Anda di halaman 1dari 42

TUGAS UAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DOSEN PENGAMPUH :
Drs. MUH TANG, M.Pd

DISUSUN OLEH :
SALSA SRI RETSKIA
35123071/ 1D D3

PROGRAM STUDI D3
ADMINISTRASI BISNIS JURUSAN
ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK
NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata Kuliah Pengembangan


kepribadian. Islam sebagai agama yang menjadi mayoritas dikalangan masyarakat,
memiliki nilai-nilai yang sangat mulia dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Oleh karena itu, pengetahuan tentang Islam sangatlah penting bagi semua orang,
terutama mahasiswa.

Buku ajar Pendidikan Agama Islam ini disusun dengan tujuan membantu
mahasiswa memahami ajaran Islam dengan lebih baik. Buku ini mencakup berbagai
topik penting yang disesuaikan dengan Rencana Pembelajaran Semester mata kuliah
Pendidikan Agama Islam, dimulai dengan Aqidah, ibadah, syariah, muamalah, akhlak
serta modernisasi..

Dalam penulisan bahan ajar ini, kami berusaha menyajikan materi dengan hahasa
yang mudah dipahami oleh mahasiswa, sehingga memudahkan mereka memahami
dengan baik isi dari bahan ajar. Selain ini bahan ajar ini disertai dengan persoalan-
persoalan faktual yang mendukung mahasiswa belajar melalui metode Problem Based
learning.

Harapan kami, buku ajar Pendidikan Agama Islam ini dapat membantu
mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang
Islam, sehingga dapat menjadi muslim yang berakhalakul karimah. Semoga buku ini
bermanfaat dan dapat menjadi panduan yang baik bagi mahasiswa dalam mempelajari
Agama Islam.
DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR..........................................................................................................

DAFTAR

ISI.........................................................................................................................

BAB VI
EKONOMI SYARIAH........................................................................................................
A. Hakikat Ekonomi Syariah.........................................................................................
B. Sumber dan Tujuan Ekonomi
Islam..........................................................................
C. Implikasi Ekonomi Islam Dalam

Kehidupan............................................................

BAB VII...............................................................................................................................
AKHLAK............................................................................................................................
A. Hakikat Akhlak........................................................................................................
B. Sumber Pembentukan
Akhlak..................................................................................
C. Aktualisasi akhlak dalam

Kehidupan.......................................................................

BAB
VIII..............................................................................................................................
ISLAM DISIPLIN
ILMU...................................................................................................
A. Konsep Ilmu Dalam Islam.......................................................................................
B. Sejarah Ilmu Pengetahuan Dalam
Islam...................................................................
C. Ilmu Sains dan Sosial Dalam

Islam..........................................................................

BAB IX................................................................................................................................
SISTEM POLITIK DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM...........................................
A. Konsep Politik
Islam................................................................................................
B. Prinsip Dasar Politik Islam......................................................................................
C. Tantangan dan Prospek Politik

Islam.......................................................................

BAB X..................................................................................................................................
ISLAM MENGHADAPI
MODERNISASI.......................................................................
A. Konsep Modernisasi................................................................................................
B. Peran Pendidikan dalam Menyikapi Tantangan
Modernisasi..................................
C. Tantangan Media Sosial dalam Perspektif Islam....................................................

BAB VI

EKONOMI SYARIAH

A. Hakikat Ekonomi Islam


Hakikat ekonomi Islam adalah suatu konsep dan sistem ekonomi yang di dasarkan
pada prinsip-prinsip ajaran agama Islam. Prinsip-prinsip ini dirancang untuk
menciptakan keadilan, keberlanjutan, dan kesejahteraan sosial dalam konteks
ekonomi. Berikut adalah beberapa poin yang menjelaskan hakikat ekonomi Islam:

Tauhid: Tauhid adalah konsep dasar dalam Islam yang menyatakan keesaan
Allah. Dalam konteks ekonomi, ini berarti pengakuan bahwa semua kekayaan dan
sumber daya bumi adalah milik Allah, dan manusia adalah pemegang amanah
yang bertanggung jawab untuk mengelola sumber daya tersebut dengan cara yang
baik. Al Baqarah 284

‫َّلِه َم ا ِفى ٱلَّسَٰم َٰو ِت َو َم ا ِفى ٱَأْلْر ِضۗ َو ِإن ُتْبُدو۟ا َم ا ِفٓى َأنُفِس ُك ْم َأْو ُتْخ ُفوُه ُيَح اِس ْبُك م ِبِه ٱُهَّللۖ َفَيْغ ِفُر ِلَم ن َيَش ٓاُء َو ُيَع ِّذ ُب‬
‫َم ن َيَش ٓاُء ۗ َو ٱُهَّلل َع َلٰى ُك ِّل َش ْى ٍء َقِد يٌر‬

Artinya:
“ Milik Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kamu
menyatakan apa yang ada dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya
Allah memperhitungkannya bagimu. Dia mengampuni siapa saja yang Dia
kehendaki dan mengazab siapa pun yang Dia kehendaki. Allah Maha kuasa atas
segala sesuatu”.

Keadilan dan Kesetaraan: Ekonomi Islam menekankan pentingnya keadilan dan


kesetaraan dalam distribusi kekayaan. Prinsip ini menghindari kesenjangan
ekonomi yang ekstrem antara kaya dan miskin, dan mendorong redistribusi
kekayaan melalui zakat (sumbangan wajib) dan infak (sumbangan sukarela).
Surah alBaqarah ayat 188:

‫َو اَل َتْأُك ُلٓو ۟ا َأْم َٰو َلُك م َبْيَنُك م ِبٱْلَٰب ِط ِل َو ُتْد ُلو۟ا ِبَهٓا ِإَلى ٱْلُح َّك اِم ِلَتْأُك ُلو۟ا َفِر يًقا ِّم ْن َأْم َٰو ِل ٱلَّناِس ِبٱِإْل ْثِم َو َأنُتْم َتْع َلُم وَن‬

Artinya :

"Janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada para hakim dengan maksud
agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa,
padahal kamu mengetahui.”

Larangan Riba: Riba (bunga atau riba) dilarang dalam Is- lam. Riba dianggap
sebagai bentuk eksploitasi ekonomi yang tidak adil dan menghambat keadilan
sosial. Sebagai gantinya, ekonomi Islam mendorong transaksi yang adil dan
transparan, serta bentuk keuangan yang berlandaskan prinsip berbagi risiko dan
keuntungan. Surah Al Imran 130, AlBaqarah 275:

‫ٱَّلِذ يَن َيْأُك ُلوَن ٱلِّر َبٰو ۟ا اَل َيُقوُم وَن ِإاَّل َك َم ا َيُقوُم ٱَّلِذ ى َيَتَخَّبُطُه ٱلَّشْيَٰط ُن ِم َن ٱْلَم ِّس ۚ َٰذ ِلَك ِبَأَّنُهْم َقاُلٓو ۟ا ِإَّنَم ا ٱْلَبْيُع ِم ْثُل‬
‫ٱلِّر َبٰو ۟ا ۗ َو َأَح َّل ٱُهَّلل ٱْلَبْيَع َو َح َّر َم ٱلِّر َبٰو ۟ا ۚ َفَم ن َج ٓاَء ۥُه َم ْو ِع َظٌة ِّم ن َّرِّبِهۦ َفٱنَتَهٰى َفَل ۥُه َم ا َس َلَف َو َأْم ُر ٓۥُه ِإَلى ٱِهَّللۖ َو َم ْن َعاَد‬
‫َٰٓل‬
‫َفُأ۟و ِئَك َأْص َٰح ُب ٱلَّناِر ۖ ُهْم ِفيَها َٰخ ِلُد وَن‬

Artinya :

" Orang-orang yang memakan (bertransaksi dengan) riba tidak dapat berdiri,
kecuali seperti orang yang berdiri sempoyongan karena kesurupan setan. Demikian
itu terjadi karena mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal,
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Siapa pun yang telah
sampai kepadanya peringatan dari Tuhannya (menyangkut riba), lalu dia berhenti
sehingga apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Siapa yang mengulangi (transaksi riba), mereka itulah
penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya".

Larangan Maysir dan Maisir: Maysir (perjudian) dan maisir (spekulasi) juga
dilarang dalam Islam. Prinsip ini menghindari praktik ekonomi yang spekulatif
dan merugikan, dan mendorong aktivitas ekonomi yang berorientasi pada
produksi, investasi, dan saling membantu dalam menciptakan nilai tambah. Surah
An-Nisa 29:

‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا اَل َتْأُك ُلٓو ۟ا َأْم َٰو َلُك م َبْيَنُك م ِبٱْلَٰب ِط ِل ِإٓاَّل َأن َتُك وَن ِتَٰج َر ًة َعن َتَر اٍض ِّم نُك ْم ۚ َو اَل َتْقُتُلٓو ۟ا َأنُفَس ُك ْم ۚ ِإَّن ٱَهَّلل‬
‫َك اَن ِبُك ْم َر ِح يًم ا‬

Artinya :

” Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali berupa perniagaan atas
dasar suka sama suka di antara kamu. Janganlah kamu membunuh dirimu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.
Kepemilikan dan Pemanfaatan yang Bertanggung Jawab: Ekonomi Islam
mengakui hak individu untuk memiliki, mengendalikan, dan menggunakan harta
milik, namun juga mengajarkan tanggung jawab sosial dalam memanfaatkannya.
Kekayaan harus digunakan dengan bijaksana, memperhatikan kebutuhan sosial,
pengentasan kemiskinan, dan kesejahteraan masyarakat. Surah AL-isra' 26-27:

‫َو َء اِت َذ ا ٱْلُقْر َبٰى َح َّق ۥُه َو ٱْلِم ْس ِكيَن َو ٱْبَن ٱلَّسِبيِل َو اَل ُتَبِّذ ْر َتْبِذ يًر‬

Artinya :

"Berikanlah kepada kerabat dekat haknya, (juga kepada) orang miskin, dan orang
yang dalam perjalanan. Janganlah kamu menghambur- hamburkan (hartamu)
secara boros"

Pemberdayaan Ekonomi: Ekonomi Islam mendorong pemberdayaan ekonomi dan


kemandirian melalui kegiatan usaha, kewirausahaan, dan perdagangan yang halal. Ini
termasuk promosi keadilan dalam hubungan kerja, perlindungan hak-hak pekerja, dan
penghindaran eksploitasi dalam hubungan bisnis. Ar Rad 11, Annisa ayat 39 :

‫ۥُه ُمَع ِّقَٰب ٌت ِّم ۢن َبْيِن َيَد ْيِه َوِم ْن َخ ْلِفِهۦ َيْح َفُظوَن ۥُه ِم ْن َأْم ِر ٱِهَّللۗ ِإَّن ٱَهَّلل اَل ُيَغِّيُر َم ا ِبَقْو ٍم َح َّتٰى ُيَغِّيُرو۟ا َم ا ِبَأنُفِس ِه ْم ۗ َو ِإَذ ٓا َأَر اَد‬
‫ٱُهَّلل ِبَقْو ٍم ُس ٓو ًء ا َفاَل َم َر َّد َلُهۥۚ َو َم ا َلُهم ِّم ن ُدوِنِهۦ ِم ن َو اٍل‬

Artinya:
"Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari
depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah
tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada
diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada
yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia".

B. Sumber dan Tujuan Ekonomi Islam


Sumber Hukum Ekonomi Islam:
Al-Quran: Al-Quran adalah sumber utama hukum dalam Islam. Al-Quran
mengandung petunjuk dari prinsip-prinsip yang berkaitan dengan aspek ekonomi,
termasuk prinsip keadilan, larangan riba, dan pengaturan zakat.

Sunnah: Sunnah adalah koleksi hadis dan praktik Rasulullah Muhammad SAW.
Sunnah juga menjadi sumber penting dalam menentukan hukum ekonomi islam.
Hadis-hadis nabi memberikan pedoman praktis dalam mengatur kegiatan ekonomi,
termasuk perdagangan, pemberian pinjaman, dan pengelolaan harta.

Ijma: Ijma adalah konsesus ulama tentang suatu masalah hukum. Ketika para ulama
sepakat pada suatu masalah ekonomi, itu menjadi sumber hukum yang diakui dalam
ekonomi islam.

Qiyas: Qiyas adalah analogi atau penalaran analogis. Dalam konteks ekonomi, ulama
menggunakan prinsip-prinsip yang terdapat dalam sumber sumber hukum utama ( Al-
quran, sunnah, dan ijma) untuk menerapkan hukum pada masalah-masalah baru yang
tidak secara langsung tercakup dalam sumber-sumber utama.
Tujuan Hukum Ekonomi Islam:

Mencapai keadilan : Tujuan utama hukum ekonomi islam adalah mencapai keadilan
dalam distribusi kekayaan dan sumber daya. Hukum ekonomi islam mengusahakan
agar tidak ada kesenjangan ekonomi yang ekstream antara yang kaya dan miskin, dan
mendorong distribusi yang adil dan merata.

Kesejahteraan sosial : Hukum ekonomi islam adalah menciptakan kesejahteraan


sosial yang meliputi aspek ekonomi,sosial, dan spiritual. Hal ini mencakup
pengentasan kemiskinan, pemenuhan kebutuhan dasar, dan berkelanjutan ekonomi
yang berkelanjutan.
Memenuhi Prinsip-prinsip Agama : Tujuan hukum ekonomi Islam adalah
memastikan bahwa aktivitas ekonomi berada dalam batas-batas yang ditetapkan oleh
ajaran agama islam.

Pemberdayaan Ekonomi : Hukum ekonomi islam bertujuan untuk mendorong


pemberdayaan ekonomi, baik secara individu maupun kolektif.

BAB VII
AKHLAK

A. Hakikat Akhlak
Menurut istilah etimology (bahasa) perkataan akhlak berasal dari bahasa arab
(khuluqun) yang mengandung arti “ budi pekerti, tingkah laku, perangai, dan tabiat”.
Sedangkan secara terminologi (istilah), makna akhlak adalah suatu sifat yang melekat
dalam jiwa dan menjadi kepribadian, berdasarkan hal tersebut memunculkan perilaku
yang spontan, mudah, tanpa memerlukan pertimbangan.

Ada 7 karakter dalam akhlak islam, yaitu :


1. Sebuah moral yang beralasan dan dapat dipahami
Sesungguhnya islam selalu bersandar pada penilaian yang logis dan alasan yang
dapat diterim oleh akal yang lurus dan naluri yang sehat, yaitu dengan
menjelaskan kebaikan dibalik apa yang diperintahkannya dan kerusakan dari
terjadinya apa yang dilarangnya.
2. Moral Universal
Yaitu larangan bagi suatu ras manusia berlaku juga ras lain, bahkan umat islam
dan umat-umat yang lain adalah sama dihadapan moral islam yang unversal.
Akhlak islam bebas segala dari segala tendensi rasisme kebangsaan, kesukuan
maupun golongan.
3. Kesesuaian dengan fitrah
Islam mengakui eksistensi manusia sebagaimana yang telah diciptakaan Allah
dengan segala yang telah digarikannnya. Islam menjadikan mulia dan membuat
batasan hukum untuk-Nya agar dapat memelihara kebaikan kebaikan masyarakat
dan individu manusia itu sendiri.
4. Memperhatikan Realita
Al-quran tidak membebankan kepada manusia suatu kewajiban untuk menicintai
musuh-musuhnya, karena hal ini merupakan suatu hal yang tidak memiliki jiwa
manusia, akan tetapi Al-quran memerintahkan kepada orang-orang mukmin untuk
berlaku adil terhadap musuh-musuhnya, supaya rasa permusuhan dan kebencian
mereka terhadap mudak musuh-musuhnya tidak mendorong untuk melakukan
pelanggaran terhadap musuh-musuh mereka.
5. Moral Positif
Moral islam mengajarkan untuk menggalang kekuatan, perjuangan dan
meneruskan amal usaha dengan penuh keyakinan dan cita-cita, melawan sikap
ketidakberdayaan dan pasisme, malas serta segala bentuk penyebab kelemahan.
6. Menyeluruh
Islam telah menggambarkan sebuah konsep moral dengan aturan tertentu, bahkan
menggariskan hubngan manusia dengan dirinya sendiri dan hubungan dengan
umatnya, maka akhlak islam mencakup hubungan manusia dengan alam semesta
secara global maupun detail untuk itu yang tinggi ajaran yang luhur.
7. Keseimbangan
Menggabunngkan sesuatu dengan penuh keserasian dan keharmonisan, tanpa
sikap yang berlebihan maupun pengurangan. Contohnya adalah sikap seimbang
dalam mengejar dunia dan akhirat. Islam mengganggap dunia ini adalah ladang
untuk akhirat dan Allah telah menjadikan mansia sebagai khalifah di bumi, maka
tidaklah pantas mereka merusak atau melantarkan kehidupan dunia, karena
orang bahagia adalah orang yang beruntung dengan kebaikan dunia dan akhirat.
B. Sumber Pembentukan Akhlak
QS. Al-Ahzab ayat 21

‫َّلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفى َر ُسوِل ٱِهَّلل ُأْس َو ٌة َح َس َن ٌة ِّلَم ن َك اَن َي ْر ُجو۟ا ٱَهَّلل َو ٱْلَي ْو َم ٱْل َء اِخَر َو َذ َك َر ٱَهَّلل َك ِثيًر ا‬

Artinya:
Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-brnar ada suri teladan yang baik bagimu,
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
serta yang banyak mengingat Allah”.

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang menjadi penentu lahirnya aktivitas


jiwa:

a. Insting (naluri)
Merupakan pola perilaku yang tidak dipelajari, mekanisme yang di anggap
ada sejak lahir dan muncul pada setiap spesies. Insting sangat memerlukan
sebuah arahan agar aktivitas horizontal (jiwa) yang dilahirkannya menjadi
aktivitas yang bernilai akhlaki.

b. Pembiasaan
Salah satu faktor penting dalam akhlak adalah kebiasaan. Kebiasaan adalah
perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga mudah dikerjakan. Dalam
bahasa agama, pembiasaan disebut sebagai istiqomah. Misalnya, ajaran shalat
yang dilakukan selama satu bulan, serta ajaran untuk memberikan zakat
kepada yang berhak, dan sebagainya, adalah bentuk konkret dari agama islam
untuk menjadikan umatnya terbiasa dalam melakukan kebaikan kebaikan
sebagai sebuah pengabdian amala saleh dan ibadah.

c. Lingkungan
Adalah segala sesuatu yang mengelilingi individu sepanjang hidupnya.
Manusia selalu hidup berinteraksi dengan manusia lainnya itulah sebabnya
manusia harus bergaul.
d. Suara hati dan conscience
Yang dalam al-quran disebut fuadah, fuadah tidak pernah berdusta dan selalu
mengajak untuk melakukan aktivitas jiwa yang menyejukan, karena ia selalu
benar dalam menyampaikan informasinya.
e. Kehendak
Merupakan faktor yang menggerakkan manusia untuk berbuat dengan
sungguh-sungguh. Di dalam perilaku manusia, kehendak inilah yang
mendorong manusia berakhlak. Kehendaklah yang membuat manusia
berusaha dan bekerja, tanpa kehendak semua ide, keyakinan, kepercayaan,
pengetahuan menjadi pasif, dan tidak ada arti bagi hidupnya.
f. Pendidikan
Faktor pendidikan yang mempengaruhi mental anak didik itu hendaknya
bukan hanya dilakukan oleh pribadi dan guru, melainkan lingkungan sekolah,
pergaulan dari kebiasaan-kebiasaan etiket serta segala yang dapat
memberikan stimulan pada sianak melalui panca indra.
Menurut islam, metode yang bisa digunakan untuk membentuk akhlak antara
lain sebagai berikut:

1.) Mauidzah dan Nasihat


Mauidzah adalah memberi pelajaran akhlak terpuji serta memotivasi
pelaksanaanya dan menjelaskan akhlak tercela serta memperingatkannya
atau meningkatkan kebaikan dengan apa-apa yang melembutkan hati.

2.) Keteladanan
Pentingnya keteladanan dalam pembentukan akhlak anak menjadi pesan
kuat dari al-qur an. Sebab keteladanan adalah sarana penting dalam
pembentukan karakter k. Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya
dengan pelajaran, intruksi dan larangan, sebab tabi'at jiwa untuk menerima
keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan
kerjakan ini dan jangan kerjakan itu.
1.) Pembiasaan
Hal ini dilakukan sejak kecil dan dilakukan secara kontinyu. Berkenaan
dengan ini al-Ghozali mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada
dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan.
Jika manusia membiasakan berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang
yanga jahat. Untuk ini al-Ghozali menganjurkan agar akhlak diajarkan,
yaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang
mulia. Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah, hingga
nirah hati dan murah tangan itu menjadi tabi at yang mendarah daging.
(Abudin Nata, Akhlak Tasawuf., 165.)

2.) Pemberian Hadiah Memberikan motivasi, baik berupa pujian atau hadiah
tertentu, akan menjadi salah satu latihan positif dalam pembentukan
akhlak. Secara psikologis, sesorang memerlukan motivasi untuk
melakukan sesuatu. Motivasi itu pada awalnya mungkin masih bersifat
material. Namun, kelak akan meningkat menjadi motivasi yang bersifat
spiritual.
3.) Mendidik Kedisplinan
Disiplin adanya kesediaan untuk memenuhi ketentuan atau peraturan
yang berlaku. Kepatuhan yang dimaksud adalah bukanlah karena paksaan
tetapi kebutuhan kepatuhan akan dasar kesadaran tentang nilai dan
pentingnya mematuhi peraturan-peraturan tersebut.

C. Aktualisasi akhlak dalam kehidupan

Akhlak tidaklah semata-mata perbuatan manusia yang nampak atau lahiriah.


Tetapi banyak aspek yang berkaitan dengan sikap batin ataupun pikiran.
Seperti akhlak diniyah yang berkaitan dengan berbagai aspek, yaitu pola
perilaku kepada Allah, sesama manusia sampai pola perilaku kepada alam.
(Toto Suryana dkk, 1996: 148).

1. Pola Perilaku Kepada Allah


Akhlak yang baik kepada Allah berucap dan bertingkah laku yang terpuji
terhadap-Nya. Baik melalui ibadah langsung maupun melalui sikap dan
perilaku tertentu yang mencerminkan hubungan atau komunikasi dengan
Allah di luar ibadah itu.
Berakhlak yang baik kepada Allah antara lain:
a. Syukur
Syukur, yaitu mengungkapkan rasa syukur kepada Al- lah atas nikmat
yang telah diberikan-Nya. Ungkapan dalam bentuk kata-kata adalah
dengan mengucapkan hamdalah setiap saat, sedangkan bersyukur
dengan perilaku adalah menggunakan nikmat Allah susuai dengan
kemestiannya, misalnya, nikmat mata, maka bersyukur dengan nikmat
itu dilakukan dengan menggunakan mata untuk melihat hal-hal yang
baik, seperti membaca, mengamati alam dan sebagainya yang
mendatangkan manfaat. Selain itu, beribadah mahdah misalnya
mendirikan salat dengan tepat waktu, tidak menuda-nunda
pelaksanaannya, mengeluarkan zakat bila memenuhi syarat. Zakat
harta atau penghasilan (gaji), nisabnya 96 gram emas 23 karat, harga
pergram mengukuti harga emas di pasar, misalnya a Rp 200.000,- .
Jadi 96 gram dikali dengan Rp 200.000,-= Rp 19.800.000,- pertahun,
dikeluarkan zakatnya 2,5%. Bila qadarnya tidak sampai kepada
jumlah tersebut tidak kena zakat, tetapi keluarkan infaq atau sadaqah
juga setiap tahun.

b. Bertasbih
Bertasbih, yaitu mensucikan Allah dengan ucapan, yaitu
memperbanyak mengucapkan SUBHAANALLAH artinya Maha suci
Allah, serta menjauhkan perilaku yang dapat mengotori nama Allah
Yang Maha Suci, misalnya kemusyrikan.
c. Istighfar
Istigfar, yaitu meminta ampun kepada Allah atas segala Artinya:
"dosa yang pernah dibuat dengan mengucapkan
ASTAGFIRULLAAHAL 'ADZIIM artinya aku memohon ampun
kepada Allah Yang Maha Agung. Sedangkan istigfar melalui
perbuatan dilakukan dengan cara: (1) berjanji dalam hati tidak
mengulangi perbuatan jelek itu, (2) menyesali perbuatan jahat yang
dilakukan, (3) meminta maaf langsung kepada orang yang ditempati
berbuat dosa, dan (4) mengikuti perbuatan jahat itu dengan kebaikan.
d. Takbir
Takbir, yaitu mengagungkan Allah dengan membaca ALLAAHU
AKBAR Artinya Allah Maha Besar. Mengagungkan Allah melalui
perilaku adalah mengagungkan nama-Nya dalam segala hal, sehingga
tidak menjadikan sesuatu melebihi keagungan Allah.
Tidak mengagungkan yang lain melampaui keagungan Allah dalam
berbagai konteks kehidupan, baik melalui kata-kata maupun dalam
tindakan.

2. Pola perilaku kepada manusia


Pola perilaku terhadap manusia terdiri atas perilaku terhadap diri sendiri
dan sesama manusia. Akhlah kepada diri sendiri adalah menyayangi diri
sendiri dengan menjaga diri dari perbuatan buruk. Berakhlak kepada diri
sendiri lebih banyak dilakukan dengan cara menjaga dan memelihara hati
agar memiliki perasaan hati yang selalu ikhlas dan berhati bersih.
Membersihkan hati berupa keinginan menahan dan mengendalikan
keinginan atau dorongan-dorongan hati yang terbawa oleh tarikan
keburukan.

3. Pola Perilaku Terhadap Alam


Seseorang muslim memandang alam sebagai milik Allah yang wajib
disyukurinya dengan cara menggunakan dan mengelola alam sebaik-
baiknya agar dapat memberi manfaat bagi manusia. Pemanfaatan alam
yang diajarkan Islam adalah pemanfaatan yang didasari sikap
tanggungjawab, tanpa merusakkannya. Alam yang memberikan
keuntungan tidak hanya diambil keuntungannya, tetapi dijaga agar alam
tetap utuh dan lestari dengan cara memberikan kesempatan kepada alam
untuk melakukan rehabilitasi atau membantunya untuk mempercepat
pemulihannya kembali.
Berakhlak kepada alam berarti menyikapi alam dengan cara memelihara
kelestariannya. Karena itu Allah memberikan isyarat agar manusia dapat
mengendalikan dirinya dalam mengeksploitasi alam, sebab alam yang
rusak akan dapat merugikan bahkan menghancurkan manusia sendiri.
Akibatnya, banjir tidak dapat dielakkan sehingga merusak tata kehidupan
manusia baik rumahnya maupun lingkungannya.

BAB VIII
ISLAM DISIPLIN ILMU

A. Konsep Ilmu Dalam Islam


‫ َع َّلَم‬٤ ‫ اَّلِذ ْي َع َّلَم ِباْلَقَلِۙم‬٣ ‫ ِاْقَر ْأ َو َر ُّبَك اَاْلْك َر ُۙم‬٢ ‫ َخ َلَق اِاْل ْنَس اَن ِم ْن َع َلٍۚق‬١ ‫ْقَر ْأ ِباْس ِم َر ِّبَك اَّلِذ ْي َخ َلَۚق‬
‫اِاْل ْنَس اَن َم ا َلْم َي ْع َلْۗم‬

1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan!


2. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah! Tuhanmulah Yang Maha Mulia,
4. yang mengajar (manusia) dengan pena.
5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu. Ilmu merupakan


keistimewaan yang menjadikan manusia lebih unggul dibanding dengan
makhluk-makhluk lain dalam menjalankan fungsi kekhalifahannya. Menurut
al-Quran ilmu tediri atas dua macam. Pertama, ilmu ladunni, yaitu ilmu yang
diperoleh tanpa upaya manusia. Kedua ilmu kasbi, yaitu ilmu yang diperoleh
karena usaha manusia. Pembagian ini terjadi karena al-Quran memandang
terhadap hal-hal yang "ada" tetapi tidak diketahui melalui upaya manusia. Ada
wujud yang tidak nampak. Dengan demikian, obyek ilmu meliputi materi dan
non materi fenomena dan nonfenomena.

Pengetahuan adalah pemahaman terhadap suatu subyek mengenai obyek yang


dibahas. Yang dimaksud subyek adalah manusia sebagai kesatuan berbagai
macam kesanggupan (akal, panca indera dan sebagainya) yang digunakan
untuk mengetahui sesuatu. Obyek di sini adalah benda atau hal yang
diselidiki, yang merupakan realitas bagi manusia yang menyelidiki (Anshari,
1987: 43).

Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan ilmu pengetahuan untuk


memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia (Quraish
Shihab, 1996: 441). Berbeda pengertian teknologi yang dikemukakan oleh
Baiquni (1983:7) bahwa teknologi ialah penerapan sains secara sistematis
untuk mempengaruhi alam di sekeliling kita dalam suatu proses produktif
ekonomis untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi umat manusia.
Dengan demikian mesin atau alat canggih yang digunakan manusia bukanlah
teknologi, tetapi merupakan hasil dari teknologi, walaupun secara umum
sering diasosiasikan sebagai teknologi. Ketersediaan lahan yang diciptakan
Allah mengantarkan manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam ini yang
telah ditundukkan Allah. Al- Baqarah 31:
‫َٰٓل‬
‫َو َع َّلَم َء اَد َم ٱَأْلْس َم ٓاَء ُك َّلَها ُثَّم َع َر َض ُهْم َع َلى ٱْلَم ِئَك ِة َفَقاَل َأۢن ِبُٔـوِنى ِبَأْس َم ٓاِء َٰٓهُؤٓاَل ِء ِإن ُك نُتْم‬
‫َٰص ِدِقيَن‬
Artinya:

"Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian


Dia memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya berfirman, "Sebutkan
kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu benar!".

B. Sejarah Ilmu Pengetahuan Dalam Islam

ilmu pengetahuan yang panjang dan kaya akan penemuan, perkembangan, dan
pengetahuan di dunia Muslim. Berikut adalah tentang sejarah ilmu
pengetahuan dalam Islam: Keemasan Islam (Abad ke-8 hingga ke-14): Pada
ini, dunia Islam mengalami kemajuan yang signifikan dalam ilmu
pengetahuan di berbagai bidang. Kota-kota seperti Baghdad (Irak), Cordoba
(Spanyol), dan Kairo (Mesir) menjadi pusat intelektual yang berpengaruh.
Ilmuwan Muslim seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina (Avicenna), dan Ibnu
Rushd (Averroes) membuat kontribusi besar dalam filsafat, ilmu kedokteran,
matematika, astronomi, kimia, dan banyak lagi. Banyak karya-karya klasik
Yunani dan India diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, dipelajari, diperbaiki,
dan diterapkan oleh para ilmuwan Muslim.
Pusat Pembelajaran: Madrasah dan Universitas: Madrasah, yang merupakan
institusi pendidikan Islam tradisional, berkembang di seluruh dunia Muslim
sebagai pusat pembelajaran agama dan ilmu pengetahuan. Di samping itu,
universitas-universitas Islam seperti Universitas Al-Qarawiyyin di Fes
(Maroko) dan Universitas Al-Azhar di Kairo (Mesir) menjadi tempat studi
yang terkenal, menawarkan kurikulum yang luas dalam berbagai disiplin ilmu.
Penemuan dan Inovasi: Ilmuwan Muslim melakukan penemuan dan inovasi
yang signifikan dalam berbagai bidang. Ibnu Al-Haytham, seorang ilmuwan
Muslim pada abad ke-11, membuat kontribusi penting dalam optik dan ilmu
pengamatan. Ibnu Sina, seorang dokter dan filsuf Muslim pada abad ke-11,
mengembangkan panduan medis terkenal "Canon of Medicine"
Penerjemahan dan Penyebaran Pengetahuan: Ilmuwan Muslim dan ilmu
sosial. dalam mengumpulkan, menerjemahkan, dan menyebarkan pengetahuan
dari berbagai tradisi keilmuan, karya-karya Yunani, Persia, India, dan Cina.
Pusat-pusat Hikmah di Baghdad menjadi tempat penting untuk kegiatan
penerjemahan dan penyebaran ilmu pengetahuan.
Warisan Ilmiah: Karya-karya ilmiah yang ditulis oleh ilmuwan Muslim dalam
periode ini menjadi warisan berharga. Misalnya, karya Al-Jazari tentang
mesin dan otomasi, Al-Biruni tentang astronomi dan geografi, dan Al-
Khwarizmi tentang matematika dan aljabar.

C. Ilmu Sains dan Sosial Dalam Islam


Dalam pandangan Islam, ilmu sains dan sosial dipandang sebagai sarana
untuk memahami dan menghargai ciptaan Al- lah SWT serta untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia. Islam mendorong para penganutnya
untuk mencari pengetahuan dan memahami alam semesta serta hubungan
antara manusia dengan Tuhan dan sesama manusia.
Ilmu Sains dalam Pandangan Islam: Islam mendorong umatnya untuk
mempelajari ilmu pengetahuan dan mengeksplorasi alam semesta. Dalam Al-
Qur'an, Allah mengajak manusia untuk merenungkan ciptaan-Nya di langit
dan bumi sebagai tanda kebesaran-Nya. Q.S Al-Imran ayat 191:
‫اَّلِذ ْيَن َيْذ ُك ُرْو َن َهّٰللا ِقَياًم ا َّو ُقُعْو ًدا َّوَع ٰل ى ُج ُنْو ِبِهْم َو َيَتَفَّك ُرْو َن ِفْي َخ ْلِق الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِۚض‬
ِ‫َر َّبَنا َم ا َخ َلْقَت ٰهَذ ا َباِط ۚاًل ُسْبٰح َنَك َفِقَنا َع َذ اَب الَّنار‬

Artinya:
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam
keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini
sia-sia. Maha Suci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka".

Ilmu Sosial dalam Pandangan Islam: Ilmu sosial dalam Is- lam juga sangat
dihargai, karena melibatkan pemahaman tentang hubungan sosial, etika,
moral, dan keadilan dalam masyarakat. Islam mengajarkan nilai-nilai seperti
kasih sayang, keadilan, toleransi, kerjasama, dan keterbukaan terhadap
berbagai budaya dan peradaban.

Qs. Al-Maidah:8
‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُك ْو ُنْو ا َقَّو اِم ْيَن ِهّٰلِل ُش َهَد ۤا َء ِباْلِقْس ِۖط َو اَل َيْج ِر َم َّنُك ْم َشَنٰا ُن َقْو ٍم َع ٰٓلى َااَّل َتْع ِد ُلْو ا‬
‫ِۗاْع ِد ُلْو ۗا ُهَو َاْقَر ُب ِللَّتْقٰو ۖى َو اَّتُقوا َهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َخ ِبْيٌۢر ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن‬

Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena
Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu
terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah
adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan".
BAB IX
SISTEM POLITIK DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM
A. Konsep Politik Islam
Perkataan politik berasal dari bahasa Latin dan bahasa Yunani "Politicus" dan
"Politicos, keduanya berarti sesuatu yang berhubungan dengan warga negara
atau warga kota. Kedua kata itu berasal dari kata polis maknanya kota.
(Muhammad Daud Ali, 1998). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989)
pengertian politik sebagai kata benda ada tiga maknanya jika dikaitkan
dengan ilmu artinya:
1. Pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (tentang sistem
pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan); .
2. Segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagainya)
mengenai pemerintahan atau terhadap negara lain;
3. kebijakan, cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu
masalah).

Iberani dan Hidayat (2003) memberikan pengertian "Demokrasi", yaitu terdiri


atas kata "demos" yang berarti rakyat dan "cratia" yang berarti pemerintahan.
Jadi demokrasi artinya pemerintahan di tangan rakyat atau kekuasaan ada di
tangan rakyat. Pendek kata, rakyat yang berkuasa, menentukan roda
pemerintahan dengan sistem perwakilan.

Ibnu Zakaria (1972) dalam bukunya "Mu'jam Maqaayis Lughat" jilid III,
memjelaskan makna "Musyawarah," yaitu merupakan bentuk mashdar (kata
kerja yang dibendakan) yang berarti menampakkan dan menawarkan atau
mengambil sesuatu.
Agak berbeda pengertian musyawarah menurut Quraisy Syihab (1996) dalam
bukunya "Wawasan Al-Quran," mengeluarkan madu dari sarang lebah. Di
samping itu, musyawarah berati mengatakan atau mengajukan sesuatu.
Dalam melaksanakan musyawarah ada empat unsur penting diperhatikan:

1. Mustasyir adalah orang yang menghendaki adanya musyawarah dan


menginginkan suatu pendapat yang benar atau mendekati kebenaran
2. Mustasyar adalah orang yang diajak bermusyawarah
3. Mustasyar fih adalah permasalahan yang akan dikaji atau dijadikan obyek
musyawarah
4. Ra'yu adalah pendapat bebas yang argumentatif, perasaan nafsu.

Dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, bernegara musyawarah


merupakan sarana untuk menyatukan hati, mensucikan jiwa, dan menghargai
pendapat orang lain selama empat unsur diatas terpenuhi.

Ayat-ayat yang berkaitan lamgsung dengan musyawarah antara lain,

Qs. Al-Baqarah ayat 233:


‫َاَر اَد َاْن ُّيِتَّم الَّر َض اَع َةۗ َو َع َلى اْلَم ْو ُلْو ِد َلٗه‬ ‫َو اْلَو اِلٰد ُت ُيْر ِض ْع َن َاْو اَل َد ُهَّن َح ْو َلْيِن َك اِم َلْيِن ِلَم ْن‬
‫ُو ْس َعَهاۚ اَل ُتَض ۤا َّر َو اِلَد ٌةۢ ِبَو َلِد َها َو اَل َم ْو ُلْو ٌد‬ ‫ِرْز ُقُهَّن َو ِكْس َو ُتُهَّن ِباْلَم ْع ُرْو ِۗف اَل ُتَك َّلُف َنْفٌس ِااَّل‬
‫َّلٗه ِبَو َلِدٖه َو َع َلى اْلَو اِر ِث ِم ْثُل ٰذ ِلَك ۚ َفِاْن َاَر اَدا ِفَص ااًل َع ْن َتَر اٍض ِّم ْنُهَم ا َو َتَش اُو ٍر َفاَل ُجَناَح‬
‫َع َلْيِهَم اۗ َو ِاْن َاَر ْد ُّتْم َاْن َتْسَتْر ِض ُع ْٓو ا َاْو اَل َد ُك ْم َفاَل ُجَناَح َع َلْيُك ْم ِاَذ ا َس َّلْم ُتْم َّم ٓا ٰا َتْيُتْم ِباْلَم ْع ُرْو ِۗف‬
‫َو اَّتُقوا َهّٰللا َو اْع َلُم ْٓو ا َاَّن َهّٰللا ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن َبِص ْيٌر‬

Artinya:
Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi
yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung
nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani
lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya
dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun
(berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan
persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas
keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka
tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut.
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.

B. Prinsip Dasar Politik Islam

a. Prinsip menunaikan amanah


Prinsip ini mengandung kewajiban setiap orang beriman baik ia sebagai
pejabat (berkuasa) maupun sebagai masyarakat biasa agar menunaikan
amanah yang menjadi tanggungjawabnya, meskipun amanah itu dari sesama
manusia apa lagi dari Allah. Di sisi lain, ayat empat surat an-Nisa' di atas
memperkenalkan prinsip tanggungjawab kekuasaan politik.

b. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan ini, menurut Islam berlaku kepada semua makhluk di bumi
ini, baik manusia secara individu maupun secara berkelompok, beriman atau
tidak beriman, kaya atau miskin, anak-anak atau orang dewasa. Pendek kata.
Prinsip keadilan ini mutlak diiberlakukan dalam semua lini kehidupan. Dalam
al-Quran, istilah yang dipakai untuk makna keadilan adalah: 1) 'Adl, al-qisth,
al-mizan, dan dengan menafikan kezaliman, walaupun pengertian keadilan
tidak selalu menjadi antonim kezaliman (Iberani dan Hidayat, 2003: 178)
M.Quraisy Syihab (1996: 112-113) dalam bukunya "Wawasan Al-Quran"
mengatakan "Islam memandang kepemimpinan sebagai perjanjian Ilahi yang
melahirkan tanggungjawab menentang kezaliman dan menegakkan keadilan.
Kepemimpinan dalam pandangan Islam tidak hanya merupakan hubungan
dengan sesama manusia, tetapi juga menjadi hubungan atau perjanjian antara
Al- lah dan sang pemimpin untuk mempertanggung jawabkannya dengan
berbuat keadilan.

c. Prinsip ketaatan kepada Allah


Rasul dan Ulil Amri Abd. Muin Salim (1994: 231) memberikan pengertian
kalimat "Ulil Amri" dengan makna "Pemilik Pemerintahan," menjalankan
roda pemerintahan dan kekuasaan. Karena itu, makna tersebut mencakup
setiap pribadi yang memegang kendali urusan kehidupan baik urusan
keluarga, tetangga, masyarakat dan negara.

d. Prinsip merujuk kepada Allah dan Rasul jika terjadi perselisihan.


Perselisihan apa pun yang terjadi di antara manusia hendaklah diselesaikan
dengan cara mengembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya (al-Quran dan
Sunnah) sekiranya masalahnya tidak dapat diselesaikan dengan cara
musyawarah dan mufakat. Di samping itu, cara penyelesaian masalah
berdasarkan wahyu menjauhkan orang dari pertengkaran dan perkelahian.
Iberani dan M. Hidayat (2003: 180) mengatakan bahwa musyawarah adalah
pemberian kesempatan kepada anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan dan hak untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan yang
mengikat, baik dalam bentuk aturan-aturan hukum maupun kebijakan-
kebijakan politik.

C. Tantangan dan Prospek Politik Islam


Umat Islam berbeda pendapat tentang kedudukan politik dalam syariat Islam.
Pendapat pertama, menyatakan bahwa Islam adalah agama yang serba
lengkap. Di dalamnya terdapat pula antara lain sistem ketatanegaraan atau
politik. Dalam bahasa lain, sistem politik disebut juga fiqih siasah merupakan
bagian integral dari ajaran Islam. Lebih jauh kelompok ini berpendapat bahwa
sistem ketatanegaraan yang harus diteladani adalah sistem yang telah di
laksanakan oleh Nbai Muhammad saw, dan oleh para khulafa al-Rasyidin
yaitu sistem khilafah.

Kedua, kelompok yang berpendirian bahawa Islam adalah agama


dalampengertian Barat. Artinya agama tidak ada hubungannya dengan urusan
kengearaan. Menurut aliran ini Nabi Muhammad hanyalah seorang Rasul,
seperti rasul-rasul yang lain bertugas menyampaikan risalah Tuhan kepada
segenap alam. Nabi tidak bertugas untuk mendirikan dan memimpin suatu
negara.

Aliran ketiga, menolak bahwa Islam adalah agama yang serba lengkap yang
terdapat di dalamnya segala sistem kehidupan termasuk sistem
ketatanegaraan, tetapi juga menolak pendapat bahwa Islam sebagaimana
pandangan Barat yang hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan.
Aliran ini berpendirian bahwa dalam Islam tidak terdapat sistem
ketatanegaraan, tetapi terdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehiduan
bernegara.

Di era Orde lama dan Orde Baru, Islam politik tidak mendapat posisi dan
ruang publik, hanya setelah reformasi kebebasan menyampaikan apirasi
politiknya terakomodasi, hingga di pemilu 1999 terjadi pemilu multi partai.

BAB X
ISLAM MENGHADAPI TANTANGAN MODERNISASI
1. Konsep Modernisasi
Modernisasi merupakan salah satu faktor berubahnya perubahan sosial di
masyarakat. Modernisasi berpengaruh penting atas perubahan sosial
masyarakat baik itu di pedesaan maupun di perkotaan. Eksistensi modernisasi
di tengah-tengah kehidupan masyarakat membawa perubahan signifikan
dalam bidang kehidupan masyarakat.

kata modernisasi, yakni dari bahasa latin "modo" bermakna "cara" dan
"ernus" bermakna "masa kini". Secara harfiah modernisasi adalah proses
menuju masa kini atau suatu proses menuju masyarakat modern atau proses
menuju era yang kekinian atau masa kini (Rajanbar, 2006).

Secara sederhana, modernisasi diartikan sebagai proses transformasi dari


kebiasaan melakukan hal secara tradisional kekebiasaan melakukan suatu hal
secara modern. Hal ini dipertegas oleh (Abdulsyani, 2015). Modernisasi
adalah suatu tuntunan perubahan suatu kebiasaan masyarakat dari tradisionil
ke arah yang lebih maju dalam berbagai aspek kehidupan. Modernisasi
merupakan kebiasaan atau cara-cara lama atau tradisional masyarakat menjadi
ragam atau cara baru yang lebih unggul dan maju, dengan tujuan untuk
meningkatkan kesmalahatan dan kesejahteraan hidup masyarakat.
Pada umumnya, kata modern yang menunjukkan proses terjadinya perubahan-
perubahan ke arah yang lebih maju, lebih baik, lebih menyenangkan, ke arah
kesejahteraan hidup yang lebih meningkat, tentunya dengan cara yang modern
demi tercapainya tujuan dan cita-cita dengan lebih efektif dan efisien sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan (Wurianto:2018:89-94).
Dengan demikian, modernisasi adalah upaya pembaruan untuk memperbaiki
keadaan yang sebelumnya dengan cara yang efektif dan efisien yang
berorientasi ke masa depan.

Perubahan sosial merupakan perubahan suatu cara atau pola hidup suatu
masyarakat yang sudah berterima karena adanya perubahan kondisi alam atau
lingkungan, material, kebudayaan, jumlah jiwa atau penduduk, cara berpikir
atau ideologi, maupun adanya beragam penemuan baru dalam kehidupan
masyarakat (Lumintang, 2015). Adanya suatu proses perubahan tatanan dan
struktur dalam masyarakat merupakan hasil dari perubahan sosial. Struktur
yang dimaksud adalah pola akal budi (cara pikir) yang bersifat kebaruan
(inovatif), sikap, sosialisasi yang dapat membuat masyarakat memperoleh
penghidupan yang lebih bermartabat dan lebih baik.

Konsep modernisasi terhadap perubahan sosial adalah menjadikan kehidupan


masyarakat yang bersifat tradisional menuju masyarakat yang modern
(Suharto, 2010). Adapun ciri- ciri kemoderenan, yakni tingkat perkembangan
ekonomi yang berkelanjutan, pertumbuhan dan peningkatan dalam bidang
teknologi yang semakin unggul dan cepat. Terdapat ciri-ciri komodernan,
yaitu persaingan kebutuhan manusia, peningkatan dalam bidang teknologi
yang semakin cepat l, dan kebutuhan materi yang dapat berfungsi secara
tepat,efektif,dan efisien dalam tatanan sosial komederan.

Menurut (Bungin, 2011), modernisasi merupakan suatu wujud atau bentuk


peralihan dari kondisi atau keadaan yang kurang berkembang atau maju ke
arah yang lebih unggul, maju, dan mengalami peningkatan dalam berbagai
bidang atau aspek pada kehidupan masyarakat. Peningkatan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat seperti terlihat sekarang
merupakan bukti adanya modernisasi. Berdasarkan pengertian menurut pada
ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa modernisasi merupakan proses
perubahan yang hadir di dalam kehidupan bermasyarakat dan dapat membuat
kehidupan bermasyarakat lebih maju atau meningkat.

Ciri- ciri dari modernisasi

1. Masyarakat dapat bersikap secara heterogen.


2. Mobilitas dalam masyarakat cukup tinggi.
3. Masyarakat tidak memiliki ikatan terhadap adat.
4. Tindakan masyarakat dalam lingkungan terjadinya modernisasi bersifat
rasional
5. Memiliki tingkat organisasi tinggi, terutama dalam disiplin pada diri
sendiri.
6. Sentralisasi wewenang berada dalam pelaksanaan perencanaan sosial.
7. Memiliki sistem pengumpulan data yang bersifat teratur.
8. Berpikir ilmiah yang ada dalam masyarakat melembaga ke dalam
kehidupan penguasan serta masyarakatnya.
9. Penciptaan iklim yang digemari oleh masyarakat melalui modernisasi
dalam penggunaan alat komunikasi massa.

Selain ciri-ciri modernisasi di atas, terdapat ciri-ciri tatanan baru atau


modernitas menunjukkan:

a. terjadi dan berkembangnya ketimpangan dan ketidak adilan sosial:

b. adanya penerapan atau pemanfaatan IPTEK dalam produksi;


c. sitem ekonomi berlandaskan usaha yang kompetitif dan bebas secara
terbuka. (Martono, 2012).

Lebih lanjut martono mengatakan, karakteristik atau ciri kemoderenan adalah:

a. diferensiasi, yakni terjadinya spesialisasi bidang kerja dan profesionalisme


yang memerlukan kecakapan, keragaman, latihan, dan keterampilan;
b. rasionalitas merupakan tanda adanya rasional dan efesiensi pada setiap
ranah kehidupan masyarakat.

1. Contoh Modernisasi di Bidang Budaya


a. perilaku
Pada bidang budaya, salah satu contoh dari modernisasi adalah berubahnya
perilaku masyarakat dari anak-anak hingga dewasa. Contohnya seperti
perubahan perilaku anak di tahun 2021 yang cenderung lebih senang berdebat
atau dapat dengan kritis menjawab pertanyaan orang tua, karena sejak kecil
diberikan pengetahuan yang cukup.

b. Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang mengalami modernisasi pun
turut berubah. Dahulu seperti Jawa, orang-orang kesulitan menggunakan
bahasa Indonesia, karena bahasa kesehariannya adalah bahasa Jawa, sehingga
akan sulit berkomunikasi pada orang orang luar di pulau Jawa.

c. Gaya hidup
Contohnya seperti dahulu, orang-orang tidak terlalu memedulikan gaya
busana hingga makanan. Dahulu, masyarakat Indonesia makan-makanan
seadanya yang dapat di panen melalui hasil kebun atau dengan menyembelih
hewan ternaknya dan umurnya, masyarakat Indonesia dahulu tidak terlalu
pemilih dalam hal makanan.

2. Contoh Modernisasi di Bidang Ekonomi


Dalam bidang ekonomi, modernisasi dapat dilihat melalui contoh berikut ini.
Berkembangnya industri-industri di lingkungan masyarakat, sehingga dapat
memperluas lapangan pekerjaan. Selain itu, perubahan sifat masyarakat yang
semakin konsumtif dan membutuhkan banyak barang maupun jasa, seperti
jasa ojek online, jasa pijat refleksi hingga jasa untuk membelanjakan
kebutuhan sehari-hari. Selain itu, perkembangan dalam bidang teknologi juga
memengaruhi bidang ekonomi, seperti industri atau pabrik yang memproduksi
barang kini lebih banyak menggunakan mesin, dibandingkan manusia. Hal ini
dianggap, karena mesin lebih efektif, murah dan cepat dibandingkan manusia,
sehingga lapangan kerja pun menyempit dan membuat terjadinya pemutusan
hubungan kerja dalam skala besar.

3. Contoh modernisasi di bidang politik


Pada bidang politik, contoh modernisasi dapat dilihat dari pengaruh hubungan
antar negara yang tumbuh dan berkembang dalam skala internasional dan
global. Selain itu, adanya visi dan misi yang membentuk organisasi
internasional dan terdiri dari beberapa negara seperti PBB, ASEAN, UE dan
lain sebagainya. Terjalinnya kerjasama bilateral dan multilateral juga
merupakan salah satu dari contoh modernisasi di bidang politik. Kerjasama
dari berbagai ini merupakan salah satu konsekuensi dari globalisasi dan
diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi kepentingan negara yang
menjalin kerjasama.

4. Contoh Modernisasi di Bidang Sosial


Mudahnya masyarakat mengakses informasi dengan cepat hanya dengan
melalui ponsel saja. Kini telah tersedia banyak media online yang akan selalu
memberikan update mengenai topik-topik yang menjadi daya tarik bagi
pembaca. Kemudahan membaca berita dan mengakses informasi merupakan
salah satu contoh modernisasi di bidang sosial. Selain kemudahan mengakses
informasi, pertumbuhan pada bidang transformasi dan proses distribusi juga
merupakan contoh dari modernisasi dibidang sosial.

B. Peran Pendidikan dalam Menyikapi Tantangan Modernisasi

Al-Qur'an mendidik manusia agar mengaktualisasikan, mengamalkan


kemampuan dan ilmu yang dipunyai. Selalu disebutkan dua kata dalam satu
konteks yaitu amanu (berimanlah) dan amilu al shalihat (amal yang yang
baik). QS.103:3 Artinya, ilmu disatu sisi memang harus dikaji dan
dikembangkan, tapi di sisi lain ilmu harus diekpressikan dan diamalkan,
kedua duanya harus berjalan seiring.

Orientasi kurikulum dalam rangka menjawab berbagai masalah yang dihadapi


masyarakat karena berbagai peradaban dan kebudayaan yang berkembang
adalah kurikulum sekolah masyarakat yang ditawarkan oleh Olson
sebagaimana dikutip oleh Sutari Imam Barnadid, yang mempunyai ciri ciri
sebagai berikut:
1. Memusatkan tujuan pendidikan pada perhatian dan kebutuhan masyarakat.
2. Menggunakan buku buku dan sumber sumber dari sebanyak banyaknya.
3. Mempraktekkan dan menghargai paham demokrasi.
4. Menyusuri jiwa pemimpin dalam lapangan kehidupan
5. Memupuk jiwa pemimpin dalam lapangan kehidupan masyarakat.
6. Mendorong anak didik untuk aktif kerja sama dan saling mengerti antar
sesama.

Etika (ethic) berbicara tentang baik buruk yang bersumber pada nilai-nilai
kemanusiaan dan kebudayaan sehingga dikenal ada etika Barat, etika Timur
dan sebagainya. Sementara akhlakul karimah tidak mengenal konsep regional.
Konsep baik buruk dalam akhlak bertumpuh pada wahyu, meskipun akal juga
mempunyai kontribusi dalam menentukannya. Praktik etiket dalam bahasa
Arab disebut adab atau tata krama yang bersumber dari Al-Quran dan As-
Sunnah. Dalam ranah praktis berteknologi, penyampaian informasi juga
dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan etis sebagaimana dituntunkan
dalam Al-Qur'an. Ini tercermin dalam berbagai bentukahlakul karimah yang
kontekstual dalam menggunakan dan media sosial, antara lain:

1. Menyampaikan informasi dengan benar, juga tidak merekayasa atau


memanipulasi fakta (QS. Al-Hajj:30)

"Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan apa-apa


yang terhormat di sisi Allah. Maka itu adalah lebih baik baginya di sisi
Tuhannya dan telah Dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali
yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-
berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta”

2.Bijaksana, memberi nasihat yang baik, serta argumentasi yang jelas,


terstruktur, dan baik pula (QS. An-Nahl: 125).

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui or- ang-orang yang
mendapat petunjuk".

3. Meneliti fakta/cek-ricek. Untuk mencapai ketepatan data dan fakta sebagai


bahan baku informasi yang akan disampaikan, seorang muslim hendaknya
mengecek dan meneliti kebenaran fakta dengan informasi awal yang ia
peroleh agar tidak terjadi kidzb, ghibah, fitnah dan namimah (QS. Al-Hujarat:
6).

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa
suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu"

4. Tidak mengolok-olok, mencaci-maki, atau melakukan tindakan penghinaan


sehingga menumbuhkan kebencian (QS. AlHujarat : 11).

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki


merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik
dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka
mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan barangsiapa yang bertobat, Maka mereka Itulah orang-
orang yang dzalim".

5. Menghindari prasangka/zu'udzon (Al Hujarat : 12)


"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purbasangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha penerima Taubat dan Maha
Penyayang".

6. Hindari berlebihan bercerita, mengeluh, berdoa di media sosial. Rasulullah


bersabda:

“Setiap umatku mendapat pemaafan kecuali orang yang menceritakan (aibnya


sendiri). Sesungguhnya diantara perbuatan menceritakan aib sendiri adalah
seorang yang melakukan suatu perbuatan (dosa) di malam hari dan sudah
ditutupi oleh Allah swt kemudian di pagi harinya dia sendiri membuka apa
yang ditutupi Allah itu" (HR. Bukhori dan Muslim).

Sikap umat Islam menghadapi modernitas sekarang ini, setidaknya dapat


dikelompokkan menjadi tiga kategori, yakni:

Pertama:
Westernis (PemBaratan atau Pelarian Keluar) Yang mengikuti anggapan,
bahwa seluruh manusia sedang berkembang menuju bentuk kehidupan yang
seragam dan yang berpola Barat. Hanya tahap yang dicapai masing-masing
daerah dan masyarakat yang berbeda, tetapi pada akhirnya semuanya akan
sampai pada "modern" yang sudah dimulai dari Barat dan diberikan beberapa
paradigmanya. Sikap ini telah mendapat banyak kritik, baik dari kalangan
Islammaupun dari luar islam. Secara ilmiah, sikap pemBaratan
mengakibatkan perkembangan ilmu pengetahuan menjadi konsumtif dan tidak
kreatif karena berakar dan tidak banyak melakukan analisis ataupun kritik
berdasarkan prinsip dan asas keilmuan.

Kedua:
Fundamentalis (Ushuli atau Pelarian Ke dalam) Sebutan ini memang banyak
mengandung kelemahan, dan sampai sekarang masih banyak dipersoalkan,
salah satu keberatan karena istilah itu mulanya dipakai dalam kalangan
tertentu dari kalangan Kristen Protestan, yang dalam banyak hal, jauh berbeda
dengan sikap-sikap yang ditampilkan di kalangan Islam yang dipandang
"fundamentalis" tersebut. Kelompok ini dipandang sebagai kelompok yang
anti Barat, memandang dengan segala kecurigaan terhadap segala yang dari
Barat, juga dipandang sangat tertutup dengan perubahan, mereka berusaha
membangun paradigm sendiri yang dianggap muri-islami.

Ketiga:
Keterbukaan Kritis Kelompok ini memiliki sikap yang tidak menolak secara
apriori terhadap luar terutama Barat, tetapi juga tidak menyerah kepadanya.
Sikap ini disatu pihak sadar akan adanya hal-hal baik dan bermanfaat dari luar
lingkungan dan tradisinya sendiri, dan dapat menikmati dan menghargainya,
dan di lain pihak sadar akan nilai dan cita- cita sendiri; dan mengendalikan
hubungan dengan dunia luar atas dasar dan kepentingan nilai dan cita-cita
tersebut.
C. Tantangan Media Sosial dalam Perspektif Islam

1. Manfaat Media Sosial


Adapun manfaat media social bagi anak didik adalah sebagai berikut:

a . Kemampuan beradaptasi
Dengan media social, anak didik akan mampu belajar cara mengembangkan
kemampuan tekhnis dan social yang dibutuhkan mereka dalam menghadapi
era digi- tal. Mereka akan bersosialisasi dengan sahabatnya di media social
dan memanajemen pertemanan mereka.

b. Perluasan jaringan pertemanan


Dengan media social, anak didik bisa menambah Jaringan pertemanan
mereka tanpa harus bertemu dan berinteraksi secara langsung, mereka akan
mendapat kemudahan dalam membuat komunitas yang bermanfaat, yang bisa
memberi kontribusi posistif, dan mendapat info-info terbaru dengan lebih
mudah.

c. Termotivasi
Dengan terbentukanya komunitas pertemanan yang luas, ini akan memotivasi
anak didik dalam mengembangkan diri materi atau pendapat teman-temannya
yang terhubung secara online.

1.Dampak positif dan Dampak negative media social


a. Dampak positif

1). Mudah mendapatkan dan mencari informasi terbaru dalam negeri maupun
luar neger.
2). Tempat promosi yang baik dan murah, melahirkan jiwa entrepreneurship
sejak dini.
3). Mudah beradaptasi dan bersosialisasi dengan memperbanyak pertemanan.
4). Media komunikasi yang mudah, cepat dan efisien.
5). Tempat berbagi/menyimpan foto dan vidio kegiatan sehari-hari.

2. Dampak Negative Media social

Belakangan kita mendengan kata-kata media social dapat mendekatkan yang


jauh dan menjauhkan yang dekat". Tentu saja bukan? Di media social, kita
bebas berkomunikasi dan berinteraksi dengan siapa pun dari berbagai belahan
dunia. Selagi tempat itu mudah sinyal internetnya, maka jaringan mudah
terhubung. Sewaktu-waktu kita bisa mengakses informasi- informasi terbaru.
Namun media social juga mengakibatkan hal- hal yang negatif bagi
penggunanya. Ketika seseorang sudah begitu asyik dengan dunia mayanya,
maka akan melupakan dunia nyatanya. Mereka akan lebih leluasa dan nyaman
mengungkapkan pendapat juga perasaan mereka. Sehingga hal ini dapat
berpengaruh buruk pada penggunanya.

Dampak negatif penggunaan media sosial antara lain:


1.) Individualis dan egoism ( Berinteraksi cukup di media sosial, tidak butuh
berinteraksi secara langsung dengan tatap muka)
2) Mengganggu kegiatan belajar anak didik
3) Bahaya kejahatan
4) Bahaya penipuan
5) Kecanduan game online
6) Tidak semua user bersikap sopan
7) Menggangu komunikasi dan kehidupan keluarga
8) Pornografi
9) Kenakalan remaja

Kecanggihan ilmu tekhnologi ibarat buah simalakama, tidak mengikuti


perkembangan zaman maka akan tertinggal dari segala informasi dan
kemudahan, akan tetapi jika diikuti tanpa kesadaran dan pengawasan secara
langsung terhadap pengguna (anak didik) oleh orang tua dan guru, maka hal
ini juga banyak merusak perkembangan moral anak didik. Perkembangan
zaman dan tekhnologi khususnya media social tidak bisa dihindari maupun
dihentikan, karena ini juga kebutuhan dunia dalam rangka menyongsong era
revolusi in- dustry 4.0. maka sebagai penggerak di dunia pendidikan, sudah
kewajiban kita agar bisa membina dan mengarahkan anak didik.

Pengetahuan-pengetahuan terbaru mudah didapatkan dan anak didik bisa


belajar agama melalui media online. Akan tetapi media social ini juga
memberi ancaman yang bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak didik
dalam hal pendidikan karakter. Antara lain:

1) Ketika anak lebih asyik dengan dunia mayanya, maka sifat individualis,
egoisme dan rasa malas akan muncul.
2) Rasa simpati dan empati kepada orang sekitar berkurang.
3) Tidak disiplin waktu dalam berkegiatan (belajar dan melaksanakan ibadah)
karena dimana-mana tidak bisa lepas dari HP/Android.
4) Kemudahan akses pertemanan mengakibatkan mudahnya timbul bahaya
penipuan dan kejahatan.
5) Pergaulan remaja yang tidak terkontrol, karena ada pengguna yang berani
akses dan upload sesuatu yang berkaitan dengan pornografi.
6) Sifat sombong, pamer, riya' dan beberapa sifat yang ada pada ahlakul
madzmudah cenderung muncul lebih banyak dikarenakan segala sesuatu yang
dilakukan dan yang dimiliki di upload dalam laman akunnya.
7) Anak didik mudah mencontoh hal-hal yang tidak baik dengan melakukan
berbagai challenge negative yang ada pada media social.
8) Kecanduan game online.

Dari beberapa peluang dan ancama media social dalam pendidikan karakter
anak di atas, maka jelas bahwa media social berpengaruh terhadap pendidikan
karakter anak baik secara langsung maupun tidak langsung, baik dalam waktu
yang singkat maupun yang lama. Orang tua dan guru sebaiknya memberikan
kebebasan yang bertanggung jawab dan pengawasan secara langsung. Karena
di televisi maupun berita-berita online, tidaklan sedikit remaja yang menjadi
korban kejahatan dan penipuan di media social. Dengan demikian, ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk orang tua dan guru yaitu
melakukan pembinaan dan pengawasan secara intens dan berilah kesempatan
kepada anak untuk berinteraksi dan bersosialisasi yang bertanggung jawab
karena Media social juga mempunayi efek-efek tertentu terhadap fisik
seseorang.

Anda mungkin juga menyukai