Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KITAB TAFSIR KLASIK NAZM AL-DURAR FI TANASUB AL-AYAT WA


AL-SUWAR KARYA BURHAN AL-DIN AL-BIQA’I
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kitab Tafsir Klasik
Yang diampu oleh : Fitah Jamaluddin, S.Th.I.,M.Ag.

Oleh Kelompok
Ummu Aina Nafidatul Khusnah 212104010040
Maula Nabila Mahrus 212104010012
Ahmad Baihaqi Zandhos 212104010031

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM KH. ACHMAD SIDDIQ


2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan Rahmat dan
HidayahNya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KITAB TAFSIR KLASIK
NAZM AL-DURAR FI TANASUB AL-AYAT WA AL-SUWAR KARYA BURHAN AL-DIN
AL-BIQA’I”. Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Kitab Tafsir
Klasik.

Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Fitah Jamaluddin, S.Th.I.,M.Ag.


selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tematik. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman mahasiswa khususnya kelas Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir 2 yang juga
telah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah
ini.

Kami menyadari bahwa banyak kekurangan dan kesalahan dalam segi penulisan
maupun segi bahasa dalam penyusun makalah ini. Dengan adanya kekurangan tersebut kami
mengharapkan kritik dan saran untuk kami dalam menyempurnakan makalah ini. Dan
semoga makalah yang kami susun dapat memberikan wawasan yang lebih baik lagi.

Jember, 06 September
2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................4
1.3 Tujuan Pembahasan..................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
2.1 Biografi Al-Biqa’i...................................................................................................5
2.2 Latar Belakang Penulisan.....................................................................................6
2.3 Sistematika Penulisan............................................................................................7
2.4 Karakteristik Penafsiran.......................................................................................7
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Atas Kitab..............................................................7
2.6 Contoh Penafsiran.................................................................................................7
BAB III....................................................................................................................................10
PENUTUP...............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab yang paling sempurna, diturunkan kepada Nabi
Muhammad melalui malaikat Jibril secara berangsur-angsur. Bahasa yang tertera pada
Al-Qur’an walaupun sangat indah, tetapi belum tentu semua orang mampu memahami
maknanya, Dikarenakan hal tersebut, terdapat suatu ilmu bernama tafsir. Ilmu tafsir
digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai makna-makna dan juga sebagai
penjelas berbagai hukum yang tertera pada Al-Qur’an. Dan dalam ilmu tafsir tidaklah
sempurna tanpa memahami munasabah. Munasabah diartikan sebagai Ilmu yang
didalamnya mengajarkan mengenai Kesesuaian arti atau kandungan antar ayat pada Al-
Qur’an, dan akhirnya membentuk hikmah untuk manusia yang mau menjadikan hikmah
tersendiri bagi orang yang mau belajar.

Al-Biqo'i merupakan ulama yang dianggap paling terkenal memiliki


perhatiantinggi terhadap ilmu munasabah . beliau menulis kitab tafsir yang tebal yakni 22
jilid yang secara khusus menjelaskan munasabah antar ayat dan surah dalam kitab beliau
yang berjudul Nadzmu Al-Durar fi Tanasub Al-Ayat wa Al-Suwar.. Proses Tafsir dibuat
dengan cara runtut ayat demi ayat selanjutnya surat demi surat dari pertama sampai
terakhir selaras dengan urutan mushaf Al-Qur’an, menjelaskan kosa kata, konotasi
kalimat, alasan-alasan turunnya ayat, hubungannya dengan ayat lainnya, berupa
sebelumnya maupun setelah dilakukannya (munasabah). Berdasarkan penjelasan di atas,
focus pembahasan pada makalah ini adalah bagaimana sistem penafsiran yang digunakan
oleh Al-Biqa’I dalam kitabnya Nadzm Al-Durar fi Tanasub Al-Ayat wa Al-Suwar.

Pada makalah kali ini, presentator akan membahas mengenai biografi Burhan al-
Din al-Biqa’i latar belakang penulisan kitab, sistematika penulisan kitab, karakteristik
kitab, kritik atas kitab, dan contoh penafsiran.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Biografi Al-Biqa’i?


2. Bagaimana Latar Belakang Penulisan Kitab?
3. Bagaimana Sistematika Penulisan Kitab?
4. Bagaimana Karakteristik Penulisan Kitab?
5. Bagaimana Kelebihan dan Kekurangan Kitab?

4
6. Bagaimana Contoh Penafsiran Kitab?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Untuk menjelaskan Biografi AL-Biqa’i


2. Untuk menjelaskan Latar Belakang Penulisan Kitab
3. Untuk menjelaskan Sistematika Penulisan Kitab
4. Untuk menjelaskan Karakteristik Penulisan Kitab
5. Untuk menjelaskan Kelebihan dan Kekurangan Kitab
6. Untuk menjelaskan Contoh Penafsiran Kitab

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biografi Sayyid Quthb

a. Riwayat Hidup Sayyid Quthb


Al-Biqa’I memiliki nama lengkap Ibrahim bin Umar bin Hasan ar-Ribath bin
Ali bin Abi Bakar asy-syafi’I Al-Biqa’i. yang lahir di Biqo’, Damaskus, Syuri’ah
pada tahun 809 H/1406 M dan meninggal pada tahun 885 H/1480 M di Damaskus
pada usia 76 tahun. Beliau lahir dari orang tua yang hidupnya pas-pasan jauh dari
kekayaan dunia. Dan dari asuhan orang tuanya, Al-Biqa’I belajar ilmu-ilmu dasar
seperti membaca dan menulis. Al-Biqa’I hidup pada masa Daulah Al-Mamâlîk yaitu
masa yang dimulai dari berakhirnya daulah al-Ayyûbiyyîn (648H) dan berakhir pada
awal kemenangan Turki ‘Utsmaniyah (923 H). Sistem sosial pada masa itu
masyarakat daulah Al-Mamalik terbagi menjadi dua. Pertama, kelompok pemimpin
yang terdiri dari para Sultan, pemimpin dan para prajurit. Kedua, kelompok
masyarakat. Kemudian kelompok tersebut terdiri dari 6 komponen yakni:

1. Orang kaya dari para pengusaha.


2. Para pedagang di pasar dan orang yang memiliki profesi termasuk golongan
menengah.
3. Para petani yang ada di pedesaan.
4. Para kuli dan pekerja ringan.
5. Orang-orang fakir yaitu kebanyakan para ahli fikih dan penuntut ilmu.
6. Orang miskin dan berkebutuhan. Yaitu para peminta yang menggantungkan
hidupnya pada pemberian orang lain1.

Diantara ke-6 komponen tersebut yang paling dekat dengan penguasa adalah
para ulama’ yang kedekatannya sebatas Qadha’(memutuskan perkara), penulisan
buku dan syair-syair, dan mengajar di perguruan tinggi dan masjid.

Al-Biqa’I merupakan ahli tafsir pertama yang menemukan metode keserasian


antar ayat serta antar kata pada al-Qur’an. Adapun kitab beliau yang membahas
keserasian ayat dan kata dalam Al-Qur’an adalah Nadzmu al-Durar fi Tanasub al-

1
Bintuqaryah, Biografi Imam Burhanuddin Al-Biqa’I, https://bintuqaryah.blogspot.com/2016/12/biografi-imam
burhanuddin-al-biqai_25.html?m=1

6
Ayat wa al-Suwar (susunan permata tentang hubungan ayat dan surah). Al-Biqa’I
menulis kitab tafsir yang khusus menjelaskan munasabah antar ayat dan surah
sebanyak 22 jilid.

Al-Biqa’I sempat menempati kairo dengan waktu yang cukup lama dan pada
saat itu beliau juga sedang mengarang kitab Nazhm ad-Duror Fî Tanâsub al-Âyât Wa
as-Suwar. Kemudian meninggalkan Kairo karena beberapa orang ada yang iri hati
terhadap beliau dengan meyebarluaskan tuduhan tidak benar yang membuat beliau
hampir dijatuhi hukuman mati. arena pada saat itu buku karangannya belum
sepenuhnya populer, maka Al-Biqa’I memutuskan untuk Kembali ke Dasmaskus dan
meninggal disana2.

b. Latar Belakang Pendidikan


Al-Biqa’I merupakan seorang yang cerdas sejak kecil, terbukti ketika beliau
berumur 10 tahun sudah selesai menyetorkan hafalan al-Qur’an kepada pamannya.
Dan pada saat usia 12 tahun keluarganya diserang oleh sekelompok kabilah yang
disebut banu mazâhim yang mengakibatkan Ayah dan pamannya terbunuh. Kemudian
Al-Biqa’I diasuh oleh kakek dari ibunya yang bernama ‘Ali Ibnu Muhammad as-
Salmi dan dibawa ke Damaskus untuk tinggal bersamanya. Al-Biqa’I mulai belajar di
Damaskus dan bertalaqqi berbagi ilmu kepada para ulama Syam dalam ilmu qiro’ah,
tafsir, hadits, fikih, dan bahasa. Salah satu guru Al-Biqa’I adalah seorang ulama’
besar yang bernama imam Syamsuddin Ibnu al-JazariKemudian beliau pergi ke Al-
Quds dan bertemu para ulama’ disana, serta belajar kepada mereka. Pada usia 18
tahun Al-Biqa’I belajar serta menghafal dua mundzumah ibnu al-Ha’im tentang al-
jabar dan perhitungan. Belaiu juga mengarang sebuah mandzumah dalam bidang
yang sama dan diberi nama Al-Bahah.
Al-Biqa’I pulang ke Damaskus setelah mendengar kabar kematiang sang ibu.
Dan pulang dengan waktu yang cukup lama. Selama Al-Biqa’I berada di kampong
halamannya beliau menghafal setengah pertama dari kitab Al-Bahjah karya Ibn Al-
Wardi dan mengarang kitab Kifayat Al-Qari’ Wa Ghaniyyat Al-Muqri’ dalam riwayat
Abu Amru. Al-Biqa’I juga belajar kepada Syekh Taqiyuddin Ibnu Qodli dan
bermulazamah kepada syekh Tajuddin Ibnu Bahar.
2
Sahila Ardiva, Munasabah Kisah Ashabul Kahfi Dan Kisah Nabi Musa Dengan Nabi Khidir Di QS.Al-Kahfi
Menurut Al-Biqa’I (Analisis Kitab Nadzmu Al-Durar Fi Tanasub Al-Ayat Wa Al-Suwar), Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir, Vol.3 No.2 hal.313

7
Pada ahun 832 H imam al-Biqa’i meninggalkan Damaskus menuju ke al-Quds
dan menetap di sana selama dua tahun. Di al-Quds beliau menghafal kitab at-Tuhfah
karya Ibnu Hajar dan belajar kitab Kâfiyah karya ibnu al-Hajib dalam ilmu sharaf.
Kemudian beliau pindah ke Kairo dan belajar disana. i Mesir, al-Biqa’i bertemu
dengan beberapa ulama setempat terutama Ibnu Hajar al-‘Asqolani yang selanjutnya
al-Biqa’i bermulazamah kepada belaiu. Kemudian beliau kembali ke Damaskus
lantaran ada beberapa orang yang hasad kepada beliau dan menetap di Damaskus
sampai beliau meninggal pada malam Sabtu 18 Rajab 885 H.
Al-Biqa’I mempunyai tulisan yang bagus, dan khat yang indah. Dari keahlian inilah
beliau mencari nafkah. Beliau hidup zuhud, qona’ah, dan punya harga diri. Al-Biqa’i
tidak pernah mendatangi penguasa untuk meminta pertolongan. Karena pada masa itu
Damaskus dijajah oleh para tentara salib, maka beliau termasuk ulama’ yang turut
serta berjihad melawan mereka. Al-Biqa’i adalah tentara yang pemberani, tidak takut
pada musuh, serta tidak pernah takut pada banyaknya jumlah tentara musuh meskipun
jumlah tentara muslimin sedikit. Selama hidupnya, beliau tinggal di masjid untuk
menjauhkan diri dari kesenangan duniawi dan mencari ketenangan, kedamaian, dan
tempat yang nyaman untuk menulis karya-karyanya serta menjauhkan diri dari orang-
orang hasad yang membencinya3.

c. Karya-karya al-Biqa’i
Al-Biqa’I merupakan seorang ulama yang produktif. Selain menulis tafsir, Al-
Biqa’I juga menulis berbagai macam bidang ilmu seperti filsafat, fiqih, ushul fiqh
qira’ah, bahasa dan masih banyak lagi. Adapun karya-karya beliau diantaranya
adalah:

1. Nazhm Ad-Duror Fî Tanâsub Al-Âyât Wa As-Suwar. Kitab ini diterbitkan oleh


tiga penerbit; Dairât Al-Ma’ârif Al-Utsmâniyah India sebanyak 22 jilid.
2. Mashâid An-Nazhar li Al-Asyrâf ‘Alâ Maqâshid As-Suwar diterbitkan oleh
Maktabah Dâr Al-Ma’ârif di Riyadh.
3. ‘Unwân Al-Zamân Fî Tarâjum Al-Syuyûkh wa Al-Aqrân.
4. Aswâq Al-Asywâq.

3
Bintuqaryah, Biografi Imam Burhanuddin Al-Biqa’I, https://bintuqaryah.blogspot.com/2016/12/biografi-imam
burhanuddin-al-biqai_25.html?m=1

8
5. Al-Ibâhah fî Syarh Al-Bâhah. Yaitu nazham (bait) dalam bidang perhitungan
sebanyak 200 halaman.
6. Jawâhir Al-Bihâr fi Nazhm Sîrot Al-Mukhtâr.
7. Badzl An-Nushh Wa Asy-Syafaqah li At- Ta’rîf Bi Shahbah.4

d. Kondisi Sosial
Awal mula nya tafsir Fi Dzilalil Qur’an terbit dalam bentuk majalah pemikiran
Islam yang berrnama Al Muslimin, yang di terbitkan secara berkala pada tahun 1952.
Dimulai dari surah Al Fatihah hingga edisi ke 7 tepat surah Al Baqarah (2) ayat 103,
sayd Qutb memutuskan untuk berhenti dalam menulis majalah tersebut dan ingin
menafsirkan al-Qur’an secara utuh dalam sebuah kitab tafsir tersendiri. Setelah
melakukan kontrak dengan percetakan Dar Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyah milik Isa al-
Halab Tahun 1952 bulan Oktober beliau menerbitkan Juz 1 dan juz-juz berikutnya
terbit setiap dua bulan. Terbukti antara Oktober 1952 hingga Januari 1054, Sayd
Quthb berhasil meluncurkan 16 juz.
Pada tahun 1954 beliau dimasukkan ke dalam penjara yang pertama atas
tuduhan berkomplot untuk menjatuhkan Presiden mesir Jamal Abdul Naseer. Selama
berada di penjara Sayd Qutb tidak pernah berhenti menulis. Beliau berhasil
menyelesaikan 2 juz yakni juz ke 17 dan 18 tafsir fi dzilalil Quran. Setelah keluar dari
penjara sayd Qutb tidak meluncurkan juz juz yang baru, karena beliau di sibukkan
dengan dengan urusan organisasi, disamping karena belum sempat tinggal lama di
luar penjara, beliau kembali dijebloskan bersama puluhan ribu jamaah Ikhwan al-
Musimin atas tuduhan pelaku percobaan pembunuhan presiden Mesir.
Pada periode penjara ke 2 beliau belum sempat menulis dikarenakan siksaan
yang beliau terima selama di penjara, dan di dalam penjara tersebut menetapkan
bahwa tahanan tidak diizinkan untuk menulis. Akan tetapi Sayd Quthb selalu
berusaha secara sembunyi-sembunyi dan terus berdo’a agar ALLAH membukakan
jalan kebenaran. Kondisi Sayd Quthb yang pada saat itu tidak di perbolehkan menulis
terdengar oleh pihak percetakan Dar al-Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, yang
sebelumnya pernah melakukan kesepakatan dengan Sayd Quthb. Al-Halabi meminta

4
Arif Firdausi, Dina Duwi Indah Sari, Konsep Munasabah QS. Al-Baqarah ayat 237-240 Dalam Kitab Tafsir
Nazhm Ad-Durar Fi Tanasub Al-Ayat Wa As-Suwar, Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur’an (STIQ) Isy Karima
Karanganyar, hal. 44.

9
ganti rugi kepada pihak pemerintah karena larangan menulis kepada Sayd Quthb
perusahaan dirugikan sebanyak 10.000 pound. Karena pemerintah tidak mampu,
akhirnya memilih untuk mengizinkan Sayyid Quthub untuk melanjutkan pekerjaannya
hingga selesai.

2.2 Latar Belakang Penulisan

Kitab Nazm al-surar fi tanasub al-ayat wa al-suwar dituis oleh al-Biqa’i pada
bulan Sya’ban tahun 861 H sampai 7 Sya’ban 875 H, di Kairo Mesir. Penulisan kitab ini
menghabiskan waktu kurang lebih selama 14 tahun.5

Pembahasan dalam kitab tafsir ini berfokus pada korelasi atau munasabah ayat
dengan ayat maupun surah dengan surah didalam Al-Qur’an. Terdapat beberapa alasan al-
Biqa’I menulis kitab ini berfokus pada pembahasan munasabah al-Qur’an yang mana
mengutip dari Tesisnya Abdul Basid beberapa alasan tersebut diantaranya yaitu :
Pertama, termasuk dalam kemukjizatan al-Qur’an dari segi bahasa adalah susunan ayat
atau surah yang masih digali oleh Ulama ahli al-Qur’an. Oleh sebab itu, untuk membantu
memudahkan hal tersebut al-Biqai berinisiatif untuk menulis kitab yang membahas
tentang korelasi atau munasabah antar ayat atau surah dalam al-Qur’an. Kedua, sudah
terdapat beberapa kitab tafsir yang membahas tentang korelasi tersebut akan tetapi dirasa
masih sedikit dan pembahasannya kurang dalam menjelaskan tentang munasabah atau
korelasi ayat dan surah didalam al-Qur’an. Adapun kitab-kitab tafsir sebelumnya yang
membahas tentang munasabah atau korelasi didalam a-Qur’an diantaranya yaitu at-
Tahrir wa at-Tahbir li aqwal a’Immah at-Tafsir fi Ma’ani Kalam as-Sami’ al-Bashir
karya Ibn an-Naqib dan kitab Miftah al-Bab al-Muqfil ‘ala Fahm al-Qur’an al-Munazzal
karya ar-Rabbaniy Abi al-Hasan ‘Ali Ibn Ahmad Ibn al-Hasan al-Haralli.

Dalam penulisan kitab tafsir ini melalui proses yang tidak mudah bagi al-Biqa’i,
karena saat penulisan kitab tafsir tersebut ia merasa bahwa Ulama-ulama lain
memusuhinya karena terdapat beberapa isi dar kitab tafsir tersebut yang mengambil dari
kitab Taurat dan Injil. Beliau juga sempat dijatuhi hukuman mati dikarenakan uraian-
uraian didalam kitabnya belum populer pada masanya. Lama proses penulisan kitab tafsir

5
Anna Shofiana, Nailatuz Zulfa, “KONTINUITAS MUNASABAH DALAM AL-QUR’AN Studi Terhadap Tafsir
Mafatih Al-Ghaib, Asrar Tartib Nazhmud Durar Fi Tanasubil Ayi Was-Suwar, Dan Al-Manar”, Jurnal Studi al-
Qur’an dan Keislaman 5, no.2 (2021) : 236

10
tersebut yaitu 14 tahun dan rampung pada hari Selasa, 7 Sya’ban 875 H di Mesir.
Naskahnya kemudian disalin menjadi naskah yang lebih sempurna pada Ahad, 10
Sya’ban 882 H di dalam rumahnya yang bertempat di Damaskus. Sehingga jika dijumlah
secara keseluruhan, al-Biqa’i menghabiskan waktu selama 22 tahun dalam penulisan
kitab tafsir Nazm al-Durar fi Tanasub al-Ayat wa al-Suwar dari proses menulis hingga
menyalinnya menjadi karya yang baik.6

Pada dasarnya, yang menjadi latar belakang al-Biqa’i dalam menulis kitab tafsir
ini adalah adanya dorongan dan keinginan dari dirinya sendiri serta ketertarikannya
terhadap pernyataan al-Zarkasyi dan Fakhr al-Razy yang menyebutkan bahwa penting
untuk memperhatikan munasabah ayat dan surah dalam menafsirkan al-Qur’an karena al-
Qur’an merupakan satu kesatuan dari awal hingga akhir sehingga menyimpan banyak
rahasia-rahasia penting dibalik semua itu.7

2.3 Sistematika Penulisan Kitab

Latar belakang keilmuwan sang mufassir sangat mempengaruhi terhadap susunan


kitab tafsir. Hal tersebut dapat diketahui dari cara seorang mufassir menentukan pola dan
konsep yang dituangkan dalam karya kitab tafsirnya.8

Adapun sistematika penulisan kitab tafsir Nazm al-Durar fi Tanasub al-Ayah wa


al-Suwar karya Burhan ad-Din al-Biqa’i yaitu dijelaskan sebagai berikut :

a. Al-Biqa’i terlebih dahulu menuliskan basmalah sebelum menuliskan nama surah.


Kemudian beliau menyebutkan surah tersebut termasuk surah Makiyyah atau
Madaniyyah, serta menyebutkan jumlah ayat setiap surah yang akan ditafsirkannya.
b. Menyertakan nama lain dari surah tersebut jika ada.
c. Menuliskan sejumlah ayat yang akan ditafsirkan dengan tulisan rasm utsmani.
d. Menyebutkan nama-nama surah kemudian mencamtumkan sejumlah ayat yang akan
ditafsirkan.
e. Menjelaskan secara ijmaly (global) dalam satu alinea mengenai maksud surah
tersebut.

6
Salma Millativ, “MUNASABAH AYAT DALAM SURAH YASIN (Studi Analisis Terhadap Tafsir Nazm al-Durar fi
Tanasub al-Ayat wa as-Suwar Karya Buran ad-Din al-Biqa’i pada Surah Yain ayat 1-38)” (Skripsi, IIQ Jakarta,
2018), 50-53
7
Rasyad, “NUZUM AL-DURAR FI TANASUB AL-AYATI WA AL-SHUAR (Tinjauan Metode dan Pendekatan Tafsir),
Al-Mu’ashirah 16, no.2 (Juli 2019) : 150
8
Muhammad Yoga Firdaus, “Kajian Metodologis Kitab Tafsir Fi DZILALIL Qur’an Karya Sayyid Quthb”, Reslaj 5,
no.6 (2023) : 2726

11
f. Selanjutnya, al-Biqa’i menafsirkan basmalah yang ada di setiap awal surah. Hal ini
yang menjadi karakteristik dari kitab tafsir al-Biqa’i yang berbeda penafsirannya
dengan Ulama Tafsir lain.
g. Setelah menafsirkan basmalah, kemudian al-Biqa’i menyebutkan munasabah atau
korelasi antar surah yang akan ditafsirkan dengan surah sebelumnya, menggunkan

salah satu dari empat lafadz yaitu ‫ وِم ْن‬, ‫ذا‬TT‫ و ِم ن ه‬, ‫ َو ُثَّم و َلَّم ا‬, ‫ َثَّم‬. al-Biqa’i
menggunakan keempat lafadz tersebut untuk mengaitkan atau menghubungkan satu
kata dengan kata lainnya, atau satu ayat dengan ayat lainnya, atau satu surah dengan
surah lainnyayang disebut dengan munasabah. Akan tetapi, terkadang beliau juga
tidak menggunakan salah satu dari keempat lafadz tersebut. Beliau langsung
menjelaskan hubungan antar surah, seperti halnya dalam akhir penafsirannya beliau
menghubungkan surah al-Fatihah dengan surah an-Nas.
h. Setelah menafsirkan sejumlah ayat dan ketika akan melanjutkan penafsiran
setelahnya, beliau terlebih dahulu mencantumkan sejumlah ayat yang akan ditafsirkan
kemudian membahas munasabah ayat tersebut dengan ayat yang telah ditafsirkan
menggunakan kata-kata yang menjadi ciri khasnya.
i. Terakhir, beliau mencantumkan nomor ayat dan nama surah terhadap ayat yang
menjadi penjelas atau penafsir ayat lain ketika menafsirkan ayat dengan ayat.

Sistematika penulisan tersebut yang ditempuh oleh al-Biqa’i dari awal sampai
akhir dalam kitab tafsirnya serta secara konsisten beliau menyebutkan munasabah baik
antar ayat maupun antar surah.
Dalam kitab tafsirnya, ayat-ayat yang akan ditafsirkan beliau tulis dengan
menggunakan rasm utsmany dan sejumlah ayat yang dikumpulkan juga ditulis
menggunakan rasm utsmany bukan dengan rasm imla’iy. Hal tersebut menunjukkan
kekonsistenan al-Biqa’i dalam menulis al-Qur’an dengan menggunakan rasm utsmany
yang mana dalam penulisan menggunakan rasm utsmany terdapat rahasia-rahasia yanng
harus dijaga keasliannya dan tidak boleh dirubah karena dapat mengakibatkan perubaha
makna atau akan menghilangkan sejumlah qiraat lain jika sampai dirubah.
Memungkinhkan hal itulah yang menjadi sebab al-Biqa’i selalu mengunakan
rasm utsmany dalam menulis ayat maupun potongan didalam kitab tafsirnya. Karena jika
ayat tersebut ditulis menggunakan rasm imla’iy dapat menghilangkan rahasia penulisan
tersebut.

12
Al-Biqa’i menafsirkan ayat dan surah secara berurutan dalam kitab tafsirnya
dengan menyebutkan nomor ayat yang ditafsirkan sesuai dengan urutan ayat dan
surahnya. Hal ini untuk memudahkan bagi pembaca dalam mencari ayat yang diperlukan
saat ingin membaca kiab tafsir tersebut.9

2.4 Karakteritsik Kitab

Metode yang digunakan al-Biqa’i dalam kitab tafsirnya adalah metode tahlili
yakni menaffsirkan ayat-ayat al-Qur’an secara keseluruhan dan terperinci dengan
memasukkan segala hal yang berkaitan dengan penafsirannya. Al-Biqa’i secara rinci
menguraikan pembahasan kitab tafsirnya mengenai korelasi atau munasabah ayat satu
dengan ayat lainnya atau surah satu dengan surah lainnya mulai dari hubungan antar kata,
antar kalimat, hingga akhir surah dengan awal surah sesudahnya. Beliau juga
mancantumkan beberapa pendapat Ulama yang sama dalam membahas tentang
munasabah.10

Dalam kitab tafsirnya, al-Biqa’i juga membahas tentang asbab an-nuzul dan dalil-
dalil yang berasal dari Nabi, sahabat, dan pendapat Tabi’in yang terkadang bercampur
dengan pendapat para mufassir yang latar belakang pendidikannya menjadi salah satu
faktor yang berpengaruh dalam menafsirkan al-Qur’an.11

Sedangkan corak kitab tafsir al-Biqa’i cenderung kepada aspek lughawi atau
kebahasaan karena dalam menguraikan penjelasan tafsirnya diikuti dengan penjelasan-
penjelasan yang tersirat serta menjelaskan makna kata-kata al-Qur’’an dengan
mengungkapkan arti secara leksikal dan menambahkan makna kontekstual ayat. Hal
tersebut dilakukan oleh al-Biqa’i agar dapat terungkap aspek munasabah dalam al-
Qur’an.12

Adapun sumber penafsiran kitab tafsir Nazm al-Durar fi Tanasub al-Ayah wa al-
Suwar menggunakan sumber ra’yi yakni menafsirkan al-Qur’an dengan mendeskripsikan
9
Rasyad, “NUZUM AL-DURAR FI TANASUB AL-AYATI WA AL-SHUAR (Tinjauan Metode dan Pendekatan
Tafsir)”. Al-Mu’ashiroh 16, no.2 (Juli 2019) : 151-153
10
Salma Millativ, “MUNASABAH AYAT DALAM SURAH YASIN (Studi Analisis Terhadap Tafsir Nazm al-Durar fi
Tanasub al-Ayat wa as-Suwar Karya Buran ad-Din al-Biqa’i pada Surah Yain ayat 1-38)” (Skripsi, IIQ Jakarta,
2018), 51
11
Arif Firdausi, DINA Dui Indah Sari, “KONSEP MUNASABAH QS.AL-BAQARAH AYAT 237-240 DALAM KITAB
TAFSIR NAZHM AD-DURAR FI TANASUB AL-AYAT WA AS-SUWAR”, : 44
12
Salma, “MUNASABAH AYAT”. 54

13
uraian-uraian makna yang terkandung dalam al-Qur’an berdasarkan rasio/akal.
Disamping itu juga terdapat beberapa kitab tafsir yang membahas tentang munasabah al-
Qur’an yang dijadikan sebaga pedoman oleh al-Biqa’i dalam menulis kitab tafsirnya,
diantaranya yaitu :

1. Al-Burhân fî Tartîb Suwar Al-Qurˊân karya Abû Ja‟far Ahmad Ibn


Ibrâhîm Ibn az-Zubair
2. Al-Burhân fî ‘Ulûm Al-Qurˊân karya Badr ad-Dîn Muhammad Ibn „Abd
Allâh az-Zarkasyî
3. Miftâh al-Bâb al-Muqfil ‘alâ Fahm Al-Qurˊân al-Munazzal karya Ar-
Rabbânî Abî al-Hasan „Alî Ibn Ahmad Ibn al-Hasan al-Harallî
4. At-Tausyiyyah karya Ar-Rabbânî Abî al-Hasan „Alî Ibn Ahmad Ibn al-
Hasan al-Harallî
5. At-Taufiyyah karya Ar-Rabbânî Abî al-Hasan „Alî Ibn Ahmad Ibn al-
Hasan al-Harallî
6. Al-‘Urwah li Miftâh al-Bâb al-Muqfil karya Ar-Rabbânî Abî alHasan „Alî
Ibn Ahmad Ibn al-Hasan al-Harallî
7. Tafsîr Ibnu an-Naqîb al-Hanafi.13

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Kitab

Seperti kitab tafsir pada umumnya, kitab Nadzm ad-Durar fi Tanasub al-Ayat wa
al-Suwar juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dari kitab ini
diantaranya yaitu :

1) Kalimat yang digunakan tidak sulit dipelajari sehingga mudah dipahami


2) Mukaddimahnya berisi tentang tujuan dan sudah menjelaskan tentang isi
dari tafsirnya
3) Penafsiran antara satu surat dengan surat yang lain dirinci menggunakan
ayat al-qur’an sehingga pembaca dapat memahami dengan baik
4) Banyak membahas tentang sejarah islam
5) Dijelaskan penjelasan secara panjang ketika menafsirkan kalimat pada
suatu surah
13
Salma Millativ, “MUNASABAH AYAT DALAM SURAH YASIN (Studi Analisis Terhadap Tafsir Nazm al-Durar fi
Tanasub al-Ayat wa as-Suwar Karya Buran ad-Din al-Biqa’i pada Surah Yain ayat 1-38)” (Skripsi, IIQ Jakarta,
2018), 54

14
6) Menjelaskan munasabah antara ayat dengan ayat
7) Penjelasannya sangat detail (menjelaskan makna perkata dan asbab
nuzulnya)

Adapun kekurangan dari kitab ini yaitu dalam penafsirannya menggunakan


bahasa yang terlalu baku (menggunakan bahasa Arab Kuno).

2.6 Contoh Penafsiran

Munasabah kisah Ashabul Kahfi dan Nabi Musa dengan Nabi Khidir

1. Menuntut Ilmu (Kisah Nabi Musa Menuntut Ilmu kepada Nabi khidir, bahwasanya
Menuntut Ilmu itu sangat penting) Munasabah Ayat Dengan Ayat = Q.S Al-Kahfi : 60
dengan Q.S Al-Kahfi : 66 (Dikisahkan Nabi Musa berjalan bersama muridnya Hingga
sampai ke dua lautan dan bertemu Nabi Khidir untuk menuntut Ilmu (Al-Biqa’i.
2005:98)

‫َو ِإۡذ َقاَل ُم وَس ٰى ِلَفَتٰى ُه ََٓل َأۡب َر ُح َح َّتٰٓى َأۡب ُلَغ َم ۡج َم َع ٱۡل َبۡح َر ۡي ِن َأۡو َأۡم ِض َي ُح ُقٗب ا‬

‫َقاَل َلهُۥ ُم وَس ٰى َهۡل َأَّتِبُعَك َع َلٰٓى َأن ُتَع ِل َمِن ِمَّم ا ُع ِل ۡم َت ُر ۡش ٗد ا‬

Artinya : “Dan (ingatlah) Ketika Musa berkata kepada pembantunya, “Aku


tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut ; atau aku akan
berjalan (terus sampai) bertahun-tahun”. (60) “Musa berkata kepadanya, “Bolehkah
aku mengikutimu gar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah
diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk ?”. (66)

2. Keyakinan/Keimanan (Kisah Ashabul Kahfi yang mempertahankan keyakinannya


kepada Allah dari Raja yang zholim) Munasabah Ayat dengan Ayat = Q.S Al-Kahfi :
10 dengan Q.S Al-Kahfi : 16 (Dikisahkan bahwasanya 7 pemuda Alim pergi dari kota
yang yang dipimpin Raja yang zholim untuk tetap mempertahankan keyakinannya
dan meminta perlindungan kepada Allah dan diberi rahmat supaya terhindar dari
kemurtadan) (Al-Biqa’I, 2005:23).

) ١٠ ) ‫ِإۡذ َأَو ى ٱۡل ِفۡت َيُة ِإَلى ٱۡل َك ۡه ِف َفَقاُلوْا َر َّبَنٓا َء اِتَنا ِم ن َّلُد نَك َر ۡح َم ٗة َو َهي ۡئ َلَنا ِم ۡن َأۡم ِر َنا َرَش ٗد ا‬

‫َو ِإِذ ٱۡع َتَز ۡل ُتُم وُهۡم َو َم ا َيۡع ُبُد وَن ِإََّل ٱلَََّّل َفۡأ ٓوُۥ ْا ِإَلى ٱۡل َك ۡه ِف َينُشۡر َلُك ۡم َر ُّبُك م من َّر ۡح َم ِتِۦه‬

15
) ١٦ ) ‫َو ُيَهي ۡئ َلُك م مۡن َأۡم ِر ُك م مۡر َفٗق ا‬

Artinya : “(Ingatlah) Ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu


mereka berdo’a, “Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami”. (10) “Dan
apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka
carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan
sebagai Rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu
dalam urusanmu”. (16)

3. Semua Tindakan Atas Izin Allah (Seseorang yang ingin melakukan sesuatu dalam
segala hal itu semua dengan izin Allah dan dengan kalimat InsyaAllah). Munasabah
Ayat dengan Ayat = Qur’an Surat Al-Kahfi : 24 dengan Qur’an Surat Al-Kahfi: 69
(Dikisahkan Ketika Nabi Muhammad ingin menceritakan kepada orang Quraisy
kisah Ashabul Kahfi dan kisah Dzulkarnain , beliau lupa menyebutkan kalimat
"Insyaallah" dan turun ayat ini menyatakan atas segala sesuatu itu atas izin Allah
hari ini besok atau dikemudian hari hanya Allah la yang tau bagimana rencananya .
Bersamaan dengan kisah Nabi Musa yang mengatakan Insyaallah ketika di suruh
berjanji untuk tidak bertanya tentang sesuatu yang dikerjakan Nabi Khidir dan
pentingnya bersabar) (Al-Biqa’I, 2005:48).

‫ََُُّّۚل‬
٢٤ ) ‫ِإََّٓل َأن َيَش ٓاَء ٱل َو ٱۡذ ُك ر َّرَّبَك ِإَذ ا َنِس يَت َو ُقۡل َع َس ٰٓى َأن َيۡه ِدَيِن َر ب ي ِِلَۡق َرَب ِم ۡن َٰه َذ ا َرَش ٗد ا‬
‫ََُّّل‬
) ٦٩ ) ‫َقاَل َس َتِج ُد ِنٓي ِإن َش ٓاَء ٱل َص اِبٗر ا َو ََٓل َأۡع ِص ي َلَك َأۡم ٗر ا‬

Artinya : “kecuali (dengan mengatakan), “Insyaallah.” Dan ingatlah kepada


Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, “mudah-mudahan Tuhanku akan
memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada
ini”. (24) “Dia (Musa) berkata, “Insya Allah akan engkau dapati aku orang yang
sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apapun”. (69)

16
4. Keilmuan Nabi Khidir yang memiliki ilmu Laduni ( Q.S Al-Kahfi : 65 dengan Q.S
Jin : 26-27 ) Ilmu yang dimiliki orang lain dan hanya nabi khidir yang Allah tunjuki
rahmat untuk mendapatkan ilmu tersebut (Al-Biqo’I, 2005:106). Al-Kahfi : 65

٦٥ ) ‫َفَو َج َدا َع ۡب ٗد ا مۡن ِعَباِد َنٓا َء اَتۡي َٰن ُه َر ۡح َم ٗة مۡن ِع نِد َنا َو َع َّلۡم َٰن ُه ِم ن َّلُد َّنا ِع ۡل ٗم ا‬

Artinya : “Lalu mereka berdua bertemu dengan seseorang hamba di antara


hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan
yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi kami”. (65).14

BAB III

14
Sahila Aidriva "Munasabah kisah ashabul Kahfi dan kisah nabi Musa dengan Nabi Khidir di Q.s al-kahfi
menurut al-biqa'i ( analisis kitab nadzmu al-duror di tanasub Al-ayat wa Al suwar)" Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan
Tafsir Vol. 3 No. 2

17
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Al-Biqa’I memiliki nama lengkap Ibrahim bin Umar bin Hasan ar-Ribath bin Ali
bin Abi Bakar asy-syafi’I Al-Biqa’i. yang lahir di Biqo’, Damaskus, Syuri’ah pada
tahun 809 H/1406 M dan meninggal pada tahun 885 H/1480 M di Damaskus pada usia
76 tahun. Beliau lahir dari orang tua yang hidupnya pas-pasan jauh dari kekayaan dunia.
Dan dari asuhan orang tuanya, Al-Biqa’I belajar ilmu-ilmu dasar seperti membaca dan
menulis. Al-Biqa’I hidup pada masa Daulah Al-Mamâlîk yaitu masa yang dimulai dari
berakhirnya daulah al-Ayyûbiyyîn (648H) dan berakhir pada awal kemenangan Turki
‘Utsmaniyah (923 H)

Al-Biqa’I merupakan seorang ulama yang produktif. Selain menulis tafsir, Al-
Biqa’I juga menulis berbagai macam bidang ilmu seperti filsafat, fiqih, ushul fiqh
qira’ah, bahasa dan masih banyak lagi. Salah satu karyanya yang populer dalam bidang
tafsir yaitu kitab Nadzm ad-Durar fi Tanasub al-Ayat wa al-Suwar.

Kitab Nazm al-Durar fi tanasub al-ayat wa al-suwar dituis oleh al-Biqa’i pada
bulan Sya’ban tahun 861 H sampai 7 Sya’ban 875 H, di Kairo Mesir. Penulisan kitab ini
menghabiskan waktu kurang lebih selama 14 tahun.

Pembahasan dalam kitab tafsir ini berfokus pada korelasi atau munasabah ayat
dengan ayat maupun surah dengan surah didalam Al-Qur’an. Terdapat beberapa alasan al-
Biqa’I menulis kitab ini berfokus pada pembahasan munasabah al-Qur’an yang mana
mengutip dari Tesisnya Abdul Basid beberapa alasan tersebut diantaranya yaitu :
Pertama, termasuk dalam kemukjizatan al-Qur’an dari segi bahasa adalah susunan ayat
atau surah yang masih digali oleh Ulama ahli al-Qur’an. Oleh sebab itu, untuk membantu
memudahkan hal tersebut al-Biqai berinisiatif untuk menulis kitab yang membahas
tentang korelasi atau munasabah antar ayat atau surah dalam al-Qur’an. Kedua, sudah
terdapat beberapa kitab tafsir yang membahas tentang korelasi tersebut akan tetapi dirasa
masih sedikit dan pembahasannya kurang dalam menjelaskan tentang munasabah atau
korelasi ayat dan surah didalam al-Qur’an.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anna Shofiana, Nailatuz Zulfa, “KONTINUITAS MUNASABAH DALAM AL-QUR’AN


Studi Terhadap Tafsir Mafatih Al-Ghaib, Asrar Tartib Nazhmud Durar Fi Tanasubil
Ayi Was-Suwar, Dan Al-Manar”, Jurnal Studi al-Qur’an dan Keislaman 5, no.2
(2021) : 236

Arif Firdausi, Dina Duwi Indah Sari, Konsep Munasabah QS. Al-Baqarah ayat 237-240
Dalam Kitab Tafsir Nazhm Ad-Durar Fi Tanasub Al-Ayat Wa As-Suwar, Sekolah
Tinggi Ilmu Al Qur’an (STIQ) Isy Karima Karanganyar, hal. 44.

Bintuqaryah, Biografi Imam Burhanuddin Al-Biqa’I,


https://bintuqaryah.blogspot.com/2016/12/biografi-imam burhanuddin-al-
biqai_25.html?m=1

Muhammad Yoga Firdaus, “Kajian Metodologis Kitab Tafsir Fi DZILALIL Qur’an Karya
Sayyid Quthb”, Reslaj 5, no.6 (2023) : 2726

Rasyad, “NUZUM AL-DURAR FI TANASUB AL-AYATI WA AL-SHUAR (Tinjauan Metode


dan Pendekatan Tafsir), Al-Mu’ashirah 16, no.2 (Juli 2019) : 150

Sahila Ardiva, Munasabah Kisah Ashabul Kahfi Dan Kisah Nabi Musa Dengan Nabi Khidir
Di QS.Al-Kahfi Menurut Al-Biqa’I (Analisis Kitab Nadzmu Al-Durar Fi Tanasub Al-
Ayat Wa Al-Suwar), Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Vol.3 No.2 hal.313

Salma Millativ, “MUNASABAH AYAT DALAM SURAH YASIN (Studi Analisis Terhadap
Tafsir Nazm al-Durar fi Tanasub al-Ayat wa as-Suwar Karya Buran ad-Din al-Biqa’i
pada Surah Yain ayat 1-38)” (Skripsi, IIQ Jakarta, 2018), 50-53

19

Anda mungkin juga menyukai