BAB I
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................
C. Tujuan ....................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesultanan Ternate .................................................................................................
B. Kesultanan Tidore ...................................................................................................
C. Kesultanan Bacan ....................................................................................................
D. Kesultanan Tanah Hitu............................................................................................
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................................
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada
Ibu Dra.Erna Sri Pinaryanti selaku guru sejarah kami. Dalam makalah ini kami membahas
materi tentang “ Proses masuknya islam ke maluku”.
Suatu kebahagiaan untuk kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan dapat
menambah pengetahuan kami untuk mendalami sejarah bangsa indonesia yang tercinta ini.
Di sisi lain kami juga berfikir keras untuk menyelesaikan makalah ini dengan senang hati
dan punuh dengan kesabaran kami kerjakan makalan ini dengan sebaik mungkin sesuai dengan
kemampuan kami bersama. Kami berharap dengan membuat makalah ini bisa bermanfaat untuk
teman-teman kami untuk membantu dalam proses belajarnya dan agar dapat mengetahui proses
masuknya islam di Maluku
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar belakang
Kepulauan Maluku menduduki posisi penting dalam perdagangan dunia di kawasan timur
Nusantara. Terkenal kaya dengan hasil bumi yang melimpah membuat wilayah ini sejak
zaman antik dikenal dan dikunjungi para pedagang seantero dunia. Karena status itu pula
Islam lebih dulu mampir ke Maluku sebelum datang ke Makassar dan kepulauan-kepulauan
lainnya.
Kerajaan Ternate adalah kerajaan terbesar di kepulauan ini. Islam masuk ke wilayah ini sejak
tahun 1440. Sehingga, saat Portugis mengunjungi Ternate pada tahun 1512, raja ternate
adalah seorang Muslim, yakni Bayang Ullah. Kerajaan lain yang juga menjadi representasi
Islam di kepulauan ini adalah Kerajaan Tidore yang wilayah teritorialnya cukup luas meliputi
sebagian wilayah Halmahera, pesisir Barat kepulauan Papua dan sebagian kepulauan Seram.
Ada juga Kerajaan Bacan. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam adalah Raja
Zainulabidin yang bersyahadat pada tahun 1521. Di tahun yang sama berdiri pula Kerajaan
Jailolo yang juga dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Islam dalam pemerintahannya.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana proses masuknya Islam di Maluku?
2. Bagaimana cara pendekatan terhadap masyarakat Maluku dalam penyebaran Islam
pada waktu itu?
3. Bagaimana sejarah masuknya Islam di Maluku Utara?
C. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis sejarah dan perkembangan islam di
Maluku mulai dari titik awal penyebaran hingga perkembangannya dalam proses Islamisasi
di Maluku dan sekitarnya, menjelaskan perkembangan Islam di kerajaan-kerajaan khusunya
kerajaan Islam di Maluku dan sekitarnya serta peninggalan-peninggalan yang sangat melekat
dikalangan masyarakat Maluku. Tujuan khususnya adalah untuk memenuhi tugas.
Bab 2
Pembahasan
A. Proses masuknya islam di Maluku
Maluku sebagai daerah kepulauan merupakan daerah yang subur terkenal sebagai
penghasil rempah terbesar. Untuk itu sebagai dampaknya banyak pedagang-pedagang yang
datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah tersebut. Di antara pedagang-pedagang
tersebut terdapat pedagang-pedagang yang sudah memeluk Islam sehingga secara tidak langsung
Islam masuk ke Maluku melalui perdagangan dan selanjutnya Islam disebarkan oleh para
mubaligh salah satunya dari Jawa.
Bentuk dan motivasi masuknya Islam ke Maluku tidak bisa dibicarakan lepas dari
bentangan perjalanannya dari Malaka dan Jawa. Mengambil titik berangkat dari situ, berarti kita
diajak untuk melihat metode-metode dasar yang dipakai, yakni melalui tindakan ekonomi
(perdagangan). Tetapi kemudian bagaimana mereka berhasil mengadaptasi diri di dalam
masyarakat, dan membangun komunikasi dengan para pemimpin lokal di suatu wilayah (aspek
politik), serta juga menggunakan mekanisme-mekanisme kebudayaan sebagai cara mengadaptasi
diri secara efektif (aspek kebudayaan).
Islam sangat intens berdialog dengan kebudayaan masyarakat setempat. Contoh paling sederhana
adalah ketika ada peninggalan mesjid-mesjid yang khas Jawa, Banten, atau juga mesjid-mesjid
yang khas Maluku (seperti Mesjid Wapauwe di Hila). Titik berangkat itu yang membuat
pertemuan Islam dengan Kerajaan Ternate berlangsung tanpa masalah yang berarti. Kerangka
kebudayaan orang-orang Ternate malah dijadikan sebagai batu loncatan dalam melebarkan
ajaran-ajaran Islam sampai ke pelosok-pelosok. Para ulama lokal, malah nekat bertandang ke
Gresik dan Tuban untuk memperdalam ilmu Islam, dan kembali menyebar Islam di negerinya
itu.
Pendekatan yang sama pun digunakan ketika Islam mulai masuk ke Ambon, melalui
Hitu. Dialog yang intens dengan kebudayaan kembali terjadi di situ. Dan itu merupakan bukti
bahwa perdagangan atau aspek ekonomi hanya menjadi instrumen yang mendorong Islam
bergerak dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi kebudayaan menjadi instrumen yang
membangun rasa keislaman yang tinggi di dalam hidup masyarakat.
Sejak berubah dari "kolano" menjadi kesultanan pada sekitar abad 17, keempatnya secara
politis berusaha mengembangkan pengaruhnya ke berbagai tempat, khususnya ke arah timur dan
selatan. Tidore, antara lain dapat memasukkan pantai barat Papua ke dalam wilayahnya. Ternate
berhasil meluaskan pengaruh dan wilayahnya hingga sebagian Sulawesi, sebagian Papua,
Ambon, Lease, Seram, Buru, dan Banda. Sementara itu, Bacan "gagal" meluaskan pengaruhnya,
namun tetap eksis sebagai kesultanan yang mandiri. Lain halnya dengan Jailolo yang bergabung
dengan Ternate dan Tidore.
Akibat dinamika politik dan militer dalam perluasan wilayah tersebut, berbuntut pada
retaknya "moloku kie raha." Berbagai perang antara mereka sering terjadi, termasuk perang
dagang. Hal ini diperparah oleh pengaruh Barat, khususnya Belanda, dengan segala sistem
ekonomi dan militernya. Silih berganti Belanda memihak, dan silih berganti mendapat berbagai
keuntungan dari pihak yang "dibelanya," baik secara politik maupun ekonomi.
Kesultanan Ternate mengurusi perkara agama yang ditangani oleh Jou Kalim dan para
stafnya, yang disebut juga sebagai Bobato Akhirat. Sedangkan perkara budaya ditangani oleh
Kimalaha dan para stafnya, yang disebut juga sebagai Bobato Dunia.
Kesultanan Ternate
Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah salah satu dari 4
kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua
di Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Kesultanan Ternate
memiliki peran penting di kawasan timur Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-19.
Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat perdagangan rempah-
rempah dan kekuatan militernya. Pada masa jaya kekuasaannya membentang mencakup
wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan
kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik.
Masa Kejayaan :
Sultan Baabullah (10 Februari 1528 - permulaan 1583), juga ditulis Sultan
Babullah atau Sultan Baab (tulisan Eropa) adalah sultandan penguasa Kesultanan Ternate ke-
24 yang berkuasa antara tahun 1570 - 1583. Ia dikenal sebagai
sultan Ternate dan Malukuterbesar sepanjang sejarah, yang berhasil mengalahkan Portugis dan
mengantarkan Ternate ke puncak keemasan di akhir abad ke-16. Sultan Baabullah juga dijuluki
sebagai penguasa 72 pulau berpenghuni yang meliputi pulau–pulau di nusantara bagian
timur, Mindanaoselatan dan kepulauan Marshall.
Masa Keruntuhan :
Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Tidore yang
dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah
penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa
mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil
mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak
bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah
di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan
terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
Peninggalan :
1. Istana Sultan Ternate
2. Benteng kerajaan Ternate dibangun pada tahun 1540 oleh Francisco Serao, seorang panglima
Portugis yang pernah mendarat di Ternate.
3. Masjid di Ternate
Peninggalan Sejarah:
1. Benteng Tore sisa peninggalan Portugis dan Belanda.
2. Keraton Tidore Keraton ini dibangun oleh Sultan Muhammad Taher pada Tahun 1812 masa
pemerintahan Sultan Syahjuan T.
Kesultanan Bacan
Kesultanan Bacan adalah suatu kerajaan yang berpusat di Pulau Bacan, Kepulauan
Maluku. Raja Bacan pertama yang memeluk Islamadalah Raja
Zainulabidin yang bersyahadat pada tahun 1521. Meski berada di Maluku, wilayahnya cukup
luas hingga ke wilayah Papua Barat. Banyak kepala suku di wilayah Waigeo, Misool yang
terletak di Raja Ampat dan beberapa daerah lain yang berada di bawah administrasi
pemerintahan kerajaan Bacan.
Raja pertama Bacan, menurut hikayat Bacan, adalah Said Muhammad Bakir, atau Said
Husin, yang berkuasa di Gunung Makian dengan gelar Maharaja Yang Bertakhta
Kerajaan Moloku Astana Bacan, Negeri Komala Besi Limau Dolik. Raja pertama ini berkuasa
selama 10 tahun dan meninggal di Makian. Pada 1343, bertakhta di Kesultanan Bacan, Kolano
Sida Hasan. Dengan bekerja sama dengan Tidore, Sida Hasan berhasil merebut kembali Pulau
Makian dan beberapa desa di sekitar Pulau Bacan dari tangan Raja Ternate, Tulu Malamo.
Ketika Portugis tiba di Maluku sekitar tahun 1512, Bacan merupakan satu dari empat
kerajaan besar yang ada di Maluku. Dalam jajaran kesultanan Maluku, Bacan merupakan satu-
satunya kesultanan yang berpenduduk heterogen. Sejak evakuasi kesultanan ini dari Makian,
penduduk Bacan terdiri atas berbagai suku, terutama suku Makian, Galela, dan Tobelo.
Sebagai salah satu kerajaan besar di Maluku, tak heran bahwa Kesultanan Bacan memilki
teritorial kekuasaan yang cukup luas. Bahkan Papua, terutama daerah Papua Barat, menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari kekuasaan Kesultanan Bacan. Oleh sebab itu, masuknya Islam
ke tanah Papua, sedikit banyak melibatkan peran Kesultanan Bacan di dalamnya.
Memang terdapat beberapa versi cerita tentang hadirnya Islam di Papua. Salah satunya
menyebut bahwa Islam di Papua lahir karena peran Samudera Pasai. Pada 1224 disebutkan
bahwa Kesultanan Samudera Pasai mengirim Tuan Syekh Iskandar Syah untuk berdakwah di
Nuu War (Papua).
Kala itu Syekh Iskandar membawa beberapa kitab, yakni mushaf Alquran, kitab hadis,
kitab tauhid, dan kitab kumpulan doa. Namun, anggapan ini masih menjadi perdebatan. Karena,
abad ke-13 merupakan masa-masa awal Kesultanan Samudera Pasai. Dan, pada masa itu
diperkirakan jangkauan dakwah Samudera Pasai masih mencakup daerah Sumatra saja.
Daftar Sultan:
1660 - 1706 Mahmud As-Salam
1706 - 2 Jan 1715 Sultan Musa Malikuddin
1715 - 17 Feb 1732 Sultan Kie Nasiruddin
1732 - 1741 Sultan Hamza Tarafan Nur
1741 - 1780 Sultan Muhammad Sahadin
1780 - 1788 Sultan Skander Alam
1788 - 1797 Sultan Muhammad Badaruddin
1797 - 1826 Sultan Qamarullah
1826 - 19 Jul 1861 Sultan Muhammad Hayatuddin (b. 1795 - d. 1861)
Kornabei Syah Putera
14 May 1862 - 27 Feb 1889 Sultan Muhammad Sadik Syah (d. 1889)
1889 - 1899 Regency council (three members)
28 Aug 1899 - 24 Apr 1935 Sultan Muhammad Usman Syah
1935 - 1983 Sultan Muhammad Muhsin Syah (d. 1983)
1983 - 21 Sep 2009 Sultan Gahral Aydan Syah (b. 1943 - d. 2009)
19 Nov 2010 - Sultan Al-Abd-Al-Rahim Gary ibn (b. 1969)
Gahral (Gary Ridwan Syah)
Masa Kejayaan:
Sebagai pusat produksi pala dan cengkeh di Maluku
Masa Keuntuhan:
Tahun 1558, bangsa Eropa mulai memasuki wilayah Pulau Bacan yang dikuasai oleh
kesultanan Bacan. Bangsa Portugis lantas membangun sebuah benteng di pulau tersebut,
bernama Benteng Bernevald Fort. Pada 1609, VOC datang dan mengambil alih kekuasaan dari
tangan bangsa Portugis. Mereka berhasil menguasai ekonomi dan politik di wilayah kesultanan
Bacan. Pada 1889, sistem monarki kesultanan Bacan diganti dengan sistem kepemerintahan di
bawah pemerintah Hindia Belanda.
Peninggalan Sejarah
Mesjid Sultan Bacan
Kerajaan Tanah Hitu
Kerajaan Tanah Hitu adalah sebuah kerajaan Islam yang terletak di Pulau Ambon,
Maluku. Kerajaan ini memiliki masa kejayaan antara 1470-1682 dengan raja pertama yang
bergelar Upu Latu Sitania (raja tanya) karena Kerajaan ini didirikan oleh Empat Perdana yang
ingin mencari tahu faedah baik dan tidak adanya Raja. Kerajaan Tanah Hitu pernah menjadi
pusat perdagangan rempah-rempah dan memainkan peran yang sangat penting di Maluku,
disamping melahirkan intelektual dan para pahlawan pada zamannya. Beberapa di antara mereka
misalnya adalah Imam Ridjali, Talukabessy, Kakiali dan lainnya yang tidak tertulis di dalam
Sejarah Maluku sekarang, yang beribu Kota Negeri Hitu. Kerajaan ini berdiri sebelum
kedatangan imprialisme barat ke wilayah Nusantara.
Kedatangan Empat Perdana merupakan awal datangnya manusia di Tanah Hitu sebagai
penduduk asli Pulau Ambon. Empat Perdana Hitu juga merupakan bagian dari penyiar Islam di
Maluku. Kedatangan Empat Perdana merupakan bukti sejarah syiar Islam di Maluku yang di
tulis oleh penulis sejarah pribumi tua maupun Belanda dalam berbagai versi seperti Imam
Ridjali, Imam Lamhitu, Imam Kulaba, Holeman, Rumphius dan Valentijn.
ABAD KE-13
Masjid ini dinamakan Masjid Wapaue karena terletak di bawah pohon mangga. Dalam
bahasa setempat, “wapa” berarti “bawah” dan “uwe” berarti mangga. Keseluruhan bangunan
masjid ini terbuat dari kayu sagu yang dilekatkan satu sama lain tanpa menggunakan paku.
Pada 1614, masjid ini disarankan untuk dipindahkan lokasinya ke Kampung Tehalla, 6
kilometer dari sebelah timur Kampung Wawane. Relokasi ini dipimpin Imam Rajali, seorang
kyai bersama para pengikutnya yang disebut Kelompok Dua Belas Tukang. namun, 50 tahun
kemudian atau pada 1664, mesjid ini secara ajaib telah berpindah ke Kaitetu, dan tidak ada
seorangpun yang memindahkannya. Para penduduk setempat percaya hal ini merupakan suatu
mukjizat atau keajaiban.
Hingga kini, Masjid Wapaue ini masih terawat dengan baik. tidak hanya digunakan
sebagai tempat ibadah umat muslim, tapi juga sebagai galeri museum yang berisi koleksi-koleksi
antik peninggalan kebudayaan muslim maluku kuno antara lain Bedug yang berumur seratus
tahun, Al-Quran antik yang ditulis tangan, sebuah kaligrafi tulisan arab yang ditaruh di sebuah
lempengan metal dan sebuah timbangan kayu yang digunakan untuk menimbang zakat.
Mesjid tua Wapauwe ini terletak dekat dengan Benteng Amsterdam di desa Kaitetu,
Kabupaten Hila, Provinsi Maluku. Untuk mengunjungi mesjid ini dibutuhkan waktu sekitar satu
jam perjalanan menggunakan bis umum dari Ibukota Maluku, kota Ambon.
Simpulan
Pengaruh Islam telah hadir di kepulauan Maluku sejak kurun pertama tahun
Hijriah. Akan tetapi, kemungkinan besar saat itu Islam hanya dianut oleh musafir
Muslim yang singgah di Maluku. Hamka menyatakan bahwa sejak 650M atau 17
tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, para pedagang Arab telah
membawa cengkih dan pala ke pelabuhan di Teluk Persia untuk kemudian
diperdagangkan ke Eropa. Pada masa itu ramai pedagang Arab dan Persia berlayar
ke Maluku untuk mencari rempah-rempah. Kemungkinan pedagang Arab itu telah
menikah dengan wanita pribumi, berdiam sekian lama atau meninggal di sana