Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“PENTINGNYA MATA KULIAH BIMBINGAN AUD


BAGI MAHASISWA PRODI PG-PAUD”

Diajukan guna memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester


Mata Kuliah:
Bimbingan Anak Usia Dini
Kelas E

Dosen Pengampu:

Dr. Nanik Yuliati, M.Pd.

Disusun Oleh :

Nurlina Ismawati (170210205051)

FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Universitas Jember
2019
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Saya
ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Mata Kuliah Bimbingan Anak Usia
Dini Ibu Dr. Nanik Yuliati, M.Pd. yang telah membimbing saya dalam
menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Mata
Kuliah Bimbingan Anak Usia Dini yang berjudul “Pentingnya Mata Kuliah
Bimbingan AUD bagi Mahasiswa Prodi PG-PAUD”.

Saya telah mengerjakan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Namun


apabila terdapat kesalahan saya bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan guna dan manfaatnya kepada kita semua.

Jember, 2 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

2.1 Pengertian Bimbingan Konseling AUD.....................................................3


2.2 Tujuan Adanya Bimbingan Konseling AUD.............................................4
2.3 Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling Untuk AUD............................4
2.4 Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Untuk AUD................5
2.5 Pentingnya Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Bagi Mahasiswa PG
PAUD.........................................................................................................6
BAB III PENUTUP...........................................................................................14

3.1..................................................................................................... Kesimpulan
....................................................................................................................14
3.2................................................................................................................Saran
....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................15

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya mencerdaskan anak sewajarnya dilakukan sedini mungkin agar
anak tumbuh dan berkembang sebagai indvidu yang cerdas, baik secara
emosional, intelektual, maupun spiritual. Dalam hal ini sebagai orang tua dan
guru perlu memahami dan membantu dalam membimbing anak secara dini
pula agar berbagai aspek perkembangan seperti fase dan tugas perkembangan
anak dapat berlangsung dengan optimal
Salah satu layanan yang dapat dilakukan guna menunjang hal tersebut
adalah dengan melalui kegiatan bimbingan dan konseling, yaitu sebagai
sebuah layanan yang bersifat membimbing, membantu dan memberikan
konseling. Hal tersebut merupakan bagian dari keseluruhan kegiatan
pendidikan selain kegiatan pengajaran dan pelatihan.
Saat ini banyak terjadi masalah-masalah yang dialami oleh Anak Usia Dini
yang memerlukan bantuan dan bimbingan konseling yang dilakukan oleh
orang tua dan guru. Hal tersebut juga akan dialami oleh calon pendidik Anak
Usia Dini yakni yang saat ini masih berstatus sebagai Mahasiswa PG-PAUD.
Untuk itu mahasiswa PG-PAUD sangat membutuhkan ilmu bimbingan dan
konseling Anak Usia Dini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian bimbingan dan konseling untuk Anak Usia
Dini?
2. Bagaimana tujuan bimbingan Anak Usia Dini?
3. Bagaimana prinsip-prinsip bimbingan Anak Usia Dini?
4. Bagaimana pelaksanaan layanan bimbingan konseling Anak Usia
Dini?

1
5. Bagaimana peran pentingnya mata kuliah bimbingan Anak Usia dini
terhadap mahasiswa PG-PAUD?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian bimbingan dan konseling untuk Anak Usia
Dini.
2. Mengetahui tujuan bimbingan Anak Usia Dini.
3. Mengetahui prinsip-prinsip bimbingan Anak Usia Dini.
4. Mengetahui pelaksanaan layanan bimbingan konseling Anak Usia
Dini.
5. Mengetahui peran pentingnya mata kuliah bimbingan Anak Usia dini
terhadap mahasiswa PG-PAUD

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bimbingan Konseling AUD


Istilah Bimbingan dan Konseling dimaksudkan sebagai terjemahan dari
istilah “Guidance and Counseling” istilah “Guidance” diterjemahkan dengan
bimbingan, sedangkan istilah “Counseling” diterjemahkan dengan konseling.
Tetapi terkadang istilah “counseling” juga diterjemahkan dengan penyuluhan.
Jones dalam Iswantiningtya (2017:392) berpendapat bahwa Bimbingan dan
Konseling “Guidance is the help given by one person to another in making
choices and adjustment ang in solving problems. Guidance aims at aiding the
recipient to grow his independence and ability to be responsible for himself”.
Artinya Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang
lain dalam membuat pilihan dan penyesuaian diri untuk memecahkan masalah.
Bimbingan bertujuan untuk membantu menumbuhkan kemandirian dan
kemampuannya serta bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Menurut Crow &
Crow (dalam Surya, M. 2003) bimbingan diartikan sebagai bantuan yang
diberikan seseorang baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik
dan pendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia untuk
menolongnya, mengembangkan kegiatan-kegiatan kehidupanya sendiri, membuat
pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri. Natawidjaja (dalam Syaodih, E
2004) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada
individu yang dilakukan secara berkesinambungan, agar individu tersebut dapat
memahami dirinya sehingga dia dapat sanggup mengarahkan dirinya dan dapat
bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah,
keluarga, masyarakat dan kehidupan apa umumnya. Berdasarkan pendapat para
ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling pada anak
usia dini adalah suatu upaya memberikan bantuan yang dilakukan oleh guru
terhadap anak usia dini agar anak mampu mengatasi permasalahan permasalahan
yang dihadapainya dan dapat berkembang secara optimal.

3
2.2 Tujuan Adanya Bimbingan Konseling AUD
Menurut Geldard, K dalam Iswantiningtyas (2017:393) tujuan dilakukan
konseling untuk anak-anak yaitu:
1. Memungkinkan anak memperoleh tingkat keharmonisan pikiran, emosi,
dan tingkah laku,
2. Tujuan Orang tua.Orang tua bertujuan membawa anaknya untuk
mendapatkan terapi,
3. Tujuan yang dirumuskan konselor. Konselor sebagai dampak dari
hipotesis yang dimiliki konselor, tentang mengapa anak berperilaku
dengan cara tertentu,
4. Tujuan anak. Tujuan ini muncul selama sesi terapi dan secara efektif
merupakan tujuan yang di inginkan anak, meskipun anak biasanya tidak
mampu mengucapkannya. Tujuan dasar biasanya diperoleh dengan
mendahulukan tujuan anak, sementara kita menjalankan tujuan orang tua
dan konselor pada saat yang bersamaan.

2.3 Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling Untuk AUD


Syaodih, E dalam Iswantiningtyas (2017:393) Dalam pelaksanaan prinsip-
prinsip bimbingan dan konseling pada anak usia dini perlu memperhatikan
prinsipprinsip berikut:
1. Bimbingan bagian penting dari proses pendidikan,
2. Bimbingan diberikan kepada semua anak dan bukan hanya untuk anak
yang menghadapi masalah,
3. Bimbingan merupakan proses yang menyatu dalam semua kegiatan
pendidikan,
4. Bimbingan harus berpusat pada anak yang dibimbing,
5. Kegiatan bimbingan mencakup seluruh kemampuan perkembangan anak
yang meliputi kemampuan fisik-morik, kecerdasan, sosial maupun
emosional,
6. Bimbingan harus dimulai dengan mengenal (mengidentifikasi)
kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan anak,

4
7. Bimbingan harus fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan serta
perkembangan anak,
8. Dalam menyampaikan permasalahan anak kepada orang tua hendaknya
menciptakan situasi aman dan menyenangkan sehingga memungkinkan
terjadinya komunikasi yang wajar dan terhindar dari kesalah pahaman,
9. Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan hendaknya orang tua
diikutsertakan agar mereka dapat mengikuti perkembangan dan
memberikan bantuan kepada anaknya di rumah,
10. Bimbingan dilakukan seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki guru/pendamping sebagai pelaksana bimbingan, bilamana
masalah yang terjadi perlu ditindaklanjuti maka guru pembimbing harus
mengkonsultasikan kepada sekolah dan tenaga ahli,
11. Bimbingan harus diberikan secara berkelanjutan.

2.4 Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Untuk AUD


Konseling pada dasarnya merupakan suatu layanan yang bersifat trapeutik
atau penyembuhan dan layanan ini hanya dapat dilakukan oleh petugas yang
memiliki kemampuan untuk konseling. Guru pendamping anak usia dini tidak
dibekali secara khusus untuk melakukan konseling. Apabila guru pendamping
menemukan masalah yang cukup berat, maka guru dapat melakukan
pengalihtangankan penanganan kepada ahlinya, misalnya kepada dokter, konselor
atau psikolog. Syaodih E dalam Iswantiningtyas (2017:393) menjelaskan
beberapa langkah yang dilakukan dalam layanan konseling yaitu:
1. Identifikasi masalah
2. Analisis masalah
3. Diagnosis
4. Prognosis
5. Pemberian bantuan
6. Evaluasi dan tindak lanjut

5
2.5 Pentingnya Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Bagi Mahasiswa
PG PAUD
BK selama ini terkesan hanya mengatasi siswa-siswa yang mempunyai
masalah saja, padahal BK juga membantu tercapainya segala aspek perkembangan
siswa. Baik aspek akademik, bakat dan minat, emosional, sosial dengan teman,
penyesuaian diri di lingkungan yang baru, menemukan jati diri dan sebagainya,
tentunya akan lebih baik jika diarahkan sejak dini agar tercapai segala aspek
perkembangan siswa yang maksimal. Dari semua itu disinilah perlunya guru
Bimbingan dan Konseling (BK) di PAUD dalam membantu mengidentifikasi
permasalahan peserta didik dan membantu tercapainya segala aspek
perkembangan peserta didik di PAUD.
Lembaga ini juga bertanggung jawab sepenuhnya terhadap perkembangan
fisik, motorik, kognitif, dan mental spiritual.Agar apa yang dibebankan kepada
guru PAUD dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan maka diperlukan
bimbingan dan konseling (BK) dilembaga tersebut. Program BK ini sebenarnya
sama pentingnya dengan program BK di sekolah menengah.sama sama memiliki
tujuan yang sama yaitu, membantu peserta didik agar bisa berkembang sesuai
bakat , minat serta kemampuannya secara optimal serta dapat mencegah terjadinya
masalah yang mingkin akan muncul pada peserta didik.
Adanya bimbingan dan konseling di PAUD bukan berarti sekedar ikut-
iktan saja. Keberadaan bimbingan konseling dilingkungan PAUD juga
dibutuhkan. Sebab, banyak perilaku bermasalah muncul pada peserta didik ketika
dewasa yang disebabkan oleh masa lalunya diwaktu kecil. Hal ini menunjukan
bahwa masa-masa awal anak telah kecolongan dalam hal tindakan pencegahan
terhadap munculnya perilaku bermasalah di masa depan.
Perlu ditegaskan disini bahwa bimbingan dan konseling di lembaga PAUD
tidak hanya diberikan kepada mereka yang mempunyai perilaku bermasalah,
melainkan juga harus diberikan kepada mereka yang sedang dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan. Dengan demikian, konseling bukan hanya untuk
mengatasi perilaku bermasalah pada anak didik, melainkan juga tindakan untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembangnya anak secara maksimal.

6
1.      Menjaga Originalitas kebribadian anak
Kepribadian anak masih luwes, mudah dibentuk, sangat fleksibel, dan
belum mengalami peristiwa traumatik yang mengakar dalam hati sanubarinya atau
alam bawah sadarnya. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa
anak yang dijaga originalitas kepribadiannya akan tumbuh secara alamiah menuju
tahap-tahap perkembangan kepribadian yang lebih baik. Semua ini dilakukan oleh
anak yang bersangkutan dengan tanpa beban dan tanpa tekanan mental dari pihak
manapun, sehingga nuansa kebebasan yang diperolehnya semakin mempercepat
pertumbuhan dan perkembangannya.
2.      Membina hubungan yang baik antar Orang Tua dengan Guru di PAUD
Umumnya, orang tua atau orang dewasa yang mengasuh anak didik masih
menjalani komunikasi intens dengan pihak sekolah jika anak yang diasuhnya
masih berada di lingkungan lembaga PAUD. Dalam hal ini, secara tidak disengaja
telah terjadi interaksi yang sangat intens antara anak didik, guru dan orang tua.
Kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk mengarahkan tumbuh kembangnya anak
sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah sehingga anak didik akan terjauh dari
gangguan mental dan perilaku bermasalah dan mempercepat pertumbuhannya.
3.      Persiapan mental peserta didik untuk memasuki PAUD
PAUD selain mempunyai kepribadian yang matang untuk memasuki
sekoilah dasar, mereka juga di tuntut untuk mrmpunyai kemampuan
akademik,berupa membaca, menulis, berhitung denganbaik.adapun tujuan
diberikannya bimbingan dan konseling bagi peserta didik.selain itu, bimbingan
konseling juga membantu guru mengidentifikasi bakat,minat, dan potensi yang
dimiliki oleh peserta didik.
4.      Stabilitas perkembangan Fisik-Motorik Peserta didik
Bimbingan konseling menjaga stabilitas serta keseimbangan
perkembangan peserta fisik-motorik peserta didik agar mereka dapat tumbuh
kembang sesuai dengan tugas perkembangannya secara normal dan seimbang.

7
Dengan demikian bimbingan dan konseling pada aspek fisik-motorik harus dapat
menekankan pada keseimbangan antara perkembangan motorik kasar dan motorik
halus.
a. Motorik kasar
Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan
keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan
menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh.
Contohnya, berjalan, berlari, berlompat, dan sebagainya.
Perkembangan motorik kasar pada bayi memiliki rangkaian
tahapan yang berurutan. Artinya setiap tahapan harus dilalui dan
dikuasai dulu sebelum memasuki tahapan selanjutnya. Tidak semua
bayi akan menguasai suatu keterampilan di usia yang sama, karena
perkembangan anak bersifat individual. Tapi perbedaan itu tidak
disebabkan bayi yang satu lebih pandai daripada bayi yang lain.
Perkembangan keterampilan tidak ada pengaruhnya langsung dengan
kecerdasan. Berikut merupakan tahapan perkembangan motorik pada
anak sesuai dengan pertumbuhan usianya :

Ø  ANAK USIA 3 TAHUN


a. berbalik atau berhenti secara tiba-tiba atau cepat
b. melompat dengan lompatan kurang lebih 37-60 cm
c. naik tangga tanpa dibantu
d. meloncat dengan tambahan beberapa variasi lompatan
Ø  ANAK USIA 4 TAHUN

a. sangat aktif, mampu meniru, mengikuti dan menikmati


berbagai gerakan yang dicontohkan
b. mampu mengontrol gerakan dan memberikan respon bila diberi
petunjuk orang dewasa. Seperti berhenti, memulai, atau
berputar yang lebih efektif
c. naik turun tangga dengan langkah kaki yang saling bergantian

8
Ø  ANAK USIA 5 TAHUN

a. mampu melakukan gerakan dengan konstan dan waktu istirahat


yang pendek
b. mampu mengikuti permainan fisik yang bersifat sosial
c. mampu menaik sepeda roda tiga
d. berjalan di garis lurus ke depan atau ke belakang
e. lompat ditempat dengan 1 kaki

berjalan di atas papan keseimbangan

b.      Motorik halus


Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan
keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf
motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan
rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti, bermain puzzle, menyusun balok,
memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, membuat garis, melipat
kertas dan sebagainya.
Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal kekuatan
maupun ketepatannya. perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan
stimulai yang didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai pengaruh yang
lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak. Lingkungan dapat
meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada masa-
masa pertama kehidupannya.
Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang
optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan
rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya.
Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin
diketahuinya. Jika kurang mendapatkan rangsangan anak akan bosan. Tetapi
bukan berarti anda boleh memaksa si kecil. Tekanan, persaingan, penghargaan,

9
hukuman, atau rasa takut dapat mengganggu usaha dilakukan si kecil. Berikut
perkembangan motorik halus anak berdasarkan tahapan usianya :

Ø  ANAK USIA 3 TAHUN

a. menggambar mengikuti bentuk


b. menarik garis vertikal, menjiplak bentuk lingkaran
c. membuka menutup kotak
d. menggunting kertas mengikuti pola garis lurus

Ø  ANAK USIA 4 TAHUN

a. menggambar sesuatu yang diketahui, bukan yang dilihat


b. mulai menulis sesuatu dan mampu mengontrol gerakan tangannya
c. menggunting zig zag, melengkung, membentuk dengan lilin
d. menyelesaikan pasel 4 keping

Ø  ANAK USIA 5 TAHUN

a. Melipat
b. menggunting sesuai pola
c. menyusun mainan konstruksi bangunan
d. mewarnai lebih rapi tidak keluar garis
e. meniru tulisan.

5.      Stabilisasi Perkembangan Kognitif Peserta didik


Peran bimbingan dan konseling dalam perkembangan kognitif anak adalah
memandu perkembangan kognitif anak agar tidak terjebak pada pola pikir mistik
yang irasional.maka dari itu perkembangan kognitif anak masih sangat sensitif,
sehingga mudah meyakini segala hal tanpa melalui pemahaman yang benar.oleh
sebab itu peranan BK segaligus sebagai koselor memandu perkembangan kognitif
peserta didik tahap demi tahap sehingga mampu berpikir secara logis atau
rasional.

10
6.      Stabilitas perkembanhgan bahasa
Peranan BK dalam perkembangan bahasa adalah mendikteksi
keterlambatan berbicara anak.Normalnya anak-anak mengembangkan
keterampilan-keterampilan berbahasa dasar sebelum masuk sekolah.
Perkembangan bahasa meliputi dua-duanya, komunikasi lisan dan tertulis.
Kemampuan-kemampuan verbal berkembang amat dini, dan menjelang usia 3
tahun, peserta didik-peserta didik sudah menjadi yang terampil.
sekitar usia 1 tahun, anak-anak mengucapkan ungkapan-ungkapan satu-
kata seperti “da-da” dan “mama”. Kata-kata ini secara khusus menyatakan objek-
objek dan kejadian-kejadian yang penting bagi peserta didik tersebut. Menjelang
waktu mereka mulai sekolah, anak-anak telah menguasai hampir seluruh aturan-
aturan tatabahasa, dan perbendaharaan kata mereka terdiri dari ribuan kata-kata.

·         Bahasa Latin


Perkembangan bahasa lisan, tidak hanya memerlukan belajar kata-kata tetapi juga
belajar aturan-aturan penyusunan kata dan kalimat. Sebagai misal, anak-anak
Amerika belajar aturan-aturan bagaimana membentuk kata jamak sebelum mereka
masuk taman kanak-kanak. Berko (1985) menunjukkan kepada anak-anak
pendidikan anak usia dini  sebuah gambar burung, yang disebut “Wug”. Ia
kemudian menunjukkanada mereka dua gambar seperti itu yang sama dan
mengatakan “Sekarang ada satu lagi yang lain. Jadi ada dua .” Anak-anak itu
menjawab, “Wugs”, ia menunjukkan bahwa mereka dapat menerapkan aturan-
aturan umum untuk pembentukan kata jamak pada suatu situasi baru.

·         Membaca
 anak-anak kecil sering telah belajar konsep bahwa tulisan huruf cetak disusun
dari kiri ke kanan, spasi antar kata-kata mempunyai maksud, dan buku dibaca dari
muka ke belakang, banyak anak-anak masa usia dini  dapat “membaca” buku dari
awal sampai akhir dengan menginterpretasikan gambar-gambar ada tiap halaman.

11
Mereka memahami alur cerita dan sering dapat meramal yang akan terjadi
selanjutnya p ada cerita yang sederhana.

·         Menulis
Kebanyakan anak-anak mulai memahami dasar-dasar menulis selama masa awal.
Anak-anak seusia 3 tahun mengenali perbedaan antara tulisan dan lukisan. Mereka
secara bertahap mulai membedakan karakteristik tulisan yang khusus, misalnya
apakah garis-garis itu lurus atau lengkung, terbuka atau tertutup, diagonal,
horizontal, atau vertikal, dan bagaimana orientasi garis-garis itu. Namun p ada
saat duduk di bangku sekolah dasar, banyak peserta didik yang terus menerus
bingung membedakan huruf-huruf seperti b dan d serta p dan q sampai mereka
mey adari bahwa orientasi huruf-huruf itu merupakan karakteristik yang penting .

7.      Stabilitas perkembangan sosial emosional


Perkembangan sosil emosonal terdiri dari dua kata, yakni perkembangan sosial
dan perkembangan emosional.perkembangan sosial berkaitan dengan peningkatan
dalam hal interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman
bermain, hingga masyarakat luas,
Peran BK dalam perkembangan sosial emosional ini adalah mengantisipasi
perilaku sosial anak sejak dini dan memberikan terapi psikis agar anak yang
mengalami masalah dapat mengendalikan emosinya.

·         Pergaulan Teman Sebaya.


Selama tahun-tahun pendidikan anak usia dini, teman sebaya (anak-anak lain
yang sebaya dengan seorang anak) mulai memegang peran yang semakin penting
dalam perkembangan sosial dan kognitif peserta didik (Garvey, 1990). Pergaulan
anak-anak dengan teman sebaya mereka dalam beberapa hal berbeda dari interaksi
mereka dengan orang dewasa. Bermain-main dengan teman sebaya
memungkinkan peserta didik berinteraksi dengan individu lain yang tingkat
perkembangannya serupa dengan diri mereka sendiri.

12
Pada saat anak-anak sebaya mengalami perselisihan di antara mereka sendiri,
mereka harus membuat konsesi dan harus bergotong-royong dalam memecahkan
masalah itu jika permainan itu hendak dilanjutkan; tidak seperti pada perselisihan
orang dewasa- anak-anak, dalam suatu perselisihan sebaya tidak seorang pun
dapat mengklaim memiliki otoritas menentukan. Konflik sebaya juga
memungkinkan anak-anak melihat bahwa anak-anak lain memiliki pemikiran,
perasaan, dan pandangan yang berbeda dengan milik mereka sendiri. Konflik juga
menambah kepekaan peserta didik terhadap pengaruh perilaku mereka terhadap
orang lain. Dengan cara ini, pergaulan teman sebaya, membantu peserta didik-
peserta didik mengatasi egosentrisme yang dideskribsikan Piaget sebagai suatu
karakteristik pemikiran formal (Kutnick, 1988).

·         Perilaku prososial


adalah tindakan sukarela tertuju kepada orang lain seperti ngemong, berbagi,
menyenangkan, dan kerja sama. Memahami akar perilaku prososial telah
menyumbang kepada pengetahuan kita tentang moral di samping kepada
pengetahuan kita tentang moral di samping juga perkembangan sosial anak-anak.
Beberapa faktor tampaknya berhubungan dengan perkembangan perilaku
prososial (Eisenberg & Mussen, 1989). Ini meliputi beberapa hal sebagai berikut:
Teknik-teknik pendisiplinan anak oleh orang tua yang menekankan pada
konsekwensi-konsekwensi perilaku anak-anak terhadap orang lain dan teknik-
teknik itu diterapkan dalam suatu hubungan orang tua peserta didik yang hangat
dan responsif.

8.      Stabilitas Perkembangan Moral keagamaan

Peran Bk pada Perkembangan Moral keagamaan adalah membantu anak untuk


menerima dan mengakui sumber moral tertinggi, yaitu TUHAN.Oleh karena itu
sebagai pendidikdalm memberikan bimbingan harus selalu mengaitkan perilaku
moral dengan agama kepercayaan terhadap tuhan, karewna sumber moral pada
anak-anak berawal dari pengenalan dirinya dengan TUHAN.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemberian layanan bimbingan konseling pada mahasiswa tentunya bukan


tanpa dasar ataupun alasan. Diantara problem yang sering dihadapi mahasiswa
baik dalam problem akademik, sosial ataupun problem pribadi, pada dasarnya
adalah untuk meningkatkan kemandirian mahasiswa baik dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar dan pemilihan maupun dalam pengelolaan dirinya
sebagai mahasiswa. Seorang mahasiswa telah dipandang cukup dewasa dalam
menentukan atau memilih program studi yang sesuai dengan bakat, minat dan
cita-citanya serta mengatur kehidupannya sendiri.

3.2 Saran

Demikian makalah ini kami buat bertujuan untuk memperkaya wawasan


dan pengetahuan dalam bidang Pendidikan Anak Usia Dini. Semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi semua pihak dan penulis berharap para pembaca mulai dari
sekarang membuat konsep penulisan sumber data sesuai dengan aturan yang tepat
dan benar. Mohon maaf jika dalam makalah ini banyak kekurangan dan
kesalahan.

14
Daftar Pustaka

Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


2007)

Direktorat PAUD. Acuan Menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini
(Menu Pembelajaran Generik). (Jakarta: Depdiknas Press. 2002)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


(Jakarta: Balai Pustaka 1990).

Imam Musbikin. Mendidik Anak Kreatif Ala Einstein. (Yogyakarta: Mitra


Pustaka. 2006)

Jasa Ungguh M. Manajemen Playgroup dan Taman Kanak-Kanak. (Yogyakarta:


Diva Press. 2009)

15

Anda mungkin juga menyukai