Anda di halaman 1dari 23

AKHLAK SOSIAL

Disusun oleh:

1. Irma Haditya Saputri (2010302006)


2. Liling Aini Zarqo (2010302007)
3. Nawang Puspitasari (2010302008)
4. Nurlia Etiana (2010302009)
5. Pesona Riyanti Wahyu (2010302010)

Prodi S1 Kebidanan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Cirebon

Jl. Kalitanjung No.14 - 18 A, Harjamukti, Kec. Harjamukti, Kota Cirebon

Tahun 2020
1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Mata Kuliah Al-Islam
Kemuhammadiyahan (AIK) tentang Akhlak Sosial tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam
tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Akhlak sosial” dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak.
Kami berharap makalah dapat menambah pengetahuan serta dapat menjadi referensi dalam
membaca. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah
membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi.
Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah pengabdian kepada
masyarakat ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Cirebon, 29 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... 2


DAFTAR ISI ......................................................................................... 3
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................. 5
A. LATAR BELAKANG ............................................................... 5
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................... 7
C. TUJUAN MASALAH ............................................................... 7
BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................... 8
A. Pandangan Islam Tentang Kehidupan Sosial ............................. 8
B. Masyarakat Dambaan Islam ...................................................... 10
a. Pengertian ....................................................................... 10
b. Tahapan-Tahapan Islam ................................................. 10
1. Tuhidullah .......................................................... 10
2. Ukhuwah Islamiah .............................................. 10
3. Persamaan Dan Kesetiakawanan ........................ 10
4. Musyawarah Dan Tasamuh ................................ 10
5. Jihad Dan Amal Saleh ........................................ 11
6. Istiqomah ............................................................ 11
C. Toleransi Dalam Perspektif Islam ............................................. 11
D. Prinsip-Prinsip Dalam Mewujudkan
Kesejahteraan Sosial ................................................................. 13
1. Prinsip Tauhid Atau Monotoisme .................................. 13
2. Prinsip Peribadatan yang Indah, Dinamis dan Natural . . 14
3. Prinsip Muamalat ........................................................... 15
4. Prinsip Kegunaan Akal ................................................... 15
5. Prinsip Sistem Nilai Atau Akhlaktul Karimah ............... 16
6. Prinsip keberhasilan Jiwa Dan Raga .............................. 16
7. Prinsip Al-Qur’an Sebagai Softwere .............................. 17
8. Prinsip Persaudaraan ...................................................... 18
9. Prinsip Bermasyarakat .................................................... 19
10. Prinsip Membela Kebenaran .......................................... 19
11. Prinsip Keberlanjutan Dan Tidak Boleh Berhenti .......... 19
12. Prinsip Berserah Diri Kepada Allah SWT ..................... 20
E. Pandangan Islam Terhadap Persoalan Kemiskinan,
Kebodohan Dan Pengangguran .................................................. 20

3
 Tentang Kemiskinan ...................................................... 20
 Tentang Kebodohan ....................................................... 20
 Pengangguran ................................................................. 20
BAB III
PENUTUP ............................................................................................. 22
A. KESIMPULAN ......................................................................... 22
B. SARAN ...................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 23

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Akhlak dalam Islam menjadi sesuatu yang penting dan berguna bagi umatnya.
Akhlak menjadi suatu yang akan membuat seseorang mendapatkan kebahagiaan di dunia
maupun di akhirat. Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur sedetail-detailnya
segala sesuatu. Islam adalah agama yang selamat dan juga menyelamatkan. Islam adalah
agama yang sempurna dan agama yang mengatatkan bagi siapa yang mengikuti ajarannya
dengan benar sesuai yang diperintahkan Allah dan Rasulnya. Islam sendiri berarti
istislam penyerahan diri kepada yang pemberi selamat, dan Islam juga berati salâm yang
berarti keselamatan. Keselamatan yang diberikan Allah kepada umat Islam bukan hanya
sekedar keselamatan di dunia semata akan tetapi keselamatan yang kekal abadi juga
Allah berikan kepada umat Islam, yaitu keselamatan di akhirat. Islam bukan hanya
sekedar penyerahan diri dan tunduksaja, tapi Islam juga memiliki konsekwensi yang
harusdilaksanakan oleh pemeluknya.
Pendidikan adalah salah satu sarana untuk membentuk kepribadian manusia,
sebagaimana tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia. Dengan kata lain,
manusia adalah khalifah di muka bumi ini yang memiliki tanggung jawab untuk
memakmurkan bumi dan menjadi manusia sebaikbaiknya. Sebagaimana Firman Allah
dalam al-Qur’an:
‫بِّ ُح‬J ‫ َّد َماء َونَحْ نُ نُ َس‬J ‫ك ال‬ ُ ِ‫ض َخلِ ْيفَة قَال ُو ْا َأتَجْ َع ُل فِ ْيهَا َم ْن يُ ْف ِس ُد فِ ْيهَا َويَ ْسف‬ َ ْ‫ك لِ ْل َماَل ِئ َك ِة اِنِّي َجا ِع ٌل فِي ااْل َر‬
َ ُّ‫َوِإ ْذ قَالَ َرب‬
30:‫ قا َ َل اِنِّ ْي َأ ْعلَ ُم َمااَل تَ ْعلَ ُموْ نَ (البقرة‬،َ‫ك َونُقَدِّسُ لَك‬ َ ‫بِ َح ْم ِد‬
( “Dan ketika Rabbmu berkata kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku menciptakan
Khalifah di muka bumi, malaikatpun berkata: Apakah Engkau menciptakan orang yang
berbuat kerusakan di muka bumi dan juga menumphkan darah? Sedangakan kami selalu
bertasbih dan mensucikan-Mu, Allah berkata: Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui
sedangkan kamu tidak mengetahui”.QS: al-Baqarah(2): 30.
Menurut Thobari dalam tafsirnya ayat di atas adalah bahwa Allah menjadikan
dimuka bumi ini khalifah yaitu nabi Adam as. Atau manusia pertama yang Allah
ciptakan. Adapun pertanyaan malaikat tersebut bukan untuk menentang Allah akan tetapi
untuk meminta petunjuk, karena sesungguhnya Malaikat adalah makhluk yang patuh dan
tidak suka menetang atau selalu patuh dan bagi malaikat tidak ada ilmu apapun kecuali
hanya yang diajarkan Allah saja3 , sebagaimana dalam al-Qur’an:
32:‫ك اَل ِع ْل َم لَنَا اِاَّل َما َعلَّ ْمتَنَا اِنَّ َكَأ ْنتَ ْال َعلِ ْي ُم ْال َح ِك ْي ُم (البقرة‬ َ َ‫قَالُوْ ا ُس ْب َحن‬
“Para malaikat berkata:”Maha Suci Engkau ya Allah, tidak ada Ilmu bagi kami
kecuali apa yang Engkau ajarkan, Sesungguhnya hanya Engkaulah yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. QS: al-Baqarah(2): 32. Ayat di atas menggambarkan
tentang ketidaktahuan malaikat terhadap sesuatu dan hanya Allah saja yang Maha

5
Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Menurut Zamkhsyari tentang khalifah pada ayat ini
adalah nabi Adam As. dan keturunannnya yang datang sesudahnya (nabi-nabi sesudah
nabi Adam As.5 sebagaimana disebutkan dalam surat shad ayat 26
26 :‫ض ص‬ َ ‫اج َع ْلنَا‬
ِ ْ‫ك خَ لِ ْيفَةً فِ ْي االَر‬ َ َّ‫اِن‬:
“Sesungguhnya Kami menciptakan engkau sebagai khalifah di muka bumi” QS.
Shad(38): 26

Ibnu Katsir juga mengemukakan hal yang sama dengan Zamakhsyari, beliau
mengatakan bahwa khalifah yang dimaksud adalah Nabi Adam As. dan anak cucu nya,
bahkan Ia mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Khalifah pada ayat ini adalah suatu
kaum yang akan menggantikan kaum lainnya dan datang satu generasi ke generasi,
sebagaiman pula disebutkan di dalam surat al-An’am ayat 165, “Dialah Allah yang
menjadikan kamu khalifh-khlaifah di ‫ قَالُوْ ا َأتَجْ َع ُل فِ ْيهَا َم ْن يُ ْف ِس ُد فِ ْيهَا‬disebutkan ayat terusan pada”,
bumi muka untuk bukanlah malaikat oleh dilontarkan yang pertanyaan ‫ ِّد َما َء‬JJ‫فِ ُك ال‬JJ‫َو يَ ْس‬
mendahului atau mengingkari Allah, akan tetapi untuk mendapatkan informasi ataupun
pengetahuan dan juga untuk mengetahui hikmah dari penciptaan manusia (khalifah) di
muka bumi ini.
Manusia akan dimintai pertanggung jawabannya di a khirat kelak. ،‫اعيْل‬ ِ ‫ َم‬J‫َح َّدثَنَا اِ ْس‬
‫ اَاَّل ُآلُّ ُك ْم‬:‫ا َل‬JJَ‫لَّم ق‬J‫ ِه َو َس‬J‫لَّى اهللاُ َعلَ ْي‬J‫ص‬ َ ‫ض َي اهللا َع ْنهُ َما اَ َّن َرسُوْ ُل اهللا‬ ِ ‫ ع َْن َع ْب ِد اهللا ب ِْن ُع َمر َر‬،‫ ع َْن َع ْب ِد اهللا ب ِْن ِد ْينَار‬،‫َح َّدثَنِ ْي َما لِك‬
‫َأ‬ ‫ُآ‬
ْ
‫ُؤ وْ ٌل‬J‫ َو َم ْس‬Jُ‫ ِل بَ ْيتِ ِه َوه‬J‫اع َعلى ه‬َ ْ
ٍ ‫ ُل َر‬Jُ‫ َوال َّرج‬,‫ ِه‬Jِ‫ُؤ وْ ٌل عَن َر ِعيَّت‬J‫اس َوه َُو َم ْس‬ ِ َّ‫اع َعلَى الن‬ ٍ ‫م اَّل ِذيْ َر‬Jُ ‫ فَااْل ِ َما‬،‫اع َو لُّ ُك ْم َمسُْؤ وْ ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه‬ ٍ ‫َر‬
‫ اَاَّل‬,ُ‫ه‬J ‫ُؤ وْ ٌل َع ْن‬J ‫ َو َم ْس‬J ُ‫يِّ ِده َوه‬J ‫ا ِل َس‬JJ‫اع َعلَى َم‬
ٍ ‫ر‬
َ ‫ل‬J
ِ J‫ج‬ ُ ‫ر‬َّ ‫ل‬ ‫ا‬ ُ
‫د‬ J ْ
‫ب‬ ‫ع‬
َ ‫و‬
َ ‫م‬
ْ ُ ‫ه‬‫ن‬ْ ‫ع‬
َ ‫ل‬
ٌ ْ‫و‬‫ُئ‬ J ْ
‫س‬ ‫م‬ ‫و‬
َ َ ‫ا‬J
J َ ‫ه‬ ‫ج‬
ِ ْ‫و‬ َ‫ز‬ ‫ت‬
ِ ْ
‫ي‬ َ ‫ب‬ ‫ل‬ِ J ْ
‫ه‬ َ ‫ا‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ‫َّة‬ ‫ي‬ ‫ع‬
ِ ‫ا‬ ‫ر‬
َ ُ ‫ة‬‫َأ‬ ْ‫ر‬J
J‫م‬ ‫ل‬
َ َْ
‫ا‬ ‫و‬ ،
ِ ‫ه‬J
J ِ ِ ‫ع َْن‬
‫ت‬َّ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫ر‬
َ
ِ ‫اع َو ل ُك ْم َمسُْؤ وْ ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه(رواه الب‬ ُّ ‫ُآ‬ ُّ
) ْ‫ُخَاري‬ ٍ ‫فَ ُكل ُك ْم َر‬
“Menceritakan kepada kami ismail, menceritakan kepadaku Malik, dari Abdullah
bin Dinar, dari Abdullah bin Umar, RA. Sesungguhnya Rasulullah Saw telah bersabda:
Setiap kamu adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawabnnya, maka imam
adalah pemimpin bagi manusia dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya, suami
adalah pemimpin pada keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya
terhadap keluarganya tersebut, begitu juga istri, ia adalah pemimpin terhadap keluarga
dan anak-anaknya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya akan hal tersebut,
seorang budak adalah pemimpin terhadap tuannya dan harta tuannya dan ia akan dimintai
pertanggungjawabannya terhadap apa yang ia pimpin, setiap kamu adalah pemimpin dan
akan dimintai pertanggung jawabannya”. HR. Bukhari. Pertanggungjawaban manusia di
hadapan Allah adalah hal yang sangat penting bagi manusia dan tanggung jawab sebagai
khalifa di bumi ini hendaknya bisa menjadikan manusia yang berkualitas, berakhlak
mulia dan bisa member manfaat kepada yang lainnya. Kitab Tafsir al-Qur’an al-‘aim
merupakan kitab tafsir bil ma’ur dengan memaparkan tafsiran al-Qur’an dengan al-
Qur’an, al-Qur’an dengan Hadi Rasulullah Saw. dan juga perkataan para sahabat.
Kitab Tafsir alKasyf oleh Zamakhsyari merupakan salah satu kitab yang terkenal
perwakilan kitab tafsir bi ar-Ra’yi. Beliau adalah orang yang pandai dalam balaghah,
sehingga dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an beliau lebih banyak menggali al-Qur’an
dari segi keindahan bahasa. Penulis memilih dua buku ini sebagai bahan perbandingan

6
untuk mengetahui bagaimana kedua mufassir ini menafsirkan surat an-Nisa(4): 135-139
mengenai pendidikan akhlak. Pada dasarnya pendidikan akhlak adalah pendidikan yang
berusaha meluruskan naluri dan kecenderungan fitrah seseorang yang membahayakan
masyarakat, dan membentuk kasih sayang mendalam yang akan menjadikan seseorang
merasa terikat untuk melakukan amalan yang baik dan menjauhi amalan yang
buruk.Pendidikan Akhlak ternyata sejalan dengan program pemerintah Indonesia.Sejak
tahun 2010, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional merancang penerapan
pendidikan karakter bagi semua tingkatan pendidikan, baik sekolah dasar maupun
perguruan tinggi. Pembahasan tentang pendidikan akhlak ternyata sudah jauh-jauh hari
dibahas oleh para cendikiawan muslim. Imam Abu Hamid al-Ghazali termasuk salah
satunya yang membahas tentang akhlak ini.
Beliau mengatakaan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam diri
seseorang, sifatnya spontan dan tanpa berpikir panjang ketika akan melakukannya. Pada
masyarakat yang berada di era digital dan serba maju ini terdapat dekadensi moral yang
terjadi pada peserta didik. Banyak berita di TV, majalah, media socialyang menyebutkan
beberapa prilaku yang sangat mengenaskan. Seperti pelajar tauwan, peserta didik yang
bolos, berani melawan bahkan membunuh orang tua, teman dan saudara atau masih
ditemukan siswa yang notabene berpendidikan agama juga masih meninggalkan shalat,
tidak hormat orang tua, tidak berjilbab keluar rumah bagi yang putri dan lain sebagainya.
Hal ini membuat hati penulis tersentuh untuk melakukan penelitian ini dengan
menjadikan al-Qur’an sebagai jawaban dari masalah-masalah yang terjadi di lingkungan
masyarakat dewasa ini. Penulis memilih ayat-ayat pilihan dalam al-Qur’an yang dapat
menjelaskan secara nyata tentang pendidikan akhlak dan penulispun akhirnya
memutuskan untuk memilih surat an-Nisa (4): 135-139 dan memberi judul pada tesis ini
adalah Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Surat an-Nisa (4): 135-139 Perspektif Ibnu
Katsir dan Zamakhsyari.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui Tentang Pandangan Islam Tentang Kehidupan Social
2. Mengetahui Tentang Pengertian Masyarakat Dambaan Islam
3. Mengetahui Tentang Inter Dan Antar Umat Beragama Dalam Islam
4. Mengetahui Tentang Prinsip-Prinsip Islam
5. Mengetahui Tentang Pandangan Islam

C. TUJUAN MASALAH
Mahasiswa dapat mengskrining secara komprehensif, menditeksi masalah pada Akhlak
Sosial dan memberikan Al-Islam Kemuhammadiyahan (AIK).

BAB II

7
PEMBAHASAN

A. KEHIDUPAN SOSIAL MENURUT ISLAM


Sebenarnya kami tidak ingin mebandingkan antara kehidupan sosial menurut Islam dengan
Kapitalisme, sebab memang tidak ada titik pertemuannya antara kedua faham ini, kecuali dalam
persoalan bahwa setiap seseorang itu mempunyai hak penuh dalam pemilikan serta adanya
kelonggaran untuk berlomba-lomba dalam lapangan produksi. Namun hak memiliki dalam
ajaran kehidupan sosial menurut Islam harus tunduk kepada kemaslahatan ummat dan
masyarakat, sedang dalam doktrin kapitalisme adalah sebaliknya yakni kemaslahatan ummat dan
masyarakat yang harus tunduk kepada kemaslahatan kapital.

Demikian pula mengenai kebebasan berlomba-lomba yang diizinkan oleh kehidupan


sosial menurut Islam melapangkan jalan berlomba-lomba itu untuk setiap manusia dengan tujuan
supaya meratakan rasa saling mencintai, tolong-menolong dan akhirnya dapat menciptakan
kebahagiaan di seluruh masyarakat, sedangkan kapitalisme memberikan kelonggaran yang
sedimikian itu dengan akibatnya yang sangat membahayakan yakni menimbulkan pertentangan,
perselisihan dan kegoncangan di kalangan masyarakat ramai.

Memang sebenarnya tidak ada titik pertemuan antara kehidupan sosial menurut Islam
dengan Kapitalisme itu, sebagai kenyataan politik. Karena kapitalisme barat penuh berlumuran
dengan darah bangsa-bangsa. Kapitalisme barat adalah pendorong yang amat besar menuju
penindasan dan penjajahan, penghisapan antara manusia terhadap manusia. Dari daki-daki dan
kotoran-kotoran itu semerbaklah bau busuknya, berupa perbudakan, penjajahan, penggarongan
hak dan perampasan, perampasan tenaga dan keringat manusia. Jadi sekali lagi perlu
ditandaskan, bahwa benar-benar tidak ada titik-titik pertemuannya sama sekali antara kehidupan
sosial menurut Islam dengan kapitalisme, baik dalam bidang atau segi apa pun juga, tidak cocok
dalam aliran perekonomian dan tidak pula sesuai dalam kenyataan politik.

Kehidupan sosial menurut Islam bukanlah kehidupan sosial ala darwisy, ala pertapa atau
ahli zuhud (yang keliru) sebagaimana halnya sebagian kaum Sufi atau kaum faqir miskin Hindu
(yugi), yang menjauhi harta dan enggan memilikinya sebab takut akan menanggulangi kesulitan-
kesulitan kehidupan atau tidak berani mempertanggung jawabkannya. Kehidupan sosial menurut
Islam tidaklah demikian, tetapi suatu bentuk kehidupan sosial yang modern, sangat dibutuhkan
oleh siapa pun, pembangunan yang paling sempurna untuk meneggakan masyarakat yang paling
modern yang berkebudayaan tinggi. Kehidupan Sosial menurut Islam dengan penetapannya-
penetapnnya yang dimaksudkan untuk menjamin panca hak asasi manusia serta undang-
undangnya yang meliputi pengayoman masyarakat, salah satu corak sosial yang memerangi
kemiskinan, kesakitan, kebodohan, ketakutan dan kehinaan.

8
Kehidupan Sosial menurut Islam memberikan taraf kehidupan yang tinggi kepada seluruh
manusia di dalam masyarakat. Sebagaimana kita maklumi bahwa yang dimaksudkan dalam
pengertian kebutuhan-kebutuhan pokok (bukanlah hanya makanan dan minuman), ialah rumah
kediaman, nafqah keluarga untuk selama setahun penuh, kendaraan atau pengangkutan, juga
senjata, kitab-kitab yang berisi ilmu pengetahuan dan perkakas-perkakas untuk bekerja. Oleh
sebab itu barangsiapa yang memiliki barang-barang yang dianggap sebagai kebutuhan-kebutuhan
pokok di atas belumlah dianggap kaya yang diwajibkan mengeluarkan zakat.

Kehidupan Sosial menurut Islam dilaksanakan prinsip-prinsipnya untuk seluruh


warganegara dalam suatu negara, baik dari golongan Muslimin atau bukan. Sebabnya demikian
ialah karena prinsip-prinsipnya serta hak-hak yang diberikan kepada tiap-tiap warganegara itu
adalah merata, secara umum, tidak seorang pun dapat dikecualikan. Masih teringat sama kita
semua bagaimana orang-orang kafir dzimmi menikmati hak pengayoman masyarakat di dalam
negara Islam yang waktu itu di bawah pimpinan Khalifah Umar bin Khattab r.a., tidak ada
perbedaan sama sekali antar penduduk yang beragama Islam atau yang bukan Islam. Seluruhnya
merata.

Kehidupan Sosial menurut Islam menghendaki supaya rakyat bekerjasama dengan


pemerintah untuk merealisasikan pengayoman masyarakat, misalnya dalam peraturan nafqah
keluarga dan lain-lain. Oleh sebab itu keuntungannya adalah amat banyaknya, seperti
meringankn beban negara dalam neraca keuangannya, mengekalkan rasa ikatan yang didasarkan
kepada kecintaan dan kemesraan, juga untuk mempererat tali kekeluargaan antara seluruh
ummat. Dasar-dasar faham kehidupan sosial menurut Islam itu ampuh. Oleh sebab itu dapat
cocok dan sesuai untuk diterapkan di dalam masa apa pun, sekalipun suasana berubah-rubah,
keadaan berganti-ganti, masyarakat makin maju atau keintelektualan makin bertambah.

Kehidupan Sosial menurut Islam itu musuh utama dari kemewahaan ataupun hidup
berfoya-foya, baik di musim perang atau di waktu damai. Jadi jauh sekali dengan apa yang
terjadi dalam aliran sosialisme atau negara-negara yang baru tumbuh, rakyat di situ diharuskan
menjauhi kemewahan dan cara hidup berfoya-foya itu hanya di waktu dalam musim peperangan
saja, sedang di waktu damai bukan semata-mata kemewahan tetapi bergejolaknya hawa nafsu
menjadi merajalela.

Kehidupan Sosial menurut Islam menetapkan bahwa pemerintah, negara serta alat-
alatnya dan juga golongan-golongan yang sedang berkuasa wajib tunduk kepada kehendak
rakyat. Jadi berbeda dengan sosialisme ala komunis, yang mengharuskan rakyat supaya tunduk
dan patuh selalu kepada kemauan segolongan kecil yang sedang berkuasa.

Pengayoman masyarakat yang diciptakan oleh kehidupan sosial menurut Islam itu lebih
luas pengertiannya daripada yang dijadikan pengertian oleh aliran sosialisme. Sebagaimana kita
telah maklumi dalam pembahasan-pembahasan yang dilakukan oleh fonding father kita bapak
Syafrudin Prawiranegara didalam bukunya "Islam sebagai Pedoman Hidup" dan juga

9
pembahasan-pembahasan yang dilakukan oleh Dr Musthafa Husni Assiba'i di dalam kitab beliau
yang berjudul "Kehidupan Sosial Menurut Islam: Tuntunan Hidup Bermasyarakat" mengenai
pengayoman masyarakat. Pengayoman masyarakat meurut Islam lebih menjamin kehormatan
dan kebahagiaan manusia dalam masyarakatnya.

Kehidupan Sosial menurut Islam bukan semata-mata merupakan teori saja, sebagaimana
yang terdapat dalam agama-agama kuno, juga bukan didasarkan atas belas kasihan atau iba hati,
sebagaimana yang terdapat dalam aliran-aliran atau madzhab-madzhab sosialisme di masa
kebangkitannya di Eropa sebelum Marxisme. Tetapi kehidupan sosial menurut Islam adalah
berupa amalan yang nyata yang disertakan pula dengan adanya syari'at yang harus dipatuhi oleh
segenap ummat manusia, seperti juga undang-undang negara yang lain.

B. Masyarakat dambaan islam


a. Pengertian

Masyarakat dambaan islam adalah masyarakat dengan semangat islam sebagai


penyatunya. Masyarakat islam mempunyai sebutan khusus yaitu ummat. Masyarakat islam
merupakan yang memiliki semangat islam untuk membentuk tatanan-tatanan yang bersumber
dari hukum yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.

b. Tatanan-tatanan islam
1. Tauhidullah
Artinya setiap individu yang merasa menjadi anggota masyarakat Islam semestinya
mendasarkan hidupnya pada prinsip tauhid yaitu mengesakan Allah dan tercermin dalam
segi kehidupan.
2. Ukhuwah islamiah
Artinya hubungan yang dijamin oleh rasa cinta dan didasari oleh akidah dalam bentuk
persahabatan bagaikan satu bangunan yang kokoh. Dengan sendi Tauhidullah, anggota-
anggota masyarakat Islam berpandangan hidup yang sama, sehingga terjemalah pertautan
hati satu sama lain yang melahirkan ikatan persaudaraan di atas Budi pekerti-akhlak yang
mulia. Terkikis penyakit egoisme, individualisme serta materialisme yang hanya
mementingkan diri sendiri.
3. Persamaan dan Kesetiakawanan
Bila hidup menyadari sebagai hamba Allah, maka hanya Allah-lah Yang Maha Kuasa
dan Maha Mulia, dirinya hanya sebagai hamba, tidak akan terbetik dari hatinya perasaan
lebih mulia dari sesamanya, menumbuhkan kesetiakawanan yang bersumber dari
kedalaman lubuk hati yang diteduhi iman. Cintanya kepada sesama manusia merupakan
wujud kecintaan pada Allah. Perbedaan-perbedaan yang tampak, akan dijadikan sarana
untuk saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan, bukan untuk saling
menghancurkan.
4. Musyawarah dan tasamuh

10
Dalam Islam, musyawarah adalah suatu amalan yang mulia dan penting sehingga peserta
musyawarah senantiasa memperhatikan etika dan sikap bermusyawarah sambil
bertakwalah kepada Tuhan Yang Maha Mengetahui Maha Bijaksana. Lapangan atau
objek musyawarah adalah segala problema kehidupan manusia. Dalam bahasa Arab arti
tasamuh adalah "sama-sama berlaku baik, lemah lembut, dan saling pemaaf." Dalam
pengertian istilah umum, tasamuh adalah "sikap akhlak terpuji dalam pergaulan. Di mana
terdapat rasa saling menghargai antara sesama manusia dalam batas-batas yang
digariskan oleh ajaran Islam".
5. Jihad dan amal saleh
Jihad mengandung arti bekerja dengan kesungguhan hati, berusaha mencapai hasil yang
sebaik-baiknya. Itulah jihad, yang merupakan karakter seorang mukmin. Ia terus bekerja
dan berusaha menciptakan kesejahteraan untuk dirinya, keluarganya dan masyarakatnya
serta bangsa dan bangsa dan Negaranya sebagai wujud amal shaleh ya. Tepatlah
ungkapan Nabi bahwa Mukmin itu seperti lebah, energik, disiplin, memberi manfaat dan
tidak merusak lingkungan.
6. Istiqomah
Artinya lurus terus, maksudnya setiap muslim akan tetap memegang dan
memperjuangkan kebenaran yang datang dari Allah.

C. Toleransi Dalam Perspektif Islam

Islam secara harfiah dimaknai tunduk, patuh, dan pasrah, keselamatan, kemanan dan
kedamaian. Jadi, berdasarkan pemaknaan di atas, sebagai seorang muslim dalam konteks
kehidupan berbangsa dan bernegara harus bisa menjadi pemberi keselamatan, senantiasa
menciptakan kerukunan dan memberi rasa aman kepada orang lain, atau yang disebut dengan
toleran. Sikap toleransi sangatlah penting sebagai alat pemersatu bangsa. Tanpa adanya toleransi
kehidupan yang penuh dengan kemajemukan dan perbedaan ini tidak akan pernah bersatu.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kemanjemukan yang cukup tinggi. Suku,
budaya yang cukup beragam dan bahasa daerah yang cukup banyak, maka sangat dibutuhkan
sikap toleransi yang diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di dalamnya. Setiap
orang harus saling mengerti dan memahami akan arti perbedaan.

Namun fenomena yang terjadi akhir-akhir ini masih banyak terjadi gejolak sosial yang timbul
dari akibat kurang bisa menegakkan sikap toleransi, khususnya sikap toleransi antarumat
beragama. Toleransi merupakan bagian dari visi teologi islam sejatinya harus dikaji  secara
mendalam dan diaplikasikan dalam kehidupan beragama karena ia adalah suatu keniscayaan
sosial bagi seluruh umat beragama dan merupakan jalan bagi terciptanya kerukunan antarumat
beragama.

Toleransi atau as-samahah (arab) adalah konsep modern untuk menggambarkan sikap saling
menghormati dan saling bekerjasama diantara kelompok masyarakat yang berbeda-beda baik
secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Oleh karena itu toleransi merupakan

11
konsep yang bagus dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama-agama
termasuk agama islam.

Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, islam memiliki konsep yang jelas. “Tidak ada
paksaan dalam agama, bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami” adalah contoh
populer dari toleransi dalam islam. Fakta-fakta historis itu menunjukan bahwa masalah toleransi
dalam islam bukanlah konsep asing atau ghorib. Toleransi adalah bagian integral dari islam itu
sendiri yang detail-detailnya kemudian dirumuskan oleh para ulama dalam karya-karya tafsir
mereka. Kemudian rumusan-rumusan ini disempurnakan oleh para ulama dengan pengayaan-
pengayaan baru sehingga pada akhirnya menjadi praktik kesejahteraan dalam masyarakat islam.

Istilah lain, toleransi berasal dari kata “tolerare” yang berasal dari bahasa latin yang berarti
dengan sabar membiarkan sesuatu. Toleransi dalam bahasa belanda adalah “tolerantie”,
sedangkan dalam bahasa inggris adalah “tolerantion”. Toleransi menurut kamus besar bahasa
Indonesia (KBBI) memiliki makna sifat atau sikap menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan) terhadap pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan dan kelakuan)
yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.

Konsep toleransi atau tasamuh dalam pandangan islam mengandung konsep rahmatal lil
‘alamin. Sekalipun Al-Qur’an tidak secara tegas menjelaskan tentang tasamuh, namun banyak
ditemui beberapa tema yang terkait dengan ini, diantaranya rahmat dan kasih sayang (QS Al-
Balad), Al-Afw atau memaafkan (QS An-Nur:22), Al-Safh atau berlapang dada (QS Al-Zukhruf:
89), Al-Salam atau keselamatan (QS Al-Furqon : 63), Al-‘Adl atau keadilan, Al-Ihsan atau
kebaikan (QS An-Nahl:90) dan Al-Tauhid yang berakna menuhankan Allah Swt (QS Al-Ikhlas :
1-4).

Sikap Toleransi :
Sikap toleransi dan menghargai tidak hanya berlaku terhadap orang lain, tetapi juga kepada diri
sendiri, bahkan sikap toleran harus dimulai dari diri sendiri. Rasulullah saw mengingatkan agar
ia memperhatikan dirinya dan memberi hak yang proporsional: “sesungguhnya  tubuhmu punya
hak (untuk kamu istirahtkan) matamu punya hak (untuk dipejamkan) dan istrimu juga punya hak
(untuk dinafkahkan)”. (HR Bukhori).

Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh islam. Islam secara definisi adalah
agama yang damai, selamat dan menyerahkan diri. Definisi islam yang seperti demikian
seringkali dirumuskan dengan istilah “islam adalah agama yang rahmatal lil ‘alamin” (agama
yang mengayomi seluruh alam). Artinya islam selalu menawarkan dialog dan toleransi dalam
bentuk saling menghormati bukan memaksa. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia
dalam beragama adalah kehendak Allah Swt. Dalam islam, toleransi berlaku bagi semua orang,
baik itu sesama muslim maupun non-muslim. Yusuf Qordhowi  dalam bukunya “Ghoir Al-
Muslim Fil Mujtama”. Al-Islam menyebutkan ada empat faktor utama yang menyebabkan
toleransi yang unik selalu mendominasi perilaku umat islam terhadap non muslim, yaitu :

1. Keyakinan bahwa manusia itu hakikat penciptaannya merupakan makhluk paling mulia
dari makhluk lain, apapun agamanya, kebangsaannya dan rasnya.

12
2. Adanya perbedaan bahwa manusia dalam agama dan keyakikan merupakan realitas yang
dikehendaki Allah Swt yang telah memberi mereka kebebasan untuk memilih iman dan
kufur.
3. Seorang muslim tidak dituntut untuk mengadili kekafiran seorang non muslim atau
menghakimi kafir dan muysriknya orang lain. Hanya Allah swt yang akan
menghakiminya nanti di akhirat.
4. Keyakinan bahwa Allah swt memerintahkan untuk berbuat adil dan mengajak kepada
budi pekerti yang baik meskipun kepada orang musyrik sekalipun. Allah Swt juga
mencela perbuatan dholim meskipun terhadap kafir.

Terhadap mereka yang berbeda agama dan keyakinan, Al-Qur’an telah menetapkan prinsip
tidak ada paksaan dalam beragama (Qs Al-Baqoroh : 256). Sebab kebebasan beragama
merupakan bagian dari penghormatan terhadap hak-hak manusia yang sangat mendasar.

D. Prinsip-prinsip islam dalam mewujudkan kesejahteraan sosial


Prof. Dr. Ir. H. Ika Rochdjatun Sastrahidayat (Guru Besar UIN Malang) dalam presentasinya
di Denpasar Bali, mengungkapkan dalam memahami ajaran Islam ada 12 prinsip yang bisa
ditemukan dalam al-Qur’an, diantaranya : pertama Prinsip Tauhid atau Monoteisme, kedua
Prinsip Peribadatan yang Indah, Dinamis dan Natural, ketiga Prinsip Muamalat, keempat Prinsip
Penggunaan Akal, kelima Prinsip Sistem Nilai atau Akhlakul Karimah, keenam Prinsip
Kebersihan Jiwa dan Raga, ketujuh Prinsip al-Qur’an sebagai Softwere atau Informasi dari
Langit yang Dahsyat, kedelapan Prinsip Persaudaraan, kesembilan Prinsip Bermasyarakat,
kesepuluh Prinsip Membela Kebenaran tanpa Membedakat Warna Kulit, kesebelas Prinsip
Keberlanjutan dan Tidak Boleh Berhenti, dan keduabelas Prinsip Berserah Diri Kepada Alloh
SWT

1. Prinsip Tauhid atau Monoteisme


Dalam Islam semua manusia terlahir ke dunia ini dalam keadaan kebertauhidan
(fitrah). Kepercayaan kepada Tuhan karenanya merupakan hal yang alami sehingga
manusia disebut sebagai homo religius. Keberlanjutan fitrah seseorang sangat
dipengaruhi oleh lingkungan terutama kedua orang tua, ada yang tetap dalam kefitrahan
dan ada yang mengalami perubahan dari kefitrahan tersebut. Islam merupakan agama
yang mengklaim diri sebagai agama yang tetap menjaga kefitrahan (monoteisme)
manusia dengan konsep tauhidnya laa ilaaha illallah.
Ajaran monoteisme (tauhid) dalam Islam yang terumus dalam laa ilaaha illallah
tidaklah cukup seseorang hanya meyakini keesaan Allah semata. Seseorang juga harus
mengimani Allah dalam kualitas-Nya sebagai pencipta seluruh alam, satu-satunya Dzat
yang memiliki sifat ketuhanan (ilahiyah) dan sama sekali tidak memandang “sesuatu”,
“seseorang”, atau “alam” memiliki kekuatan atau salah satu sifat Allah Swt. Allah-lah
satu satunya Dzat Pencipta semuanya (laa khaliqa illallah), Pemberi rezeki atau kekayaan
(laa raziqa illallah), Penjaga kehidupan alam (laa hafidza illallah), Pengatur nasib semua
makhluk dan alam ini (laa mudabbira illallah), Pemilik semuanya; perjodohan, karier,

13
nasih, dll (laa malika illallah), Pelindung dari mara bahaya dan petaka (laa waliya
illallah), Penentu hal-hal terbaik bagi setiap manusia (laa hakima illallah), Tujuan hidup
semua manusia (laa ghayata illallah), dan Yang Ditakuti, Diharap, dan Disembah (laa
ma’buda illallah). Semua itu ada dalam kekuasaan Allah Swt dan tidak ada satu pun
makhluk, baik sesuatu (keris, jimat), manusia (“orang pinter,”dukun,), atau jin, yang
mampu melakukan semua hal tadi.
Karena dalam konsep monoteisme Islam (tauhid) laa ilaaha illallah, Allah Swt
adalah segalanya, maka semua makhluk-Nya memiliki derajat yang sama. Sehingga
tauhid membebaskan manusia dari penyembahan atau pemberhalaan “sesama manusia”,
terhadap “sesuatu” dan “alam”. Dalam konteks demikian seorang yang bertauhid menjadi
orang yang bebas dalam kehidupannya. Ia bebas untuk berhubungan langsung dan
meminta kepada Allah Swt tanpa harus melalui atau perantara manusia lain baik yang
masih hidup maupun yang sudah meninggal. Seorang yang bertauhid juga bebas dalam
bersikap dan perilaku kehidupan. Semua hari adalah baik untuk bepergian, bekerja dan
meneliti. Tidak ada takut untuk mengeksplorasi alam seperti gunung, hutan, laut maupun
sawah. Tidak pula hari lahir dan hal- hal terkait dengannya yang mempengaruhi rezeki,
karier, jodoh, dan sukses hidup seseorang.
2. Prinsip Peribadatan yang Indah, Dinamis dan Natural
Bentuk peribadatan umat Islam yang indah, dinamis dan natural menunjukan
kepada dunia bahwa Islam merupakan agama yang bebas dalam menjalankan
peribadatan. Bahkan semua orang tidak bisa mencampuri urusan ibadah orang lain,
artinya amalan ibadah yang diperbuat sesuai ketaatan masing-masing dalam
melaksanakan ibadah (amaluna amalukum). Kebebasan tersebut membentuk karakter
umat Islam dalam beribadah sehingga tampil dipermukaan peribadatan yang indah,
dinamis dan natural. Ibadah dalam arti umum adalah segala perbuatan orang Islam yang
halal yang dilaksanakan dengan niat ibadah. Sedangkan ibadah dalam arti yang khusus
adalah perbuatan ibadah yang dilaksanakan dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh
Rasulullah Saw.
Ibadah dalam arti yang khusus ini meliputi Thaharah, Shalat, Zakat, Shaum, Hajji,
Kurban, Aqiqah Nadzar dan Kifarat. Dari dua pengertian tersebut jika digabungkan,
maka Fiqih Ibadah adalah ilmu yang menerangkan tentang dasar-dasar hukum-hukum
syar’i khususnya dalam ibadah khas seperti meliputi thaharah, shalat, zakat, shaum, hajji,
kurban, aqiqah dan sebagainya yang kesemuanya itu ditujukan sebagai rasa bentuk
ketundukan dan harapan untuk mecapai ridla Allah.
Adapun prinsip melaksanakan Ibadah sebagai berikut:
a. Niat lillahi ta’ala
b. Ikhlash
c. Tidak menggunakan perantara
d. Dilakukan sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan Sunnah
e. Seimbang antara dunia akherat
f. Tidak berlebih-lebihan

14
g. Mudah (bukan meremehkan) dan meringankan bukan mempersulit
3. Prinsip Muamalat
Muamalah adalah merupakan bagian dari hukum Islam yang mengatur hubungan
antara dua pihak atau lebih dalam suatu transaksi. Dari pengertian ini ada dua hal yang
menjadi ruang lingkup dari muamalah:
Pertama, bagaimana transaksi itu dilakukan. Hal ini menyangkut dengan etika
(adabiyah) suatu transaksi, seperti ijab kabul, saling meridhai, tidak ada keterpaksaan dari
salah satu pihak, adanya hak dan kewajiban masing-masing, kejujuran; atau mungkin ada
penipuan, pemalsuan, penimbunan, dan segala sesuatu yang bersumber dari indra
manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta dalam kehidupan masyarakat.
Kedua, apa bentuk transaksi itu. Ini menyangkut materi (madiyah) transaksi yang
dilakukan, seperti jual beli, pegang gadai, jaminan dan tanggungan, pemindahan utang,
perseroan harta dan jasa, sewa menyewa dan lain sebagainya.
Dalam prinsip-prinsip muamalah, dua pihak yang melakukan transaksi
diposisikan mempunyai kedudukan yang sama dalam hak dan kewajiban. Kesan yang
ditimbulkan dari undang-undang perbankan lebih banyak mengatur dan memproteksi
bank sebagai lembaga keuangan. Sementara posisi nasabah tidak mendapatkan porsi yang
cukup dalam undang- undang, sehingga terkesan nasabah dalam suatu perjanjian lebih
cenderung sebagai obyek bukannya subyek.
Prinsip tersebut menunjukan keadilan yang seadil-adilnya dalam melakukan
sesuatu yang berhubungan deng orang lain, artinya prinsip muamalah bersifat perjanjian
mufakat. Tidak ada belah pihak yang dirugikan, melainkan diantara keduanya memiliki
kedudukan yang sama. Misalnya dalam akad jual beli, antara penjual dan pembeli
memiliki kedudukan yang sama.
4. Prinsip Penggunaan Akal
Akal dalam pandangan Islam adalah Hujjah atau dengan kata lain merupakan
anugerah Allah SWT, dengannya manusia dibedakan dari mahluk lain. Akal juga
merupakan alat yang digunakan untuk mencari serta menyampaikan kebenaran dan
sekaligus sebagai pembukti, pembeda antara yang haq dan yang bathil. Semakin orang
menggunakan akal nya maka akan semakin dekat dengan Tuhannya. Akal memiliki peran
yang sangat besar dalam ajaran Islam sebagaimana Hadist Rasulullah SAW. bersabada
“segala sesuatu memiliki alat dan perangkat; alat dan perangkat orang munngkin adalah
akal, segala sesuatu memiliki tunggangan tunggangan manusia adalah akal. Segala
sesuatu meiliki tujuan tujuan ibadah adalah akal. Setiap kaum memiliki gembala gembala
para ahli ibadah adalah akal. Setiap puing reruntuhan pasti ada pembangunannya
pembangunan akhirat adalah akal. Dan setia perjalan jauh ada tempat untuk berteduh
tempat berteduh orang muslim adalah akal”. Jelas bahwa akal bisa menjadi alat yang
efektif dalam Taqarub kepada Allah SWT. Islam merupakan ajaran agama yang dapat
diterima dan dimengerti dengan akal, bahkan para cendikiawan barat pun banyak yang
mengatakan bahwa islam adalah agama yang sempurna, salah satunya yang dikemukakan
oleh George Sarton tadi di atas.

15
5. Prinsip Sistem Nilai atau Akhlakul Karimah
Akhlak adalah tingkah laku manusia, atau tepatnya nilai dari tingkah lakunya,
yang bisa bernilai baik (mulia) atau sebaliknya bernilai buruk (tercela). Yang dinilai di
sini adalah tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan Tuhan, yakni dalam
melakukan ibadah, dalam berhubungan dengan sesamanya, yakni dalam bermuamalah
atau dalam melakukan hubungan sosial antar manusia, dalam berhubungan dengan
makhluk hidup yang lain seperti binatang dan tumbuhan, serta dalam berhubungan
dengan lingkungan atau benda-benda mati yang juga merupakan makhluk Tuhan. Secara
singkat hubungan akhlak ini terbagi menjadi dua, yaitu akhlak kepada Khaliq (Allah
Sang Pencipta) dan akhlak kepada makhluq (ciptaan-Nya).
Akhlak merupakan konsep kajian terhadap ihsan. Ihsan merupakan ajaran tentang
penghayatan akan hadirnya Tuhan dalam hidup, melalui penghayatan diri yang sedang
menghadap dan berada di depan Tuhan ketika beribadah. Ihsan juga merupakan suatu
pendidikan atau latihan untuk mencapai kesempurnaan Islam dalam arti sepenuhnya (kaf
ah), sehingga ihsan merupakan puncak tertinggi dari keislaman seseorang. Ihsan ini baru
tercapai kalau sudah dilalui dua tahapan sebelumnya, yaitu iman dan islam. Orang yang
mencapai predikat ihsan ini disebut muhsin. Dalam kehidupan sehari-hari ihsan tercermin
dalam bentuk akhlak yang mulia (al-akhlak al-karimah). Inilah yang menjadi misi utama
diutusnya Nabi Saw. ke dunia, seperti yang ditegaskannya dalam sebuah hadisnya:
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak mulia”.
Gambaran tersebut menjadi salah satu daya tarik ajaran Islam sebagai agama yang
sedang berkembang di dunia ini. Islam membimbing manusia kepada akhlah yang baik
kepada Tuhan dan kepada seluruh makhluk ciptaanNya.
6. Prinsip Kebersihan Jiwa dan Raga
Islam sangan menjungjung tinggi nilai kebersihan, baik jiwa, raga maupaun
lingkungan, slogan “kebersihan bagian dari iman”, ini menunjukan bahwa keseriusan
perhatian terhadap kebersihan yang dikakukan oleh umat Islam. Hidup bersih merupakan
kebutuhan setiap manusia yang akan mengakibatkan terciptanya jiwa dan raga yang
sehat. Namun jiwa dan raga yang sehat tentunya harus diupayakan dalam bentuk perilaku
hidup bersih dan sehat. Ajaran Islam telah mengatur dan membimbing perilaku hidup
bersih dan sehat tersebut melalui al-Qur’an dan Sunnah.
Pada hakekatnya semua manusia itu membutuhkan kesehatan seluruh dimensinya,
baik pisiknya, psikisnya (mentalnya), sosialnya dan spiritualitasnya. Guna pemenuhan
kebuthan esensial hamba tersebut ajaran islam menawarkan prinsip prinsip kesehatan
yang paripurna yang holistic untuk bisa diterapkan oleh hamba hambanya, agar
dikemudian hari menjadi umat muslim yang sehat lahir batin secara totalitas
demensionalnya, yaitu hamba yang memiliki kepribadian yang prima sesuai harapan
agama.
Guna menanamkan dan menegakkan prinsip prinsip kesehatan islami dimaksud
kepada seluruh generasi muslim, kelihatannya unit keluarga menjadi prioritas pilihan
utama dan pertama menjadi sentrum penanaman dan penumbuhkembangan nilai nilai

16
tersebut serta aplikasinya menjadi landasan dan tradisi kesehariannya oleh para orang tua
dan anggota keluarganya. Bila nilai nilai kesehatan islami tersebut suatu saat telah
menjadi acuan setiap keluarga beserta anggotanya , maka tidak mustahil umat islam
dimasa mendatang akan menjadi umat yang benar benar sehat, tangguh dan kuat secara
utuh bersemayam dalam diri kepribadiannya, yang mampu melaksanakan amanah di
dunia dan diakherat nantinya dan ia menjadi orang yang berjiwa taqwa.. Profil umat yang
seperti inilah yang menjadi dambaan Allah dan rasulnya, sebagaimana firmanNya: Orang
mukmin yang sehat, kuat lahir batinnya akan lebih dicintai Oleh Allah dari pada orang
muslim yang lemah”. Kemudian Dalam surat As- syuara’ ayat 89-90 Allah
mendiskripsikan umat yang seperti ini adalah “ orng orang yang ketika menghadap Allah
kondisi hatinya damai, sehat, selamat, bersih dan suci.”, Maka surga akan didekatkan
pada hamba hambanya yang muttaqin”. Amin yaa Rabbal A’lamiiin.
7. Prinsip al-Qur’an sebagai Softwere atau Informasi dari Langit yang Dahsyat
Sebagai wahyu yang dipandang begitu bernilai, al-Qur’an dengan tingkat
sakralitasnya telah menghadirkan pemahaman tanpa batas. Pemahaman ini bisa dilacak
berdasarkan sejumlah peristiwa yang berkembang dalam konteks sosial masyarakat, dan
konteks tersebut tampaknya begitu terikat dengan tanda-tanda (‘ayah) empiris, seperti
manusia terkadang siap menerima sesuatu yang memiliki kebenaran (tasdiq) atau
terkadang siap menolak sebagai kepalsuan (takhdhib). Dua bentuk ini dapat dianggap
sebagai rahmat dan obat penawar bagi manusia. Bahkan tanda-tanda yang dimaksudkan
dalam al-Qur’an, yang oleh Allah merupakan ungkapan kongkret bertujuan membimbing
(ihtida’) manusia ke jalan yang benar, dan bukan sebagai laknat bagi hambanya.
Pertimbangan akan adanya rahmat tentu melewati berbagai proses, yang salah
satunya berupa sabar dan jujur. Kedua sifat ini merupakan arah pembentukan karakter
seorang hamba yang hendak membentuk sikap daya tahan yang dijalani seorang hamba
dalam menerima ujian-ujian dari Tuhan. Memperlihatkan seorang hamba telah beriman
kepada Tuhan berarti ikut membatasi segala keyakinannya yang berada di luar konteks
Tuhan. Bagaimana pun, nilai-nilai yang didapat seorang hamba atas rahmat Tuhan telah
memberikan pilihan tentang kebaikan, dan kebaikan yang berada di sekitar hambanya
adalah bukti konkrit adanya tingkat kepedulian Tuhan kepada hambanya juga.
Kebenaran pada nilai-nilai al-Qur’an dipandang sebagai kebenaran yang absolut,
meski faktor keseimbangan menjadi hal urgen bagi manusia dalam mengkonfirmasikan
dirinya pada wilayah yang lebih istimewa; dan proses pencapaian yang demikian dapat
dikategorikan ke dalam rahmat. Bahkan sebagai umat Islam, tentunya al-Qur’an mesti
sebagai pedoman utama dalam menjalani segala aspek kehidupan. Dalam al-Qur’an
terdapat begitu banyak ayat yang memerintahkan manusia untuk berpikir, membaca dan
merenungkan ayat-ayat serta segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Semuanya
merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah Swt. Pada dasarnya, setiap manusia
menghendaki hidup dan kehidupan yang sehat, tenang, tentram dan bahagia, meskipun
tidak selamanya kemauan dan keinginan tersebut akan tercapai.

17
Dikarenakan Islam sebagai agama, tentu memperhatikan keberadaan manusia,
karena itulah Islam membentangkan konsep yang sangat tegas tentang kehidupan yang
sehat kepada manusia, misalnya mengenai apakah hidup dan kehidupan itu serta kemana
arah tujuannya. Al-Qur’an memberikan kedudukan penting dalam hal kekuatan fisik.
Kekuatan ini hanya dimiliki oleh orang yang memiliki jasmani yang sehat, sehingga
dalam memilih seorang pemimpin pun kekuatan fisik menjadi salah satu syarat yang
harus dipertimbangkan dengan baik. Pada dasarnya al-Qur’an merupakan kitab suci yang
menerangkan masalah akidah dan hidayah, hukum syari’at dan akhlak, akan tetapi di
dalamnya banyak terdapat ayat yang menunjukan berbagai hakikat ilmiyah yang
memberikan dorongan kepada manusia untuk mempelajari, membahas dan
memahaminya.
Al-Qur’an merupakan putunjuk, pedoman, yang bersumber dari wahyu Alloh
Swt. yang memberikan informasi kepada manusia tentang segala sesuatu yang berkaitan
dengan hidup manusia yang dijalani. Manusia harus memahami dan menjalankan
petunjuk tersebut agar terhidar dari kesesatan.
8. Prinsip Persaudaraan
a. Ukhuwah islamiyah berarti “persaudaraan yang bersifat islami atau yang diajarkan
oleh Islam”.
b. Di dalam kitab suci ini memperkenalkan paling tidak empat macam persaudaraan:
1) Ukhuwah ‘ubudiyah atau saudara kesemahlukan dan kesetundukan kepada Allah.
2) Ukhuwah Insaniyah (basyariyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah
bersaudara, karena mereka semua berasal dari seorang ayah dan ibu.
3) Ukhuwah wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan
kebangsaan.
4) Ukhuwah fi din Al-Islam, persaudaraan antarsesama Muslim. Rasulullah Saw.
Bersabda.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, secara garis besar ukhuwah dibagi menjadi
dua yaitu:

1) Ukhuwah Islamiyah yang bersifat abadi dan universal karena berdasarkan akidah
dan syariat Islam.
2) Ukhuwah Jahiliyah yang bersifat temporer (terbatas waktu dan tempat), yaitu
ikatan selain ikatan akidah (missal: ikatan keturunan orang tua-anak, perkawinan,
nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan pribadi).
c. Manfaat ukhuwah Islamiyah:
1) Merasakan lezatnya iman.
2) Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7 golongan
yang dilindungi).
3) Mendapatkan tempat khusus di surga.
d. Untuk mencapai nikmatnya ukhuwah, perlu kita ketahui beberapa proses
terbentuknya ukhuwah Islamiyah antara lain :
1) Melaksanakan proses Ta’aruf

18
2) Melaksanakan proses Tafahum
3) Melakukan At-Ta’aawun
4) Melaksanakan proses Takaful
9. Prinsip Bermasyarakat
Islam dijalankan berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah yang mengatur berbagai
aspek kehidupan manusia, salah satunya kehidupan bermasyarakat. Masyarakat yang
merupakan perkumpulan dari barbagai individu memiliki nilai manajemen, artinya tidak
dapat secara spontan individu mengarah pada satu arah atauran atau budaya di
masyarakat. Namun al- qur’an dan Sunah telah mengatur hal tersebut, sehingga dengan
sendirinya individu membentuk masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Alloh
Swt. yang menghasilkan masyarakat madani.
Dalam mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah berpacu
pada Al- Qur‟an dan As-Sunnah yang diamanatkan oleh Rasullullah kepada kita sebagai
umat akhir zaman. Sebelumnya kita harus mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan
masyarakat madani itu dan bagaimana cara menciptakan suasana pada masyarakat
madani tersebut, serta ciri-ciri apa saja yang terdapat pada masyarakat madani sebelum
kita yakni pada zaman Rasullullah. dalam Islam mengenal yang namanya zakat, zakat
memiliki dua fungsi baik untuk yang menunaikan zakat maupun yang menerimanya.
Dengan zakat ini kita dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat higga mencapai derajat
yang disebut masyarakat madani. Selain zakat, ada pula yang namanya wakaf. Wakaf
selain untuk beribadah kepada Allah juga dapat berfungsi sebagai pengikat jalinan antara
seorang muslim dengan muslim lainnya. Jadi wakaf mempunyai dua fungsi yakni fungsi
ibadah dan fungsi sosial. Inilah asset ekonomi ummat yang perlu diberdayakan demi
kemakmuran ummat.
10. Prinsip Membela Kebenaran tanpa Membedakan Warna Kulit
Islam merupakan agama yang universal yang tanpa membeda-bedakan
kedudukan, warna kulit, dan budaya. Dalam membela kebenaran Islam tidak mengacu
kepada perbedaan tersebut, tetapi Islam berpedoman kepada al-Qur’an dan Sunnah. Yang
salah dikatakan salah, yang benar dikatakan benar, jadi kebenaran dalam Islam adalah
milik seluruh umat manusia.
Islam mengajarkan bahwa adanya perbedaan diantara manusia, baik dari sisi etnis
maupun perbedaan keyakinan dalam ber- agama merupakan fitrah dan sunnatullah atau
sudah menjadi ketetapan Tuhan, tujuan utamanya adalah supaya diantara mereka saling
mengenal dan berinteraksi.Barangkali, adanya beragam perbedaan merupakan kenyataan
sosial, sesuatu yang niscaya dan tak dapat dipungkiri.
11. Prinsip Keberlanjutan dan Tidak Boleh Berhenti
Keberlanjutan merupakan sebuah prinsip ajaran Islam yang mendasar, yang wajib
dijalankan oleh seluruh umat. Umat harus menjalankan agama semaksimal muingkin agar
menjadi agama pemersatu yang menghasilkan kesejahteraan bagi seluruh umat. Agama
dijalankan dengan baik berdasarkan al-Qur’an untuk mencapai ridho Alloh, sehingga

19
seluruh umat selamat di dunia dan akhirat. Keberlanjutan proses beragama salah satunya
melalui proses pendidikan, yang mana di Indonesia telah berjalan semnjak dahulu.
Konsep Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan mencakup sebuah visi baru
pendidikan yang mengusahakan pemberdayaan orang segala usia untuk turut
bertanggungjawab dalam menciptakan sebuah masa depan berkelanjutan.
12. Prinsip Berserah Diri Kepada Allah SWT
Aa Gym, nama panggilan (Abdullah Gymnastiar) menyampaikan agar manusia
hendaknya berserah diri kepada Allah SWT. Sikap berserah diri dapat ditunjukkan dalam
hidup dengan hanya mengandalkan Allah SWT dalam setiap hal, di mana saja dan kapan
saja. Menurut Aa Gym, kemampuan berserah diri merupakan satu keberuntungan
tersendiri bagi manusia. Hal ini juga menjadi kebahagiaan tersendiri bagi yang
menjalaninya. Rasulullah SAW adalah salah satu utusan Allah SWT yang senantiasa
berserah diri. Dalam salah satu doanya, beliau pernah berkata, "Duhai Allah, wahai Yang
Maha Menguasai, mengurus segalanya sendiri, dengan rahmat-Mu ya Allah, tolong saya
perbaiki urusan saya seluruhnya dan jangan serahkan pada saya walau sekejap mata," ujar
Aa Gym menirukan salah satu doa Rasulullah SAW. Aa Gym meyakini, sikap berserah
diri akan membawa manusia pada pertolongan Allah SWT dalam menghadapi setiap
permasalahan. Sayangnya, tidak semua orang mampu berserah diri. Sebaliknya, manusia
sering kali mengandalkan pada selain Allah. Berserah diri terkait langsung dengan
kedekatan manusia kepada Allah SWT. Karena itu, rasa tidak sabar yang menghambat
kepasrahan diri umumnya disebabkan oleh adanya delay, yaitu kelambatan untuk
terhubung dengan Allah SWT.

E. Pandangan islam terhadap persoalan kemiskinan kebodohan dan


pengangguran
 Tentang kemiskinan :

Sebagai orang yang muslim, Sebenarnya kita semua itu miskin alias tidak punya
apa2. Ingat Semua hanya Pinjaman, jadi kalau pinjaman kita harus mengembalikan dan
mempertanggungjawabkan. Kalau ada rejeki lebih lebih baik disedekahkan. Tidak akan ada
orang kaya jadi miskim karna sedekah...
 Tentang kebodohan:

Seperti yang di atas ya, melainkan beda sifat.. Kalau kita bukan orang kaya, Tapi kalau kita
punya Memiliki ilmu yang sekiranya bermanfaat dan positif. Misal ada yang minta tolong
ajarkan atau sejenisnya sekiranya kita bantu semampu kita..
 Pengangguran :

Kalau masalah ini saya minta maaf ya, saya tidak begitu tau, takut memberi jawaban
yang salah. Tapi buat kalian yang sedang menjalankan proses atau sedang usaha, tetapla

20
jalani dengan iklash. Jangan terlalu memikirkan Hasil, masalah hasil itu urusan ALLAH
SWT. Kita jalani aja. karna terlalu memikirkan hasil itu membuat Pikiran kita tidak fokus
degan tujuan

21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akhlak dalam Islam menjadi sesuatu yang penting dan berguna bagi umatnya.
Akhlak menjadi suatu yang akan membuat seseorang mendapatkan kebahagiaan di dunia
maupun di akhirat. Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur sedetail-detailnya
segala sesuatu.
Sikap toleransi dan menghargai tidak hanya berlaku terhadap orang lain, tetapi
juga kepada diri sendiri, bahkan sikap toleran harus dimulai dari diri sendiri. Rasulullah
saw mengingatkan agar ia memperhatikan dirinya dan memberi hak yang proporsional:
“sesungguhnya  tubuhmu punya hak (untuk kamu istirahtkan) matamu punya hak (untuk
dipejamkan) dan istrimu juga punya hak (untuk dinafkahkan)”. (HR Bukhori).

B. SARAN
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi
pembaca semuanya. Serta diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca
maupun penyusun dapat menerapkan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam
kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W , setidaknya
kita termasuk kedalam golongan kaumnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://cimahikota.go.id/index.php/artikel/detail/871-toleransi-dalam-perspektif-islam

https://id.scribd.com/presentation/501345174/DELLA-CITRA-DEVI-MASYARAKAT-
DAMBAAN-ISLAM

https://www.kompasiana.com/guswanda/56867a4805b0bdc81326c190/refleksi-awal-tahun-
2016-kehidupan-sosial-menurut-islam-atau-kapitalisme#:~:text=Kehidupan%20Sosial
%20menurut%20Islam%20memberikan,seluruh%20manusia%20di%20dalam
%20masyarakat.&text=Kehidupan%20Sosial%20menurut%20Islam%20menghendaki,nafqah
%20keluarga%20dan%20lain%2Dlain.

https://brainly.co.id/tugas/30182670?tbs_match_experiment=1

http://staimgarut.ac.id/wp-content/plugins/download-attachments/includes/download.php?
id=2019

23

Anda mungkin juga menyukai