Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
1. Pengertian kehamilan
Pengertian kehamilan menurut beberapa ahli (Kasmiati et.all, 2023):
a. Menurut Situmorang dkk (2021) menyatakan kehamilan merupakan masa yang
dimulai dari konsepsi hingga lahirnya janin. Lama kehamilan ini berlangsung
selama 280 hari (40 minggu atau sama dengan sembilan bulan tujuh hari)
b. Menurut Rintho (2022) kehamilan merupakan proses yang diawali dengan
pertemuan sel ovum dan sel sperma di dalam uterus tepatnya di tuba fallopi.
Setelah itu terjadi proses konsepsi dan terjadi nidasi, kemudain terjadi implantasi
pada dinding uterus, tepatnya pada lapisan edomentrium yang terjadi pada hari
keenam dan ketujuh setelah konsepsi.
2. Tanda-tanda bahaya kehamilan
Tanda bahaya kehamilan adalah suatukehamilan yang memiliki suatu tanda bahaya
atau resiko lebih besar dari pada biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya). Adapun
rendah tanda bahaya pada ibu hamil yaitu (hafizah hasibuan, 2021):
a) Tanda bahaya kehamilan pada trimester I (0-12 minggu)
1) Hyperemesis Gravidarum
Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan
umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi.
2) Sakit kepala yang hebat dan menetap
Sakit kepala yang hebat dapat terjadi pada kehamilan dan sering kali
merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.
3) Penglihatan yang kabur

Masa visual yang mengidentifikasi keadaan yang mengancam jiwa adalah


perubahan visual mendadak, misalnya penglihatan kabur dan berbayang,
melihat bintik-bintik dan berkunang-kunang.
4) Kelopak mata yang pucat
Kelopak mata dan konjungtiva yang pucat menandakan seorang ibu menderita
anemia.
5) Demam tinggi
Demam tinggi dapat menandakan adanya infeksi, yaitu masuknya
mikroorganisme patogenkedalam tubuh. Ibu hamil yang menderita demam
dengan suhu lebih dari 38 0C.
b) Tanda bahaya kehamilan pada trimester II (12-27 minggu)
1) Perdarahan pervaginam
Keluarnya darah dari vagina dalam masa kehamilan kurang dari 22 minggu
patut dicurigai apalagi jika perdarahan yang terjadi sangat tidak wajar,
volumenya banyak dan terasa nyeri. Perdarahan pervaginam yang terjadi pada
masa kehamilan dapat mengindikasikan abortus, kehamilan mola, dan
kehamilan ektopik.
2) Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri abdomen yang mungkin terjadi menunjukkan masalah yang mengancam
keselamatan jiwa adalah nyeri yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah
beristirahat.
3) Kurangnya pergerakan janin
Gerakan janin akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau istirahat serta
jika ibu makan dan minum dengan baik. Ibu hamil perlu melaporkan jika
terjadi penurunan gerakan yang berhenti.
c) Tanda bahaya kehamilan pada trimester III (27-36 minggu)
1) Bengkak pada wajah, kaki dan tangan
Bengkak terjadi pada sore hari dan akan hilang setelah beristirahat dengan
cara kaki di letakkan di tempat yang lebih tinggi. Jika bengkak tidak hilang
setelah beristirahat dapat menimbulkan masalah yang serius bagi ibu hamil.
Bengkak merupakan salah satu pertanda yang mengindikasikan terjadinya
anemia, gangguan fungsi ginjal, gagal jantung dan eklamsia.
2) Keluarnya air ketuban sebelum waktunya
Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan.ketuban
pecah dini adalah penyebab terjadinya persalinan sebelum waktunya
(premature). Penyebabnya adalah serviks inkompeten, berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intra uteri atau keduanya, ketegangan
rahim yang berlebihan (kehamilan ganda), kelainan bawaan selaput ketuban,
infeksi yang berasal dari serviks dan vagina.
3. Resiko tinggi pada ibu hamil
Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan
komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya selama
kehamilan, persalinan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan
dan nifas normal. Menurut Prawirohardjo ada beberapa kriteria dalam kehamilan
resiko tinggi yaitu (DWI JAYANTI RAMADHANI, 2017):
a. Primimuda
b. Primitua
c. Umur lebih dari 35 tahun atau lebih
d. Tinggi badan kurang dari 145 cm
e. Grandemulti
f. Riwayat persalinan yang buruk
g. Bekas seksio caesarea
h. Pre-eklampsia
i. Hamil serotinus
j. Perdarahan antepartum
k. Kelainan letak dan kelainan medis
B. Preeklampsia
1. Pengertian Preeklampsia
Preeklampsia merupakan salah satu kondisi berisiko pada ibu hamil.
Preeklampsiaa merupakan darah tinggi atau hipertensi yang terjadi pada ibu hamil,
setelah usia kehamilan 20 minggu (≥20 minggu). Namun demikian, preeklampsia
dapat terjadi dimasa kehamilan, persalinan, maupun setelah persalinan atau masa
nifas. Pada preeklampsia tidak terjadi kejang. Namun jika hipertensi kehamilan diikuti
kejang, maka disebut Eklampsia (Kurniawati et al., 2020).
Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa bekurangnya
perfusiorgan akibat vasospasme dan aktivitas endotel yang ditandai dengan
proteinuria dan hipertensi. Hipertensi yang dimaksudkan disini adalah terjadinya
peningkatan tekanan diastolik sekurang-kurangnya 30 mmHg, atau peningkatan
diastolik sekurang-sekurangnya 15 mmHg, atau adanya tekanan sistolik sekurang-
kurangnya 140 mmHg, atau tekanan diastolik sekurang-kurangnya 90 mmHg.
Pemeriksaan dilakukan sekurang-kurangnya dua kesempatan dengan perbedaan waktu
6 jam dan harus didasarkan pada nilai tekanan darah sebelumnya yang diketahui (Siti
Nur Indah, 2016).
2. Etiologi Preeklampsia
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pastinya. Beberapa hal yang menjadi
faktor resiko terjadinya preeklampsia pada ibu hamil adalah (Kurniawati et al., 2020) :
a. Preeklampsia sebelumnya dan keluarga yang preeklampsia saat hamil
b. Biasanya terjadi pada kehamilan anak pertama
c. Ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun
d. Ibu yang kegemukan atau obesitas
e. Kehamilan kembar
f. Ibu hamil dengan penyakit kencing manis atau diabetes millitus
g. Ibu hamil yang mempunyai penyakit hipertensi atau darah tinggi.
h. Reaksi imun yang tidak adaptif/ abnormal antara jaringan ibu, plasenta dan
janin.
Secara etiologi preeklamsia ditandai dengan perubahan pembuluh darah plasenta
dengan cepat menyebabkan gangguan fungsi plasenta, diduga yang berperan
menyebabkan hal ini adalah tiga faktor yaitu:
a. Maladaptasi Imunologi
Pengaruh imunologi ini didukung oleh penelitian epidemiologi
mengenai kegagalan respon imun maternal yang secara langsung
menyebabkan invansi tromboplastik dan gangguan fungsi plasenta. Kegagalan
respon imun ini menjadi postulat yang menyebabkan berkurangnya Human
leukocyte antigent (HLA) G protein yang normalnya diproduksi untuk
membantu ibu mengenal komponen imunologi asing plasenta atau
berkurangnya formasi dari bloking antibody untuk menekan atau imunoprotec
dari imun asing plasenta.
b. Genetic Predisposisi
Preeklamsi diduga berhubungan dengan sigle recesives gene.dominant
gen dengan incomplete penetrance atau multifakrorial. Penelitian lain
mengatakan pasien dengan riwayat mempunyai anak intra uterine growth
retardation (IUGR) dipertimbangkan mempunyai resiko untuk terjadi
hipertensi pada kehamilan.
c. Media-Vaskular
Adanya defek vaskuler menyebabkan penyakit seperti diabetes
mellitus, hipertensi kronik, penyakit gangguan vaskuler, resistensi insulin dan
obesitas menyebabkan perfusi plasenta yang berkurang sehingga
meningkatkan resiko preeklamsia. Hal ini menjadi postulat berkembangnya
preeklamsia menjadi tiga cara yaitu: defective plasentation, plasental ischemia,
endothelial cell dysfunction. Teori yang sekarang dipakai sebagai penyebab
preeklamsia adalah teori “iskemia plasenta”. Teori ini belum dapat
menerangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit ini (Siti Nur Indah,
2016).
2. Patofisiologi
Menurut Cunningham, dkk (2009) semua teori yang memuat tentang preeklamsi harus
dapat menjelaskan pengamatan bahwa hipertensi pada kehamilan jauh lebih besar,
wanita yang kemungkinan terkena hipertensi (Retnaningtyas, 2021):
a. Terpapar virus korion untuk pertama kali
b. Terpapar virus korion dalam jumlah sangat besar, seperti pada kehamilan kembar
atau mola hidatidosa.
c. Sudah mengidap penyakit vascular.
d. Secara genetis rentan terhadap hipertensi yang timbul saat hamil. Walaupun
esensial, virus korion tidak harus menunjang janin atau terletak di dalam uterus.
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan
hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ, termasuk ke
utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses
preeklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya
hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan
sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan
kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu
timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra
Uterin Growth Retardatio (Retnaningtyas, 2021).
3. Faktor Predisposisi
Penelitian anwar indra pada tahun 2010 penyebab preeklampsia belum diketahui
secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai “mal adaptation syndrome” akibat
penyempitan pembuluh darah secara umum yang mengakibatkan iskemia plasenta
sehingga berakibat kekurangan pasokan darah yang membawa nutrisi ke janin.
Penyebab pasti dari kehamilan ini masih belum diketahui, namun beberapa penelitian
menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklampsia.
Faktor-factor tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan, dan gangguan aliran darah
ke rahim. Ada empat fakor berperan penting dalam terjadinya pre eklampsia, antara
lain (Retnaningtyas, 2021):
a. Iskemia plasenta ( plasenta kekurangan oksigen ).
b. Kekurangan protein.
c. Maladaptasi imunologi, ketidakmampuan (maladaptasi) sitem imunitas terhadap
perubahan yang terjadi akibat proses kehamilan.
d. Kelainan genetik.

Menurut umi pada tahun 2009 Kejadian preeklampsia bervariasi, dijumpai berbagai
faktor yang mempengaruhi diantaranya (Erma Retnaningtyas, 2021):

a. Distensi rahim yang berlebihan seperti hidramnion, hamil ganda, mola hidatidosa.
b. Penyakit yang menyertai hamil seperti diabetes militus, kegemukan.
c. Jumlah umur ibu di atas 35 tahun.
4. Tanda dan Gejala
Preeklampsia pada ibu hamil mempunyai tanda gejala khas yaitu (Kurniawati et al.,
2020) :
a. Tekanan darah meningkat yaitu lebih dari 140 / 90 mmHg
b. Peningkatan berat badan saat hamil melebihi normal atau bengkak yang tidak
wajar, bengkak yang mendadak dan meluas, bengkak tidak hilang dengan
mengistirahatkan kaki. Bengkak bisa terjadi pada anggota gerak (seperti
tangan atau kaki) atau wajah.
c. Pemeriksaan air kencing di laboratorium atau di pelayanan kesehatan
ditemukan adanya zat protein dalam urine/ air kencing ibu.
5. Klasiffikasi Preeklamsia
Menurut (Kurniawati et al., 2020) Secara umum, preeklampsia dibagi menjadi :
a. Preeklampsia Ringan
Preeklampsia ringan ditandai dengan : tensi/ tekanan darah lebih dari 140/ 90
mmHg selama satu minggu atau lebih, pemeriksaan air kencing di puskesmas
atau pelayanan kesehatan menunjukan jumlah protein lebih 300 mg atau
proteinuri 1+, tidak ada keluhan sakit kepala yang berat, pandangan tidak
kabur.
b. Preeklampsia Berat
Preeklampsia berat apabila tensi/ tekanan darah > 160/110 mmHg, hasil
pemeriksaan air kencing di pelayanan kesehatan ≥ 5 gr / ≥ 3+ , air kencing
sedikit (kurang dari 400-500 ml/24 jam), pusing/ sakit kepala terus menerus,
pandangan kabur/ seperti bintikbintik didepan mata, nyeri di ulu hati, mual/
muntah, sesak nafas, janin kecil atau tidak berkembang dengan baik, adanya
masalah pada hati.
6. Dampak Preeklampsia
Menurut (Kurniawati et al., 2020) dampak preeklamsia dapat dirasakan oleh ibu dan
bayi.
a. Dampak preeklampsia Pada Ibu
Preeklampsia menyebabkan masalah pada fisik dan kesehatan psikologis ibu
hamil.
1) Dampak pada kesehatan fisik yang dirasakan ibu adalah:
a) Ari-ari / plasenta lepas atau terputus saat bersalin
b) Anemia (kurang darah)
c) Pandangan kabur hingga buta (tidak bisa melihat sama sekali)
d) Perdarahan pada hati, perdarahan saat melahirkan
e) Kejang hingga stroke (jika muncul kejang disebut Eklampsia).
f) Gagal jantung
g) Tidak sadar/koma hingga kematian.
2) Sedangkan dampak pada kesehatan psikologis ibu hamil dapat berupa :
a) Cemas atau mudah khawatir
b) Kualitas tidur menurun
c) Stres dan mudah marah

Gangguan psikologis ini secara tidak langsung dapat memperberat


hipertensi dan gejala fisik lain pada ibu hamil dengan preeklampsia.

b. Dampak Preeklampsia Pada Bayi


Preeklampsia juga dapat mengancam kondisi janin dalam kandungan karena
janin bergantung pada ibu lewat saluran pembuluh darah di dalam rahim.
Dampak preeklampsia pada janin atau bayi yang dilahirkan adalah :
1) berat janin kecil, lebih kecil dari janin pada kondisi normal
2) melahirkan sebelum waktunya (prematur)
3) janin meninggal dalam kandungan
7. Komplikasi preeklamsia
a. Pada Ibu (Retnaningtyas, 2021):
1) Eklamsi
2) Atonia uteri
3) Sindrom HELLP.
Sindroma HELLP ialah preeklamsia-eklamsia disertai timbulnya hemolisis,
peningkatan enzim, disfungsihepar, dan trombositipenia.

(1) H: Hemolisis
(2) EL: Elevated Liver Enzym
(3) LP: Low Platelets Count
4) Ablasi retina.
5) KID ( koagulasi intravaskulas diseminata ).
6) Gagal ginjal.
7) Perdarahan otak
8) Nekrosis hati.
b. Pada bayi (Retnaningtyas, 2021):
1) Pertumbuhan janin terhambat.
2) Persalinan premature.
8. Prognosa
Prognosis untuk anak juga berkurang,tetapi bergantung pada saat preeklamsi
menjelma dan pada beratnya preeklamsi. Kematian perinatal kurang lebih 20%.
Kematian perinatal ini sangat dipengaruhi oleh prematuritas.Ada ahli yang
berpendapat bahwa preeklamsi dapat menyebabkan hipertensi yang menetap,
terutama jika preeklamsi berlangsung lama atau dengan kata lain sudah akut
(Retnaningtyas, 2021).

9. Diagnosa
Berdasarkan Manuaba tahun 2010 Diagnosa preeklamsi didasarkan atas adanya 2 dari
trias tanda utama preeklamsia yaitu kenaikan berat badan atau edema (edema lokal
tidak dimasukkan dalam kriketeria preeklamsia kecuali edema pada lengan, muka dan
perut edema generalisata), kenaikan tekanan darah, proteinuria. Walaupun terjadinya
preeklamsi sulit di cegah namun preeklamsi berat dan eklampsia dapat dihindarkan
dengan pengenalan secara dini penyakit itu dan dengan penanganan secara sempurna
(Retnaningtyas, 2021).
10. Pemeriksaan Penunjang
Selain anamneses dan pemeriksaan fisik, pada kecurigaan adanya preeklamsia
sebaiknya diperiksa juga (Retnaningtyas, 2021):
a. Pemeriksaan darah rutin serta darah kimia: Urium kreatin, SGOT, LDH, Bilirubin
b. Pemeriksaan uriene, protein urine, reduksi, bilirubin sedimen
c. Kemungkinan adanyan pertumbuhan janin terhambat dengan konfirmasi USG
(bila tersedia)
d. Kardiotografi untuk menilai kesejahteraan janin.
11. Penatalaksanaan
a. Preeklampsia Ringan
1) Jika kehamilan <37 minggu, dan tidak ada tanda-tanda perbaikan,lakukan
penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan (Retnaningtyas, 2021):
a) Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin.
b) Lebih banyak istirahat.
c) Diet biasa.
d) Tidak perlu diberi obat-obatan

2) Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit (Retnaningtyas, 2021):
a) Diet biasa
b) Pantau tekanan darah 2 x sehari, proteinuria 1 x sehari.
c) Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi
kordis atau gagal ginjal akut.
3) Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan
(Retnaningtyas, 2021):
a) Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsia berat
b) Kontrol 2 kali seminggu.
c) Jika tekanan diastolik naik lagi → rawat kembali.
d) Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan → rawat kembali.
e) Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan → tetap dirawat
f) Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat pertimbangkan
terminasi kehamilan yaitu dengan mempertimbangkan (Retnaningtyas,
2021):
(1) Jika protenuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia berat.
(2) Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi
(3) Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 iu dalam 500
ml dektrose IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.
(4) Jika serviks belum matang, berikan prostagladin, misoprostol atau
kateter Foley, atau terminasi dengan seksio sesarea.
b. Preeklampsia Berat Dan Eklampsia
1) Penanganan Umum
a) Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antipertensi, sampai tekanan
diastolik di antara 90-100 mmHg.
b) Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)
c) Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload.
d) Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteunuria.
e) Jika jumlah urin < 30 ml per jam (Retnaningtyas, 2021):
(1) Infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam
(2) Pantau kemungkinan edema paru
f) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin.
g) Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam.
h) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru. Krepitasi
merupakan tanda edema paru. Jika ada edema paru, stop pemberian cairan,
dan berikan diuretik mislanya furosemide 40 mg IV.
i) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan
tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati.
2) Perawatan Aktif (Agresif)
Perawatan Aktif Adalah perawatan dimana sambil memberi pengobatan
kehamilan diakhiri. Indikasi perawatan aktif adalah (Retnaningtyas, 2021):
a) Ibu
(1) Umur kehamilan ≥ 37 minggu
(2) Adanya tanda-tanda gejala impending eklamsia
(3) Kegagalan terapi pada perawatan konservatif
(4) Diduga terjadi solusio plasenta
(5) Timbul onset persalinan, ketuban pecah atau perdarahan
b) Janin
(1) Adanya tanda-tanda fetal distress
(2) Adanya tanda tanda IUGR
(3) NST non reaktif dengan profil biofisik abnormal
(4) Terjadinya Oligohidroamnion
(5) Laboratorik
(6) Adanya tanda sindrome HELLP (Retnaningtyas, 2021).
c) Pengobatan medicinal
(1) Segera rawat di ruangan yang terang dan tenang,
(2) Terpasang infuse D5/RL,
(3) Total bed rest dalam posisi lateral decubitus
(4) Dianjurkan tirah baring ke satu sisi (kiri)
(5) Diet cukup protein, rendah KH- lemak, dan garam
(6) Dipasang foley cateter untuk mengukur pengeluaran urine.
(7) Antasida
(8) Anti kejang (Retnaningtyas, 2021).
3) Perawatan konservatif
Perawatan konservatif kehamilan pre term < 37 minggu tanpa disertai tanda-
tanda impending eklampsia, dengan keadaan janin baik. Perawatan tersebut
terdiri dari (Retnaningtyas, 2021):
a) Loading dose, IM saja
b) Maintenance dose, diberikan 6 jam setelah loading dose secara IM
4gr/MgSO4 40% 6 jam, bergiliran pada gluteus kanan dan kiri.
(1) MgSO4 dihentikan bila sudah mencapai tanda PER, selambat-
lambatnya dalam waktu 24 jam
(2) Dianggap gagal jika >24 jam tidak ada perbaikan, harus dilakukan
terminasi
(3) Px boleh pulang, jika dalam 3 hari perwatan setelah penderita
menunjukkan tanda-tanda PER keadaan penderita tetap baik dan stabil.
c. Penanganan Kejang
Jika ibu mengalami kejang penganan yang diberikan (Retnaningtyas, 2021):
1) Beri obat antikonvulsan.
2) Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan, masker oksigen,
oksigen).
3) Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
4) Aspirasi mulut dan tenggorokan.
5) Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi resiko
aspirasi.
6) Beri O2 4-6 liter/menit.
7) Antikonvulsan
Obat anti kejang yang menjadi pilihan utama adalah magnesium Sulfat, Bila
dengan obat jenis ini kejang masih sukar diatasi, dapat dipakai obat jenis lain,
Misalnya Tiopental. Diazepam bisa dipakai menjadi alternatif pilihan, namun
mengingat dosis yang diperlukan sangat tinggi pemberian diazepamhanya
dilakukan oleh mereka yang telah berpengalaman. Resiko yang dapat terjadi
karena pemeberian diazepam adalah depresi neonatal.
d. Antihipertensi
1) Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg IV pelan-pelan selama 5
menit sampai tekanan darah turun.
2) Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5 mg IM
setiap 2 jam.
3) Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan (Retnaningtyas, 2021):
a) Nifedralazin 5 mg sublingual. Jika respons tidak baik setelah 10 menit,
beri tambahan 5 mg sublingual.
b) Labetotol 10 mg IV, yang jika respons tidak baik setelah 10 menit,
diberikan lagi labetolol 20 mg IV.
e. Persalinan
1) Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedang pada
eklampsia dalam 12 jam sejak eklampsia timbul.
2) Jika terdapat gawat janin, atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam
(pada eklampsia) lakukan seksio sesarea.
3) Jika seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa (Retnaningtyas, 2021):
a) Tidak terdapat koagulopati.
b) Anestesia yang aman / terpilih adalah anestesia umum. Jangan lakukan
anestesi lokal, sedang anestesi spinal berhubungan dengan resiko hipotensi.
4) Jika anestesia yang umum tidak tersedia, atau janin mati, aterm terlalu kecil,
lakukan persalinan pervaginam. Jika serviks matang, lakukan induksi dengan
oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml dektrose 10 tetes/menit atau dengan
prostagladin.
f. Perawatan postpartum
1) Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang terakhir.
2) Teruskan terapi antihipertensi jika tekanan diastolik masih >110 mmHg.
3) Pantau urin (Retnaningtyas, 2021).
g. Rujukan
Rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap jika (Retnaningtyas, 2021):
1) Terdapat oliguria (< 400 ml/ 24 jam)
2) Terdapat sindrom HELLP
3) Koma berlanjut lebih dari 24 jam sesudah kejang.
12. Penanganan Preeklamsia Secara Nonfarmakologi (Kep et al., n.d.)
Terapi farmakologi diberikan melalui terapi obat-obatan sedangkan terapi non
farmakologi dapat ditangani, salah satunya melalui intervensi keperawatan yang
terdiri dari manajemen nutrisi pada ibu hamil; manajemen stres yaitu dengan
menerapkan teknik-teknik mengelola stres seperti napas dalam, hipnosis 5 jari, guide
imagery, terapi dzikir; menerapkan latihan fisik pada ibu hamil salah satunya melalui
latihan yoga.
Stres merupakan reaksi adaptif seseorang terhadap tantangan atau ancaman
yang dihadapi. Pada umumnya, seseorang yang mengalmi stres akan merasakan
perasaan cemas, depresi, tertekan, takut, letih bahkan marah. Stres dapat
menimbulkan perubahan aliran darah dan stres yang terus menerus pada ibu hamil
dapat menimbulkan risiko preeklamsi. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan dalam
mengelola stres atau disebut manajemen stres sehingga dapat mencegah berbagai
dampak buruk yang ditimbulkan. Pengelolaan stres atau manajemen stres dapat
dilakukan dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki. Tujuan dilakukannya
manajemen stres yaitu unutk mengurangi tingkat stres dan menurunkan tekanan darah
terutama pada ibu hamil.
a. Relaksasi Napas Dalam
Relaksasi napas dalam merupakan suatu bentuk relaksasi dengan melakukan
tarikan dan hembusan napas. Bernapas dengan lambat (menahan tarikan napas
secara maksimal) dan dilanjutkan dengan mengeluarkan atau menghembuskan
napas melalui mulut secara perlahan. Teknik relaksasi ini adalah latihan
pernafasan sederhana yang memiliki manfaat terapi berupa menstabilkan tekanan
darah, mengendalikan hormon stres serta mengatur detak jantung.
Latihan napas dalam dapat meningkatkan kemampuan paru untuk menghirup
udara, memperbaiki kondisi oksigenasi dalam darah, dapat meningkatkan saturasi
oksigen, membuat keadaan rileks sehingga dapat mengontrol peningkatan hormon
stres. Relaksasi napas dalam dapat dilakukan pada individu yang mengalami stres
fisik maupun emosional, nyeri, ansietas, depresi salah satunya pada ibu hamil.
Relaksasi nafas dalam pada prinsipnya merupakan salah satu intervensi
keperawatan yang dilakukan oleh perawat dalam memberikan asuhan. Perawat
mengedukasi klien tentang bagaimana cara melakukan latihan napas dalam, mulai
dari menarik napas dengan lambat, menahan inspirasi secara maksimal dan
bagaimana menghembuskan napas secara perlahan. Ketenangan yang ditimbulkan
dari napas dalam berasal dari zat yang disebut oksida nitrat alami. Zat oksida
nitrat alami saat dilakukan napas dalam akan memasuki paru-paru bahkan pusat
otak, sehingga tekanan darah yang dalam keadaan tinggi bisa menurun. Selain itu,
ketika menarik nafas dengan panjang dan dalam, tubuh akan mengirimkan sinyal
untuk memperlambat reaksi di otak, sehingga ada perubahan hormonal dan faktor-
faktor fisiologis lain. Melalui cara tersebut sehingga denyut jantung lambat serta
menurunkan tekanan darah yang tinggi dan tingkat stres.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan napas dalam yaitu:
1) Lingkungan yang tenang
2) Kondisi rileks
3) Konsentrasi sambil memejamkan mata
Tahapan melakukan relaksasi napas dalam
1) Persiapan Persiapan lingkungan berupa lingkungan yang tenang
dengan posisi yang nyaman.
2) Pelaksanaan
a) Duduk dikursi atau berbaring yang membuat nyaman. Jika
duduk jaga punggung agar tetap lurus. Jika berbaring, taruh
bantal di bawah lutut agar posisi tetap bengkok dalam saat
relaksasi.
b) Tangan diletakkan dipaha dengan telapak tangan menghadap ke
atas atau bawah.
c) Menutup mata untuk mencegah pikiran terganggu oleh benda
luar
d) Menarik napas dalam-dalam melalui hidung sampai hitungan
keempat, keluarkan lewat mulut sambil mengencangkan otot
perut, ulangi selama satu menit. Tutup mulut dan rilekskan
otot-otot wajah.
e) Selanjutnya menarik napas dengan irama normal 3 kali
f) Tarik napas kembali melalui hidung dan menghembuskan
melalui mulut secara perlahan-lahan.
g) Ulangi selama 15 menit, dengan selingan istirahat setiap 5 kali
pernapasan.
b. Guide Imagery (Imajinasi terbimbing)
Guide imagery adalah cara yang dilakukan untuk mengkaji kekuatan pikiran
seseorang untuk menimbulkan perasaan tenang dan keheningan saat seseorang
dalam kondisi sadar atau tidak sadar. Selain itu, guide imagery juga merupakan
suatu teknik relaksasi yang menggunakan kekuatan pikiran melalui komunikasi
dalam tubuh yang melibatkan indra penciuman, penglihatan, pendengaran dan
sentuhan untuk membantu kesembuhan dan meningkatkan kualitas kesehatan.
Tujuan dilakukannya manajemen marah adalah, mengurangi stres,
meningkatkan perasaan tenang dan damai, mengurangi nyeri, menurunkan
tekanan darah, dan meningkatkan kualitas tidur dan kualitas hidup.
Prinsip dilakukannya Guide Imagery (Imajinasi terbimbing) yaitu, fokuskan
pikiran, berpakaian yang longgar dan nyaman, situasi rileks, penuh konsentrasi
dan lingkungan nyaman.
1) Persiapan:
a) Posisi yang nyaman
b) Lingkungan yang tenang
c) Siapkan musik rileksasi
2) Pelaksanaan:
a) Anjurkan klien mengenakan pakaian yang longgar.
b) Tidur atau duduk dengan posisi yang nyaman.
c) Anjurkan klien untuk menutup mata dengan lembut.
d) Minta klien menarik napas dalam dan perlahan untuk menimbulkan
relaksasi.
e) Minta klien untuk menggunakan seluruh pancaindranya dalam
menjelaskan bayangan dan lingkungan bayangan tersebut.
f) Mulailah membayangkan tempat yang menyenangkan dan dapat
dinikmati.
g) Minta klien untuk menjelaskan perasaan fisik dan emosional yang
ditimbulkan oleh bayangannya, dan bantu klien untuk
mengekplorasi respons terhadap bayangannya.
h) Ulangi 10 sampai 15 menit sampai klien tertidur.
i) Ciptakan lingkungan yang sunyi dan bebas dari gangguan.
c. Terapi Dzikir
Terapi dzikir adalah salah satu terapi relaksasi yang berasal dari kata adz-dzikr
yang artinya ingat. Dzikir berarti mengingat Allah, menyebut nama Allah, baik
dengan cara menyebut lafal-lafal dzikir melalui tahlil, tasbih, tahmid, taqdis,
asmaul husna maupun membaca doa-doa yang mat’sur dari Rasulullah, takut dan
berharap hanya pada Allah, merasa yakin bahwa manusia berada dibawah
kehendak Allah dalam segala urusannya. Dzikir menjadi terapi relaksasi karena
pelafalan kata-kata atau lafaz Allah yang berulang-ulang yang diyakini memiliki
efek menurunkan kecemasan atau mencegah timbulnya stres seperti yang dialami
oleh Ibu hamil. Dzikir dapat membentuk persepsi yang positif pada individu
sehingga meningkatkan keyakinan bahwa stresor atau masalah apapun dapat
dihadapi karena bantuan dari Allah.
Tujuan dan manfaat dilakukannya terapi dzikir adalah: menurunkan
kecemasan dan kegelisahan, mencegah stress, menentramkan dan mendamaikan
hati, menambah keyakinan kepada allah, mendapatkan kemudahan dalam
menyelesaikan masalah, menghilangkan rasa takut, dan mendapatkan kenikmatan
dan keselamatan lahir batin.
Terapi dzikir dilakukan dalam keadaan meditatif dengan disertai latihan
pernapasan atau latihan hipnosis 5 jari. Keadaan meditatif dapat memunculkan
gelombang alpha pada otak sehingga seseorang akan merasa lebih tenang.
Selanjutnya, mengucapkan kalimat-kalimat dzikir dan pengucapan kalimat
autosugesti lainnya yang akan menstimulus aktivitas hipotalamus sehingga
menghambat kerja kelenjar adrenal untuk mengeluarkan hormon kartisol,
adrenalin dan nonadrenalin serta menghambat kerja dari hormon tiraoksin yang
menyebabkan seseorang mudah lelah, cemas, tegang dan susah tidur.
Selain itu, melakukan terapi dzikir dalam keadaan meditatif dapat
mempengaruhi dan menstimulasi susunan syaraf otonom dengan menurunkan
aktivitas saraf simpatis dan meningkatkan aktifitas saraf parasimpatis sehingga
dapat menurunkan tekanan darah, detak jantung, ketegangan otot-otot, meurunkan
kadar glukosa dalam darah, sehingga dapat membuat seseorang rileks.
Bacaan dzikir yang dilafazkan yaitu kalimat “Lailahaillallah” yang berarti
tiada Tuhan yang pantas disembah selain Allah SWT, yang menunjukkan bahwa
keyakinan bertuhan hanya kepada Allah SWT. Keyakinan akan Allah SWT
menimbulkan kontrol yang kuat di dalam diri terhadap segala sesuatu yang kurang
menyenangkan untuk lebih positif serta yakin bahwa hal-hal tersebut sudah diatur
oleh Allah SWT. Kontrol tersebur diharapkan mampu meningkatkan kerja saraf
parasimpatis sehingga dapat menurunkan kecemasan, ketegangan dan
menurunkan tekanan darah. Bacaan atau lafaz dzikir Allahu Akba yang berarti
Allah Maha besar yang dapat menunjukkan sikap optimis. Sikap optimis menjadi
sumber energi baru, semangat baru, menghilangkan rasa putus asa dalam
menghadapi masalah yang menggangu jiwanya seperti rasa cemas, ketegangan,
rasa sakit atau gangguan psikologis lainnya. Bacaan atau lafaz lain dalam dzikir
yang dapat diterapkan sebagai terapi relaksasi adalah “Astagfirullahjaladzim”,
“Subhanallah”, dan “Alhamdulillah”.

d. Hipnosis 5 Jari
Hipnosis 5 jari merupakan salah satu jenis terapi self hipnosis untuk
memfokuskan pikiran dengan membawanya ke gelombang alpha/theta yang akan
mengakibatkan kondisi rileksasi pada klien. Hipnosis 5 jari juga dapat diartikan
sebagai salah satu proses untuk mengaktifkan kekuatan pikiran yang rileks melalui
komunikasi batin yang melibatkan indra seperti penciuman, penglihatan,
pendengaran serta dapat dilakukan kurang lebih selama 10 menit.
Adapun tujuan dan manfaat hipnosis 5 jari yaitu menciptakan kondisi yang
rileks untuk saraf otonom sehingga mampu menyuplai darah di otot, mengaktifkan
saraf parasimpatis sehingga mampu merilekskan kondisi tubuh, mengatur dan
mengendalikan hormon-hormon yang dapat menimbulkan stres dan kecemasan,
menurunkan tekanan darah sehingga dapat menimbulkan kondisi nyaman di
dalam diri.
Pada umumnya prinsip kerja hipnosis 5 jari sama halnya dengan terapi
hipnosis pada umumnya yaitu dengan melibatkan pikiran sadar dan pikiran bawah
sadar. Pikiran sadar (consicious mind) merupakan pikiran yang dapat dikendalikan
atau disadari (proses mental) yang memiliki fungsi untuk menyaring informasi
yang diterima oleh otak, membandingkan dengan informasi yang telah ada di
dalam memori seseorang, meganalisis serta memutuskan informasi baru yang
akan disimpan, dibuang atau diabaikan sementara. Selain itu, terdapat pikiran
bawah sadar (suconscious) yang merupakan proses pikiran atau mental yang
berlangsung secara otomatis atau tidak disadari. Fungsi-fungsi organ tubuh
seseorang cara kerjanya di atur oleh pikiran bawah sadar.
Hipnosis 5 jari dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1) Ujung ibu jari dan ujung telunjuk disatukan dengan disertai tarikan napas
dalam serta memingat nikmat kesehatan yang telah Allah berikan atau
mengingat dan mengucapkan lafaz Allah dalam hati seperti “Subhanallah”.
2) Selanjutnya pindahkan ujung ibu jari dan menyatukan dengan ujung jari
tengah, yang disertai tarikan napas dalam sambil mengingat hal-hal yang
menyenangkan yang telah dilalui dengan pasangan, orang tua, anak-anak
dan orang-orang terdekat lainnya atau mengingat dan mengucapkan lafaz
Allah dalam hati seperti “Alhamdulillah”
3) Selanjutnya pindakan ujung ibu jari dan menyatukan dengan ujung jari
manis, yang disertai dengan tarikan napas dalam sambil mengingat
kembali penghargaan, usaha keras serta pertolongan Allah disetiap
aktivitas yang telah Ibu lakukan atau mengucapkan lafaz Allah “Allahu
Akbar”.
4) Selanjutnya memindahkan ujung ibu jari dan menyatukan dengan ujung
jari kelingking, yang disertai dengan tarikan napas dalam sambil
mengingat tempat terindah yang pernah Ibu kunjungi bersama keluarga
atau hal-hal yang akan ibu ubah ke arah yang lebih positif atau sambil
mengucapkan “Astagfirullahjaladzim”.
e. Yoga
Yoga adalah suatu gerakan untuk mendapatkan gerakan harmonis dari
aktivitas tubuh, pikiran dan jiwa. Salah satu latihan yoga yang diperuntukkan
untuk ibu hamil adalah Posisi Pranayama. Yoga merupakan salah satu jenis yoga
yang diperuntukkan untuk ibu hamis, wanita mestruasi dan menopause. Latihan
yoga selama masa kehamilan dapat meningkatkan berat badan janin dan
mengurangi kelahiran prematur serta komplikasi persalinan seperti preeklamsi.
Tujuan dari yoga adalah, melancarkan peredaran darah, mencegah hipertensi,
mencegah penyakit jantung, mencegah diabetes, dan mencegah osteoartritis.
Gerakan yoga dapat dilakukan dengan cara, Pembengkakan pada tangan dan kaki,
Tremor pada ekstermitas atas maupun bawah, Kram pada perut bagian bawah,
Hamil dengan penyakit jantung dan kehamilan dengan gerakan janin yang lemah.
Prinsip-prinsip pelaksanaan Yoga
1) Yoga dapat dilakukan pada ibu hamil dengan usia kehamilan 20
minggu ke atas, tanpa riwayat penyakit komplikasi selama kehamilan,
tidak memiliki riwayat persalinan preterm, dan BBLR.
2) Dilakukan secara teratur. Yoga yang dilakukan secara teratur mampu
membantu perenggangan, memperkuat otot, melenturkan persendian
dan menguatkan tulang serta sebagai gerakan untuk strimulasi
pengeluaran hormon secara teratur.
3) Berbapas dalam. Yoga dilakukan dengan napas dalam untuk
meningkatkan kapasitas paru sehingga proses pernapasan menjadi
optimal.
4) Makan seimbang. Yoga yang dilakukan secara teratur dengan disertai
asupan nutrisi yang seimbang dapat meningkatkan kesehatan secara
holistik
5) Berpikir positif. Latihan yoga yang dilakukan dengan tenang dan
pikiran yang positif dapat meningkatkan keseimbangan mental dan
emosional, melancarkan aliran darah dan mengurangi stres sehingga
memulihkan tubuh dari berbagai masalah kesehatan terutama disaat
hamil.
13. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsi
a. Hubungan Umur dengan Kejadian Preeklamsia
Umur merupakan bagian dari status reproduksi yang penting.Umur berkaitan
dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh sehingga mempengaruhi status
kesehatan seseorang.Umur yang paling aman dan baik untuk hamil dan
melahirkan adalah 20-35 tahun. Sedangkan wanita usia remaja yang hamil untuk
pertama kali dan wanita yang hamil pada usia > 35 tahun akan mempunyai resiko
yang sangat tinggi untuk mengalami preeklampsia. Wanita hamil tanpa hipertensi
yang beresiko mengalami preeklamsi adalah wanita yang berumur > 35 tahun.
Kelompok umur > 35 tahun memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian
preeklamsi. Demikian pula variabel umur terhadap kejadian hipertensi
(Situmorang, 2016).
b. Hubungan Paritas dengan Kejadian Preeklamsia
Ibu yang memiliki paritas >3 beresiko mengalami preeklampsia dibandingkan ibu
yang memiliki paritas 1-3. Pada multi paritas lingkungan endometrium disekitar
tempat implantasi kurang sempurna dan tidak siap menerima hasil konsepsi,
sehingga pemberian nutrisi dan oksigenisasi kepada hasil konsepsi kurang
sempurna dan mengakibatkan pertumbuhan hasil konsepsi akan terganggu
sehingga dapat menambah resiko terjadinya preeklampsia (Novita, 2015).
c. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Preeklamsia
Ibu hamil mengatakan bahwa pengetahuan tentang kehamilan dan masalah
kehamilan sangat penting, karena dengan memiliki pengetahuan tentang kesehatan
merika dapat mengetahui dan mengatasi tanda dan gejala serta cara mengatasi
masalah kesehatan yang menyertai kehamilannya, sehingga mereka tidak cemas
dalam menghadapi kehamilan dan segera melaporkan ke petugas kesehatan jika
ada masalah kesehatan yang menyertai kehamilannya. Menurut Manuaba (2010),
pengetahuan ibu tentang preeklampsia dan eklampsia sangatlah penting karena
hampir 50% kematian ibu dan janin disebabkan oleh preeklampsia dan eklampsia,
sehingga merupakan hal yang penting bagi ibu hamil untuk mengetahui tentang
preeklampsia sedini mungkin (Situmorang, 2016).
Bahwa pengetahuan sangat penting bagi kehidupan kita, dan pengetahuan tentang
kesehatan dan masalah kesehatan sangat berpengaruh bagi ibu hamil terutama
masalah preeklampsia karna preeklampsia dapat mempengaruhi ibu dan janin
sehingga dibutuhkan sosialisasi dan informasi mengenai tanda dan gejala
preeklampsia agar ibu hami dapat mendeteksi sedini mungkin (Retnaningtyas,
2021).
d. Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Preeklamsia
Preeklampsia pada hipertensi kronik yaitu preeklampsia yang terjadi pada
perempuan hamil yang telah menderita hipertensi sebelum hamil. Selain itu
diabetes, penyakit ginjal, dan obesitas juga dapat menyebabkan preeklampsia.
Kenaikan berat badan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang
berlebihan dalam ruangan intertisial belum diketahui penyebabnya, mungkin
karena retensi air dan garam (Novita, 2015)
e. Hubungan ANC dengan Kejadian Preeklamsia
Perawatan antenatal umumnya dianggap metode yang efektif untuk meningkatkan
hasil kehamilan, tetapi efektivitas spesifik program perawatan antenatal sebagai
sarana untuk mengurangi kematian bayi dalam kelompok sosioekonomi kurang
beruntung dan rentan perempuan belum dievaluasi secara mendalam (Situmorang,
2016).

DAFTAR PUSTAKA
Kep, S., Kes, M., & Syafar, P. H. M. (n.d.). Penyusun : Reviewer : Editor : Desain Grafis :

Kurniawati, D., Septiyono, E. A., & Sari, R. (2020). Preeklampsia dan Perawatannya.

Siti Nur Indah, E. A. (2016). Hubungan antara Preeklamsia dalam Kehamilan dengan
Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir. Majority, 5(5), 57.

Tigor H. Situmorang. (2016). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


preeklamsia Pada Ibu hamil di poli KIA RSU anupatura palu. Jurnal Kesehatan
Tadulako.
Novita, Lusiana. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan preeklamsia Pada Ibu
Bersalin di ruangan cemara II RSUD Arifi provinsi Riau tahun 2014. Jurnal Kesehatan
komunitas.

Retnaningtyas, erma. 2021. Preeklampsi dan asuhan kebidanan pada preeklamsi. Strada
press. Kediri.

Kasmiati, et.all. 2023. Asuhan kehamilan. Literasi nusantara abadi grup. Malang.

HASIBUAN, H. (2021). ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL Ny. RDENGAN


PREEKLAMSIA RINGAN PADA KEHAMILAN TRIMESTER III DI PMB MONA
PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2021.

Anda mungkin juga menyukai