Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AL-JAMI’ LI AHKAM AL-QUR’AN


Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Pengenalan Kitab Tafsir Klasik


Dosen Pengampu: Hidayatullah, MA

Disusun oleh:
Muhammad Hasin Tuba

Muhammad Reza Fahlevi

Rangga Saputra

KELAS 5B
FAKULTAS USHULUDDIN
PROGRAM STUDI ILMU AL-QU’RAN DAN TAFSIR
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QU’RAN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2021-2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengenalan Tafsir Klasik yang diampu oleh Bapak Hidayatullah, MA. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis sendiri.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu khususnya yang telah
memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan pada bidang
yang kami tekuni.

Dan tentunya kami sadar apabila dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan, baik dari segi materi maupun penulisan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan sangat membantu untuk perbaikan makalah ini dan dalam
tugas selanjutnya.

Jakarta, 24 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTARError! Bookmark not defined. ...................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................................... iii
BAB Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................................... 1


B. Rumusan ................................................................................................................................ 2
C. Tujuan ................................................................................................................................... 2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Mufassir ................................................................................................................... 3
B. Deskripsi Kitab ...................................................................................................................... 3
C. Metode dan Corak Tafsir Al-Jami' Li Ahkam Al-Qur'an ................................................ 4
D. Karakteristik Penafsiran Al-Jami' Li Ahkam Al-Qur'an ................................................. 6
E. Contoh Penafsiran ................................................................................................................. 7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai kitab suci dan pedoman hidup manusia, al-Qur’an memiliki karakteristik
yang terbuka untuk ditafsirkan, ini dapat dilihat dalam realitas sejarah penafsiran al-Qur’an
sebagi respon umat Islam dalam upaya memahaminya. Pemahaman atasnya tidak pernah
berhenti ataupun monoton, tetapi terus berkembang secara dinamis mengikuti pergeseran
zaman dan putaran sejarah. Inilah yang menyebabkan munculnya beragam madzhab dan
corak dalam penafsiran al-Qur’an.
Jika diibaratkan, al-Qur’an itu bagaikan intan, setiap sudutnya memancarkan cahaya
yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut yang lain, dan tidak mustahil jika
anda mempersilahkan orang lain memandangnya, maka ia akan melihat lebih banyak dari
pada apa yang anda lihat. Ilustrasi ini menggambarkan kepada kita bahwa al-Qur'an sebagai
sebuah teks telah memungkinkan banyak orang untuk melihat makna yang berbeda-beda di
dalamnya. Dengan berbagai metodologi yang disuguhkan, para mufassir kerap terlihat
mempunyai corak sendiri yang sangat menarik untuk ditelusuri. Dari mulai menafsirkan kata
perkata dalam setiap ayat sampai menyambungkannya dengan masalah fikih, politik,
ekonomi, tasawwuf, sastra, kalam, dan lainnya.
Al-Quran juga menyebut dirinya sebagai Hudan linnas atau petunjuk bagi seluruh
umat manusia. Akan tetapi petunjuk al-Quran tersebut tidaklah dapat ditangkap maknanya
bila tanpa adanya penafsiran. Itulah sebabnya sejak al-Quran diwahyukan hingga dewasa ini
gerakan penafsiran yang dilakukan oleh para ulama tidak pernah ada henti-hentinya. Hal ini
terbukti dengan banyaknya karya-karya para ulama yang dipersembahkan guna menyingkap
dan menguak rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya dengan menggunakan metode dan
sudut pandang berlainan.
Tafsir dapat diartikan sebagai al-iddah wattabyin, menjelaskan dan menerangkan,
atau lebih lengkapnya adalah suatu ilmu yang dengannya kitab Allah dapat dipahami,
menjelaskan makna-makna, hukum-hukum serta hikmah-hikmahnya. Dapat juga diartikan
dengan ilmu yang membahas al-Quran al-Karim dari segi dalalahnya sejalan dengan apa yang
dikehendaki Allah, dalam batas kemampuan manusia. Dengan demikan, tafsir secara
sederhana dapat dipahami sebagai usaha manusia dalam memahami al-Quran.

1
Salah satu dari sekian banyak tafsir yang ada sekaligus akan kita bahas dalam
makalah ini adalah tafsir al-Jami’ li Ahkam al-Quran karya al-Qurtubi, yang dikenal dengan
Tafsir al-Qurtubi.

B. Rumusan
1. Siapa dan bagaimana riwayat hidup penulis kitab tafsir al-Jami’ Li Ahkam al-
Qur’an?
2. Jelaskan deskripsi kitab tersebut?
3. Metode dan corak apa yang dipakai oleh penulis dalam menulis kitab tafsir
tersebut?
4. Bagaimana karakteristik kitab tersebut
5. Seperti apa contoh penafsiran yang disajikan oleh penulis dalam kitab tersebut?

C. Tujuan
1. Untuk mengeahui siapa dan bagaimana riwayat hidup penulis kitab tafsir al-Jami’
Li Ahkam al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui apa saja isi dari kitab tersebut.
3. Untuk mengetahui metode dan corak apa yang dipakai dalam menulis kitab tafsir
tersebut.
4. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik kitab tersebut.
5. Untuk mengetahui contoh penafsiran dalam kitab tersebut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Mufassir
Penulis tafsir al-Jami’ li Ahkam al-Quran atau biasa dikenal dengan tafsir al-Qurtubi
bernama Abu ‘Abdullah Ibn Ahmad Ibn Abu Bakr Ibn Farh al-Anshari al-Khazraji Syamsy
al-Din al-Qurtubi al-Maliki. Ulama besar, seorang faqih besar dan mufassir dari abad ke- 7 H
yang terkenal, sebagai hamba Allah yang saleh dan wara’. Beliau wafat pada tahun 671 H di
kota Maniyya Ibn Hisab Andalusia. Ia dianggap sebagai salah seorang tokoh yang bermazhab
Maliki.
Beliau adalah seorang yang menempati kedudukan penting dikalangan ahli ilmu
khususnya dibidang ayat-ayat hukum yang terdapat dalam al-Qur’an.1 Di antara beberapa
karya yang pernah beliau tuliskan adalah kitab Tafsir al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an, al-Usna
Fi Syarh al-Asma’ al-Husna, al-Tidzkar fi Afdhal al-Adzkar, Syarh al-Tuqhsa, Qam’u al-
Hirsh bi al-Zuhd wa al-Qana’ah, al-Tadzkirah bi Umur al-Akhirah dan lain-lain.2
Sedangkan guru-guru Imam al-Qurthubi antara lain Ibnu Rawwaj, Imam Al-
Muhaddits Abu Muhammad Abdul Wahab bin Rawwaj. Nama aslinya Zhafir bin Ali bin
Futuh Al Azdi Al Iskandarani Al-Maliki, wafatnya tahun 648 H. Ibnu Al-Jumaizi, Al-
Allamah Baha’uddin Abu Al-Hasan Ali bin Hibatullah bin Salamah Al Mashri Asy-Syafi’I,
wafat pada tahun 649 H. Ahli dalam bidang Hadits, Fiqih dan Ilmu Qira’at. Abu Al-Abbas
Ahmad bin Umar bin Ibrahim Al-Maliki Al-Qurthubi, wafat pada tahun 656 H. Penulis kitab
Al-Mufhim fisyarh Shahih Muslim. Al-Hasan Al-Bakari, Al-Hasan bin Muhammad bin
Muhammad bin Amaruk At-Taimi An-Nisaburi Ad-Dimsyaqi atau Abu Ali Shadruddin Al-
Bakari, wafat pada tahun 656 H, dan lain-lain.3

B. Deskripsi Kitab
Kitab tafsir ini sering disebut dengan tafsir al-Qurtubi, hal ini dapat dipahami karena
tafsir ini adalah karya seorang yang mempunyai nisbat nama al-Qurtubi atau bisa juga karena
dalam halaman sampul kitabnya sendiri tertulis judul, tafsir al-Qurtubi al-Jami’ li Ahkam al-
Qur’an. Jadi, pantas saja apabila seseorang menyebut tafsir ini dengan sebutan tafsir al-

1
Ahmad Syurbasyi, Qishhatul Tafsir, diterjemahkan Zufran Rahman, Study Tentang Sejarah Perkembangan
Tafsir al-Qur’an al-karim (Cet I; Jakarta: Kalam Mulia, 1999), hlm. 222
2
Mahmud Nuqrasyi al-Sayyid Ali, al-Tafsir wa Rijaluh Baina al-Haqiqah wa al-Ifthira’ (Cet I; kairo: Dar al-
Fikr al-Islamy, 1422 H/2001 M), hlm. 163
3
https://bebasmelangkah25.wordpress.com/2012/03/14/tugas-analisis-tafsir-al-qurthubi/

3
Qurtubi bila yang dimaksud adalah tafsir karya al-Qurtubi tersebut. Judul lengkap tafsir ini
adalah al-Jami’ li Ahkam al-Quran wa al Mubayyin lima Tadammanah min al-Sunnah wa Ay
al-Furqan yang berarti kitab ini berisi himpunan hukum-hukum al-Quran dan penjelasan
terhadap isi kandungannya dari al-Sunnah dan ayat-ayat al-Quran. Dalam muqaddimahnya
penamaan kitab ini didahului dengan kalimat Sammaitu….(aku namakan).4 Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa judul tafsir ini adalah asli dari pengarangnya sendiri.
Dari nama al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an yang berarti tentang himpunan hukum-
hukum al-Qur’an, menunjukkan bahwa di dalam tafsir tersebut menjelaskan tentang hukum-
hukum yang ada di dalam al-qur’an.
Kitab tafsir ini menafsirkan semua ayat-ayat al-Qur'an, bedanya dengan kitab-kitab
tafsir lain, dalam kitab ini kita akan melihat bahwa tafsir yang beliau gunakan yakni memuat
hukum-hukum yang terdapat dalam al-Qur’an, yang didasarkan pada kajian fiqih dengan
pembahasan yang lebih luas yang menyatukan hadits dengan masalah-masalah ibadah,
hukum, dan linguistik. Tidak hanya sampai disana, hadits-hadits yang digunakannya yang ada
dalam tafsirnya itu sudah ditakhrij dan disandarkan langsung kepada orang yang
meriwayatkannya. Selain itu perhatiannya terhadap aspek qiroat, i’rob, masalah-masalah
yang berkaitan dengan nasikh mansukh juga sangat diperhatikan. Dan lebih dari itu kitab
tafsir ini tidak memuat kisah-kisah israiliyat.

C. Metode dan Corak Tafsir al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an


1. Metode Penafsiran
Metode yang dipakai al-Qurtubi dalam kitab tafsirnya adalah metode tahlili, karena ia
berupaya menjelaskan seluruh aspek yang terkandung dalam al-Quran dan mengungkapkan
segenap pengertian yang dituju. Sebagai contoh dari pernyataan ini adalah ketika ia
menafsirkan surat al-Fatihah dimana ia membaginya menjadi empat bab yaitu; bab
keutamaan dan nama surat al-Fatihah, bab turunnya dan hukum-hukum yang terkandung di
dalamnya, bab ta’min, dan bab tentang Qiraat dan I’rab. Masing-masing dari bab tersebut
memuat beberapa masalah.5
Al-Qurtubi dalam kitab tafsirnya menjelaskan ayat demi ayat, surah demi surah
dengan menjelaskan makna mufradatnya serta beberapa kandungan lainnya. Pada

4
Al-Qurtubi,al-Jami’ li Ahkam al-Quran, I, Hal. 3
5
Adz-Dzahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun, II hal. 437. Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahits fi ‘Ulum al-Quran,
hal. 514. al-Farmawi, al-Bidayah..., hal. 25.

4
pembahasan metode penyusunan kitab ini akan lebih dijelaskan beberapa poin penting terkait
dengan metode kitab al-Qurtubi, antara lain:
1. Pendekatan dalam Menafsirkan Qur’an
a. Pendekatan Syar’i (fiqhi)
Pendekatan ini berusaha mengkaji al-Qur’an dengan mengeluarkan hukum-hukum
Islam produk istimbat yang diyakini, hukum tersebut secara bertahap digali hingga sampailah
pada era perhatian terhadap produk istimbat.6
b. Pendekatan Linguistik
Pendekatan linguistik adalah pendekatan yang lebih cenderung mengandalkan
kebahasaan, dalam pendekatan ini di tekankan pentingnya bahasa dalam memahami ayat-ayat
al-Qur’an.7
2. Penyajian Kitab
Metode penyajian Tafsir al-Qurtubi adalah memilah-milah beberapa ayat al-Qur’an
misalnya dalam satu surah ayatnya dibagi menjadi beberapa bagian, kemudian dalam satu
ayat dipenggal menjadi beberapa kata, dan setelah itu penulis memberikan pembahasan
secara rinci dengan memberikan penjabaran kosa kata, aspek gramatikal, aspek qira’ah,
menyebutkan asbab al-Nuzul, kemudian al-Qurtubi menyebutkan berbagai pendapat ulama
yang terkait dengan ayat. Namun beliau tak lupa mentarjih dari pendapat-pendapat tersebut.
2. Corak Penafsiran
Para pengkaji tafsir memasukkan tafsir karya al-Qurtubi kedalam tafsir yang bercorak
Fiqhi, sehingga sering disebut sebagai tafsir ahkam. Karena dalam menafsirkan ayat-ayat al-
Quran lebih banyak dikaitkan dengan persoalan-persoalan hukum.
Sebagai contoh dapat dilihat ketika menafsirkan surat al-Fatihah. al-Qurtubi
mendiskusikan persoalan-persoalan fiqh, terutama yang berkaitan dengan kedudukan
basmalah ketika dibaca dalam salat, juga persoalan fatihah makmum ketika shalat Jahr.
Terhadap ayat yang sama-sama dari kelompok Mufassir ahkam hanya membahasnya secara
sepintas, seperti yang dilakukan oleh Abu Bakr al-Jassas. Ia tidak membahas surat ini secara
khusus, tetapi hanya menyinggung dalam sebuah bab yang diberi judul Bab Qiraah al-Fatihah
fi al-shalat.
Contoh lain dimana al-Qurtubi memberikan penjelasan panjang lebar mengenai
persoalan-persoalan fiqh dapat ditemukan ketika ia membahas ayat Qs. Al-Baqarah (2): 43:

6
M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Ilmu Tafsir (Cet I; Yogyakarta: Teras, 2005), hlm. 138
7
M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Ilmu Tafsir (Cet I; Yogyakarta: Teras, 2005), hlm. 143

5
َّ ‫ار َكعُوا َم َع‬
)٤٣( َ‫الرا ِكعِين‬ ْ ‫الز َكاة َ َو‬ َّ ‫َوأَقِي ُموا ال‬
َّ ‫صالة َ َوآتُوا‬
“dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'”
Ia membagi pembahasan ayat ini menjadi 34 masalah. Diantara pembahasan yang
menarik adalah masalah ke-16. ia mendiskusikan berbagai pendapat tentang status anak kecil
yang menjadi Imam shalat. Di antara tokoh yang mengatakan boleh adalah al-Sauri, Malik
dan Ashab al-Ra’y. Dalam masalah ini, al-Qurtubi berbeda pendapat dengan mazhab yang
dianutnya, dengan pernyataannya:8
‫إمامة الصغير جائزة إذا كان قارئا‬
(anak kecil boleh menjadi imam jika memiliki bacaan yang baik)
Dalam kasus lain ketika ia menafsirkan Qs. Al-Baqarah: 187

َ ‫ث ِإلَى ِن‬
....‫سا ِئ ُك ْم‬ ُ َ‫الرف‬ ِّ ِ َ‫أ ُ ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَة‬
َّ ‫الص َي ِام‬
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri
kamu;...”
Ia membaginya menjadi 36 masalah. Pada pembahasan ke-12, ia mendiskusikan
persoalan makannya orang yang lupa pada siang hari di bulan Ramadhan. Ia berpendapat
orang tersebut tidak berkewajiban mengganti puasanya, yang berbeda dengan pendapat Malik
sebagai imam mazhabnya. Dengan pernyataannya:
‫إن من أكل أو شرب ناسيا فال قضاء عليه وإن صومه تام‬
“Sesungguhnya orang yang makan atau minum karena lupa, maka tidak wajib baginya
menggantinya dan sesungguhnya puasanya adalah sempurna”
Bila dicermati dari contoh-contoh penafsiran di atas, di satu sisi meggambarkan
betapa al-Qurtubi banyak mendiskusikan persoalan-persoalan hukum yang menjadikan tafsir
ini termasuk ke dalam jajaran tafsir yang bercorak hukum. Di sisi lain, dari contoh-contoh
tersebut juga terlihat bahwa al-Qurtubi yang bermazhab Maliki ternyata tidak sepenuhnya
berpegang teguh dengan pendapat imam mazhabnya.

D. Karakteristik Penafsiran
Persoalan menarik yang terdapat dalam tafsir ini dan perlu untuk dicermati adalah
pernyataan yang dikemukakan oleh al-Qurtubi dalam muqaddimah tafsirannya yang
Berbunyi:

8
Al-Qurtubi, al-Jami’ Li Ahkam al-Quran, I, Hal. 353.

6
‫ إضافة األقوال إلى قائليها واألحاديث إلى مصنفيها فإنه يقال من بركة العلم أن‬: ‫وشرطي في هذا الكتاب‬
‫يضاف القول إلى قائله‬
(Syarat saya dalam kitab ini adalah menyandarkan semua perkataan kepada orang-orang
yang mengatakannya dan berbagai hadits kepada pengarangnya, karena dikatakan bahwa
diantara berkah ilmu adalah menyandarkan perkataan kepada orang yang mengatakannya).
Lebih lanjut beliau menjelaskan, ini karena banyak sekali hadis yang terdapat di
dalam kitab fiqih dan tafsir tidak disebutkan secara jelas (mubham). Sehingga, tidak diketahui
siapa yang meriwayatkanya. Hanya orang-orang yang merujuk pada kitab-kitab hadis saja
yang dapat mengetahuinya. Sehingga orang yang tidak memiliki pengalaman pengetahuan
tentang hal ini menjadi bingung.9
Tafsir al-Qurtubi memakai sistematika mushafi, ia menafsirkan al-Quran sesuai
dengan urutan ayat dan surat yang terdapat dalam mushaf al-Quran, yaitu mulai dari ayat
pertama surat al-Fatihah sampai ayat terakhir surat al-Nās. Meskipun sistematika penafsiran
al-Qurtubi memakai mushafi, namun menurut M.Quraish Shihab benih-benih
penafsiran model sistematika maudhu’i dalam tafsir al-Qutubi sudah tumbuh, hal ini
melihat corak penafsiran dia yang memfokuskan pada penafsiran ayat al-Quran yang bertema
hukum.10
Dalam menafsirkan ayat, Imam Qurtubi menggunakan alur yang sangat sistematis
yang dimulai dari menuliskan ayat yang akan ditafsirkan. Setelah itu memberikan komentar
atau penjelasan, termasuk asbabun nuzul atau sebab-sebab turunnya ayat. Dilanjutkan dengan
penjelasan kosa kata yang rumit, ulasan tentang perbedaan bacaan dan kedudukan tata
bahasanya, mencantumkan hadits yang mengulas masalah tersebut lengkap dengan sanad dan
ulasan kualitasnya, serta menukil dan mengomentari perkataan para imam dan ulama fuqaha,
serta pendapat ulama salaf lain dan pengikutnya.
Terakhir ia juga mencantumkan nomor urut setiap masalah hukum yang terdapat
dalam suatu ayat. Karena itulah, jika dibanding tafsir-tafsir lain, Tafsir Qurtubi ini dikenal
sangat padat dengan kajian hukum dan enak dibaca.

E. Contoh Penafsiran

ِّ
۵: ‫أجورهن………( الماءدة‬ ِّ ‫والمحصنات من الذين أوتوا الكتاب من قبلكم إذا اتيتمو‬
‫هن‬

9
Abi Abdillah Muhammad al-Qurṭubi, al-Jamī’ li Ahkām al-Qur’an, juz. 1, hal. 8.
10
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir: Syarat, dan Ketentuan yang Patut Anda Ketahui
dalam Memahami Al-Quran (Tangerang: Lentera Hati, 2013), hlm. 387.

7
: ‫ ومنه قوله تعالى‬,‫ ومنه الحصن أل نه يمتنع فيه‬: ‫ التمن‬:‫ والتحصن‬.……”‫ “والمحصنات‬: ‫قوله تعالى‬
‫ ومنه الحصان للفرس (بكسر‬, ‫) اى لتمنكم‬٧۰ :‫“وعلمناه صنعة لبوس لكم لتحصنكم من بأسكم ” (االنبياء‬
.‫ المرأة العفيفة لمنعها نفسها من الهالك‬: )‫ والحصان (بفتح الحاء‬. ‫الحاء) النه يمنع صاحبه من الهالك‬
.‫وحصنت المرأة تحصن فهى حصان‬
‫ هو على العهد دون دار‬.“ ‫ “والمحصنات من الذين أوتوا الكتاب‬: ‫وروي عن ابن عباس فى قوله تعالى‬
‫ وروى عن ابن عباس انه‬.‫ يجوز نكاح الذمية والحربية لعموم االية‬: ‫ وقال غيره‬.‫الحرب فيكون خاصا‬
‫ وتغتسل من‬,‫ هو أن تحصن فرجها فال نزنى‬: ‫ وقال الشعبى‬.‫ “المحصنات ” العفيفات العاقالت‬:‫قال‬
‫ “المحصنات” الحرائر‬:‫ وقال مجاهد‬.‫ وبه قرأ الكسائ‬,‫ وقرأ الشعبى “والمحصنات” بكسر الصاد‬.‫الجنابة‬
‫ ” فمن ما ملكت أيما نكم من‬:‫ لقوله تعالى‬,‫ يذب الى أنه ال يحل نكاح إماء أهل الكتاب‬: ‫ قال أبو عبيد‬,
.‫) وهذا القول الذى عليه جلة العلماء‬۲۵ : ‫فتياتكم المؤمنات” (النساء‬
Dalam ayat tersebut al-Qurubi menafsirkan al-tahashun adalah sesuatu yang
terpelihara dan tejaga baik: (dari akar kata ini diambil kosa kata al-hisn (benteng) karena
dengan benteng itu orang dapat bertahan dan selamat. Dalam konteks ini Allah berfirman:
“Dan kami mengajarinya (Nabi Dawud) membuat baju besi agar dapat menyelamatkan kau
dalam pertempuran” (al-Anbiya’: 80) artinya dengan berbaju itu kamu menjadi terpelihara
dan terjaga (dari cidera dalam pertempuran).
Lafal al-hishan (dengan huruf ha’ berbaris dibawah ‫ )الحيصان‬yang berarti kuda jantan
juga berasal dari akar kata ini karena kuda memang dapat mencegah pemiliknya dari
kecelakaan. Tapi al-hashan (dengan huruf ha’ berbaris diatas ‫)الحصان‬ berarti al-
afifat (perempuan baik-baik) karena kepribadiannya yang baik itu dapat menjaga darinya
kehancuran. Perempuan yang pandai menjaga dirinya akan selalu terpelihara sehingga dia
menjadi seorang yang terpelihara baik.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas berkenaan dengan firman Allah (sang perempuan baik-
baik dari mereka yang telah diberi kitab) yaitu mereka yang mempunyai perjanjian damai
dengan pemerintahan Islam bukan yang berada diwilayah perang. Jadi ayat itu berkonotasi
khusus, (tidak umum bagi semua perempuan kafir). Tapi ada yang berpendapat bahwa
konotasi ayat itu umum pada semua perempuan kafir, baik yang zimmiyah, maupun yang
harbiyat.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari persoalan-pesoalan yang telah diuraikan dalam beberapa bab di atas dapat dicatat
bahwa, pertama al-Qurtubi pengarang kitab tafsir al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an adalah seorang
mufassir yang bermadzhab Maliki yang hidup di Andalus. Kedua, tafsir yang ditulisnya
tersebut menggunakan sistematika Mushafi, metode Tahlili, berbentuk tafsir ra’yi dan
bercorak fiqhi mazhab Maliki dengan tidak terlalu terkait dengan madzhabnya. Ketiga,
adanya sejumlah keberatan terhadap model penafsiran yang dilakukan oleh ahli hukum,
karena terlalu bersifat atomistis dan harfiah sehingga sering mengaburkan program besar al-
Quran sebagai petunjuk dan pengatur seluruh aspek kehidupan.
Dan perbedaan yang mencolok antara kitab tafsir al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an dengan
kitab tafsir ahkam al-Qur'an sebelumnya adalah kitab tafsir ini lebih istimewa karena tidak
terbatas menafsirkan ayat-ayat hukum dan persoalan fiqhi saja, tetapi lebih dari itu tafsir ini
mencakup semua aspek tafsir dan ayat-ayat yang tidak berkenaan dengan hukum juga
ditafsirkan oleh Qurtubi. Dan juga al-Qurtubi di dalam penafsirannya tidak ta'assub dengan
madzhab Maliki.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qurthubi. Abdullah bin Muhammad bin Ahmad al-Anshari. al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an.
Beirut: Dar al-Fikri. 1995.

Adz-Dzahabi, Muhammad Husain. Al-Tafsir wa Al-Mufassirun. Kairo: Maktabah Wahbah;


juz 2: 2000.

Al-Qatthan. Manna Khalil. Mabahits fi 'ulum al-Qur’an. Jakarta: Citra Antar Nusa. 1994.

Al-Farmawi, Abd al-Hayy. Metode Tafsir Maudhu’i; Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 1996.

Shihab, M. Quraish, Kaidah Tafsir: Syarat, dan Ketentuan yang Patut Anda Ketahui dalam
Memahami Al-Quran (Tangerang: Lentera Hati, 2013)

Suryadilaga, M. Alfatih, Metodologi Ilmu Tafsir (Cet I; Yogyakarta: Teras, 2005)

Syurbasyi, Ahmad, Qishhatul Tafsir, diterjemahkan Zufran Rahman, Study Tentang Sejarah
Perkembangan Tafsir al-Qur’an al-karim (Cet I; Jakarta: Kalam Mulia, 1999), hlm.
222

al-Sayyid Ali, Mahmud Nuqrasyi, al-Tafsir wa Rijaluh Baina al-Haqiqah wa al-Ifthira’ (Cet
I; kairo: Dar al-Fikr al-Islamy, 1422 H/2001 M)

https://bebasmelangkah25.wordpress.com/2012/03/14/tugas-analisis-tafsir-al-qurthubi/

10

Anda mungkin juga menyukai