Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

I’JAZ AL QUR’AN

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Studi Qur’an dan Hadist
Dosen Pengampu : Mubasyiroh,S.S., M.Pd.I

Disusun Oleh :

1. M Ikbal : 19640059
2. Nabila Nur Aini : 200604110014
3. Dinda Dewi Mauila : 200604110026
4. Adhea Yunita Sari : 200604110041

KELAS C
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“I’Jaz Al Qur’an” ini dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada bidang Studi Qur’an dan Hadist. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan mengenai “I’jaz pada Al Qur’an” kepada penulis dan
pembaca.
Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada ibu
Mubasyiroh,S.S., M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Studi Qur’an dan Hadist.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kesalahan
dan kekeliruan, walaupun demikian penulis telah berusaha untuk melakukan yang
terbaik dalam penulisan makalah ini.
Semoga dalam makalah ini pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran agar
penulis dapat memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Malang, 08 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
2.1 Sejarah I’Jaz al-Qur’an.................................................................................... 3
2.2 Pengertian I’Jaz al-Qur’an .............................................................................. 3
2.2.1 Tujuan I’Jaz al-Qur’an ................................................................................... 4
2.3 Aspek Kemukjizatan ........................................................................................ 5
2.3.1 Aspek Kebahasaan ........................................................................................... 5
2.3.2 Aspek Berita Ghaib....................................................................................... 10
2.3.3 Aspek Isyarat Ilmiah ..................................................................................... 20
2.4 Kemukjizatan alquran di alam ...................................................................... 28
2.5 Kemukjizatan Al-Qur’an Di Dalam Sains Dan Teknologi .......................... 31
2.5.1 Mengenai reproduksi manusia ......................................................................... 31
2.5.2 Sejarah asal mula tata surya dan asal-usul kehidupan yaitu dari air........... 31
2.5.3 Sidik jari manusia yang berbeda-beda ............................................................ 32
2.5.4 Peran angin dalam turunnya hujan dan pembuahan serbuk bunga ............ 32
BAB III............................................................................................................................. 33
PENUTUP ........................................................................................................................ 33
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 35

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Allah telah menganugerahkan kepada manusia berbagai keistimewaan dan


kelebihan, serta memberinya kekuatan pikiran cemerlang, yang dapat menembus
segala medan untuk menundukkan unsur-unsur kekuatan alam tersebut dan
menjadikannya sebagai pelayan bagi kepentingan kemanusiaan.
Allah sama sekali tidak menelantarkan manusia, tanpa memberi kepadanya
sebersit wahyu dari waktu ke waktu, yang membimbingnya ke jalan petunjuk,
sehingga mereka dapat menempuh liku-liku hidup dan kehidupan ini atas dasar
keterangan dan pengetahuan. Namun mengingat akal manusia pada awal fase
perkembangannya tidak melihat sesuatu yang lebih dapat menarik hati selain
mukjizat-mukjizat alamiah yang hissi (indrawi), karena akal mereka belum
mencapai puncak ketinggian dalam bidang pengetahuan dan pemikiran.
I’jāz al-Qur’an sebagai mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw, menjadi populer untuk digunakan dalam menggungulkan Alqurān dari teks-
teks lain pada budaya Arab bahkan mukjizat-mukjizat Nabi lain sebelum Nabi
Muhammad.
Allah telah menentukan keabadian mukjizat Islam, sehingga kemampuan
manusia menjadi tak berdaya menandinginya, pembicaraan tentang kemukjizatan
al-Qur’an juga merupakan satu macam mukjizat tersendiri, dengan demikian
marilah kita belajar mengenai i’jazul Qur’an berikut ini.

1.2 Rumusan Masalah

2. Bagaimana sejarah dan pengertian I’jaz al-Qur’an ?


3. Apa saja aspek yang terkandung dalam I’jaz al-Qur’an ?
4. Apa saja kemukjizatan yang telah dibuktikan di dalam al-Qur’an

1
1.3 Tujuan Penulisan

1. Agar dapat memahami tentang sejarah dan pengertian I’jaz al-Qur’an.


2. Agar dapat mengetahui apa saja aspek yang terkandung dalam I’jaz al-
Qur’an.
3. Agar dapat mengetahui kemukjizatan apa saja yang telah dibuktikan didalam
al-Qur’an.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Sejarah I’Jaz al-Qur’an

Menurut Dr. Shubhi Ash-Sholeh dalam kitabnya Mabahas Fi Ulumil Qur’an,


bahwa orang yang kali pertama membicarakan I'jazul Qur'an adalah Imam Al-
Jahidh (wafat 255 H), ditulis dalam kitab Nuzhumul Qur'an.Hal ini seperti
diisyaratkan dalam kitabnya yang lain, Al-Hayawan. Lalu disusul Muhammad bin
Zaid Al-Wasithy (wafat 306 H) dalam kitab I'jazul Qur'an, yang banyak mengutip
isi kitab Al-Jahidh tersebut di atas.Kemudian dilanjutkan Imam ArRumany (wafat
384 H) dalam kitab AlI'jaz, yang isinya mengupas segi-segi kemukjizatan al-
Qur’an. Lalu disusul oleh Al-Qadhi Abu Bakar Al-Baqillany (wafat 403 H) dalam
kitab I'jazul Qur'an, yang isinya mengupas segi-segi kebalaghahan al-Qur’an, di
samping segi-segi kemukjizatannya. Kitab ini sangat populer. Kemudian disusul
Abd. Qohir Al-Jurjany (wafat 471 H) dalam kitab Dala'ilul I'jaz dan Asrarul
Balaghah.1

2.2 Pengertian I’Jaz al-Qur’an

Pembahasan al-Qur’an sebagai mu’jizat oleh para ulama masih menyisahkan


perbedaan pendapat tentang derivasi serta domain kemu’jizatan al-Qur’an ditambah
lagi munculnya pendapat yang cenderung melimitasi pada segi kemu’jizatan
dengan menafikan segi yang lain.2
Kata i’jaz terambil dari akar kata “ajaza” yang berarti lemah atau antonim
mampu. I’jaz adalah melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Dari akar kata
yang sama lahir kata mu’jizat yang diartikan oleh banyak pakar sebagai sesuatu
yang luar biasa yang dihadirkan oleh seorang nabi untuk menantang siapa yang

1
Mardiyan Hayati.M.Ag “Keistimewaan Al Qur’an”,Jurnal Ilmiah pedadogy,vol.08 No.1
(Agustus,2007),45
2
Andik Hermawan “ I’jaz Al Qur’an dalam pemikiran Yusuf al-Qardhawi”,Jurnal
Madaniyah,vol.02 (Agustus 2016),209

3
tidak mempercayainya sebagai nabi, dan tantangannya itu tidak dapat dihadapi oleh
yang ditantang.
Para pakar al-Qur’an sepakat menyatakan adanya I’jaz al-Qur’an yang
diartikan sebagai “Ilmu yang membahas tentang keistimewaan alQur’an yang
menjadikan manusia tidak mampu menandinginya”.Panjang uraian para pakar
menyangkut sebab dan aspek apa saja dari Al Qur’an sehingga tidak dapat
tertandingi. Salah satu di antaranya adalahaspek kebahasaannya yang juga
mengandung sekian banyak cabang bahasan.3
Mukjizat secara etimologi (bahasa) berarti melemahkan.Sementara menurut
terminologi (istilahy), mukjizat ialah sesuatu yang luar biasa yang diperlihatkan
Allah melalui para nabi dan rasul-Nya,sebagai bukti atas kebenaran pengakuan
kenabian dan kerasulan. Kata mukjizat sendiri tidak terdapat dalam al-Qur’an.
Namun untuk menerangkan mukjizat, al-Qur’an mengunakan istilah ayat-ayat atau
bayyinat. Baik ayat atau bayyinat mempunyai dua macam arti, yang pertama artinya
pengkabaran Ilahi, yang berupa ayat-ayat suci alQur‟an. Sedangkan yang kedua
mencakup mukjizat atau tanda bukti.4
Dengan demikian, i’jaz (kemukjizatan) al-Qur’an dapat didefinisikan
“sebagai suatu gejala Qur’an yang membuat manusia tidak mampu meniru al-
Qur’an atau bagian-bagiannya baik dari segi isi maupun dari segi bentuknya”.5
Serta merupakan ilmu yang membahas tentang segi-segi kemu’jizatan al-Qur’an
agar menjadi pelajaran bagi umat manusia.6

2.2.1 Tujuan I’Jaz al-Qur’an

Tujuan I’jaz al-Qur’an adalah:


1. Untuk membuktikan kerasulan Nabi Muhammad saw.

3
Issa J Boullata, al-Qur’an yang Menakjubkan: Bacaan Terpilih dalam Tafsir Klasik
Hingga Modern dari Seorang Ilmuan Katolik (Cet. I; Ciputat: Lentera Hati, 2008), hlm.
VII.
4
Mardiyan Hayati.M.Ag “Keistimewaan Al Qur’an”,Jurnal Ilmiah pedadogy,vol.08 No.1
(Agustus,2007),45

4
2. Untuk membuktikan bahwa kitab suci al-Qur’an benarbenar
merupakan wahyu dari Allah SWT.
3. Untuk menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balaghah bahasa
manusia.
4. Untuk menujukkan kelemahan daya upaya dan rekayasa manusia.

2.3 Aspek Kemukjizatan

Allah SWT memberikan risalah pada setiap manusia pilihan yang tentu pantas
dan mampu mengemban risalah yang diberikan-Nya dengan bentuk yang berbeda-
beda antara satu dengan yang lain. Setiap Rasul diutus kepada kaum yang berbeda-
beda menurut fase perkembangan akal dan karakter kaum yang dihadapinya.
Berikut juga Al-Qur’an yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW sebagai
petunjuk bagi umat manusia. Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama Islam, antara
lain, sebagai suatu hal yang luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku
sebagai nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditentangkan kepada yang ragu.5
Sebagai risalah , Al-Qur’an memiliki beberapa aspek di dalamnya . Diantara aspek-
aspek tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

2.3.1 Aspek Kebahasaan

Al-Qur’an memiliki keindahan dari sisi bahasa dan sastranya yang


unggul dikarenakan bangsa Arab saat itu adalah membentuk suku-suku yang
berlomba-lomba untuk saling mengunggulkan kesukaan mereka masing-
masing dengan menggunakan sajak-sajak mereka. Masyarakat Arab ketika
turunnya Al-Qur’an adalah mereka yang unggul dalam gaya bicara dan gaya
bahasa. Merekapun sangat menyukai ilmu bayan , Badi’ (persajakan) dan

5
. M Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1997), hlm. 23
Ibid

5
suka mempelajari ilmu Balaghah 6.Sehingga Al-Qur’an yang diturunkan juga
memiliki keunggulan Dalam bidang bahasa dan sastra.
Keunggulan Al-Qur’an dalam bidang sastra dan bahasanya itu oleh
generasi Islam pertama dianggap sebagai bentuk kemukjizatan al-Qur’an
yang seesungguhnya. Anggapan ini terjadi karena mukjizat yang merupakan
bukti wahyu, tentunya tidak dapat keluar dari kerangka yang membedakannya
dari peradaban tempat dimana wahyu itu diturunkan. Bangsa Arab, suatu
lingkungan diturunkannya al-Qur’an di saat puisi merupakan bidang
keahliannya , diberi mukjizat berupa teks bahasa yang merupakan teks wahyu
itu sendiri. 7
Kalimat demi kalimat dalam Al-Qur’an mengandung unsur sastra
yang sangat baik namun tetap mudah dipahami tanpa mengurangi sedikitpun
kandungan misteri di dalamnya. Hal tersebut karena keistimewaan aspek gaya
bahasa yang digunakan oleh Al-Quran. Bahkan, Umar bin Khathab pun yang
mulanya dikenal sebagai seorang yang paling memusuhi Nabi Muhammad
SAW dan bahkan berusaha untuk membunuhnya, memutuskan untuk masuk
Islam dan beriman pada kerasulan Muhammad hanya karena membaca
petikan ayat-ayat Al-Qur’an.Susunan Al-Qur’an tidak dapat disamakan oleh
karya sebaik apapun . 8
Menurut Muhammad ‘Abd Allah Darrāz, jika diperhatikan secara
seksama dalam al-Qur’an banyak terdapat rahasia kemukjizatannya dari segi
bahasa. Hal itu terlihat dari keteraturan bunyinya yang indah melalui nada-
nada hurufnya. 9

6
Fahd bin Abdurrahman al-Rumi, Ulumul Qur’an: Studi Kompleksitas al-Qur’an. Halabi
Hamdi, (Yogyakata: Titian Ilahi Press, 1996), hlm. 29
7
Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas al-Qur’an ; kritik terhadap Ulumul Qur’an, Terj.
Khoiron Nahdliyin (Yogyakarta: LIKS, 2001) hlm. 184-185
8
Muhammad ‘Alī Al-Shābūnī. al-Tibyān fi ‘Ulūm Al-Qur`ān, (Damaskus: Maktabah Al-
Ghazālī,
1390 H), hlm. 105
9
Muhammad ‘Abd Allah Darrāz, al-Naba` al-‘Adhīm, sebagaimana di kutip oleh Mannā’
alQaththān, Mabāhits fī ‘Ulūm Al-Qur`ān, (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1995),
hlm. 267-268

6
Kemukjizatan Al-Qur’an dari aspek kebahasaan tersebut tentunya
didasarkan pada kenyataan riil yang terjadi dan dirasakan oleh masyarakat
Arab pada saat itu. Mengingat Al-Qur’an merupakan kemukjizatan terbesar
kenabian Muhammmad SAW, dimana tidak ada yang dapat menandingi
keindahan kalam Allah yang terdapat didalamnya. Bahkan Al-Qur’an dapat
menyaingi bahasa sastra yang digunakan oleh penyair dan orator ternama
pada masa itu . Al-Qur’an bahkkan mematahkan kebanggan dan kemampuan
mereka dalam menyusun dan mengubah paramasastra yang selama itu
10
disanjung-sanjung dan diagung-agungkan.
Dalam al-Qur’an jelas disebutkan bahwa Allah SWT menantang
siapapun yang sanggup meniru atau menandingi al-Qur’an. Tantangan
tersebut dinyatakan dalam tiga tahap. Pertama , tantangan yang serupa dengan
al-Qur’an secara keseluruhan. Sebagaimana yang tercantum dalam surat al-
Isra’ (17) : ayat 88 yang berbunyi :

‫ان َل يَأْتُونَ بِ ِمثْ ِلِۦه َولَ ْو‬


ِ ‫علَى أَن يَأْتُوا بِ ِمثْ ِل َهذَا ْٱلقُ ْر َء‬
َ ‫نس َو ْٱل ِجن‬ ِْ ‫ت‬
ُ ‫ٱْل‬ ِ َ‫قُل لَّئِ ِن ٱجْ تَ َمع‬
‫يرا‬ َ ‫ض ُه ْم ِلبَ ْعض‬
ً ‫ظ ِه‬ ُ ‫َكانَ بَ ْع‬

Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat


yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang
serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi
sebagian yang lain".
Di ayat ini dijelaskan bahwa bukan manusia saja yang mendapat
tantangan ,namun juga jin agar terlibat di dalamnya. Tetapi tetap saja tidak
ada yang dapat menandingi keindahan bahasa al-Qur’an.Tantangan tahap
kedua sedikit lebih ringan yakni membuat sepuluh surat yang menyerupai Al-
Qur’an. Namun tetap saja tidak ada yang dapat memenuhi tantangan tersebut.

10
Moch.Chadziq Charisma , Tiga Aspek Kemukjizatan al-Qur’an (Surabaya: PT. Bina
Ilmu, 1991). Hlm. 17-18

7
Disebutkan dalam Al-Qur’an surat Hud (11): ayat 13 yang berbunyi :

َ َ‫عوا َم ِن ٱ ْست‬
ِ ‫ط ْعتُم ِمن د‬
‫ُون‬ ُ ‫أَ ْم يَقُولُونَ ٱ ْفت ََرىهُ ۖ قُ ْل فَأْتُوا بِعَ ْش ِر‬
ُ ‫س َور ِمثْ ِلِۦه ُم ْفت ََريَت َوٱ ْد‬
َ ‫ٱّلل إِن ُكنت ُ ْم‬
َ‫ص ِدقِين‬ ِ َّ

Artinya : Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al


Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh
surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang
yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-
orang yang benar".
Agar lebih meyakinkan lagi, pada tahap ketiga mereka ditantang hanya
dengan membuat satu surat saja yang menyerupai al-Qur’an . Namun lagi-
lagi tidak ada yang berhasil. Bahkan pernyataan ini disebutkan dua kali dalam
al-Qur’an yakni dalam surat Yunus (10) : ayat 38 yang berbunyi :

َ‫ّللا ا ِْن ُك ْنت ُ ْم ص ِدقِيْن‬ َ َ‫ع ْوا َم ِن ا ْست‬


ِ ٰ ‫ط ْعت ُ ْم ِم ْن د ُْو ِن‬ ُ ِ‫اَ ْم يَقُ ْولُ ْونَ ا ْفتَرىهُ ۗ قُ ْل فَأْت ُ ْوا ب‬
ُ ‫س ْو َرة ِمثْ ِله َوا ْد‬

Artinya : “Apakah pantas mereka mengatakan dia (Muhammad) yang telah


membuat-buatnya? Katakanlah, “Buatlah sebuah surah yang semisal dengan
surah (Al-Qur'an), dan ajaklah siapa saja di antara kamu orang yang mampu
(membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”

Dan dalam surat al-Baqarah (2) : ayat 23 yang berbunyi :

‫ش َهدَ ۤا َء ُك ْم ِم ْن د ُْو ِن‬


ُ ‫ع ْوا‬ ُ ‫ع ْب ِدنَا فَأْت ُ ْوا ِب‬
ُ ‫س ْو َرة ِم ْن ِمثْ ِله ۖ َوا ْد‬ َ ‫َوا ِْن ُك ْنت ُ ْم فِ ْي َريْب ِم َّما ن ََّز ْلنَا‬
َ ‫على‬
َ‫ّللا ا ِْن ُك ْنت ُ ْم ص ِدقِيْن‬
ِٰ

8
Artinya : “Dan jika kamu meragukan (Al-Qur'an) yang Kami turunkan
kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal
dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-
orang yang benar.”
Hingga tahap akhir pun tetap tidak ada seorang pun yang dapat
meniru atau menandingi al-Qur’an. Maka semakin kuat lah pandangan
masyarakat tentang aspek kemukjizatan al-Qur’an yang terletak dalam
bahasanya.
Adapun bunyi-bunyi bahasa terbagi menjadi dua jenis berdasarkan
yang kita ketahui. Pertama, konsonan adalah bunyi bahasa yang dihasilkan
dengan menghambat aliran udara di salah satu tempat dalam saluran suara di
atas glottis (misalnya: b, c dan d). Sedangkan vokal adalah bunyi bahasa yang
dihasilkan dengan getaran pita suara, dan tanpa penyempitan dalam saluran
suara di atas glottis (misalnya: a, i, u, e, o)11. Namun, dalam literatur Arab ,
konsonan terbagi menjadi 7 bagian :

2.3.1.1 Plosif (shawāmit infijāriyyah)


yaitu bunyi bahasa yang dihasilkan dengan penutupan pita
suara yang di belakangnya udara terkumpul. Kelompok ini
adalah ba, ta, tha, dlad, kaf, dan qaf.
2.3.1.2 Nasal (shawāmit anfiyyah)
yaitu bunyi suara yang dihasilkan dengan mengeluarkan
udara melalui hidung. Huruf-huruf yang termasuk kelompok
ini adalah mim dan wau.
2.3.1.3 Lateral (shawāmit munharifah)
yaitu bunyi bahasa yang dihasilkan dengan penutupan
sebagian lidah. Huruf yang masuk kelompok ini adalah lam

11
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia, 1983), hlm. 91, 177

9
2.3.1.4 Getar (shawāmit muharrarah)
yaitu bunyi bahasa yang dihasilkan dengan arti kulator yang
bergetar secara cepat. Huruf yang termasuk dalam kelompok
ini adalah ra.
2.3.1.5 Frikatif (shawāmit iftikākiyyah)
yaitu bunyi bahasa yang dihasilkan dengan penyempitan
tempat keluar udara sehingga terjadi pergeseran. Huruf-huruf
yang masuk kelompok ini adalah fa, tsa, sin, shad, zay, ghain,
dan ‘ain.
2.3.1.6 Plosif frikatif (shawāmit infijāriyyah-iftikākiyyah)
yaitu bunyi bahasa yang dihasilkan dengan proses perpaduan
antara plosif dan frikatif. huruf yang masuk kelompok ini
adalah jim.
2.3.1.7 Semivokal (asybah al-shaut)
yaitu bunyi bahasa yang memiliki ciri vokal maupun
konsonan, mempunyai sedikit geseran, dan tidak muncul
sebagai inti suku kata. Huruf-huruf yang termasuk kelompok
ini adalah wau dan ya’12

2.3.2 Aspek Berita Ghaib


2.3.2.1 Berita Ghaib Masa Lampau
Salah satu kekuatan al-Qur’an yang sekaligus menjadi
mukjizatnya adalah pemaparan kisah-kisah lama yang
sudah tidak hidup lagi dalam cerita-cerita Arab saat itu,dan
tidak mungkin akan ditemukan secara keseluruhan dalam
kajian-kajian kesejarahan. Ada cukup banyak kejadian
lampau yang Allah SWT sematkan dalam bait al-Qur’an,

12
Mahmūd Ahmad Najlah, Lughah al-Qur`ān Fī al-Juz ‘Amma, (Beirut: Dār al-Nahdlah
Al-
‘Arabiyyah, 1981), hlm. 332-334

10
sungguh hal ini sangat mustahil jika Nabi Muhammad yang
mengarangnya. Berikut beberapa contoh peristiwa lampau
yang tertulis di dalam al-Qur’an :

2.3.2.1.1 Kisah Nabi Nuh


Seperti yang kita ketahui, kisah Nabi Nuh ini
ditegaskan dalam al-Qur’an surat Hūd: 49 :

َ‫ب نُ ْو ِح ْي َها اِ َليْكَ ۚ َما ُك ْنتَ تَ ْعلَ ُم َها اَ ْنتَ َو َل قَ ْو ُمك‬ ِ ‫ِت ْلكَ ِم ْن اَ ْۢ ْن َب ۤا ِء ْالغَ ْي‬
ْ ‫ِم ْن قَ ْب ِل هذَ ۚا فَا‬
ࣖ َ‫ص ِب ۚ ْر ا َِّن ْال َعا ِق َبةَ ِل ْل ُمت َّ ِقيْن‬

Artinya : “Itulah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami


wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah engkau
mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka
bersabarlah, sungguh, kesudahan (yang baik) adalah bagi
orang yang bertakwa.”
Ayat ini diturunkan dalam konteks pemberitaan kisah
Nabi Nuh dan para pengikutnya yang menyelamatkan diri
dari musibah banjir besar sebagai cobaan bagi para
penantang dakwahnya. Al-Qur’an juga mengisahkan nabi-
nabi lain, seperti Nabi Ibrahim, Ismail, Luth, Ya‘qub, Musa,
Harun, dan nabi lainnya, yang semuanya sulit diketahui umat
manusia tanpa wahyu.
Rangkaian-rangkaian kisah dalam al-Qur’an
diungkapkan untuk menguraikan ajaran-ajaran keagamaan,
sekaligus menjadi pelajaran-pelajaran bagi umat dalam
banyak hal. Penelitian antropologi misalnya sangat terbantu
oleh narasi kisah Nabi Nuh. Umar Anggara menyimpulkan
bahwa berdasarkan tradisi-tradisi kisah Yahudi dan diperkuat
hadis Nabi, keragaman etnis umat manusia di dunia bermula

11
dari keturunan Nabi Nuh yang memiliki empat orang anak,
yaitu Sam, Ham, Yafat dan Kan‘an. Kan‘an merupakan salah
satu anaknya yang menentang kenabian ayahnya sehingga
terazab banjir besar. Namun dia mempunyai keturunan yang
selamat. Sam, anak pertama Nabi Nuh, melahirkan
keturunan yang kemudian menjadi bangsa Arab dan Persia.
Ham adalah nenek moyang orang Afrika. Yafat adalah asal
bangsa Arya yang kemudian melahirkan bangsa Eropa dan
Asia Tengah.Sedang Kan’an melahirkan bangsa Phinisia,
namun dibasmi dan diserap oleh Israil.Sebab itulah, bangsa-
bangsa Timur Tengah sering disebut bangsa Samit atau
Semit,bangsa Afrika biasa disebut Hamit. Sedangkan Eropa
banyak yang membangsakan dirinya sebagai bangsa Arya.
Inilah rekonstruksi yang didasarkan pada kisah-kisah dalam
tradisi Yahudi dan Sunnah Nabi.13

2.3.2.1.2 Kaum ‘Ād dan Tsamūd serta kehancuran kota


Iran
Kaum ‘Ād dan Tsamūd yang kepada mereka
diutus Nabi Shālih dan Nabi Hūd,cukup banyak dibicarakan
oleh al-Qur’an. Ungkapan al-Qur’an tentang kedua kaum
ini adalah berkisar pada segi kemampuan dan kekuatan
mereka, maupun kedurhakaan, kesesatan dan
pembangkangan mereka kepada Allah SWT dan utusan-
Nya. Di dalam al-Qur’an juga menerangkan bagaimana dua
kaum tersebut berakhir dengan datangnya gempa bumi dan
juga angin ribut yang sangat dingin seperti yang dijelaskan
dalam surat al-Hāqqah: 4-7 sebagai berikut:

13
Ibid

12
‫ع ِة‬
َ ‫ار‬ِ َ‫ع ْۢاد ِب ْٱلق‬
َ ‫ت ثَ ُمودُ َو‬ْ َ‫( َكذَّب‬4)
َّ ‫(فَأ َ َّما ثَ ُمودُ فَأ ُ ْه ِل ُكوا ِب‬5)
‫ٱلطا ِغيَ ِة‬
‫عاتِيَة‬
َ ‫صر‬ َ ‫عاد فَأ ُ ْه ِل ُكوا ِب ِريح‬
َ ‫ص ْر‬ َ ‫( َوأَ َّما‬6)
‫سو ًما فَت ََرى ْٱلقَ ْو َم فِي َها‬
ُ ‫س ْب َع لَيَال َوثَ َمنِيَةَ أَيَّام ُح‬
َ ‫علَ ْي ِه ْم‬
َ ‫س َّخ َرهَا‬
َ
ُ ‫عى َكأَنَّ ُه ْم أَ ْع َج‬
‫از ن َْخل خَا ِو َية‬ َ ‫ص ْر‬
َ (7)
Artinya :
(4)Kaum ‘Ād dan Tsamūd telah mendustakan hari kiamat.
(5)Adapun Tsamūd,mereka telah dibinasakan dengan
kejadian luar biasa (petir dan suaranya yang
menghancurkan),
(6)sedangkan kaum ‘Ād telah dibinasakan dengan angin
yang sangat dingin lagi kencang.
(7)Allah menimpakan angin itu kepada mereka selamatujuh
malam dan delapan hari secara terus menerus, maka kamu
lihat kaum ‘Ād ketika itu, mati bergelimpangan bagaikan
tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).
Adapun peradaban kota Iram yang diungkap al-
Qur’an termasuk peradaban yang sangat sukar dibuktikan
dengan penelitian sejarah karena pelacakan data, kecuali
melalui penelitian-penelitian arkeologis yang sangat mahal.
Kota Iram yang diungkapkan oleh QS. al-Fajr: 6-8:

‫ْف فَ َع َل َربكَ ِب َعاد‬ َ ‫(أَلَ ْم ت ََر َكي‬6)


‫ت ْٱل ِع َما ِد‬
ِ ‫( ِإ َر َم َذا‬7)

13
‫(ٱلَّتِى لَ ْم ي ُْخلَ ْق ِمثْلُ َها فِى ْٱل ِبلَ ِد‬8)

Artinya :
(6)Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu
berbuat terhadap kaum ‘Ad.
(7)(Yaitu) penduduk kota Iram yang memiliki bangunan-
bangunan yang tinggi,
(8)yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di
negeri-negeri lain.
Ada yang meragukan informasi al-Qur’an ini.
Tetapi sedikit demi sedikit buktibukti kebenarannya
terungkap. Pertama kali ketika informasi al-Qur’an dan
riwayat-riwayat yang diterima diverifikasi dengan hasil-hasil
penelitian arkeologis.Pada tahap ini, yang ditemukan adalah
adanya bukti-bukti arkeologis tentang terjadinya gempa dan
angin ribut, seperti yang diuraikan oleh al-Qur’an. Masa itu
diperkirakan merupakan masa hidupnya kaum-kaum yang
dihancurkan Tuhan, serta di tempat yang diisyaratkan oleh
kitab-kitab suci, seperti Lembah Yordania, Pantai Laut
Merah, serta Arab Selatan.
Melalui penelitian yang sangat mahal, kota Iram
yan disebutkan al-Qur’an itu dapat ditemukan kembali pada
Februari 1992 di sebuah gurun di Arabia Selatan, pada
kedalaman 183 meter di bawah permukaan pasir. Kota
tersebut menurut Umar Anggara ditemukan Tim Peneliti
yang dipimpin Nichilas Clapp dari California Institute of
Technology Jet Propulsion (CIT-JTL). Dia mengawali
penelitiannya dengan menyimak legenda-legenda Arab
tentang kota tua Ubhar. Dengan bantuan pesawat ulang-alik
Challenger yang memiliki sistem Satellit Imaging Radar

14
(SIR),dan satelit Prancis dengan sistem penginderaan optik,
Clapp mampu mendeteksi permukaan bawah gurun di Arabia
Selatan. Pada kedalaman 183 meter dia menemukan
keajaiban besar, sebuah bangunan segi delapan, dengan
dinding-dinding dan menara yang mencapai ketinggian 9
meter. Diperkirakan, gedung tersebut mampu menampung
sebanyak 150 orang. Di samping itu, dia juga menemukan
situs perjalanan kafilah beratus-ratus kilometer. Dengan
demikian, dia menyimpulkan, bahwa bangunan tua tersebut
merupakan bagian dari kota Iram, pusat kegiatan dakwah
Nabi Hūd, cucu Nabi Nūh, dan merupakan peninggalan
historis dari kaum ‘Ād, yang tetap hidup dalam legenda Arab
berupa legenda kora Ubhar. Kini bangsa
Arab sendiri meyakini bahwa Ubhar dan Iram adalah dua
nama untuk subjek yang sama.14

2.3.2.1.3 Tenggelam dan Selamatnya Jasad Fir‘aun


Ditemukan sekitar 30 kali Allah SWT menguraikan
kisah Mūsā dan Fir‘aun dalam al-Qur’an, yaitu kisah yang
tidak diketahui masyarakat ketika itu kecuali melalui kitab
Perjanjian Lama. Akan tetapi, menjadi suatu hal yang
menakjubkan bahwa Nabi SAW—melalui al-Qur’an—telah
mengungkap suatu rincian yang sama sekali tidak diungkap
oleh satu kitab pun sebelumnya, bahkan tidak diketahui
kecuali oleh mereka yang hidup pada masa terjadinya
peristiwa tersebut, yaitu pada abad XII SM.Salah satu kisah
Fir’aun disebutkan dalam QS. Yūnus: 90-92:

14
Quraish Shihab, dkk Sejarah dan..., hlm. 216.

15
َ َ‫َو َج َاو ْزنَا ِببَنِ ْي اِس َْر ۤا ِء ْي َل ْالب‬
َ ‫حْر فَاَتْبَ َع ُه ْم فِ ْر‬
‫ع ْونُ َو ُجنُ ْودُه بَ ْغيًا‬
ْ ‫عد ًْوا ۗ َحتٰى اِذَا اَد َْر َكهُ ْالغ ََر ُق قَا َل ا َم ْنتُ اَنَّه َل اِلهَ ا َِّل الَّذ‬
‫ِي‬ َ ‫َّو‬
َ‫َت ِبه بَنُ ْوا اِس َْر ۤا ِء ْي َل َواَنَا ِمنَ ْال ُم ْس ِل ِميْن‬
ْ ‫(ا َمن‬90)
ۤ
َ‫صيْتَ َق ْب ُل َو ُك ْنتَ ِمنَ ْال ُم ْف ِس ِديْن‬ َ ‫ع‬ َ ‫(ا ْلـنَ َو َق ْد‬91)
ِ َّ‫َف ْال َي ْو َم نُن َِجيْكَ ِب َبدَنِكَ ِلتَ ُك ْونَ ِل َم ْن خ َْل َفكَ ا َيةً ۗ َوا َِّن َكثِي ًْرا ِمنَ الن‬
‫اس‬
ࣖ َ‫ع ْن ايتِنَا لَغ ِفلُ ْون‬
َ (92)

Artinya :
(90)Dan Kami mungkinkan Bani Israil melintasi laut.
Mereka pun diikuti Fir‘aun dan
tentaranya, karena mereka hendak menganiaya dan menindas
(Bani Israil).
Ketika Fir‘aun telah hampir tenggelam berkatalah ia, “Saya
percaya bahwa tiada
tuhan melainkan Tuhan yang disembah oleh Bani Israil dan
saya termasuk
orang-orang yang berserah diri”.
(91)(Allah menyambut ucapan Fir‘aun ini dengan
berfirman), “Apakah sekarang (baru kamu percaya) padahal
sesungguhnya kamu
telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang
yang berbuat kerusakan.
(92)Hari ini kami selamatkan badanmu, supaya kamu
menjadi pelajaran bagi
(generasi) yang datang sesudahmu dan sesungguhnya
kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan
Kami.

16
Konteks pembicaraan mukjizat dalam ayat di atas,
yaitu “hari ini Kami selamatkan badanmu, agar engkau
menjadi pelajaran bagi generasi sesudahmu”. Tentang
tenggelamnya Fir‘aun di Laut Merah ketika mengejar Musa
dan kaumnya, sudah diketahui. Tetapi menyangkut
keselamatan badannya dan menjadi pelajaran bagi
generasi sesudahnya merupakan satu hal yang tidak diketahui
siapa pun pada masa Nabi Muhammad SAW bahkan tidak
disinggung oleh Perjanjian Lama.15

2.3.2.2 Berita gaib masa datang

Di samping menyangkut peristiwa-peristiwa silam lewat


kisah kisah, al-Qur’an juga mengungkapkan peristiwa-peristiwa
yang aka terjadi, baik di dunia, maupun di akhirat nanti. Peristiwa-
peristiwa yang digambarkan al-Qur’an akan terjadi, dan beberapa
telah terbukti dalam sejarah. Berikut ini beberapa contohnya:

2.3.2.2.1 Kemenangan umat Islam atas Quraisy

Informasi akan datangnya kemenangan umat


Islam atas kaum Quraisy digambarkan oleh QS. al-Qamar:
45:
‫سيُ ْهزَ ُم ْال َج ْم ُع َوي َُول ْونَ الدب َُر‬
َ

Artinya :”Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka


akan mundur ke belakang”

15
Quraish Shihab, Mukjizat..., hlm. 201

17
Melalui ayat ini, Allah menginformasikan kepada
Muhammad SAW bahwa kaum musyrikin Quraisy akan
dapat ia kalahkan. Ayat ini diturunkan pada masa
Rasulullah SAW masih tinggal di kota Mekkah. Beberapa
tahun kemudian, tepatnya pada tahun VIII Hijriyah, mereka
dikalahkan secara total dalam peristiwa Fath Makkah.16

2.3.2.2.2 Kemenangan Romawi setelah Kekalahannya


dan Kemenangan Umat Islam
Informasi terkait kemenangan bangsa Romawi dan
sekaligus kemenangan umat Islam, dinyatakan oleh QS. al-
Rūm: 1-5:
‫( ۤال ۤم‬1)
‫ت الر ْو ُم‬ ُ (2)
ِ َ‫غ ِلب‬
َ‫سيَ ْغ ِلب ُْون‬ َ ‫ض َو ُه ْم ِم ْۢ ْن بَ ْع ِد‬
َ ‫غلَبِ ِه ْم‬ ِ ‫(فِ ْي اَ ْدنَى ْالَ ْر‬3)
َّ ‫ص ُر َم ْن يَّش َۤا ۗ ُء َوه َُو ْالعَ ِزي ُْز‬
‫الر ِح ْي ُم‬ ُ ‫ّللا ۗيَ ْن‬
ِ ٰ ‫ص ِر‬ْ َ‫(بِن‬4)
َ‫ع ِن ْال ِخ َرةِ ُه ْم غ ِفلُ ْون‬ َ ‫ظاه ًِرا ِمنَ ْال َحيوةِ الد ْنيَ ۖا َو ُه ْم‬ َ َ‫(يَ ْعلَ ُم ْون‬5)
Artinya :
(1)Alif Lām Mīm.
(2)Telah dikalahkan bangsa Romawi.
(3)Di negeri yang terdekat, dan mereka setelah dikalahkan
itu akan menang.
(4)Dalam beberapa tahun (antara tiga sampai 9 tahun). Bagi
Allah ketetapan urusan sebelum dan sesudah (mereka
menang), dan di hari (kemenangan) itu orang-orang mukmin
bergembira, karena pertolongan Allah.

16
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1987),
hlm.
195.

18
(5)Allah menolong siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dia
Maha Perkasa, lagi Maha Penyayang
Dalam kaitan ayat ini, al-Zarqani menjelaskan
bahwa pada tahun 614 M.—kurang lebih tiga tahun setelah
kerasulan Muhammad—kerajaan Romawi Timur dikalahkan
kerajaan Persia dalam pertempuran besar. Kekalahan
tersebut merupakan salah satu tragedi besar bagi kehidupan
umat beragama, karena bangsa Romawi adalah penganut
agama Samawi penerus ajaran Musa dan Isa, sedangkan
bangsa Persia adalah penganut Majusi. Sebab itu, dalam
menanggapi kekalahan ini, orang-orang Quraisy mencemooh
kegiatan dakwah Muhammad, bahwa para penganut agama
Samawi telah terkalahkan oleh penganut Majusi. Kini
Muhammad, dengan kitab yang dibawanya, hendak
mengalahkan orang Quraisy. Bagaimana mungkin keinginan
tersebut bisa terwujud, yang akan terjadi justru orang-orang
Quraisy akan mengalahkan mereka, sebagaimana penganut
Majusi mengalahkan mereka. 17
Kekecewaan umat Muslim akibat kekalahan
tersebut yang diperparah dengan ejekan, menjadi latar
diturunkannya ayat-ayat tersebut di atas untuk mengobati
kekecewaan umat Muslim. Ayat-ayat tersebut pada dasarnya
hendak menghiburumat Muslim dengan dua hal. Pertama,
Romawi akan menang atas Persia pada tenggang waktu yang
diistilahkan al-Qur’an dengan ‫ بضع سنين‬yang diterjemahkan
dengan “beberapa tahun”. Kedua, saat kemenangan itu tiba,
kaum Muslim akan bergembira, bukan saja dengan
kemenangan Romawi, tetapi juga dengan kemenangan yang

Muhammad ‘Abd al-‘Adhīm al-Zarqānī, Manāhil al-‘Irfān fī ‘Ulūm al-Qur`ān, (Kairo:


17

Maktabah al- Waqfiyyah, tt.), hlm. 369

19
dianugerahkan Allah SWT kepada mereka. Lantas benarkah
informasi tersebut?
Sebelumnya, perlu dijelaskan bahwa kata ‫بضع‬
dalam kamus-kamus bahasa Arab,berarti “angka antara tiga
dan sembilan”. Ini berati al-Qur’an menegaskan bahwa
akan terjadi lagi peperangan antara bangsa Romawi dan
Persia dan dalam tempo tersebut Romawi akan
memenangkan peperangan. Terkait hal ini, perlu diingat
bahwa informasi ini disampaikan pada saat kekalahan sedang
menimpa romawi.
Sehingga menetapkan angka pasti bagi kemenangan
suatu kaum pada saat kekalahannya adalah sesuatu yang
sangat tidak mungkin disampaikan kecuali oleh yang Maha
Mengetahui. Ternyata informasi tersebut akhirnya terbukti
kebenarannya.Informasi historis menyatakan bahwa tujuh
tahun setelah kekalahan Romawi—tepatnya pada tahun 622
M.—terjadi lagi peperangan antara kedua adikuasa tersebut,
dan kali ini pemenangnya adalah Romawi.18

2.3.3 Aspek Isyarat Ilmiah

Aspek lain dari kemukjizatan al-Qur’an adalah banyaknya isyarat


ilmiah yang dikemukakan di dalamnya yang kesemuanya belum
diketahui manusia kecuali pada abad-abad bahkan tahun-tahun terakhir
ini. Nabi Muhammad yang ummī tentu saja tidak akan mengetahuinya
jika tidak diberi wahyu oleh Allah yang Maha Mengetahui19. Isyarat-

18
Quraish Shihab, Mukjizat..., hlm. 213-214.
19
Kusmana dan Syamsuri, Pengantar Kajian Al-Qur'an: Tema Pokok, Sejarah dan
Wacana
Kajian (Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2004), hlm. 85

20
isyarat ilmiah itu dapat dilihat dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan
misalnya :

2.3.3.1 Astronomi

2.3.3.1.1 Penciptaan Alam ”Teori Big Bang ”

Penciptaan Alam ”Teori Big Bang ”berdasarkan


Teori Big Bang, alam semesta tercipta dari kumpulan gas
yang disebut‘primary nebula’ kemudian terpecah dan
menjadi bintang-bintang, planet-planet, matahari, bulan
dan sebagainya. Dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiyaa’:30
disebutkan:

‫ض كَانَتَا َرتْقًا فَفَتَ ْقن ُه َم ۗا‬َ ‫ت َو ْالَ ْر‬ ِ ‫اَ َولَ ْم يَ َر الَّ ِذيْنَ َكف َُر ْوا اَ َّن السَّمو‬
َ‫ش ْيء َح ۗي اَفَ َل يُؤْ ِمنُ ْون‬َ ‫َو َج َع ْلنَا ِمنَ ْال َم ۤا ِء ُك َّل‬

Artinya :”dan apakah orang-orang yang kafir tidak


mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yanpadu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu
yang hidup.Maka Mengapakah mereka tiada juga
beriman?’
Kata rata berarti perpaduan beberapa unsur untuk
dijadikan suatu kumpulan yang homogen. Sedangkan kata
fataqa berarti memisahkan.

21
2.3.3.1.2 Bentuk Bulat Oval Bumi (Geospherical)

Pada abad-abad awal. orang beranggapan bahwa bumi


datar sehingga orang takut berjalan terlalu jauh khawatir
terjatuh ke jurang yang dalam. Kemudian Sir Francis
Drake pada tahun 1597 yang menyatakan bumi berbentuk
Geospherical (bulat telur)
ketika dia menjelajahinya. QS. Luqmān:29 menyatakan:

‫ار فِى ٱلَّ ْي ِل‬ ِ ‫ٱّللَ يُو ِل ُج ٱلَّ ْي َل فِى ٱلنَّ َه‬
َ ‫ار َويُو ِل ُج ٱلنَّ َه‬ َّ ‫أَلَ ْم ت ََر أَ َّن‬
‫س ًّمى َوأَ َّن‬َ ‫س َو ْٱلقَ َم َر ُكل يَجْ ِرى ِإ َلى أَ َجل م‬ َ ‫ش ْم‬َّ ‫س َّخ َر ٱل‬
َ ‫َو‬
‫ٱّللَ ِب َما تَ ْع َملُونَ َخ ِبير‬
َّ

Artinya : “tidakkah kamu memperhatikan, bahwa


Sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang
dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia
tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan
sampai kepada waktu yang ditentukan, dan Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang kamu
Kerjakan”

Sementara QS. Al-Zumar:5 menyebutkan:

22
ِ ‫علَى النَّ َه‬
‫ار َويُك َِو ُر‬ َ ‫ق يُك َِو ُر الَّ ْي َل‬ِ ۚ ‫ض ِب ْال َح‬
َ ‫ت َو ْالَ ْر‬ ِ ‫َخلَقَ السَّمو‬
‫ي ِلَ َجل‬ ْ ‫س َو ْالقَ َم ۗ َر ُكل يَّجْ ِر‬ َ ‫ش ْم‬ َ ‫علَى الَّ ْي ِل َو‬
َّ ‫س َّخ َر ال‬ َ ‫النَّ َه‬
َ ‫ار‬
ُ َّ‫س ًّم ۗى اَ َله َُو ْال َع ِزي ُْز ْالغَف‬
‫ار‬ َ ‫م‬

Artinya : “Dia menciptakan langit dan bumi dengan


(tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang
dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan
matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut
waktu yang ditentukan.ingatlah Dialah yang Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Kata kawwara-yukawwiru berarti menggulung.


Sebelumnya, dalam tradisi Arab,kata kawwara digunakan
dalam arti menggulung serban di kepala. Seandainya bumi
datar, tidak mungkin terjadi penggulungan (yukawwiru)
malam terhadap siang atau sebaliknya secara perlahan,
perubahannya akan terjadi secara mendadak.

2.3.3.1.3 Bintang-Bintang (Nujūm) dan Planet-Planet


(Kawākib)
Bintang dalam bahasa arab adalah Najm yang
disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 13 kali. Bentuk
jamaknya Nujum, akar kata yang berarti nampak. Bintang
pada waktu malam diberi sifat oleh al-Qur’an dengan kata
tsāqib yang berarti membakar,membakar dirinya sendiri
dan yang menembus. Di sini maksudnya menembus
kegelapan di waktu malam.
Kata tsaqib juga dipakai untuk menunjukan
bintangbintang yang berekor. Dalam QS. al-Thāriq:1-3:

23
‫ق‬
ِ ‫ار‬ َّ ‫اء َو‬
ِ ‫الط‬ ِ ‫س َم‬ َّ ‫( َو ال‬1)
‫ار ُق‬ َّ ‫( َو َما أَد َْراكَ َما‬2)
ِ ‫الط‬
‫(النَّجْ ُم الثَّاقِب‬3)

Artinya :
(1)Demi langit dan yang datang pada malam hari.
(2)Tahukah kamu Apakah yang
datang pada malam hari itu?
(3)(Yaitu) bintang yang cahayanya menembus.

Sementara dalam QS Sementara dalam QS. al-Nūr:35


disebutkan:

‫ض َمثَ ُل نُ ْو ِره ك َِم ْشكوة‬ ۗ ِ ‫ت َو ْالَ ْر‬ َٰ


ِ ‫ّللاُ نُ ْو ُر السَّمو‬
‫صبَا ُح فِ ْي ُز َجا َج ۗة اَلز َجا َجةُ َكاَنَّ َها ك َْوكَب‬ ۗ َ‫صب‬
ْ ‫اح اَ ْل ِم‬ ْ ‫فِ ْي َها ِم‬
‫ش َج َرة مب َركَة زَ ْيت ُ ْونَة َّل ش َْرقِيَّة َّو َل غ َْربِيَّة‬ َ ‫د ُِري ي ْو َقدُ ِم ْن‬
ٰ ‫على نُ ْو ۗر يَ ْهدِى‬
ُ‫ّللا‬ َ ‫س ْسهُ ن َۗار نُ ْور‬ َ ‫ُض ۤ ْي ُء َولَ ْو لَ ْم ت َْم‬
ِ ‫يَّكَادُ زَ ْيت ُ َها ي‬
َ ‫ّللاُ ِب ُك ِل‬
‫ش ْيء‬ ۗ ِ َّ‫ّللاُ ْالَ ْمثَا َل ِللن‬
ٰ ‫اس َو‬ ٰ ‫ب‬ ُ ‫ِلنُ ْو ِره َم ْن يَّش َۤا ۗ ُء َويَض ِْر‬
‫ع ِليْم‬
َ

Artinya : “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan


bumi. perumpamaan cahaya Allah,adalah seperti sebuah
lubang yang tak tembu, yang di dalamnya ada pelita
besar.pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan
bintang (yang bercahaya)seperti mutiara, yang dinyalakan
dengan minyak dari pohon yang berkahnya,(yaitu) pohon
zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan
tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja)
Hampir-hampir menerangi,walaupun tidak disentuh api.

24
cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing
kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah
memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia,
dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.Yang
dimaksud di sini adalah proyeksi cahaya kepada suatu
benda yang merefleksikan (kaca) dengan memberinya
kilatan mutiara, sebagaimana planet yang disinari
matahari, inilah penjelasan dari kata ’kaukab’ yang berarti
planet

2.3.3.2 Geologi
2.3.3.2.1 Gunung-gunung sebagai pasak

Ahli geologi menyatakan bahwa lapisan kulit


terluar bumi keras dan padat, sedangkan lapisa dalamnya
panas dan cair sehingga tidak memungkinkan adanya
kehidupan di dalam bumi. Para ahli juga mengatakan
bahwa radius bumi sekitar 6035 Km, sedangkan lapisan
kulit terluarnya hanya berketebalan 2 sampai 35 Km.
Karena lapisan luarnya terlalu tipis, memungkinkan
terjadinya goncangan. Ahli geologi menyatakan hal itu
sebagai gejala lipatan. Pegunungan berfungsi sebagai
pasak yang menahan bumi untuk bergeser dan menjadi
penstabil bumi. Dalam QS.al-Nabā`:6-7

َ ‫(اَلَ ْم نَجْ َع ِل ْالَ ْر‬6)


‫ض ِمهدًا‬

25
‫( َو ْٱل ِجبَا َل أَ ْوتَادًا‬7)

(6)Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai


hamparan?
(7)Dan gunung gunung sebagai pasak?
Kata autād’ berarti pasak atau tiang. Dalam
sebuah buku yang berjudul Earth, buku geologi terbaik
pada zamannya dan menjadi buku rujukan dibanyak
universitas diseluruh dunia, disebutkan bahwa salah satu
fungsi gunung adalah untuk menstabilkan bumi, bahwa
gunung memiliki akar di bawahnya yang jauh lebih besar
dari pada bagian yang terlihat di luar, persis seperti pasak
yang menjaga kestabilan bumi. Berdasarkan yang
disampaikan Dr Press bahwa gunung mempunyai fungsi
yang penting dalam menstabilkan bagian kulit luar bumi
yang keras itu.Al-Qur’an secara jelas menerangkan
tentang hal ini, di antaranya dalam QS. alAnbiyā`:31

‫ي اَ ْن ت َِم ْيدَ ِب ِه ۖ ْم َو َج َع ْلنَا فِ ْي َها فِ َجا ًجا‬ ِ ‫َو َج َع ْلنَا فِى ْالَ ْر‬
َ ‫ض َر َوا ِس‬
َ‫سب ًُل لَّ َعلَّ ُه ْم يَ ْهتَد ُْون‬
ُ

Artinya : ”dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-


gunung yang kokoh supaya bumi itu
(tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan
(pula) di bumi itu jalanjalan yang luas, agar mereka
mendapat petunjuk.

26
2.3.3.2.2 Gunung-Gunung Berdiri Tegak

Bahwa gunung memiliki akar dibawahnya yang


jauh lebih besar dari pada bagian yang terlihat diluar,
keadaan ini membuat gunung dapat bediri dengan tegak.
Dalam QS. al-Nāzi’āt:32

َ ‫َو ْٱل ِجبَا َل أَ ْر‬


‫سى َها‬
Artinya : “dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan
teguh”

Demikian juga dalam QS. al-Ghāsyiyah:19


ْ ‫ص َب‬
‫ت‬ َ ‫َو ِإلَى ْٱل ِج َبا ِل َكي‬
ِ ُ‫ْف ن‬

Artinya : ”dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?”


Banyak lagi isyarat-isyarat ilmiah yang
dikemukakan al–Qur’an, 14 abad yang lalu, yang dapat
diketahui manusia pada abad-abad bahkan tahun-tahun
terakhir ini.20 Al-Qur’an mendorong manusia agar
memperhatikan dan memikirkan alam. Ia tidak membatasi
aktivitas dan kreativitas akal dalam memikirkan alam
semesta, atau menghalanginya dari penemuan ilmu
pengetahuan.21 Demikianlah,kemukjizatan al-Qur’an
secara ilmiyah terletak pada dorongannya pada umat
Islam untuk berfikir di samping membukakan pintu-pintu
ilmu pengetahuan dan mengajak memasukinya, maju di
dalamnya dan menerima segala ilmu pengetahuan baru.”22

20
Kusmana dan Syamsuri, Pengantar Kajian…, hlm. 86
21
ibid
22
ibid

27
2.4 Kemukjizatan alquran di alam

Al-Quran sangat memperhatikan ilmu pengetahuan agar manusia berpikir dan


mengkaji alam semesta sehingga melahirkan suatu kesadaran akan kemahakuasaan
Allah, pencipta alam semesta. Kesadaran tersebut akan semakin meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan harus dibimbing oleh wahyu (Al-Quran) agar ilmu pengetahuan
membawa kepada keimanan dan memberi manfaat dalam kehidupan umat manusia.
Di sini Al-Quran tidak hanya menjadi sumber motivasi dan inspirasi bagi ilmuwan,
tapi juga sebagai penuntun agar ilmu pengetahuan tidak digunakan (teknologi)
untuk tujuan-tujuan yang negatif, membawa kemusyrikan, atau menghancurkan
alam semesta (manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan). Mempelajari Al-
Quran tidak bisa dipisahkan dari mempelajari alam. Prof Hossein Nasr mengatakan:
“Bila Al-Quran dengan lambang bahasa lukisan dan kata yang terhimpun dalam
bentuk Quran atau Al-Quran At-Tadwin, maka sesungguhnya alam ini juga
merupakan hamparan wahyu atau Al-Quran At- Taqwin.”
Baik ayat-ayat yang tertulis di dalam Al-Quran maupun yang tercipta di alam
raya, keduanya adalah tanda-tanda kekuasaan Tuhan yang harus dipelajari, dikaji,
diteliti, dan dipikirkan oleh Umat Islam. Ayat berarti tanda-tanda atau bukti- bukti
kebesaran Allah. Mempelajari Al-Quran wajib bagi Umat Islam, mempelajari alam
semesta juga wajib bagi umat Islam. Namun diakui yang lebih banyak mengkaji
alam semesta, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, adalah orang-
orang Barat atau non Muslim, sementara umat Islam kurang mengembangkan ilmu
pengetahuan, sehingga negara-negara Islam tertinggal jauh dalam penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan dibanding negara non Islam seperti Amerika,
Jerman, Jepang, dan Israel.
Oleh karena itu, konsep pengembangan ilmu pengetahuan dalam Al-Quran
bersifat integratif dan komprehensif. Islam tidak memisahkan antara “ilmu agama”
dan “ilmu pengetahuan”. Ilmu agama dan ilmu pengetahuan keduanya merupakan
ilmu yang diajarkan oleh Tuhan kepada umat manusia, baik melalui Al-Quran
maupun alam semesta. Al-Quran dan hamparan alam semesta adalah sumber ilmu

28
bagi umat Islam. Mempelajari Al-Quran (ayat tanzilyah) dan alam semesta (ayat
kauniyah) merupakan pintu gerbang untuk mengenal Allah SWT (makrifatullah).
Mustahil keduanya bertentangan. Kalau saat ini ditemukan beberapa hasil ilmu
pengetahuan yang bertentangan dengan Al-Quran, hal tersebut disebabkan oleh dua
kemungkinan. Pertama: adanya kekeliruan dalam menginterpretasi wahyu, sebab ia
mempunyai nilai dasar yang bersifat dalam dan universal yang selamanya akurat
untuk ditafsirkan selaras dengan ruang dan waktu. Kedua: ilmu pengetahuan itu
sendiri bersifat akumulatif, yakni selamanya mengalami perkembangan, perubahan
menuju kesempurnaan. Sehingga proses itu menyebabkan ia belum sesuai dengan
nilai dasar yang ada pada wahyu.23
Ilmu pengetahuan modern yang diperoleh melalui daya kreativitas manusia
dan Al-Quran yang diturunkan langsung oleh Allah tidak dapat dipertentangkan.
Kebenaran Al-Quran bersifat mutlak sebagaimana firman Allah: Kebenaran itu dari
Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang yang ragu24.
Sedangkan kebenaran ilmu pengetahuan bersifat akumulatif, dimana akhir
pencarian ilmu pengetahuan akan berujung pada suatu kebenaran akhir yang sesuai
dengan kebenaran wahyu. Ilmu pengetahuan merupakan alat atau metode untuk
membuktikan keautentikan wahyu. Prof BJ Habibie mengatakan: Karena
pemahaman isi Al-Quran harus memanfaatkan ilmu pengetahuan, sedangkan dalil-
dalil dan hukum-hukum ilmu pengetahuan itu sifatnya nisbi dan selalu berkembang,
maka ilmu dan alat-alat yang digunakan untuk memahami Al-Quran harus tetap
maju dan dinamis, tidak bisa statis. 25
Selanjutnya, Murtadha Mutahhari mengungkapkan bahwa: penelitian historis
membuktikan bahwa tidak ada buku yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan
manusia dan kemasyarakatan sebesar Al-Quran. Karena itulah, Al-Quran secara
otomatis memasuki ruang lingkup pembahasan dalam sosiologi, dan menjadi salah
satu subjek yang harus ditelaah oleh sosiologi. Hal ini berarti penelaahan dan

23
Prof.Dr.T.Jacob, dkk. Evolusi Manusia dalam Konsepsi Islam. (Bandung: Risalah,
1984). h.1
24
QS.Al-Baqarah: 147
25
B.J. Habibie. Memahami Al-Quran dan Mengimplementasikannya: Akumulasi
Pengalaman Keagamaan.(Jakarta: Penerbit Bangkit, cetakan pertama, 1992). h.22

29
penyelidikan terhadap perkembangan umat manusia secara umum, dan masyarakat
Islam khususnya, selama empat ratus tahun terakhir ini tidak mungkin dilakukan
tanpa pengetahuan tentang Al-Quran.
Dengan alasan yang sama, tak mungkin pula bagi seorang yang ingin
menyelidiki soal-soal agama, mengabaikan kitab ini; Kitab yang paling belakang
dan paling terkenal diantara semua kitab suci yang ada26.
Kesempurnaan dan kelengkapan Al-Quran juga diungkapkan oleh Al-Quran
sendiri antara lain:

ْ ‫ض َو َل ۤط ِٕىر ي َِّطي ُْر بِ َجنَا َح ْي ِه ا َِّل ا ُ َمم اَ ْمثَالُ ُك ْم ۗ َما فَ َّر‬


ِ ‫طنَا فِى ْال ِكت‬
‫ب ِم ْن‬ ِ ‫َو َما ِم ْن دَ ۤابَّة فِى ْالَ ْر‬
38 َ‫ش ْيء ث ُ َّم اِلى َربِ ِه ْم يُحْ ش َُر ْون‬
َ
Artinya : ” Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-
burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu.
Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah
mereka dihimpunkan” (QS. Al-An’am:38).

‫ع ْنهُ ِمثْقَا ُل ذَ َّرة‬ ِ ‫عةُ ۗقُ ْل بَلى َو َربِ ْي لَتَأْتِيَنَّ ُك ْم ع ِل ِم ْالغَ ْي‬
ُ ‫ب َل يَ ْع ُز‬
َ ‫ب‬ َ ‫َوقَا َل الَّ ِذيْنَ َكف َُر ْوا َل تَأْتِ ْينَا السَّا‬
3 ‫صغ َُر ِم ْن ذلِكَ َو َل اَ ْكبَ ُر ا َِّل فِ ْي ِكتب مبِيْن‬ ِ ‫ت َو َل فِى ْالَ ْر‬
ْ َ‫ض َو َل ا‬ ِ ‫فِى السَّمو‬.

Artinya : “Dan orang-orang yang kafir berkata: "Hari berbangkit itu tidak akan
datang kepada kami". Katakanlah: "Pasti datang, demi Tuhanku Yang Mengetahui
yang ghaib, sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. Tidak ada
tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan yang ada di
bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan
tersebut dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)" (QS. Saba’:3).

Kata Kitab di atas, sebagian mufassirin menafsirkan sebagai Lauh Maffudz,


dengan arti bahwa semua makhluk sudah tertulis nasibnya dalam Lauh Mahfudz.

26
Murtadha Mutahhari. Op.Cit., h.9

30
Dan ada pula yang menafsirkan dengan Al-Quran, dalam arti: Al-Quran telah
mencakup pokok-pokok agama, norma-norma hukum, hikmah-hikmah, dan
pimpinan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat, dan kebahagiaan
makhluk pada umumnya.27Bila Kitab di atas kita artikan Al-Quran, maka jelas
bahwa Al-Quran mengandung semua jenis ilmu, baik ilmu tentang apa yang ada di
langit maupun di bumi, yang gaib maupun syahadah, yang bersifat makro maupun
mikro.

2.5 Kemukjizatan Al-Qur’an Di Dalam Sains Dan Teknologi

Al-Qur’an bukan merupakan kitab atau buku ilmiah, namun al-Qur’an


mampu memberikan isyarat ilmiah sebelum manusia itu menyadari kebenarannya.
Berikut beberapa kemukjizatan yang ada di dalam al-Qur’an :
2.5.1 Mengenai reproduksi manusia

‫) ث ُ َّم َخلَ ْقنَا‬13( ‫ين‬ ٍ ‫طفَةً فِي قَ َر ٍار َم ِك‬ ْ ُ‫) ث ُ َّم َجعَ ْلنَاهُ ن‬12( ‫ين‬ ٍ ‫س ََللَ ٍة ِم ْن ِط‬
ُ ‫سانَ ِم ْن‬ ِ ْ ‫َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا‬
َ ‫اْل ْن‬
‫ام لَحْ ًما ث ُ َّم أَ ْنشَأْنَاهُ خ َْلقًا‬
َ ‫ظ‬َ ‫س ْونَا ْال ِع‬ َ ‫ضغَةَ ِع‬
َ ‫ظا ًما فَ َك‬ ْ ‫ضغَةً فَ َخلَ ْقنَا ْال ُم‬
ْ ‫علَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ْالعَلَقَةَ ُم‬
َ َ‫طفَة‬ ْ ُّ‫الن‬
)14( َ‫سنُ ْالخَا ِلقِين‬ َ ْ‫َّللاُ أَح‬ َّ َ‫ارك‬ َ َ‫آَخ ََر فَتَب‬

Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu


saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan
dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik. (Q.S. al-Mu’minun/23:12-14)

2.5.2 Sejarah asal mula tata surya dan asal-usul kehidupan yaitu dari
air

َ ‫ض كَانَتَا َرتْقًا فَفَتَ ْقن ُه َم ۗا َو َج َع ْلنَا ِمنَ ْال َم ۤا ِء ُك َّل‬


‫ش ْيء‬ ِ ‫اَ َولَ ْم َي َر الَّ ِذيْنَ َكف َُر ْوا اَ َّن السَّمو‬
َ ‫ت َو ْالَ ْر‬
30 َ‫ح ۗي اَفَ َل يُؤْ ِمنُ ْون‬ َ .

27
Lihat Al-Quran dan Terjemahannya, catatan kaki nomor 472, h.192

31
Artinya : “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiya’:
30).
2.5.3 Sidik jari manusia yang berbeda-beda

4 ‫ي بَنَانَه‬ َ ‫على اَ ْن ن‬
َ ‫س ِو‬ َ َ‫بَلى قَاد ِِريْن‬
Artinya :
“Bukan demikian, sebenarnya Kami Kuasa menyusun (kembali) jari
jemarinya dengan sempurna.” (QS. Al-Qiyamah: 4)

2.5.4 Peran angin dalam turunnya hujan dan pembuahan serbuk


bunga

ِ ‫س َم ۤا ِء َم ۤا ًء فَا َ ْسقَيْن ُك ُم ْو ۚهُ َو َما اَ ْنت ُ ْم لَه ِبخ‬


22 َ‫َازنِيْن‬ َّ ‫الري َح لَ َواقِ َح فَا َ ْنزَ ْلنَا ِمنَ ال‬
ِ ‫س ْلنَا‬
َ ‫ َواَ ْر‬.
Artinya :
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan)
dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air
itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (QS. Al-Hijr: 22)

32
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesmpulan

Kata i’jaz terambil dari akar kata „ajaza yang berarti lemah atau antonim
mampu. I’jaz adalah melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Dari akar kata
yang sama lahir kata mu‟jizat yang diartikan oleh banyak pakar sebagai sesuatu
yang luar biasa yang dihadirkan oleh seorang nabi untuk menantang siapa yang
tidak mempercayainya sebagai nabi, dan tantangannya itu tidak dapat dihadapi oleh
yang ditantang. Mukjizat secara etimologi (bahasa) berarti melemahkan.Sementara
menurut terminologi (istilahy), mukjizat ialah sesuatu yangluar biasa yang
diperlihatkan Allah melalui para nabi dan rasul-Nya,sebagai bukti atas kebenaran
pengakuan kenabian dan kerasulan. Dengan demikian, i’jaz(kemukjizatan) al-
Qur’an dapatdidefinisikan “sebagai suatu gejala Qur’an yang membuat
manusiatidak mampu meniru al-Qur’an atau bagian-bagiannya baik dari segi
isimaupun dari segi bentuknya”.
Ilmu pengetahuan harus dibimbing oleh wahyu (Al-Quran) agar ilmu
pengetahuan membawa kepada keimanan dan memberi manfaat dalam kehidupan
umat manusia. Al-Quran tidak hanya menjadi sumber motivasi dan inspirasi bagi
ilmuwan, tapi juga sebagai penuntun agar ilmu pengetahuan tidak digunakan
(teknologi) untuk tujuan-tujuan yang negatif, membawa kemusyrikan, atau
menghancurkan alam semesta (manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan).
Mempelajari Al-Quran tidak bisa dipisahkan dari mempelajari alam.
Sebagai risalah , Al-Qur’an memiliki beberapa aspek di dalamnya .

Diataranya adalah aspek bahasa, aspek berita ghaib, dan aspek materi ilmiah.
Adanya aspek-aspek ini gunanya adalah untuk membantah pendapat masyarakat
bahwa Nabi Muhammad SAW yang mengarang Al-Qur’an.

33
Al-Qur’an bukan merupakan kitab atau buku ilmiah, namun al-Qur’an
mampu memberikan isyarat ilmiah sebelum manusia itu menyadari kebenarannya.
Adapun beberapa contohnya ialah tentang terbentuknya bumi dan alam semesta,
reproduksi manusia, dan lain sebagainya.

34
DAFTAR PUSTAKA
al-Qaradhawi, Yusuf, al-Shabr fi al-Qur‟an al-Karim, Beirut: Mu‟assasah
alRisalah, 1991.
Mardan, al-Qur‟an Sebagai Pengantar Memahami Al-Qur‟an Secara Utuh Jakarta:
Pustaka Mapan, 2009.
Boullata, Issa J, al-Qur‟an yang Menakjubkan: Bacaan Terpilih dalam Tafsir Klasik
Hingga Modern dari Seorang Ilmuan Katolik, Ciputat: Lentera Hati, 2008.
Jurnal Madaniyah, Volume 2 Edisi XI Agustus 2016 ISSN 2086-3462 Adik
Hermawan, I‟jaz al-Qur‟an dalam Pemikiran Yusuf al-Qardhawi Semarang
Mutawally, Muhammad. 1984. Mukjizat al-Qur’an. Bandung: Risalah.
Husain Al-Munawwar, Said Agil. 1994. I’jaz Al-Qur’an dan Metodologi
Tafsir.Semarang: Dimas.
Anwar M.Ag., Drs. Rosihon. 2000. Ulumul Qur’an. Bandung: CV Pustaka Setia.
Nurjanah, Siti. 2013. Ulum Al-Qur’an. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Shihab, M. Quraish. 1997. Mukjizat al-Qur`an, Bandung: Mizan
al-Shābūnī, Muhammad ‘Alī. 1390 H. al-Tibyān fī ‘Ulūm Al-Qur`ān, Damaskus:
Maktabah Al-Ghazālī
al-Zarqānī, Muhammad ‘Abd al-‘Adhīm, tt. Manāhil al-‘Irfān fī ‘Ulūm al-Qur`ān,
(Kairo: Maktabah al- Waqfiyyah

Najlah, Mahmūd Ahmad, tt. Lughah al-Qur`ān fī al-Juz` ‘Amma, Beirut: Dār al-
Nahdlah al-‘Arabiyyah
Syalabi, A. 1987. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I, Jakarta: Pustaka al-Husna
Kusmana, dan Syamsuri, 2004, Pengantar Kajian Al-Qur'an: Tema Pokok, Sejarah
dan Wacana Kajian, Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru
Fahd bin Abdurrahman al-Rumi, Ulumul Qur’an: Studi Kompleksitas al-Qur’an.
Halabi Hamdi, (Yogyakata: Titian Ilahi Press, 1996)
Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas al-Qur’an ; kritik terhadap Ulumul Qur’an,
Terj. Khoiron Nahdliyin (Yogyakarta: LIKS, 2001)
Moch.Chadziq Charisma ,Tiga Aspek Kemukjizatan al-Qur’an (Surabaya: PT. Bina
Ilmu, 1991)

Anda mungkin juga menyukai