Anda di halaman 1dari 3

NAMA : NADHIRA HASYA DIANDRA

KELAS : X MIPA 1

NO ABSEN : 26

MATA PELAJARAN : SEJARAH INDONESIA

NILAI NILAI BUDAYA MASYARAKAT


PRAAKSARA YANG MASIH DITERAPKAN
PADA MASA SEKARANG

A. NILAI GOTONG ROYONG

Masyarakat praaksara hidup secara


berkelompok, mereka bergotong royong untuk
kepentingan bersama, contohnya membangun rumah
yang dilakukan secara bersama-sama. Budaya gotong
royong juga dapat terlihat dari peninggalan mereka
berupa bangunan-bangunan batu besar yang dapat
dipastikan dibangun secara gotong royong.

Gotong royong yang sudah ada sejak masa


praaksara berhasil lestari hingga sekarang. Nilai
gotong royong tersebut merupakan nilai yang
terangkum di dalam Pancasila. Gotong royong dapat
kita saksikan ketika ada acara-acar tertentu seperti acar
kebudayaan, membangun fasilitas umum, dan hajatan.

Di desa, gotong royong tidak bisa dilepaskan


dari kehidupan sehari-hari. Ketika bertani, seorang
petani desa biasa dibantu oleh kawan-kawannya untuk
menanam padi. Namun berbeda lagi dengan di kota.
Tradisi gotong royong di masyarakat kota sudah mulai
terkikis. Masyarakat kota sudah jarang yang mengenal
gotong royong, melainkan menggunakan sistem upah.

B. NILAI RELIGIUS

Kepercayaan pada masa prasejarah yaitu


animisme dan dinamisme masih ada hingga saat ini,
khususnya di Indonesia. Perwujudan dari masih
adanya kepercayaan animisme dan dinamisme dapat
dilihat dari kegiatan-kegiatan sehari-hari di
lingkungan kita. Seperti sesaji untuk orang yang telah
mati, dengan kepercayaan bahwa orang yang mati itu
akan kembali ke rumah untuk mennegok keluarga, hal
tersebut merupakan perwujudan dari kepercayaan
animisme. Kedua, benda-benda seperti gamelan,
keris, atau batu tertentu yang kerap kali dimandikan
dan diberi sesaji merupakan wujud dari kepercayaan
dinamisme yang massih ada hingga sekarang.
Masyarakat paraaksara sudah memiliki kepercayaan
dengan adanya kekuatan gaib. Meraka percaya bahwa
pohon rimbun yang tinggi besar, hutan lebat, gua yang
gelap, pantai, laut atau tempat yang lainnya dipandang
keramat karena ditempati oleh roh halus atau mahluk
gaib. Meraka meyakini bahwa kejadian-kejadian alam
seperti hujan, petir, banjir, gunung meletus. Atau
gempa bumi adalah akibat perbuatan roh halus atau
mahluk gaib. Untuk menghindari malapetaka maka
roh halus atau mahluk gaib harus selalu dipuja.
Kepercayaan terhadap roh halus ini disebut dengan
“Animisme”.

Selain percaya kepada roh halus, mereka juga


percaya bahwa benda-benda tertentu seperti kapak,
mata tombak, atau benda lainnya memiliki kekuatan
gaib, karena memiliki kekuatan gaib maka benda
tersebut harus dikeramatkan. Kepercayaan bahwa
benda memiliki kekuatan gaib disebut dengan
“Dinamisme”.

c. NILAI MUSYAWARAH

Dalam kehidupan berkelompok,


masyarakat masyarakat praaksara telah
mengembangkan nilai musyawarah. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan dipilihnya pemimpin yang
dianggap paling tua (sesepuh ) yang mengatur
masyarakat dan memberikan keputusan untuk
berbagai persoalan yang dihadapi bersama.

Kehidupan berkelompok pada masyarakat


praaksara telah mengilhami masyarakat modern pada
saat ini untuk tetap melakukan musyawarah dalam
mengambil keputusan. Pengambilan keputusan
dengan musyawarah dari zaman praaksara sampai
sekarang dapat dilihat ketika adanya musyawarah
untuk memilih pemimpin di desa/kota. Meskipun
sebagian ada yang melakukan dengan cara voting atau
pencoblosan, namun pelaksanaannya tetap
memerlukan musyawarah.
D. NILAI KEADILAN

Nilai keadilan sudah diterapkan dalam


masyarakat praaksara, yaitu dengan adanya
pembagian tugas sesuai dengan kemampuan dan
keahliannya. Tugas antara kaum laki-laki berbeda
dengan kaum perempuan. Hal ini mencerminkan sikap
yang adil karena setiap orang akan memperoleh hak
dan kewajiban sesuai dengan kemampuannya.

Nilai keadilan dapat dijumpai di lingkungan


keluarga. Ketika masyarakat praaksara berlangsung,
tugas laki-laki adalah berburu, sedangkan tugas
wanita adalah mengurus kebutuhan rumah.Hal
tersebut masih ada dapat dijumpai sampai sekarang.
Namun, zaman sekarang sudah menjadi umum ketika
dijumpai wanita bekerja di luar rumah atau biasa
disebut wanita karier, akan tetapi wanita tersebut tetap
tidak lupa mengurus segala kebutuhan rumah.

Anda mungkin juga menyukai