Anda di halaman 1dari 21

Validitas dan Reliabilitas dalam

Metode Penelitian Kebidanan


Kelompok 1

Denada Garbella 2010302001


Dinitry Kusuma Dewi 2010302002
Dita Alifhia Maulida 2010302003
A. Latar Belakang
Baik tidaknya suatu instrumen penelitian ditentukan oleh validitas dan
reliabilitasnya. Validitas instrumen mempermasalahkan sejauh mana
pengukuran tepat dalam mengukur apa yang hendak diukur, sedangkan
reliabilitas mempermasalahkan sejauh mana suatu pengukuran dapat dipercaya
karena keajegannya. Instrumen dikatakan valid saat dapat mengungkap data
dari variabel secara tepat tidak menyimpang dari keadaan yang sebenarnya.
Instrumen dikatakan reliabel saat dapat mengungkapkan data yang bisa
dipercaya (Arikunto, 2010).
• Validitas dan reliabilitas instrumen tidak serta-merta ditentukan oleh
instrumen itu sendiri. Menurut Sugiyono (2014), faktor-faktor yang
mempengaruhi validitas dan reliabilitas suatu alat ukur (instrumen) selain
instrumen adalah pengguna alat ukur yang melakukan pengukuran dan
subjek yang diukur.
• Namun, faktor-faktor tersebut dapat diatasi dengan jalan menguji
instrumen dengan uji validitas dan reliabilitas yang sesuai. Pengujian
dilakukan untuk menjaga validitas dan reliabilitasnya. Selain itu, untuk
mengatasi pengaruh dari pengguna alat ukur, maka pengguna harus
meningkatkan kemampuannya dalam menggunakan alat ukur tersebut.
Satu faktor lagi yang tidak kalah penting yang mempengaruhi validitas
dan reliabilitas instrumen adalah faktor subjek yang diukur. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka peneliti harus dapat mengendalikan subjek.
B. Metode Penelitian
 Menurut Sugiyono Pengertian metode penelitian
adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dapat dideskripsikan, dibuktikan,
dikembangkan dan ditemukan pengetahuan, teori,
untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi
masalah dalam kehidupan manusia (Sugiyono: 2012).

 Metode penelitian menurut Prof. M.E Winarno adalah


sebuah kegiatan ilmiah yang dilakukan menggunakan
teknik yang cermat dan sistematis.
 Metode Penelitian menurut Muhammad Nasir,
metode penelitian merupakan hal yang penting bagi
seorang peneliti untuk mencapai sebuah tujuan,
serta dapat menemukan jawaban dari masalah
yang di ajukan.
 Metode penelitian menurut Muhiddin Sirat,
merupakan sebuah cara untuk memilih subjek
masalah dan menentukan pada judul dalam sebuah
investigasi.
 sedangkan metode penelitian menurut Heri Rahyubi
adalah sebuah model yang dapat digunakan
dengan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
sebuah proses dalam pembelajaran tersebut
dengan baik.
Pengertian Validitas (Validasi)

• Azwar (1987: 173) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity
yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya.
• Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut
menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur
dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara
tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur.
 Suryabrata (2000: 41) menyatakan bahwa validitas tes pada
dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes,
atau derajat kecermatan ukurnya sesuatu tes. Validitas suatu tes
mempermasalahkan apakah tes tersebut benar-benar mengukur
apa yang hendak diukur.
 Maksudnya adalah seberapa jauh suatu tes mampu mengungkapkan
dengan tepat ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur,
akan tergantung dari tingkat validitas tes yang bersangkutan.
Sudjana (2004: 12) menyatakan bahwa validitas berkenaan dengan
ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga
betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.
Konsep validitas tes dapat dibedakan
atas tiga macam yaitu validitas isi
(content validity), validitas konstruk
(construct validity), dan validitas
empiris atau validitas kriteria.
1. Validitas Konten

Validitas konten atau validitas isi fokus memberikan


bukti pada elemen-elemen yang ada pada alat ukur
dan diproses dengan analisis rasional. Validitas konten
dinilai oleh ahli. Saat alat ukur diuraikan dengan detail
maka penilaian akan semakin mudah dilakukan.
Beberapa contoh elemen yang dinilai dalam validitas
konten adalah sebagai berikut.
a. Definisi operasional variabel
b. Representasi soal sesuai
variabel yang akan diteliti
c. Jumlah soal
d. Format jawaban
e. Skala pada instrumen
f. Penskoran
g. Petunjuk pengisian instrumen
h. Waktu pengerjaan
i. Populasi sampel
j. Tata bahasa
k. Tata letak penulisan (format
penulisan)
• Setelah melakukan uji validitas konten kepada
ahli, kemudian instrumen direvisi sesuai
saran/masukan dari ahli. Instrumen
dinyatakan valid secara konten tergantung
dari ahli. Ahli bebas memberikan penilaian
apakah instrumen ini valid atau tidak.
• Indikator bahwa suatu instrumen telah valid
adalah ahli sudah menerima instrumen, baik
secara isi maupun formatnya, tanpa ada
perbaikan kembali. Jika setelah revisi ahli
masih meminta ada perbaikan, maka revisi
masih perlu dilakukan hingga ahli benar-benar
menerima instrumen tanpa perbaikan lagi
(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012).
2. Validitas Konstruk

Validitas konstruk fokus pada sejauh mana alat


ukur menunjukkan hasil pengukuran yang
sesuai dengan definisinya. Definisi variabel
harus jelas agar penilaian validitas konstruk
mudah. Definisi tersebut diturunkan dari teori.
Jika definisi telah berlandaskan teori yang tepat,
dan pertanyaan atau pernyataan item soal telah
sesuai, maka instrumen dinyatakan valid secara
validitas konstruk (Fraenkel, Wallen, & Hyun,
2012).
3. Validitas Kriteria

• Validitas kriteria fokus pada membandingkan


instrumen yang telah dikembangkan dengan
instrumen lain yang dianggap sebanding
dengan apa yang akan dinilai oleh instrumen
yang telah dikembangkan.
• Instrumen lain ini disebut sebagai kriteria. Ada
dua jenis validitas kriteria: Validitas Kriteria
Prediktif dan Validitas Kriteria Bersamaan
(Concurrent) (Fraenkel, wallen, & Hyun
2012 ).
• Perbedaan kedua uji validitas kriteria tersebut
terletak pada waktu pengujian instrumen dengan
kriterianya. Jika pengujian instrumen dan
kriterianya dilakukan pada waktu yang berbeda,
maka disebut dengan validitas kriteria prediktif,
sedangkan jika pengujian instrumen dengan
kriterianya dilakukan pada waktu yang
bersamaan maka dengan disebutvvaliditas
kriteria bersamaan (concurrent). Hasil dari uji
instrumen dan kriterianya kemudian
dihubungkan dengan uji korelasi.
• Berikut ini disajikan rumus korelasi untuk mencari koefisien korelasi
hasil uji instrumen dengan uji kriterianya.
Nilai koefisien ini disebut sebagai koefisien
validitas (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012).
Nilai koefisien validitas berkisar antara +1,00
sampai -1,00. Nilai koefisien +1,00
mengindikasikan bahwa individu pada uji
instrumen maupun uji kriteria, memiliki hasil
yang relatif sama, sedangan jika koefisien
validitas bernilai 0 mengindikasikan bahwa
tidak ada hubungan antara instrumen dengan
kriterianya. Semakin tinggi nilai koefisien
validitas suatu instrumen, maka semakin baik
instrumen tersebut.
D. Pengertian Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila
dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang
sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang
diukur dalam diri subyek memang belum berubah. Nur (1987: 47) menyatakan
bahwa reliabilitas ukuran menyangkut seberapa jauh skor deviasi individu,
atau skor-z, relatif konsisten apabila dilakukan pengulangan pengadministrasian
dengan tes yang sama atau tes yang ekivalen.

Azwar (2003 : 176) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan salah-satu ciri


atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik. Arifin (1991: 122)
menyatakan bahwa suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil
yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan
yang berbeda.
Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur berkaitan erat dengan masalah kekeliruan pengukuran.
Kekeliruan pengukuran sendiri menunjukkan sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan
pengukuran ulang terhadap kelompok subyek yang sama. Sedangkan konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil
ukur berkaitan erat dengan kekeliruan dalam pengambilan sampel yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur
apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok yang berbeda. Sudjana (2004: 16) menyatakan bahwa
reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya.
Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.

Djaali (2000: 81) menyatakan bahwa reliabilitas konsistensi gabungan butir berkaitan dengan kemantapan antara
butir suatu tes, hasil ukur melalui butir yang satu kontradiksi atau tidak konsisten dengan hasil ukur melalui butir
yang lain maka pengukuran dengan tes (alat ukur) sebagai suatu kesatuan itu tidak dapat dipercaya. Dengan kata lain
tidak reliabel dan tidak dapat digunakan untuk mengungkap ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur.
Kalau hasil pengukuran pada bagian obyek ukur yang sama antara butir yang satu dengan butir yang lain saling
kontradiksi atau tidak konsisten maka kita jangan menyalahkan obyek ukur, melainkan alat ukur (tes) yang
dipersalah-kan dengan mengatakan bahwa tes tersebut tidak reliabel terhadap obyek yang diukur.
Koefisien reliabilitas konsistensi gabungan butir untuk skor butir dikotomi
dapat dihitung dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson yang
dikenal dengan nama KR-20 (Djaali, 2000: 77) dengan rumus :
𝐾 𝑝 𝑖 𝑞 𝑖
KR-20 = 𝐾−1
ቀ1 − 𝑆𝑡2

Keterangan :
K : cacah butir
𝑝𝑖 𝑞 𝑖 : varians skor butir
𝑝𝑖 : proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i
𝑞𝑖 : propordi jawaban yang salah untuk butir nomor i
𝑆𝑡2 : varians skor total responden

Koefisien reliabilitas gabungan butir untuk skor butir politomi,


maka koefisien reliabilitas dihitung menggunakan koefisien Alpha (Djaali,
2000: 122) dengan rumus :
𝐾  𝑆𝑖2
𝑟𝑖𝑖 = ቀ1 − ቁ
𝐾− 1 𝑆𝑡2

Keterangan ∶
𝑟𝑖𝑖 = koefisien reliabilitas
K = cacah butir
𝑆𝑖2 = varians skor butir
𝑆𝑡2 = varians skor total responden
Interpretasi terhadap koefisien reliabilitas merupakan intrepretasi
relatif, artinya tidak ada batasan mutlak yang menunjukkan berapa
angka koefisien minimal yang harus dicapai agar suatu pengukuran
dapat disebut reliabel. Namun, memberikan informasi tentang
hubungan varians skor teramati dengan varians skor sejati kelompok
individu. Misalnya, diperoleh koefisien reliabilitas sama dengan 0,87.
Koefisien reliabilitas ini dapat diartikan bahwa: (1) 87% varians skor
teramati diakibatkan oleh varians skor sejati kelompok individu, dan
(2) korelasi antara skor teramati dan skor sejati sama dengan 0,87atau
0,93 (Nur, 1987: 61).
Kesimpulan
Instrumen memiliki kedudukan yang penting dalam penelitian karena instrumen berperan dalam proses
pengambilan data. Instrumen yang valid dan reliabel dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel pula
sehingga membawa pada kesimpulan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Validitas mempermasalahkan sejauh mana pengukuran tepat dalam mengukur apa yang hendak diukur.
Ketepatan dinilai dengan validitas konten, validitas konstruk, dan validitas kriteria.
Ketepatan konten dan konstruk dinilai oleh ahli pada bidangnya. Instrumen dinyatakan valid secara konten
dan konstruk apabila ahli sudah tidak memberikan saran/masukan dan menerima isi, format, serta konstruk
dari instrumen tersebut.

Ketepatan kriteria dinilai dengan membandingkan instrumen dengan kriterianya. Perbandingan diuji dengan
Uji korelasi. Semakin nilai koefisien validitas mendekati +1,00 maka instrumen diindikasi semakin valid.
Reliabilitas mempermasalahkan mana suatu pengukuran dapat dipercaya karena keajegannya. Suatu
instrumen dengan pilihan jawaban 2 atau lebih, dikatakan reliabel apabila dalam beberapa kali pelaksanaan
Pengukuran terhadap subjek yang sama (test-retest) diperoleh hasil yang relatif sama atau dalam satu kali
pengukuran dengan instrumen yang berbeda (equivalent) diperoleh hasil yang relatif sama. Suatu
instrumen dengan pilihan jawaban yang hanya dua saja, dikatakan reliabel apabila nilai ri > rt, sedangkan
untuk instrumen dengan pilihan jawaban lebih dari dua, dikatakan reliabel apabila koefisien reliabilitas Alfa
Cronbach di antara 0,70-0,90.

Anda mungkin juga menyukai