Anda di halaman 1dari 1

Biografi Sayuti Melik (Pengetik Naskah Proklamasi)

Sayuti Melik lahir di Kadisobo, Rejodani, Sleman Yogyakarta, 25


November 1908 dan meninggal di Jakarta, 2 Maret 1989. Ayahnya bernama
Abdul Muin alias Partoprawito, sedang ibunya bernama Sumilah. Pendidikan
dimulai dari Sekolah Ongko Loro (Setingkat SD) di desa Srowolan, hingga
kelas IV dan diteruskan sampai mendapat ijazah di Yogyakarta.

Perkenalannya yang pertama dengan Bung Karno terjadi di Bandung


pada 1926.Selanjutnya kehidupan Sayuti Melik lebih banyak dinikmati di
penjara. Pada tahun 1926 ditangkap Belanda karena dituduh membantu PKI
dan selanjutnya dibuang ke Boven Digul (1927-1933). Tahun 1936 ditangkap
Inggris, dipenjara di Singapura selama setahun. Setelah diusir dari wilayah
Inggris ditangkap kembali oleh Belanda dan dibawa ke Jakarta, dimasukkan
sel di Gang Tengah (1937-1938). Kemudian tahun 1939-1941 dipenjarakan di
Sukamiskin Bandung dan terlibat “Pers delict”. Ketika Jepang masuk ke
Indonesia tahun 1942 ia dipenjarakan lagi karena dituduh menyebarkan
pamflet gelap PKI akhirnya menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia ia
dibebaskan. Ia menjadi anggota susulan PPKI dan turut hadir dalam peristiwa
perumusan naskah Proklamasi. Teks proklamasi tulisan tangan Bung Karno
diketik oleh Sayuti Melik dengan beberapa perubahan kata.

Setelah kemerdekaan Sayuti Melik menjadi anggota Komite Nasional


Indonesia Pusat (KNIP). Pada tahun 1946 atas perintah Mr. Amir Syarifudin,
ia ditangkap oleh Pemerintah RI karena dianggap sebagai orang dekat
“Persatuan Perjuangan” serta dianggap bersekongkol dan turut terlibat dalam
“Peristiwa 3 Juli 1946” namun setelah diperiksa oleh Mahkamah Tentara, ia
dinyatakan tidak bersalah.

Pada jaman Orde Baru, Sayuti Melik diangkat menjadi anggota MPR
dan DPR (1971-1977), sebagai Wakil dari Golongan Karya. Pada tanggal 11
Maret 1984 ia mendapat penghargaan selaku Pinisepuh Golongan Karya dan
sebelumnya ia telah menerima tanda penghargaan antara lain tanggal 19 Mei
1973 tanda Bintang Mahaputra Adipradana II dari Presiden Soeharto, tanggal
1977 Piagam dalambidang Jurnalistik dari Persatuan Wartawan Indonesia
(PWI) tanggal 23 Desember 1982 mendapat penghargaan Satya Penegak
Pers dari PWI Pusat. Kunjungannya ke luar negeri lebih banyak dilakukan
sewaktu menjalankan tugas kewartawanan, antara lain Eropa Barat, Eropa
Timur, Amerika Serikat, Australia dll.

Anda mungkin juga menyukai