Anda di halaman 1dari 84

Suplementary Buku Panduan

Mata Kuliah Pendidikan Agama

Mengapa Saya
Mempelajari
Al-Qur’an?

Mujahidah, S.Pd.I., M.Pd.I

i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT karena buku ini telah selesai
disusun. Buku ini disusun agar dapat membantu para
mahasiswa dalam mempelajari dan mengetahui keagungan
Al-Qur’an, sehingga bisa dekat dengan kitab-Nya

Penulis pun menyadari jika didalam penyusunan buku ini


mempunyai kekurangan, namun penulis meyakini
sepenuhnya bahwa sekecil apapun buku ini tetap akan
memberikan sebuah manfaat bagi pembaca.

Akhir kata untuk penyempurnaan buku ini, maka kritik dan


saran dari pembaca sangatlah berguna untuk penulis
kedepannya.

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL

KATA PENGANTAR ............................................................................. ii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iii

BAB 1 .................................................................................................. 1
KEUTAMAAN AL-QURAN .................................................................... 1
A. TUJUAN PEMBELAJARAN ............................................................... 1
B. AL-QURAN ADALAH CAHAYA ................................................... 1
C. AL-QURAN ADALAH PETUNJUK ............................................... 5
D. AL-QURAN ADALAH RAHMAT DAN OBAT................................. 6
E. AL-QURAN ADALAH PERNIAGAAN YANG TIADA RUGI .............. 7
F. AL-QURAN DAN KEMULIAAN SEBUAH UMAT ........................... 9
G. AL-QURAN DAN HASAD YANG DIPERBOLEHKAN ...................... 10
H. AL-QURAN DAN SYAFAAT ........................................................ 10
I. AL-QURAN DAN PAHALA YANG BERLIPAT-LIPAT ...................... 10
J. AL-QURAN MENENTERAMKAN HATI ....................................... 11
K. EVALUASI / SOAL LATIHAN ............................................................. 11
BAB 2 .................................................................................................. 12
KEAGUNGAN AL-QURAN..................................................................... 12
A. TUJUAN PEMBELAJARAN ............................................................... 12
B. PUJIAN ALLAH TERHADAP KITAB-NYA ...................................... 12
C. KEUTAMAAN MALAIKAT YANG MENURUNKANNYA................. 14
D. PUJIAN DAN SIFAT YANG INDAH .............................................. 16
E. EVALUASI / SOAL LATIHAN ............................................................. 21
BAB 3 .................................................................................................. 22
JANJI ALLAH TERHADAP ORANG YANG BERSAHABAT DENGAN AL-
QURAN ................................................................................................ 22
A. TUJUAN PEMBELAJARAN ............................................................... 22
B. KEUTAMAAN ORANG YANG DEKAT DENGAN AL-QUR’AN ...................... 22
C. 7 CARA BERSAHABAT DENGAN AL-QUR’AN ....................................... 26
F. EVALUASI / SOAL LATIHAN ............................................................. 33
BAB 4 .................................................................................................. 34

iii
PERINGATAN BAGI PENGABAI AL-QURAN .......................................... 34
A. TUJUAN PEMBELAJARAN ............................................................... 34
B. MAKNA MENGABAIKAN AL-QURAN ........................................ 34
C. TUJUH HUKUM MENGABAIKAN AL-QURAN ............................. 35
D. AYAT-AYAT YANG MENUNJUKKAN CELAAN TERHADAP
PENGABAIAN AL-QURAN ................................................................. 37
E. BALASAN BAGI ORANG YANG MENINGGALKAN AL-QURAN ..... 47
F. EVALUASI / SOAL LATIHAN ............................................................. 48
BAB 5 .................................................................................................. 49
KISAH ORANG-ORANG YANG DEKAT DENGAN AL-QURAN ................. 49
A. TUJUAN PEMBELAJARAN ............................................................... 49
B. UTSMAN BIN AFFAN BERSAHABAT DENGAN AL-QURAN .......... 49
C. KISAH PENGGEMBALA KAMBING YANG MENGHAFAL AL-QURAN
52
D. USAID BIN HUDHAIR, JAGOAN YANG DICINTAI MALAIKAT ....... 59
E. BAGIKU, MEMBACA AL-QURAN ADALAH KENIKMATAN TERBAIK
YANG ADA DI DUNIA INI ................................................................... 61
F. EVALUASI / SOAL LATIHAN ............................................................. 66
BAB 6 .................................................................................................. 67
MENGAMALKAN AL-QURAN DENGAN KEIKHLASAN ........................... 67
A. TUJUAN PEMBELAJARAN ............................................................... 67
B. MENGAMALKAN AL-QURAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI 67
C. AL-QURAN SEBAGAI KOMPAS KEHIDUPAN .............................. 72
D. UPAYA MENGAMALKAN AL-QURAN SECARA KONSEKUEN ....... 74
E. EVALUASI / SOAL LATIHAN ............................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 78
BIOGRAFI PENULIS .............................................................................. 79

iv
BAB 1 - Keutamaan Al-Qur’an

BAB 1
KEUTAMAAN AL-QURAN

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa
mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan konsep
dasar tentang keutamaan Al-Qur’an.

B. AL-QURAN ADALAH CAHAYA

Cahaya yang akan menerangi perjalanan hidup


seorang hamba dan menuntunnya menuju keselamatan adalah
cahaya al-Qur’an dan cahaya iman. Keduanya dipadukan oleh
Allah ta’ala di dalam firman-Nya (yang artinya), “Dahulu
kamu -Muhammad- tidak mengetahui apa itu al-Kitab dan
apa pula iman, akan tetapi kemudian Kami jadikan hal itu
sebagai cahaya yang dengannya Kami akan memberikan
petunjuk siapa saja di antara hamba-hamba Kami yang Kami
kehendaki.” (QS. asy-Syura: 52)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “…Dan


sesungguhnya kedua hal itu -yaitu al-Qur’an dan iman-
merupakan sumber segala kebaikan di dunia dan di akherat.
Ilmu tentang keduanya adalah ilmu yang paling agung dan
paling utama. Bahkan pada hakekatnya tidak ada ilmu yang
bermanfaat bagi pemiliknya selain ilmu tentang keduanya.”
(lihat al-‘Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 38)

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 1


BAB 1- Keutamaan Al-Qur’an

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat


manusia, sungguh telah datang kepada kalian keterangan
yang jelas dari Rabb kalian, dan Kami turunkan kepada
kalian cahaya yang terang-benderang.” (QS. an-Nisaa’: 174)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah adalah


penolong bagi orang-orang yang beriman, Allah
mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju
cahaya, adapun orang-orang kafir itu penolong mereka
adalah thoghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya
menuju kegelapan-kegelapan.” (QS. al-Baqarah: 257)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan apakah


orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia
cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah
orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam
kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar darinya?
Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir
terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. al-An’aam: 122)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata mengenai tafsiran


ayat ini, “Orang itu -yaitu yang berada dalam kegelapan-
adalah dulunya mati akibat kebodohan yang meliputi hatinya,
maka Allah menghidupkannya kembali dengan ilmu dan Allah
berikan cahaya keimanan yang dengan itu dia bisa berjalan
di tengah-tengah orang banyak.” (lihat al-‘Ilmu, Fadhluhu
wa Syarafuhu, hal. 35)

Terpeliharanya Al Qur’an dalam kehidupan akan


mengekalkan pancaran cahayanya yang benderang di alam
semesta, yang tidak akan padam cahayanya, hingga Allah
mewariskan bumi dan apa yang ada di atasnya kepada ahli

2 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 1 - Keutamaan Al-Qur’an

Qur’an. Al Qur’an yang agung merupakan petikan dari


petunjuk dan cahaya -Nya. Yang diturunkan oleh malaikat
Jibril dari langit ke bumi kepada pemimpin manusia dan rasul
yang paling mulia, nabi kita Muhammad, kemudian beliau
mengajarkannya kepada manusia seluruhnya.

Kemudian tersebar ajaran akhlak dan kepribadiannya


di semua tempat. Dengan demikian, maka terukir lembaran
baru sejarah umat manusia yang memancarkan cahaya yang
terang benderang. Dan dari sana lahirlah peradaban modern
yang gemilang. Ia merupakan kalam (perkataan) Allah, yang
apabila dibaca degan suara yang keras, membuat air laut
menjadi bergelombang dan bila dibaca dengan suara yang
lembut (suara lirih), membuat hati dinaungi rasa rindu dengan
kampung akhirat.

Ketika kita membaca ayat -ayat-Nya yang berbicara


mengenai balasan yang baik, yang Allah janjikan, membuat
senyum kita selalu mengambang. Dan apabila mengenann
azab – Nya yang pedih membuat lisan kita bergetar hebat
karena rintihan jiwa yang pilu. Allah berfirman Q.S. Al Israa’
: 9 -10) Al Qur’an yang agung itu merupakan mu’jizat yang
kekal dan abadi, yang telah digariskan oleh Allah yang Maha
Mulia dalam ketinggiannya. Ia menjadi saksi yang hidup,
terucap dan tak terbantahkan terhadap kebenaran Rasulullah
yang agung. Allah menantang makhluk ciptaan-Nya, dari
bangsa manusia dan jin seluruhnya dengan Al Qur’an. Maka
tidak ada yang dapat memenuhi tantangan ini. Bahkan mereka
mengakui kelemahan, ketidak bedayaan, kekerdilan dan
kepandiran mereka. Allah mengabadikan kekalahan dan
ketidaksanggupan mereka dalam menghadapi tantangan –

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 3


BAB 1- Keutamaan Al-Qur’an

Nya dalam kitab-Nya yang luhur, sebagaimana firman -Nya :


(QS. Al Israa’ : 88)

Seluruh manusia yang hidup di alam semesta ini,


membutuhkan cahaya Al Qur’an, untuk memelihara
kehormatan (harga diri) -nya, yang pada zaman kontemporer
ini, sudah menjadi barang yang paling murah tak berharga, di
hadapan manusia. Manusia membutuhkan petuynjuk Al
Qur’an, agar kebenaran dan keadilan bisa menjadi dasar
(prinsip) berinteraksi antar manusia.

Kaum muslimin di zaman ini terama t butuh kepada


petunjuk Al Qur’an. Yang demikian itu karena mereka tidak
akan mampu mengatasi permasalahn dan problematika hidup
yang mereka hadapi saat ini, melainkan dengan solusi yang
ditawarkan oleh Al Qur’an yang agung ini. Mereka berpegang
teguh kepa danya, menerapkan hukum-hukumnya, berjihad
memerangi musuh-musuhnya, memperbaiki tatanan hidup
dunianya dan menjadikan (Al Qur’an) sebagai pedoman untuk
kehidupan akhiratnya.

Sudah merupakan sunnatullah (garis ketetapan -Nya)


terhadap hamba-hamba-Nya, bahwa mengikuti petunjuk Al
Qur’an merupakan sebab kesuksesan mereka. Allah berfirman
: (QS. Thaaha : 123-124) Sesungguhnya mencurahkan segala
daya upaya untuk mempelajari Al Qur’an yang mulia dan
menyingkap rahasia-rahasia keagungannya merupakan
kewajiban ba gi setiap orang yang memiliki kesempatan untuk
menggali keilmuannya. Agar ia dapat menemukan mutiara-
mutiara keluruhan, keutamaan dan kemuliaannya serta bukti
bukti kemu’jizatannya. Terlebih bagi orang yang mengambil

4 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 1 - Keutamaan Al-Qur’an

spesialisasi ilmu ilmu Al Qur’an, maka ia bias menjadi bahan


tesis akademisi.

Bagaimana tidak, karena telah menjadi fakta yang tak


dapat dibantah bahwa seluruh umat menjadi mulia lantaran
kemuliaan kitab yang diturunkan kepada mereka, atau karena
Rasul yang diutus kepada mereka. Maka apa yag terjadi, jika
terhimpun pada umat dua sumber kemuliaan ini. Maka kita
wajib mengkaji rahasia keagungan (Al Qur’an) ini dan wajib
bagi kita untuk mengikuti petunjuknya.

C. AL-QURAN ADALAH PETUNJUK

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Alif lam mim. Inilah


Kitab yang tidak ada sedikit pun keraguan padanya. Petunjuk
bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 1-2).
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya al-
Qur’an ini menunjukkan kepada urusan yang lurus dan
memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman
yang mengerjakan amal salih bahwasanya mereka akan
mendapatkan pahala yang sangat besar.” (QS. al-Israa’: 9).

Oleh sebab itu merenungkan ayat-ayat al-Qur’an merupakan


pintu gerbang hidayah bagi kaum yang beriman. Allah ta’ala
berfirman (yang artinya), “Ini adalah sebuah kitab yang Kami
turunkan kepadamu penuh dengan berkah, agar mereka
merenungi ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad: 29).

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah


mereka tidak merenungi al-Qur’an, ataukah pada hati mereka
itu ada gembok-gemboknya?” (QS. Muhammad: 24). Allah

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 5


BAB 1- Keutamaan Al-Qur’an

ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah mereka tidak


merenungi al-Qur’an, seandainya ia datang bukan dari sisi
Allah pastilah mereka akan menemukan di dalamnya banyak
sekali perselisihan.” (QS. an-Nisaa’: 82)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka


barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya dia tidak
akan sesat dan tidak pula celaka.” (QS. Thaha: 123).

Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “Allah


memberikan jaminan kepada siapa saja yang membaca al-
Qur’an dan mengamalkan ajaran yang terkandung di
dalamnya, bahwa dia tidak akan tersesat di dunia dan tidak
celaka di akherat.” Kemudian beliau membaca ayat di atas
(lihat Syarh al-Manzhumah al-Mimiyah karya Syaikh
Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr, hal. 49).

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah


menerangkan, bahwa maksud dari mengikuti petunjuk Allah
ialah:

1. Membenarkan berita yang datang dari-Nya,


2. Tidak menentangnya dengan segala bentuk
syubhat/kerancuan pemahaman,
3. Mematuhi perintah,
4. Tidak melawan perintah itu dengan memperturutkan
kemauan hawa nafsu (lihat Taisir al-Karim ar-
Rahman, hal. 515 cet. Mu’assasah ar-Risalah)

D. AL-QURAN ADALAH RAHMAT DAN OBAT

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia!


Sungguh telah datang kepada kalian nasehat dari Rabb kalian

6 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 1 - Keutamaan Al-Qur’an

(yaitu al-Qur’an), obat bagi penyakit yang ada di dalam dada,


hidayah, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS.
Yunus: 57). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami
turunkan dari al-Qur’an itu obat dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman. Akan tetapi ia tidaklah menambah bagi
orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. al-Israa’: 82)

Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata,


“Sesungguhnya al-Qur’an itu mengandung ilmu yang sangat
meyakinkan yang dengannya akan lenyap segala kerancuan
dan kebodohan. Ia juga mengandung nasehat dan peringatan
yang dengannya akan lenyap segala keinginan untuk
menyelisihi perintah Allah. Ia juga mengandung obat bagi
tubuh atas derita dan penyakit yang menimpanya.” (lihat
Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 465 cet. Mu’assasah ar-
Risalah)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah berkumpul
suatu kaum di dalam salah satu rumah Allah, mereka
membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka,
melainkan pasti akan turun kepada mereka ketenangan, kasih
sayang akan meliputi mereka, para malaikat pun akan
mengelilingi mereka, dan Allah pun akan menyebut nama-
nama mereka diantara para malaikat yang ada di sisi-Nya.”
(HR. Muslim dalam Kitab adz-Dzikr wa ad-Du’a’ wa at-
Taubah wa al-Istighfar [2699])

E. AL-QURAN ADALAH PERNIAGAAN YANG TIADA


RUGI

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 7


BAB 1- Keutamaan Al-Qur’an

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-


orang yang membaca Kitab Allah dan mendirikan sholat serta
menginfakkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada
mereka secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan,
mereka berharap akan suatu perniagaan yang tidak akan
merugi. Supaya Allah sempurnakan balasan untuk mereka
dan Allah tambahkan keutamaan-Nya kepada mereka.
Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Berterima
kasih.” (QS. Fathir: 29-30)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai orang-


orang yang beriman maukah Aku tunjukkan kepada kalian
suatu perniagaan yang akan menyelamatkan kalian dari
siksaan yang sangat pedih. Yaitu kalian beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya, dan kalian pun berjihad di jalan Allah dengan
harta dan jiwa kalian. Hal itu lebih baik bagi kalian jika
kalian mengetahui. Maka niscaya Allah akan mengampuni
dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga-
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan tempat
tinggal yang baik di surga-surga ‘and. Itulah kemenangan
yang sangat besar. Dan juga balasan lain yang kalian cintai
berupa pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat.
Maka berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang
beriman.” (QS. ash-Shaff: 10-13)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya


Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman, jiwa dan
harta mereka, bahwasanya mereka kelak akan mendapatkan
surga. Mereka berperang di jalan Allah sehingga mereka
berhasil membunuh (musuh) atau justru dibunuh. Itulah janji
atas-Nya yang telah ditetapkan di dalam Taurat, Injil, dan al-
Qur’an. Dan siapakah yang lebih memenuhi janji selain

8 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 1 - Keutamaan Al-Qur’an

daripada Allah, maka bergembiralah dengan perjanjian jual-


beli yang kalian terikat dengannya. Itulah kemenangan yang
sangat besar.” (QS. at-Taubah: 111)

F. AL-QURAN DAN KEMULIAAN SEBUAH UMAT

Dari ‘Amir bin Watsilah, dia menuturkan bahwa suatu


ketika Nafi’ bin Abdul Harits bertemu dengan ‘Umar di
‘Usfan (sebuah wilayah diantara Mekah dan Madinah, pent).
Pada waktu itu ‘Umar mengangkatnya sebagai gubernur
Mekah. Maka ‘Umar pun bertanya kepadanya, “Siapakah
yang kamu angkat sebagai pemimpin bagi para penduduk
lembah?”. Nafi’ menjawab, “Ibnu Abza.” ‘Umar kembali
bertanya, “Siapa itu Ibnu Abza?”. Dia menjawab, “Salah
seorang bekas budak yang tinggal bersama kami.” ‘Umar
bertanya, “Apakah kamu mengangkat seorang bekas budak
untuk memimpin mereka?”. Maka Nafi’ menjawab, “Dia
adalah seorang yang menghafal Kitab Allah ‘azza wa jalla
dan ahli di bidang fara’idh/waris.” ‘Umar pun berkata,
“Adapun Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam memang
telah bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat
dengan Kitab ini sebagian kaum dan dengannya pula Dia
akan menghinakan sebagian kaum yang lain.”.” (HR. Muslim
dalam Kitab Sholat al-Musafirin [817])

Dari Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu, Nabi


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian
adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.”
(HR. Bukhari dalam Kitab Fadha’il al-Qur’an [5027])

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 9


BAB 1- Keutamaan Al-Qur’an

G. AL-QURAN DAN HASAD YANG DIPERBOLEHKAN


Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada hasad
kecuali dalam dua perkara: seorang lelaki yang diberikan
ilmu oleh Allah tentang al-Qur’an sehingga dia pun
membacanya sepanjang malam dan siang maka ada
tetangganya yang mendengar hal itu lalu dia berkata,
“Seandainya aku diberikan sebagaimana apa yang diberikan
kepada si fulan niscaya aku akan beramal sebagaimana apa
yang dia lakukan.” Dan seorang lelaki yang Allah berikan
harta kepadanya maka dia pun menghabiskan harta itu di
jalan yang benar kemudian ada orang yang berkata,
“Seandainya aku diberikan sebagaimana apa yang diberikan
kepada si fulan niscaya aku akan beramal sebagaimana apa
yang dia lakukan.”.” (HR. Bukhari dalam Kitab Fadha’il al-
Qur’an [5026])

H. AL-QURAN DAN SYAFAAT


Dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu’anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bacalah
al-Qur’an! Sesungguhnya kelak ia akan datang pada hari
kiamat untuk memberikan syafa’at bagi penganutnya.” (HR.
Muslim dalam Kitab Sholat al-Musafirin [804])

I. AL-QURAN DAN PAHALA YANG BERLIPAT-LIPAT


Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dalam Kitabullah
maka dia akan mendapatkan satu kebaikan. Satu kebaikan itu
akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak

10 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 1 - Keutamaan Al-Qur’an

mengatakan bahwa Alif Lam Mim satu huruf. Akan tetapi Alif
satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.” (HR.
Tirmidzi dalam Kitab Tsawab al-Qur’an [2910], disahihkan
oleh Syaikh al-Albani)

J. AL-QURAN MENENTERAMKAN HATI


Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang
yang beriman dan hati mereka bisa merasa tentram dengan
mengingat Allah, ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat
Allah maka hati akan merasa tentram.” (QS. ar-Ra’d: 28).
Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwa pendapat
terpilih mengenai makna ‘mengingat Allah’ di sini adalah
mengingat/merenungkan al-Qur’an. Hal itu disebabkan hati
manusia tidak akan bisa merasakan ketentraman kecuali
dengan iman dan keyakinan yang tertanam di dalam hatinya.
Sementara iman dan keyakinan tidak bisa diperoleh kecuali
dengan menyerap bimbingan al-Qur’an (lihat Tafsir al-
Qayyim, hal. 324)
K. Evaluasi / Soal Latihan
Berisi tentang evaluasi atau soal latihan yang mengacu
pada tujuan pembelajaran pada bab ini. Format dapat berupa
studi kasus, uraian, pilihan ganda atau bentuk lainnya sesuai
kebutuhan.

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 11


BAB 2 – Keagungan Al-Qur’an

BAB 2
KEAGUNGAN AL-QURAN

A. Tujuan Pembelajaran
Agar mahasiswa mengetahui tentang keagungan Al-
Qur’an dan ikut menaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari.

B. PUJIAN ALLAH TERHADAP KITAB-NYA

Allah memberikan pujian terhadap kitab -Nya yang


mulia di banyak ayat. Hal ini menunjukkan keagungannya
sebagaimana Dia sifati Al -Qur’an dengan “Al Adzim” (yang
agung) seperti dalam firman -Nya : Dan sesungguhnya Kami
telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang –
ulang dan Al Qur’an yang agung. (Al-Hijr : 87) Dan juga
Allah mensifati Al Qur’an dengan “Al Ihkam” (yang penuh
hikmah) sebagaimana dalam firman-Nya : Alif Laam Raa,
(inilah) suatu kitab ya ng ayat-ayatnya disusun dengan rapi
serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi
(Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu (Huud : 1)

Allah juga menyebutkan bahwa Al Qur’an adalah


sebagai “Haimanatuhu ‘alal kutub as sabiqah” (penguji
kebenaran kitab-kitab terdahulu), sebagaimana firman -Nya :
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan
membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya,

12 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 2 – Keagungan Al-Qur’an

yaitu kitab -kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu


ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu (QS. Al-Maidah : 48)

Kitab Al Qur’an ini sebagai penguji dan pemelihara


tujuan diturunkannya kitab –kitab sebelumnya, sebagai saksi
terpercaya atas apa yang datang padanya, menetapkan yang
benar darinya dan membenarkan kekeliruannya. Juga Dia
mensifati Al Qur’an pada induk Al Kitab (Lauh Mahfudz)
dengan “Aliyyun Hakim” (tinggi nilainya dan sarat dengan
hikmah), sebagaimana dalam firman -Nya :

“Dan sesungguhnya Al Qur’an itu dalam induk Al Kitab


(Lauh Mahfudz) di sisi Kami adalah benar-benar tinggi
(nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah.” (QS. Az-
Zukhruf :4)

Ini merupakan kesaksian Allah terhadap ketinggian Al


Qur’an dan keluasan hikmahnya. Tidak syak lagi bahwa di
antara bentuk keagungan Al Qur’an adalah bahwa dia
bersifat “Aliyyun”; tinggi dalam tempat, kedudukan dan
nilainya. Ketinggiannya melebihi semua kitab yang
diturunkan sebelumnya. Sebab karena dia sebagai mu’jizat
yang kekal abadi sepanjang masa. Sedangkan arti “Al Hakim”
adalah; teratur dan tersusun rapi, tanpa cacat pada setiap
sisinya. Dia teratur dalam dzatnya, dan pemimpin atas kitab
yang lainnya. Al Qur’an juga sarat dengan hikmah, bila dilihat
dari sudut isi perintahnya, larangan dan berita-berita yang
disampaikannya. Tiada hukum di dalamnya yang menyalahi
hikmah keadilan dan kesetaraan. Diantara bentuk pujian Allah
terhadap Al -Qur’an, bahwa Dia mensifatinya di tiga surat
sebagai “Kitab Mubarak” (Kitab yang diberkahi).

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 13


BAB 2 – Keagungan Al-Qur’an

C. KEUTAMAAN MALAIKAT YANG MENURUNKANNYA

Allah mengangkat derajat malaikat yang telah


menurnkan Al Qur’an kepada Rasul kita Muhammad, yaitu
Jibril penyampai wahyu Ilahi. Allah menyebutkan
keutamaannya di banyak tempat dalam Al Qur’an. Di
antaranya, firman Allah : Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril)
menurunkan Al Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk
meneguhkan (hati) orang -orang yang telah beriman, dan
menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang -orang
yang berserah diri (kepada Allah)”. (An-Nahl : 102) Ruhl
Qudus, pada ayat di atas adalah Jibril. Dan Ruh maksudnya
adalah malaikat,

sebagaimana firman-Nya :

maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari


mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia
menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang
sempurna. (Maryam : 17)

Ruh, yakni malaikat dari malaikat -malaikat Kami


(Allah) sedangkan Qudus artinya: suci, bersih atau murni.
Maksudnya adalah malaikat yang disucikan. Demikian pula
firman Allah : Dan sesungguhnya Al Qur’an ini benar -benar
diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh
Ar-Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar
kamu menjadi salah seorang di antara orang -orang yang
memberi peringatan, (QS. Asy-Syu’araa’ : 192-194)

14 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 2 – Keagungan Al-Qur’an

Jibril digelari dengan Ruh, karena beberapa alasan,


yaitu :

1. Karena Jibril adalah malaikat yang disucikan, Allah


mensifatinya dengan yang demikian itu sebagia penghormatan
untuknya dan untuk menerangkan tentang ketinggian
martabatnya.
2. Karena agama bisa hidup dengannya sebagaimana
hidupnya badan lantaran ruh. Dialah yang diberi kekuasaan
untuk menurunkan wahyu kepa da para nabi yang diutus.
3. Karena dia telah sampai pada puncak pendaki ruhani,
demikian pula dengan seluruh malaikat, hanya saja ruhiyah
yang dimilikinya lebih sempurna dari yang lainnya.
4. Karena terkandung di dalamnya tulang sulbi laki -laki dan
rahim perempuan. Allah menggambarkan malaikat Jibril
dengan 5 (lima) sifat dalam firman -Nya : sesungguhnya Al
Qur’an itu benar -benar firman (Allah yang dibawa oleh)
utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang
mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai
‘Arsy, yang dita’ati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.
(QS. At-Takwir : 19-21)

Dari ayat di atas tergambar jelas sifat -sifat Malaikat


Jibril, yaitu:

a. Dia adalah malaikat yang mulia


b. Dia memiliki kekuatan
c. Dia memiliki kedudukan ayng tinggi di sisi Rabb semesta
alam.
d. Dia dita’ati oleh penghuni langit.

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 15


BAB 2 – Keagungan Al-Qur’an

e. Dia bisa dipercaya.

Inilah lima karakter yang menjamin keorisinilan Al


Qur’an yang agung. Nabi kita Muhammad mendengar Al
Qur’an langsung dari Jibril dan Jibril menden garnya langsung
dari Rabb semesta alam. Maka bagaimana mungkin anda
masih ragu –ragu dan bimbang dengan keaslian, keluruhan
dan kemuliaannya.

D. PUJIAN DAN SIFAT YANG INDAH

Sesungguhnya Rabb yang mulia telah mengagungkan


Al-Qur’anul karim dan telah mengangkat kedudukannya
sebagaimana haknya dari pujian dengan sifat-sifat yang indah,
dan Allah banyak menyebut kitab yang mulia ini dengan
penyebutan yang menjadikannya berada pada posisi yang
paling mulia, dengan sifat-sifat yang paling baik dan paling
tinggi, agar para manusia mengetahui agungnya Al-Quranul
karim, dan juga agar mereka mengetahui besarnya nikmat
kalamullah atas hamba-hambanya, karena nikmat yang paling
agung adalah nikmat iman dan Al-Qur’an, dan keutamaan
kalamullah di atas semua perkataan seperti keutamaan Allah
atas semua makhluk-Nya, Allah menyifati Al-Qur’an dengan
sifat Al-Haq, Allah ta’ala berfirman :

{ ٣ :‫ون افْت َ َرا ُه ب َ ْل ه َُو الْ َح ُّق ِم ْن َرب َِك } السجدة‬


َ ُ‫َأ ْم ي َ ُقول‬
Tetapi mengapa mereka (orang kafir) mengatakan: “Dia
Muhammad mengada-adakannya”. Sebenarnya Al Qur’an itu
adalah kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu.

16 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 2 – Keagungan Al-Qur’an

Dan Al-Haq artinya : yang tetap dan tidak berubah,


dan tidak dapat dibatalkan oleh sesuatu apapun, dan tidak akan
ada padanya kekurangan, serta tidak akan dicampuri oleh
kebatilan, Allah berfirman :

ٌ َ‫َوان َّ ُه لَ ِكت‬
{ ‫) ََل يَأْ ِتي ِه الْ َب ِاط ُل ِم ْن بَي ِْن يَدَ يْ ِه َو ََل ِم ْن َخلْ ِف ِه تَن ْ ِزي ٌل‬14( ‫اب َع ِز ٌيز‬
ِ
١٤ – ١٤ :‫ِم ْن َح ِكي ٍم َح ِمي ٍد } فصلت‬

dan sesungguhnya Al Qur’an itu adalah kitab yang


mulia.Yang tidak datang kepadanya (Al Qur’an) kebatilan
baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan
dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.

Allah juga berfirman ketika mensifati al-Qur’an :

{ ٤ :‫اب ُأ ْح ِك َم ْت أ ََيتُ ُه ثُ َّم فُ ِصلَ ْت ِم ْن لَدُ ْن َح ِكي ٍم َخبِي ٍر }هود‬


ٌ ‫ِك َت‬
(inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi
serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi
(Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.

Allah juga berfirman :

{ ٢٤ :‫َولَقَدْ ِجئْنَاه ُْم ِب ِكتَ ٍاب فَ َّصلْنَا ُه عَلَى ِعلْ ٍم } ا ألعراف‬


Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab
(Al Qur’an) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya
atas dasar pengetahuan Kami.

Allah juga berfirman :

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 17


BAB 2 – Keagungan Al-Qur’an

{ ٨ :‫فَأ ِمنُوا ِِبلل َّ ِه َو َر ُسو ِل ِه َوالنُّ ِور ال َّ ِذي َأنْ َزلْنَا} التغابن‬
Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada cahaya (Al Qur’an) yang telah Kami turunkan.

Allah juga berfirman :

{٢٤ :‫اب َأ ْن َ لزْنَا ُه ُم َب َاركٌ } ا ألنعام‬


ٌ ‫َوه ََذا ِك َت‬
Dan ini (Al Qur’an) adalah kitab yang telah Kami turunkan
yang diberkahi.

Allah juga berfirman :

{١ :‫َوان َّ ُه ِفي ُأ ِم الْ ِكتَ ِاب لَدَ يْنَا ل َ َع ِل ٌّي َح ِكي ٌم} الزخرف‬
ِ
Dan sesungguhnya Al Qur’an itu dalam induk Al Kitab (Lauh
mahfudz) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya)
dan amat banyak mengandung hikmah.

Dan Allah telah merincikan dalam Al-Qur’an segala sesuatu,


Allah berfirman :

َ َ‫َونَ َّ لزْنَا عَلَ ْي َك الْ ِكت‬


{ }‫اب ِتبْ َيانً لِ ُك ِل َش ْي ٍء َوهُدً ى َو َر ْح َم ًة َوب ُْش َرى ِللْ ُم ْس ِل ِم َين‬
٨٢ :‫النحل‬
Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan
kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.

18 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 2 – Keagungan Al-Qur’an

Dan Allah telah menjaganya dari tambahan dan pengurangan,


Allah ta’ala berfirman :

ِ ‫انَّ ن َ ْح ُن نَ َّزلْنَا‬
َ ‫الذ ْك َر َوانَّ ل َ ُه ل َ َحا ِف ُظ‬
{٢ :‫ون} الحجر‬
ِ ِ
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan
sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.

Dan banyaknya nama-nama Al-Qur’an serta sifat-


sifatnya yang agung menunjukkan akan banyaknya makna-
makna yang mulia padanya, dan apa yang yang telah kami
sebutkan hanya sedikit dari yang banyak.

Dan para malaikat yang mulia senantiasa


mengagungkan Al-Qur’an karena mereka mengetahui
keutamaan-keutamaannya, Allah ta’ala berfirman :

َ ُ‫لَ ِك ِن الل َّ ُه ي َْشهَدُ ِب َما َأنْ َز َل ال َ ْي َك َأنْ َزل َ ُه ِب ِعلْ ِم ِه َوالْ َم ََلئِ َك ُة ي َْشهَد‬
{ ‫ون َو َك َفى ِِبلل َّ ِه‬
ِ
٤١١ :‫َشهِيدً ا} النساء‬
(Mereka tidak mau mengakui yang diturunkan kepadamu itu),
tetapi Allah mengakui Al Qur’an yang diturunkan-Nya
kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya; dan
malaikat-malaikat pun menjadi saksi (pula). Cukuplah Allah
yang mengakuinya.

Berkata para ahli tafsir : mereka adalah para malaikat,


dan dari aisyah radhiyallahu ‘anha dari Rasulullah sallallahu
‘alaihi wasallam ia bersabda : yang membaca al-Qur’an dan ia
pandai membacanya, mak ia bersama para malaikat mulia lagi
berbakti (HR.Bukhari dan Muslim).

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 19


BAB 2 – Keagungan Al-Qur’an

Adapun pengagungan Al-Qur’an disisi para Nabi


‘alaihimusshalatu wassalam, dan pada umat-umat mereka
yang beriman, maka Allah telah berfirman tentang hal itu :

{٤٢١ :‫َوان َّ ُه ل َ ِفي ُ بزُ ِر ْ َال َّو ِل َين} الشعراء‬


ِ
Dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar (tersebut)
dalam Kitab-kitab orang yang dahulu.

Berkata Ibnu katsir rahimahullah dalam tafsirnya : dan


sesungguhnya penyebutan Al-Qur’an ini dan isyarat
tentangnya sungguh ada pada kitab-kitab orang-orang
terdahulu, yang diriwayatkan dari para Nabi mereka yang
mereka telah memberi kabar gembira tentangnya pada zaman
dahulu dan sekarang, sebagaimana Allah telah mengambil
perjanjian tentang hal itu.

Allah berfirman :

{ ‫قُ ْل َأ َر َأيْ ُت ْم ا ْن َك َان ِم ْن ِع ْن ِد الل َّ ِه َو َك َف ْرت ُْم ِب ِه َو َشهِدَ َشا ِه ٌد ِم ْن ب َ ِني ا ْس َرائِي َل‬
ِ ِ
٤١ :‫عَلَى ِمثْ ِل ِه فَأ َم َن َو ْاس تَ ْكبَ ْرتُ ْم} ا ألحقاف‬
Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, bagaimanakah
pendapatmu jika Al Qur’an itu datang dari sisi Allah, padahal
kamu mengingkarinya dan seorang saksi dari Bani Israel
mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang disebut
dalam) Al Qur’an lalu dia beriman, sedang kamu
menyombongkan diri.

Dan Allah juga berfirman :

20 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 2 – Keagungan Al-Qur’an

َ ‫قُ ْل أ ِمنُوا ِب ِه َأ ْو ََل ت ُْؤ ِمنُوا ا َّن ال َّ ِذ َين ُأوتُوا الْ ِعلْ َم ِم ْن قَ ْب ِل ِه ا َذا ي ُ ْتلَى عَلَ ْيهِ ْم ي َ ِخ ُّر‬
{ ‫ون‬
ِ ِ
)401( ‫ون ُس ْب َح َان َ ِربنَا ا ْن َك َان َوعْدُ َ ِربنَا ل َ َم ْف ُع ًوَل‬ َ ُ‫) َوي َ ُقول‬401( ‫ِل ْ َْل ْذقَ ِان ُس َّجدً ا‬
ِ
٤١٢ – ٤١١ :‫)} اَلإسراء‬401( ‫ون َويَ ِزيدُ ه ُْم خ ُُشوعًا‬ َ ‫ون ِل ْ َْل ْذقَ ِان ي َ ْب ُك‬
َ ‫َوي َ ِخ ُّر‬
Katakanlah: “Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah
beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang
yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur’an
dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka
mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: “Maha Suci
Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi”.
Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis
dan mereka bertambah khusyuk.

E. Evaluasi / Soal Latihan


Diskusikan dengan teman anda, mengapa kita perlu
mengagungkan Al-Qur’an?

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 21


BAB 3 – Janji Allah Terhadap Orang yang Bersahabat dengan Al-Qur’an

BAB 3
JANJI ALLAH TERHADAP ORANG
YANG BERSAHABAT DENGAN
AL-QURAN

A. Tujuan Pembelajaran
Agar mahasiswa mengetahui janji Allah terhadap
orang-orang yang menjadikan AL-Qur’an sahabatnya an
selalu bercengkerama dengan Al-Qur’an.

B. Keutamaan Orang Yang Dekat dengan Al-Qur’an

“Bagaimana kebersamaan kita dengan Al-quran?”,


“Sudahkah kita istiqomah berteman dengan Al-quran?”

Adapun motivasi jiwa terkait “Keutamaan Berteman


dengan al-Quran” di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Menjadi Makhluk Allah Yang Terbaik

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-quran dan


mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Menarik, ya? Dengan jelas Rasulullah SAW menyebut


manusia terbaik adalah dia yang mempelajari Al-quran dan
mengajarkannya.

Dapat dibayangkan betapa memang pantas seorang


pembelajar dan pengajar Al-quran sangat dimuliakan Allah

22 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 3 – Janji Allah Terhadap Orang yang Bersahabat dengan Al-Qur’an

dan Rasul-Nya shalallahu alaihi wasalam, karena ketaatannya


dalam mempelajari dan mengamalkan nilai-nilai Al-quran
serta terus menyebarkannya kepada sesama sehingga tercipta
kehidupan yang qurani.

2. Senantiasa Diberi Keselamatan Dan Petunjuk

“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah


dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah
menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke
jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada
cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan
menunjukinya ke jalan yang lurus.” (QS. Al-Ma’idah: 15-16)

Ini Janji Allah Subhanahu wa Ta’ala, pasti! Dengan al-


Quran sebagai petunjuk (beserta sunnah rasulNya shalallahu
‘alaihi wasalam) keselamatan dapat diraih.

3. Al-Qur’an Akan Menjadi Syafa’at (Pembela) Di Hari


Kiamat

Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah shalallahu


‘alaihi wasalam bersabda:

“Bacalah Al-quran, karena ia akan datang pada hari kiamat


sebagai pemberi syafa’at pada orang yang mempelajari dan
menaatinya.” (HR. Muslim)

Membaca Al-quran adalah salah satu amalan shalih


yang dapat memberi pembelaan untuk kita di hari akhir. Hal
ini menegaskan kembali betapa diutamakannya membaca Al-
quran untuk kita amalkan dalam keseharian, sehingga momen
kebersamaan kita dengan Al-quran dapat dijadikan bekal saat
menghadap Allah azza wa jalla kelak di akhirat.

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 23


BAB 3 – Janji Allah Terhadap Orang yang Bersahabat dengan Al-Qur’an

4. Akan Dipakaikan Mahkota Pada Kedua Orang Tuanya

“Barangsiapa membaca Al-quran dan mengamalkan isinya,


Allah akan memakaikan pada kedua orang tuanya di hari
kiamat suatu mahkota yang sinarnya lebih bagus daripada
sinar matahari di rumah-rumah dunia , dan dipakaikan kedua
orang tuanya perhiasan yang tidak didapatinya di dunia, lalu
keduanya bertanya: “Dengan amal apa hingga kita diberi
pakaian ini?”, dikatakan: “Karena anakmu hafal Al-quran”.
Maka apakah balasan pahala yang akan dianugerahkan
kepada orang yang membaca dan mengamalkan Al-quran itu
sendiri?“. (HR. Abu Daud)

Sungguh dahsyat cara Allah membalas setiap amalan


yang kita perbuat. Dengan membaca Al-quran, bukan hanya
diri kita yang mendapatkan balasan kebaikan tetapi orang tua
kita pun ikut merasakannya.

Mahkota kemuliaan yang tidak terbayangkan di dunia


akan dipakaikan kepada kedua orang tua kita, insya-Allah.
Semoga kita termasuk hamba yang dirahmati-Nya.

5. Mendapatkan Pahala Berlipat Ganda

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab


Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari
rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-
diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah
menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan
menambah kepada mereka dari anugerah-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukuri.” (QS. Fathiir :29-30)

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang


membaca satu huruf Kitabullah maka ia mendapat satu

24 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 3 – Janji Allah Terhadap Orang yang Bersahabat dengan Al-Qur’an

kebaikan, dan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali


lipatnya. Aku tidak megatakan alif laam miim itu satu huruf,
tetapi alif satu huruf; lam satu huruf; dan mim satu huruf.”
(HR. At-Tirmizi).

6. Sebagai Penyembuh Segala Penyakit

“Katakanlah: Al-Quran itu adalah petunjuk dan obat


penawar bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Fushshilat :
44)

7. Dikumpulkan Bersama Malaikat

Dari ‘Aisyah berkata, bahwa Rasulullah shalallahu


‘alaihi wasalam bersabda:

“Orang yang pandai membaca Al-quran akan ditempatkan


bersama kelompok para malaikat yang mulia dan terpuji.
Adapun orang yang terbata-bata dan sulit membacanya akan
mendapat dua pahala.” (HR. Muslim)

Apa yang dimaksud dengan dua pahala bagi orang-


orang yang terbata-bata dan sulit membaca Al-quran? Yaitu
satu pahala untuk membacanya serta satu pahala untuk susah
payahnya dalam membaca Al-quran.

8. Membaca Al-Quran Lebih Berharga Dibanding Harta


Benda Dunia

Dalam hadits qudsi, Rasulullah SAW bersabda,

“Allah berfirman: “Barangsiapa disibukkan dengan mengkaji


Al-quran dan menyebut nama-Ku, sehingga tidak sempat
memohon kepada-Ku, maka Aku akan memberinya sesuatu
yang lebih baik dari apa yang Aku berikan kepada orang-
orang yang memohon.” Dan keutamaan Kalam Allah atas

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 25


BAB 3 – Janji Allah Terhadap Orang yang Bersahabat dengan Al-Qur’an

semua perkataan adalah seperti keutamaan Allah atas


makhluk-Nya. (HR. Tirmidzi)

Dari beberapa keutamaan membaca Al-Quran


tersebut, semoga mampu mengingatkan kita untuk selalu
membersamai Al-quran dalam menjalani sisa kehidupan dunia
menuju kehidupan abadi di akhirat yang telah Allah ta’ala
janjikan.

Mari menikmati masa-masa indah berteman dengan


al-quran, nikmati manisnya membaca al-Quran!

C. 7 Cara Bersahabat Dengan Al-Qur’an

Bacalah Al-Quran karena dia akan datang memberi syafaat


kepada para sahabatnya”. (HR Muslim)

Saat tak ada tempat bernaung dan pembela di hari yang


maha sulit, ketakutan dan ketegangan melilit, azab neraka siap
menggigit, Qur’an akan datang tanpa sulit dan rumit memberi
syafaat di hari berbangkit kepada para sahabatnya pengikut
Rasul pembawa risalah langit.

Harus diakui bahwa nikmat terbesar yang dianugerahkan oleh


Allah Jalla Wa A’la kepada manusia adalah al-Qur’an. Apa
jadinya manusia jika tidak diturunkan al-Qur’an? Apa jadinya
bumi ini jika al-Qur’an tidak diwahyukan? Dan apa jadinya
kehidupan manusia jika al-Qur’an diabaikan?

Sederet pertanyaan itu hendaknya menjadi renungan untuk


memantik kesadaran kita betapa al-Qur’an adalah merupakan
hadiah dan nikmat agung dari Sang Pencipta kepada umat
manusia.

26 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 3 – Janji Allah Terhadap Orang yang Bersahabat dengan Al-Qur’an

Terjemahan dua Ayat di bawah ini membantu kita untuk


merenung dan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas:

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam


kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati,
tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan
Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka
itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Terjemahan al-
Qur’an Surat al-A’raf (7), ayat 179)

Dan Allah berfirman dalam al-Qur’an surah Thaaha (20), ayat


124-126, terjemahannya adalah:

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka


sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami
akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan
buta.” Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau
menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku
dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman:
“Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka
kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun
dilupakan.”.

Al-Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah membuat suatu


kesimpulan yang sangat menyentak insting kemanusiaan kita:

“ Kalaulah bukan karena Ulama, maka jadilah manusia seperti


binatang” (Lihat Kitab Minhaju Al-Qashidin).

Ulama adalah golongan manusia mulia yang merupakan


pewaris sah dari para Nabi, mereka tidak mewarisi harta dan

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 27


BAB 3 – Janji Allah Terhadap Orang yang Bersahabat dengan Al-Qur’an

nikmat keduniaan, tetapi mereka mewarisi ilmu al-Qur’an dan


as-Sunnah.

Karena itu, perkataan al-Hasan al-Bashri di atas, sekalipun


tidak menyebutkan lafadz “al-Qur’an”, tetapi di dalam kata
“ulama” tersirat makna “al-Qur’an” sebagaimana firman
Allah Jalla wa A’la di surat Al-A’raf (7) ayat 179.

Mengapa Harus Akrab dengan al-Qur’an?

Kesadaran bahwa al-Qur’an adalah nikmat terbesar bagi


manusia harus diikuti dengan langkah nyata yang
menunjukkan bahwa memang al-Qur’an adalah kebutuhan
primer dalam kehidupan umat manusia. Kesadaran akan
pentingnya al-Qur’an tanpa diikuti dengan langkah nyata,
akan mengakibatkan kehidupan kita kehilangan segalanya.
Langkah itu disimpulkan dengan satu kalimat singkat:
“Menjadikan al-Qur’an sebagai sahabat Akrab”.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (dalam


terjemahan hadits) tentang orang-orang yang menjadikan al-
Qur’an sebagai sahabat akrab:

“Bacalah al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari


kiamat menjadi pemberi syafa’at bagi orang-orang yang
bersahabat dengannya”. (HR. Muslim, No.1337)

Hadits ini memberikan pelajaran bahwa, salah satu keutamaan


menjadikan al-Qur’an sebagai sahabat di dunia ini adalah
memperoleh syafa’at al-Qur’an. Syafa’at adalah merupakan
kebutuhan utama setiap Muslim di akhirat, sebab dengan
syafa’at, Allah akan memasukkan ia ke dalam syurga-Nya.

Al-Qur’an juga akan menentramkan hati bagi orang-orang


beriman yang sering berinteraksi dengannya.

28 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 3 – Janji Allah Terhadap Orang yang Bersahabat dengan Al-Qur’an

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang


beriman dan hati mereka bisa merasa tentram dengan
mengingat Allah, ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat
Allah maka hati akan merasa tentram.” (QS. ar-Ra’d (13) ayat
28).

Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwa


pendapat terpilih mengenai makna ‘mengingat Allah’ di sini
adalah mengingat/merenungkan al-Qur’an. Hal itu
disebabkan hati manusia tidak akan bisa merasakan
ketentraman kecuali dengan iman dan keyakinan yang
tertanam di dalam hatinya. Sementara iman dan keyakinan
tidak bisa diperoleh kecuali dengan menyerap bimbingan al-
Qur’an (lihat Tafsir al-Qayyim, hal. 324)

Jadi, sebaik-baik sahabat karib adalah al-Qur’an yang


dengannya akan membuat hati kita tentram, bahagia dan lebih
dari itu al-Qur’an akan menjadi pembela kita di hari kiamat
kelak.

Inilah 7 cara yang harus kita lakukan agar bisa


bersahabat dengan Al-Qur’an:

1. Imani

Yakin bahwa Qur’an adalah kitab yang turun dari


Allah sebagai pedoman hidup. Tanda kita mengimani Qur’an
di antaranya dibaca, dijadikan rujukan pertama dalam setiap
masalah, jadikan sebagai hakim jika ada perselisihan.

Dalam Al-Quran surat Al Baqarah ayat 121, Allah


berfirman:

“Orang-orang yang telah kami beri kitab, mereka


membacanya dengan sebenarnya, mereka itulah orang yang
beriman kepadanya (Al-Quran) dan barangsiapa yang ingkar

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 29


BAB 3 – Janji Allah Terhadap Orang yang Bersahabat dengan Al-Qur’an

kepadanya, mereka itulah orang yang merugi.” (Haqqo


tuqootih= membaca dengan sebenarnya, memahami dan
mengamalkannya)

2. Baca

Setiap hari jadikan membaca Qur’an sebagai


kebiasaan yang turun temurun menjadi budaya yang
mendarah daging. Serasa ada yang kurang jika belum baca
Qur’an dalam sehari. Seperti kebiasaan makan dan minum.
Sudah otomatis, ini adalah makanan ruhani.

3. Mempelajari tajwid

Untuk menghasilkan bacaan Qur’an yang baik,


sebagai bentuk memuliakan kitab Suci, maka wajib membaca
nya dengan tajwid yang benar, makhraj dan hukum-hukumnya
agar kita membacanya sesuai dengan haknya, karena
Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab, maka kita wajib
membacanya seperti lidah orang Arab. (Yusuf: 2)

4. Mentadabburi

Berusaha memahami kandungannya, menikmati


iramanya, untaian kata yang indah hikmah dan rahasia dari
setiap huruf, pilihan kata dan ayatnya.

5. Menghafalnya dan muraja’ah

Supaya tertancap di dada, menjadi cahaya menerangi


hati, inner beauty kecantikan dari dalam. Jadi teman kala
sendiri, dalam perjalanan, dalam tahajjud, supaya hafalan
senantiasa terjaga tidak gampang lupa.

6. Mengamalkannya

30 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 3 – Janji Allah Terhadap Orang yang Bersahabat dengan Al-Qur’an

Ibnu Abbas didoakan Rasulullah supaya jadi ahli


tafsir, memahami Al Qur’an, menyingkap rahasianya. Jadi
orang yang paling paham Qur’an setelah Nabi. Suatu hari
datang tiga orang tamu dari tiga kota yang berbeda. Mereka
mengadukan berbagai masalah kepada Ibnu Abbas.

Orang pertama mengadukan kampungnya yang


kekeringan hingga banyak tanaman dan binatang yang mati
dan penduduk yang terancam kelaparan. Lalu Ibnu Abbas
menjawab: Istighfarlah!

Orang kedua datang dari dusun yang jauh minta


dikaruniai keturunan. Jawab Ibnu Abbas: Istighfarlah!

Orang ketiga datang dengan masalah kekurangan harta


alias kemiskinan. Jawab Ibnu Abbas: Istighfarlah!

Ketiga orang tersebut merasa dipermainkan oleh Ibnu


Abbas. “Bagaimana mungkin tiga permasalahan yang berbeda
kau beri solusi hanya dengan satu kata: “istighfarlah”

Ibnu Abbas menjawab: “silakan buka surat Nuh ayat


10-12.”:

“Maka aku berkata: Mohonlah ampun kepada Rabbmu


sesungguhnya Dia maha pengampun. Niscaya pasti Dia
turunkan hujan yang lebat kepadamu. Dan Dia
memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan menjadikan
kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu.”

Begitulah janji Allah istighfar akan menjawab tiga


masalah berbeda. Jika kita mengimani ayat ini, dan
mengamalkannya, niscaya hidup kita akan menjadi mudah
dan lapang.

7. Mengajarkannya dan mendakwahkannya

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 31


BAB 3 – Janji Allah Terhadap Orang yang Bersahabat dengan Al-Qur’an

“Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang


mempelajari Qur’an dan yang mengajarkannya” (HR.
Bukhari, Abu Daud, At-Tirmidzi. Ibnu Majah dan Ad-Darimi)

Salah satu sarana menjaga hafalan Qur’an adalah


mengajarkan nya kepada orang lain. Secara tidak langsung
kita akan mengulang-ulang bacaan kita ketika
mengajarkannya. Otomatis ini merekam kembali dan
membuat memori semakin terjaga baik dari kemungkinan
lupa.

Mengajarkan Qur’an seperti menanam pohon


kebaikan yang akarnya menancap kuat dan batangnya
menjulang ke langit, daunnya lebat dan buahnya manis
bermanfaat sehingga menyenangkan dan bermanfaat bagi
orang banyak.

“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah


membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang
baik, akarnya kuat dan cabangnya menjulang ke langit.”
(Pohon itu) menghasilkan buahnya pada setiap musim dengan
seizin Rabbnya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk
manusia agar mereka selalu ingat.” (Ibrahim: 24-25)

Di Pakistan yang termasuk negara berkembang seperti


di Indonesia, rakyatnya hidup dekat dengan Qur’an, harga
daging dan susu terjangkau oleh daya beli masyarakat miskin,
setiap tiga rumah ada satu penghuni yang hafal Qur’an. Negeri
itu penuh berkah dari Qur’an yang dipegang teguh oleh
penduduknya.

Bandingkan dengan Indonesia yang kaya raya bagai


zamrud di khatulistiwa. Allah anugerahkan lautan yang luas,
dengan ribuan pulau yang subur. Kata Koes plus ”Bukan
lautan hanya kolam susu… tongkat dan kayu jadi tanaman…”

32 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 3 – Janji Allah Terhadap Orang yang Bersahabat dengan Al-Qur’an

Namun bencana datang silih berganti, gempa, banjir,


tsunami….oooohhh. Penduduknya jauh dari Qur’an, banyak
melakukan maksiat, hingga kemiskinan menyebabkan para
wanita jadi TKW. Para suami jadi TKI mereka mengadu nasib
tanpa perlindungan dan kepastian. Akibatnya anak- anak
mereka tak terurus dan terdidik dengan baik.

Semoga tulisan ini memberi semangat kepada kita


agar kembali bergaul dan bersahabat dengan Qur’an.

Nah inilah tujuh cara kita bersahabat dengan Qur’an


supaya kita menjadi bagian dari para sahabat Qur’an yang
akan mendapat syafaat di hari yang anak dan harta
tidak bermanfaat, kecuali amal shalih yang melekat dalam
hidup yang singkat, di dunia yang menipu dan memikat, para
hamba yang terjerat, hingga menyesal di akhirat, azab Allah
melaknat, bagi orang yang maksiat.

F. Evaluasi / Soal Latihan


Mengapa kita perlu bersahabat dengan Al-Qur’an?
Tunjukkan alasan akademik anda mengenai hal tersebut!

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 33


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

BAB 4
PERINGATAN BAGI PENGABAI
AL-QURAN

A. Tujuan Pembelajaran
Agar mahasiswa tidak mengabaikan Al-Qur’an dan
menjadi dekat dengan Kitab-Nya

B. MAKNA MENGABAIKAN AL-QURAN


Melalui pemaparan seputar makna bahasa dari kata
Hajr (mengabaikan dan meninggalkan) dan semua bentukan-
bentukannya dalam ayat-ayat al-Qur‟an, hadits-hadits Nabi
serta penjelasan para ulama dalam masalah ini, kita dapat
menyimpulkan sebagai berikut:
Bahwa “mengabaikan al-Qur‟an” (Hajr al-Qur‟an) memiliki
makna-makna berikut ini:
1. Tidak mengimani dan memperdulikannya secara total.
2. Mengatakan perkataan yang buruk tentang al-Qur‟an, dan
persangkaan bahwa al-Qur‟an itu adalah sihir, atau syair, atau
dongeng-dongeng orang terdahulu. Dan pernyataan yang
buruk seperti ini terhadap al-Qur‟an jelas termasuk sebuah
bentuk pelecehan terhadapnya.
3. Berpaling dan menjauhi al-Qur‟an, tidak menyimaknya,
dan sengaja mengangat suara sia-sia jika ia dibacakan agar
tidak ada yang mendengarkannya.

34 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

4. Tidak mengamalkan dan menjalankan perintahnya, serta


tidak meninggalkan larangan-larangannya.
5. Tidak menerapkannya sebagai sumber hukum dan tidak
berhukum padanya.

6. Tidak mentadabburi dan berusaha memahaminya.


7. Tidak membaca dan menghafalnya, atau melupakannya
setelah menghafalnya.
8. Tidak menjadikannya sebagai sarana penyembuhan dan
pengobatan.
9. Perasaan berat dalam dada terhadap al-Qur‟an.

C. TUJUH HUKUM MENGABAIKAN AL-QURAN


Hukum mengabaikan dan meninggalkan al-Qur‟an
tentulah tidak sama, karena sangat bergantung pada jenis al-
Hajr (pengabaian) yang dilakukan dan juga kondisi orang
yang meninggalkannya.
Al-Alusy rahimahuLlah telah menyebutkan perbedaan para
ahli tafsir terkait makna al-Hajr (meninggalkan) yang terdapat
dalam firman Allah Ta‟ala:
“Dan sang rasul berkata: „Wahai Tuhanku! Sungguh kaumku
telah membuat al-Qur‟an ini (sebagai sesuatu yang)
ditinggalkan.” (al-Furqan: 30)
Apakah yang dimaksud “meninggalkannya” di situ
adalah: tidak mengimani dan meninggalkannya karena
mendustakannya, berdasarkan bahwa makna al-Hajr adalah
meninggalkan dan berpaling, atau al-Hajr adalah

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 35


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

bermakna: mencemooh dan mempermainkannya, atau al-


Hajr adalah bermakna: membiarkan al-Qur‟an dan tidak
memperhatikan serta menekuninya.
Kemudian setelah itu ia mengatakan: “Dan pandangan
yang benar adalah bahwa kapan saja al-Hajr itu mengurangi
penghormatan terhadap al-Qur‟an, maka ia itu dibenci,
bahkan diharamkan. Dan jika tidak demikian, maka tidak pula
ia dibenci atau diharamkan.”1
Dan disebutkan pula dalam Kumpulan Fatwa Lajnah
Tetap untuk Penelitian Ilmiah dan Fatwa Kerajaan Saudi
Arabia (Lajnah Da‟imah) sebagai berikut:
“Seseorang boleh jadi meninggalkan al-Qur‟an dengan tidak
mengimani, mendengarkan dan memperhatikannya.
Terkadang ia mengimaninya, namun tidak mempelajarinya.
Terkadang ia mempelajarinya, namun tidak membacanya.
Terkadang ia membacanya, namun tidak mentadabburinya.
Bisa saja proses tadabbur terjadi, namun ia tidak
mengamalkannya; tidak menghalalkan apa yang
dihalalkannya, mengharamkan apa yang diharamkannya,
tidak menjadikannya sumber hukum dan berhukum
kepadanya, tidak menjadikannya sarana penyembuhan
terhadap berbagai penyakit dalam hati dan tubuhnya.
Sehingga terjadilah al-Hajr (pengabaian) terhadap al-Qur‟an
dalam diri seseorang sesuai dengan kadar keberpalingannya
dari (al-Qur‟an).”2
Berdasarkan hal itu, maka jika pengabaian terhadap al-Qur‟an
itu dalam bentuk tidak mengimaninya, atau berpaling darinya
dan tidak berhukum kepadanya secara total, atau
meremehkan/mempermainkannya; maka itu semua jelas
adalah sebuah kekufuran yang nyata.
Dan jika pengabaian itu bermakna pengabaian yang
menyebabkannya melupakan ayat-ayatnya setelah

36 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

menghafalnya, maka Ibnu Hajar al-Haitamy rahimahuLlah


menyebutkan ia termasuk dosa-dosa besar.3
Adapun jika pengabaian itu terkait dengan tidak
mengamalkannya-dengan tetap mengimani dan meyakini
bahwa ia merupakan Kalam Allah Ta‟ala yang wajib diikuti-
, maka itu adalah sebuah dosa yang besar atau kecilnya
bergantung pada jenis penyimpangan itu sendiri.
Dan adapun jika pengabaian itu bermakna tidak
membaca, atau tidak mentadabburi, atau tidak menjadikannya
sebagai sarana penyembuhan-padahal ia mampu untuk
melakukannya, namun ia tidak melakukannya-, maka ia
dihukum atas perbuatannya itu sesuai dengan kadar
kelalaiannya. Namun jika ia tidak mampu melakukannya,
maka tentu Allah Ta‟ala tidak akan membebani seseorang
kecuali sesuai dengan kadar kemampuannya. Tentu
dikecualikan dalam hal ini bacaan al-Qur‟an yang menjadi
syarat sahnya shalat, seperti membaca al-Fatihah, karena ia
adalah perkara yang wajib atas setiap muslim dan tidak boleh
ditinggalkan sama sekali.4 Dan semuanya akan dijelaskan
dalam penjelasan tentang jenis dan macam pengabaian
terhadap al-Qur‟an.

D. AYAT-AYAT YANG MENUNJUKKAN CELAAN


TERHADAP PENGABAIAN AL-QURAN
1. KELUHAN YANG AMAT BESAR
Allah Ta‟ala berfirman:
“Dan sang rasul berkata: „Wahai Tuhanku, sesungguhnya
kaumku telah menjadikan al-Qur‟an ini sebagai sesuatu yang
ditinggalkan (diabaikan).‟” (QS. al-Furqan: 30)

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 37


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam


mengadukan kepada Tuhannya yang Mahamulia dan
Mahatinggi kedurhakaan dan keangkuhan kaumnya yang ia
hadapi, serta keberpalingan mereka dari menerima
dakwahnya dan mengimani Kitab yang diturunkan untuk
mereka.
Mereka telah berpaling darinya, mengabaikan dan
meninggalkannya. Padahal sudah menjadi kewajiban mereka
untuk mengimani dan tunduk pada hukumnya, Maksud dari
pengisahan keluhan yang besar ini adalah memberikan
peringatan kepada setiap orang yang mengabaikan dan
meninggalkan al-Qur‟an al-Karim hingga Hari Kiamat;
bahwa sang pembawa risalah Islam (Muhammad Shallallahu
„Alaihi wa Sallam) telah mengadukan hal ini kepada
Tuhannya Azza wa Jalla: mengadukan pengabaian kaumnya
terhadap al-Qur‟an yang agung.
Keluhan ini telah ditegaskan dengan “Inna”
(sungguh), untuk menunjukkan perhatian terhadapnya, agar
pengungkapan keluhan itu menjadi lebih kuat. Dan
penyebutan suku Quraisy dengan kata “Qaumy” (kaumku)
adalah untuk lebih menekankan betapa buruknya perbuatan
mereka terhadap sang rasul itu; padahal sudah seharusnya
orang-orang yang sesuku dengannya itu tidak menyelisihinya.
Dan firman-Nya: “Ittakhadzuu” (mereka telah menjadikan)
menunjukkan dengan jelas bahwa inilah kebiasaan, kondisi
dan sikap mereka terhadap nabi yang diutus kepada mereka.
Maknanya adalah bahwa pengabaian itu tidak terjadi
sekali atau dua kali, namun terjadi berulang-ulang kali.
Ungkapan semacam ini jauh lebih dalam untuk menunjukkan
betapa besarnya pengabaian itu daripada jika dikatakan:
“Sesungguhnya kaumku telah meninggalkan/mengabaikan al-
Qur‟an”.

38 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

Seolah ayat ini bermaksud menunjukkan bahwa


mereka melakukan pengabaian sebagai profesi dan kebiasaan,
bahkan telah bertekad untuk selalu melakukannya. Sehingga
hal itu telah menjadi sebuah keputusan yang mereka tetapkan
dan jalan hidup yang mereka gariskan untuk diri mereka dan
generasi yang akan datang setelah mereka.
Dan kata penunjuk dalam kalimat: Haadzal-Qur‟an
(al-Qur‟an ini) digunakan untuk menunjukkan sikap ta‟zhim
(pengagungan) terhadapnya, dan bahwa yang semulia itu
seharusnya tidak diabaikan. Bahkan sudah sepatutnya
diimani, selalu menghayati dan mengambil manfaat darinya.
Pengungkapan dengan menggunakan kata penunjuk
(isim isyarah) juga untuk menjelaskan bahwa kesempatan
untuk mengagungkannya terbuka lebar, karena ia ada
dihadapan mereka, ditambah lagi ia (al-Qur‟an) itu diturunkan
dengan bahasa mereka.
Maka inilah “keluhan yang sangat besar itu. Di dalamnya
terdapat peringatan yang sangat besar kepada siapa saja yang
mengabaikan al-Qur‟an yang agung ini, sehingga tidak
mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya, berupa halal
dan haram, adab-adab dan kemuliaan akhlak. Juga tidak
meyakini aqidah-aqidah yang ada di dalamnya, serta
mengambil pelajaran dari berbagai peringatan, kisah dan
tamsil yang ada di dalamnya.”
Dan meskipun ayat ini pada mulanya ditujukan kepada
kaum musyrikin, hanya saja yang menjadi pegangan adalah
keumuman lafazh ayat tersebut (yang tidak hanya mencakupi
kaum musyrikin-penj), sehingga rangkainnya yang mulia itu
memberikan peringatan keras kepada semua orang yang
berpaling dari mengamalkan al-Qur‟an dan menjalankan
adab-adabnya. Ayat ini juga memberikan peringatan siapa

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 39


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

saja yang mengabaikan Mushaf dan tidak konsisten untuk


membacanya.
Karena itu, sudah seyogyanya bagi setiap muslim-yang
takut menghadapi perhitungan amal di hadapan Tuhannya
Azza wa Jalla pada hari kiamat-untuk merenungkan ayat yang
mulia ini, serta memperhatikan kalimat-kalimatnya berulang-
ulang kali, agar ia dapat menemukan jalan keluar untuk
dirinya dari musibah maha besar dan bencana maha dahsyat
yang mewabah dan merajalela di seluruh negeri kaum
muslimin dari segala penjuru ini: pengabaian terhadap al-
Qur‟an yang agung.

2. PEMBICARAAN MALAM YANG KEJI


Firman Allah Ta‟ala:
“Sungguh adalah ayat-ayatKu dibacakan atas kalian, namun
kalian malah berpaling ke belakang, dengan menyombongkan
diri terhadap al-Qur‟an sembari mengucapkan perkataan-
perkataan keji terhadapnya ketika kalian bercakap-cakap di
malam hari.” (QS. al-Mu‟minun: 66-67)

Ketika Allah Ta‟ala menjelaskan bahwa kalangan elit


orang-orang kafir yang bermewah-mewahan tiba-tiba
mendapatkan adzab, mereka geger, berteriak dan meminta
tolong, dan bahwa mereka tidak akan mendapat pertolongan;
Allah menyebabkan bahwa sebab itu semua adalah karena
dahulu ayat-ayat Kitab Allah dibacakan kepada mereka di
dunia dengan jelas dan terperinci, namun mereka
mendustakannya.
Mereka bahkan mundur ke belakang sembari berpaling
meninggalkannya karena tidak suka mendengarkannya. Inilah
kondisi manusia ketika ia tidak beriman kepada al-Qur‟an.
Bahwa ia akan mundur ke belakang, sebab jika ia mengikuti
al-Qur‟an, ia pasti akan maju ke depan. Namun jika ia

40 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

berpaling darinya, ia akan mundur dan bahkan turun ke derajat


yang terendah.10
Maka alih-alih ia berjalan maju ke depan-sebagaimana ia
diciptakan oleh Allah Ta‟ala-, ia rupanya malah berjalan
mundur ke belakang. Ia seakan-akan ditarik dengan kuat
hingga mengubah arah arah perjalanannya, karena ia sendiri
tidak mengetahui jalan-jalan hidayahnya, hingga ia berjalan
tak tentu arah dalam lembah kehidupan tanpa petunjuk, seperti
orang yang berjalan dengan punggungnya tanpa mengetahui
dimana kakinya berpijak.11
Dan Allah Ta‟ala telah menjelaskan-pada bagian lain
dalam al-Qur‟an-bahwa mereka orang-orang kafir itu bila
dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, mereka tidak hanya
sekedar berpaling meninggalkannya, namun mereka bahkan
ingin sekali mengganggu atau menyerang orang yang
membacakannya untuk mereka; akibat besarnya kebencian
mereka padanya. Hal itu disebutkan dalam firman Allah
Ta‟ala:
“Dan apabila dibacakan atas mereka ayat-ayat Kami yang
jelas, engkau akan dapati pengingkaran pada wajah-wajah
orang-orang kafir, hampir-hampir saja mereka menyerang
orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami pada
mereka.” (QS. al-Hajj: 72)
Dan sebab pengingkaran dan kekufuran mereka terhadap al-
Qur‟an adalah sikap angkuh dan takabur mereka. Karena itu,
Allah Ta‟ala mengatakan: “…dengan menyombongkan diri
terhadap al-Qur‟an sembari mengucapkan perkataan-
perkataan keji terhadapnya ketika kalian bercakap-cakap di
malam hari…” (al-Mu‟minun: 67), dan juga karena al-Qur‟an
mengingatkan mereka akan aib-aib mereka sendiri.
Orang-orang Quraisy memang biasa duduk begadang
dalam berbagai majlis di sekitar Ka‟bah untuk membicarakan
kebatilan dan kekufuran mereka, maka Allah pun mencela
perbuatan mereka itu. Dan umumnya majlis mereka berisi
pembicaraan tentang al-Qur’an dan serangan terhadapnya,

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 41


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

dengan menyebutnya sebagai sihir, syair, dan yang


semacamnya.

BERPALING DARI AL-QURAN

Firman Allah Ta‟ala:


“Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka
sungguh baginya kehidupan yang sempit dan akan Kami
bangkitkan ia pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS.
Thaha: 124)
Makna “Peringatan-Ku”
Yang dimaksud dengan “peringatan-Ku” (Dzikry) menurut
mayoritas ulama tafsir adalah al-Qur‟an. Al-Baghawy
rahimahuLlah menafsirkan firman Allah Ta‟ala: “Dan
barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku…” dengan
mengatakan: “Maksudnya adalah al-Qur‟an, dimana
maknanya adalah bahwa ia tidak mengimani dan tidak
mengikutinya.”
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan: “Maka yang
dimaksud dengan „Peringatan‟-Nya adalah Kalam-Nya yang
diturunkan kepada Rasul-Nya. Dan „berpaling darinya‟
artinya tidak mentadabburi dan merenungkannya.”15
Yang Dimaksud Dengan “Kehidupan yang Sempit”
Kebanyakan penjelasan yang terdapat dalam kitab-kitab
Tafsir tentang “Kehidupan yang sempit” menjelaskan bahwa
ia adalah adzab kubur.
Dan pada dasarnya al-Dhank secara bahasa bermakna: berat
dan sempit. Sehingga dikatakan: manzilun dhankun (rumah
yang sempit) dan „aisyun dhankun (kehidupan yang berat).16
Dan penjelasan yang paling shahih tentang makna “kehidupan
yang sempit” adalah bahwa ia mencakup kehidupan dunia-
berupa semua kegelisahan, ketakutan dan rasa sakit yang

42 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

menimpa orang yang berpaling dari al-Qur‟an, yang


merupakan adzab yang disegerakan datangnya oleh Allah-,
alam barzakh dan kehidupan akhirat; sebab “kehidupan yang
sempit” dalam ayat ini disebutkan secara mutlak tanpa diikat
oleh penjelasan apapun.
“Maka jiwa-jiwa para ahli bid‟ah, orang-orang yang berpaling
dari Allah, yang lalai kepada Allah dan para pelaku maksiat,
mereka itu telah masuk ke dalam neraka (dunia) sebelum
kelak mereka masuk ke dalam neraka yang terbesar.
Sementara jiwa-jiwa orang shaleh merasakan kenikmatan
(dunia) sebelum mereka merasakan kenikmatan yang paling
besar. Allah berfirman: „Sesungguhnya orang-orang baik itu
dalam kenikmatan. Dan sesungguhnya orang-orang jahat itu
dalam neraka.‟ (al-Infithar: 13-14). Dan ini mereka alami di
3 fase kehidupan mereka (dunia, barzakh dan akhirat-penj),
bukan hanya di kehidupan akhirat.”

Yang Dimaksud Dengan “Kebutaan”


Allah Ta‟ala mengatakan tentang orang yang berpaling dari
al-Qur‟an al-Karim: “Dan akan Kami bangkitkan mereka
pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (Thaha: 124)
Para ahli tafsir berbeda pandangan dalam menjelaskan
bagaimana orang yang berpaling itu dikumpulkan pada hari
kiamat dalam keadaan buta; apakah yang dimaksud adalah
buta mata hatinya atau buta mata penglihatannya? Terdapat 2
pendapat dalam hal ini:
Pendapat pertama, bahwa yang dimaksud adalah buta mata
hati. Maksudnya bahwa ia buta terhadap hujjah, sehingga ia
tidak memiliki hujjah yang dapat menuntunnya, karena
manusia tidak memiliki hujjah lagi terhadap Allah setelah
diutusnya para rasul.18
18
Pendapat kedua: bahwa ia buta penglihatan, sehingga tidak
dapat melihat apapun.
Pengompromian Kedua Pendapat Tersebut

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 43


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

Al-Allamah Ibnul Qayyim telah mengompromikan kedua


pendapat tersebut: bahwa kelak terdapat 2 pengumpulan:
pertama, pengumpulan dari kubur menuju padang mahsyar,
dan kedua, pengumpulan dari padang mahsyar menuju tempat
yang tetap (abadi).
Maka orang kafir yang berpaling dari al-Qur‟an pada saat
pengumpulan pertamanya dibutakan mata hatinya, bukan
mata penglihatannya. Dan di pengumpulan keduanya, ia
dibutakan mata hati dan penglihatannya. Semoga Allah
memberi kita perlindungan.

WAJAH-WAJAH YANG MURUNG


Firman-Nya Ta‟ala:
“Dan bila dibacakan atas mereka ayat-ayat Kami yang jelas,
engkau menemukan pengingkaran di wajah orang-orang
kafir. Hampir saja mereka melempari orang-orang yang
membacakan atas mereka ayat-ayat Kami. Katakanlah
(wahai Muhammad): „Apakah akan aku kabarkan kepada
kalian apa yang lebih buruk dari itu semua? (Itulah) neraka
yang dijanjikan Allah kepada orang-orang kafir, dan itulah
seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. al-Hajj: 72)

Yang Dimaksud “Ayat-Ayat Kami”


Ibnu „Asyur rahimahuLlah berkata: “Dan (yang
dimaksud) „ayat-ayat‟ adalah al-Qur‟an bukan mukjizat-
mukjizat yang lain, berdasarkan Firman-Nya: „Dan apabila
dibacakan atas mereka ayat-ayat‟.”25

Dalam hal ini, ayat-ayat al-Qur‟an bahwa ia “jelas”,


untuk memperberat keadaan orang yang mengingkarinya

44 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

padahal ia sedemikian jelasnya. Sebab sama sekali tidak ada


alasan bagi para pengingkarnya.26 Maka ayat-ayat itu
mengandung bukti-bukti rasional dan penjelasan terhadap
hukum-hukum.27

Yang Dimaksud “Pengingkaran”


Para ulama tafsir memiliki beberapa pendapat tentang apa
yang dimaksud “pengingkaran” dalam ayat ini, namun
perbedaan tersebut termasuk dalam kategori “perbedaan
variatif” dan bukan “perbedaan kontradiktif”. Pendapat-
pendapat itu adalah sebagai berikut:
1. Ketidaksukaan terhadap al-Qur‟an itu nampak pada wajah-
wajah mereka. Ini dikatakan oleh al-Kalby.28
2. Sikap sombong dan tinggi hati (takabur).29
3. Rasa marah dan wajah masam.30
4. Kegelisahan, kesedihan dan kebencian.31
5. Wajah-wajah mereka berubah karena mendengarkan al-
Qur‟an.32
6. Mereka mengingkari bahwa al-Qur‟an itu berasal dari
Allah

Yang Dimaksud “al-Sathwu”


Al-Sathwu adalah gangguan yang besar.34 Al-Farra‟
mengatakan terkait Firman Allah: “Hampir saja mereka
melempari orang-orang yang membacakan atas mereka ayat-
ayat Kami” bahwa: “…yang dimaksud adalah penduduk
Mekkah. Mereka dahulu jika mendengarkan seseorang dari

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 45


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

kaum muslimin membacakan al-Qur‟an, mereka pun


mengganggunya.”35
Maka ayat yang mulia ini menggambarkan kondisi
kaum kafir ketika mendengarkan al-Qur‟an yang agung. Salah
satu bukti betapa kerasnya kebencian mereka terhadap al-
Qur‟an. Terlihat di wajah mereka kesuraman, kejengkelan,
kemarahan dan emosi, dimana hal ini nyaris berubah menjadi
tindakan untuk menghabisi siapa saja yang membacakan al-
Qur‟an kepada mereka.
Sehingga mereka tidak menghadapi argumentasi
dengan argumentasi, dan tidak menjawab dalil dengan dalil.
Namun dalam kondisi seperti ini, mereka justru hanya
menggunakan cara kekerasan, ketika mereka tidak didukung
oleh argumentasi dan memiliki dalil yang lemah.
Al-Syaukani rahimahullah mengatakan: “Dan
demikianlah, Anda akan melihat para ahli bid‟ah itu jika
seorang dari mereka mendengarkan seorang ulama
membacakan ayat-ayat al-Qur‟an kepada mereka, atau dari
sunnah nabi yang shahih, yang semuanya bertentangan
dengan kebatilan dan kesesatan yang mereka yakini; maka
Anda akan melihat pengingkaran di wajahnya sehingga
seandainya ia mampu, ia akan menyerang sang ulama tersebut
dengan serangan yang tidak pernah ia lakukan terhadap kaum
musyrikin. Dan kami telah melihat dan menyaksikan apa yang
dilakukan para ahli bid‟ah yang tidak dapat dilukiskan dengan
kata-kata.”

Dan ini berbeda dengan kondisi kaum beriman yang


konsisten dan tunduk kepada Kitabullah dan Sunnah. Mereka
saat mendengarkan al-Qur‟an akan bertambah keimanan

46 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

mereka dari yang telah ada sebelumnya. Sebagaimana Allah


Ta‟ala memuji mereka dalam firman-Nya:
“Dan apabila dibacakan atas mereka ayat-ayatNya,
bertambahlah iman mereka.” (QS. al-Anfal: 2)
Semoga Allah memasukkan kita semua dalam golongan
mereka.

E. BALASAN BAGI ORANG YANG MENINGGALKAN


AL-QURAN
Allah Ta‟ala berfirman:
“Katakanlah (wahai Muhammad): „Apakah kalian ingin aku
kabarkan tentang yang lebih buruk dari itu?‟” Maksudnya:
apakah kalian ingin aku kabarkan tentang hal yang jauh lebih
dahsyat dan tidak menyenangkan daripada mendengarkan al-
Qur‟an.39
“Neraka”, yaitu neraka yang “telah dijanjikan Allah untuk
orang-orang kafir” pada hari kiamat, “dan ia adalah seburuk-
buruk tempat kembali”, maka itulah seburuk-buruk tempat
kembali bagi siapa saja yang meninggalkan al-Qur‟an.
Dan ayat ini menggunakan kalimat “dijanjikan” untuk
mengolok-olok dan merendahkan mereka, karena “janji”
biasanya selalu digunakan untuk hal-hal yang baik,
sebagaimana dalam Firman Allah Ta‟ala: “Maka berikanlah
kabar gembira kepada mereka dengan siksa yang pedih.” (al-
Insyiqaq: 24). Maka ketika orang kafir itu mendengarkan
“kabar gembira”, ia mengharapkan kebaikan, namun tiba-tiba
ia dikejutkan dengan siksa yang pedih. Dan ini tentu sangat
menyakitkan mereka.
Diantaranya juga Firman Allah Ta‟ala:

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 47


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

“Dan jika mereka meminta pertolongan, mereka akan


ditolong dengan air yang seperti minyak panas yang
melelehkan wajah.” (QS. al-Kahfi: 29)
Karena kekecewaan dan keputusasaan jiwa-setelah
sebelumnya ada harapan- itu jauh lebih menyiksa daripada
siksa itu sendiri.
F. Evaluasi / Soal Latihan
Coba anda cari kisah orang-orang yang mengabaikan
Al-Qur’an dan tuangkan dalam mind mapping bagaimana
pendapat anda terhadap kisah tersebut.

48 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

BAB 5
KISAH ORANG-ORANG YANG
DEKAT DENGAN AL-QURAN

A. Tujuan Pembelajaran
Agar mahasiswa mengetahui kisa-kisah orang yang
dekat dengan Al-Qur’an dan meneladaninya.

B. UTSMAN BIN AFFAN BERSAHABAT DENGAN AL-


QURAN

Dari Abi Abdurrahman as-Sulami, ia berkata, “Para


pembaca Alquran –semisal Utsman bin Affan, Abdullah bin
Mas’ud, dll- bercerita kepada kami bahwa mereka belajar dari
Rasulullah 01 ‫ ﷺ‬ayat. Mereka tidak menambahnya sampai
memahami makna kandungannya dan mengamalkannya.
Mereka berkata, ‘Kami mempelajari Alquran; memahaminya,
sekaligus mempraktikkannya’. Oleh karena itu, para sahabat
butuh beberapa waktu untuk menghafalkan satu surat. Semua
itu karena Allah Ta’ala berfirman,

‫ب‬ ْ ‫اركٌ ِليَدَّب َُّروا آيَاتِ ِه َو ِليَتَذَ َّك َر أُولُو‬


ِ ‫األلبَا‬ َ َ‫ِكتَابٌ أ َ ْنزَ ْلنَاهُ إِلَي َْك ُمب‬

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu


penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-
ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai pikiran.” (QS. Shaad: 29).”

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 49


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

Dari Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu, Rasulullah ‫ﷺ‬


bersabda,

ُ‫َخي ُْر ُك ْم َم ْن ت َ َعلَّ َم ْالقُ ْرآنَ َو َعلَّ َمه‬

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Alquran


dan mengamalkannya.” (HR. Bukhari).

Di antara murid-murid Utsman bin Affan yang paling terkenal


adalah Abu Abdurrahman as-Sulami, al-Mughirah bin Abi
Syihab, Abu al-Aswad, dan Wazir bin Hubaisy (Tarikh al-
Islami oleh Imam adz-Dzahabi, 1: 467).

Quote Utsman Tentang Alquran

Sejarah telah mencatat kalimat-kalimat penuh hikmah


dari Utsman bertutur tentang Alquran. Ia berkata,

“Jika hati kita suci, maka ia tidak akan pernah puas dari kalam
Rabb nya.” (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah, bab al-Adab wa
at-Tasawwuf).

Beliau juga mengatakan, “Sungguh aku membenci,


satu hari berlalu tanpa melihat (membaca) Alquran.” (al-
Bidayah wa an-Nihayah oleh Ibnu Katsir, 10: 388).

Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu mengatakan,


“Bagian dunia yang kucintai ada tiga: (1) mengenyangkan
orang yang lapar, (2) memberi pakaian mereka yang tak
punya, dan (3) membaca Alquran”. (Irsyadul Ibad li Isti’dadi
li Yaumil Mi’ad, Hal: 88).

Dalam kesempatan lainnya, Utsman berkata, “Ada


empat hal ketika nampak merupakan keutamaan. Jika
tersembunyi menjadi kewajiban. (1) Berkumpul bersama
orang-orang shaleh adalah keutamaan dan mencontoh mereka

50 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

adalah kewajiban. (2) Membaca Alquran adalah keutamaan


dan mengamalkannya adalah kewajiban. (3) Menziarahi
kubur adalah keutamaan dan beramal sebagai persiapan untuk
mati adalah kewajiban. (4) Dan membesuk orang yang sakit
adalah keutamaan dan mengambil wasiat darinya adalah
kewajiban”. (Irsyadul Ibad li Isti’dadi li Yaumil Mi’ad, Hal:
90).

Utsman juga berkata, “Ada 10 hal yang disia-siakan:


Orang yang berilmu tapi tidak ditanyai. Ilmu yang tidak
diamalkan. Pendapat yang benar namun tidak diterima.
Senjata yang tidak digunakan. Masjid yang tidak ditegakkan
shalat di dalamnya. Mush-haf Alquran yang tidak dibaca.
Harta yang tidak diinfakkan. Kendaraan yang tidak dipakai.
Ilmu tentang kezuhudan bagi pencinta dunia. Dan usia
panjang yang tidak menambah bekal untuk safarnya (ke
akhirat).” (Irsyadul Ibad li Isti’dadi li Yaumil Mi’ad, Hal: 91).

Tidak jarang, Allah al-Hakim mewafatkan seseorang


sedang melakukan kebiasaannya ketika hidup. Demikian pula
yang terjadi pada Utsman. Ia amat dekat dan selalu bersama
Alquran. Hingga ia wafat pun sedang membaca Alquran.

Dialah Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu. Salah


seorang khalifah rasyid yang diikuti sunnahnya.
Persahabatanya begitu dengan Nabi yang mulia, Muhammad
‫ﷺ‬. Ia adalah di antara sahabatnya yang paling istimewa.
Dan ia pula laki-laki yang menikahi dua putri Rasulullah ‫ﷺ‬.
Cukuplah sebuah riwayat dari Sufyan bin Uyainah berikut ini
untuk mengetahui kedudukan Utsman di sisi Rasulullah ‫ﷺ‬.

Dari Sufyan bin Uyainah, dari Ja’far bin Muhammad,


dari ayahnya, ia berkata, “Rasulullah ‫ ﷺ‬apabila duduk,
maka Abu Bakar duduk di sebelah kanannya, Umar di sebelah

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 51


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

kirinya, dan Utsman di hadapannya. Ia menulis rahasia


Rasulullah ‫ﷺ‬.” (Tarikh Dimasy oleh Ibnu Asakir, 26: 344).

C. KISAH PENGGEMBALA KAMBING YANG


MENGHAFAL AL-QURAN
Ia sengaja tidak memiliki radio dan televisi. Ia
sengaja tidak membaca koran dan mengetahui peristiwa-
peristiwa yang terjadi di seluruh dunia. Tapi ia ingin hanya
tahu informasi dari Allah dari al-Quran.

Seorang penggembala kambing, sebut saja namanya


Urwah, dari negara Kuwait menceritakan kisahnya seperti
yang ditulis oleh Syeikh Hamdan Hamud Al-Hajiri dalam
kitabnya “Auladuna, Kaifa Yahfazhunal Qur`an”. Berikut
adalah kisahnya.

Pada saat berangkat, aku merasakan dua hal yang


berbeda pada waktu yang bersamaan. Di satu sisi aku merasa
sedih karena harus berpisah dengan keluarga di kampung,
namun di sisi lain aku merasa senang karena bisa pergi ke
Arab Saudi. Ini kali pertama aku masuk bandara dan
berpergian dengan pesawat terbang. Perasaan pun bercampur
aduk, antara gembira, sedih, dan rasa takut. Semuanya aku
rasakan saat itu.

Aku tidak sempat memikirkan tentang pekerjaan dan


di mana aku akan bekerja setelah mendapatkan panggilan dari
seseorang di Arab Saudi. Bagiku yang hanya lulusan SMA ini,
diterima bekerja di Arab Saudi saja adalah sesuatu yang hebat;
karena jarang bagi kalangan menengah ke bawah di
kampungku untuk pergi ke luar negeri. Apapun pekerjaannya,
yang penting halal dan hasilnya dapat aku tabung untuk
kembali ke Kuwait.

52 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

Tak terasa, muncul dalam pikiranku tentang pakaian


ihram yang ingin aku gunakan pada musim haji dan cita-
citaku untuk menghafal al-Quran selama berada di Arab
Saudi. Inilah cita-citaku semenjak lama. Sungguh aku akan
berusaha menghadapi semua kesulitan untuk menggapai cita-
citaku itu.

Perasaan takut lalu berubah menjadi tenang ketika aku


tenggelam bersama cita-citaku tersebut. Namun, pikiranku
seketika buyar bersamaan dengan datangnya seorang petugas
bandara yang meminta paspor. Aku lalu menyerahkan
pasporku kepadanya. Petugas itu bertanya,

“Apa pekerjaanmu? Penggembala kambing?”

“Iya.“

Aku jawab dengan tegas pertanyaannya.

Setelah mengambil barang bawaan, aku keluar


bandara. Aku melihat namaku yang tertulis di kertas besar
dibawa oleh seseorang. Ternyata, dia adalah majikanku. Dia
menyambutku dengan senyuman.

Setelah itu, aku masuk mobil majikanku yang tengah


parkir di sana. Aku melihat lampu kota dari kejauhan yang
perlahan menghilang seiring dengan laju kendaraan yang
membawa kami. Pertanyaan demi pertanyaan datang silih
berganti dari majikanku. Berapa tahun kamu pernah
menggembala kambing? Apakah engkau dapat mengenali
penyakit-penyakit kambing? Dan banyak pertanyaan lainnya.

Setelah pertanyaan-pertanyaan yang banyak, rasa


kantuk mulai menguasaiku. Majikanku mulai memberikan
nasihat-nasihat, “Jangan kamu putus asa! Janganlah kamu
takut! Kamu harus bersemangat dan bersungguh-sungguh.”

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 53


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

Kami sampai di kemah kecil setelah melalui jalan-


jalan yang berliku. Kemudian majikanku berkata, “Inilah
tempat tinggalmu.” Aku merasa senang dengan tempat yang
luas serta suasana yang tenang dan indah. Kemahku berada di
dataran tinggi yang dikelilingi oleh tumpukan jerami dan
gandum. Dalam kemahku yang sederhana terdapat sebuah
ruangan kecil yang berfungsi sebagai dapur.

Pagi harinya, aku menunaikan shalat Subuh setelah


terbangun dari tidurku yang pulas karena baru pertama kali
melakukan perjalanan yang jauh.

Hari Pertama Mengembala

Pengembala kambing, ya tetap pengembala kambing.


Aku tidak menyesal bekerja sebagai pengembala kambing lagi
di negeri yang jauh dari negeriku. Meskipun di negaraku juga
bisa mengembala kambing, tapi seperti yang aku katakan,
cita-citaku ke Arab Saudi adalah menunaikan ibadah haji dan
menghafal Al-Qur`an hingga 30 juz.

Aku memulai hari pertamaku bekerja. Aku lihat


kambing gembalaanku satu persatu, lalu aku membiarkannya
berjalan di depan, dan aku mengikutinya sambil membawa
bekal untuk makan siang nanti. Aku tunggangi pungung
kudaku dan berdoa seperti yang tercantum dalam firman Allah
Ta’ala,

“Mahasuci (Allah) yang telah menundukkan semua ini bagi


kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya
”(QS. Az-Zukhruf: 13)

Debu-debu beterbangan dari bekas pijakan kaki


kambing yang sedang berjalan dengan perlahan. Aku hidup di
gurun, bukan di tanah subur yang mana seseorang bisa
mengembalakan kambingnya dengan mudah. Memang butuh

54 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

perjuangan yang hebat untuk mencari tempat pengembalaan


kambing.

Dari kejauhan, sebuah kemah mulai terlihat. Kemah


itu adalah tempat tinggal pengembala kambing yang juga
bekerja dengan majikanku. Di sana ada beberapa orang yang
tengah beristirahat. Sesampai di sana, setelah
memperkenalkan diri kepada teman-teman dengan profesi
yang sama, aku langsung berwudhu, lantas
mengumandangkan azan untuk shalat Zuhur. Gema suara
azanku terdengar di sekeliling kami. Setelah merasa aman
karena kambing-kambing gembalaan berada tidak jauh
dariku, maka aku mengerjakan shalat berjamaah. Setelah itu,
aku meneruskan perjalananku yang jauh.

Dalam perjalanan, aku teringat akan keluargaku dan


penduduk kampungku. Aku teringat pula waktu awal
menghafal Al-Quran di negeriku. Yang paling kuingat adalah
ucapan ayahku. Beliau berpesan agar aku menghafal Al-
Qur`an hingga khatam. Aku berkata dalam hati, “Ini adalah
kesempatan yang tak tergantikan dengan apa pun dan
merupakan ‘harta rampasan’ yang didapat tanpa susah payah,
karena aku tidak mempunyai kesibukan yang menghalangiku
untuk melaksanakan pesan ayahku itu.”

Tatkala tiba waktu pulang, aku telah mengambil


sebuah keputusan yang sangat penting, yaitu aku akan mulai
menghafal Al-Quran selama di Arab Saudi ini, Insya Allah.
Ya, aku akan menghafal Al-Qur`an. Aku bersyukur kepada
Allah atas petunjuk-Nya dan atas waktu yang kosong ini. Lagi
pula, pekerjaanku berada di luar kota yang jauh dari
kebisingan. Walaupun kehidupan di sini sulit dan keras, tetapi
aku merasa senang karena tidak ada waktu untuk bergunjing,
mengadu domba, dan memfitnah orang lain. Suasana
pekerjaanku sangat kondusif dan jauh dari semua hal-hal yang
tidak berguna.

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 55


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

Kemudian aku pulang ke kemahku dengan kelelahan.


Sebelum masuk kemah, domba dan kambing terlebih dahulu
digiring menuju ke sumber air. Kemudian aku mengambil air
wudhu dan mengumandangkan azan Maghrib di kemahku.
Bersama teman-teman yang lain aku mengerjakan shalat
maghrib berjamaah.

Inilah hari pertamaku kerja di negeri ini dan


demikianlah hari-hariku yang lain, kecuali hari Jum’at; karena
pada waktu itu aku melakukan shalat Jum’at.

Hari demi hari berlalu dan tibalah musim haji.


Majikanku yang baik hati mengizinkanku pergi ke Makkah
untuk melaksanakan ibadah haji. Singkat cerita, setelah
selesai, aku kembali ke tempat majikanku yang berada di
wilayah timur negara Arab Saudi. Aku sudah berterus terang
kepada majikanku bahwa tujuan utamaku ke Arab Saudi
selain untuk bekerja adalah melaksanakan ibadah haji.
Namun, dia menanggapinya dengan senyuman seraya berkata,
“Bersabarlah sebentar, tinggallah beberapa bulan lagi di sini.”

Oleh karena itu, tidak ada hal lain lagi yang


kuharapkan selain menuntaskan hafalan al-Quran. Maka
dengan sungguh-sungguh aku membulatkan tekadku untuk
itu. Aku selalu berusaha, bersabar, dan berdoa kepada Allah
Ta’ala agar memberikanku petunjuk-Nya untuk menghafal al-
Quran sehingga akhirnya Allah Ta’ala memberikan karunia-
Nya, yang mana aku dapat mengkhatam hafalan Al-Quran
sekitar 10 bulan lebih semenjak datang ke Arab Saudi. Apakah
engkau ingin mengetahui bagaimana aku bisa menghafal al-
Quran?

Mulai Menghafal Al-Quran

Pada setiap pagi setelah shalat subuh aku menghafal


ayat-ayat al-Quran sebanyak dua lembar. Setelah mengembala

56 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

kambing, dan hendak pulang ke kemah, aku mengulang


kembali hasil hafalanku yang kudapat pagi tadi, lalu hafalan
itu diulang kembali pada keesokan harinya.

Keesokan harinya, sebelum berangkat menggembala


kambing, aku mengulangi hafalanku yang kemarin. Apabila
hafalanku yang kemarin itu sudah mantap, maka aku mulai
menambah hafalanku dengan ayat-ayat yang baru. Hal yang
sama juga aku lakukan ketika pulang ke kemah, yakni
mengulangi kembali hasil hafalanku pagi tadi dan mengulang
kembali hafalan hari ini pada keesokan harinya lagi. Adapun
hari Kamis dan Jum’at aku khususkan untuk mengulang
semua hafalanku.

Pada saat beristirahat, salah seorang temanku -yang


menceritakan kisah ini kepada Syeikh Hamdan Hamud Al-
Hajiri- bertanya sambil terheran-heran, “Kamu tidak
memiliki radio dan televisi. Kamu juga tidak membaca koran,
lalu bagaimana kamu mengetahui peristiwa-peristiwa yang
terjadi di seluruh dunia. Kamu benar-benar terpisah dari dunia
luar.”

Sambil membetulkan posisi duduk, aku katakan,


“Sungguh, rasa khawatirku terhadap sesuatu menjadi
berkurang. Pada waktu kosong ini, aku sibuk memeriksa
penyakit kambing-kambingku atau menjahit bajuku yang
sobek. Inilah kejadian-kejadian yang luar biasa bagi diriku.
Adapun kabar terhangat adalah kabar yang disebutkan dalam
firman Alah Ta’ala, Tuhan semesta alam. Sementara itu,
peristiwa yang paling agung adalah peristiwa diutusnya para
nabi beserta orang-orang beriman yang mengikutinya,
bagaimana dakwah mereka dan cobaan yang menimpa
mereka. Bagi saya, berita-berita yang ada koran dan majalah
tidak begitu penting. Biarlah saya menyibukkan diri dengan
kabar yang datang dari Tuhan yang disembah para makhluk di
dunia ini.”

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 57


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

Subhanallah, sungguh kuat keinginan si pengembala


kambing ini untuk mengisi hari-harinya dengan al-Quran.
Kesibukan bekerja bukanlah sebuah alasan baginya untuk
tidak menghafal al-Quran. Hal yang terpenting bagi kita
adalah berniat sepenuh hati untuk menghafal al-Quran, lalu
melaksanakannya, kemudian istiqamah (kosisten)
menjalaninya.

Seharusnya, kecanggihan teknologi pada masa ini kita


manfaatkan untuk menghafal Al-Quran. Pada masa dahulu,
barangkali cuma ada kaset atau cakram padat (CD) yang bisa
kita dengarkan untuk menghafal atau mengulang hafalan Al-
Quran. Pada masa sekarang, banyak rekaman para qari Timur
Tengah maupun dalam negeri dalam format MP3 yang bisa
kita unduh dari situs resmi, lalu kita simpan dalam telepon
genggam, sehingga bisa didengar kapan pun kita inginkan.
Daripada mendengarkan musik yang hukumnya masih
diperdebatkan oleh para ulama, lebih baik mendengar tilawah
Al-Quran. Mengerti atau tidak maknanya, Anda sudah
mendapatkan pahalanya.

Jangan terpengaruh oleh ucapan orang, “Untuk apa


menghafal Al-Quran, toh kamu tidak mengerti.” Atau, “Yang
penting adalah mengamalkan Al-Quran, bukan sekadar
menghafalnya.”

Itu hanya ucapan orang-orang yang tidak mau


menghafal Al-Quran. Dia tidak tahu bahwa membaca dan
menghafal itu pintu pertama untuk mengerti dan
mengamalkan Al-Qur`an. Bukankah waktu kecil dulu kita
disuruh membaca dan menghafal bacaan shalat secara
sempurna tanpa mengetahui maknanya sama sekali? Atau
bahkan sebagian dari kita masih belum mengerti apa yang dia
baca sampai sekarang?

58 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

Tunggu apalagi, marilah kita menghafal Al-Quran


selagi hayat masih di kandung badan. Berusaha untuk
menghafal Al-Quran dengan membacanya berarti kita
memperbanyak satu ibadah lainnya, yakni menyeringkan
bacaan Al-Quran. Banyak hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam yang menganjurkan kita untuk membaca Al-Quran, di
antaranya adalah yang diriwayatkan dari Abu Umamah Al-
Bahili, yang mana dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Bacalah Al Qur`an,
karena ia akan datang memberi syafaat kepada para
pembacanya pada hari kiamat nanti.” (HR. Muslim).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga


bersabda, “Sesungguhnya Allah akan memuliakan suatu kaum
dengan kitab ini (Al Qur`an) dan menghinakan yang lain.”
(HR. Muslim, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa


Sallam bersabda, “Orang yang paling baik di antara kalian
adalah seorang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya
(kepada orang lain).” (HR. Al-Bukhari, Abu Dawud, dan
At-Tirmidzi).

D. USAID BIN HUDHAIR, JAGOAN YANG DICINTAI


MALAIKAT
Usaid bin Hudhair sangat mencintai Alquran. Ia bagai
orang kehausan di padang yang panas, lalu mendapatkan jalan
menuju mata air yang sejuk.

Dicintai Malaikat

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 59


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

Suatu malam, Usaid duduk di beranda belakang rumahnya.


Anaknya, Yahya, tidur di dekatnya. Kuda yang selalu siap
untuk berperang ti sabilillah, diikat tidak jauh dari tempat
duduknya.
Suasana malam tenang dan hening. Permukaan langit jernih
tanpa mendung. Usaid tergerak untuk membaca ayat AI-
Qur'an yang suci.
“Alif lam miim, Inilah Kitab (Alquran) yang tidak ada
keraguan padanya; menjadi petunjuk bagi orang-orang yang
bertakwa, yaitu orang-orang yang beriman kepada yang gaib
yang menegakkan shalat, dan yang menafkahkan sebagian
rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka
yang beriman kepada Kitab (Alquran) yang diturunkan
kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum
kamu, serta mereka yang yakin akan adanya (kehidupan)
akhirat." (QS. Al-Baqarah: 1-4).
Mendengar bacaan tersebut, tiba-tiba kuda yang sedang
ditambat lari berputar-putar. Hampir saja tali pengikatnya
putus. Ketika Usaid diam kuda itu diam dan tenang. Usaid
melanjutkan lagi bacaannya.
“Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Rabb-nya, dan
merekalah orang yang beruntung.” (QS. Al-Baqarah: 5).

Kembali kuda Usaid berputar-putar lebih hebat dari


semula. Ketika ia memandang ke langit, ia mendapati
pemandangan bagai payung yang mengagumkan. Ia belum
pernah melihat pemandangan serupa itu sebelumnya.
Awan itu indah berkilau, bergantung seperti lampu
memenuhi ufuk, bergerak naik dengan sinarnya yang terang.
Kemudian perlahan-lahan menghilang dari pandangan.

60 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

Esok harinya, Usaid pergi menemui Rasulullah SAW


menceritakan peristiwa yang dialaminya. Rasulullah berkata,
“Itu adalah malaikat yang ingin mendengarkan engkau
membaca Alquran. Seandainya engkau teruskan, pastilah akan
banyak orang yang bisa melihatnya. Pemandangan itu tidak
akan tertutup dari mereka.” (HR. Bukhari-Muslim).
Usaid bin Hudhair hidup sebagai seorang ahli ibadah. Harta
benda dan jiwa raga yang dimilikinya diserahkan sepenuhnya
untuk perjuangan Islam. Bagi Usaid tidak ada puncak
keindahan dan kemenangan dalam perjalanan hidupnya selain
bila cahaya Islam terus bersinar.

Pandangan hidup yang seperti itu mengantarnya


memperoleh julukan sebagai, “Sebaik-baik laki-laki, Usaid
bin Hudhair!” kata Rasulullah SAW. Usaid ditakdirkan Allah
sempat melihat kepemimpinan Khalifah Umar Al-Faruq yang
tegas, adil dan bijaksana. Dan pada bulan Sya’ban tahun 20
Hijriyah, ia berpulang keharibaan Allah SWT menyusul
syuhada

syuhada yang telah mendahuluinya. Amirul Mukminin Umar


bin Khathab tidak mau ketinggalan turut serta memikul sendiri
jenazah tokoh Anshar ini di atas bahunya menuju taman
makam syuhada di Baqi.

E. BAGIKU, MEMBACA AL-QURAN ADALAH


KENIKMATAN TERBAIK YANG ADA DI DUNIA INI

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 61


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

Syaikh Umar bin Muqbil hafizhahullah, yang berkisah


tentang orang tua ahli ibadah. Orang tua yang begitu cinta
dengan Alquran. Orang tua yang tidak hendak berharap dunia
dengan anugerah penglihatannya, ia hanya berharap bisa
memanfaatkan kedua matanya untuk memandangi kalam
Rabbnya. Ia adalah Bapak Shaleh Abid. Kira-kira 10 tahun
Syaikh Umar Muqbil dan Pak Shaleh sering bersama dan
menjalin hubungan dekat.

Syaikh Umar mengisahkan, “Aku dekat dengan Pak


Shaleh kurang lebih selama 10 tahun. Sejak aku bertugas
menjadi khatib di Markaz Raudhah al-Hasu, di wilayah
Qashim, Arab Saudi. Pak Shaleh adalah seorang yang
dihormati di tengah keluarganya. Ia juga merupakan seorang
figur dalam masalah agama bagi mereka. Sekarang, sudah 5
tahun beliau wafat. Meninggalkan kami semua”, ungkap
Syaikh Umar membuka kisahnya.

“Menurutku, sangat jarang orang sepertinya. Di


kalangan keluarganya pun ia teramat istimewa. Sangat pantas
menjadi teladan. Sosoknya mengingatkanku kepada generasi
terdahulu umat ini”.

Ia melanjutkan, “Pak Shaleh termasuk orang yang


paling banyak membaca Alquran yang pernah aku lihat.
Walaupun ia bukan seorang yang dikenal mengkhususkan diri
dengan ilmu agama. Namun amalannya mendekati kebiasaan
para ulama”,

“Ia terbiasa mengkhatamkan 30 juz Alquran hanya


dalam tiga hari. Suaranya lantang dan menggema ketika
membaca kalam Ilahi itu. Mungkin, orang-orang yang berada
di halaman masjid pun dapat mendengar lantunan tilawahnya.
Itulah kebiasaannya. Mengangkat suara ketika bertilawah”,

62 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

“Aku senang sekali duduk-duduk bersamanya.


Berdekatan dengannya adalah momen luar biasa bagi para
juru dakwah dan juga bagi pelajar ilmu agama”. Menurut
Syaikh Umar, Pak Shaleh sangat menghargai orang yang
duduk bersamanya. Ia terlihat begitu bahagia melayani lawan
bicara. Sehingga kebahagiaannya merambat ke sekelilingnya,
membuat orang lain turut berbahagia. Menularkan energi
positif yang menghilangkan duka dan gelayut pikiran tidak
nyaman karena beban kehidupan. Syaikh Umar mengatakan,
“Kebahagiaan yang ia pancarkan tatkala duduk-duduk
bersama bagaikan perasaan seorang pengantin. Kesan itulah
yang kutangkap tiap kali kulihat dia. Keceriaan begitu
memancar dari wajahnya”.

“Ia mudah tersentuh dan meneteskan air mata. Jika


Anda bercerita kepadanya tentang kisah-kisah orang-orang
shaleh, maka ia dengan mudah menangis (mengingat mereka).
Atau bisa pula Anda ceritakan tentang kenikmatan surga. Atau
adzab neraka. Atau ceritakan saja padanya tentang sirah Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya”.

Di akhir hayatnya, ia mendapatkan beberapa cobaan:

Pertama: istrinya wafat sebelum mencapai usia 40 tahun.

Kedua: penyakit silih berganti dideritanya sejak 5 tahun


sebelum wafat. Sampai-sampai menyebabkan sedikit tidur.

Ketiga: di antara cobaan yang paling berat yang ia rasakan


adalah fungsi indera penglihatannya yang melemah. Sampai-
sampai ia butuh seseorang yang menuntunnya. Hal itu pula
yang menghalanginya untuk membaca Alquran dari mush-
hafnya.

Aku datang menjenguknya. Membesuknya tatkala


suatu cairan di mata menghalangi pandangannya. Ia menangis

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 63


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

hingga aku pun menangis. Aku bertanya, “Bagaimana


keadaanmu wahai Abu Abdillah?”

Ia menjawab, “Cairan ini menutupi pandanganku


hingga aku tidak mampu membaca Alquran”, demikianlah ia
ungkapkan kesedihannya kepadaku dengan bahasa ‘amiyah.

Kemudian ia melanjutkan, “Demi Allah wahai Abu


Abdillah (kun-yah yang sama), aku tidak menginginkan dunia
dengan penglihatanku. Aku hanya ingin membaca Alquran
yang membuat dadaku menjadi lapang. Kalau penglihatanku
sudah hilang, apalagi yang aku inginkan dari dunia ini”,
ungkapnya dengan air mata berlinangan membasahi
janggutnya.

Kukatakan padanya, “Pak Shaleh, bergembiralah..


Sungguh Nabi ‫ ﷺ‬pernah bersabda dalam suatu hadits yang
diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Abu Musa
radhiallahu ‘anhu,

ً ‫إذا مرض العبد ُ أو سافر ُكتب له ما كان يعمل صحيحا مقيما‬

“Apabila seorang hamba sakit atau bersafar, dicatatkan


untuknya apa yang biasa ia lakukan tatkala sehat dan muqim.”
(HR. al-Bukhari No. 2996).

Berbahagialah.. karena pahala bacaan Alquran-mu


tetap mengalir bi-idznillah walaupun engkau sekarang tidak
mampu membacanya karena cairan yang ada di matamu
menghalangimu darinya. Percayalah akan janji Rasulullah
‫ﷺ‬.

Dengan suara bergetar ia memotong ucapanku.


Dengan suara yang tulus bercampur air mata ia berkata, “Tapi,
aku hanya hafal beberapa juz saja. Dulu aku pernah
menyetorkan hafalanku kepada Syaikh Ibnu Salimullah

64 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

yarhamuhu. Aku sangat ingin menyempurnakannya. Dan aku


tidak tau kapan kiranya aku wafat”.

Aku menjawab, “Berdoalah kepada Allah, semoga


Allah menghilangkan cairan yang ada di matamu.
Bergembiralah…”

“Jujur, saat itu aku mengatakan perkataan ini dengan


ringan begitu saja”, kata Syaikh Umar. Ia mengucapkan
nasihat itu hanya sebagai kalimat penghibur, meringankan
bebannya dan melapangkan dadanya. “Bukan berarti aku
meragukan kehebatan takdir Allah. Hanya saja lemahnya
iman dan keyakinanku kala itu. Karena, jarang sekali orang
yang buta bisa melihat kembali”, sambungnya.

“Aku pun mohon izin darinya. Dari lelaki tua yang


tengah membasahi lisannya dengan ucapan istirja’ inna lillahi
wa inna ilaihi raji’un… la haula wala quwwata illa billah…”

Kemudian waktu pun berlalu. Aku tidak tahu pasti,


satu bulan ataukah lebih. Kutemui ia sebagaimana
kebiasaanku setelah menyampaikan khotbah Jumat. Kulihat
wajahnya berseri bahagia. Kalimat-kalimatnya terburai,
bertaut-taut saling susul-susul menyusul, keluar dari
mulutnya. Ia hendak berbagi kegembiraan denganku. “Aku
beri tahu kabar gembira padamu wahai Abu Abdillah… akan
kuberi tahu kabar gembira untukmu wahai Abu Abdillah…
cairan yang ada di mataku telah hilang. Allah telah
mengabulkan doaku”, ia mengucapkan kabar tersebut seakan
seluruh gudang harta dunia menjadi miliknya.

Sekelabat lintasan-lintasan pikiran melayang di


benakku. Aku tidak bisa mengungkapkan apa yang aku
rasakan. Aku berpikir tentang hebatnya keyakinan muwahhid
(orang yang yakin kepada Allah) ini. Aku takjub tentang
bagaimana Allah mengabulkan doanya. Sebagaimana ia

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 65


BAB 5 – Kisah Orang-orang yang Dekat dengan Al-Qur’an

mengabulkan doa istri Ibrahim al-Kholil ‘alaihissalam.


Kemudian menangisi betapa lemah iman dan keyakinanku.

Aku dipertemukan dengan seorang muwahhid, dengan


kejadian hebat seperti ini. Sebuah pelajaran, pelajaran yang
tidak aku dapatkan dari sebagian ulama; baik di buku-buku
mereka ataupun kujumpai dalam amalan mereka semoga
Allah merahmati mereka semua. Di tengah kebisuan dan
lintasan pikiran itu, tidak ada yang bisa aku lakukan kecuali
hanya ikut larut dalam kebahagiannya. Karena aku
mencintainya. Cinta seorang anak kepada ayahnya.

Setelah itu, kulihat ia isi akhir hayatnya dengan


penghambaan dan kesungguhan dalam ketaatan kepada Allah
hingga maut menjemputnya.

F. Evaluasi / Soal Latihan


Coba anda buat kesimpulan dari kisah yang pernah and
abaca. Keteladan apa yang ingin anda tiru?

66 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 6 – Mengamalkan Al-Qur’an dengan Keikhlasan

BAB 6
MENGAMALKAN AL-QURAN
DENGAN KEIKHLASAN

A. Tujuan Pembelajaran
Agar mahasiswa mengetahui bahwa mengamalkan Al-
Qur’an butuh keikhlasan

B. MENGAMALKAN AL-QURAN DALAM KEHIDUPAN


SEHARI-HARI
“Wahai kaum kami! Kita sudah mendengarkan sebuah kitab
yang diturunkan sesudah Musa, memperkuat apa yang datang
sebelumnya, membimbing manusia kepada kebenaran dan
kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, penuhilah seruan
Allah dan berimanlah kepada-Nya. Dia (Allah) akan
mengampuni dosa kalian dan menyelamatkan kalian dari
azab yang keras” (Surat al-Ahqaf, ayat 29 – 31).

Asbabun nuzul ayat di atas ketika sekelompok Jin


mendengarkan Rasulullah membaca al-Qur’an di sebuah
kebun kurma. Salah seorang dari jin itu bernama Zauba’ah,
ketika mendengar bacaan Nabi, mereka berkata
“perhatikanlah!”. Selesai mendengarkan bacaan Nabi, mereka
kembali kepada kaum mereka dan menceritakan kabar
gembira. Imam Bukhari dan al-Tirmidzi meriwayatkan dari
Ibnu Abbas bahwa asbabun nuzul ayat di atas adalah pada saat

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 67


BAB 6 – Mengamalkan Al-Qur’an dengan Keikhlasan

Rasulullah bersama para sahabat pergi ke pasar Ukaz. Tiba di


Tuhamah, mereka mendirikan shalat subuh.
Sekelompok Jin mendengarkan bacaan al-Qur’an dan
memperhatikannya dengan seksama. Mereka pulang dan
menceritakan kepada kaumnya. Jin tersebut mengagumi al-
Qur’an, mereka pun menyatakan beriman. Turunlah ayat di
atas mengabarkan kepada Nabi bahwa sekelompok jin
mendengarkan bacaanya. Kisah ini menunjukkan bahwa Jin
begitu terpesona dengan mukjizat besar yang diberikan Allah
kepada Nabi Muhammad, yaitu al-Qur’an. Al-Qur’an
diturunkan pada masa puncak kejayaan sastra Arab. Saat itu,
kaum Quraisy bangga dengan bait bait syair sampai mereka
menggantungkannya di dinding Ka’bah. Menariknya, al-
Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang hidup
sebagai seorang ummi (tidak bisa baca tulis).
Tatkala Rasulullah menyeru kaum Quraisy untuk
beriman kepada Allah, serta memberi pemahaman kepada
mereka bahwa al-Qur’an adalah firman Allah, mereka
berkomentar bahwa al-Qur’an adalah ucapan seorang penyair.
Tuduhan ini dibantah oleh Allah dalam surat Yasin ayat 36
“Kami tidak mengajarkan syair kepada (Muhammad), dan
bersyair itu tidak layak baginya. Al-Qur’an tidak lain
hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan.
Mereka juga menuduh al-Qur’an sebagai mitos orang orang
terdahulu, tuduhan ini pun dibantah oleh Allah dalam surat al-
Haqqah ayat 43, “Ia (al-Qur’an) adalah wahyu yang
diturunkan dari Tuhan semesta Alam”.
Orang Arab paling fasih bahasanya dan paling tinggi
sastranya, tetapi mereka tidak mampu menandingi keindahan
dan ketinggian bahasa dan sastra al-Qur’an, argumentasi ini
diperkuat oleh firman Allah dalam surat al-Israa ayat 88,
“Katakanlah, “sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul

68 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 6 – Mengamalkan Al-Qur’an dengan Keikhlasan

untuk membuat yang serupa dengan al-Qur’an ini, niscaya


mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia,
sekalipun sebahagian mereka menjadi pembantu bagi
sebahagian yang lain”.
Tidak hanya sisi bahasa saja, mukjizat al-Qur’an juga
termasuk kaidah kaidah tentang ibadah dan muamalah.
Seandainya seluruh ulama dan pakar sejak diturunkan al-
Qur’an sampai sekarang berkumpul, mereka tidak akan
pernah sanggup membuat kaidah kaidah tersebut, sangat
universal dan mencakup semua aspek. Dalam kitab hikmatut
tasyri wa falsafatuh yang ditulis oleh syaikh Ali Ahmad Al-
Jurjawi (1905-1956), diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
oleh Nabhani Idris dengan judul Indahnya Syariat Islam,
beliau menukilkan pendapat para ilmuwan dunia tentang
kehebatan al-Qur’an. Diantaranya adalah pendapat filusuf
Perancis yang terkenal yaitu Mourice Buccelle (1920-1998),
ia berkomentar bahwa “al-Qur’an adalah kitab paling utama
yang telah diturunkan oleh kepedulian azali untuk ummat
manusia”.
Orientalis Edwar Gibbon (1737-1794) berpendapat
“Al-Qur’an diterima dari wilayah Samudera Atlantik sampai
sungai Lijan (Malaysia). Ia adalah UUD (dustur) yang bukan
saja berisi pokok pokok agama semata, melainkan juga
merupakan seperangkat hukum sipil bagi kehidupan manusia.
Syariat Muhammad meliputi ummat seluruhnya, dari
penguasa tertinggi sampai rakyat jelata, syariat yang paling
adil dan paling sarat dengan ilmu yang tidak ada tandingannya
di semesta ini”. Tentu masih banyak lagi argument dari para
pakar dan ilmuwan dunia.
Pakar dan ilmuwan dunia telah mengakui al-Qur’an
sebagai mukjizat besar bagi Nabi Muhammad SAW, sebagai
seorang mukmin kita harus mampu menjadikan al-Qur’an

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 69


BAB 6 – Mengamalkan Al-Qur’an dengan Keikhlasan

sebagai pandangan hidup, serta mampu melanggengkan dan


mewariskannya kepada generasi berikutnya. Kaum Muslimin
terdahulu berada dalam puncak kejayaannya saat mereka
memegang teguh al-Qur’an.
Untuk itu, suatu keniscayaan dan menjadi kewajiban
bagi kita untuk tetap menjaga dan mempertahankan nilai nilai
Al-Qur’an masuk dalam setiap ucapan, tingkah dan perilaku
dalam kehidupan sehari hari. Tidak hanya membacanya yang
selalu di-musabaqah-kan tetapi juga harus ada perlombaan
menerjemahkan al-Qur’an dalam pengamalan sehari hari,
serta mewariskannya kepada anak cucu.
Terkait upaya mewariskan al-Qur’an, perlu mendapat
perhatian bersama adalah menjadikan membaca al-Qur’an
sebagai tradisi. Setiap pekerjaan jika sudah menjadi tradisi,
maka tidak akan ada beban untuk melakukannya, termasuk
membaca al-Qur’an. Banyak hadist terkait dengan keutamaan
membaca al-Qur’an setiap hari, diantaranya adalah hadist
yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Ibnu Mas’ud yang
menjelaskan bahwa salah satu obat penyembuh hati yang sakit
adalah dengan membaca al-Qur’an, “hendaknya kamu
menggunakan kedua obat obat; madu dan al-Qur’an”.
Membaca al-Qur’an tidak sama seperti membaca
koran, ada adab dan ketentuan yang harus dijaga serta dibaca
berdasarkan ketentuan ketentuan yang diajarkan dalam ilmu
tajwid. Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah fardhu
kifayah, tetapi membaca al-Qur’an yang benar sesuai
ketentuan tajwid adalah fardhu ‘ain. Untuk itu, mari
membudayakan belajar dan mengajarkan al-Qur’an, perbaiki
bacaan al-Qur’an agar kualitas bacaan dalam shalat menjadi
lebih sempurna.
Dalam sabdanya Rasulullah mengingatkan bahwa
sebaik-baik manusia adalah yang mempelajari al-Qur’an dan

70 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 6 – Mengamalkan Al-Qur’an dengan Keikhlasan

mengajarkannya. Menjadikan membaca al-Qur’an sebagai


tradisi harus dimulai dari pribadi dan keluarga. Rumah
seorang muslim pasti di dalamnya terdengar bacaan al-
Qur’an, sekurang kurangnya usai shalat Maghrib. Pastikan
bahwa rumah kita dihiasi oleh bacaan al-Qur’an, bukan
sinetron dan film Korea yang berjilid dan berepisode. Sudah
saatnya mengganti kebiasaan kita yang telaten dan teratur
membaca koran setiap pagi dengan menjadikan bacaan al-
Qur’an sebagai sebuah tradisi, hati akan sehat pikiran akan
tenang.
Mentradisikan membaca al-Qur’an harus menjadi
memori kolektif dan diterapkan oleh setiap orang, tidak hanya
di rumah, kantor dan juga tempat tempat lainnya. Untuk
mendukung tradisi membaca al-Qur’an perlu penguatan
regulasi dan aturan resmi, apalagi aturan ini diberlakukan di
nanggroe yang telah memproklamirkan pemberlakukan
syariat Islam dengan al-Qur’an sebagai sumber utamanya.
Dalam dunia pendidikan, kemampuan baca tulis al-Qur’an
sejatinya menjadi salah satu syarat kelulusan.
Peserta didik diwajibkan untuk terampil baca tulis al-
Qur’an sesuai dengan standar ilmu baca tulis al-Qur’an. Andai
ada pelajar di Aceh yang kualitas baca al-Qur’annya rendah,
apalagi ada yang buta baca tulis al-Qur’an, ini adalah aib
nanggroe syariat Islam. Al-Qur’an tidak hanya hiasan
pajangan, lebih dari itu hendaknya al-Qur’an mampu
mewarnai kehidupan, mulai dari bangun pagi sampai tidur
kembali, mulai dari persoalan kecil hingga persoalan
persoalan besar.
Mari bertanya dan temukan sendiri jawabannya.
Sudah benarkan cara kita membaca al-Qur’an sesuai kaidah
kaidah ilmu tajwid? Apakah al-Qur’an adalah bacaan kita
setiap hari? Sudah benarkah kita memposisikan al-Qur’an

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 71


BAB 6 – Mengamalkan Al-Qur’an dengan Keikhlasan

sebagai way of live dalam hidup kita. Sudah sesuaikah pikir,


tutur, sikap dan tindakan kita dengan al-Qur’an sebagai
pedoman? Jika jawaban dari beberapa pertanyaan tersebut
adalah “belum”, belum terlambat untuk segera
memperbaikinya.

C. AL-QURAN SEBAGAI KOMPAS KEHIDUPAN


Allah menurunkan Al-quran untuk diamalkan isinya,
agar dilaksanakan segala aturannya, dan ditegakkan segala
hukumnya, baik dari hal-hal yang kecil hingga hal-hal yang
besar. Bagi mereka yang memegang teguh seperti itu, maka
Allah berjanji akan menganugerahkan hidayah baginya,
kebahagiaan, dan juga keberuntungan di dunia dan di akhirat.

Allah berfirman:
“Sungguh Al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang
peling lurus’. (Al-Isra : 9)

“Wahai manusia, telah datang kepada kalian dari Rabb


kalian suatu bukti yang jelas dan hujah nyata yang dapat
menghilangkan alasan dan menepis keragu-raguan -yaitu
Muhammad Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-. Dan Kami
menurunkan kepada kalian sinar yang terang benderang (Al-
quran). Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan
berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan
memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya
(surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka
kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya”. (An-
Nisa : 174-175)

72 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 6 – Mengamalkan Al-Qur’an dengan Keikhlasan

Cukup banyak pula riwayat yang disandarkan kepada


para ulama salaf sebagai dorongan dari mereka agar kita
senantiasa berpegang teguh pada Al-Quran, selalu meniti jalan
syariatnya, dan mengamalkan segala titah di dalamnya.
Salah satunya adalah riwayat Zaid bin Jubair, ia
mengatakan, Abul Bahtari Ath-Tha’I berkata kepadaku,
“Amalkanlah selalu olehmu Al-Quran ini, karena ia akan
memberi hidayah bagimu.
Riwayat lainmenyebutkan, bahwa suatu ketika Jundab
bin Abdullah Al-Bajali hendak melakukan perjalanan yang
cukup jauh. Ia diantar oleh sejumlah orang dari
permukimannya. Hingga saat tiba di tempat perpisahan,
Jundab berkata, “Wahai kalian semua, hendaklah kalian selalu
bertakwa kepada Allah, dan hendaklah kalian selalu
berpegang teguh pada Al-Quran, amalkanlah meskipun terasa
berat dan sulit bagi kalian, karena Al-Quran itu merupakan
cahaya pada malam yang gelap dan petunjuk pada siang hari.”
Ada pula riwayat dari Abdullah bin Mas’aud yang
mengatakan, “Sungguh Al-Quran ini adalah jamuan dari
Allah. Jika ada seseorang yang sudah masuk ke dalamnya,
maka ia sudah pasti dijamin keamanannya.” Yakni, aman dari
azab dan siksa Allah atas orang-orang yang melanggar
titahNya. Selain itu juga aman dari fitnah hawa nafsu dan hal-
hal yang disyubhatkan, serta aman pula dari segala hal yang
menyimpang kesesatan dan salah jalan.
Seorang hamba tidak dikatakan sebagai ahli Al-Quran
hingga ia mempelajarinya, mengamlkannya, membacanya
dengan baik dan benar. Umar pernah berkata, “Pelajarilah Al-
Quran hingga kamu diktehaui telah mempelajarinya, dan
amalkanlah hingga kamu termasuk diantara ahli Al-Quran.
Seorang mukmin sejati adalah orang yang
menyandingkan keadaan dirinya dengan kandungan Al-Quran
dari segi keimanan yang sempurna, kepercayaan yang mutlak,

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 73


BAB 6 – Mengamalkan Al-Qur’an dengan Keikhlasan

kepatuhan, ketaatan, pelaksanaan segala aturannya, dan


pengamalannya.
Terkait berpegang teguh pada AL-Quran, ada sebuah
riwayat dari Anas bin Malik ketika menafsirkan firman Allah,
“Maka sungguh, dia telah berpegang teguh pada tali yang
sangat kuat.” (Al-Baqarah; 256), ia berkata, maksudnya
adalah berpegang teguh pada Al-Quran.
Mengamalkan Al-Quran ataupun melaksanakan
aturannya, menegakkan hukumnya, dan mematuhi segala
titahny, tidak akan bisa tercapai kecuali bagi orang yang
mengetahui maknanya dan memahami apapun yang dimaksud
dari ayat-ayatnya.

D. UPAYA MENGAMALKAN AL-QURAN SECARA


KONSEKUEN

Menurut al-Ghazali tauhid merupakan inti dan tujuan


hidup manusia, karena Al-Qur’an diturunkan untuk
memurnikan akidah dari segala macam kemusyrikan dan
menata perilaku manusia. Cahaya tauhid menyinari batin
manusia yang akan membimbingnya untuk proaktif, tanggap,
dan cepat untuk melakukan apa saja yang dicintai Allah dan
meninggalkan apa yang dibenci-Nya.

Dari uraian yang disampaikan al-Ghazali dapat


dipahami bahwa untuk dapat mengamalkan Al-Qur’an secara
konsekuen dalam kehidupan sehari-hari, maka hal yang
pertama dan utama yang harus dilakukan adalah menata hati
dengan menyinarinya dengan sinar ketauhidan. Karena
manakala hati telah tersinari dengan sinar ketauhidan yang
sempurna maka segala aspek perilaku dan perbuatan manusia
akan terbimbing dan terarah menuju satu muara yaitu cinta
kepada Allah dengan semata-mata mengharap mardhatillah
(keridhaan Allah). Hal ini kemudian akan melahirkan

74 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 6 – Mengamalkan Al-Qur’an dengan Keikhlasan

keikhlasan dalam menjalankan apa-apa yang diperintah oleh


Allah SWT yang termaktub dalam Al-Qur’an al-Karim serta
menjauhi segala yang dilarang-Nya karena takut akan murka
Allah SWT.

Langkah berikutnya menurut al-Ghazali setelah pondasi


tauhid berdiri dengan tegak adalah menjalankan syariat
dengan menata seluruh anggota tubuh yang menjadi pelaku
amal shaleh dan menjadi penentu setiap perintah-larangan
dan halal-haram.

Fenomena yang kita hadapi saat ini adalah adanya opini


bahwa segala tindakan dan upaya yang mengarah terhadap
terbentuk dan terlaksananya syariat Allah SWT adalah
merupakan suatu kejahatan. Kaum musyrikin senantiasa
berdaya-upaya (berkolaborasi) untuk mementahkan hukum-
hukum Allah yang termanifestasi dalam Al-Qur’an. Mereka
(kaum musyrik) telah menciptakan perundang-undangan hasil
karya mereka sendiri dengan dalih apapun namanya (hak asasi
manusia, demokrasi, egaliter, humanisasi, kesetaraan gender)
untuk mengganti syariat Allah SWT.

Cobalah kita perhatikan dan renungkan firman Allah


SWT : “Maka Patutkah aku mencari hakim selain daripada
Allah, Padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al
Quran) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah
Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui
bahwa Al Quran itu diturunkan dari Tuhanmu dengan
sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang
yang ragu-ragu”

Dalam firman Allah SWT di atas dengan sangat jelas


disebutkan bahwa hanya Al-Qur’anlah satu-satunya pedoman
hidup yang dapat dijadikan sebagai petunjuk dalam

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 75


BAB 6 – Mengamalkan Al-Qur’an dengan Keikhlasan

mengarungi kehidupan ini. Tidak ada keraguan di dalam Al-


Qur’an tersebut bagi siapa yang yang mengimaninya. Allah
Yang Maha Luas Pengetahuan-Nya sama sekali tidak
memiliki kepentingan dengan manusia sehingga dapat berlaku
obyektif terhadap apa-apa yang seharusnya dan apa yang tidak
seharusnya manusia perbuat. Berbeda dengan manusia yang
terkadang sangat subyektif, memiliki keterbatasan
pengetahuan, bahkan sangat egois sehingga produk-produk
hukum yang dihasilkannya tak jarang hanya untuk
kepentingan pribadi atau kelompoknya saja dan sering tidak
tepat dalam berbuat.

Terakhir menurut al-Ghazali setelah terbentuknya


tauhid dalam hati dengan sempurna, maka akan terbangun
konsep kehidupan manusia yang tidak saja mencakup perilaku
perseorangan, komunitas bahkan negara. Atau dalam bahasa
lain membangun kesalehan ritual dan kesalehan sosial.

Dari uaraian-uraian yang dikemukakan oleh al-


Ghazali di atas untuk dapat mengamalkan Al-Qur’an secara
konsekuen dalam kehidupan sehari-hari maka intinya terdapat
pada pembentukan ketauhidan yang sempurna di dalam hati.
Hati yang sudah tersinari ketauhidan ini akan senantiasa
membimbing kita untuk melaksanakan Al-Qur’an dengan
konsekuen atas dasar keikhlasan (semata-mata mengharap
ridha Allah SWT). Hati yang tersinari tauhid akan
melaksaakan perintah-perintah Allah yang terdapat di dalam
Al-Qur’an serta menjauhi larangan-larangan-Nya atas dasar
cinta kepada Allah SWT dan takut akan murka-Nya..

Senada yang diungkapkan oleh al-Ghazali, Agustina dan Adib


(eds) menyatakan bahwa iman merupakan pedoman dan
pegangan yang paling baik bagi manusia dalam rangka
mengarungi hidup dan kehidupan ini. Iman merupakan

76 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BAB 6 – Mengamalkan Al-Qur’an dengan Keikhlasan

sumber bagi pendidikan akhlak, karakter, dan mental manusia


sehingga terjadi keseimbangan yang harmonis antara jasmani
dan rohani. Iman menjadikan seorang muslim menjadi ikhlas
bekerja keras dan rela berkorban.

Dengan demikian semakin jelaslah akan pentingnya keimanan


(tauhid) dalam upaya mengamalkan Al-Qur’an secara
konsekuen dalam kehidupan, terutama di era globalisasi ini.
Atas dasar iman inilah setiap individu akan berbuat dengan
penuh keikhlasan serta rela mengorbankan pikiran, tenaga,
harta, bahkan jiwa sekalipun. Hal ini telah ditunjukkan oleh
generasi-generasi awal Islam yang atas jasa merekalah
sehingga Islam telah dapat tersebar dan menerangi dunia ini
dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.

E. Evaluasi / Soal Latihan


Coba anda lukakan eksplorasi terhadap diri anda sendiri
mengenai pengamalan anda terhadap Al-Qur’an. Lalu
diskusikan dengan teman kelompok anda.

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 77


DAFTAR PUSTAKA

Fatawa al-Lajnah al-Da’imah li al-Buhuts al-‘Ilmiyyah wa


al-Ifta’ (4/103-104) fatwa no. 8844.

Al-Zawajir ‘an Iqtiraf al-Kaba’ir (1/257-258), Fath al-Bary


Syarh Shahih al-Bukhari (9/86).
Kitab Bahjatun Nadzirin Syarah Riyadush Shalihin Jilid 2.
Karangan Abi Usamah Salim bin ‘idul Hilali.
Kitab Nuzhat al-Muttaqin Syarah Riyadus Shalihin Jilid 2.
Karangan Imam Hafidz Al-Faqih Abi Zakariya Muhyiddin
Yahya Nawawi.
Muhammad Nashiruddin al-bani.2010.Ensiklopedi Shahih
Hadits Qudsi. Surabaya: Duta Ilmu.
Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijry.2007.
Keutamaan Al-Qur’an: Islamhouse.com
Tarjamah Riyadhus Shalihin (Taman Orang-orang Shalih).

78 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an


BIOGRAFI PENULIS

Nama Penulis adalah Mujahidah, Lahir di Kabupaten


Bone. Pekerjaan saat ini adalah Dosen di Universitas Negeri
Makassar di Fakultas Ilmu Pendidikan. Pendidikan Strata satu
dan strata dua diambil di Universitas Negeri Alauddin
Makassar. Hasil karyanya, banyak menulis buku antologi

Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an 79


NOTES
____________________________________________
____________________________________________
____________________________________________
____________________________________________
____________________________________________
____________________________________________
____________________________________________
____________________________________________
____________________________________________
____________________________________________
____________________________________________
____________________________________________
____________________________________________
S___________________________________________
_________________________________

80 Mengapa Saya Mempelajari Al-Qur’an

Anda mungkin juga menyukai