itu
bimbingan konseling remaja dan anak merupakan pelajaran yang sangat penting, karena
dengan pelajaran tersebut kita dapat mempelajari cara atau metode dalam mengatasi
permasalahan remaja dan anak. Dalam makalah ini kami membahas tentang permasalahan
remaja dan anak, bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut dan bagaimanakah
bimbingan dan konseling remaja dan anak seperti metode-metode bimbingan konseling
remaja dan anak.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah bimbingan konseling itu?
2. Bagaimanakah bimbingan konseling bagi anak?
3. Bagaimanakah bimbingan konseling bagi remaja?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan Dan Konseling


Istilah bimbingan dan konseling sudah sangat populer dewasa ini, bahkan sangat
penting peranannya dalam sistem pendidikan kita. Bimbingan dan konseling merupakan
salah satu komponen penting dalam pendidikan di Indonesia. Bimbingan dan konseling
merupakan terjemahan dari Guidence & Counseling dalam Bahasa Inggris. Sesuai dengan
istilahnya maka bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai sebagai bantuan dan
tuntunan. Namun untuk sampai kepada pengertian yang sebenarnya kita harus ingat bahwa
tidak setiap bantuan atau tuntunan dapat diartikan sebagai Bimbingan (Guidence).
Untuk dapat memperoleh pengertian yang lebih jelas dibawah ini akan dikutip
beberapa definisi.Berdasarkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29/90, “Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi,
mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”.
Menurut Crow & Cow, bimbingan dapat diartikan sebagai “bantuan yang diberikan
oleh seorang baik pria maupun wanita, yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang
memadai, kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan
kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya
sendiri”.
Konseling sebagai terjemahan dari “Counseling” merupakan bagian dari bimbingan,
baik sebagai layanan maupun sebagai teknik. Oleh karena itu perkataan bimbingan selalu
dirangkaikan dengan konseling sebagai kata majemuk. James F. Adams menjelaskan bahwa
konseling adalah “suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu, diamana yang
seorang (konselor) membantu yang lain (konseli), supaya ia dapat lebih baik memahami
dirinya dalam masalah-masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang
akan datang”. Sedangkan menurut pakar lain, “konseling itu merupakan upaya bantuan yang
diberikan kepada konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri,
untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan
datang”.

2
B. Bimbingan Dan Konseling Bagi Anak
1. Bimbingan Terhadap Anak
Telah kita lihat, bahwa demi tercapainya manusia yang dewasa, sehat jasmani dan
rohani, maka ia perlu dicegah dari pengaruh negatif dan timbulnya gangguan dalam
perkembangan kepribadiannya.
Sebagai suatu cara dalam sebuah usaha pencegahan gangguan perkembangan
kepribadian, maka bimbingan dan konseling telah banyak peranannya dalam ikut
membentuk individu dan masyarakat yang sehat mentalnya.
Bimbingan dan konseling sebenarnya diutamakan diberikan dirumah. Rumah dan
keluarga adalah lingkungan hidup pertama, dimana anak memperoleh pengalaman-
pengalaman pertama yang sudah mempengaruhi jalan hidupnya. Jadi lingkungan hidup
pertama yang yang memberi tantangan pada anak supaya dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungan hidupnya itu. Disinilah tugas orang tua untuk menjadi pembimbing
anaknya, supaya perkembangan anak yang dimulai pada permulaan hidup dapat
berlangsung sebaik-baiknya tanpa ada hambatan atau gangguan yang berarti.
Tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anak, sebagian diserahkan kepada
pihak sekolah, dimana dalam masyarakat kita seorang anak yang mulai berusia 4 tahun
sudah mulai sekolah. Selama kurang lebih 14 tahun anak akan menjalani pendidikan di
TK, SD, SMP, SMA. Justru masa antara 4 tahun sampai 18 tahun merupakan masa yang
terpenting dalam perkembangan anak menuju masa dewasa. Sebagian kehidupan anak
sehari-hari berada dalam lingkungan sekolah, dengan kegiatan kulikuler maupun kegiatan
ekstra kulikuler. Uluran tangan dan bimbingan yang sangat diperlukan, sebagian besar
harus diperolehnya di lingkungan sekolah, antara lain dari guru, wali kelas, dan guru
pembimbing atau konselor di sekolah. Dengan demikian tidaklah mengherankan, bahwa
pemerintah memasukkan bimbingan dan konseling dalam kurikulum-kurikulum di
sekolah.
Bimbingan di sekolah diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada
anak didik, yang dilakukan secara terus-menerus supaya anak didik dapat memahami
dirinya, sehingga anak didik sanggup dalam mengarahkan diri dan bertingkah laku yang

3
wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan lingkungan
masyarakat disekitarnya.
Tujuan dari bimbingan adalah memberi bantuan kepada anak didik supaya mencapai :
a. Kebahagiaan hidup pribadi. Contohnya, seorang anak didik meraih prestasi disekolah
b. Kehidupan efektif dan produktif. Contohnya, anak didik mampu mengatasi problem
yang dialaminya.
c. Kesanggupan hidup bersama dengan orang lain. Contohnya, anak didik mampu
menghormati kepentingan dan harga diri orang lain.
d. Keserasian antara cita-cita anak didik dengan kemampuan yang dimilikinya.
Contohnya, anak didik mampu mempersiapkan bidang pekerjaan apa yang tepat
untuk dirinya.
Dalam hal memberikan bimbingan dan bantuan kepada anak, maka dapat
disimpulkan, bahwa peranan bimbingan dapat dibagi kedalam 4 kelompok, antara lain
sebagai berikut :
a. Berperan sebagai pencegah, yang membantu anak menemukan cara-cara mengatasi
persoalan, yang mungkin akan menjurus ke penyimpangan perkembangan mental
atau tekanan jiwa.
b. Berperan memelihara anak sebagai pribadi yang sudah mencapai perkembangan, baik
keseimbangan emosi maupun keserasian kepribadian, agar menjadi satu kesatuan
kepribadian yang kuat dan tangguh.
c. Berperan dalam membantu, pembentukan penyesuaian diri, yakni dengan jalan
membantu anak menghadapi, memahami, dan memecahkan masalah untuk mencapai
hasil yang optimal, baik dalam jenjang karir maupun hubungan sosial.
d. Berperan memperbarui atau menyembuhkan apabila terjadi penyimpangan atau
kesulitan yang sudah berakar, membantu mencari akar dari permasalahan yang ada,
supaya dapat disembuhkan dan tercapai taraf kehidupan yang normal.
Secara umum dapat kita simpulkan, bahwa bimbingan ini sangat penting bagi
perkembangan dan jalan kehidupan seorang anak untuk mencapai masa depannya. Baik
dirumah oleh orang tuanya maupun disekolah oleh konselor atau guru pembimbing, guru,
pembina dalam pramuka, atau siapa saja dapat memberikan bimbingan terhadap anak
didik, dengan ketentuan dilakukan dengan bijaksana dan bertanggung jawab.

4
2. Bimbingan Konseling Disekolah
Bimbingan dan konseling yang dilakukan dirumah oleh orang tua. Pendidik atau
orang lain yang membina anak, sering dilakukan dengan tidak sengaja. Sedangkan
disekolah bimbingan dan konseling dilakukan baik dengan sengaja dan tidak sengaja,
kadang-kadang seorang guru secara tidak sadar telah memasukkan bimbingan kedalam
pelajaran yang diajarkanya didalam kelas.
Bimbingan dan konseling dapat dilakukan secara berkelompok dan secara individual.
a. Secara berkelompok : dimanan pembimbing menghadapi kelompok anak yang akan
dibimbingnya, mungkin saja pembimbing ingin membantu menyelesaikan masalah:
1) Sekelompok anak dengan masalah yang sama.
2) Seorang anak dibantu melalui kelompok anak tersebut
b. Secara indivial : dimana pembimbing biasanya membantu anak didik dengan
berhadapan langsung, dengan permasalahanya, jadi dengan empat mata saja.
Dengan demikian bimbingan dan konseling dapat bersifat :
a. Terarah (Directive), dimana Pembina akan dituntut lebih aktif dalam memberikan
pemecahan persoalan.
b. Tidak Terarah (Nondirective), dimana anak yang dibimbing memilaih untuk mencari
jalan pemecah persoalannya sendiri, setalah pembimbing membeberkan dan
mencerminkan masalahnya atau persoalan yang dihadapi anak tersebut.
c. Dalam bimbingan berfungsi sebagai cara penanggulangan dan penyembuhan, maka
sering diperlukan beberapa terapi:
1) Terapi Redukatif : Bila anak mengalami kesulitan yang bersumber pada sifat
kebiasaan yang tidak cocok dengan lingkungan, sehingga perlu suatu pembiasaan
pengulangan pendidikan yang lain.
2) Terapi Sugestif : Bila anak mengalami suatu masalah kebutuhan yang disebabkan
oleh kebutuhan emosi. Dengan memberikan sugesti kuat, gangguan tersebut tidak
akan muncul lagi. Selanjutnya dirinya penyebab kegoncangan atau ketegangan
emosinya, dan diusahakan menghilangkan bebannya itu.
3) Terapi penyaluran : Dimana pembimbing menampung semua emosi yang
tertumpuk, tertimbun pada anak. Pembimbing dalam hal ini memancing keluar

5
semua persoalan, kekesalan, kebencian dan rasa agresi terhahadap seseorang dan
pembimbing menerima saja.
Dalam menghadapi anak didik yang memerlukan terapi medis, tentunya perlu
dikonsultasikan pada ahli-ahli medis dengan mengirim anak didik kedokter umum,
psikiater, ahli syaraf, ahli mata, dan lain sebagianya.
Seorang anak yang sering lesu, tidak bergairah dalam belajar dan suka mengantuk
disebabkan:
a. Mungkin sedang menghadapi masalah dalam keluarga, masalah psikis, emosi yang
menimbulkan ketegangan-ketegangan.
b. Bilamana ada masalah psikis maka ia dikirim ke pembimbing atau ke psikolog
sekolah.
c. Bilamana ada keluahan-keluhan fisik, kelihatan tidak sehat adanya kemungkinan
tidak sehat maka ia dikirim kedokter.
d. Mungkin ia terganggu oleh perasaan cemas gelisah, sehingga ia memerlukan obat-
obat maka ia dikirim ke psikiater.
e. Mungkin juga anak mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran disekolah, sering
mendapatkan nilai-nilai yang kurang memuasakan, sering pusing-pusing yang
disebabkan gangguan-gangguan penglihatan, maka dikirim kedokter mata.
Dengan demikian akan terlihat suatu kerja sama yang luas dan multidisipliner.
Pelaksanaan bimbingan disekolah meliputi anak didik, sekolah, guru, dan orang tua
murid. Dalam melayani anak didik disekolah seorang pembimbing dapat berbuat
berbagai usaha dalam mambantu anak didik, diantaranya:
a. Membantu dalam memahami tingkah lalu orang lain.
b. Membantu anak didik supaya hidup dalam kehidupan yang seimbang antara aspek
fisik, mental, dan sosial.
c. Membantu proses sosialisasi dan sikap sensitif terhadap kebutuhan orang lain.
d. Membatu anak untuk mengembang pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat
pribadi dan hasil belajar, dan kesempatan yang ada.
e. Membantu murid-murid dalam mengembangkan motif-motif intrinsik dalam belajar,
sehingga dapat mencapai kemajuan yang berarti dan bertujuan.

6
f. Memberikan dorongan dan pengarahan diri, pemacahan masalah, pengambilan
keputusan, dan ketrlibatan diri dalam proses pendidikan.

C. Bimbingan Dan Konseling Bagi Remaja


Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, bukan
masa transisi yang selama ini digaung-gaungkan. Karena mereka dicap telah mengalami
kegamangan, akibatnya, sebagian remaja yang sewaktu kanak-kanak telah di didik dengan
baik oleh orang tuanya merasa perlu mencari identitas baru, identitas yang berbeda dari yang
mereka miliki sebelumnya.
Masa remaja merupakan masa yang bergejolak. Pada masa ini suasana hati (Mood)
biasa berubah-ubah dengan sangat cepat. Masa remaja disebut juga dengan masa untuk
menemukan identitas diri. Usaha pencarian identitas pun banyak dilakukan dengan
menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika seorang remaja
gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau Identity
Confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang menggambarkan
keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan
belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun
sosialnya. Dia sering merasa tertekan dan muram atau justru menjadi individu yang
perilakunya cenderung agresif. Pertengkaran dan perkelahian sering kali terjadi akibat dari
ketidak stabilan emosinya.
Salah satu masalah besar yang dihadapi oleh masa remaja adalah penyesuaian
terhadap perubahan hormon reproduksi yang sudah mulai berfungsi. Setelah mendapatkan
pengalaman pertama dalam hal menstruasi untuk yang perempuan dan mimpi basah untuk
yang laki-laki. Selain itu juga keingintahuan yang besar terhadap hal-hal yang berbau seks
dan keingintahuan tentang cara untuk menyalurkan dorongan seks. Karena seksualitas masih
menjadi perihal yang tabu oleh sebagian masyarakat kita, maka remaja seringkali mencari
informasi seputar seksualitas dari sumber-sumber yang kedudukannya seringkali tidak dapat
dipertanggung jawabkan. Hal tersebut justru menimbulkan perilaku seks pada remaja yang
salah. Selama ini apabila kita berbicara mengenai seks maka yang terbersit dalam benak
sebagian besar orang adalah hubungan seks, padahal itu artinya adalah jenis kelamin. Jenis
kelamin ini membedakan laki-laki dan perempuan secara biologis, sedangkan seksualitas

7
menyangkut : dimensi biologis, yaitu berkaitan dengan organ reproduksi, cara merawat
kebersihan dan kesehatannya. Dimensi psikologis, dimana seksualitas berkaitan dengan
identitas peran jenis, perasaan terhadap seksualitas dan bagaimana menjalankan fungsinya
sebagai makhluk seksual. Dimensi sosial, berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul
dalam relasi antar manusia serta bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan
pandangan mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks. Dan dimensi kultural,
menunjukkan bahwa perilaku seks itu merupakan bagian dari budaya yang ada di
masyarakat. Dengan pandangan dan pengetahuan seks yang benar pada remaja maka
diharapkan dapat mencegah timbulnya pengaruh negatif bagi perkembangan fisiologis dan
psikologis remaja itu sendiri.
Untuk membantu remaja menyelesaikan masalahnya secara bertanggung jawab,
diperlukan keberpihakan terhadap remaja, yang muncul dalam bentuk pemahaman, empati
dan dukungan kepada remaja. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat membantu remaja
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya termasuk seksualitas adalah dengan
melakukan konseling. Mendapatkan informasi mengenai seksualitas merupakan hak semua
orang termasuk remaja. Selama ini sarana-saran yang dipakai remaja untuk memenuhi
keingintahuannya tentang masalah seksualitas ini didapatkan dari berbagai sumber, buku-
buku populer, diskusi dengan teman-temannya, media elektronik, dan lain sebagainya.
Melalui konseling seksualitas, remaja akan memperoleh informasi yang benar, proporsional
dan bertanggung jawab dari konselor yang bersangkutan. Remaja juga dapat berdiskusi
dengan konselor mengenai problem seksualitas sehingga pada akhirnya remaja bisa
memahami nilai pribadinya, sikap dan perilaku seksualnya, serta belajar untuk mengambil
keputusan lebih lanjut.
Dengan demikian, ketika remaja mempunyai masalah, dia akan mendapatkan
dukungan dari orang yang bisa memahami keadaannya. Juga perlu dirubahnya image bahwa
pengetahuan seks untuk remaja itu tabu, harus dirubah menjadi pengetahuan tentang seks
yang benar adalah perlu untuk semua warga masyarakat, termasuk didalamnya remaja.
Seorang konselor harus bisa mengarahkan kepada hal-hal yang positif serta menjadi
remaja yang bertanggung jawab terhadap perbuatan mereka, sehingga mereka akan tumbuh
kematangan kejiwaannya, kedewasaan dalam berfikir dan bertingkah laku sehingga menjadi
remaja yang tangguh dalam menghadapi berbagai problematika yang dialaminya dan

8
memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dengan benar sesuai dengan kaidah yang
berlaku.
Bagaimana konselor dapat membantu remaja yang ditanganinya ?
a. Mereka harus diingatkan pada fitrah keislamannya. Tingkatkan keimanan mereka, buat
mereka nyaman berIslam, bersentuhan langsung dengan nilai-nilai kebenaran yang
terkandung dalam Islam dan buat mereka patuh terhadap kewajiban sebagai seorang
muslim.
b. Bantu remaja untuk mengerti perubahan-perubahan yang dialaminya. Hormon-hormon
baru yang mereka miliki menghasilkan dorongan-dorongan fisik yang harus mereka
kelola. Konselor dapat membantu mereka untuk menumbuhkan kendali diri (self control)
yang Islami. Ajarkan mereka tentang kaidah-kaidah keagamaan, seperti wudlu dapat
menurunkan kemarahan dan meredam emosi, shalat bisa mencegah mereka dari
perbuatan keji, dan puasa dapat mematangkan emosi dan menumbuhkan kemandirian
mereka. Dorong mereka untuk selalu menjaga kesehatan, menggapai prestasi, sehingga
mereka mampu membuat bangga di lingkungannya.
c. Dekatkan mereka pada Al-Qur’an. Buat mereka nyaman dan gemar berinteraksi dengan
Al-Qur’an agar terbiasa dan akan menjadi sebuah kebiasaan yang baik bagi remaja.
Karena kedekatan seorang remaja dengan Al-Qur’an akan menjaga mereka dari berbagai
pengaruh buruk atau negatif.
d. Tumbuhkan Muraqabah mereka pada Allah. Ingatkan mereka untuk takut pada Allah dan
pengawasannya yang tiada henti, tanamkan rasa malu dan ajarkan tentang akhlak
terhadap diri sendiri.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum dapat kita simpulkan, bahwa bimbingan ini sangat penting bagi
perkembangan dan jalan kehidupan seorang anak untuk mencapai masa depannya. Baik
dirumah oleh orang tuanya maupun disekolah oleh konselor atau guru pembimbing, guru,
pembina dalam pramuka, atau siapa saja dapat memberikan bimbingan terhadap anak didik,
dengan ketentuan dilakukan dengan bijaksana dan bertanggung jawab.
Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, masa
remaja merupakan masa yang bergejolak. Pada masa ini suasana hati (Mood) biasa berubah-
ubah dengan sangat cepat. Masa remaja disebut juga dengan masa untuk menemukan
identitas diri.
Bimbingan dan konseling dapat dilakukan secar berkelompok dan secara individual,
dalam bimbingan berfungsi sebagai cara penanggulangan dan penyembuhan, maka sering
diperlukan beberapa terapi :
1. Terapi Redukatif
2. Terapi Sugestif
3. Terapi penyaluran

10
11
DAFTAR PUSTAKA

Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa. Psikologi untuk Membimbing. Jakarta : PT.
BPK Gunung Mulia, 1979
I. Djumhur dan Moh Surya. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidence & Counseling).
Bandung: CV. Ilmu, 1975
http://forget-hiro.blogspot.com/2010/05/upaya-konselor-dalam-menangani-masalah-remaja.html.
Di akses 24-03-2014
http://www.kartunet.com/bimbingan dan konseling remaja-997. Di akses 24-03-2014
Ketut Sukardi,Dewa. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta, 2008

[1]Dewa Ketut Sukardi. PENGANTAR PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN


KONSELING DI SEKOLAH. (Jakarta: Rineka Cipta, 2008). Hal. 36
[2]I. Djumhur dan Moh Surya. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidence & Counseling).
(Bandung: CV. Ilmu, 1975). Hal. 25
[3]Dewa Ketut Sukardi. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah.
(Jakarta: Rineka Cipta, 2008). Hal. 38
[4]http://www.kartunet.com/bimbingan dan konseling remaja-997. Di akses 24-03-2014
[5]http://forget-hiro.blogspot.com/2010/05/upaya-konselor-dalam-menangani-masalah-
remaja.html. Di akses 24-03-2014
[6]I. Djumhur dan Moh Surya. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidence & Counseling).
(Bandung: CV. Ilmu, 1975). Hal. 28
[7]Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa. Psikologi untuk Membimbing. (Jakarta :
PT. BPK Gunung Mulia, 1979). Hal. 21
[8] Ibid. Hal 23
[9]Ibid. Hal. 25

Anda mungkin juga menyukai