Anda di halaman 1dari 23

KELOMPOK 2

MAKALAH QIROAH
Fii Fadlil ‘Ilmi Wal Ulama Wa Fadli Ta’limi Wa Ta’alumin

Dosen Pengampuh
Hj. Shofwatal Qolbiyyah, S.Pd.I., M.Pd.I

Disusun Oleh

Hanik Rofiqoh (201904010008)

Khotim Mahmidah (201904010013)

Kristiningsih Chairunnisa’ (201904010014)

Rodotun Ni'mah (201904010039)

Khoirotul Mu'jizat (201904010051)

Novanya Agung Wulandari (201904010054)

UNIVERSITAS DARUL ULUM JOMBANG

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas rahmat dan hidayahnya kami dapat menyusun sebuah Proposal yang membahas tentang

“Maharah Qiro’ah ”.

Selanjutnya salawat dan salam kami kirimkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW

sebagaimana beliau telah mengangkat derajat manusia dari alam kegelapan menuju alam yang

terang benderang.

Kami haturkan Terimaksih yang mendalam kepada Hj. Shofwatal Qolbiyyah, S.Pd.I., M.Pd.I
, dengan bimbingan beliau kami dapat menyelesaikan proposal ini. Dalam penulisan

proposal, kami memberikan sejumlah materi yang terkait dengan materi yang disusun secara

langkah demi langkah, agar mudah dan cepat dipahami oleh pembaca.

Kami juga mengharapkan agar makalah ini dapat dijadikan pedoman apabila, pembaca

melakukan hal yang berkaitan dengan makalah ini, karena apalah gunanya kami membuat

makalah ini apabila tidak dimanfaatkan dengan baik.

Sebagai manusia biasa tentu kami tidak dapat langsung menyempurnakan makalah ini

dengan baik, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun dari dosen pembimbing mau pun pembaca.

Jombang, 11 Juni 2022


Penulis,

Kelompok 2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 4
B. Batasan Masalah .............................................................. 7
C. Rumusan Masalah ........................................................... 7
D. Tujuan penelitian ............................................................. 7
E. Manfaat penelitian ........................................................... 8
F. Sistematika Pembahasan. ................................................ 9

BAB II : PEMBAHASAN
1. Surah Al Mujadalah Ayat 58……… ................. ……………... 10
2. Surah Ali Imron Ayat 18……… ....................... ……………... 10
3. Man Yaridillah ................................................ …………….…. 20
4. Hadist Kemuliaan Mencari Ilmu Hingga Ikan Ikan DiLaut
Mendo’akan……….………………………………………...30
5. Hadist Riyadul Jannah .............................................................. 40
6. Hadist Kewajiban Mencari Ilmu Dari Ayunan Sampai Liang Lahat
………………………………………………………………..50

BAB III : KESIMPULAN


A. Saran ................................................................................ 50
B. Kesimpulan ...................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 51


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bagi umat islam, ilmu pengetahuan berkaitan erat dengan keyakinan terhadap al-Quran
yang diwahyukan serta pemahaman mengenai kehidupan dan alam semesta yang
diciptakan. Berkaitan dengan keutamaan mencari ilmu dalam pada QS. al mujadalah ayat
11 telah menjelaskan bahwa orang-orang yang mencari ilmu mendapatkan beberapa
derajat. Kebenaran tersebut hanya dapat didekati oleh manusia melalui proses pendidikan
dengan berbagai pendekatan dan dilakukan secara continue.
Al-Quran yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW mengemban beberapa fungsi
utama, yaitu sebagai hudan, (petunjuk), bayyinah (pe njelas) dan furqan (pembeda). Ketiga
fungsi ini sangat relevan dan mampu menjawab berbagai macam permasalahan sejak al-
Quran diturunkan sampai masa kini. Di samping itu Al-Quran juga membawa tiga
wawasan yang perlu dikaji dan di alami. Ketiga wawasan tersebut adalah wawasan
kesejahteraan (al-wa’y al-qashqash), wawasan keilmuan (al-awa’y al-ilmi) dan wawasan
kesejahteraan (al-wa’y al falah)
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas pada penelitian diatas sebagai berikut :
1. Penafsiran QS. al mujadalah ayat 11 ?
2. Penafsiran QS. al imron ayat 11 ?
C. Tujuan
Adapun rumusan masalah yang dibahas pada penelitian diatas sebagai berikut :
1. Mempelajari dan memahami isi kandungan Qs. al mujadalah ayat 11.
2. Mempelajari dan memahami isi kandungan Qs. al imron ayat 11.
BAB 1I
PEMBAHASAN
1. Surah Al Mujadalah Ayat 58
A. QS. surat al mujadalah 58

Artinya :
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapanglapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orangorang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”(QS. Almujadalah, 58 : 11

B. Asbabun-Nuzul Surah
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Muqotil bahwa ayat ini turun pada hari
Jumat. Ketika itu, melihat beberapa sahabat yang dulunya mengikuti perang badar
dari kalangan muhajirin maupun anshor (As-Suyuthi, 2008: 554), diantaranya tsabit
ibn qais mereka telah didahului orang dalam hal tempat duduk. Lalu merekapun
berdiri dihadapan rasulullah saw kemudian mereka mengucapakan salam dan
Rasullullah menjawab salam mereka, kemudian mereka menyalami orangorang dan
orang-orang pun menjawab salam mereka. Mereka berdiri menunggu untuk diberi
kelapangan, tetapi mereka tidak diberi kelapangan. Rasullullah merasa berat hati
kemudian beliau mengatakan kepada orang-orang disekitar beliau ,”berdirilah
engkau wahai fulan, berdirilah engkau wahai fulan”. Merekapun tampak berat dan
ketidakenakan beliau tampak oleh mereka. Kemudian orang-orang itu berkata,
“Demi Allah swt, dia tidak adil kepada mereka. Orang-orang itu telah mengambil
tempat duduk mereka dan ingin berdekat dengan Rasulullah saw tetapi dia
menyuruh mereka berdiri dan menyuruh duduk orang-orang yang datang terlambat
(Al-Maraghi, 1993: 23-24).
C. Deskripsi Surat Al-Mujadalah
Surah Al-Mujadalah ayat 11 ini memberikan gambaran tentang perintah bagi
setiap manusia untuk menjaga adab sopan santun dalam suatu majlis pertemuan dan
adab sopan santun terhadap Rasulullah SAW. Surah Al-Mujadalah merupakan
salah satu surah dalam al-Qur’an dengan jumlah 22 ayat. Surat ini turun di Madinah.
Surah ini diturunkan sesudah surat AlMunaafiqun (Burhanudin: 73). Sura ini
termasuk golongan surat madaniyah. Surat ini dinamai “al-Mujadalah” (wanita
yang mengajukan gugatan), karena pada awal surat ini disebutkan bantahan seorang
wanita. Dan dinamai juga “al-Mujadalah” yang berarti perbantahan. Pada ayat 11
menerangkan bahwa Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman
dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.
D. Penafsiran Mufasir Penafsiran menurut Al-Imam Ibnu Katsir ( Tafsir Ibnu
Katsir )
Allah berfirman seraya mendidik hamba-hambaNya yang beriman seraya
memerintahkan kepada mereka untuk saling berbuat baik kepada sesame mereka
didalam suatu majelis: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan
kepadamu: “Berlapanglapanglah dalam majelis. Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu“, yang demikian itu karena balasan itu sesuai
dengan perbuatan, sebagaimana ditegaskan didalam suatu hadist shahih yang
artinya: “Barang siapa membangun masjid karena Allah, maka Allah akan
membangunkan baginya sebuah rumah di syurga.”
Dan dalam hadist lain disebutkan, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa
memberikan kemudahan kepada orang yang ada dalam kesulitan, maka Allah akan
memberikan kemudahan di dunia dan di akhirat. Dan Allah senantiasa membantu
seorang hamba selama itu terus membantu saudaranya.”
Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman : “maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu.“ Qatadah mengatakan: “Ayat ini turun
berkenan dengan majlis-majlis Dzikir. Yaitu, jika mereka melihat salah seorang
diantara mereka datang, maka mereka tidak memberikan peluang kepadanya untuk
duduk di dekat Rasulullah. Kemudian Allah Ta’ala menyuruh mereka memberikan
kelapangan sesama mereka. Sedangkan Muqatil bin Hayyan berkata bahwa ayat ini
diturunkan pada hari Jum’at.
Imam Ahmad dan Imam asy-Syafi’i meriwayatkan dari Ibnu “Umar,
bahwasannya Rasulullah telah bersabda: “Janganlah seseorang membangunkan
orang lain dari tempat duduknya lalu dia menempati tempat duduk itu, tetapi
hendaklah kalian melapangkan dan meluaskan,” (HR.AlBukhari, Muskim dari
hadits Nafi’) Dan Imam asy-Syafi’i meriwayatkannya dari jabir bin ‘Abdillah
bahwa rasulullah bersabda: “Janganlah seseorang dari kalian membangunkan dari
saudaranya (dari tempat duduknya) pada hari Jum’at. Tetapi hendaklah
mengatakan: ‘Lapangkanlah kalian.” Hadits tersebut diriwayatkan berdasarkan
syarat sunan, tetapi mereka tidak meriwayatkannya.
E. Penafsiran menurut HAMKA (AlAzhar )
Menurut Prof.DR.Hamka dalam Tafsir Al-Azhar memberi judul pada
penafsiran surah al-Mujadalah ayat 11 ini yang berjudul “Sopan Santun (Etiket)
Suatu Majlis”. Tentu saja berkerumunlah sahabat-sahabat Rasulullah SAW karena
ingin mendengar butir-butir dan nasehat dan bimbingan beliau. Dan apabila
masyarakat itu kian berkembang kian banyaklah majlis tempat berkumpul
membincangkan hal-hal yang penting . Tentu saja majlis demikian kadangkadang
menjadi sesak dan sempit , karena banyaknya orang yang duduk. Dan kadang-
kadang orang yang terlebih dahulu masuk mendapat tempat duduk yang bagus
sedang yang datang kemudian tidak dapat masuk lagi. Kadang kadang pula
disangka oleh yang datang kemudian bahwa tempat buat duduk di muka sudah
tidak dapat menampung orang yang baru datang lagi, sehingga yang baru datang
terpaksa duduk menjauh. Padahal tempat yang di dalam itu masih lapang. Kadang-
kadang orang yang telah enak duduknya di dalam itu kurang enak kalau ada yang
baru datang meminta agar mereka disediakan tempat. Maka datanglah peraturan
dari Allah sendiri yang mengatur agar majelis itu teratur dan suasananya terbuka
dengan baik. Allah SWT berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila
dikatakan kepadamu berlapang-lapanglah pada majlis-majlis, maka lapangkanlah,
[pangkal ayat 11]. Artinya bahwa majlis, yaitu duduk bersama. Asal mulanya
duduk bersama mengelilingi Nabi karena hendak mendengar ajarun-ajaran dan
hikmat yang akan beliau keluarkan. Tentu ada yang datang terlebih dahulu,
sehingga tempat duduk bersama itu kelihatan telah sempit. Karena di waktu itu
orang duduk bersama di atas tanah, belum memakai kursi sebagai sekarang.
Niscaya karena sempitnya itu, orang yang datang kemudian tidak lagi mendapat
tempat. Lalu dianjurkanlah oleh Rasul agar yang telah duduk terlebih dahulu
melapangkan tempat bagi yang datang kemudian. Sebab pada hakikatnya tempat
itu belumlah sesempit apa yang kita sangka. Masih ada tempat lowong, masih ada
tempat untuk yang datang kemudian. Sebab itu hendaklah yang telah duduk lebih
dahulu melapangkan tempat bagi mereka yang baru datang itu.
Karena yang sempit itu bukan tempat, melainkan hati. Thabi'at mementingkan
diri pada manusia sebagai kesan pertama, enggan memberikan tempat kepada yang
baru datang itu.
F. Penafsiran menurut Ahmad Musthafa Al-Muraghi (Tafsir al-Maraghi)
Ayat ini mencakup pemberian kelapangan dalam menyampaikan segala macam
kebaikan kepada kaum muslimin dan yang menyenangkannya. Dan Allah SWT
akan meninggikan derajat orang-orang mukmin dengan mengikuti perintah-
perintah-Nya, khususnya orang-orang yang berilmu diantara mereka, derajat-
derajat yang banyak dalam hal pahala dan tingkat keridhaan.
2. Surah Ali Imron Ayat 18

َ ْ ‫ط ۚ ََل إ ِ لَٰ َ ه َ إ ِ هَل ه َُو ال ْ ع َ ِز ي ُز ال‬


ُ ‫ح ِك ي م‬ ِ ْ‫ش َ ِه د َ َّللاه ُ أ َن ه ه ُ ََل إ ِ لَٰ َ ه َ إ ِ هَل ه ُ َو َو ال ْ َم ََل ئ ِ ك َ ة ُ َو أ ُو ل ُ و ال ْ ِع ل ْ ِم ق َ ا ئ ِ ًم ا ب ِ ال ْ ق ِ س‬
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang
menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang
demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.
Allah menyaksikan) artinya menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya dengan dalil-dalil
dan ayat-ayat (bahwasanya tidak ada Tuhan) yakni tidak ada yang disembah dalam wujud ini
dengan benar (melainkan Dia, dan) menyaksikan pula atas yang demikian itu (para malaikat)
dengan pengakuan mereka (dan orang-orang yang berilmu) dari kalangan para nabi dan orang-
orang beriman, baik dengan keyakinan maupun dengan perkataan (menegakkan keadilan)
dengan mengatur makhluk ciptaan-Nya. Manshub disebabkan kedudukannya sebagai hal,
sedangkan yang menjadi amilnya ialah arti keseluruhan yakni hanya Allahlah yang mengatur
makhluk-Nya dengan seadil-adilnya. (Tidak ada Tuhan melainkan Dia) diulangi kembali
memperkokoh perkataan sebelumnya (Yang Maha Perkasa) dalam kerajaan-Nya (lagi Maha
Bijaksana) dalam perbuatan dan ciptaan-Nya.

Tafsir Ringkas Kemenag RI


Setelah Allah memberi pujian kepada kaum mukmin, ayat ini menegaskan bahwa dalil-
dalil yang bisa menguatkan keimanan sudah begitu jelas. Allah menyatakan, yakni menjelaskan
kepada seluruh makhluk bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia, dan tidak
ada sekutu bagi-Nya. Demikian pula para malaikat dan orang-orang berilmu juga menyaksikan
atas keesaan-Nya. Bahkan, semuanya menyaksikan bahwa Allah tampil secara utuh untuk
menegakkan keadilan, melalui dalil-dalil yang kuat. Allah adalah satu-satunya Penguasa dan
Pengatur alam raya ini, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia, Yang Mahaperkasa,
Mahabijaksana dalam pengaturan dan penetapan hukumhukum-Nya.

Tafsir Lengkap Kemenag


Kementrian Agama RI
Keesaan Allah dinyatakan dengan menegakkan dalil-dalil dan dengan bukti ciptaan-
Nya pada alam dan diri manusia, serta menurunkan ayat-ayat yang menjelaskannya. Para
malaikat menyatakan pula hal keesaan Allah itu dan menyampaikannya kepada nabi-nabi. Para
nabi menyatakan kesaksian yang diperkuat oleh ilmu yang sudah tertanam dalam jiwa mereka
yang lebih tinggi daripada ilmu-ilmu lainnya yang diperoleh dengan pengalaman. Demikian
pula para ulama, turut menyatakan keesaan Allah dan menjelaskannya. Mereka menyaksikan
Allah dengan kesaksian yang disertai bukti-bukti dan alasan ilmiah. Ayat ini menunjukkan
martabat yang tinggi dari para ulama karena mereka telah disejajarkan dengan malaikat yang
mulia yaitu sama-sama dapat menyaksikan keesaan Allah.
"Menegakkan keadilan" ialah menegakkan keseimbangan dalam itikad, karena tauhid itu
merupakan suatu kepercayaan yang lurus, tauhid yang murni yang tidak dicampuri sedikit pun
oleh keingkaran kepada Allah dan mempersekutukan-Nya. Juga menegakkan keseimbangan di
dalam ibadah, budi pekerti dan amal perbuatan, artinya menegakkan keseimbangan antara
kekuatan rohani, dan kekuatan jasmani. Allah memerintahkan kita melakukan ibadah salat dan
ibadah lainnya untuk menyucikan rohani. Allah menyuruh kita makan makanan yang baik,
untuk memelihara tubuh. Allah melarang kita berlebih-lebihan di dalam beragama dan
keterlaluan dalam mencintai dunia.

Demikian pula, Allah meletakkan hukum keseimbangan pada alam ini. Barang siapa
memperhatikan hukum alam ini dan ketertibannya dengan teliti, maka tampak jelas baginya
hukum keseimbangan itu paling sempurna. Allah menegakkan keseimbangan yang sempurna
pada alam ini sebagai bukti nyata atas kebenaran kebijaksanaan-Nya. Kesatuan tata tertib pada
alam ini menunjukkan keesaan pencipta-Nya.

Di akhir ayat ini, keesaan Zat-Nya ditegaskan dalam sifat ketuhanan. "Tak ada Tuhan
melainkan Dia, yang Mahakuasa lagi Mahabijaksana". Sifat "Mahakuasa" dalam ayat ini
memberi pengertian kesempurnaan kodrat-Nya dan sifat "Mahabijaksana" menunjukkan
kesempurnaan ilmu-Nya. Suatu kekuasaan tidak dapat sempurna kecuali dengan adanya hak
yang mutlak dalam bertindak. Keadilan (keseimbangan) juga tidak akan dapat sempurna,
kecuali dengan mengetahui segala keadaan dan kemaslahatan. Maka barang siapa yang
kesempurnaannya sudah sampai demikian, tidak seorang pun dapat mempengaruhinya dalam
menjalankan keseimbangan itu dan tidak ada satu makhluk pun yang luput dari hukum-Nya.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi
(Allah menyaksikan) artinya menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya dengan dalil-dalil
dan ayat-ayat (bahwasanya tidak ada Tuhan) yakni tidak ada yang disembah dalam wujud ini
dengan benar (melainkan Dia, dan) menyaksikan pula atas yang demikian itu (para malaikat)
dengan pengakuan mereka (dan orang-orang yang berilmu) dari kalangan para nabi dan orang-
orang beriman, baik dengan keyakinan maupun dengan perkataan (menegakkan keadilan)
dengan mengatur makhluk ciptaan-Nya. Manshub disebabkan kedudukannya sebagai hal,
sedangkan yang menjadi amilnya ialah arti keseluruhan yakni hanya Allahlah yang mengatur
makhluk-Nya dengan seadil-adilnya. (Tidak ada Tuhan melainkan Dia) diulangi kembali
memperkokoh perkataan sebelumnya (Yang Maha Perkasa) dalam kerajaan-Nya (lagi Maha
Bijaksana) dalam perbuatan dan ciptaan-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir


Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir
Allah memberikan pernyataan-Nya, dan cukuplah Allah sebagai saksi. Dia adalah saksi
Yang Mahabenar lagi Mahaadil, dan Mahabenar firman-Nya.

...bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia.


Artinya, hanya Dialah Tuhan semua makhluk, dan bahwa semua makhluk adalah hamba-
hamba-Nya dan merupakan ciptaan-Nya, semua makhluk berhajat kepada-Nya, sedangkan Dia
Mahakaya terhadap semuanya selain Dia sendiri. Perihalnya sama dengan yang diungkapkan
oleh Allah Swt. dalam firman lainnya, yaitu:

tetapi Allah mengakui Al-Qur'an yang diturunkan-Nya kepadamu. (An Nisaa:166), hingga
akhir ayat.

Kemudian Allah mengiringi pernyataan-Nya itu dengan kesaksian para malaikat dan orang-
orang yang berilmu, yang disertakan dengan kesaksian (pernyataan)-Nya. Untuk itu Allah Swt.
berfirman: Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia (begitu pula) para
malaikat dan orang-orang yang berilmu. (Ali Imran:18)

Hal ini merupakan suatu keistimewaan yang besar bagi para ulama dalam kedudukan tersebut.

Yang menegakkan keadilan.

Lafaz qa-iman di-nasab-kan sebagai hal. Dengan kata lain, Allah Swt. senantiasa menegakkan
keadilan dalam semua keadaan.

Tidak ada Tuhan melainkan Dia.

Kalimat ayat ini berkedudukan sebagai taukid atau yang mengukuhkan kalimat sebelumnya.

Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Al-Aziz Yang Mahaperkasa, Yang keagungan dan kebesaran-Nya tidak dapat dibatasi,
lagi Mahabijaksana dalam semua ucapan, perbuatan, syariat, dan takdir-Nya.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Abdu Rabbih, telah
menceritakan kepada kami Baqiyyah ibnul Walid, telah menceritakan kepadaku Jubair ibnu
Amr Al-Qurasyi, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Ansari, dari Abu Yahya maula
keluarga Az-Zubair ibnul Awwam, dari Az-Zubair ibnul Awwam yang menceritakan bahwa ia
pernah mendengar Nabi Saw. di Arafah membaca ayat berikut, yaitu firman-Nya: Allah
menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat
dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan
Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Ali Imran:18), Sesudah itu beliau Saw.
mengucapkan: Dan aku termasuk salah seorang yang mempersaksikan hal tersebut, ya
Tuhanku.

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui jalur lain. Untuk itu ia mengatakan:

telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Husain, telah menceritakan kepada kami Muhammad
ibnul Mutawakkil Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Hafs ibnu Sabit
Abu Sa'id Al-Ansari, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Yahya ibnu Abbad
ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Az-Zubair yang menceritakan
bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. ketika membacakan ayat ini: Allah menyatakan
bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, begitu pula para malaikat. (Ali Imran:18), Lalu beliau
mengucapkan: Dan aku ikut bersaksi, ya Tuhanku.

Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan di dalam kitab Mu'jamul Kabir:

telah menceritakan kepada kami Abdan ibnu Ahmad dan Ali ibnu Sa'id, keduanya mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Ammar ibnu Umar Al-Mukhtar, telah menceritakan kepada
kami ayahku, telah menceritakan kepadaku Galib Al-Qattan, bahwa ia datang ke Kufah dalam
salah satu misi dagangnya, lalu tinggal di dekat rumah Al-A'masy. Pada suatu malam ketika
aku hendak turun, Al-A'masy melakukan salat tahajud di malam hari, lalu bacaannya sampai
pada ayat berikut, yaitu firman-Nya: Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia,
Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan
yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran:18-19) Kemudian
Al-A'masy mengatakan, "Dan aku pun mempersaksikan apa yang telah dinyatakan oleh Allah,
dan aku titipkan kepada Allah persaksianku ini, yang mana hal ini merupakan titipan bagiku di
sisi Allah."
Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran:19)
Kalimat dan ayat ini diucapkannya berkali-kali oleh Al-A'masy. Galib Al-Qattan melanjutkan
kisahnya, bahwa lalu aku berkata kepada diriku sendiri, "Sesungguhnya dia (Al-A'masy) telah
mendengar suatu hadis mengenai masalah ini." Maka aku pada pagi harinya menuju kepadanya
untuk berpamitan, kemudian aku berkata, "Hai Abu Muhammad, sesungguhnya aku telah
mendengarmu mengulang-ulang bacaan ayat ini." Al-A'masy berkata, "Tidakkah telah sampai
kepadamu suatu hadis mengenainya?" Aku menjawab, "Aku berada di dekatmu selama satu
bulan, tetapi engkau belum menceritakannya kepadaku." Al-A'masy mengatakan, "Demi
Allah, aku tidak akan menceritakannya kepadamu sebelum satu tahun." Maka aku tinggal
selama satu tahun dan tinggal di depan pintunya. Setelah lewat masa satu tahun, aku berkata,
"Hai Abu Muhammad, sekarang telah berlalu masa satu tahun."
Al-A'masy menjawab bahwa telah menceritakan kepadaku Abu Wail, dari Abdullah
yang menceritakan bahwa Rasillullah Saw. pernah bersabda: Kelak di hari kiamat pelakunya
akan didatangkan, lalu Allah Swt. berfirman, "Hamba-Ku telah berjanji kepada-Ku, dan Aku
adalah Tuhan Maha memenuhi janji-Nya, maka masukkanlah oleh kalian (para malaikat)
hamba-Ku ini ke dalam surga."

Tafsir Quraish Shihab


Muhammad Quraish Shihab
Melalui bukti-bukti dan tanda-tanda dalam alam raya yang tidak dapat dipungkiri lagi
oleh orang yang berakal sehat, Allah menerangkan bahwa Dia Mahaesa, tak bersekutu, dan
bahwa Dia mengatur urusan makhluk-Nya secara seimbang. Para malaikat dan orang-orang
yang berilmu mengakui dan meyakini hal itu. Demikian juga, Allah menjelaskan bahwa hanya
Dialah yang memiliki sifat-sifat ketuhanan, yang tidak dapat dikalahkan oleh siapa pun, dan
yang meliputi segala sesuatu dengan kebijakan-Nya.
3. Man Yaridillah
‫َم ْن ي ُِر ِد هللاُ بِ ِه َخي ًْرا‬

MAN YURIDILLAHU BIHI KHOYRAN


“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya,

ِ ‫يُفَ ِق ْههُ فِ ْي‬


‫الدي ِْن‬
YUFAQQIHHU FIDDIIN
Allah akan faqihkan ia dalam masalah agama.“
artinya:

“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam
masalah agama.“
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Man Yuridillahu Bihi Khairan Yufaqqihhu Fiddin artinya barangsiapa yang


dikehendaki Allah kebaikan padanya, Allah akan memberikan pemahaman di
hatinya terhadap agama. ( HR Bukhori- Muslim ).

Kedatangan Ust. Dr. Muhammad Nur Ihsan, MA merupakan kunjunganya yang kesekian
kalinya di kabupaten ende (2/3/2018) Ust yang merupakan Doktor lulusan Universitas
Islam Madinah ini membagikan ilmunya di selal-sela kesibukannya kepada para jamaah
yang berada di kabupaten ende. Kegiatan kajianpun dilaksanakan di Masjid Darul Yaqin
mbongawani-Ende (2/3/2018) sesudah sholat Maghrib. Berikut materi yang dapat kami
ringkaskan.

Dalam kajianya beliau menyampaikan bahwa urgensinya mencari ilmu agama, beliau
melanjutkan bahwa sebagai seorang penuntut ilmu wajib mengetahui;

Ilmu tentang Allah, yaitu dengan mengenal Allah Subhaanahu Wata'ala, mengenal nama
dan sifat-sifat Allah Subhaanahu Wata'ala, mengenal Allah dengan memahami Tauhid
Rububiyah, Uluhiyah dan Asma dan sifat Allah Subhaanahu Wata'ala. Mengenal nama-
nama Allah dan menjadikan sebagai wasilah atau mediasi di dalam berdo'a kepada-Nya.
Seperti tatkala berdo'a dengan menyebut ya Ghafur, Ighfir Dzunuubanaa. Dan lain
sebagainya.
Ilmu tentang Rasulullah Salallahu alaihi wasallam,yaitu dengan mengenal Rasulullah
Salallahu Alaihi Wasalam dengan mempelajari kehidupan beliau dari segala aspek,
pelajari Akidah beliau kepada Allah Subhaanahu Wata'ala, Ibadah beliau kepada Allah
Subhaanahu Wata'ala, Akhlak beliau kepada Allah Subhaanahu Wata'ala, muamalah
beliau dengan isteri-isterinya, dengan sahabat-sahabatnya.
Menjadikan Rasulullah Salallahu alaihi wasallam sebagai uswah atau suri tauladan yang
paling baik dalam kehidupan serta mengikuti apa yang di bawa Rasulullah Salallahu
alaihi wasallam berupa Iman, Islam dan Ihsan.
Ilmu tentang Agama Islam dengan dalil, yaitu mempelajari ilmu agama islam dengan
baik dan benar, petanda kebaikan yang Allah Subhaanahu Wata'ala kehendaki kepada
seseorang adalah orang itu menuntut ilmu agama namun sebaliknya indikasi orang yang
tidak menuntut ilmu agama maka dia tidak di kehendaki kebaikan oleh Allah Subhaanahu
Wata'ala.
Rasulullah Salallahu alaihi wasallam bersabda "Man yuridillahu bihi khairan yufaqqihu
fiddin" barang siapa yang Allah Subhanahu Wata'ala kehendaki kebaikan maka Allah
Subhaanahu Wata'ala akan memahami dia di dalam ilmu agama. Allah Subhanahu
Wata'ala juga akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu, tidak mungkin
orang yang memiliki iman yang benar kalau tidak berilmu.
Menuntut ilmu juga merupakan jalan menujua ke surga, Rasulullah Salallahu Alaihi
Wasalam bersabda; "Man salaka tariiqan yaltamisu fiyhi ilman sahhalallaahu lahu
thariqan ilal jannah" barang siapa yang menuntut ilmu agama maka Allah Subhaanahu
Wata'ala akan memudahkan jalanya menuju Surga. Seorang penuntut lmu wajib baginya
untuk selalu mengagungkan ilmu dengan cara memuliakan ilmu, banyak para ulama
mengatakan " siapa yang tidak memuliakan ilmu maka ilmu tidak akan
memuliakanya"Mengagungkan ilmu juga dengan cara menjernihkan dan mensucikan
hati, sabar dan ikhlas dalam menuntut ilmu.
Indikator keikhlasan dalam menuntut ilmu adalah; (1). Menghilangkan kebodohan diri
sendiri, (2)menghilangkan kebodohan orang lain, (3) menuntul ilmu sebagai wujud untuk
melanjutkan estafet warisan para Nabi (4). Menuntut Ilmu harus di amalkan.
4. Hadist Kemuliaan Mencari Ilmu Hingga Ikan Ikan DiLaut Mendo’akan
‫إن‬َّ ‫ َو‬،ِ‫طريقًا إِلَى الجنة‬ َ ‫َّللا لَه‬َّ ‫عل ًما س َّهل‬ ْ ‫طريقًا يَ ْبتَغِي فِي ِه‬ َ َ‫سلَك‬ ْ :ُ‫ يقول‬،‫َّللا ﷺ‬
َ ‫من‬ ِ َّ ‫سول‬ ُ ‫ سمِ ْعتُ َر‬:‫ع ْن أَبي الد َّْرداءِ قَال‬ َ ‫َو‬
‫ض حتَّى‬ ِ ‫األر‬
ْ ‫ومن فِي‬ْ ‫ت‬ِ ‫س َموا‬ َّ ‫من في ال‬ ْ ُ‫إن ْالعالِم لَيَ ْست َ ْغف ُِر لَه‬ ْ َ‫ض ُع أجْ نِ َحت َ َها لِطالب ْالع ِْل ِم ِرضًا ِبما ي‬
َّ ‫ َو‬،‫صنَ ُع‬ َ َ ‫ت‬َ ‫ل‬ َ ‫ة‬ َ
‫ك‬ ‫ئ‬
ِ ‫المال‬
َّ ِ‫وإن ْالعُلَما َء َو َرثَةُ األ ْنبِياء‬
‫وإن األ ْنبِيا َء لَ ْم‬ َّ ،‫ب‬ ِ ‫سائ ِِر ْالك ََوا ِك‬ َ ‫على‬ َ ‫ض ِل ْالقَمر‬
ْ َ‫علَى ْالعابِ ِد َكف‬ َ ‫ض ُل ْالعَالِم‬
ْ َ‫ وف‬، ِ‫الحِ يتانُ في الماء‬
‫ رواهُ أَبُو داود والترمذي‬.‫حظ َواف ٍِّر‬ ْ َ‫ ف‬،‫ورثُوا ْالع ِْل َم‬
ٍّ ‫من أ َ َخذَهُ أ َ َخذَ ِب‬ َّ ‫َارا َوال د ِْر َه ًما وإنَّما‬ً ‫ُورثُوا دِين‬
ِ ‫ي‬.

Dari Abu Ad-Darda’ R.A. berkata: saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa
yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah Swt. akan memudahkan baginya
jalan menuju surga. Sesungguhnya para Malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi orang
yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang diperbuatnya. Dan bahwasanya penghuni
langit dan bumi serta ikan yang ada di lautan itu senantiasa memintakan ampun kepada orang
yang ‘alim (berilmu). Keutamaan orang ‘alim (berilmu) terhadap orang ‘abid (ahli ibadah)
bagaikan keutamaan bulan purnama terhadap bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu
adalah pewaris para nabi. Dan bahwasanya para nabi tidak akan mewariskan dinar dan dirham
(kekayaan duniawi) tetapi para nabi mewariskan ilmu pengetahuan, maka barang siapa yang
mununtut ilmu darinya, maka dia telah mengambil bagian yang sempurna. (HR. Abu Dawud
dan Tirmidzi)

Wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah Saw. adalah perintah untuk membaca. Hal ini
menunjukkan bahwa Allah Swt. sangat menekankan kepada hamba-Nya untuk belajar atau
menuntut ilmu, karena belajar selalu identik dengan kegiatan membaca. Selain itu, membaca
merupakan salah satu cara terbaik dan utama untuk belajar, selain mendengarkan dari para
guru.

Bahakan dalam sebuah hadits disebutkan bahwa, menuntut ilmu adalah salah satu kewajiban
sebagai seorang muslim. Hal ini tidak lain karena keutamaan ilmu itu sendiri. Sebagaimana
firman Allah Swt. dalam surat al Mujadalah ayat 11,

‫ٱَّللُ ِب َما ت َ ْع َملُونَ َخ ِبير‬


َّ ‫ت ۚ َو‬ ۟ ُ ‫وا مِ ن ُك ْم َوٱلَّذِينَ أُوت‬
ٍّ ‫وا ْٱلع ِْل َم دَ َر َٰ َج‬ ۟ ُ‫ٱَّللُ ٱلَّذِينَ َءا َمن‬
َّ ‫يَ ْرفَ ِع‬

“Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”

Demikianlah salah satu keutamaan dari orang yang memiliki ilmu pengetahuan, yaitu Allah
Swt. akan mengangkat derajat mereka. Dan Allah Swt. menyatakan akan mengangkat derajat
mereka beberapa derajat.

Bahkan Allah Swt. menyebutkan bahwa di antara hamba-Nya yang paling besar rasa takutnya
kepada Allah Swt. adalah para ulama’ sebagaimana Firman-Nya,

‫غفُور‬
َ ‫ع ِزيز‬ َّ ‫َّللاَ مِ ْن ِعبَا ِد ِه ْالعُلَ َما ُء ِإ َّن‬
َ َ‫َّللا‬ َّ ‫ِإنَّ َما يَ ْخشَى‬

“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para Ulama,
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS Surat Fathir: 28)
Tidak sampai di sana, dalam hadits yang disebutkan dalam kitab Riyadhus Saalihin dan
diriwayatkan oleh sahabat mulia Abu Darda’ R.A. disebutkan begitu banyak keutamaan orang
yang terus memperkaya pengetahuan atau ilmunya.

MasyaAllah begitu besar keutamaan orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang terus
menambah pengetahuannya. Mulai dari dimudahkan untuk memasuki tempat yang selalu
diinginkan setiap orang, yaitu surga. Orang yang menuntut ilmu juga akan dinaungi sayap
malaikat, didoakan oleh semua makhluk Allah Swt., baik yang ada di langit, di darat, bahkan
oleh semua ikan di lautan, orang yang ahli ilmu lebih utama daripada seorang ahli ibadah.
kemudian menjadi pewaris para nabi. Dan semua itu tidak akan bisa kita jabarkan satu persatu
dalam satu tulisan ini.

Namun demikian kita akan coba kaji salah satunya. Dan salah satu keutamaan bagi orang yang
‘alim (berilmu) berdasarkan hadits tersebut adalah: Bahwa semua penghuni langit, bumi, serta
ikan di lautan akan memintakannya ampun kepada Allah Swt.

MasyaAllah bisa kita bayangkan berapa juta, milyar, bahkan triliun makhluk Allah Swt. yang
memintakan ampun bagi orang-orang yang berilmu tersebut. Sebagai gambaran kecil berapa
banyak makhluk Allah Swt. yang memintakan orang berilmu itu ampunan adalah dengan
mengetahui berapa jumlah ikan di lautan. Namun demikian jumlah ikan di lautan sangat
amatlah banyak. Setiap hari ikan-ikan di lautan ditangkap oleh para nelayan. Namun tidak
kunjung habis.

Berdasarkan catatan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia, di Indonesia saja
terdapat sedikitnya 4.720 spesies. Dan itu hanya di Indonesia bukan dunia dan itu baru
spesiesnya bukan jumlah seluruh ikan di lautan. Dan dilansir dari National Geographic
bahwasanya ada beberapa ikan yang dalam satu kali berkembang biak, ikan tersebut
memproduksi jutaan telur. Dan salah satu ikan yang paling produktif adalah ikan Mola (Mola-
mola), ikan Mola-mola dalam sekali reproduksinya bisa mengeluarkan/ memproduksi telur
sejumlah 300.000.000 (Tiga Ratus juta telur). Dan ini dalam satu waktu/ satu kali reproduksi.

Subhanallah bisakah anda bayangkan berapa jumlah makhluk Allah Swt. yang akan
memintakan ampun bagi orang-orang yang berilmu (‘alim) tersebut. Jika satu ekor ikan saja
bisa menghasilkan telur sebanyak 300 juta telur. Kemudian jumlah mereka tidak terdata.
Spesies mereka di satu negara ribuan. Dan itu hanya makhluk Allah Swt. yang berupa ikan.
Belum lagi makhluk Allah Swt. yang ada di darat, belum lagi makhluk Allah Swt. yang ada di
langit. Maka dalam sehari sudah berapa TRILIUN ISTIGFAR yang didapatkan oleh orang-
orang yang berilmu (‘aalim). Tidakkah kita berhajat menjadi salah satu orang yang memeroleh
kemuliaan tersebut.

Akhirnya semoga Allah Swt. memberikan kepada kita ilmu yang banyak dan bermanfaat.
Khususnya ilmu agama (Islam). Amin

َ ‫ع َمالً ُمتَقَبَّالً َو ِر ْزقًا َوا ِسعًا َواِلَى ْال َخي ِْر قَ ِر ْبنَا َو‬
َّ ‫ع ِن ال‬
‫ش ِر بَ ِع ْدنَا‬ َ ‫اللهم اِنِ ْى ا َ ْسأَلُكَ ع ِْل ًما نَافِعًا َو‬

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada Engkau ilmu yang bermanfaat, amal perbuatan
yang diterima, rizqi yang lapang, dan dekatkanlah aku ke perilaku yang baik serta jauhkanlah
aku dari perbuatan yang jelek.
SEMUT DAN IKAN PUN IKUT MENDOAKAN KEBAIKAN PADANYA

‫يم‬
ِ ِ‫الرح‬
‫الرحْ َم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫س ِم ه‬
ْ ‫ِب‬

SEMUT DAN IKAN PUN IKUT MENDOAKAN KEBAIKAN PADANYA


>> Inilah di antara keutamaan menyebarkan ilmu agama
Alangkah bahagianya seseorang yang selalu didoakan dengan kebaikan dan dimohonkan
ampunan.
Siapa yang tak ingin?
Pernahkah terbayang jika yang mendoakan kita adalah makhluk sejagat?
Yang ada di langit berlapis dan yang hidup di atas permukaan bumi, semuanya turut berdoa
untuk kebaikan untuk kita.
Bahkan semut-semut di sarangnya, juga ikan-ikan di air tempat hidupnya, tak ketinggalan
untuk mendoakan kebaikan.
Untuk siapa?
Semua mendoakan kebaikan kepada hamba yang selalu mengajarkan ilmu dan kebaikan
kepada masyarakatnya.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

‫اس ْال َخي َْر‬


ِ َّ‫علَى ُم َعل ِِم الن‬ َ ُ‫ضينَ َحتَّى النَّ ْملَةَ فِي جُحْ ِرهَا َو َحتَّى ْالحُوتَ لَي‬
َ َ‫صلون‬ ِ ‫ت َو ْاأل َ َر‬ َّ ‫َّللاَ َو َم َالئِ َكتَهُ َوأ َ ْه َل ال‬
ِ ‫س َم َوا‬ َّ ‫ِإ َّن‬

“Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya, penduduk langit dan bumi, sampai pun semut di
sarangnya dan ikan di lautan turut mendoakan kebaikan untuk orang yang mengajarkan
kebaikan kepada manusia.” [Hadis Abu Umamah Al Bahili Riwayat Tirmidzi dishahihkan oleh
Al Albani]

Allah Maha Mampu untuk menjadikan makhluknya dapat berbicara dan berdoa.
Amatlah mudah bagi Allah untuk mengizinkan semut dan ikan turut mendoakan kebaikan
untuk para pemilik ilmu agama. Allah berfirman dalam ayat-Nya:

‫ورا‬ َ ‫سبِ ُح بِ َح ْم ِد ِه َولَكِن الَّت َ ْفقَ ُهونَ ت َ ْسبِي َح ُه ْم ِإنَّهُ َكانَ َحلِي ًما‬
ً ُ ‫غف‬ َ ُ‫ش ْيءٍّ ِإالَّي‬ ُ ‫س ْب ُع َواْأل َ ْر‬
َ ‫ض َو َمن فِي ِه َّن َو ِإن ِمن‬ َّ ‫اواتُ ال‬ َّ ‫سبِ ُح لَهُ ال‬
َ ‫س َم‬ َ ُ‫ت‬
Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada
suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih
mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. [QS. 17:44]

Ibnu Katsir menjelaskan:


“Tidak ada satu pun makhluk kecuali ia pasti bertasbih dengan memuji Allah. Namun kalian
tidak dapat mengerti tasbih mereka, wahai segenap manusia, sebab berbeda dengan bahasa
kalian. Hal ini berlaku secara umum untuk hewan binatang, pohon tetumbuhan dan benda-
benda mati. Pendapat ini adalah yang paling masyhur dibanding pendapat lain.” [Tafsir Ibnu
Katsir]

Thalabul ilmi akan membawa kita menuju sebuah dunia yang dipenuhi dan dihiasi oleh doa-
doa seluruh makhluk sejagat raya.
Bersemangatlah untuk memelajari ilmu-ilmu agama Islam!
Sebab untuk orang semacam ini, semut dan ikan pun turut berdoa.

Barakallahu fiik.
5. Hadist Riyadul Jannah

Dalam sebuah hadis, Rasulullah menyebutkan bahwa di dunia ini terdapat taman-taman
surga. Malaikat pun ketika mendapatinya akan mengerumuni taman tersebut. Apakah
itu? Dalam sebuah hadis disebutkan

‫ قالوا وما رياض الجنة يا رسول هللا؟ قال حلق الذكر فإن هلل تعالى سيارات من المَلئكة‬.‫إذا مررتم برياض الجنة فاتعوا‬
‫يطلبون حلق الذكر فإذا أتوا عليهم حفوا بهم‬

“Apabila kalian melewati taman-taman surga, maka beristirahatlah kalian (di sana).”
Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah apakah yang dimaksud dengan taman-taman surga
itu?” Beliau menjawab, “halqah-halqah (majelis-majelis) zikir, karena sesungguhnya Allah
Swt mempunyai iringan para malaikat yang ditugaskan mencari halqah-halqah zikir.
Apabila mereka mendaangi suatu halqah zikir, maka mereka mengerumuninya
(bergabung dengan mereka).” (HR. Tirmidzi & Baihaqi)

Dalam riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim juga disebutkan hadis senada

‫ فقال” ما أجلسكم؟ قالوا جلسنا نذكر هللا تعالى ونحمده على ما‬.‫خرج رسول هللا صلى هللا عليه وسلم على حلقة من أصحابه‬
‫ أما إني لم أستحلفكم تهمة لكم‬:‫ قال‬،‫ آهلل ما أجلسكم إَل ذاك؟ قالوا وهللا ما أجلسنا إَل ذاك‬:‫ قال‬،‫هدانا لإلسَلم ومن به علينا‬
‫ولكنه أتاني جبريل فأخبرني أن هللا تعالى يباهي بكم المَلئكة‬

Rasulullah Saw keluar menuju sebagian sahabatnya yang membentuk suatu halqah zikir.
Beliau bersabda, “Apakah yang menyebabkan kalian duduk-duduk membentuk halqah
ini?” Mereka menjawab, “Kami duduk-duduk untuk berzikir kepada Allah dan memuji-
Nya atas karunia-Nya yang telah menunjukkan kami kepada Islam dan
menganugerahkan Islam kepada kami.”beliau bersabda, “apakah hanya karena Allah
kalian melakukan ini? Ingatlah, sesungguhnya aku tidak bermaksud untuk melancarkan
suatu tuduhan terhadap kalian, melainkan telah datang kepadaku Malaikat Jibril lalu ia
memberitahukan kepadaku bawha Allah membanggakan kalian di kalangan para
malaikat.” (HR. Bukhari & Muslim)

Imam Nawawi berdasarkan hadis di atas menerangkan, sunnah hukumnya duduk


berkumpul untuk berzikir bersama. Rasulullah bahkan menyebut majelis-majelis zikir
laksana taman-taman surga yang ada di dunia.

Hadis ini menunjukan bahwa berzikir bersama bukanlah perkara yang bid’ah. Melakukan
ibadah bersama selain disunnahkan juga memiliki nilai sosial yang lebih tinggi, sebab
dapat mempererat silaturahmi dengan kerabat maupun tetangga.
Adapun zikir yang dilantunkan bisa zikir apa saja sebagaimana yang diajarkan Rasulullah
dalam banyak kesempatan kepada para sahabatnya. Bisa dengan tasbih, tahmid, takbir
dan tahlil. Wallahu’alam.
6. Hadist Kewajiban Mencari Ilmu Dari Ayunan Sampai Liang Lahat

َ ‫أ ُ ْطلُبُوا ا ْل ِع ْل َم مِ نَ ا ْل َم ْه ِد ا‬
‫ِلى اللَّ ْه ِد‬

Latin: Utlubul ilma minal mahdi ilal lahdi

Artinya: “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat”.

Lafadz utlubul ilma minal mahdi ilal lahdi menjelaskan bahwa menuntut ilmu itu tidak ada
batasan, artinya kita bisa menuntut ilmu mulai dari kita lahir hingga kita meninggal dunia.

Lafadz tersebut sebenarnya bukan sebuah hadits melainkan sebuah kata mutiara atau kata
pepatah dalam bahasa Arab (mahfudzat) yang isinya memang benar dan boleh dijadikan bahan
dakwah karena memuat motivasi dan nasihat.

Beberapa Penulis melacak (mentahrij) hadis ini dengan kata “Uṭlub al-ilma” yang merupakan
alih bahasa dari “tuntutlah ilmu”. Penulis sama sekali tidak menemukan hadis yang semakna atau
mirip dengan hadis tersebut dalam beberapa kitab hadis induk. Padahal hadis ini begitu populer di
kalangan umat.

Menurut Abu Ghuddah, hadis ini secara sanad memang palsu, tetapi secara makna hadis ini
benar dan diperkenankan untuk menjadikan bahan dakwah. Karena, menurut al-ʻAjlunī (w. 1162) isi
dari hadis palsu tersebut sama sekali tidak bertentangan dengan hadis lain yang memiliki derajat
hasan, misalnya hadis kewajiban menuntut ilmu, “thalabu al-ilmi faridhatun ala kulli muslimin.” Hadis
ini disebut hasan oleh al-Ajlūnī melalui riwayat Ibn Mājjah dari Anas ibn Malik secara marfū’. Lihat
Ismail ibn Muhammad al-ʻAjlūnī, Kasyfu al-Khafā’ wa Muzīlu al-Ilbās, (tk.: Maktabah al-ʻIlmi al-Ḥadīs,
t.t), j. 2, h. 51.

Walaupun secara makna benar, namun tetap dilarang untuk menggunakan hadis palsu ini dan
menyandarkannya kepada Rasulullah Saw. Bahkan Abu Ghuddah sendiri tidak menyebutkan hadis
palsu ini sebagai hadis, ia malah menyebutnya sebagai kaul ulama. Kaul ulama tersebut dikutip Abu
Ghuddah dalam kisah Abu Yusuf (w. 182 H), seorang murid dan penyebar mazhab Abu Hanifah yang
masih tetap meniliti suatu masalah fikih pada masa-masa akhir hayatnya.

Makna Utlubul Ilma Minal Mahdi Ilal Lahdi

Makna dari utlubul ilma minal mahdi ilal lahdi adalah agar setiap muslim atau umat Rasululalah
SAW bersemangat dalam mencari ilmu, baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat, serta agar ilmu tersebut
bermanfaat untuk dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

Ilmu dunia dicari untuk memudahkan segala urusan di dunia, seperti dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Sedangkan ilmu akhirat sangat penting dicari sebagai bekal kita ke akhirat.
Karena setiap manusia tujuan akhirnya adalah akhirat dan untuk medapatkan ilmu akhirat tentunya
harus belajar ilmu agama.

Kita dianjurkan untuk menyeimbangkan antara mencari ilmu dunia dan ilmu akhirat, karena
ilmu dunia merupakan penunjang untuk melaksanakan ilmu akhirat.

Anda mungkin juga menyukai