Oleh Kelompok
Ummu Aina Nafidatul Khusnah 212104010040
Maula Nabila Mahrus 212104010012
Ahmad Baihaqi Zandhos 212104010031
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan Rahmat dan
HidayahNya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KITAB TAFSIR KLASIK
NAZM AL-DURAR FI TANASUB AL-AYAT WA AL-SUWAR KARYA BURHAN AL-DIN
AL-BIQA’I”. Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Kitab Tafsir
Klasik.
Kami menyadari bahwa banyak kekurangan dan kesalahan dalam segi penulisan
maupun segi bahasa dalam penyusun makalah ini. Dengan adanya kekurangan tersebut kami
mengharapkan kritik dan saran untuk kami dalam menyempurnakan makalah ini. Dan
semoga makalah yang kami susun dapat memberikan wawasan yang lebih baik lagi.
Jember, 06 September
2023
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................4
1.3 Tujuan Pembahasan..................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
2.1 Biografi Al-Biqa’i...................................................................................................5
2.2 Latar Belakang Penulisan.....................................................................................6
2.3 Sistematika Penulisan............................................................................................7
2.4 Karakteristik Penafsiran.......................................................................................7
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Atas Kitab..............................................................7
2.6 Contoh Penafsiran.................................................................................................7
BAB III....................................................................................................................................10
PENUTUP...............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab yang paling sempurna, diturunkan kepada Nabi
Muhammad melalui malaikat Jibril secara berangsur-angsur. Bahasa yang tertera pada
Al-Qur’an walaupun sangat indah, tetapi belum tentu semua orang mampu memahami
maknanya, Dikarenakan hal tersebut, terdapat suatu ilmu bernama tafsir. Ilmu tafsir
digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai makna-makna dan juga sebagai
penjelas berbagai hukum yang tertera pada Al-Qur’an. Dan dalam ilmu tafsir tidaklah
sempurna tanpa memahami munasabah. Munasabah diartikan sebagai Ilmu yang
didalamnya mengajarkan mengenai Kesesuaian arti atau kandungan antar ayat pada Al-
Qur’an, dan akhirnya membentuk hikmah untuk manusia yang mau menjadikan hikmah
tersendiri bagi orang yang mau belajar.
Pada makalah kali ini, presentator akan membahas mengenai biografi Burhan al-
Din al-Biqa’i latar belakang penulisan kitab, sistematika penulisan kitab, karakteristik
kitab, kritik atas kitab, dan contoh penafsiran.
4
6. Bagaimana Contoh Penafsiran Kitab?
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biografi Sayyid Quthb
Diantara ke-6 komponen tersebut yang paling dekat dengan penguasa adalah
para ulama’ yang kedekatannya sebatas Qadha’(memutuskan perkara), penulisan
buku dan syair-syair, dan mengajar di perguruan tinggi dan masjid.
1
Bintuqaryah, Biografi Imam Burhanuddin Al-Biqa’I, https://bintuqaryah.blogspot.com/2016/12/biografi-imam
burhanuddin-al-biqai_25.html?m=1
6
Ayat wa al-Suwar (susunan permata tentang hubungan ayat dan surah). Al-Biqa’I
menulis kitab tafsir yang khusus menjelaskan munasabah antar ayat dan surah
sebanyak 22 jilid.
Al-Biqa’I sempat menempati kairo dengan waktu yang cukup lama dan pada
saat itu beliau juga sedang mengarang kitab Nazhm ad-Duror Fî Tanâsub al-Âyât Wa
as-Suwar. Kemudian meninggalkan Kairo karena beberapa orang ada yang iri hati
terhadap beliau dengan meyebarluaskan tuduhan tidak benar yang membuat beliau
hampir dijatuhi hukuman mati. arena pada saat itu buku karangannya belum
sepenuhnya populer, maka Al-Biqa’I memutuskan untuk Kembali ke Dasmaskus dan
meninggal disana2.
7
Pada ahun 832 H imam al-Biqa’i meninggalkan Damaskus menuju ke al-Quds
dan menetap di sana selama dua tahun. Di al-Quds beliau menghafal kitab at-Tuhfah
karya Ibnu Hajar dan belajar kitab Kâfiyah karya ibnu al-Hajib dalam ilmu sharaf.
Kemudian beliau pindah ke Kairo dan belajar disana. i Mesir, al-Biqa’i bertemu
dengan beberapa ulama setempat terutama Ibnu Hajar al-‘Asqolani yang selanjutnya
al-Biqa’i bermulazamah kepada belaiu. Kemudian beliau kembali ke Damaskus
lantaran ada beberapa orang yang hasad kepada beliau dan menetap di Damaskus
sampai beliau meninggal pada malam Sabtu 18 Rajab 885 H.
Al-Biqa’I mempunyai tulisan yang bagus, dan khat yang indah. Dari keahlian inilah
beliau mencari nafkah. Beliau hidup zuhud, qona’ah, dan punya harga diri. Al-Biqa’i
tidak pernah mendatangi penguasa untuk meminta pertolongan. Karena pada masa itu
Damaskus dijajah oleh para tentara salib, maka beliau termasuk ulama’ yang turut
serta berjihad melawan mereka. Al-Biqa’i adalah tentara yang pemberani, tidak takut
pada musuh, serta tidak pernah takut pada banyaknya jumlah tentara musuh meskipun
jumlah tentara muslimin sedikit. Selama hidupnya, beliau tinggal di masjid untuk
menjauhkan diri dari kesenangan duniawi dan mencari ketenangan, kedamaian, dan
tempat yang nyaman untuk menulis karya-karyanya serta menjauhkan diri dari orang-
orang hasad yang membencinya3.
c. Karya-karya al-Biqa’i
Al-Biqa’I merupakan seorang ulama yang produktif. Selain menulis tafsir, Al-
Biqa’I juga menulis berbagai macam bidang ilmu seperti filsafat, fiqih, ushul fiqh
qira’ah, bahasa dan masih banyak lagi. Adapun karya-karya beliau diantaranya
adalah:
3
Bintuqaryah, Biografi Imam Burhanuddin Al-Biqa’I, https://bintuqaryah.blogspot.com/2016/12/biografi-imam
burhanuddin-al-biqai_25.html?m=1
8
5. Al-Ibâhah fî Syarh Al-Bâhah. Yaitu nazham (bait) dalam bidang perhitungan
sebanyak 200 halaman.
6. Jawâhir Al-Bihâr fi Nazhm Sîrot Al-Mukhtâr.
7. Badzl An-Nushh Wa Asy-Syafaqah li At- Ta’rîf Bi Shahbah.4
d. Kondisi Sosial
Awal mula nya tafsir Fi Dzilalil Qur’an terbit dalam bentuk majalah pemikiran
Islam yang berrnama Al Muslimin, yang di terbitkan secara berkala pada tahun 1952.
Dimulai dari surah Al Fatihah hingga edisi ke 7 tepat surah Al Baqarah (2) ayat 103,
sayd Qutb memutuskan untuk berhenti dalam menulis majalah tersebut dan ingin
menafsirkan al-Qur’an secara utuh dalam sebuah kitab tafsir tersendiri. Setelah
melakukan kontrak dengan percetakan Dar Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyah milik Isa al-
Halab Tahun 1952 bulan Oktober beliau menerbitkan Juz 1 dan juz-juz berikutnya
terbit setiap dua bulan. Terbukti antara Oktober 1952 hingga Januari 1054, Sayd
Quthb berhasil meluncurkan 16 juz.
Pada tahun 1954 beliau dimasukkan ke dalam penjara yang pertama atas
tuduhan berkomplot untuk menjatuhkan Presiden mesir Jamal Abdul Naseer. Selama
berada di penjara Sayd Qutb tidak pernah berhenti menulis. Beliau berhasil
menyelesaikan 2 juz yakni juz ke 17 dan 18 tafsir fi dzilalil Quran. Setelah keluar dari
penjara sayd Qutb tidak meluncurkan juz juz yang baru, karena beliau di sibukkan
dengan dengan urusan organisasi, disamping karena belum sempat tinggal lama di
luar penjara, beliau kembali dijebloskan bersama puluhan ribu jamaah Ikhwan al-
Musimin atas tuduhan pelaku percobaan pembunuhan presiden Mesir.
Pada periode penjara ke 2 beliau belum sempat menulis dikarenakan siksaan
yang beliau terima selama di penjara, dan di dalam penjara tersebut menetapkan
bahwa tahanan tidak diizinkan untuk menulis. Akan tetapi Sayd Quthb selalu
berusaha secara sembunyi-sembunyi dan terus berdo’a agar ALLAH membukakan
jalan kebenaran. Kondisi Sayd Quthb yang pada saat itu tidak di perbolehkan menulis
terdengar oleh pihak percetakan Dar al-Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, yang
sebelumnya pernah melakukan kesepakatan dengan Sayd Quthb. Al-Halabi meminta
4
Arif Firdausi, Dina Duwi Indah Sari, Konsep Munasabah QS. Al-Baqarah ayat 237-240 Dalam Kitab Tafsir
Nazhm Ad-Durar Fi Tanasub Al-Ayat Wa As-Suwar, Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur’an (STIQ) Isy Karima
Karanganyar, hal. 44.
9
ganti rugi kepada pihak pemerintah karena larangan menulis kepada Sayd Quthb
perusahaan dirugikan sebanyak 10.000 pound. Karena pemerintah tidak mampu,
akhirnya memilih untuk mengizinkan Sayyid Quthub untuk melanjutkan pekerjaannya
hingga selesai.
Kitab Nazm al-surar fi tanasub al-ayat wa al-suwar dituis oleh al-Biqa’i pada
bulan Sya’ban tahun 861 H sampai 7 Sya’ban 875 H, di Kairo Mesir. Penulisan kitab ini
menghabiskan waktu kurang lebih selama 14 tahun.5
Pembahasan dalam kitab tafsir ini berfokus pada korelasi atau munasabah ayat
dengan ayat maupun surah dengan surah didalam Al-Qur’an. Terdapat beberapa alasan al-
Biqa’I menulis kitab ini berfokus pada pembahasan munasabah al-Qur’an yang mana
mengutip dari Tesisnya Abdul Basid beberapa alasan tersebut diantaranya yaitu :
Pertama, termasuk dalam kemukjizatan al-Qur’an dari segi bahasa adalah susunan ayat
atau surah yang masih digali oleh Ulama ahli al-Qur’an. Oleh sebab itu, untuk membantu
memudahkan hal tersebut al-Biqai berinisiatif untuk menulis kitab yang membahas
tentang korelasi atau munasabah antar ayat atau surah dalam al-Qur’an. Kedua, sudah
terdapat beberapa kitab tafsir yang membahas tentang korelasi tersebut akan tetapi dirasa
masih sedikit dan pembahasannya kurang dalam menjelaskan tentang munasabah atau
korelasi ayat dan surah didalam al-Qur’an. Adapun kitab-kitab tafsir sebelumnya yang
membahas tentang munasabah atau korelasi didalam a-Qur’an diantaranya yaitu at-
Tahrir wa at-Tahbir li aqwal a’Immah at-Tafsir fi Ma’ani Kalam as-Sami’ al-Bashir
karya Ibn an-Naqib dan kitab Miftah al-Bab al-Muqfil ‘ala Fahm al-Qur’an al-Munazzal
karya ar-Rabbaniy Abi al-Hasan ‘Ali Ibn Ahmad Ibn al-Hasan al-Haralli.
Dalam penulisan kitab tafsir ini melalui proses yang tidak mudah bagi al-Biqa’i,
karena saat penulisan kitab tafsir tersebut ia merasa bahwa Ulama-ulama lain
memusuhinya karena terdapat beberapa isi dar kitab tafsir tersebut yang mengambil dari
kitab Taurat dan Injil. Beliau juga sempat dijatuhi hukuman mati dikarenakan uraian-
uraian didalam kitabnya belum populer pada masanya. Lama proses penulisan kitab tafsir
5
Anna Shofiana, Nailatuz Zulfa, “KONTINUITAS MUNASABAH DALAM AL-QUR’AN Studi Terhadap Tafsir
Mafatih Al-Ghaib, Asrar Tartib Nazhmud Durar Fi Tanasubil Ayi Was-Suwar, Dan Al-Manar”, Jurnal Studi al-
Qur’an dan Keislaman 5, no.2 (2021) : 236
10
tersebut yaitu 14 tahun dan rampung pada hari Selasa, 7 Sya’ban 875 H di Mesir.
Naskahnya kemudian disalin menjadi naskah yang lebih sempurna pada Ahad, 10
Sya’ban 882 H di dalam rumahnya yang bertempat di Damaskus. Sehingga jika dijumlah
secara keseluruhan, al-Biqa’i menghabiskan waktu selama 22 tahun dalam penulisan
kitab tafsir Nazm al-Durar fi Tanasub al-Ayat wa al-Suwar dari proses menulis hingga
menyalinnya menjadi karya yang baik.6
Pada dasarnya, yang menjadi latar belakang al-Biqa’i dalam menulis kitab tafsir
ini adalah adanya dorongan dan keinginan dari dirinya sendiri serta ketertarikannya
terhadap pernyataan al-Zarkasyi dan Fakhr al-Razy yang menyebutkan bahwa penting
untuk memperhatikan munasabah ayat dan surah dalam menafsirkan al-Qur’an karena al-
Qur’an merupakan satu kesatuan dari awal hingga akhir sehingga menyimpan banyak
rahasia-rahasia penting dibalik semua itu.7
6
Salma Millativ, “MUNASABAH AYAT DALAM SURAH YASIN (Studi Analisis Terhadap Tafsir Nazm al-Durar fi
Tanasub al-Ayat wa as-Suwar Karya Buran ad-Din al-Biqa’i pada Surah Yain ayat 1-38)” (Skripsi, IIQ Jakarta,
2018), 50-53
7
Rasyad, “NUZUM AL-DURAR FI TANASUB AL-AYATI WA AL-SHUAR (Tinjauan Metode dan Pendekatan Tafsir),
Al-Mu’ashirah 16, no.2 (Juli 2019) : 150
8
Muhammad Yoga Firdaus, “Kajian Metodologis Kitab Tafsir Fi DZILALIL Qur’an Karya Sayyid Quthb”, Reslaj 5,
no.6 (2023) : 2726
11
f. Selanjutnya, al-Biqa’i menafsirkan basmalah yang ada di setiap awal surah. Hal ini
yang menjadi karakteristik dari kitab tafsir al-Biqa’i yang berbeda penafsirannya
dengan Ulama Tafsir lain.
g. Setelah menafsirkan basmalah, kemudian al-Biqa’i menyebutkan munasabah atau
korelasi antar surah yang akan ditafsirkan dengan surah sebelumnya, menggunkan
salah satu dari empat lafadz yaitu وِم ْن, ذاTT و ِم ن ه, َو ُثَّم و َلَّم ا, َثَّم. al-Biqa’i
menggunakan keempat lafadz tersebut untuk mengaitkan atau menghubungkan satu
kata dengan kata lainnya, atau satu ayat dengan ayat lainnya, atau satu surah dengan
surah lainnyayang disebut dengan munasabah. Akan tetapi, terkadang beliau juga
tidak menggunakan salah satu dari keempat lafadz tersebut. Beliau langsung
menjelaskan hubungan antar surah, seperti halnya dalam akhir penafsirannya beliau
menghubungkan surah al-Fatihah dengan surah an-Nas.
h. Setelah menafsirkan sejumlah ayat dan ketika akan melanjutkan penafsiran
setelahnya, beliau terlebih dahulu mencantumkan sejumlah ayat yang akan ditafsirkan
kemudian membahas munasabah ayat tersebut dengan ayat yang telah ditafsirkan
menggunakan kata-kata yang menjadi ciri khasnya.
i. Terakhir, beliau mencantumkan nomor ayat dan nama surah terhadap ayat yang
menjadi penjelas atau penafsir ayat lain ketika menafsirkan ayat dengan ayat.
Sistematika penulisan tersebut yang ditempuh oleh al-Biqa’i dari awal sampai
akhir dalam kitab tafsirnya serta secara konsisten beliau menyebutkan munasabah baik
antar ayat maupun antar surah.
Dalam kitab tafsirnya, ayat-ayat yang akan ditafsirkan beliau tulis dengan
menggunakan rasm utsmany dan sejumlah ayat yang dikumpulkan juga ditulis
menggunakan rasm utsmany bukan dengan rasm imla’iy. Hal tersebut menunjukkan
kekonsistenan al-Biqa’i dalam menulis al-Qur’an dengan menggunakan rasm utsmany
yang mana dalam penulisan menggunakan rasm utsmany terdapat rahasia-rahasia yanng
harus dijaga keasliannya dan tidak boleh dirubah karena dapat mengakibatkan perubaha
makna atau akan menghilangkan sejumlah qiraat lain jika sampai dirubah.
Memungkinhkan hal itulah yang menjadi sebab al-Biqa’i selalu mengunakan
rasm utsmany dalam menulis ayat maupun potongan didalam kitab tafsirnya. Karena jika
ayat tersebut ditulis menggunakan rasm imla’iy dapat menghilangkan rahasia penulisan
tersebut.
12
Al-Biqa’i menafsirkan ayat dan surah secara berurutan dalam kitab tafsirnya
dengan menyebutkan nomor ayat yang ditafsirkan sesuai dengan urutan ayat dan
surahnya. Hal ini untuk memudahkan bagi pembaca dalam mencari ayat yang diperlukan
saat ingin membaca kiab tafsir tersebut.9
Metode yang digunakan al-Biqa’i dalam kitab tafsirnya adalah metode tahlili
yakni menaffsirkan ayat-ayat al-Qur’an secara keseluruhan dan terperinci dengan
memasukkan segala hal yang berkaitan dengan penafsirannya. Al-Biqa’i secara rinci
menguraikan pembahasan kitab tafsirnya mengenai korelasi atau munasabah ayat satu
dengan ayat lainnya atau surah satu dengan surah lainnya mulai dari hubungan antar kata,
antar kalimat, hingga akhir surah dengan awal surah sesudahnya. Beliau juga
mancantumkan beberapa pendapat Ulama yang sama dalam membahas tentang
munasabah.10
Dalam kitab tafsirnya, al-Biqa’i juga membahas tentang asbab an-nuzul dan dalil-
dalil yang berasal dari Nabi, sahabat, dan pendapat Tabi’in yang terkadang bercampur
dengan pendapat para mufassir yang latar belakang pendidikannya menjadi salah satu
faktor yang berpengaruh dalam menafsirkan al-Qur’an.11
Sedangkan corak kitab tafsir al-Biqa’i cenderung kepada aspek lughawi atau
kebahasaan karena dalam menguraikan penjelasan tafsirnya diikuti dengan penjelasan-
penjelasan yang tersirat serta menjelaskan makna kata-kata al-Qur’’an dengan
mengungkapkan arti secara leksikal dan menambahkan makna kontekstual ayat. Hal
tersebut dilakukan oleh al-Biqa’i agar dapat terungkap aspek munasabah dalam al-
Qur’an.12
Adapun sumber penafsiran kitab tafsir Nazm al-Durar fi Tanasub al-Ayah wa al-
Suwar menggunakan sumber ra’yi yakni menafsirkan al-Qur’an dengan mendeskripsikan
9
Rasyad, “NUZUM AL-DURAR FI TANASUB AL-AYATI WA AL-SHUAR (Tinjauan Metode dan Pendekatan
Tafsir)”. Al-Mu’ashiroh 16, no.2 (Juli 2019) : 151-153
10
Salma Millativ, “MUNASABAH AYAT DALAM SURAH YASIN (Studi Analisis Terhadap Tafsir Nazm al-Durar fi
Tanasub al-Ayat wa as-Suwar Karya Buran ad-Din al-Biqa’i pada Surah Yain ayat 1-38)” (Skripsi, IIQ Jakarta,
2018), 51
11
Arif Firdausi, DINA Dui Indah Sari, “KONSEP MUNASABAH QS.AL-BAQARAH AYAT 237-240 DALAM KITAB
TAFSIR NAZHM AD-DURAR FI TANASUB AL-AYAT WA AS-SUWAR”, : 44
12
Salma, “MUNASABAH AYAT”. 54
13
uraian-uraian makna yang terkandung dalam al-Qur’an berdasarkan rasio/akal.
Disamping itu juga terdapat beberapa kitab tafsir yang membahas tentang munasabah al-
Qur’an yang dijadikan sebaga pedoman oleh al-Biqa’i dalam menulis kitab tafsirnya,
diantaranya yaitu :
Seperti kitab tafsir pada umumnya, kitab Nadzm ad-Durar fi Tanasub al-Ayat wa
al-Suwar juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dari kitab ini
diantaranya yaitu :
14
6) Menjelaskan munasabah antara ayat dengan ayat
7) Penjelasannya sangat detail (menjelaskan makna perkata dan asbab
nuzulnya)
Munasabah kisah Ashabul Kahfi dan Nabi Musa dengan Nabi Khidir
1. Menuntut Ilmu (Kisah Nabi Musa Menuntut Ilmu kepada Nabi khidir, bahwasanya
Menuntut Ilmu itu sangat penting) Munasabah Ayat Dengan Ayat = Q.S Al-Kahfi : 60
dengan Q.S Al-Kahfi : 66 (Dikisahkan Nabi Musa berjalan bersama muridnya Hingga
sampai ke dua lautan dan bertemu Nabi Khidir untuk menuntut Ilmu (Al-Biqa’i.
2005:98)
َو ِإۡذ َقاَل ُم وَس ٰى ِلَفَتٰى ُه ََٓل َأۡب َر ُح َح َّتٰٓى َأۡب ُلَغ َم ۡج َم َع ٱۡل َبۡح َر ۡي ِن َأۡو َأۡم ِض َي ُح ُقٗب ا
َقاَل َلهُۥ ُم وَس ٰى َهۡل َأَّتِبُعَك َع َلٰٓى َأن ُتَع ِل َمِن ِمَّم ا ُع ِل ۡم َت ُر ۡش ٗد ا
) ١٠ ) ِإۡذ َأَو ى ٱۡل ِفۡت َيُة ِإَلى ٱۡل َك ۡه ِف َفَقاُلوْا َر َّبَنٓا َء اِتَنا ِم ن َّلُد نَك َر ۡح َم ٗة َو َهي ۡئ َلَنا ِم ۡن َأۡم ِر َنا َرَش ٗد ا
َو ِإِذ ٱۡع َتَز ۡل ُتُم وُهۡم َو َم ا َيۡع ُبُد وَن ِإََّل ٱلَََّّل َفۡأ ٓوُۥ ْا ِإَلى ٱۡل َك ۡه ِف َينُشۡر َلُك ۡم َر ُّبُك م من َّر ۡح َم ِتِۦه
15
) ١٦ ) َو ُيَهي ۡئ َلُك م مۡن َأۡم ِر ُك م مۡر َفٗق ا
3. Semua Tindakan Atas Izin Allah (Seseorang yang ingin melakukan sesuatu dalam
segala hal itu semua dengan izin Allah dan dengan kalimat InsyaAllah). Munasabah
Ayat dengan Ayat = Qur’an Surat Al-Kahfi : 24 dengan Qur’an Surat Al-Kahfi: 69
(Dikisahkan Ketika Nabi Muhammad ingin menceritakan kepada orang Quraisy
kisah Ashabul Kahfi dan kisah Dzulkarnain , beliau lupa menyebutkan kalimat
"Insyaallah" dan turun ayat ini menyatakan atas segala sesuatu itu atas izin Allah
hari ini besok atau dikemudian hari hanya Allah la yang tau bagimana rencananya .
Bersamaan dengan kisah Nabi Musa yang mengatakan Insyaallah ketika di suruh
berjanji untuk tidak bertanya tentang sesuatu yang dikerjakan Nabi Khidir dan
pentingnya bersabar) (Al-Biqa’I, 2005:48).
ََُُّّۚل
٢٤ ) ِإََّٓل َأن َيَش ٓاَء ٱل َو ٱۡذ ُك ر َّرَّبَك ِإَذ ا َنِس يَت َو ُقۡل َع َس ٰٓى َأن َيۡه ِدَيِن َر ب ي ِِلَۡق َرَب ِم ۡن َٰه َذ ا َرَش ٗد ا
ََُّّل
) ٦٩ ) َقاَل َس َتِج ُد ِنٓي ِإن َش ٓاَء ٱل َص اِبٗر ا َو ََٓل َأۡع ِص ي َلَك َأۡم ٗر ا
16
4. Keilmuan Nabi Khidir yang memiliki ilmu Laduni ( Q.S Al-Kahfi : 65 dengan Q.S
Jin : 26-27 ) Ilmu yang dimiliki orang lain dan hanya nabi khidir yang Allah tunjuki
rahmat untuk mendapatkan ilmu tersebut (Al-Biqo’I, 2005:106). Al-Kahfi : 65
٦٥ ) َفَو َج َدا َع ۡب ٗد ا مۡن ِعَباِد َنٓا َء اَتۡي َٰن ُه َر ۡح َم ٗة مۡن ِع نِد َنا َو َع َّلۡم َٰن ُه ِم ن َّلُد َّنا ِع ۡل ٗم ا
BAB III
14
Sahila Aidriva "Munasabah kisah ashabul Kahfi dan kisah nabi Musa dengan Nabi Khidir di Q.s al-kahfi
menurut al-biqa'i ( analisis kitab nadzmu al-duror di tanasub Al-ayat wa Al suwar)" Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan
Tafsir Vol. 3 No. 2
17
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Al-Biqa’I memiliki nama lengkap Ibrahim bin Umar bin Hasan ar-Ribath bin Ali
bin Abi Bakar asy-syafi’I Al-Biqa’i. yang lahir di Biqo’, Damaskus, Syuri’ah pada
tahun 809 H/1406 M dan meninggal pada tahun 885 H/1480 M di Damaskus pada usia
76 tahun. Beliau lahir dari orang tua yang hidupnya pas-pasan jauh dari kekayaan dunia.
Dan dari asuhan orang tuanya, Al-Biqa’I belajar ilmu-ilmu dasar seperti membaca dan
menulis. Al-Biqa’I hidup pada masa Daulah Al-Mamâlîk yaitu masa yang dimulai dari
berakhirnya daulah al-Ayyûbiyyîn (648H) dan berakhir pada awal kemenangan Turki
‘Utsmaniyah (923 H)
Al-Biqa’I merupakan seorang ulama yang produktif. Selain menulis tafsir, Al-
Biqa’I juga menulis berbagai macam bidang ilmu seperti filsafat, fiqih, ushul fiqh
qira’ah, bahasa dan masih banyak lagi. Salah satu karyanya yang populer dalam bidang
tafsir yaitu kitab Nadzm ad-Durar fi Tanasub al-Ayat wa al-Suwar.
Kitab Nazm al-Durar fi tanasub al-ayat wa al-suwar dituis oleh al-Biqa’i pada
bulan Sya’ban tahun 861 H sampai 7 Sya’ban 875 H, di Kairo Mesir. Penulisan kitab ini
menghabiskan waktu kurang lebih selama 14 tahun.
Pembahasan dalam kitab tafsir ini berfokus pada korelasi atau munasabah ayat
dengan ayat maupun surah dengan surah didalam Al-Qur’an. Terdapat beberapa alasan al-
Biqa’I menulis kitab ini berfokus pada pembahasan munasabah al-Qur’an yang mana
mengutip dari Tesisnya Abdul Basid beberapa alasan tersebut diantaranya yaitu :
Pertama, termasuk dalam kemukjizatan al-Qur’an dari segi bahasa adalah susunan ayat
atau surah yang masih digali oleh Ulama ahli al-Qur’an. Oleh sebab itu, untuk membantu
memudahkan hal tersebut al-Biqai berinisiatif untuk menulis kitab yang membahas
tentang korelasi atau munasabah antar ayat atau surah dalam al-Qur’an. Kedua, sudah
terdapat beberapa kitab tafsir yang membahas tentang korelasi tersebut akan tetapi dirasa
masih sedikit dan pembahasannya kurang dalam menjelaskan tentang munasabah atau
korelasi ayat dan surah didalam al-Qur’an.
18
DAFTAR PUSTAKA
Arif Firdausi, Dina Duwi Indah Sari, Konsep Munasabah QS. Al-Baqarah ayat 237-240
Dalam Kitab Tafsir Nazhm Ad-Durar Fi Tanasub Al-Ayat Wa As-Suwar, Sekolah
Tinggi Ilmu Al Qur’an (STIQ) Isy Karima Karanganyar, hal. 44.
Muhammad Yoga Firdaus, “Kajian Metodologis Kitab Tafsir Fi DZILALIL Qur’an Karya
Sayyid Quthb”, Reslaj 5, no.6 (2023) : 2726
Sahila Ardiva, Munasabah Kisah Ashabul Kahfi Dan Kisah Nabi Musa Dengan Nabi Khidir
Di QS.Al-Kahfi Menurut Al-Biqa’I (Analisis Kitab Nadzmu Al-Durar Fi Tanasub Al-
Ayat Wa Al-Suwar), Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Vol.3 No.2 hal.313
Salma Millativ, “MUNASABAH AYAT DALAM SURAH YASIN (Studi Analisis Terhadap
Tafsir Nazm al-Durar fi Tanasub al-Ayat wa as-Suwar Karya Buran ad-Din al-Biqa’i
pada Surah Yain ayat 1-38)” (Skripsi, IIQ Jakarta, 2018), 50-53
19