I’JAZ AL QUR’AN
Disusun Oleh :
1. M Ikbal : 19640059
2. Nabila Nur Aini : 200604110014
3. Dinda Dewi Mauila : 200604110026
4. Adhea Yunita Sari : 200604110041
KELAS C
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“I’Jaz Al Qur’an” ini dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada bidang Studi Qur’an dan Hadist. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan mengenai “I’jaz pada Al Qur’an” kepada penulis dan
pembaca.
Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada ibu
Mubasyiroh,S.S., M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Studi Qur’an dan Hadist.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kesalahan
dan kekeliruan, walaupun demikian penulis telah berusaha untuk melakukan yang
terbaik dalam penulisan makalah ini.
Semoga dalam makalah ini pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran agar
penulis dapat memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.3 Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah I’Jaz al-Qur’an
1
Mardiyan Hayati.M.Ag “Keistimewaan Al Qur’an”,Jurnal Ilmiah pedadogy,vol.08 No.1
(Agustus,2007),45
2
Andik Hermawan “ I’jaz Al Qur’an dalam pemikiran Yusuf al-Qardhawi”,Jurnal
Madaniyah,vol.02 (Agustus 2016),209
3
tidak mempercayainya sebagai nabi, dan tantangannya itu tidak dapat dihadapi oleh
yang ditantang.
Para pakar al-Qur’an sepakat menyatakan adanya I’jaz al-Qur’an yang
diartikan sebagai “Ilmu yang membahas tentang keistimewaan alQur’an yang
menjadikan manusia tidak mampu menandinginya”.Panjang uraian para pakar
menyangkut sebab dan aspek apa saja dari Al Qur’an sehingga tidak dapat
tertandingi. Salah satu di antaranya adalahaspek kebahasaannya yang juga
mengandung sekian banyak cabang bahasan.3
Mukjizat secara etimologi (bahasa) berarti melemahkan.Sementara menurut
terminologi (istilahy), mukjizat ialah sesuatu yang luar biasa yang diperlihatkan
Allah melalui para nabi dan rasul-Nya,sebagai bukti atas kebenaran pengakuan
kenabian dan kerasulan. Kata mukjizat sendiri tidak terdapat dalam al-Qur’an.
Namun untuk menerangkan mukjizat, al-Qur’an mengunakan istilah ayat-ayat atau
bayyinat. Baik ayat atau bayyinat mempunyai dua macam arti, yang pertama artinya
pengkabaran Ilahi, yang berupa ayat-ayat suci alQur‟an. Sedangkan yang kedua
mencakup mukjizat atau tanda bukti.4
Dengan demikian, i’jaz (kemukjizatan) al-Qur’an dapat didefinisikan
“sebagai suatu gejala Qur’an yang membuat manusia tidak mampu meniru al-
Qur’an atau bagian-bagiannya baik dari segi isi maupun dari segi bentuknya”.5
Serta merupakan ilmu yang membahas tentang segi-segi kemu’jizatan al-Qur’an
agar menjadi pelajaran bagi umat manusia.6
3
Issa J Boullata, al-Qur’an yang Menakjubkan: Bacaan Terpilih dalam Tafsir Klasik
Hingga Modern dari Seorang Ilmuan Katolik (Cet. I; Ciputat: Lentera Hati, 2008), hlm.
VII.
4
Mardiyan Hayati.M.Ag “Keistimewaan Al Qur’an”,Jurnal Ilmiah pedadogy,vol.08 No.1
(Agustus,2007),45
4
2. Untuk membuktikan bahwa kitab suci al-Qur’an benarbenar
merupakan wahyu dari Allah SWT.
3. Untuk menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balaghah bahasa
manusia.
4. Untuk menujukkan kelemahan daya upaya dan rekayasa manusia.
Allah SWT memberikan risalah pada setiap manusia pilihan yang tentu pantas
dan mampu mengemban risalah yang diberikan-Nya dengan bentuk yang berbeda-
beda antara satu dengan yang lain. Setiap Rasul diutus kepada kaum yang berbeda-
beda menurut fase perkembangan akal dan karakter kaum yang dihadapinya.
Berikut juga Al-Qur’an yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW sebagai
petunjuk bagi umat manusia. Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama Islam, antara
lain, sebagai suatu hal yang luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku
sebagai nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditentangkan kepada yang ragu.5
Sebagai risalah , Al-Qur’an memiliki beberapa aspek di dalamnya . Diantara aspek-
aspek tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
5
. M Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1997), hlm. 23
Ibid
5
suka mempelajari ilmu Balaghah 6.Sehingga Al-Qur’an yang diturunkan juga
memiliki keunggulan Dalam bidang bahasa dan sastra.
Keunggulan Al-Qur’an dalam bidang sastra dan bahasanya itu oleh
generasi Islam pertama dianggap sebagai bentuk kemukjizatan al-Qur’an
yang seesungguhnya. Anggapan ini terjadi karena mukjizat yang merupakan
bukti wahyu, tentunya tidak dapat keluar dari kerangka yang membedakannya
dari peradaban tempat dimana wahyu itu diturunkan. Bangsa Arab, suatu
lingkungan diturunkannya al-Qur’an di saat puisi merupakan bidang
keahliannya , diberi mukjizat berupa teks bahasa yang merupakan teks wahyu
itu sendiri. 7
Kalimat demi kalimat dalam Al-Qur’an mengandung unsur sastra
yang sangat baik namun tetap mudah dipahami tanpa mengurangi sedikitpun
kandungan misteri di dalamnya. Hal tersebut karena keistimewaan aspek gaya
bahasa yang digunakan oleh Al-Quran. Bahkan, Umar bin Khathab pun yang
mulanya dikenal sebagai seorang yang paling memusuhi Nabi Muhammad
SAW dan bahkan berusaha untuk membunuhnya, memutuskan untuk masuk
Islam dan beriman pada kerasulan Muhammad hanya karena membaca
petikan ayat-ayat Al-Qur’an.Susunan Al-Qur’an tidak dapat disamakan oleh
karya sebaik apapun . 8
Menurut Muhammad ‘Abd Allah Darrāz, jika diperhatikan secara
seksama dalam al-Qur’an banyak terdapat rahasia kemukjizatannya dari segi
bahasa. Hal itu terlihat dari keteraturan bunyinya yang indah melalui nada-
nada hurufnya. 9
6
Fahd bin Abdurrahman al-Rumi, Ulumul Qur’an: Studi Kompleksitas al-Qur’an. Halabi
Hamdi, (Yogyakata: Titian Ilahi Press, 1996), hlm. 29
7
Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas al-Qur’an ; kritik terhadap Ulumul Qur’an, Terj.
Khoiron Nahdliyin (Yogyakarta: LIKS, 2001) hlm. 184-185
8
Muhammad ‘Alī Al-Shābūnī. al-Tibyān fi ‘Ulūm Al-Qur`ān, (Damaskus: Maktabah Al-
Ghazālī,
1390 H), hlm. 105
9
Muhammad ‘Abd Allah Darrāz, al-Naba` al-‘Adhīm, sebagaimana di kutip oleh Mannā’
alQaththān, Mabāhits fī ‘Ulūm Al-Qur`ān, (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1995),
hlm. 267-268
6
Kemukjizatan Al-Qur’an dari aspek kebahasaan tersebut tentunya
didasarkan pada kenyataan riil yang terjadi dan dirasakan oleh masyarakat
Arab pada saat itu. Mengingat Al-Qur’an merupakan kemukjizatan terbesar
kenabian Muhammmad SAW, dimana tidak ada yang dapat menandingi
keindahan kalam Allah yang terdapat didalamnya. Bahkan Al-Qur’an dapat
menyaingi bahasa sastra yang digunakan oleh penyair dan orator ternama
pada masa itu . Al-Qur’an bahkkan mematahkan kebanggan dan kemampuan
mereka dalam menyusun dan mengubah paramasastra yang selama itu
10
disanjung-sanjung dan diagung-agungkan.
Dalam al-Qur’an jelas disebutkan bahwa Allah SWT menantang
siapapun yang sanggup meniru atau menandingi al-Qur’an. Tantangan
tersebut dinyatakan dalam tiga tahap. Pertama , tantangan yang serupa dengan
al-Qur’an secara keseluruhan. Sebagaimana yang tercantum dalam surat al-
Isra’ (17) : ayat 88 yang berbunyi :
10
Moch.Chadziq Charisma , Tiga Aspek Kemukjizatan al-Qur’an (Surabaya: PT. Bina
Ilmu, 1991). Hlm. 17-18
7
Disebutkan dalam Al-Qur’an surat Hud (11): ayat 13 yang berbunyi :
َ َعوا َم ِن ٱ ْست
ِ ط ْعتُم ِمن د
ُون ُ أَ ْم يَقُولُونَ ٱ ْفت ََرىهُ ۖ قُ ْل فَأْتُوا بِعَ ْش ِر
ُ س َور ِمثْ ِلِۦه ُم ْفت ََريَت َوٱ ْد
َ ٱّلل إِن ُكنت ُ ْم
َص ِدقِين ِ َّ
8
Artinya : “Dan jika kamu meragukan (Al-Qur'an) yang Kami turunkan
kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal
dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-
orang yang benar.”
Hingga tahap akhir pun tetap tidak ada seorang pun yang dapat
meniru atau menandingi al-Qur’an. Maka semakin kuat lah pandangan
masyarakat tentang aspek kemukjizatan al-Qur’an yang terletak dalam
bahasanya.
Adapun bunyi-bunyi bahasa terbagi menjadi dua jenis berdasarkan
yang kita ketahui. Pertama, konsonan adalah bunyi bahasa yang dihasilkan
dengan menghambat aliran udara di salah satu tempat dalam saluran suara di
atas glottis (misalnya: b, c dan d). Sedangkan vokal adalah bunyi bahasa yang
dihasilkan dengan getaran pita suara, dan tanpa penyempitan dalam saluran
suara di atas glottis (misalnya: a, i, u, e, o)11. Namun, dalam literatur Arab ,
konsonan terbagi menjadi 7 bagian :
11
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia, 1983), hlm. 91, 177
9
2.3.1.4 Getar (shawāmit muharrarah)
yaitu bunyi bahasa yang dihasilkan dengan arti kulator yang
bergetar secara cepat. Huruf yang termasuk dalam kelompok
ini adalah ra.
2.3.1.5 Frikatif (shawāmit iftikākiyyah)
yaitu bunyi bahasa yang dihasilkan dengan penyempitan
tempat keluar udara sehingga terjadi pergeseran. Huruf-huruf
yang masuk kelompok ini adalah fa, tsa, sin, shad, zay, ghain,
dan ‘ain.
2.3.1.6 Plosif frikatif (shawāmit infijāriyyah-iftikākiyyah)
yaitu bunyi bahasa yang dihasilkan dengan proses perpaduan
antara plosif dan frikatif. huruf yang masuk kelompok ini
adalah jim.
2.3.1.7 Semivokal (asybah al-shaut)
yaitu bunyi bahasa yang memiliki ciri vokal maupun
konsonan, mempunyai sedikit geseran, dan tidak muncul
sebagai inti suku kata. Huruf-huruf yang termasuk kelompok
ini adalah wau dan ya’12
12
Mahmūd Ahmad Najlah, Lughah al-Qur`ān Fī al-Juz ‘Amma, (Beirut: Dār al-Nahdlah
Al-
‘Arabiyyah, 1981), hlm. 332-334
10
sungguh hal ini sangat mustahil jika Nabi Muhammad yang
mengarangnya. Berikut beberapa contoh peristiwa lampau
yang tertulis di dalam al-Qur’an :
َب نُ ْو ِح ْي َها اِ َليْكَ ۚ َما ُك ْنتَ تَ ْعلَ ُم َها اَ ْنتَ َو َل قَ ْو ُمك ِ ِت ْلكَ ِم ْن اَ ْۢ ْن َب ۤا ِء ْالغَ ْي
ْ ِم ْن قَ ْب ِل هذَ ۚا فَا
ࣖ َص ِب ۚ ْر ا َِّن ْال َعا ِق َبةَ ِل ْل ُمت َّ ِقيْن
11
dari keturunan Nabi Nuh yang memiliki empat orang anak,
yaitu Sam, Ham, Yafat dan Kan‘an. Kan‘an merupakan salah
satu anaknya yang menentang kenabian ayahnya sehingga
terazab banjir besar. Namun dia mempunyai keturunan yang
selamat. Sam, anak pertama Nabi Nuh, melahirkan
keturunan yang kemudian menjadi bangsa Arab dan Persia.
Ham adalah nenek moyang orang Afrika. Yafat adalah asal
bangsa Arya yang kemudian melahirkan bangsa Eropa dan
Asia Tengah.Sedang Kan’an melahirkan bangsa Phinisia,
namun dibasmi dan diserap oleh Israil.Sebab itulah, bangsa-
bangsa Timur Tengah sering disebut bangsa Samit atau
Semit,bangsa Afrika biasa disebut Hamit. Sedangkan Eropa
banyak yang membangsakan dirinya sebagai bangsa Arya.
Inilah rekonstruksi yang didasarkan pada kisah-kisah dalam
tradisi Yahudi dan Sunnah Nabi.13
13
Ibid
12
ع ِة
َ ارِ َع ْۢاد ِب ْٱلق
َ ت ثَ ُمودُ َوْ َ( َكذَّب4)
َّ (فَأ َ َّما ثَ ُمودُ فَأ ُ ْه ِل ُكوا ِب5)
ٱلطا ِغيَ ِة
عاتِيَة
َ صر َ عاد فَأ ُ ْه ِل ُكوا ِب ِريح
َ ص ْر َ ( َوأَ َّما6)
سو ًما فَت ََرى ْٱلقَ ْو َم فِي َها
ُ س ْب َع لَيَال َوثَ َمنِيَةَ أَيَّام ُح
َ علَ ْي ِه ْم
َ س َّخ َرهَا
َ
ُ عى َكأَنَّ ُه ْم أَ ْع َج
از ن َْخل خَا ِو َية َ ص ْر
َ (7)
Artinya :
(4)Kaum ‘Ād dan Tsamūd telah mendustakan hari kiamat.
(5)Adapun Tsamūd,mereka telah dibinasakan dengan
kejadian luar biasa (petir dan suaranya yang
menghancurkan),
(6)sedangkan kaum ‘Ād telah dibinasakan dengan angin
yang sangat dingin lagi kencang.
(7)Allah menimpakan angin itu kepada mereka selamatujuh
malam dan delapan hari secara terus menerus, maka kamu
lihat kaum ‘Ād ketika itu, mati bergelimpangan bagaikan
tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).
Adapun peradaban kota Iram yang diungkap al-
Qur’an termasuk peradaban yang sangat sukar dibuktikan
dengan penelitian sejarah karena pelacakan data, kecuali
melalui penelitian-penelitian arkeologis yang sangat mahal.
Kota Iram yang diungkapkan oleh QS. al-Fajr: 6-8:
13
(ٱلَّتِى لَ ْم ي ُْخلَ ْق ِمثْلُ َها فِى ْٱل ِبلَ ِد8)
Artinya :
(6)Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu
berbuat terhadap kaum ‘Ad.
(7)(Yaitu) penduduk kota Iram yang memiliki bangunan-
bangunan yang tinggi,
(8)yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di
negeri-negeri lain.
Ada yang meragukan informasi al-Qur’an ini.
Tetapi sedikit demi sedikit buktibukti kebenarannya
terungkap. Pertama kali ketika informasi al-Qur’an dan
riwayat-riwayat yang diterima diverifikasi dengan hasil-hasil
penelitian arkeologis.Pada tahap ini, yang ditemukan adalah
adanya bukti-bukti arkeologis tentang terjadinya gempa dan
angin ribut, seperti yang diuraikan oleh al-Qur’an. Masa itu
diperkirakan merupakan masa hidupnya kaum-kaum yang
dihancurkan Tuhan, serta di tempat yang diisyaratkan oleh
kitab-kitab suci, seperti Lembah Yordania, Pantai Laut
Merah, serta Arab Selatan.
Melalui penelitian yang sangat mahal, kota Iram
yan disebutkan al-Qur’an itu dapat ditemukan kembali pada
Februari 1992 di sebuah gurun di Arabia Selatan, pada
kedalaman 183 meter di bawah permukaan pasir. Kota
tersebut menurut Umar Anggara ditemukan Tim Peneliti
yang dipimpin Nichilas Clapp dari California Institute of
Technology Jet Propulsion (CIT-JTL). Dia mengawali
penelitiannya dengan menyimak legenda-legenda Arab
tentang kota tua Ubhar. Dengan bantuan pesawat ulang-alik
Challenger yang memiliki sistem Satellit Imaging Radar
14
(SIR),dan satelit Prancis dengan sistem penginderaan optik,
Clapp mampu mendeteksi permukaan bawah gurun di Arabia
Selatan. Pada kedalaman 183 meter dia menemukan
keajaiban besar, sebuah bangunan segi delapan, dengan
dinding-dinding dan menara yang mencapai ketinggian 9
meter. Diperkirakan, gedung tersebut mampu menampung
sebanyak 150 orang. Di samping itu, dia juga menemukan
situs perjalanan kafilah beratus-ratus kilometer. Dengan
demikian, dia menyimpulkan, bahwa bangunan tua tersebut
merupakan bagian dari kota Iram, pusat kegiatan dakwah
Nabi Hūd, cucu Nabi Nūh, dan merupakan peninggalan
historis dari kaum ‘Ād, yang tetap hidup dalam legenda Arab
berupa legenda kora Ubhar. Kini bangsa
Arab sendiri meyakini bahwa Ubhar dan Iram adalah dua
nama untuk subjek yang sama.14
14
Quraish Shihab, dkk Sejarah dan..., hlm. 216.
15
َ ََو َج َاو ْزنَا ِببَنِ ْي اِس َْر ۤا ِء ْي َل ْالب
َ حْر فَاَتْبَ َع ُه ْم فِ ْر
ع ْونُ َو ُجنُ ْودُه بَ ْغيًا
ْ عد ًْوا ۗ َحتٰى اِذَا اَد َْر َكهُ ْالغ ََر ُق قَا َل ا َم ْنتُ اَنَّه َل اِلهَ ا َِّل الَّذ
ِي َ َّو
ََت ِبه بَنُ ْوا اِس َْر ۤا ِء ْي َل َواَنَا ِمنَ ْال ُم ْس ِل ِميْن
ْ (ا َمن90)
ۤ
َصيْتَ َق ْب ُل َو ُك ْنتَ ِمنَ ْال ُم ْف ِس ِديْن َ ع َ (ا ْلـنَ َو َق ْد91)
ِ ََّف ْال َي ْو َم نُن َِجيْكَ ِب َبدَنِكَ ِلتَ ُك ْونَ ِل َم ْن خ َْل َفكَ ا َيةً ۗ َوا َِّن َكثِي ًْرا ِمنَ الن
اس
ࣖ َع ْن ايتِنَا لَغ ِفلُ ْون
َ (92)
Artinya :
(90)Dan Kami mungkinkan Bani Israil melintasi laut.
Mereka pun diikuti Fir‘aun dan
tentaranya, karena mereka hendak menganiaya dan menindas
(Bani Israil).
Ketika Fir‘aun telah hampir tenggelam berkatalah ia, “Saya
percaya bahwa tiada
tuhan melainkan Tuhan yang disembah oleh Bani Israil dan
saya termasuk
orang-orang yang berserah diri”.
(91)(Allah menyambut ucapan Fir‘aun ini dengan
berfirman), “Apakah sekarang (baru kamu percaya) padahal
sesungguhnya kamu
telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang
yang berbuat kerusakan.
(92)Hari ini kami selamatkan badanmu, supaya kamu
menjadi pelajaran bagi
(generasi) yang datang sesudahmu dan sesungguhnya
kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan
Kami.
16
Konteks pembicaraan mukjizat dalam ayat di atas,
yaitu “hari ini Kami selamatkan badanmu, agar engkau
menjadi pelajaran bagi generasi sesudahmu”. Tentang
tenggelamnya Fir‘aun di Laut Merah ketika mengejar Musa
dan kaumnya, sudah diketahui. Tetapi menyangkut
keselamatan badannya dan menjadi pelajaran bagi
generasi sesudahnya merupakan satu hal yang tidak diketahui
siapa pun pada masa Nabi Muhammad SAW bahkan tidak
disinggung oleh Perjanjian Lama.15
15
Quraish Shihab, Mukjizat..., hlm. 201
17
Melalui ayat ini, Allah menginformasikan kepada
Muhammad SAW bahwa kaum musyrikin Quraisy akan
dapat ia kalahkan. Ayat ini diturunkan pada masa
Rasulullah SAW masih tinggal di kota Mekkah. Beberapa
tahun kemudian, tepatnya pada tahun VIII Hijriyah, mereka
dikalahkan secara total dalam peristiwa Fath Makkah.16
16
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1987),
hlm.
195.
18
(5)Allah menolong siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dia
Maha Perkasa, lagi Maha Penyayang
Dalam kaitan ayat ini, al-Zarqani menjelaskan
bahwa pada tahun 614 M.—kurang lebih tiga tahun setelah
kerasulan Muhammad—kerajaan Romawi Timur dikalahkan
kerajaan Persia dalam pertempuran besar. Kekalahan
tersebut merupakan salah satu tragedi besar bagi kehidupan
umat beragama, karena bangsa Romawi adalah penganut
agama Samawi penerus ajaran Musa dan Isa, sedangkan
bangsa Persia adalah penganut Majusi. Sebab itu, dalam
menanggapi kekalahan ini, orang-orang Quraisy mencemooh
kegiatan dakwah Muhammad, bahwa para penganut agama
Samawi telah terkalahkan oleh penganut Majusi. Kini
Muhammad, dengan kitab yang dibawanya, hendak
mengalahkan orang Quraisy. Bagaimana mungkin keinginan
tersebut bisa terwujud, yang akan terjadi justru orang-orang
Quraisy akan mengalahkan mereka, sebagaimana penganut
Majusi mengalahkan mereka. 17
Kekecewaan umat Muslim akibat kekalahan
tersebut yang diperparah dengan ejekan, menjadi latar
diturunkannya ayat-ayat tersebut di atas untuk mengobati
kekecewaan umat Muslim. Ayat-ayat tersebut pada dasarnya
hendak menghiburumat Muslim dengan dua hal. Pertama,
Romawi akan menang atas Persia pada tenggang waktu yang
diistilahkan al-Qur’an dengan بضع سنينyang diterjemahkan
dengan “beberapa tahun”. Kedua, saat kemenangan itu tiba,
kaum Muslim akan bergembira, bukan saja dengan
kemenangan Romawi, tetapi juga dengan kemenangan yang
19
dianugerahkan Allah SWT kepada mereka. Lantas benarkah
informasi tersebut?
Sebelumnya, perlu dijelaskan bahwa kata بضع
dalam kamus-kamus bahasa Arab,berarti “angka antara tiga
dan sembilan”. Ini berati al-Qur’an menegaskan bahwa
akan terjadi lagi peperangan antara bangsa Romawi dan
Persia dan dalam tempo tersebut Romawi akan
memenangkan peperangan. Terkait hal ini, perlu diingat
bahwa informasi ini disampaikan pada saat kekalahan sedang
menimpa romawi.
Sehingga menetapkan angka pasti bagi kemenangan
suatu kaum pada saat kekalahannya adalah sesuatu yang
sangat tidak mungkin disampaikan kecuali oleh yang Maha
Mengetahui. Ternyata informasi tersebut akhirnya terbukti
kebenarannya.Informasi historis menyatakan bahwa tujuh
tahun setelah kekalahan Romawi—tepatnya pada tahun 622
M.—terjadi lagi peperangan antara kedua adikuasa tersebut,
dan kali ini pemenangnya adalah Romawi.18
18
Quraish Shihab, Mukjizat..., hlm. 213-214.
19
Kusmana dan Syamsuri, Pengantar Kajian Al-Qur'an: Tema Pokok, Sejarah dan
Wacana
Kajian (Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2004), hlm. 85
20
isyarat ilmiah itu dapat dilihat dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan
misalnya :
2.3.3.1 Astronomi
ض كَانَتَا َرتْقًا فَفَتَ ْقن ُه َم ۗاَ ت َو ْالَ ْر ِ اَ َولَ ْم يَ َر الَّ ِذيْنَ َكف َُر ْوا اَ َّن السَّمو
َش ْيء َح ۗي اَفَ َل يُؤْ ِمنُ ْونَ َو َج َع ْلنَا ِمنَ ْال َم ۤا ِء ُك َّل
21
2.3.3.1.2 Bentuk Bulat Oval Bumi (Geospherical)
ار فِى ٱلَّ ْي ِل ِ ٱّللَ يُو ِل ُج ٱلَّ ْي َل فِى ٱلنَّ َه
َ ار َويُو ِل ُج ٱلنَّ َه َّ أَلَ ْم ت ََر أَ َّن
س ًّمى َوأَ َّنَ س َو ْٱلقَ َم َر ُكل يَجْ ِرى ِإ َلى أَ َجل م َ ش ْمَّ س َّخ َر ٱل
َ َو
ٱّللَ ِب َما تَ ْع َملُونَ َخ ِبير
َّ
22
ِ علَى النَّ َه
ار َويُك َِو ُر َ ق يُك َِو ُر الَّ ْي َلِ ۚ ض ِب ْال َح
َ ت َو ْالَ ْر ِ َخلَقَ السَّمو
ي ِلَ َجل ْ س َو ْالقَ َم ۗ َر ُكل يَّجْ ِر َ ش ْم َ علَى الَّ ْي ِل َو
َّ س َّخ َر ال َ النَّ َه
َ ار
ُ َّس ًّم ۗى اَ َله َُو ْال َع ِزي ُْز ْالغَف
ار َ م
23
ق
ِ ار َّ اء َو
ِ الط ِ س َم َّ ( َو ال1)
ار ُق َّ ( َو َما أَد َْراكَ َما2)
ِ الط
(النَّجْ ُم الثَّاقِب3)
Artinya :
(1)Demi langit dan yang datang pada malam hari.
(2)Tahukah kamu Apakah yang
datang pada malam hari itu?
(3)(Yaitu) bintang yang cahayanya menembus.
24
cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing
kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah
memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia,
dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.Yang
dimaksud di sini adalah proyeksi cahaya kepada suatu
benda yang merefleksikan (kaca) dengan memberinya
kilatan mutiara, sebagaimana planet yang disinari
matahari, inilah penjelasan dari kata ’kaukab’ yang berarti
planet
2.3.3.2 Geologi
2.3.3.2.1 Gunung-gunung sebagai pasak
25
( َو ْٱل ِجبَا َل أَ ْوتَادًا7)
ي اَ ْن ت َِم ْيدَ ِب ِه ۖ ْم َو َج َع ْلنَا فِ ْي َها فِ َجا ًجا ِ َو َج َع ْلنَا فِى ْالَ ْر
َ ض َر َوا ِس
َسب ًُل لَّ َعلَّ ُه ْم يَ ْهتَد ُْون
ُ
26
2.3.3.2.2 Gunung-Gunung Berdiri Tegak
20
Kusmana dan Syamsuri, Pengantar Kajian…, hlm. 86
21
ibid
22
ibid
27
2.4 Kemukjizatan alquran di alam
28
bagi umat Islam. Mempelajari Al-Quran (ayat tanzilyah) dan alam semesta (ayat
kauniyah) merupakan pintu gerbang untuk mengenal Allah SWT (makrifatullah).
Mustahil keduanya bertentangan. Kalau saat ini ditemukan beberapa hasil ilmu
pengetahuan yang bertentangan dengan Al-Quran, hal tersebut disebabkan oleh dua
kemungkinan. Pertama: adanya kekeliruan dalam menginterpretasi wahyu, sebab ia
mempunyai nilai dasar yang bersifat dalam dan universal yang selamanya akurat
untuk ditafsirkan selaras dengan ruang dan waktu. Kedua: ilmu pengetahuan itu
sendiri bersifat akumulatif, yakni selamanya mengalami perkembangan, perubahan
menuju kesempurnaan. Sehingga proses itu menyebabkan ia belum sesuai dengan
nilai dasar yang ada pada wahyu.23
Ilmu pengetahuan modern yang diperoleh melalui daya kreativitas manusia
dan Al-Quran yang diturunkan langsung oleh Allah tidak dapat dipertentangkan.
Kebenaran Al-Quran bersifat mutlak sebagaimana firman Allah: Kebenaran itu dari
Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang yang ragu24.
Sedangkan kebenaran ilmu pengetahuan bersifat akumulatif, dimana akhir
pencarian ilmu pengetahuan akan berujung pada suatu kebenaran akhir yang sesuai
dengan kebenaran wahyu. Ilmu pengetahuan merupakan alat atau metode untuk
membuktikan keautentikan wahyu. Prof BJ Habibie mengatakan: Karena
pemahaman isi Al-Quran harus memanfaatkan ilmu pengetahuan, sedangkan dalil-
dalil dan hukum-hukum ilmu pengetahuan itu sifatnya nisbi dan selalu berkembang,
maka ilmu dan alat-alat yang digunakan untuk memahami Al-Quran harus tetap
maju dan dinamis, tidak bisa statis. 25
Selanjutnya, Murtadha Mutahhari mengungkapkan bahwa: penelitian historis
membuktikan bahwa tidak ada buku yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan
manusia dan kemasyarakatan sebesar Al-Quran. Karena itulah, Al-Quran secara
otomatis memasuki ruang lingkup pembahasan dalam sosiologi, dan menjadi salah
satu subjek yang harus ditelaah oleh sosiologi. Hal ini berarti penelaahan dan
23
Prof.Dr.T.Jacob, dkk. Evolusi Manusia dalam Konsepsi Islam. (Bandung: Risalah,
1984). h.1
24
QS.Al-Baqarah: 147
25
B.J. Habibie. Memahami Al-Quran dan Mengimplementasikannya: Akumulasi
Pengalaman Keagamaan.(Jakarta: Penerbit Bangkit, cetakan pertama, 1992). h.22
29
penyelidikan terhadap perkembangan umat manusia secara umum, dan masyarakat
Islam khususnya, selama empat ratus tahun terakhir ini tidak mungkin dilakukan
tanpa pengetahuan tentang Al-Quran.
Dengan alasan yang sama, tak mungkin pula bagi seorang yang ingin
menyelidiki soal-soal agama, mengabaikan kitab ini; Kitab yang paling belakang
dan paling terkenal diantara semua kitab suci yang ada26.
Kesempurnaan dan kelengkapan Al-Quran juga diungkapkan oleh Al-Quran
sendiri antara lain:
ع ْنهُ ِمثْقَا ُل ذَ َّرة ِ عةُ ۗقُ ْل بَلى َو َربِ ْي لَتَأْتِيَنَّ ُك ْم ع ِل ِم ْالغَ ْي
ُ ب َل يَ ْع ُز
َ ب َ َوقَا َل الَّ ِذيْنَ َكف َُر ْوا َل تَأْتِ ْينَا السَّا
3 صغ َُر ِم ْن ذلِكَ َو َل اَ ْكبَ ُر ا َِّل فِ ْي ِكتب مبِيْن ِ ت َو َل فِى ْالَ ْر
ْ َض َو َل ا ِ فِى السَّمو.
Artinya : “Dan orang-orang yang kafir berkata: "Hari berbangkit itu tidak akan
datang kepada kami". Katakanlah: "Pasti datang, demi Tuhanku Yang Mengetahui
yang ghaib, sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. Tidak ada
tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan yang ada di
bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan
tersebut dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)" (QS. Saba’:3).
26
Murtadha Mutahhari. Op.Cit., h.9
30
Dan ada pula yang menafsirkan dengan Al-Quran, dalam arti: Al-Quran telah
mencakup pokok-pokok agama, norma-norma hukum, hikmah-hikmah, dan
pimpinan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat, dan kebahagiaan
makhluk pada umumnya.27Bila Kitab di atas kita artikan Al-Quran, maka jelas
bahwa Al-Quran mengandung semua jenis ilmu, baik ilmu tentang apa yang ada di
langit maupun di bumi, yang gaib maupun syahadah, yang bersifat makro maupun
mikro.
) ث ُ َّم َخلَ ْقنَا13( ين ٍ طفَةً فِي قَ َر ٍار َم ِك ْ ُ) ث ُ َّم َجعَ ْلنَاهُ ن12( ين ٍ س ََللَ ٍة ِم ْن ِط
ُ سانَ ِم ْن ِ ْ َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا
َ اْل ْن
ام لَحْ ًما ث ُ َّم أَ ْنشَأْنَاهُ خ َْلقًا
َ ظَ س ْونَا ْال ِع َ ضغَةَ ِع
َ ظا ًما فَ َك ْ ضغَةً فَ َخلَ ْقنَا ْال ُم
ْ علَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ْالعَلَقَةَ ُم
َ َطفَة ْ ُّالن
)14( َسنُ ْالخَا ِلقِين َ َّْللاُ أَح َّ َارك َ َآَخ ََر فَتَب
2.5.2 Sejarah asal mula tata surya dan asal-usul kehidupan yaitu dari
air
27
Lihat Al-Quran dan Terjemahannya, catatan kaki nomor 472, h.192
31
Artinya : “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiya’:
30).
2.5.3 Sidik jari manusia yang berbeda-beda
4 ي بَنَانَه َ على اَ ْن ن
َ س ِو َ َبَلى قَاد ِِريْن
Artinya :
“Bukan demikian, sebenarnya Kami Kuasa menyusun (kembali) jari
jemarinya dengan sempurna.” (QS. Al-Qiyamah: 4)
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesmpulan
Kata i’jaz terambil dari akar kata „ajaza yang berarti lemah atau antonim
mampu. I’jaz adalah melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Dari akar kata
yang sama lahir kata mu‟jizat yang diartikan oleh banyak pakar sebagai sesuatu
yang luar biasa yang dihadirkan oleh seorang nabi untuk menantang siapa yang
tidak mempercayainya sebagai nabi, dan tantangannya itu tidak dapat dihadapi oleh
yang ditantang. Mukjizat secara etimologi (bahasa) berarti melemahkan.Sementara
menurut terminologi (istilahy), mukjizat ialah sesuatu yangluar biasa yang
diperlihatkan Allah melalui para nabi dan rasul-Nya,sebagai bukti atas kebenaran
pengakuan kenabian dan kerasulan. Dengan demikian, i’jaz(kemukjizatan) al-
Qur’an dapatdidefinisikan “sebagai suatu gejala Qur’an yang membuat
manusiatidak mampu meniru al-Qur’an atau bagian-bagiannya baik dari segi
isimaupun dari segi bentuknya”.
Ilmu pengetahuan harus dibimbing oleh wahyu (Al-Quran) agar ilmu
pengetahuan membawa kepada keimanan dan memberi manfaat dalam kehidupan
umat manusia. Al-Quran tidak hanya menjadi sumber motivasi dan inspirasi bagi
ilmuwan, tapi juga sebagai penuntun agar ilmu pengetahuan tidak digunakan
(teknologi) untuk tujuan-tujuan yang negatif, membawa kemusyrikan, atau
menghancurkan alam semesta (manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan).
Mempelajari Al-Quran tidak bisa dipisahkan dari mempelajari alam.
Sebagai risalah , Al-Qur’an memiliki beberapa aspek di dalamnya .
Diataranya adalah aspek bahasa, aspek berita ghaib, dan aspek materi ilmiah.
Adanya aspek-aspek ini gunanya adalah untuk membantah pendapat masyarakat
bahwa Nabi Muhammad SAW yang mengarang Al-Qur’an.
33
Al-Qur’an bukan merupakan kitab atau buku ilmiah, namun al-Qur’an
mampu memberikan isyarat ilmiah sebelum manusia itu menyadari kebenarannya.
Adapun beberapa contohnya ialah tentang terbentuknya bumi dan alam semesta,
reproduksi manusia, dan lain sebagainya.
34
DAFTAR PUSTAKA
al-Qaradhawi, Yusuf, al-Shabr fi al-Qur‟an al-Karim, Beirut: Mu‟assasah
alRisalah, 1991.
Mardan, al-Qur‟an Sebagai Pengantar Memahami Al-Qur‟an Secara Utuh Jakarta:
Pustaka Mapan, 2009.
Boullata, Issa J, al-Qur‟an yang Menakjubkan: Bacaan Terpilih dalam Tafsir Klasik
Hingga Modern dari Seorang Ilmuan Katolik, Ciputat: Lentera Hati, 2008.
Jurnal Madaniyah, Volume 2 Edisi XI Agustus 2016 ISSN 2086-3462 Adik
Hermawan, I‟jaz al-Qur‟an dalam Pemikiran Yusuf al-Qardhawi Semarang
Mutawally, Muhammad. 1984. Mukjizat al-Qur’an. Bandung: Risalah.
Husain Al-Munawwar, Said Agil. 1994. I’jaz Al-Qur’an dan Metodologi
Tafsir.Semarang: Dimas.
Anwar M.Ag., Drs. Rosihon. 2000. Ulumul Qur’an. Bandung: CV Pustaka Setia.
Nurjanah, Siti. 2013. Ulum Al-Qur’an. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Shihab, M. Quraish. 1997. Mukjizat al-Qur`an, Bandung: Mizan
al-Shābūnī, Muhammad ‘Alī. 1390 H. al-Tibyān fī ‘Ulūm Al-Qur`ān, Damaskus:
Maktabah Al-Ghazālī
al-Zarqānī, Muhammad ‘Abd al-‘Adhīm, tt. Manāhil al-‘Irfān fī ‘Ulūm al-Qur`ān,
(Kairo: Maktabah al- Waqfiyyah
Najlah, Mahmūd Ahmad, tt. Lughah al-Qur`ān fī al-Juz` ‘Amma, Beirut: Dār al-
Nahdlah al-‘Arabiyyah
Syalabi, A. 1987. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I, Jakarta: Pustaka al-Husna
Kusmana, dan Syamsuri, 2004, Pengantar Kajian Al-Qur'an: Tema Pokok, Sejarah
dan Wacana Kajian, Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru
Fahd bin Abdurrahman al-Rumi, Ulumul Qur’an: Studi Kompleksitas al-Qur’an.
Halabi Hamdi, (Yogyakata: Titian Ilahi Press, 1996)
Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas al-Qur’an ; kritik terhadap Ulumul Qur’an,
Terj. Khoiron Nahdliyin (Yogyakarta: LIKS, 2001)
Moch.Chadziq Charisma ,Tiga Aspek Kemukjizatan al-Qur’an (Surabaya: PT. Bina
Ilmu, 1991)