Bahan Ajar ini disusun sebagai bahan dasar dalam mata kuliah Al-
Islam Kemuhammadiyahan (AIK) III dalam lingkungan Universitas
Muhammadiyah Makassar pada semua program studi kecuali Fakultas
Pendidikan Agama Islam.
Akhirnya harapan kami buku ajar ini dapat bermanfaat kepada seluruh
mahaisiswa dan pembaca yang membutuhkannya, kepada mereka yang
telah menyumbangkan makalahnya untuk menyusun bahan ajar ini, kami
ucapkan banyak terima kasih, mudah-mudahan usaha kita ini dinilai
sebagai suatu ibadah disisi Allah swt.
Hormat kami
Penyusun
Tim AIK III
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………............................................ i
DAFTAR ISI……………………………………………………………… ii
BAB I. AQIDAH………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang………………………………………………… 1
B. Pengertian Aiqah……………………………………………… 1
C. Pembagian Aqidah Tauhid…………………………………… 3
D. Ciri-ciri Orang Beriman………………………………………… 5
E. Hal-hal Yang merusak Aqidah………………………………… 6
BAB II. IMAN KEPADA ALLAH………………………………………… 14
A. Latar Belakang………………………………………………….. 14
B. Pengertian Iman Kepada Allah………………………………… 14
C. Cara Beriman Kepada Allah…………………………………… 16
BAB III. IMAN KEPADA MALAIKAT…………………………………. 18
A. Pengertian Iman Kepada Malaikat……………………………… 18
B. SIfat-sifat Malaikat………………………………………………… 18
C. Nama-nama dan Tugas Malaikat……………………………… 20
D. Hikmah Beriman Kepada Malaikat…………………………… 21
BAB IV IMAN KEPADA KITAB ALLAH……………………………… 22
A. Latar Belakang………………………………………………… 22
B. Pengertian Iman Kepada Kitab Allah………………………… 22
C. Pembagian Kitab Allah………………………………………… 23
D. Fungsi Kitab Allah …………………………………………… 25
BAB V. IMAN KEPADA RASUL……………………………………… 27
A. Latar Belakang………………………………………………… 27
B. Pengertian Iman Kepada Rasul…………………………… 27
C. Nama-nama Nabi dan Rasul…………………………………. 28
D. SIfat-sifat Nabi dan Rasul…………………………………… 28
E. Tugas Para Nabi dan Rasul……………………………… 29
F. Hikmah Beriman Kepada Rasul-rasul Allah……………… 30
BAB VI. IMAN KEPADA HARI AKHIR…………………………… 31
A. Latar Belakang………………………………………………… 31
B. Pengertian Yaumul AKhir…………………………………… 31
C. Tanda-Tanda Datangnya Hari Kiamat……………………… 32
D. Peristiwa hari Akhir…………………………………………… 33
E. Nikmat Syurga dan Siksa Neraka…………………………… 34
F. Dalil Nash dan Argumentasi Adanya Kebangkitan 36
Manusia…………………………………………………………… 38
BAB VII. IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR……………………… 38
A. Latar Belakang……………………………………………………. 38
B. Pengertian Iman Kepada Qadha dan Qadhar………………… 40
C. Hikmah Beriman Kepada Qadha dan Qadhar………………… 41
D. Fungsi Beriman Kepada Qadha dan Qadhar………………… 42
2
E. Ciri Prilaku Orang beriman Kepada Qadha dan Qadhar…… 42
BAB VIII. AKHLAK……………………………………………………….. 42
A. Pengertian Akhlak………………………………………………… 44
B. Pembagian Akhlak………………………………………………... 45
C. Dasar Pembentukan Akhlak…………………………………….. 50
D. 50
BAB IX. TAFSIR 12 LANGKAH MUHAMMADIYAH…………………. 52
57
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 61
3
BAB I
AQIDAH
Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin
besar nilai manfaatnya, semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari.
Ilmu yang paling utama adalah ilmu yang mengenalkan seorang hamba
kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Orang-orang yang tidak mengenal
Allah Subhana Wataalah adalah orang yang bodoh, karena tidak ada
orang yang lebih bodoh dari pada orang yang tidak mengenal
penciptanya. Hal ini diungkapkan oleh Allah Subhana Wataalah dalam
Aquran Surah Al-Baqarah:13
Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana
orang-orang lain Telah beriman." mereka menjawab: "Akan berimankah
kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu Telah beriman?" Ingatlah,
Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak
tahu.(QS. Al-baqarah:13).
4
Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan
kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak)
melainkan aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku"(Qs. Al-
anbiya:25)
5
"Al-‘Aqdu" (ikatan) lawan kata dari al-hallu (penguraian, pelepasan).
Dan kata tersebut diambil dari kata kerja: " ‘Aqadahu" "Ya'qiduhu"
(mengikatnya), " ‘Aqdan" (ikatan sumpah), dan " ‘Uqdatun Nikah" (ikatan
menikah).
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang
mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama
maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti
aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak
dari aqidah adalah aqa-id (Aminudin, Mohd Radzi, & Nik Yusri, 2006).
Jadi kesimpulan arti aqidah secara bahasa adalah apa yang telah
menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah; baik itu benar
ataupun salah.
Pengertian aqidah secara istilah (terminologi) yaitu perkara yang
wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya,
sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak
tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan (Anwar, 2015). Sedangkan
menurut Abu Bakar Jabir al Jazairy, yang dikutip oleh Ilyas (1992)
Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum
(aksioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran
itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan
keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang
bertentangan dengan kebenaran itu.
Berdasarkan keterangan yang telah dipaparkan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa aqidah menurut makna terminologi adalah keimanan
yang pasti dan tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang
yang menyakininya dan harus sesuai dengan kenyataannya; yang tidak
menerima keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada
tingkat keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan
aqidah, karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.
6
Aqidah dalam Al-Qur’an di jabarkan dalam surat (Al-Maidah, 5:15-
16)
Hai ahli kitab, Sesungguhnya Telah datang kepadamu Rasul kami,
menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan,
dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya Telah datang
kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan Kitab
Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke
jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan
orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang
dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.
7
Tauhid dibagi atas tiga bahagian yaitu tauhid Rububiyah, tauhidu
uluhiyah, tauhid mulukiyah, dan tauhid asma wa sifat. Pada tulisan berikut
penulis akan menguraikan satu persatu:
1. Tauhid Rububiyah
Tauhid rububiyah yaitu mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya,
seperti mencipta, menguasai, memberikan rizki, mengurusi makhluk,
memberi jodoh, menghidupkan dan mematikan, melindungi, memelihara
dan lain-lain, yang semuanya hanya Allah semata yang mampu (Afrizal,
2018). Semua orang meyakini adanya Rabb yang menciptakan,
menguasai, dll. Kecuali seorang atheis yang berkeyakinan tidak adanya
Rabb bahkan mereka mengatakan Tuhan sudah mati. Begitupula
dikalangan kaum Zoroaster yang menyakini adanya dua pencipta yaitu
pencipta kebaikan dan pencipta keburukan, keyakinan ini juga
bertentangan dengan aqidah yang lurus.
2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah mentauhidkan Allah dalam perbuatan-perbuatan
yang dilakukan oleh seorang hamba, yaitu mengikhlaskan ibadah kepada
Allah, yang mencakup berbagai macam ibadah seperti : tawakal, nadzar,
takut, khosyah, pengharapan, dll. Tauhid inilah yang membedakan umat
Islam dengan kaum musyrikin (Afrizal, 2018). Jadi seseorang belum cukup
untuk mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya (tauhid rububiyah) tanpa
menyertainya dengan mengikhlaskan semua ibadah hanya kepada-Nya
(tauhid uluhiyah). Karena orang musyrikin dulu juga meyakini bahwa Allah
yang mencipta dan mengatur, tetapi hal tersebut belum cukup memasukkan
mereka ke dalam Islam, sebagaimana disampaikan kepada oleh Allah
dalam Qs, Lukman: 25
8
Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang
menciptakan langit dan bumi?" tentu mereka akan menjawab: "Allah".
Katakanlah : "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak
Mengetahui (Qs.Lukman:25)
Tauhid uluhiyah inilah yang menjadi inti pembahasan dari setiap kitab
tauhid, oleh karena pentauhidan Allah merupakan hak Allah terhadap
hamba-Nya”. Hal ini didasari oleh perkataan Rasulullah terhadap Muadz
bin Jabbal di atas keledai,
, هللا و رسوله أعلم: أ تدرى ما حق هللا على عباد ؟ ( قال, ) يا معاذ: قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم
)أن ال: قال, هللا و رسوله أعلم: أ تدرى ما حقهم عليه ؟( قال, , ) أن يعبدوه وال يشركو به شيأ: قال
) ) و حق العباد على هللا عز و خل أن ال يعذب من ال يشرك به شيأ: يعذبهم( و فى لفظ لمسلم
3. Tauhid Mulkiyah
Tauhid Mulkiyah secara terminologis yaitu “Keyakinan mengakui hanya
Allah sebagai pemilik, atau sebagai penguasa (raja) yang wajib ditaati.
Tidak ada kedaulatan dan kerajaan lain yang boleh diakui apalagi ditaati”.
Mengakui selain itu dapat dinyatakan sebagai musyrik mulkiyah.
Kepemilikan atau kekuasaan yang disebut sebagai Mulkiyah Allah di bumi
diproyeksikan dalam bentuk hubungan makhluk dengan Khalik dalam
semua kelembagaan. Wahyu Allah menjelaskan secara tepat dan rinci
adanya suatu Lembaga Kedaulatan Allah di bumi, yang disebut Khalifah fil
ardhi. Seseorang menjalankan kekuasaan di Muka bumi dalam rangka
menjalankan tugas yang diberikan oleh Allah di muka bumi (Anwar, 2019),
sebagaimana Allah Subhana wataalah sampaikan dalam Qs. An-naml:62
9
Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan
apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan
yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi[1104]? apakah
disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? amat sedikitlah kamu
mengingati(Nya) (Qs. An-Naml:62).
Dosa syirik juga merupakan dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah
Subhana Wataalah, bahkan menjadi penyebab seseorang di masukkan ke
dalam api Neraka Jahannam, sebagaimana Allah Subhana Wataalah
sampaikan pada Qs. Annisa:48
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka
sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar (Qs. Annisa:48)
Dosa syirik disamping tidak diampuni oleh Allah, mereka juga akan
dimasukkan ke dalam api Neraka, sebagaimana Allah jelaskan pada Qs.Al-
maidah:72
Sesungguhnya Telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya
Allah ialah Al masih putera Maryam", padahal Al masih (sendiri) berkata:
"Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya
orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah
ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun (Qs. Al-maidah:72).
13
Secara etimologis, syirik yang berakar fi'il madhi yang dalam mu jam
maqayis al-Lughah terdiri atas huruf-huruf syin, ra' dan kaf mempunyai dua
makna asli. Pertama ; bermakna perbandingan atau perselisihan individu,
dan kedua bermakna terbentang dan lurus (Abi al-Husain, t.th.) Syirik
dalam arti umum, yaitu menyamakan sesuatu selain Allah dengan Allah
pada apa yang menjadi kekhususan Allah. Yang dimaksud dengan
penyamaan disini adalah semua bentuk kesekutuan, baik Allah menyamai
yang lain pada kesekutuan itu, maupun Allah melebihinya.
Syirik dalam arti khusus yaitu menjadikan sesuatu selain Allah sebagai
Tuhan yang disembah dan ditaati disamping Allah. Inilah makna syirik yang
secara langsung dipahami ketika ia disebut dalam Al-Qur’an, sunnah dan
ucapan kaum salaf. Maka siapa saja yang menjadikan sesuatu atau
seseorang sebagai sembahan yang ditaati selain Allah, ia disebut musyrik,
Allah berfirman dalam QS. Yunus: 18:
Artinya: Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak
dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula)
kemanfa`atan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa`at
kepada kami di sisi Allah”. Katakanlah: “Apakah kamu mengabarkan
kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di
bumi?” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka
mempersekutukan (itu).
E. Jenis-jenis syirik
14
Ada beberapa jenis syirik yang biasa diamalkan oleh ummat Islam baik
secara sengaja maupun secara tidak sengaja, di antaranya adalah syirik
besar yaitu menjadikan sekutu selain Allah yang ia sembah dan taati
sama seperti ia menyembah dan mentaati Allah. Sedangkan syirik kecil
adalah menyamakan sesuatu selain Allah dengan Allah dalam bentuk
perkataan atau perbuatan. Sementara syirik dalam bentuk amal adalah
riya. Sedangkan dalam bentuk perkataan lisan adalah lafadz-lafadz yang
mengandung makna menyamakan Allah dengan sesuatu yang lain.
syirik tersembunyi adalah syirik yang tersembunyi dalam hakikat
kehendak hati, ucapan, lisan, berupa penyerupaan antara Allah dengan
makhluk.
1. Jenis-jenis Syirik Besar
Ada beberapa jenis syirik yang dapat dikategorikan sebagai syirik
besar, di antaranya adalah:
a. Syirik Doa
Syirik dalam doa yaitu berdoa kepada selain Allah, sama seperti
berdoa kepada Allah, baik sebagai permohonan maupun sebagai ibadah.
jika dengan doa itu ia memohon manfaat atau meminta dihindarkan dari
bahaya, maka itu disebut sebagai doa permohonan. Dengan demikian,
semua bentuk perilaku menyamakan selain Allah dengan Allah dalam
ibadah dan ketaatan, merupakan perilaku mempersekutukan Allah. Itu
adalah syirik besar. Maka doa dengan kedua jenisnya, adalah sebentuk
ibadah kepada Allah swt. Maka, kita tidak boleh memohon kepada makhluk
yang sudah mati atau gaib untuk memenuhi kebutuhan atau
mengeluarkan dari suatu musibah. Jenis syirik ini merupakan yang paling
besar dan paling banyak terjadi dikalangan kaum musyrikin. Allah
berfirman dalam QS. Al-Isra: 56-57:
15
Artinya Katakanlah: “Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain
Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk
menghilangkan bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya”.
Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada
Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan
mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab
Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.
16
ketentuan Allah. Misalnya membuat dan menentukan syariat dan hokum
dan mereka mentaatinya padahal bertentangan dengan hokum dan syariat
Allah Subhana Wataala, oleh Karena yang berhak membuat syariat, hukum
dan memerintah adalah hak khusus Allah. Firman Allah QS Al Maidah ; 49
19
Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya. (HR. Al-Bukhari,
Muslim, dll).
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka
hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih:
Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)
b. Syirik Perbuatan
Ada beberapa bentuk perbuatan yang dapat menimbulkan
kesyirikan kepada Allah Subhana Wataalah, di antaranya adalah:
1. Mengamalkan Sihir
Kata sihir dalam bahasa Arab digunakan untuk sesuatu yang
tersembunyi dan faktor-faktor yang halus. Dari sini kemudian sihir
disebut sebagai sihir karena ia dilakukan di ujung malam secara
sembunyi-sembunyi dengan efek yang berpengaruh secara halus.
Dalam terminology syariat, sihir diartikan sebagai azimat, jampi dan
buhul tali yang berpengaruh pada jiwa dan raga; dalam artian dapat
membuat, sakit, membunuh, memisahkan pasangan suami istri.
Mengenai sihir disampaikan oleh Allah dalam surah Al-falaq:
Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh,
dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila Telah
gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang
menghembus pada buhul-buhul[1609],dan dari kejahatan pendengki
bila ia dengki."(Qs. Al-falaq:1-5)
22
Orang-orang yang mengamalkan sihir berkolaborasi dengan
syetan. Bahkan yang mengajarkan sihir adalah syetan-syetan, paling
tidak itu disampaikan oleh Allah dalam Qs. Al-baqarah: 102. Bahwa
mereka mengikuti apa yang telah diajarakan oleh Syetan-syetan
pada zaman Nabi Sulaeman. Orang-orang yang mengamalkan sihir
menggunakan kekuatan syetan, sehingga mereka jelas-jelas
mensyarikatkan Allah Subhana Wataalah.
2. Melakukan dan Menpercayai Peramalan
Peramalan biasa dilakukan untuk, memohon dan mengetahui
peristiwa-peristiwa yang masih gaib yang akan terjadi di masa
depan. Seorang peramal dianggap telah mengklaim memiliki ilmu
tentang kegaiban, padahal yang gaib itu hanya diketahui oleh Allah
sebagaimana difirmankan dalam QS. Al-Jin : 26-27.
Artinya: (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia
tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.
Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia
mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di
belakangnya.
24
Nursyrah menurut Abdullah bin Muhammad bin Abdul Rahman bin
Ishaq Al-sheikh, (2004) dengan syakal dhammah – adalah semacam jampi
atau pengobatan yang dilakukan terhadap yang diduga kemasukan jin. Ia
disebut nusryah karena ia menyebarkan penyakit yang menimpanya, atau
disingkap dan dihilangkan. Maksudnya mengeluarkan sihir dari seseorang
yang terkena sihir, dengan menggunakan mantera-mantera atau jampi-
jampi.
4. Tanjim (perbintangan)
Tanjim dalam bahas Arab, berarti pernujuman, setimbang dengan kata
taf’iiil yang berarti usaha mengetahui sesuatu melalui fenomena bintang.
Sedang dalam terminology syariat pernujuman diartikan sebagai upaya
mengetahui sesuatu dengan mengikuti isyarat bintang-bintang. Padahal
Allah telah menjelaskan hikmah diciptakannya bintang-bintang, bukan
untuk mengetahui hal-hal yang gaib, yaitu untuk menentukan arah mata
anging, petunjuk bagi musafir dalam menentukan posisi tujuan perjalanan,
sebagai hiasan di langit dunia, untuk melempar setan-setan yang mencuri
berita di langit setelah diutusnya Rasulullah saw. Sebagaimana Allah
Subhana Wataalah telah sampaikan dalam QS. Al Mulk : 5
Artinya Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat
dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-
alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka
yang menyala-nyala (Qs. Al-Mulk:5).
25
g. Kufur
Kufur dalam bahasa Arab berarti menutupi. Dalam terminology syariat
kufur berarti mengingkari suatu bagian dari ajaran Islam dimana tanpa itu
keislaman seseorang menjadi batal atau tidak sempurna. Maka,
mengingkari makna syahadat adalah kufur, mengingkari bagian vital ajaran
Islam yang diharamkan, seperti riba atau diwajibkan, seperti shalat adalah
kufur, termasuk mengingkari salah satu hukum pidana Islam. Dalam
Alquran disebutkan ada tiga ketegori orang yang tidak mau berhukum
dengan hukum yang telah diturunkan oleh Allah yaitu kafir, dzalim dan
fasiq (Qs. Almaidah:44, 45,47).
Ada dua jenis kufur yang terkadang dilakukan oleh ummat Islam tanpa
disadari yaitu kufur skala besar dan kufur skala kecil. Adapun penjelasan
kedua jenis kufur ini adalah:
1. Kufur besar Yaitu mengingkari bagian tertentu dari Islam yang tanpa
bagian itu keislaman seseorang menjadi batal. Ada lima jenis yang
termasuk Kufur besar, yaitu
• .Kufur takzib (pendustaan) yaitu menyampaikan kebenaran yang
bertentangan dengan kenyataan sebenarnya atau mengklaim
bahwa Muhammad saw membawa ajaran yang bertentangan
dengan kebenaran.
• Kufur kesombongan dengan tetap membenarkan yaitu bahwa ia
membenarkan kebenaran yang dibawa Rasulullah saw tapi ia
menolak mengikutinya karena kesombongan dan keangkuhan. Ada
beberapa yang dapat membuat manusia sombong lalu menolak
kebenaran yang disampaikan oleh Rasul Allah Subhana Wataalah di
antaranya karena merasa diri keturunannya mulia atau lebih baik
seperti yang terjadi pada Iblis yang menolak dan tidak mau memberi
hormat kepada Adam as, sambil menyombongkan diri, ketika
ditanya mengapa ia tidak mau member hormat kepada Adam ia
26
menjawab saya lebih baik dari Adam, saya diciptakan dari api
sedangkan Adam hanya diciptakan dari tanah, sebagaimana
disampaikan oleh Allah dalam Alquran:
Sesungguhnya kami Telah menciptakan kamu (Adam), lalu kami
bentuk tubuhmu, Kemudian kami katakan kepada para malaikat:
"Bersujudlah kamu kepada Adam", Maka merekapun bersujud
kecuali iblis. dia tidak termasuk mereka yang bersujud.Allah
berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada
Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" menjawab Iblis "Saya lebih baik
daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau
ciptakan dari tanah" (Q.s Al-a’raf:11-12)
28
Meragu-ragukan kebenaran yang datang dari Allah adalah bagian
dari kekufuran oleh karena apa yang datang dari Allah adalah suatu
kebenaran mutlak yang tidak boleh diragukan sedikitpun. Ragu
terhadap apa yang datang dari Allah sama halnya tidak percaya
kepada Allah Subhana Wataalah.
• Kufur I’radh (berpaling dari kebenaran), maksudnya meninggalkan
kebenaran dengan jalan tidak mempelajari dan mengamalkannya,
baik yang bersifat perkataan atau perbuatan atau keyakinan, secara
parsial atau keseluruhan.
• Kufur nifaq maksudnya mengingkari kebebanaran yang di bawa oleh
Rasulullah saw dalam batin tapi tetap menampilkan diri
mengikutinya secara lahir. Jadi dalam hati ia kafir, di luar ia
kelihatan beriman.
2. Kufur kecil
Kufur kecil yaitu mengingkari bagian tertentu dari Islam, dimana tanpa
bagian itu keislaman seseorang menjadi tidak sempurna.
h. Nifaq
Nifaq dalam bahasa Arab diambil dari akar kata nafiqul yarbu’ yang
berarti lubang tikus, karena biasanya tikus selalu menampakkan jalan
masuknya ke lubang, namun tidak menampakkan jalan keluarnya. Jadi arti
dasarnya adalah menampakkan sesuatu dan menyembunyikan lawannya.
Dalam terminology Islam nifaq adalah menampakkan apa yang sesuai
dengan kebenaran, dan menyembunyikan apa yang bertentangan
dengannya. Adapun Jenis-Jenis Nifaq di antaranya adalah:
1. Nifaq Besar (Nifaq Aqidah) maksudnya menyembunyikan kekufuran
dalam hati dan menampakkan keimanan dalam lisan dan perbuatan.
• Mendustakan Rasulullah saw secara parsial dan keseluruhan
- Mendustakan sebagian ajaran yang dibawah Rasulullah saw
- Membenci Rasulullah saw
29
• Membenci sebagian ajaran yang dibawah Rasulullah saw
• Merasa gembira dengan kekalahan agama Rasulullah saw
• Merasa benci dengan kemenangan agama Rasulullah saw
2. Nifaq Kecil (nifaq amali). Maksudnya bila perbuatannya yang tampak
berbeda dengan apa yang diperintahkan oleh syariat Islam. Adapun
tanda-tanda orang munafik menurut hadits adalah:
30
BAB II
RUKUN IMAN
Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata :Suatu ketika, kami (para
sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba
muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat
putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas
perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia
segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi
dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia
berkata: …..“Beritahukan kepadaku tentang Iman”.Nabi menjawab,”Iman
adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para
RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang
buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”…. (HR. Muslim)
32
Artinya: “Dari Ibnu Hajar Radhiyallahu ‘Anhu beliau berkata: Rasulullah
SAW telah bersabda: Iman adalah Pengetahuan hati, pengucapan lisan
dan pengamalan dengan anggota badan” (H.R. Ibnu Majah dan At-
Tabrani).
Dengan demikian iman kepada Allah berarti meyakini dengan sepenuh
hati bahwa Allah SWT itu ada, Allah Maha Esa. Keyakinan itu diucapkan
dalam kalimat
أشهد أن الإله إال هللا
“Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah”
Sebagai perwujudan dari keyakinan dan ucapan itu, harus diikuti
dengan perbuatan, yakni menjalankan perintah Allah dan menjauhi
laranganNya.
2.1.2 Cara Beriman Kepada Allah SWT
Iman kepada Allah SWT merupakan pokok dari seluruh iman yang
tergabung dalam rukun iman. Karena iman kepada Allah SWT merupakan
pokok dari keimanan yang lain, maka keimanan kepada Allah SWT harus
tertanam dengan benar kepada diri seseorang. Sebab jika iman kepada
Allah SWT tidak tertanam dengan benar, maka ketidak-benaran ini akan
berlanjut kepada keimanan yang lain, seperti iman kepada malaikat-
malaikat Nya, kitab-kitab Nya, rasul-rasul Nya, hari kiamat, serta qadha
dan qadar Nya. Dan pada akhirnya akan merusak ibadah seseorang
secara keseluruhan. Di masyarakat tidak jarang kita jumpai cara-cara
beribadah seorang yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, padahal orang
tersebut mengaku beragama Islam.
Ditinjau dari segi yang umum dan yang khusus ada dua cara beriman
kepada Allah SWT :
a. Bersifat Ijmali
33
Cara beriman kepada Allah SWT yang bersifat ijmali maksudnya
adalah, bahwa kita mepercayai Allah SWT secara umum atau secara garis
besar. Al-Qur’an sebagai sumber ajaran pokok Islam telah memberikan
pedoman kepada kita dalam mengenal Allah SWT. Dialah Allah zat yang
Maha Esa, Maha Suci, Maha Pencipta, Maha Mendengar, Maha Kuasa,
dan Maha Sempurna. Dalam Alquran Surah Al-hasyar:22-24 dijelaskan
bahwa:
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan
yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah
Allah yang tiada Tuhan selain Dia, raja, yang Maha suci, yang Maha
Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang
Maha Perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha
Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah yang
Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang
mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan
bumi. dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. Al-
hasyr:22-24).
b. Bersifat Tafshili
34
Cara beriman kepada Allah SWT yang bersifat tafsili, maksudnya
adalah mempercayai Allah secara rinci. Kita wajib percaya dengan
sepenuh hati bahwa Allah SWT memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan
sifat-sifat makhluk Nya. Allah Subhana Wataalah menerangkan bahwa
tidak ada satupun yang semisal dengan-Nya:
(dia) Pencipta langit dan bumi. dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu
sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-
pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu.
tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha
mendengar dan Melihat (Qs. Assyura:11)
35
2.1.3 Hikmah beriman kepada Allah SWT
Orang – orang yang beriman kepada Allah swt dengan kesungguhan
hati dengan tak ada keraguan sedikitpun dalam hatinya, maka Allah akan
memberikan kemuliaan kepada mereka baik didunia maupun diakhirat.
Adapun kemuliaan didunia itu meliputi :
1. Hatinya tenang, tidak goyah atau terombang ambing oleh ajakan nafsu
jahat atau orang yang akan menyesatkan. Firman Allah dalam Alqur’an
surat Ar ra’d ayat 28.
Artinya : “ orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram (Qs. Ar-ra’d:28)
36
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang
yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang
dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau
menerima petunjuk (Qs. Al-qashas:56).
37
277. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal
saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat
pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Qs. Al-Baqarah:277)
ِ َسلم ُخ ِلق
ت َ صل للاُ َعلَي ِه َوَ ِسو ُل للاُ شةَ قَالَت قَا َل َر َ َِعن َعائ
ِ ال َم ٰلئِ َكةُ ِمن نُو ِر َو ُخ ِلقَ ال َجان ِمن َم
ارجِ ِمن نَار َو ُخ ِلقَ ٰادَ َم ِمما
ف لَ ُكمَ صِ ُو
Artinya: “Dari Aisyah berkata: Rasulullah saw bersabda,”Malaikat
diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang menyala-nyala
dan Adam diciptakan dari Sesutu yang telah disebutkan (ciri-cirinya)
untuk kalian (HR. Muslim).
Iman kepada malaikat adalah bagian dari Rukun Iman. Iman kepada
malaikat maksudnya adalah meyakini adanya malaikat, walaupun kita tidak
dapat melihat mereka, dan bahwa mereka adalah salah satu makhluk
38
ciptaan Allah. Allah menciptakan mereka dari cahaya. Mereka menyembah
Allah dan selalu taat kepada-Nya, mereka tidak pernah berdosa. Ketaatan
Malaikat disampaikan oleh Allah dalam Alquran yang suci:
Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. dan malaikat-
malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk
menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih
malam dan siang tiada henti-hentinya (Qs. Al-Anbiya:19-20).
Tak seorang pun mengetahui jumlah pasti malaikat, hanya Allah saja
yang mengetahui jumlahnya. Walaupun manusia tidak dapat melihat
malaikat tetapi jika Allah berkehendak maka malaikat dapat dilihat oleh
manusia, yang biasanya terjadi pada para Nabi dan Rasul. Malaikat selalu
menampakan diri dalam wujud laki-laki kepada para nabi dan rasul. Seperti
terjadi kepada Nabi Ibrahim.
Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim
(yaitu malaikat-malaikat yang menyerupai laki-laki) yang dimuliakan?
(Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan:
"Salaamun". Ibrahim menjawab: "Salaamun (kamu) adalah orang-orang
yang tidak dikenal." Maka dia pergi dengan diam-diam menemui
keluarganya, Kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk. Lalu
dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata: "Silahkan anda
makan."
39
Malaikat Jibril as, juga jika mendatangi Nabiullah Muhammad Saw,
juga selalu menampakkan diri sebagai laki-laki, seperti ketika Jibril
mendatangi Nabiullah Muhmmad Saw dalam wujud laki-laki, bertanya
tentang Islam, Iman, ihsan dan hari kiamat. Jibril menampakkan diri dalam
wujud laki-laki berpakaian putih bersih.
2.2.2 Sifat-Sifat Malaikat
Sebagai makhluk gaib, malaikat memiliki sifat-sifat yang berbeda
dengan sifat-sifat yang dimiliki manusia dan makhluk lainnya. Di antara
sifat-sifat itu adalah selalu melaksanakan perintah Allah swt, disiplin,
rendah hati, tidak angkuh,selalu bertasbih,dan tekun beribadah tanpa letih.
Malaikat selalu melaksanakan perintah Allah swt sebagaimana firman
Allah swt dalam alQur’an surat At-Tahrim Ayat 6
(Mereka para malaikat itu) tidak pernah mendurhakai Allah
terhadap yang diperintahkan –Nya kepada mereka dan
mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.(QQ.S At-
Tahrim:6)
1. Malaikat Jibril
Malaikat jibril bertugas, menyampaikan wahyu Allah swt kepada
para rasul dan nabi. Malaikat Jibril dari dulu sampai Nabiullah
Muhammad Rasululah Saw bertugas menyampaikan wahyu
Allah Swt. Allah menjelaskan dalam Alquran bahwa setiap Nabi
dan Rasul selalu didampingi oleh Rohul qudus (Jibril),
sebagaimana disampaikan dalam Qs. Al-baqarah:87
41
Dan Sesungguhnya kami Telah mendatangkan Al Kitab
(Taurat) kepada Musa, dan kami Telah menyusulinya (berturut-
turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan Telah kami berikan
bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putera Maryam
dan kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus[69]. apakah
setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu
(pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu
menyombong; Maka beberapa orang (diantara mereka) kamu
dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?
2. Malaikat Mikail
Malaikat mikail bertugas membagikan atau memberikan rezeki
kepada segenap makhluk Allah swt dan mengatur alam. Nama
Malaikat Mikail disebutkan oleh Allah dalam Alquran yang suci:
وأما جبرائيل فهو الروح األمين، بالمطر،ميكائيل ملك من المالئكة مو هكل بالقطر
ُّ َاح ًكا ق
ط؟ ِ ضَ َما ِلي لَ ْم أ َ َر ِميكَائِي َل
3. Malaikat izrafil
Malaikat izrafil bertugas meniup sangkakala atau terompet pada
hari kiamat. Peristiwa peniupan sangkakala ini disampaikan oleh
Allah Swt dalam Alquran Surah An-naml:87
43
Dan (Ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, Maka terkejutlah
segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa
yang dikehendaki Allah. dan semua mereka datang menghadap-
Nya dengan merendahkan diri (Qs. An-Naml:87)
Menurut Jalaluddin Al-Mahlli dan Jalaluddin As-Suyuthi, (2018) dalam
tafsir Jalalain, “(dan hari ketika ditiup sangkakala) tiupan sangkakala
malaikat Israfil yang pertama (maka terkejutlah segala yang di langit dan
segala yang di bumi) mereka ketakutan, sehingga ketakutan itu mematikan
mereka, sebagaimana yang diungkapkan oleh ayat lainnya, yaitu dengan
ungkapan Sha'iqa, yakni terkejut yang mematikan. Dan ungkapan dalam
ayat ini dipakai Fi'il Madhi untuk menggambarkan kepastian terjadinya hal
ini (kecuali siapa yang dikehendaki Allah) yaitu malaikat Jibril, malaikat
Mikail, malaikat Israfil dan malaikat Maut. Tetapi menurut suatu riwayat
yang bersumber dari sahabat Ibnu Abbas disebutkan, bahwa mereka yang
tidak terkejut adalah para Syuhada, karena mereka hidup di sisi Rabb
mereka dengan diberi rezeki. (dan semua mereka) lafal kullun ini harakat
tanwinnya merupakan pergantian dari pada mudhaf ilaih, artinya mereka
semua sesudah dihidupkan kembali di hari kiamat (datang menghadap
kepada-Nya) dapat dibaca atauhu dan atuhu (dengan merendahkan diri)
artinya merasa rendah diri. Dan ungkapan lafal atauhu dengan memakai
Fi'il Madhi untuk menunjukkan, bahwa hal itu pasti terjadi (Jalaluddin Al-
Mahalli & Jalaluddin As-Suyuthi, 2018), sedangkan dalam tafsir Al-Misbah
disampaikan Wahai Muhammad, ingatlah suatu saat ketika malaikat Isrâfîl
membunyikan terompet atas izin Allah. Saat itu seluruh penghuni langit dan
bumi akan sangat terkejut oleh dahsyatnya bunyi terompet itu, kecuali
orang-orang yang diberi ketenangan oleh Allah dan diamankan dari
44
kepanikan. Seluruh makhluk akan menghadap Allah dalam keadaan hina
(M. Quraish Sihab, 2005)
4. Malaikat Maut
Malaikat Maut mempunyai tugas mencabut nyawa segala makhluk
apabila sudah diperintahkan Allah swt. Allah Subhana Wataalah
menerangkan dalam Alquran yang suci:
Bahkan jika ajal telah tiba tidak akan dapat diundurkan atau dimajukan
sedikitpun, sekalipun kita memohon kepada Allah Subhana Wataalah,
untuk diundurkan sejenak. Sebagaimana Allah Subhana Wataalah
sampaikan dalam Alquran yang suci:
45
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang Telah kami berikan kepadamu
sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia
berkata: "Ya Rabb-ku, Mengapa Engkau tidak menangguhkan
(kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan Aku dapat
bersedekah dan Aku termasuk orang-orang yang saleh?(Qs. Al-
munafiqun:10).
46
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, diriwayatkan tentang apa
yang akan dialami seseorang apabila sudah berada dalam kubur, dan
siapa yang akan bertanya dan apa yang ditanyakan sebagaimana
diterangkan pada hadits berikut:
“Apabila mayit atau salah seorang dari kalian sudah dikuburkan, ia akan
didatangi dua malaikat hitam dan biru, salah satunya Mungkar dan yang
lain Nakir, keduanya berkata: Apa pendapatmu tentang orang ini (Nabi
Muhammad)?, maka ia menjawab sebagaimana ketika di dunia:
Abdullah dan Rasul-Nya, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
utusan Allah. Keduanya berkata: Kami telah mengetahui bahwa kamu
dahulu telah mengatakan itu. Kemudian kuburannya diperluas 70 x 70
hasta, dan diberi penerangan, dan dikatakan: Tidurlah. Dia menjawab:
“Aku mau pulang ke rumah untuk memberitahu keluargaku”. Keduanya
berkata: “Tidurlah, sebagaimana tidurnya pengantin baru, tidak ada
yang dapat membangunkannya kecuali orang yang paling dicintainya,
sampai Allah membangkitkannya dari tempat tidurnya tersebut”(HR.
Tirmidzi).
47
pengantin baru. Tidur seperti pengantin baru adalah tidur yang sangat
indah dan dipenuhi dengan kebahagian.
6. Malaikat Rakib dan Atib
Malaikat Rakib dan Atib bukanlah nama malaikat akan tetapi tugas
yang diberikan oleh Allah untuk mencatat amal baik dan buruk manusia.
Malaikat Rakib diberi tugas mencatat amal kebaikan manusia dan
Malaikat Atib mempunyai tugas mengawasi dan mencatat amal buruk
yang dilakukan manusia. Keterangan ini dapat dijumpai pada Quran
Surah Qaaf:17-18
(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya,
seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya
malaikat Pengawas yang selalu hadir.
Hasil pencatatan Malaikat Rakib dan Atib inilah yang akan diberikan
setiap hamba kelak pada hari akhirat, sebagaimana diterangkan oleh Allah
Subhana dalam Alquran yang suci:
Pada hari itu ada orang yang mendapatkan kitab dari sebelah kanan,
sebelah kiri, sebelah bawah, dan atas. Bagi yang mendapatkan kitab
mereka dari sebelah kanan maka berbahagialah ia karena catatan
amalnya dipenuhi dengan kebaikan sementara orang yang mendapatkan
catatan amalan dari sebelah kiri merasa celaka karena catatan amalnya
yang dipenuhi dengan amalan buruk. Hal ini diterangkan oleh Allah
Subhana dalam Alquran yang suci:
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia
akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali
kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.” (QS. Al-
Insyiqaaq: 7-9)
Pemberian kitab catatan amal mereka ada yang diberikan dari arah
belakang punggung mereka, sehingga mereka berteriak celakalah aku,
Allah Ta’ala berfirman:
7. Malaikat Malik
Malaikat Malik mempunyai tugas menjaga neraka. Mengenai
penjelasan tentang tugas Malaikat Malik, diterangkan oleh Allah dalam
Alquran yang suci sebagai berikut:
Mereka berseru: "Hai Malik[1365] Biarlah Tuhanmu membunuh kami
saja". dia menjawab: "Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)".
50
agar penghuninya tidak keluar-keluar dari Neraka, sebagaiman Firman
Allah dalam Quran yang suci:
Dan adapun orang-orang yang fasik (kafir) Maka tempat mereka adalah
jahannam. setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka
dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: "Rasakanlah
siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya (Qs. Assajadah:20).
8. Malaikat Ridwan
Malaikat penjaga Syurga tidak disebutkan namanya oleh Allah dalam
Alquran Surah Azzumar:73. Allah menyebutkan tugas Malaikat yang
menjaga syurga dengan mempersilahkan orang-orang bertakwa masuk
ke dalam Syurga:
Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam
syurga berombong-rombongan (pula). sehingga apabila mereka sampai
ke syurga itu sedang pintu-pintunya Telah terbuka dan berkatalah
kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan)
atasmu. Berbahagialah kamu! Maka masukilah syurga ini, sedang kamu
kekal di dalamnya (Qs. Azzumar:73).
51
1. Akan lebih bersyukur kepada Allah swt atas perhatian dan
perlindungannya terhadap hamba-hambanya dengan
menugaskan para malaikat menjaga dan mendoakannya.
2. Akan lebih mengenal kebesaran dan kekuasaan Allah SWT yang
menciptakan dan menugaskan para malaikat.
3. Sebagai seorang muslim harus selalu optimis, tidak boleh ragu-
ragu dan tidak putus asa dalam menghadapi masalah hidup
karena kita percaya bahwa ada malaikat yang akan memberikan
pertolongan dan bantuan.
4. Berusaha untuk hati-hati dalam hidup ini, karena ada malaikat
yang di beri tugas untuk mengamati dan mencatat semua
tingkah laku manusia.
2.3 Iman Kepada Kitab Allah
Sejak dahulu mulai dari Nabi Adam as, sampai kepada Nabiullah
Muhammad saw, Allah telah menurunkan beberapa kitab di antaranya
Shuhuf Ibrahim, Shuhuf Musa yaitu Taurat, Zabur yang diturunkan kepada
nabi Daud dan Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa, Al-Quran yang
diturunkan kepada Nabiullah Muhammad Saw. Alquran sebagai kitab
terakhir dijadikan sebagai “hakim” atas semua kitab tersebut dan sebagai
timbangan untuk mengetahui kebenaran dan keabsahan dari kitab-kitab
terdahulu yang telah diselewengkan atau diubah. Allah SWT berfirman
dalam Surah Al-Maidah : 48
52
Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[421] terhadap kitab-kitab yang lain
itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara
kamu[422], kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali
kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu
perselisihkan itu (Qs. Al-Maidah:48)
54
ِ …منَ الَّ ِذيْنَ هَاد ُْوا يُ َح ِرفُ ْونَ اْل َك ِل َم َع ْن َم َو
اض ِع ِه ِ
Artinya: “Yaitu orang-orang Yahudi mereka mengubah perkataan dari
tempat-tempatnya.”(Qs. An-Nisa’46).
b. Kitab Zabur
Kitab zabur diwahyukan Allah swt. Kepada nabi Daud a.s. Nabi Daud
hanya diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengikuti syariat Nabi Musa.
Maka pokok ajaran kitab Zabur berisi tentang zikir, nasehat dan hikmah
tidak memuat syariat.
Firman Allah swt.:
َواَت َ ْينَا َد ُاو َد زَ ب ُْو ًرا
Artinya: “Dan kami berikan Zabur kepada Daud a.s“(al-Isra’ : 55)
c. Kitab Injil
Kitab Injil diwahyukan oleh Allah swt. kepada Nabi Isa a.s. Kitab Injil
yang asli memuat keterangan-keterangan yang benar dan nyata yaitu
perintah-perintah Allah SWT agar manusia mengesakannya dan tidak
menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, juga menjelaskan bahwa di
akhir zaman akan lahir Nabi yang terakhir.
Kitab Injil yang beredar sekarang hanyalah hasil pikiran manusia bukan
wahyu Allah . Misalnya Kitab Injil matius, Injil lukas dan Injil Johanes. Antar
Injil tersebut banyak terdapat perbedaan dan bahkan bertentangan.
Menurut para ahi, isi dari kitab Injil adalah biografi Nabi isa a.s. dan
keyakinan yang ada di dalam ajarannya merupakan pikiran paulus, bukan
pendapat orang-orang harawi (pengikut-pengikut nabi isa a.s.) . Ada juga
yang dinamakan Injil Bernabas, oleh para ulama dianggap sesuai dengan
ajaran tauhid. Namun Injil jenis ini tidak dipakai oleh orang-orang Kristen
(Nasrani). Dengan demikian, yang wajib dipercayai oleh umat islam
hanyalah Injil yang diturunkan Allah SWT.kepada nabi isa a.s.
Firman Allah swt.:
…وأَت َ ْينَهُ اْ ِإل ْن ِج ْي َل فِ ْي ِه ُه َدى َّونُ ْور
َ
55
Artinya: “Dan Kami telah memberikan kepadanya (Isa) kitab Injil sedang
didalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)” …(al-Maidah 46)
d. Kitab Al-Quran
Al-Quran diturunkan Allah swt.kepada Nabi Muhammad saw. Melalui
malaikat Jibril itu tidak sekaligus, melainkan secara berangsur-angsur,
yang waktu turunnya selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Terdiri dari 30 juz,
144 surat, 6666 ayat, 74.437 kalimat, dan 325.345 huruf. Turunnya al-
Quran disebut Nuzulul Quran. Wahyu pertama berupa surat Al-‘Alaq ayat
1-5, diturunkan pada malam 17 Ramadhan tahun 610 m. Di Gua Hira
ketika Nabi Muhammad sedang berkhalwat. Pada saat itu pula Nabi
Muhammad saw. dinobatkan sebagai Rasulullah atau utusan Allah swt.
untuk menyampaikan risalahNya kepada seluruh umat. Sedangkan ayat
yang terakhir turun adalah surat al-Maidah ayat 3, ayat tersebut turun pada
tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 hijriyah di padang ‘Arafah ketika beliau
sedang menunaikan haji wada’ (haji perpisahan), karena beberapa hari
sesudah menerima wahyu tersebut nabi Muhammad saw wafat. Al-Quran
diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. Sebahagian isinya menghapus
sebahagian syari’at yang tertera dalam kitab-kitab terdahulu dan
melengkapinya dengan hukum yang sesuai dengan hukum syariat yang
sesuai dengan perkembangan zaman. Al-Quran merupakan kitab suci
terlengkap dan abadi sepanjang masa, berlaku bagi semua umat manusia
sampai akhir zaman, serta pedoman dan petunjuk bagi manusia dalam
menjalankan kehidupan di dunia agar tercapai kebahagiaan di akhirat.
Oleh karena itu,sebagai muslim kita tidak perlu meragukannya sama
sekali. Firman Allah:
56
Artinya: “Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain
itu…(al-Maidah : 48)
Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan
sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan
Sunnah Rasul-Nya. (Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim,
al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm, disahikan oleh Syaikh Salim al-
Hilali)
58
Allah telah menciptakan ummat manusia, maka Allah pula yang
mengetahui aspek hidup manusia. Allah mengetahui kelemahan
dan kelebihan manuisa maka Allah memberikan petunjuk agar
manusia tidak mengalami kerusakan. Sama halnya sebuah mesin
yang telah dibuat oleh suatu pabrik, maka pasti pabrik yang telah
membuatnyalah yang paling tahu sisi kelemahan dan kelebihan
mesin yang telah dibuatnya sehingga mereka kemudian
membuatkannya petunjuk teknis agar mesin itu dapat berfungsi
dengan baik. Allah telah menyampaikan dalam Alquran Surah Al-
Baqarah:2, bahwa kitab Allah adalah petunjuk, terutama bagi orang
yang bertakwa:
Kitab[11] (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa[12],
3. Pemberi Keputusan
Manusia sebagai makhluk yang dinamis sering kali terjadi
perselisihan-persilihan paham, bahkan terkadang menjurus kepada
pertengkaran-pertengkaran bahkan di antara orang Yahudi dan
Nasrani saling mengklaim siapa di antara mereka yang benar dan
terbaik, hal ini diabadikan oleh Allah dalam Alquran yang suci
bahwa:
Orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak
mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata:
"Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan,"
60
padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. demikian pula
orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti Ucapan
mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari
kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya (Qs. Al-
baqarah:113).
61
pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Qs. Al-Baqarah:112).
5. Kabar Gembira
Wahyu Allah yang disampaikan kepada ummat manusia melalui
Rasul-Nya juga mengandung kabar gembira kepada orang-orang
yang berada di jalan Allah, terutama bagi mereka yang beriman dan
beramal shaleh. Kabar gembira bagi hamba Allah yang saleh
adalah berupa janji-janji yang disiapkan oleh Allah bagi hamba-Nya.
Diantara kabar gembira itu adalah:
63
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan
berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya. setiap mereka diberi rezki
buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah
yang pernah diberikan kepada kami dahulu." mereka diberi buah-
buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri
yang Suci dan mereka kekal di dalamnya (Qs. Al-Baqarah:25)
6. Memberikan Ancaman
Alquran disamping memberikan kabar gembira kepada orang-orang
yang beriman, Alquran juga memberi ancaman bagi orang-orang
kafir akan balasan dari perilaku mereka di dunia, yang akan diterima
di akhirat. Allah Subhana Wataalah telah menyampaikan dalam
Alquran yang suci:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan
membunuh para nabi yang memamg tak dibenarkan dan
membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil,
Maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa
yg pedih (Qs. Ali-Imran:21).
7. Pengobat hati
Penyakit yang dialami oleh manusia bukan hanya secara fisik akan
tetapi penyakit lain yang tidak kalah parahnya adalah penyakit non
fisik yaitu penyakit hati. Allah Subhana wataalah menyampaikan
bahwa:
64
Dalam hati mereka ada penyakit[23], lalu ditambah Allah penyakitnya;
dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta (Qs.
Al-baqarah:10)
Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari
enam rukun yang wajib diimani oleh setiap umat Islam. Iman kepada para
rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-
orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk menerima wahyu dari-Nya
65
untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar dijadikan pedoman
hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Seorang Nabi dan Rasul memiliki perbedaan, menurut Al-Baidhawi,
Umar bin Muhammad al-Syiraji, (t.th) Rasul adalah orang yang diutus Allah
swt. dengan syari’at yang baru untuk menyeru manusia kepadaNya.
Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah swt. untuk menetapkan
(menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya. Sebagai contoh Nabi Musa
adalah nabi sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun hanyalah nabi, sebab ia
tidak diberikan syari’at yang baru. Ia hanya melanjutkan atau membantu
menyebarkan syari’at yang dibawa nabi Musa AS.
2. Amanah
Seorang Nabi dan Rasul memiliki sifat amanah yaitu dapat
dipercaya, jujur, tidak mungkin khianat. Para Nabi dan Rasul
mendapatkan amanah dari Allah Swt menyampaikan wahyu Allah
dan mereka tidak akan pernah menghinati amanah yang
diberikan oleh Allah kepadanya, hal ini dapat dibaca pada
keterangan Alquran yang suci:
Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan Aku
hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu"(Qs. Al-
A’raf:68).
Ketika Nabi Muhammad SAW ditawari kerajaan, harta, wanita oleh
kaum Quraisy agar beliau meninggalkan tugas ilahinya menyiarkan agama
Islam, beliau menjawab: ”Demi Allah…wahai paman, seandainya mereka
dapat meletakkan matahari di tangan kanan ku dan bulan di tangan kiri ku
agar aku meninggalkan tugas suci ku, maka aku tidak akan
67
meninggalkannya sampai Allah memenangkan (Islam) atau aku hancur
karena-Nya”……Meski kaum kafir Quraisy mengancam membunuh Nabi,
namun Nabi tidak gentar dan tetap menjalankan amanah yang dia terima
(Muhammad Husain Haekal, 2015).
3. Tabligh
Salah satu sifat dari seorang Nabi dan Rasul adalah tabligh artinya
mereka senantiasa konsekwen menyampaikan kebenaran (wahyu) kepada
umatnya. Tidak mungkin mereka menyembunyikan kebenaran yang
diterimanya dari Allah swt. (kitman), meskipun mereka harus menghadapai
resiko yang besar. Diantara mereka ada harus berhadapan dengan para
penguasa yang dzalim atau kaum yang menolak, akan tetapi mereka tetap
istiqamah menyampaikan wahyu Allah kepada ummatnya. Tugas sebagai
penyampai bagi seorang Nabi dan Rasul ditegaskan oleh Allah Subhana
Wataalah dalam Alquran yang suci:
Supaya dia mengetahui, bahwa Sesungguhnya rasul-rasul itu Telah
menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya
meliputi apa yang ada pada mereka, dan dia menghitung segala sesuatu
satu persatu (Qs. Aljin:
2. Memberi Tauladan
Seorang Rasul yang diutus oleh Allah Subhana harus mampu
menerjemahkan perintah Allah Subhana Wataalah, agar ia dapat
menjadi contoh buat ummatnya. Rasululah menjadi contoh dalam
melakukan praktek ibadah, aqidah, akhlak, dan muamala duniawi.
Allah telah menyampaikan bahwa seorang Rasul adalah patron
dalam menjalani kehidupan oleh karena pada diri mereka terdapat
contoh yang terbaik, hal ini disampaikan dalam Alquran yang suci:
69
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Qs. Al-
Ahzab:21)
3. Mengajarkan Ilmu
Pada hakikatnya, nabi dan rasul merupakan pemberian Tuhan yang
paling baik bagi umat manusia, sebab dengan diutusnya mereka di
tengah umat manusia, mereka menjalankan tugas membebaskan
manusia dari penjara dan kungkungan tabiat dan melakukan
pekerjaan yang lebih besar, lebih luas, dan lebih tinggi dari medan
pekerjaan dan keterbatasan akal partikular; terlebih apa yang
diperoleh dan dicapai oleh akal dapat ditimpa kesalahan, kekeliruan,
dan perubahan, dan senantiasa hipotesa baru akan menggantikan
hipotesa lama. Berangkat dari sinilah Nasiruddin Thusi seorang
ilmuan dan filosof Islam berkeyakinan bahwa salah satu dari faedah
diutusnya nabi adalah menegaskan dan menguatkan persepsi serta
kognisi akal.
4. Menyempurnakan Akal dan Intelek
Manusia dalam bidang pemikiran dan teoritis butuh kepada wahyu
Tuhan; sebab apa yang mesti mereka ketahui, namun mereka tidak
pahami dan ketahui (dengan jalan akal dan intelek), mereka dapat
memahaminya dengan pertolongan wahyu, dan apa yang mesti
mereka peroleh secara sâlim dan sempurna, tapi tidak punya
kemampuan terhadapnya, tersempurnakan dan terpecahkan
dengan bantuan wahyu.
5. Menegakkan Keadilan
Tegaknya keadilan di tengah-tengah masyarakat merupakan cita
ideal setiap insan yang mendambakan keselamatan dan
kebahagiaan di dunia. Karena itu salah satu tujuan penting dari
70
bi’tsah adalah untuk tegaknya keadilan dalam masyarakat. Allah
menyampaikan dalam Alquran yang suci:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran (Qs.
Al-An-Nahl:90)
6. Menyelamatkan Manusia dari Kegelapan
Di antara tujuan bi’tsah kenabian lainnya adalah melepaskan dan
menganggkat manusia dari jurang kegelapan menuju lembah
cahaya, kejahilan ilmu dan amal, keduanya adalah kegelapan,
keduanya terperangkap timbunan kegelapan dan mengklaim diri,
mendapat petunjuk tanpa dalil ilmu dan bukti amal adalah bentuk
keterselimutan dalam kegelapan yang tebal. Satu-satunya perahu
keselamatan dan pelita hidayah adalah misykât kenabian, dimana ia
akan memberangkatkan manusia dari istana ego menuju tempat
kerja taklif dan kehambaan pada Tuhan dan menerangi hati-hati
gelap serta menyusulkan orang-orang sesat kepada para penapak
jalan cahaya. Allah mengutus Rasul-Nya untuk mengeluarkan
ummat manusia dari kegelapan ke cahaya kehidupan yaitu hidup
yang dilandasi oleh wahyu yang disampaikan oleh para Rasul Allah.
Dalam Alquran yang suci Allah berfirman:
71
Allah pelindung orang-orang yang beriman; dia mengeluarkan
mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan
orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang
mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan
(kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya (Qs. Al-Baqarah:257).
7. Mengajak Menyembah Allah
Mengajak ummat untuk menyembah Allah menjadi tujuan inti dan
pokok bi’tsah kenabian. Seruan dan ajakan kepada masyarakat
untuk menyembah Tuhan Yang Esa. Oleh karena itu, fokus asli
dakwah para nabi As adalah menjaga tauhid fitri dan menolak
segala bentuk penyekutuan Allah sebagaimana dalam kalimat
tauhid “lailaha illahu”… Maknanya dapat diterima secara rasional
oleh pandangan dan diterima secara amal oleh perbuatan, pada
hakikatnya menyembah Allah yakni menjauhi segala bentuk
penyembahan kepada yang lain selain penyembahan dan ibadah
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini disampaikan oleh Allah
dalam Alquran yang suci:
(yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu;
tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, Maka
sembahlah Dia; dan dia adalah pemelihara segala sesuatu (Qs. Al-
an’am:102).
8. Menghakimi dan Memutuskan Perselisihan Masyarakat
72
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut
apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka
tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang Telah diturunkan
Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang Telah
diturunkan Allah), Maka Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah
menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka
disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya
kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik (Qs. Al-
Maidah:49).
9. Mengajak kepada Kehidupan yang Lebih Baik dan Konstruktif
Wahyu dan ajaran para Nabi As adalah penjamin kehidupan yang
lebih baik bagi manusia, Para nabi dan rasul inilah yang memimpin
kafilah-kafilah ruhani menuju kedekatan kepada Allah dan memberi
kehidupan maknawi sebagai sebuah bentuk kehidupan yang lebih
baik dan konstruktif bagi umat manusia. Allah Subhana Wataalah
menyampaikan dalam Alquran yang suci:
73
Katakanlah: "Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu
kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan
kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita
persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika
mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah,
bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada
Allah)"(Qs…..:64)
75
didunia. Janji Allah dapat tereliasir pada saat manusia telah sampai pada
kehidupan akhirat.
2.5.1 Pengertian Yaumul Akhir
Yaumul akhir atau hari kiamat adalah hari akhir kehidupan seluruh
manusia dan makhluk hidup didunia yang harus kita percayai kebenaran
adanya yang menjadi jembatan menuju kehidupan di akhirat yang kekal
dan abadi. Iman kepada hari kiamat adalah rukun iman yang ke-lima. Hari
kiamat diawali dengan tiupan terompet sangkakala oleh malaikat isrofil
untuk menghancurkan bumi beserta seluruh isinya. Sebagaimana
disampaikan oleh Alllah dalam Alquran yang suci:
Dan ditiuplah sangkakala, Maka matilah siapa yang di langit dan di bumi
kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu
sekali lagi Maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-
masing)(Qs. Azzumar:68)
76
Tanda-tanda hari kiamat adalah alamat kiamat yang menunjukkan
akan terjadinya kiamat tersebut. Tanda-tanda akan datangnya hari kiamat
ada berupa tanda-tanda kecil dan ada berupa tanda-tanda besar.
Adapun tanda-tanda kiamat sebagai berikut:
a. Tanda kimat kecil
Tanda-tanda kiamat kecil adalah tanda yang datang sebelum kiamat
dengan waktu yang relatif lama dan kejadian biasa, seperti :
dicabutnya ilmu, dominannya kebodohan, minum khomar sebagai
kegemaran, berlomba-lomba dalam membangun dan lain-lain. Tanda-
tanda kiamat kecil terbagi menjadi dua :
Pertama : kejadian sudah muncul dan sudah selesai, seperti diutusnya
Rosulullah SAW, terbunuhnya Utsman bin Affan, terjadinya fitnah
besar abtara dua kelompok orang beriman.
Kedua : kejadiannya sudah muncul tetapi belum selesai bahkan
semakin bertambah, seperti : tersia-siakannya amanah, terangkatnya
ilmu, merebaknya perzinaan dan pembunuhan, banyaknya wanita dan
lain-lain. Secara rinci tanda-tanda kecil akan datangnya hari kiamat
dapat dirinci sebagai berikut:
1) Diutusnya Rosulullah SAW.
2) Disia-siakanya amanah.
3) Pengembala menjadi kaya.
4) Sungai erafat menjadi emas.
5) Baitul Maqdis dikuasai oleh umat islam.
6) Banyak terjadi pembunuhan.
7) Munculnya kaum khowarij.
8) Banyak polisi dan pembela kedzoliman.
9) Perang antara yahudi dan umat islam.
10) Dominannya fitnah.
11) Sedikitnya ilmu.
77
12) Merebaknya perzinaan.
13) Banyaknya kaum wanita.
14) Bermewah-mewah dalam membangun masjid.
15) Menyebarkan riba dan harta haram.
b. Tanda Kiamat Qubro (besar)
Ada beberapa tanda-tanda akan terjadi hari kiamat besar yang terpisah
dari beberapa hadits. Di antaranya adalah:
1. Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dari Hudzaifah bin Asid al-
Ghifari Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
datang kepada kami. Sedangkan kami tengah berbincang-bincang, lalu
beliau bertanya:
78
“Sesungguhnya Kiamat tidak akan terjadi hingga ada sepuluh tanda
(sebelumnya): khasf di timur, khasf di barat, khasf di Jazirah Arab, asap,
Dajjal, binatang bumi, Ya’-juj dan Ma’-juj, terbitnya matahari dari barat, dan
api yang keluar dari jurang ‘Adn yang menggiring manusia.”
79
ُ طعِ ال ِس ِّْلكُ ؛ َيتْ َب ْع َب ْع
ض َها َب ْعضًا َ فَإ ِ ْن يُ ْق، ٍظ ْو َماتٌ ِف ْي ِس ْلك
ُ اْآل َياتُ خ ََرزَ اتٌ َم ْن.
Hal ini diperkuat oleh keterangan yang telah berlalu tentang urutan
tanda-tanda besar Kiamat, di mana sebagian hadits menyebutkan bahwa
se-bagian tanda-tanda itu muncul pada zaman yang saling berdekatan.
Tanda besar Kiamat yang pertama setelah kemunculan al-Mahdi adalah
keluarnya Dajjal, kemudian turunnya ‘Isa Alaihissallam untuk
membunuhnya, selanjutnya datangnya Ya’-juj Ma’-juj, dan do’a Nabi ‘Isa
Alaihissallam untuk kebinasaan mereka, akhirnya Allah membinasakan
mereka, selanjutnya Nabi ‘Isa Alaihissallam berkata:
“Maka di antara yang diwahyukan oleh Rabb-ku kepadaku, bahwa hal itu
(Kiamat) terjadi jika demikian. Maka sesungguhnya Kiamat itu bagaikan
wanita hamil yang telah sempurna (kehamilannya) sementara keluarganya
tidak mengetahui kapan mereka dikagetkan oleh kelahirannya, malam
harikah atau siang hari?
Ini adalah dalil sangat dekatnya Kiamat, karena antara wafatnya Nabi ‘Isa
Alaihissallam dan terjadinya Kiamat terdapat beberapa tanda-tanda besar
Kiamat, seperti terbitnya matahari dari barat, munculnya binatang besar,
asap, dan keluarnya api yang mengumpulkan manusia. Tanda-tanda
Kiamat ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat sebelum tegaknya
kiamat. Perumpamaannya seperti ikatan yang terputus dari rangkaiannya,
dan menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah telah berkata, “telah tetap
bahwa tanda-tanda besar Kiamat bagaikan benang, jika ia putus, maka
80
mutiara yang ada di dalamnya akan berjatuhan. Hadits ini dijelaskan di
dalam riwayat Ahmad.” (Al-Wabil, 2012)
2.5.3 Perbedaan Antara Kiamat Sughro dan Qubra
1. Tanda-tanda kiamat kecil secara umum itu datang terlebih dahulu
daripada tanda-tanda kiamat besar.
2. Tanda kiamat Sughra sebagian sudah terjadi, sebagiannya sedang
terjadi dan sebagiannya akan terjadi, sedangkan kiamat Qubra
belum terjadi.
3. Tanda kiamat kecil bersifat biasa dan tanda kiamat besar bersifat
luar biasa.
4. Tanda kiamat sughra berupa peringatan agar manusia sadar dan
bertaubat. Sedangkan kiamat Qubro jika sudah datang, maka
tertutuplah pintu taubat.
5. Tanda kiamat Qubro jika muncul satu tanda, maka akan diikuti
tanda-tanda yang lain. Dan yang pertama muncul adalah terbitnya
matahari dari barat.
Peristiwa hari akhir yang sering disebut hari kiamat didahului dengan
tiupan sangkakala pertanda akan musnahnya alam semesta ini. Pada saat
itu seluruh makhluk seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, gunung-
gunung, laut, langit semuanya menjadi kacau balau dan hancur. Didalam
surat Al-Qori’ah ayat 1-5 disebutkan:
Artinya : Hari kiamat, Apakah hari kiamat itu?, tahukah kamu Apakah hari
kiamat itu?, pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang
bertebaran, dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-
hamburkan.( Q.S Al-Qori’ah : 1-5)
82
membantu orang tuanya. Setelah kejadian itu semua makhluk yang
bernyawa menemui ajal dan kehidupan diduniapun berakhir.
Setelah semua makhluk didunia menemui ajalnya, maka malaikat israil
meniup sangkakala sekali lagi. Tiupan sangkakala yang kedua ini Allah
menghendaki agar semua manusia bangkit kembali. Setelah manusia
dibangkitkan kembali, lalu dikumpulkan dipadang mahsyar untuk menjalani
pemeriksaan tentang amal perbuatan yang dilakukan selama hidup
didunia.
Pemeriksaan ini berjalan dengan tertib dan adil. Setiap manusia
menerima buku catatan atau rekamanan yang lengkap tentang amalan
perbuatan selama hidup didunia. Dihadapan pengadilan Allah ini manusia
tidak bisa berbohong karena mulut mereka dibungkam dan yang menjawab
pertanyaan adalah anggoa badan yang lain. Sekcil apapun perbuatan jahat
akan dilihat dan mendapat balasan. Demikian juga sekecil apapun
kebaikan yang diperbuat manusia akan terlihat dan mendapat imbalannya.
Setelah pengadilan Allah selesai, orang-orang akan beruntung karena
hanya melakukan amal sholeh, ditempatkan disurga, sedangkan orang-
orang yang celaka karena banyak melakukan perbuatan dosa di tempatkan
dineraka.
2.5.4 Nikmat Syurga dan Siksa Neraka
Bagi manusia dan jin, ada dua tempat yang disiapkan oleh Allah nanti
di akhirat, yaitu Syurga dan Neraka. Manusia akan menempati salah
satunya. Jika dirahmati oleh Allah maka mansusia akan menampati
Syurga dan jika celaka mereka akan menjadi penghuni Neraka. Prilaku
ketika hidup di dunia akan menjadi sebab seseorang akan ditempatkan di
syurga atau di Neraka. Ornag yang beriman dan beramal Saleh atau
orang-orang yang bertakwa akan menjadi penghuni Syurga, sedangkan
orang-orang yang tidak sempat bertobat atau tidak beriman dan beramal
83
saleh akan menjadi penghuni Neraka. Kedua tempat ini tentu sangat
berbeda kondisinya, adapun :
1. Syurga
Syurga adalah tempat yang penuh dengan kesenangan, yang
dikhususkan bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada
Allah. Kesenangan disurga tidak bisa digambarkan dan tidak dapat
dibandingkan dengan kesenangan yang terdapat didunia. Indahnya
panorama dipegunungan dan kesegaran udaranya tidak dapat
disamakan dengan indahnya alam surga. Jika keindahan didunia bersfat
sementara, maka keindahan dan kesenangan diakhirat bersifat kekal.
Orang-orang yang sholeh tampak berseri-seri tanda mereka yang
sangat suka cita. Mereka begitu puas akan apa yang telah mereka
perbuat selama hidup didunia. Allah telah membuktikan keadilan dan
kasih sayang kepada hamba-Nya yang bertakwa. Kegembiraan orang-
orang beriman dan keadaan disurga digambarkan dalam Al-Qur’an surat
Al-Ghosiyah ayat 8-16 yakni :
Artinya : Banyak muka pada hari itu berseri-seri, Merasa senang karena
usahanya, Dalam syurga yang tinggi, Tidak kamu dengar di dalamnya
perkataan yang tidak berguna. Di dalamnya ada mata air yang mengalir. Di
dalamnya ada takhta-takhta yang ditinggikan, Dan gelas-gelas yang
terletak (di dekatnya), Dan bantal-bantal sandaran yang tersusun, Dan
permadani-permadani yang terhampar. (Q.S Al-Ghosiyah : 8-16)
2. Neraka
84
Neraka adalah suatu tempat diakhirat yang sangat tidak menyenangkan.
Tempat ini diperuntukkan bagi orang-orang kafir, orang-orang yang
melanggar perintah Allah. Dineraka orang-orang yang berbuat dosa
melebihi amal baiknya akan mendapat siksa. Penderitaan akibat siksa
neraka ini tidak ada bandingannya. Panasnya api neraka tidak dapat
dibandingkan dengan panasnya api yang ada didunia. Dari keterangan
ayat-ayat Al-Qur’an, kita dapat membayangkan betapa menderitanya orang-
orang yang hidup tersiksa dineraka.Firman Allah dalam surat An-Nisa’ ayat
56 :
Minuman bagi penghuni neraka yaitu air nanah (air yang amatlah
busuk baunya lagi kental) maka meskipun merasa jijik bahkan tidak
85
mampu untuk menelannya, disebutkan dalam surat Al-Ibrahim ayat 16-17
yang berbunyi :
88
Iman artinya keyakinan yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan
lisan dan dilaksanakan dengan amal perbuatan. Kalau kita melihat qada
menurut bahasa artinya ketetapan allah SWT kepada setiap mahkluk-nya
yang bersifat Azali. Sedangkan Qadar artinya menurut bahasa berarti
ukuran. Qadar artinya terjadi penciptaan sesuai dengan dengan ukuran
atau timbangan yang telah ditentukan sebelumnya. Qada dan qadar dalam
keseharian sering kita sebut dengan takdir.
Iman kepeda Qadha dan Qadar artinya percaya dan yakin dengan
sepuluh hati bahwa Allah SWT telah menentukan tentang segala sesuatu
bagi makhluknya. Berkaitan dengan Qadha dan Qadar, Rasulullah SAW
bersabda yang artinya sebagai berikut yang artinya :
89
hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia
beramal dengan amalan ahli surga, maka dengan itu ia memasukinya”.
(HR. al Bukhari dan Muslim)
Dari hadist diatas dapat kita ketahui bahwa nasib manusia telah
ditentukam Allah sejak sebelum ia dilahirkan, akan tetapi walaupum setiap
manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya
tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan berikhtiar. Manusia
tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang
dengan sendirinya. Oleh karena itu Jangan sekali-kali menjadikan takdir itu
sebagai alasan untuk malas berusaha dan berbuat kejahatan. Pernah
terjadi pada zaman khalifah Umar bin Khattab, seorang pencuri tertangkap
dan dibawa kehadapan Khalifah Umar. “mengapa engkau mencuri?” tanya
Khalifah. Pencuri itu menjawab, “ memang Allah mentakdirkan saya
menjadi pencuri.” Mendengar jawaban demikian, Khalifah Umar marah, lalu
berkata, ” Pukul saja orang ini dengan cemeti, setelah itu potonglah
tangannya!.” Orang-orang yang ada disitu bertanya, ” Mengapa hukumnya
diberatkan seperti itu?”Khalifah Umar menjawab, ”Ya, itulah yang setimpal.
Ia wajib dipotong tangannya sebab mencuri dan wajib dipukul karena
berdusta atas nama Allah”.
Mengenai hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar ini, para
ulama berpendapat, bahwa takdir itu ada dua macam : 1.Takdir mua’llaq:
yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contoh seorang
siswa bercita-cita ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk mencapai cita-
citanya itu ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang ia cita-citakan
menjadi kenyataan. Ia menjadi insinyur pertanian. Dalam hal ini Allah
berfirman:
92
Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah,
melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87).
Orang yang berhasil dalam hidup yang percaya akan takdir Allah
tidak akan membuat dirinya menjadi sombong, takbur atau
menbanggakan diri oleh karena ia menyadari bahwa apa yang terjadi
atas dirinya adalah pengaturan Allah atau takdir Allah. Apalagi ada
peringatan Rasululah SAW:
ََل يَدْ ُخ ُل ْال َجنهةَ َم ْن َكانَ فِي قَ ْلبِ ِه ِمثْقَا ُل ذَ هرةٍ ِم ْن ِكب ٍْر
Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan
sebesar biji debu. (HR. Muslim)
93
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan. (QS Al- Qashas ayat 77)
4. Menenangkan jiwa
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa
mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa
senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung
atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar
dan berusaha lagi. Firman Allah
95
BAB III. AKHLAK DALAM ISLAM
Akhlak merupakan garis pemisah atau demakrasi antara orang yang
baik dengan orang yang tidak baik. Akhlak juga merupakan roh Islam.
Agama tanpa akhlak samalah seperti jasad yang tidak bernyawa. Oleh
karena itu satu misi yang dibawa oleh Rasulullah saw ialah membina
kembali akhlak manusia yang telah runtuh sejak zaman para nabi yang
terdahulu sebagaimana Rasululah Saw dalam hadits:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik. HR. Al-
Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 273 (Shahiihul Adabil Mufrad no. 207), Ahmad
(II/381), dan al-Hakim (II/613), dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Dishahihkan oleh
Syaikh al-Albani dalam Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 45).
96
melantik manusia menjadi Tuhannya sendiri. Kerusakan akhlak berlanjut
sampai pada zaman jahiliyyah yang mana akhlak manusia telah runtuh
berpuncak pada perangai ummat dengan tradisi meminum arak,
membuang anak, membunuh, melakukan kezaliman sesuka hati,
menindas, suka memandang rendah kaum yang lebih rendah martabatnya
dan sebagainya. Dengan demikian mereka sebenarnya tidak berakhlak
dan tidak ada bedanya dengan manusia yang tidak beragama (Muhammad
Husain Haekal, 2015)
Pencerminan diri seseorang sering digambarkan melalui tingkah laku
atau akhlak yang ditunjukkan. Malahan akhlak merupakan perhiasan diri
bagi seseorang sebagaimana halnya aqidah merupakan akar tunjang
agama, syariat merupakan cabang dan rantingnya sedangkan akhlak
bunga-bunganya yang indah, menjadi perhiasan yang sangat menarik. .
Akhlak tidak dapat dibeli atau dinilai dengan uang ringgit atau rupiah, ia
berada dalam diri seseorang sebagai hasil pendidikan dari kedua orang
tua atau pengasuh serta pengaruh dari masyarakat sekeliling mereka. Jika
sejak kecil kita diajarkan dan diperkenalkan dengan akhlak yang mulia,
maka secara tidak langsung ia akan mempengaruhi tingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari.
Proses pembentukan sebuah masyarakat adalah sama seperti
membina sebuah bangunan. Kalau dalam pembinaan bangunan,
pondasinya disiapkan terlebih dahulu, begitu pula dalam membentuk
masyarakat mesti dimulai dengan pembinaan pondasi terlebih dahulu. Jika
pondasi kokoh maka tegaklah masyarakat itu.Jika lemah maka robohlah
semua yang terbangun di atasnya.
Akhlak amat penting karena merupakan dasar yang diletakkan oleh
Rasulullah saw ketika memulai pembentukan masyarakat Islam. Menurut
Abu Zahrah, (1965) menyatakan bahwa budi pekerti atau moral yang
mulia adalah satu-satunya asas yang paling kuat untuk melahirkan
97
manusia yang berhati bersih, ikhlas dalam hidup, amanah dalam tugas,
cinta kepada kebaikan dan benci kepada kejahatan.
Jadi jelas bahwa akhlak adalah tonggak peradaban hidup manusia
yang dapat memberi warna dalam kehidupan kita, tanpa akhlak yang baik
masyarakat akan rusak dan Negara akan mengalami keruntuhan.
3.1 Pengertian Akhlak
Akhlak dapat diartikan dalam dua segi, yaitu
berdasarkan bahasa dan termilonogi (istilah). Secara bahasa aklaq
berasal dari perkataan ‘khulq’ yang berarti perilaku, perangai atau tabiat.
Maksud ini terkandung dalam kata-kata Aisyah berkaitan akhlak Rasulullah
saw bahwa
98
pertimbangan akal pikiran lebih dahulu, ia muncul di bawah alam sadar
seseorang.
3.2 Sumber Akhlak Islam
Sumber akhlak dalam Islam ada dua yang utama yaitu al-Quran
dan al-Sunnah. Ketika Aisyah radiallahu anha ditanya, bagaimana Akhlak
Rasululah, beliau menjawab bahwa akhlak Rasullulah Muhammad SAW
adalah Alquran. Kemudian Rasulullah Saw bersabda bahwa, Kutinggalkan
kepadamu dua hal barangsiapa yang berpegang kepada keduanya maka
ia tak akan tersesat selama-lamanya yaitu Kitabullah dan Sunna Rasululah
Saw. Berdasarkan keterangan ini maka kita dapat menyimpulkan bahwa
sumber dari semua aktivitas kita adalah Alquran dan hadits Rasululah Saw
yang sahi. Bahkan Rasulullah saw dalam sepotong hadits menyampaikan
bahwa:
(HR. Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 273 (Shahiihul Adabil Mufrad no. 207),
Ahmad (II/381), dan al-Hakim (II/613), dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Dishahihkan
oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 45))
99
keduanya merupakan rujukan bagi seorang muslim untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang akan menjadi rangkaian perbuatan yang akan
menggambarkan akhlak seorang muslim.
3.3 Ciri-ciri Akhlak Mulia
Akhlak yang mulia memiliki ciri-ciri yang seharusnya ada pada setiap
muslim dan muslimah, di antara ciri-ciri akhlak yang mulia adalah:
1. Bersifat warak dari melakukan perkara-perkara yang syubhat
Seorang muslim mestilah menjauhkan dirinya dari segala perkara
yang dilarang oleh Allah dan juga perkara-perkara yang samar-samar di
antara halal dan haramnya (syubhat) berdasarkan dari hadith Rasulullah
yang berbunyi:
“Dari Abu Abdullah al-Nu’man ibn Basyer r.a. beliau berkata: Aku telah
mendengar RasulullahSallallahu’alaihiwasallam bersabda: Sesungguhnya
yang halal itu nyata (terang) dan haram itu nyata (terang) dan di antara
keduanya ada perkara-perkara yang samar yang tidak diketahui oleh
kebanyakan manusia. Maka barangsiapa memelihara (dirinya dari) segala
yang samar, sesungguhnya ia memelihara agamanya dan kehormatannya.
Dan barangsiapa jatuh kedalam perkara yang samar jatuhlah ia kedalam
yang haram, seperti seorang pengembala yang mengembala di sekeliling
kawasan yang dilarang, hampir sangat (ternakannya) makan di dalamnya.
Ketahuilah! Bahawa bagi tiap-tiap raja ada kawasan larangan. Ketahuilah!
Bahawa larangan Allah ialah segala yang diharamkan-Nya. Ketahuilah!
Bahwa di dalam badan ada segumpal daging, apabila ia baik, baiklah
badan seluruhnya dan apabila ia rusak, rusaklah semuanya. Ketahuilah!
Itulah yang disebut hati.
(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
2. Memelihara Pandangan.
Mata adalah salah satu potensi yang diberikan oleh Allah Swt untuk
menyaksikan sesuatu, akan tetapi seseorang muslim tidak boleh
sembarang melihat sesuatu. Seorang muslim harus berusaha memelihara
100
pandangan dari perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah karena
pandangan terhadap sesuatu (yang menarik itu) dapat merangsang
syahwat dan akan membawa ke kancah pelanggaran dan maksiat. Oleh
karena itu Allah Subhana Wataalah mengingatkan orang –orang mu’min
supaya memelihara pandangan dari penglihatan yang tidak memberi
faedah, firman Allah Subahanu Wata,ala:
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:“Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang mereka perbuat”. (An-Nur: 30)
ظ ُر إِلَ ْيهَا َوت َ ْنظُ ُر ُ ض ُل يَ ْن ْ َ فَ َجعَ َل ا َ ْلف،ت اِ ْم َرأَة َم ْن َخثْعَ َمِ ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم فَجَا َء َّ َ ِيف َرسُو ِل
َ اس َرد َ ُض ُل ْبن
ٍ َّعب ْ َكَانَ ا َ ْلف
ِ يار
ِ خَ ُ ب ْ
ل ل
ِ ُ ظ ْ
ف َ ل ال و
َ ,ِ
ه يْ َ ل ع
َ ق َ فَّ ت م
ُ ) … ر
ِ َ
خ ْلْ َ ا ِق
ِ لش َ ا ىَ لإ
ِ ل
ِ ْ
ض َ ف ْ
ل َ ا َ ه ْجوَ ف
ُ ْر
ِ صي
َ وسلم عليه هللا صلى يُّ ِ ب َّ ن لَ ا ل
َ َ ع َو َج،ِإِلَ ْيه
َ ع ِل ُّي ََل تُتْ ِب ْع النَّ ْظ َرةَ النَّ ْظ َرةَ فَ ِإنَّ لَكَ ْاْلُولَى َولَ ْي
ُستْ لَكَ ْاْل ِخ َرة َ يَا
3. Memelihara Lidah
Seseorang muslim itu mestilah memelihra lidahnya dari menuturkan
kata-kata yang tidak berfaedah, perbuatan-perbuatan yang buruk dan
kotor, percakapan-percakapan kosong, mengumpat, mengeji dan mengadu
domba.
Sabda baginda:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah
ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no.
6018; Muslim, no.47)
Banyak bicara tidak ada larangan, yang menjadi masalah jika banyak
bicara lalu banyak dustanya, apalagi sengaja membuat provokasi untuk
membuat perceraian dan permusuhan di tengah-tengah ummat.
4. Bersifat Pemalu.
Seorang muslim mestilah bersifat pemalu dalam setiap keadaan.
Namun demikian sifat tersebut tidak seharusnya menghalanginya
memperkatakan kebenaran. Di antara sifat pemalu seseorang ialah ia tidak
102
masuk campur urusan orang lain, memelihara pandangan, merendah diri,
tidak meninggikan suara ketika bercakap, berasa cukup serta memadai
sekadar yang ada dan sifat-sifat seumpamanya.
Rasululah Muhammad SAW adalah tauladan kita mestinya
mencontoh beliau dari sifat pemalunya. Beliau sangat pemalu bahkan
melebihi gadis perawan sebagaimana yang diceritakan oleh Abu Sa’îd Al
Khudri Radhiyallahu anhu menceritakan :
“Adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih malu dari seorang gadis
perawan yang berada dalam hijabnya. Bila beliau melihat sesuatu yang
tidak disukai, maka akan terlihat di wajahnya”. [HR. al Bukhari dan Muslim]
Rasa malu yang dimaksud adalah rasa malu yang timbul dalam
melakukan kejahatan. Seorang yang berakhlak mulia seharusnya sangat
malu jika melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, akan tetapi ia
tidak akan peduli kepada siapapun jika yang dilakukan adalah kebenaran
atau perintah Allah Subhana Wataalah sekalipun seluruh dunia mencela.
Seorang yang berbuat kebaikan tak akan turun derajatnya menjadi hina
sekalipun ia mendapatkan celaan, sebaliknya seorang yang berbuat jahat
tidak akan berubah menjadi mulia sekalipun seluruh dunia
menyangjungnya.
103
petugas ‘amal Islami sehingga himmah mereka menjadi pudar, gerakan
menjadi lumpuh malah mereka mungkin terus berpaling meninggalkan
medan da’wah.
Kesabaran adalah sifat utama yang harus dimiliki seorang muslim
yang dapat menjadi benteng dari setiap permasalahan yang kita hadapi.
Orang yang sabar akan berdampingan dengan Allah swt, sebagaimana
firman Allah swt. Surah Al-Baqarah : 153
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu[99], Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar
(QS 2 :153)
b) Menperturutkan Nafsu
Nafsu adalah anugerah Allah swt kepada manusia dan sekaligus
menjadi musuh. Manusia yang terlalu menurut kehendak nafsunya akan
terdorong untuk melakukan keburukan. Seandainya nafsu tidak dapat
dikawal, sudah pasti boleh menghilangkan harga diri, agama dan nilai
budaya sebuah masyarakat dan membawa kepada kemungkaran
sebagaimana berlaku dalam masyarakat kini. Hal ini diingatkan dalam
Firman Allah Swt surah Yusuf : 53
Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena
Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu
yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Pengampun lagi Maha penyanyang.
c) Gangguan Syaitan
Satu lagi musuh ghaib yang senangtiasa mendampingi manusia
dengan memperalatkan nafsu manusia adalah syaitan. Fungsi syaitan
adalah sebagai agen perusak akhlak manusia. Misi syaitan mulai dilakukan
sejak Nabi Adam a.s. bahkan tidak akan berhenti sampai hari kiamat,
sebagaimana firman Allah dalam Al-quran surah Al-A;raf : 13-15
Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; Karena kamu tidak
sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah,
Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina". Iblis menjawab:
"Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan". Allah
berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."
Maksud beri tangguhlah saya adalah janganlah saya dan anak cucu
saya dimatikan sampai hari kiamat sehingga saya berkesempatan
menggoda Adam dan anak cucunya. Ada banyak akhlak yang sangat
disukai oleh Syaitan, yang kesemuanya termasuk akhlak yang tercela,
seperti berlebih-lebihan (mubassir), membanggakan diri, menyebar kabar
109
bohong, memanggil dengan gelar yang buruk, mengingkari janji,
mengambil harta rampasan, Ghibah (membicarakan aib orang lain),
menipu, dan lain-lain sebagainya.
3.6 Cara-cara mengatasi dan memperbaiki akhlak
Akhlak seseorang dapat di bangun atau diperbaiki dengan berbagai
cara, sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul. Diantara yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki akhlak adalah :
Akhlak merujuk kepada amalan, dan tingkah laku tulus yang tidak
dibuat-buat yang menjadi kebiasaan. Menurut istilah dalam Islam, akhlak
ialah sikap keperibadian manusia terhadap Allah, manusia, diri sendiri dan
makhluk lain, sesuai dengan suruhan dan larangan serta petunjuk Al-
Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Ini berarti akhlak merujuk kepada
seluruh perlakuan manusia, yaitu ada berbentuk lahiriah maupun batiniah
yang merangkumi aspek amal ibadat, percakapan, perbuatan, pergaulan,
komunikasi, kasih sayang dan sebagainya. Akhlak kepada Allah yaitu
menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Jadi
seorang muslim itu hendaknya taat terhadap apa yang diperintahkan oleh
Tuhannya. Sehingga akhlak orang muslim kepada Allah yaitu beriman dan
taqwa kepada Allah SWT.
3.7.1.1 Pengertian Akhlak Kepada Allah
Akhlak menurut bahasa yaitu berasal dari bahasa arab ( )اخالقjamak
dari kata خلقyang berarti tingkah laku, perangai atau tabiat. Sedangkan
menurut istilah akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong
perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi.
Dengan demikian akhlak pada hakikatnya adalah sikap yang melekat pada
diri mausia, sehingga manusia dapat melakuakannnya tanpa berfikir
(spontan).
Menurut Kahar Masyhur akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai
sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai
makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik. Sehingga akhlak kepada Allah
111
dapat diartikan, yaitu Segala sikap atau perbuatan manusia yang dilakukan
tanpa dengan berfikir lagi (spontan) yang memang seharusnya ada pada
diri manusia (sebagai hamba) kepada Allah SWT. (sebagai Kholiq).
3.7.1.2 Pembagian Akhlak Kepada Allah
Ahlak kepada Allah terbagi menjadi dua bagian yaitu akhlak
mahmudah dan akhlak madzmumah. Akhlak mahmudah adalah akhlak
yang terpuji, yang menjadi sebab mendapatkan kebahagiaan di dunia dan
akhirat, yang diridhoi oleh Allah dan dicintai oleh keluarga dan seluruh
manusia. Sebaliknya akhlak madzmumah adalah asal penderitaan di
dunia dan akhirat, tidak disukai dan tidak cintai oleh siapapun.
Seorang muslim yang baik itu memang diharuskan berakhlak yang baik
kepada Allah SWT. Karena kita sebagai manusia itu diciptakan atas
kehendak-Nya, sehingga alangkah baiknya kita bersikap santun
(berakhlak) kepada sang Kholiq sebagai rasa syukur kita.
Menurut Kahar Mashyur, (1994) sekurang-kurangnya ada empat
alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah.
1. karena Allah-lah yang mencipatakan manusia. Dia yang
menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari tulang
punggung dan tulang rusuk hal ini sebagai mana di firmankan oleh
Allah dalam surat at-Thariq ayat 5-7.
Artinya : (5) "Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah
dia diciptakan?, (6). Dia tercipta dari air yang terpancar, (7). yang
terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada. (at-Tariq:5-7)
112
sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna
kepada manusia. Firman Allah dalam surat, an-Nahl ayat, 78.
Artinya: "Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi
kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur. (
Q.S an-Nahal : 78)
113
Artinya: "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu
Adam, Kami angkut mereka dari daratan dan lautan, Kami beri
mereka dari rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah
Kami ciptakan. (Q.S al-Israa : 70).
114
2. akhlak yang baik terhadap sesama. kuncinya terdapat dalam dua
perkara, yaitu berbuat baik dan tidak mengganggu sesama dalam
bentuk perkataan dan perbuatan.
Adapun contoh Akhlak kepada Allah itu antara lain:
a.Taqwa kepada Allah SWT.
Definisi taqwa adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan
mengikuti segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Perintah
takwa ini banyak di dalam Al-quran di antaranya surah Ali-Imran :102
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam (Qs. Ali-Imran:102).
c.Ikhlas
Ikhlas yaitu semata-mata mengharap ridlo Allah. Jadi segala apa
yang kita lakukan itu semata-mata hanya mengharap ridho Allah SWT,
Firman Allah dalam surah Al-Bayyinah : 5
115
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat;
dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
f.Muraqobah
Dalam hal ini, Muraqabah diartikan bahwa kita itu selalu berada dalam
pengawasan Allah SWT. Allah maha mengawasi dan mengetahui
116
terhadap makhluknya termasuk kita selaku manusia.. sebagaimana firman
Allah Swt dalam surah Al-baqarah : 283
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
g.Taubat
Taubat berarti kembali, yaitu kembali dari sesuatu yang buruk ke
sesuatu yang baik. Taubat yang dimaksud adalah tobat sebenar-benarnya
tobat yang disebut tobatan nasuha, sebagaimana firman Allah swt dalam
surah At-tahrim :8
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).
Taubat yang diterima oleh Allah swt, adalah tobatan nasuha (taubat yang
semurni-murninya. Syarat dari taubat nasuha yaitu menyesali semua kesalahan
yang telah dilakukan, berjanji untuk tidak melaksanakan dosa atau kesalahan itu
dan kesadaran tobatnya diikuti dengan perbuatan baik.
h.Berbaik sangka kepada Allah SWT.
Maksudnya kita sebagai umat yang diciptakan oleh Allah, hendaknya
khusnudzon, jangan suudzon, karena apa yang akan diberikan oleh Allah
itu pasti bak bagi kita. Sebagai hamba Allah kita terkadang merasa apa
yang diinginkan itulah yang terbaik menurut perhitungannya, padahal apa
yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah, begitu pula
sebaliknya apa yang kita anggap jelek, belum tentu jelek menurut Allah.
Oleh karena itu sebaiknya apa yang terjadi buat diri kita seyognya selalu
berbuat sangka akan kebaikan dari Allah. Dalam hadits dikatakan bahwa
Allah:
117
“Allah Ta’ala berfirman, 'Aku tergantung persangkaan hamba kepadaKu. Aku
bersamanya kalau dia mengingat-Ku. Kalau dia mengingatku pada dirinya, maka
Aku mengingatnya pada diriKu. Kalau dia mengingatKu di keramaian, maka Aku
akan mengingatnya di keramaian yang lebih baik dari mereka. Kalau dia
mendekat sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Kalau dia
mendekat kepada diri-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Kalau dia
mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari."
(HR bukhari, no. 7405 dan Muslim, no. 2675)
118
Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu
berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah
merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya
shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman.
119
Sebagai hamba Allah yang baik hendaknya kita melakukan Amar
ma’ruf, .Menjauhi apa yang dilarang Allah SWT. Sebagai hamba Allah yang
baik hendaknya kita Nahi Munkar. Apapun yang diperintahkan Allah wajib
kita melaksanakannya, juga apapun yang dilarangnya wajib juga di
tinggalkan, sebagaimana firman Allah swt dalam surah Al-hasyar:7
apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang
dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.
Disamping akhlak kepada Allah SWT, sebagai muslim kita juga harus
berakhlak kepada Rasulullah SAW, meskipun beliau sudah wafat dan kita
tidak berjumpa denganya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita
120
harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada
Allah SWT membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Meskipun
demikian, akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita
wujudkan dalam bentuk lahiriyah, atau jasmaniyah secara langsung
sebagaimana para sahabat telah melakukannya.
122
- Meyakini bahwa syafa’at darinya hanya terjadi dengan idzin Allah
ta’ala. (Qs. 20:109)
Pada hari itu tidak berguna syafa'at[945], kecuali (syafa'at)
orang yang Allah Maha Pemurah Telah memberi izin kepadanya,
dan dia Telah meridhai perkataannya
- Bershalawat padanya. (Qs. 33:56)
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat
untuk Nabi[1229]. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah
kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya[1230].
123
hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.
- Mencintai keluarganya (ahli baitnya). (HR.At tirmidzi,Juz
12.Hal,260,No.3722. Al Maktabah asy syamilah)
- Mencintai para sahabatnya dan mengakui bahwa mereka adalah umat
terbaik dan semuanya adil. (Qs. 3:110)
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
- Mencintai yang dicintainya dan membenci yang dibencinya.
3.7.2.2 Ruang Lingkup Akhlak Kepada Rasul
1. Meyakini dan meneladani akhlak Nabi sebagai Uswah Hasanah
Secara bahasa uswah artinya teladan, hasanah adalah baik.
Jadi,uswah hasanah adalah teladan yang baik. Sebagai panutan dan
contoh, Nabi Muhammad SAW. Memiliki akhlak yang baik dan
sekaligus teladan bagi umatnya.Wujud dari uswah hasanah selain
terdapat didalam Al-Qur’an juga melalui sunahnya.Sunah atau hadist
adalah keseluruhan dari kehidupan Nabi Muhammad SAW baik
perkataan, perbuatan, persetujuan maupun himmah atau cita-citanya
yang belum terwujud.
Setiap perkataan Nabi Muhammad SAW baik masalah hubungan
dengan Allah maupun masalah sosial kemasyarakatan menjadi uswah
hasanah. Baik dari cara berbicara maupun isi pembicaraannya adalah
contoh yang harus ditiru oleh umatnya.Ketika Nabi Muhammad SAW
124
berbicara selalu jelas dan tegas,sehingga orang yang diajak berbicara
bias memahaminya. Dengan demikian jelas bahwa akhlak Nabi
Muhammad SAW itu sangat terpuji dan mulia.Akhlak beliau ada
didalam Al-Qur’an dan Al-Hadis.Beliau adalah sosok panutan dan
contoh yang patut diteladani dan ditiru oleh kita semua selaku umat
islam yang mengikuti ajaran syariatnya.
2. Mengimani bahwa Allah benar-benar mengutus para Nabi dan Rasul.
Orang yang mengingkari – walaupun satu Rasul – sama saja
mengingkari seluruh Rasul. Allah ta’ala berfirman:
yang artinya, “Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.” (QS. Asy-
Syu’araa 26:105).
ِ ََّو َوا ِل ِد ِهالَ يُؤْ ِمنُ أ َ َح ُد ُك ْم َحتَّى أ َ ُك ْونَ أَجْ َم ِعيْنَ َوالن
اس
أَ َحبَّ ِإلَ ْي ِه ِم ْن نَّ ْف ِس
Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga aku lebih dicintai
daripada dirinya sendiri, anak serta orang tuanya serta manusia seluruhnya
(HR. Bukhari dan Muslim).
3. Mengikuti dan Mentaati
Kesiapan untuk mengikuti Rasulullah saw dalam hidup ini merupakan
bentuk akhlak yang mulia kepada beliau, sikap ini merupakan salah satu
faktor yang membuat manusia bisa memperoleh kecintaan dari Allah swt
126
sehingga Diapun akan memberikan ampunan bila kita melakukan
kesalahan, Allah swt berfirman:
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 3:31).
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya) mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah,
yaitu nabi-nabi, para yang sebaik-baiknya (QS 4:69).
128
Oleh karena itu, ketaatan kepada Rasulullah saw juga menjadi salah
satu kunci untuk bisa masuk ke dalam surga, Rasulullah saw bersabda:
َ ْ َم ْن َيأ:س ْو َل هللاِ؟
قَا َل ْال َجنَّةَ إِالَّ َم ْن أ َ َبى.:ب ُ ار َ َ عنِى َد َخ َل ْال َجنَّةَ َو َم ْن َم ْن أ
َ َط قِ ْي َل ى ي َ صانِىا َ عَ
فَقَ ْد أ َ َبى. َُكل أ ُ َّمتِى َي ْد ُخلُ ْون
Semua umatku akan masuk surga, kecuali yang tidak mau. Sahabat
bertanya: “Siapa yang tidak mau ya Rasulullah?”. Beliau menjawab: Siapa
yang taat kepadaku ia masuk surga dan siapa yang durhaka kepadaku, ia
termasuk orang yang tidak mau. (HR. Bukhari dari Abu Hurairah ra).
Adapun orang yang tidak mau mengikuti Rasul dengan apa yang
dibawanya, yakni ajaran Islam dianggap sebagai orang yang tidak beriman,
beliau bersabda:
ُد ُك ْم َحتَّى ََالَ يُؤْ ِم ُن أَح يَ ُك ْونَ ه ََو اهُ تَبَعًا ِل َما ِجئْتُ بِ ِه
Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga hawa nafsunya
mengikuti apa yang aku bawa (syari’at Islam). (HR. Thabrani).
4. Bershalawat.
Bershalawat kepada Nabi Muhammad saw merupakan sesuatu yang
sangat dianjurkan, bahkan diperintah oleh Allah swt karena Allah swt dan
para malaikat juga bershalawat, hal ini terdapat dalam firman Allah:
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk nabi.
Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan
ucapkanlah salam perhormatan kepadanya (QS 33:56).
Bahkan bila kita bershalawat kepada Nabi, maka Allah swt bershalawat
lebih banyak lagi kepada kita hingga sepuluh kali lipat, Rasulullah saw
129
bersabda:
َ ً ي َم َّرة
ص َّل َ صلَّى
َّ َعل َ علَ ْي ِه ِب َها
َ ع ْش ًرا َم ْن َ ُى هللا
Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, maka dengan shalawatnya
itu Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali lipat (HR. Ahmad).
ُي يَ ْو َم ْال ُج ْمعَ ِة فَإ نَّهُ َم ْش ُه ْو ٌد تَ ْش َه ُدهُ ْال َمالَ ئِ َكةَّ َعل
َ َصالَ ةَّ اَ ْكثِ ُرو َوال
َوا َِّن اَ َحدًا لَ ْن صالَتُهُ َحتَّى َ ى َّ َعل
َ ت ْ ض َ ع ِر ُ َّى اِالَّ َعل َ ى ِّ ِ صلَ ُي
غ ِم ْن َها َ َي ْف ُر.
“Perbanyaklah shalawat untukku pada hari Jum’at, karena sesungguhnya
shalawatmu disaksikan Malaikat dan sesungguhnya seseorang tidaklah
membaca shalawat kepadaku melainkan do’a shalawatnya itu ditampakkan
kepadaku sampai ia selesai membacanya” (HR Ibnu Majah dari Abi Darda)
130
Yang benar-benar bakhil adalah orang yang ketika disebut namaku di
hadapannya, ia tidak mengucap shalawat kepadaku (HR. Tirmidzi dan
Ahmad).
Berakhlak baik kepada Rasul saw juga berarti harus menghormati para
pewarisnya, yakni para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh
kepada nilai-nilai Islam, yakni yang takut kepada Allah swt dengan sebab
ilmu yang dimilikinya, Allah swt berfirman:
131
hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun (QS 35:28).
Kedudukan ulama yang takut kepada Allah swt sebagai pewaris Nabi
disebutkan dalam sabda Nabi saw:
Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak
mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya
mewariskan ilmu kepada mereka, maka barangsiapa yang telah
mendapatkannya, berarti telah mengambil bagian yang besar (HR. Abu
daud dan Tirmidzi)
Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat (HR. Ahmad, Bukhari dan
Tirmidzi).
Manakala dakwah bisa kita tunaikan dengan sebaik-baiknya, maka kita
akan memperoleh derajat yang tinggi di sisi Allah dengan dikelompokkan
132
ke dalam kelompok umat yang terbaik (khairu ummah) sebagaimana yang
disebutkan dalam firman-Nya:
134
“Tanda-tanda orang yang bertaubat adalah: Dosanya telah menyibukkan
dia dari makan dan minum-nya.
2. Bermuqarabah
Maksudnya adalah mendekatkan diri kepada Allah. Banyak hal yang
dapat ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Allah, salah satunya
adalah dengan memperbanyak sedekah kepada fakir miskin dan
memperbanyak ibadah.
3. Bermuhasabah
Muhasabah ialah introspeksi atau mawas atau meneliti diri. Yakni
menghitung-hitung perbuatan pada tiap tahun, tiap bulan, tiap hari bahkan
setiap saat. Oleh karena itu muhasabah ini tidak harus dilakukan pada
akhir tahun, akhir bulan. Namun perlu juga dilakukan setiap hari, bahkan
setiap saat. Satu hal yang perlu diingat adalah muhasabah tak akan ada
artinya tanpa adanya tidak lanjut dari apa yang telah dievaluasinya.
4. Bermujahadah
Makna asal dari mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh,
berperang melawan musuh. Namun secara spesifik mujahadah berarti
Pengamalan Sholawat Wahidiyah atau sebagian dari padanya menurut
adab, cara dan tuntunan yang diberikan oleh Muallif Sholawat Wahidiyah,
sebagai penghormatan kepada Rasulullah SAW dan sekaligus merupakan
doa permohonan kepada Allah SWT yang diperuntukkan diri pribadi dan
keluarga baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia,
bagi bangsa dan negara serta pemimpin mereka di segala bidang dan
umumnya bagi segalah makhluk ciptaan Allah SWT.
5. Memperbanyak ibadah
Memperbanyak ibadah baik mahdhah ataupun ghairu mahdhah
tentunya akan membuat kita senantiasa lebih baik dari sebelumnya.
6. Menghadiri majelis iman
135
Majelis iman adalah majelis yang apabila kita menghadirinya akan
menambah keimanan kita kepada Allah.
3.7.3.3 Cara Berakhlak Terhadap Pribadi
Kewajiban perorangan merupakan kewajiban manusia yang pertama
yang universal. Disebut demikian karena kepentingan diri sendiri
merupakan pokok pangkal dari kepentingannya sebagai anggota
masyarakat maupun sebagai pemeluk suatu agama. Kewajiban
perorangan ada dasarnya berpokok kepada menjaga kesehatan jasmani
dan rohani agar ia tetap hidup sebagai manusia yang berakhlak di dunia.
Sedangkan sebagai pemeluk suatu agama disamping menjaga kesehatan
jasmani dan rohani, agar ia tetap hidup sebagai manusia yang berakhlak
didunia dan sejahtera di akhirat kelak, menurut kepercayaan agamanya
masing-masing. Misalnya kewajiban makan makanan yang menyehatkan
badan dan menjauhi makanan yang merusak badan, kewajiban minun
minuman yang menyehatkan badan dan akal pikiran. Contoh lain misalnya,
tidur menjadi kewajiban seseorang terhasap dirinya sendiri apabila
badannya membutuhkannya. Dalam islam, menunaikan kewajiban
terhadap dirinya sendiri merupakan perintah Allah SWT. Sesuai firman-Nya
dalam surah At-Tahrim ayat 6:
136
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.
Perkataan Akhlak berasal dari bahasa arab, bentuk jamak dari khuluq
yang artinya tabiat, budi pekerti, watak. Juga terdapat beberapa kata ganti
lain atau sinonim untuk perkataan akhlak seperti kesusilaan, sopan santun,
dalam bahasa Indonesia, moral, ethic dalam bahasa inggris, ethos, ethikos
dalam bahasa yunani.
Akhlak juga dapat disebut sebagai kebiasaan kehendak itu bila
membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Jadi
pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengerti benar akan
kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata – mata taat
kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang
sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari
hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan
kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak
yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
Banyak hal yang dapat kita kaitkan dengan permasalahan akhlak,
bahkan semua perbuatan yang dilakukan manusia tidak akan pernah
terlepas dari akhlak, baik akhlak terpuji maupun tercela. Dalam kehidupan
sehari-hari, akhlak diperlukan bukan hanya untuk bergaul dengan orang
lain. Akhlak terhadap diri sendiri pun tidak dapat dianggap remeh. Jasmani
yang diberikan Allah kepada manusia perlu dijaga dan diperlakukan sesuai
dengan tuntunan yang ada. Begitu pula dengan akal dan pikiran yang kita
miliki. Kita tidak boleh menyia-nyiakan anugerah yang begitu besar ini,
namun kita juga tidak boleh memaksa dan menyiksa semau kita
3.7.4 Akhlak Dalam Bergaul
137
Di era globalisasi ini, dunia dipenuhi dengan berbagai macam teknologi
yang canggih. Mulai dari teknologi yang menguntungkan sampai teknologi
yang dapat menjerumuskan generasi muda ke dalam jurang kehinaan. Dan
dari teknologi ini dapat kita ambil contoh yaitu TV. Bagaimana kita lihat
banyak acara yang justru menghancurkan kepribadian pemuda pemudi
kita.
Mereka mengikuti adegan yang ia lihat. Seperti berpacaran, berdua-
duaan yang bukan muhrimnya (berkhalwat) dan masih banyak hal-hal
yang dikerjakan yang sebenarnya di luar syariat Islam. Kalau tanpa,
kesadaran dari diri kita masing-masing maka generasi selanjutnya akan
hancur akan banyak generasi baru yang lahir tanpa berlandaskan agama
Islam.
Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi,
perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya
“Khuluqun” yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah
laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain
dengan perkataan “khalkun” yang berarti kejadian, serta erat hubungan ”
Khaliq” yang berarti Pencipta dan “Makhluk” yang berarti yang diciptakan.
Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan
sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak .Jadi pemahaman akhlak
adalah seseorang yang mengeri benar akan kebiasaan perilaku yang
diamalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada Allah dan tunduk
kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak
maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati
nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu,
membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam
kenyataan hidup keseharian.
Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental
dalam Islam. Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup
138
dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu
memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memahami akhlak dan
menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni pembuatan itu selalu
diulang – ulang dengan kecenderungan hati (sadar)2 .Akhlak merupakan
kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran,
perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu
kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup
keseharian. Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan
moral yang terdapat di dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah,
sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat,
mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik
dan mana yang buruk.
139
3.7.4.2 Macam-macam akhlak terpuji
140
yang dimiliki dan menjauhkan diri dari sifat ketidakpuasan atau
kekurangan.
142
masalah etika sedang berlangsung ,mereka hidup dalam minoritas
sekalipun.Memberi bantuan bila mereka terkena musibah atau lagi
membutuhkan karena hal ini akhlak yang baik dalam kehidupan
non muslim.
143
Islam mempunyai dua sumber iaitu Al-Quran dan As-Sunnah yang menjadi
pegangan dalam menentukan segala urusan dunia dan akhirat. Kedua-dua
sumber itulah juga yang menjadi sumber akhlak Islamiyyah. Prinsip-prinsip
dan kaedah ilmu akhlak Islam semuanya didasarkan kepada wahyu yang
bersifat mutlak dan tepat neraca timbangannya. Apabila melihat
perbahasan bidang akhlak Islamiyyah sebagai satu ilmu berdasarkan
kepada dua sumber yang mutlak ini, dapatlah dirumuskan definisinya
seperti berikut:
Berbicara akhlak dalam keluarga tentu tidak terlepas dari pola sikap
antar anggota keluarga . bagaimana tingkah laku ayah terhadap ibu, ibu
terhadap ayah, ayah terhadap anak, ibu terhadap anak, anak terhadap
sesama saudara dan anak terhadap kedua orang tua adalah wujud akhlak
dalam keluarga.
144
Sikap terpuji antar anggota keluarga menjadikan sebuah keluarga
menjadi harmonis dan penuh rasa cinta. Demikian pula sebaliknya apabla
keluarga tidak dihiasi dengan akhlak yang baik, ketentraman keluarga bias
jadi di ujung tanduk. Keluarga yang terbangun menjai tidak harmonis.
Apalagi bahagia. Sebuah akhlak mulia perlu dipupuk sedikit demi sedikit
sehingga membuahkan kenyamanan dalam berinteraksi dengan anggota
keluarga lain.
Di dalam islam ayah dan ibu atau suami dan istri memiliki hak dan
kewajiban sama meskipun tugas masing2 berbeda. Sang ayah sebagai
kepala rumah tangga mempunyai tugas untuk memberi nafkah atau rezeki
bagi seluruh anggota keluarga, termasuk sang istri.
Ayah ibarat seorang masinis di kereta api rumah tangga karena segala
keputusan ayah menjadi pilihan bagi keluarganya, demikian pula dengan
sang ibu, seorang ibu mempunyai kewajiban mengurus rumah tangga
dengan penuh tanggung jawab dan ketaladanan. Ibu juga memiliki
kewajiban memberikan saran dan masukan kepada suami untuk mengatur
arah gerbong keluarganya kelak. Disini pentingnya sebuah komunikasi
antara ayah sebagai suami dan ibu sebagai istri karena keduanya hidup
berdampingan dan tidak bisa dipisahkan dalam satu kesatuan keluarga.
145
Islam sebagai agama yang sempurna dan mengatur semua sisi
kehidupan manusia, termasuk keluarga juga menjelaskan secara gambling
tentang akhlak orang tua terhadap anak dan anak kepada kedua orang tua.
Disisi lain, seorang anak wajib taat kepada orang tuanya, apapun
keputusan ayah dan ibu, selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai
agama. Tentu disini perlu adanya suri tauladan keindahan perilaku dari
kedua orang tua.
146
a. Sebagian besar waktu yang dimiliki seseorang dihabiskan di dalam
rumahnya bersama istri dan anak-anaknya. Andaikata seseorang itu bisa
bersandiwara dengan berakhlak mulia di tempat kerjanya –yang itu hanya
memakan waktu beberapa jam saja- belum tentu ia bisa bertahan untuk
terus melakukannya di rumahnya sendiri. Dikarenakan faktor panjangnya
waktu yang dibutuhkan untuk 'bersandiwara'. Justru yang terjadi, saat-saat
itulah terlihat akhlak aslinya.
Ketika bersandiwara, bisa saja dia membuat mukanya manis, tutur katanya
lembut dan suaranya halus. Namun, jika itu bukanlah watak aslinya, dia
akan sangat tersiksa dengan akhlak palsunya itu jika harus dipertahankan
sepanjang harinya.
147
Demikianlah itulah kondisi orang yang berakhlak mulia karena kepentingan
duniawi. Lalu bagaimanakah halnya dengan orang yang berakhlak mulia
karena Allah? Ya, dia akan terus berusaha merealisasikannya dalam
situasi dan kondisi apapun, serta di manapun ia berada. Sebab ia merasa
selalu di bawah pengawasan Dzat Yang Maha melihat dan Maha
mengetahui.
148
Subhanallah! Di tengah kesibukannya yang luar biasa padat mengurusi
umat, beliau masih bisa menyempatkan diri mengerjakan hal-hal yang
dipandang rendah oleh banyak suami di zaman ini! Andaikan saja para
suami-suami itu mau mempraktekkan hal-hal
tersebut, insyaAllah keharmonisan rumah tangga mereka akan langgeng.
"اك ِ ي صلى هللا عليه وسلم كَانَ ِإذَا َد َخ َل َب ْيتَهُ َب َدأَ ِب
ِ الس َو َّ "أَنَّ النَّ ِب
Bersiwak ketika pertama kali masuk rumah??! Suatu hal yang mungkin
tidak pernah terbetik di benak kita. Tetapi, begitulah cara
Nabikita shallallahu'alahiwasallam menjaga penampilannya di hadapan istri
dan putra beliau. Ini hanya salah satunya lho! Dan beginilah salah satu
potret kemuliaan akhlak Rasulullah kepada keluarganya.
“Ingatlah, hendaknya kalian berwasiat yang baik kepada para istri”. HR.
Tirmidzi dan dihasankan oleh al-Albani.
150
ditengah – tengah masyarakat. Dalam kehidupan bertetangga,
bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara kita sebagai umat yang
senantiasa bersosialisasi, berinteraksi dengan yang lainnya, khususnya
umat muslim, sudah sepantasnya kita menampilkan akhlak mulia yang
telah dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para sahabat beliau yang
diridhoi oleh Allah swt. Berperilaku/berakhlak mulia di dalam bertetangga
sangat perlu untuk direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai
sesama umat yang seakidah kita perlu menjaga keharmonisan
persaudaraan yang didasarkan atas kesamaan di dalam berkeyakinan.
Islam mengajarkan agar kita selalu menampilkan kemuliaan akhlak dalam
tetangga. Di samping itu kita juga harus menampilkan akhlak yang mulia di
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah
yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
152
penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu agar kamu (selalu)
ingat” (QS. Surat an-nur: 27)
153
Sesudah anggota keluarga sendiri, orang yang paling dekat dengan
kita adalah tetangga, merekalah yang diharapkan paling kita butuhkan, jika
tiba-tiba kita di timpa musibah kematian misalnya, tetanggalah yang paling
dahulu datang takziah dan mengulurkan bantuan. Rasulullah saw
mengatakan, bahwa tetangga yang baik adalah salah satu dari tiga hal
yang mebahagiakan hidup.
Dari Aisyah r.a., dari Nabi Muhammad saw. bersada, “Tidak henti-hentinya
Jibril memberikan wasiat kepadaku tentang tetangga sehingga aku
menduga bahwa ia akan memberikan warisan kepadanya.” (Bukhari,
Muslim, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)
154
tinggi, tidak membuang sampah di halaman rumah tetangga. Tidak
menyakiti hati tetangga dengan kata-kata yang tidak sopan dan kasar.
Seorang muslim harus peduli dan memperhatikan tetangganya.
Mengulurkan tangan untuk mengatasi kesulitan hidup yang dihadapi oleh
tetangga, jangan sampai terjadi seseorang dapat tidur nyenyak sementara
tetangganya menagis kelaparan. Rasulullah Saw menyampaikan melalui
Abu Hurairah r.a
Dari Abu Haurairah r.a. berkata, Nabi Muhammad saw. pernah bersabda, “Wahai
para wanita muslimah, janganlah ada seorang tetangga yag meremehkan
hadiah tetangganya meskipun kikil (kaki) kambing.” (Bukhari dan Muslim)
dikutip dari tulisan (Al-Baqi, 2012)
155
Hubungan baik dengan masyarakat diperlukan, karena tidak ada
seorang pun yang dapat hidup tanpa bantuan masyarakat. lagi pula hidup
bermasyarakat sudah merupakan fitrah manusia. Dalam surat Al-Hujurat
ayat 13 dinyatakan bahwa manusia diciptakan dari lelaki dan perempuan,
bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, agar mereka saling kenal mengenal.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, menurut Al-Qur’an, manusia
secara fitrah adalah mahluk sosial dan hidup bermasyarakat merupakan
suatu keniscayaan bagi mereka. Sebagai makhlik sosial ada saja ada
adab-adab bergaul dalam masyarakat antara lain
156
berdasarkan keseimbangan pengalaman, pengetahuan, usia dan lain
sebagainya. Manusia itu tidak akan dapat dengan sempurna tanpa ada
pertolongan orang lain. Firman Allah SWT :
"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia
dijadikaan bersifat lemah". (QS. An Nisa’ : 28).
3. Adab bergaul dengan yang lebih muda
Kita senantiasa dianjurkan untuk bersikap merendah, yakni bersifat
sopan santun terhadap sesama orang mukmin, termasuk terhadap orang-
orang yang lebih muda dari pada kita. Dalam Alqur’an Allah SWT berfirman
:
.
"Dan merendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. (QS Al
Hijr: 88)".
157
160
Pada dasarnya, tidak ada bedanya antara tata cara pergaulan
bermayarakat secara muslim dan dengan non muslim. Kalau pun ada
perbedaan, hanya terbatas beberapa hal yang bersifat ritual keagamaan
161
sama sekali tidak boleh mengikuti agama dan ibadah mereka degan alasan
apapun. Sikap kita dalam hal ini sudah jelas dan tegas yaitu:
Berjabatan tangan
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara, oleh
karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu, dan bertakwalah kepada
allah agar kamu mendapat rahmat “
165
muslim untuk dapat menggali sejauh mungkin segala hal yang berkisar
dalam cara berfikir dan lingkungan pengalaman dari sesama muslim
yang lainnya. Dengan memahami kondisi saudara-saudara kita maka
kita dapat memaklumi tindakan-tindakan mereka lakukan sehingga kita
tidak terlalu cepat menjustifikasi saudara-sudara kita. Disinilah
pentingnya melakukan cross cek (tabayyung) agar tidak melakukan
tindakan kepada mereka yang dapat menimbulkan penyesalan di
kemudian hari.
3. Ta'awun (saling menolong)
Apabila cinta kepada Allah telah menghujam di segenap relung dada
seorang muslim, maka sifat ta'awun itu adalah salah satu karakternya
yang melekat seumur hidupnya. Menolong memiliki makna "mengangkat
atau meringankan orang lain dari suatu beban, baik diminta maupun
tidak diminta". Allah telah memberikan perintah kepada kaum muslimin
untuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan,
sebaliknya Allah melarang untuk saling tolong menolong dalam berbuat
dosa. Hal ini ditegaskan oleh Allah Subhana Wataalah dalam Alquran
yang suci:
….. dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya.
166
karena mengerjakan pekerjaan yang membutuhkan curahan tenaga
kerja yang banyak, seperti yang biasa dilakukan oleh para petani di desa
dalam menanam tanaman padi di sawah.
4. Takaaful (rasa tanggung jawab)
Hasrat ingin berta'aruf, rindu bersilaturahmi, gandrung untuk
berta'awun, sebenarnya disebabkan kita semua merasakan adanya
rasa tanggung jawab terhadap perintah agama, terhadap amanah, dan
rasa cinta kasih yang besar terhadap sesama saudara seiman dan
sebangsa, setanah air. Perasaan bertanggungjawab ini menyebabkan
dirinya waspada dan memiliki self control yang tinggi untuk menjaga
sesama saudaranya dari kehancuran, dari fitnah dan celaan.
Ukhuwah bukan hanya dibangun akan tetapi perlu diperliharan dan
dan dirawat, oleh karena itu memelihara ukhuwah islamiyah sangatlah
penting. Maka untuk memelihara ukhuwah islamiyah ada 6 sikap dan
perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt antara lain memperolok – olok
orang lain, mencaci orang lain dengan kata-kata yang menyakitkan,
memanggil orang lain dengan gelar – gelar yang tidak disukai, berburuk
sangka, mencari-cari kesalahan orang lain, bergunjing berburuk sangka ,
membicarakan keburuhkan saudara dan lain-lain. Hal ini ditegaskan oleh
Allah Subhana Wataalah dalam Alquran Surah Alhujrat:11-12
167
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan barangsiapa yang
tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-
orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),
Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah
seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.
168
Akhlak yang baik bagi sebagian besar masyarakat diterjemahkan
sebagai bentuk ketaatan terhadap hukum agama yang diterjemahkan
dalam ritual keagamaan seperti shalat, puasa atau naik haji. Pandangan ini
perlu diperluas sebab akhlak yang baik tidak semata-mata sekedar
menjalankan ibadah ataau ritual keagamaan. Akhlak yang baik yang
terbatas pada aktivitas ritual agama saja akan menjadi menjadi sempit
kerena mengesampingkan relasi manusia dengan lingkungan sebagai
tempat berpijak.
Akhlak yang baik merupakan akhlak yang didalamnya tercakup relasi
manusia-Tuhan, relasi manusia antarmanusia, dan relasi manusia-
lingkungan. Manusia dengan lingkungan sesungguhnya terdapat relasi
yang sangat erat. Manusia sangat bergantung pada alam, kerusakan alam
adalah ancaman bagi eksistensi manusia. Sedangkan alam tidak memiliki
ketergantungan langsung dengan manusia meskipun rusak tidaknya alam
dipengaruhi oleh aktivitas manusia.
“Orang-orang yang merusak janji Allah seterlah diikrarkan dengan
teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya
dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang
memperoleh kutukan dan bagi mereka taempat kediaman yang buruk
(jahanam).Ar-R’adu : 25”
170
Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah
sebelum matang atau memetik bunga sebelum mekar karena hal ini berarti
tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan
penciptaanya. Artinya manusia dituntut mampu menghormati proses yang
sedang berjalan sehingga dengan demikian mengantarkan kita menjadi
manusia yang bertanggung jawab yang tidak melakukan perusakan
terhadap lingkungan.
Seorang muslim memandang alam sebagai milik Allah yang wajib
disyukuri dengan cara mengelolanya dengan baik agar bermamfaat bagi
manusia dan bagi alam itu sendiri. Pemamfaatan alam dan lingkungan
hidup bagi kepentingan manusia hendaknya disertai sikap tanggung jawab
untuk menjaganya agar tetap utuh dan lestari. Jadi berakhlak kepada
lingkungan adalah bagaimana cara kita menyikapinya dengan cara
memelihara kelangsungan hidup dan kelestarian alam. Artinya kita sebagai
manusia diharapkan mampu mengendalikan diri dalam mengeksploitasi
alam sebab alam yang rusak akhirnya akan merugikan bahkan
menghancurkan kehidupan manusia itu sendiri. Seorang muslim dituntut
untuk menebarkan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin), yaitu
mamandang alam dan lingkungannya dengan kasih saying (Toto Suryana,
1977)
3.7.11.2 Ruang Lingkup Akhlak Terhadap Lingkungan
Secara khusus kita sering mengguakan istilah lingkungan hidup
untuk menyebutkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup segenap makhluk hidup dimuka bumi. Berdasarkan
UU No.23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruangan dengan
semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia
dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya. Unsur-unsur lingkungan hidup dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
171
1. Unsur Hayati (Biotik)
Unsur hayati (biotik), yaitu unsure lingkungan hidup yang terdiri dari
makhluk hidup seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan jasad
renik. Jikka berada di kebun sekolah, maka lingkungan hayatinya hanya
didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam kelas, maka
lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman sesama manusia.
2. Unsur Sosial budaya,
Unsur sosial budaya,yaitu lingkungan sosial budaya yang dibuat
manusia yang merupakan nilai, gagasan dan keyakinan dalam perilaku
sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai
keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati
oleh segenap anggota masyarakat.
3. Unsur Fisik (Abiotik)
Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari
benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain.
Keberadaan lingkungan fisik besar peranannya bagi kelangsungan
hidup segenap kehidupan di bumi. Bayangkan, apa yang terjadi jika air
tidak ada lagi dimuka bumi atau udara dipenuhi asap? Tentu saja
kehidupan di muka bumi ini tidak akan berlangsung secara wajar. Akan
terjadi bencana kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan mati,
perubahan musim yang tidak teratur, munculnya berbagai macam
penyakit dan lain-lain.
3.7.11.3 Cara Berakhlak Terhadap Lingkungan
Ketergantungan manusia terhadap alam atau lingkungannya
mestinya menyadarkan manusia untuk senantiasa menjaga dan
merawatnya. Akhlak sangat bergantung pada pengendalian hawa nafsu.
172
“Dan sesungguhnya Kebanyakan (dari manusia) benar-benar
menyesatkan (orang Lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang
melampaui batas”. (Al-An’am : 119)
174
Hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab
hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi,
melainkan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan
cadangan air.
Upaya yang dapat kita lakukan untuk melestarikan hutan antara lain :
1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
2) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
3) Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
4) Menerapkan sistem tebang-tanam dalam kegiatan penebangan
hutan.
5) Memberikan sanksi bagi mereka yang melanggar ketentuan
mengenai pengelolaan hutan.
d. Pelestarian laut dan pantai
Laut juga merupakan sumber daya alam yang potensial. Kerusakan
biota laut dan pantai lebih banyak disebabkan oleh ulah manusia.
Pengambilan pasir pantai, karang di laut, pengrusakan hutan bakau,
merupakan kegiatan manusia yang mengancam kelestarian laut dan
pantai itu sendiri. Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai
disebabkan telah hilangnya hutan bakau di sekitar pantai yang
merupakan pelindung alami terhadap gempuran ombak.
Adapun upaya yang dilakukan untuk melestarikan laut dan pantai
adalah :
1) Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman
bakau di areal sekitar pantai.
2) Melarang pengambilan batu karang yang ada disekitar pantai
maupun dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan
tanaman laut.
3) Melarang pemakaian bahn peledak dan kimia lainnya dalam
mencari ikan.
175
4) Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.
e. Pelestarian flora dan fauna
Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara
manusia, hewan, tumbuhan, dan alam sekitar. Terputusnya salah satu
mata rantai dari sistem tersebut akan mengakibatkan gangguan dalam
kehidupan. Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal
yang mutlak diperlihatkan demi kelangsungan hidup manusia.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan
fauna diantaranya adalah :
1) Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.
2) Melarang kegiatan perburuan liar.
3) Menggalakkan kegiatan penghijauan.
3.7.11.3 Dampak tidak berakhlak terhadap lingkungan
Selama ini masalah akhlak hanya sering terfokus terhadap
hubungan antar manusia saja. Padahal, akhlak terhadap lingkungan juga
sangatlah penting. Saat ini banyak sekali tingkah laku manusia yang tidak
memperdulikan lingkungan disekitarnya.
Saat ini kondisi alam sudah sangatlah kritis dan memprihatinkan.
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup berperan besar dalam
menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk
ciptaan Allah yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola
kehidupan sederhana sampai kebentuk ke hidupan modern seperti
sekarang ini. Namun sayang tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa
depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh
manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan
hidup. Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor
manusia, antara lain:
176
1) Terjadinya pencemaran (pencemaran udara,air,tanah, dan suara)
sebagai dampak dari asap yang keluar dari knalpot kendaraan
dan cerobong asap kawasan industri.
2) Terjadinya banjir sebagai dampak dari buruknya drainase atau
system pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah
aliransungai dan dampak pengrusakan hutan.
3) Terjadinya tanah longsor sebagai dampak langsung dari rusak
hutan.
Dan beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak
langsung membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
1) Penebangan hutan secara liar.
2) Perburuan liar.
3) Merusak hutan bakau.
4) Menimbun rawa-rawa untuk pemukiman.
5) Membuang sampah disembarang tempat.
6) Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
7) Pemamfaatan sumber daya alam secara berlebihan.
3.7.11.4 Hikmah Berakhlak Terhadap Lingkungan
Alam yang kita tempati sungguh eksotik. Birunya laut, gemuruh
ombak, hijaunya alam dengan aneka flora dan fauna adalah anugrah dari
Allah SWT yang tiada tara. Keeksotikan dan keindahan alam adalah modal
untuk kita berfikir, merenung dan bermuara pada aktifitas untuk
memamfaatkaan, mengelola dan menjaga dengan penuh tanggung jawab.
Setiap individu bisa berperan dalam menjaga kelestarian lingkugan
hidup. Ibu rumah tangga dapat melaksanakan dengan cara mengelola
sampah rumah tangga, pak sopir dapat berpatisipasi dengan membatasi
emisi kendaraan bermotornya, pengelola supermarket perlu mengganti
kantong plastik dengan kantong yang dapat didaur ulang. Jika ini dapat
dilakukan maka akhlak yang baik terhadap lingkungan akan terbentuk.
177
Akhlak terhadap lingkungan hendaknyalah berawal dari diri kita
sendiri. Kita sebagai seorang muslim hendaknya senantiasa bersyukur
atas apa yang telah diberikan oleh Allah SWT di muka bumi ini. Artinya kita
sebagai umat Islam harus sadar untuk memelihara lingkungan hidup,
menjaga dan memamfaatkan alam yang telah diciptakan oleh Allah untuk
kepentingan manusia. Janganlah kita merusak lingkungan untuk
kepentingan diri sendiri karena perlindungan terhadap lingkungan hidup
sangatlah penting dalam usaha menyelamatkan manusia dari kehancuran.
Lingkungan atau alam harus dapat diwariskan kepada anak cucu kita,
sehingga alam harus sustainable. Alam dapat berkelanjutan jika
memenuhi tiga keberlanjutan yaitu keberlanjutan secara sosial, ekonomi
dan ekologi. Keberlanjutan sosial dapat tercapai jika memenuhi skala
sosial yang dicirikan adanya kerjasama diantara pengguna alam, tidak
terjadi komplik dan jika ada komplik ada solusi yang dapat di tawarkan.
Sedangkan keberlanjutan ekonomi tercapai jika memenuhi skala ekonomi
yang dicirikan oleh adanya kesempatan yang terbuka untuk mengolah
alam sehingga terbuka lapangan kehidupan buat orang-orang yang berada
di sekitar tempat itu dan menurut hasil analisis ekonomi menguntungkan,
sedangkan keberlanjutna ekologi tercapai jika ada kegiatan konservasi
alam, dan penggunaan bahan organic (Behnassi, dkk. 2011).
178
BAB IV
TAFSIR 12 LANGKAH MUHAMMADIYAH
180
Muhammadiyah dikenal dengan lankah 12 Muhammadiayah. Langkah
12 ini lahir dikarenakan adanya kebosanan angkatan Muda
Muhammadiyah pada kebijakan sebelumnya yang hanya
mementingkan pendidikan dan melupakan tabligh. Sehingga lahirlah
langkah 12 yang menyempurnakan keduanya.
4.2 Tafsir 12 langkah Muhammadiyah
Tafsir 12 langkah Muhammadiyah di sadur dari buku
Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid oleh Mustafa Kamal Pasha,
Rosyad Sholeh, (2003). Adapun isi dari tafsir 12 langkah
Muhammadiyah adalah sebagai berikut:
1. Memperdalam Iman
Hendaklah iman ditabligkan, disiarkan seluas-luasya diberi riwayat
dan dalil buktinya, dipengaruhnya dan digembirakannya hingga
iman itu mendarah daging masuk di tulang sumsum dan mendalam
di hati sanubari para anggota muhammadiyah semuanya.
3. Memperluas Paham Agama
Memperluas paham agama seluas-luasnya dalam artian, boleh
diujikan dan diperbandingkan, sehingga warga muhammadiyah dan
yang lainnya mengerti perluasan agama islam, itulah yang paling
benar, ingan dan berguna, maka mendahulukna pekerjaan agama itu.
4. Memperbuahkan Budi Pekerti
Hendaklah diterangkan dengan jelas tentang akhlaq yang terpuji
dan akhlaq yang tercla serta diperbahaskannya tentang
memakainya akhlaq mahmudh dan menjauhkan akhlaq
madzmumah itu. Sehingga menjadi amalan kita.
5. Menuntun Amalan Intiqad
Hendaklah senantiasa memperbaiki diri sendiri (self correction)
dlam segala usah dan pekrjaan. Kecuali di perbesarkan
diperbaikilah juga. Buah penyelidikan perbaiakn itu harus di
181
musysawarahkan ditempat yang tentu dngan dasar mnadtngkan
maslahat dan menjauhkan mudharat
6. Menguatkan Persatuan
Hendalah menjadi tujuan kita meguatkan persatuan organisasi,
mengikohkan pergaulan persaudaraan mempersamaka nhak
dan memerdekakan lahirnya pikiran-pikiran kita
7. Menegakkan Keadilan
Hendaklah keadilan dijalankan semestinya walaupun terhadap
diri sendiri, dan ketetapan yang sudah seadilnya dan
dipertahankan dimana juga
8. Melakukan Kebijaksanaan
Dalam gerak kita tidaklah melupakan hikmat kebiksanaan yang
disendikan kepada kitabullah dan sunnah rasulullah,
kebijaksanaan yang menyalahi kedua itu haruslah di buang
kerna itu bukan kebijaksanaan yang sesungguhnya, oleh kerana
itu dengan tidak mengurangi
9. Menguatkan Tanwir
Tanwir mempunyai pengaruh besar dalam kalangan organisasi
muhammadiyah dan menjadi tangan kanan yang bertenaga di
sisi PP Muhammadiyah. Karenanya tanwir wajiblah di perteguh
dan diatur baiknya.
10. Megadakan Musyawarah
Untuk mnegadakan garis yang tentu dlam langkah-langkah dan
perjunagan kita, hendaklah diadakan musyawarah-musyawarah
terutama untuk hal yang khusus dan penting, seperti usaha
dakwah islam diindonesia dal lain-lain
11. Memusyawartkan Putusan
Agar dapat meringankan dan memudahkan peerjaan , hendaklah
setiapputusan tiap2 majli/bagian, dimusyawarahkan dengan
182
phak yang bersangkutan, sehingga dapatlah mentanfidzkan
untuk mendapatkan hasil dengan segera
12. Mengawasi Gerakan Kedalam
Pandangan kita hendak kita tajamkan, mengawasi gerak yang
ada dalam muhammadiyah, baik mnegenai yangsudah lalu, yang
masih berlangsung maupun yang akan dihadapi
13. Memperhubungkan Gerakan Luar
Kita berdaya upaya menghubungkan diri degan pihak luar,
persyarikatan dan pergerakan-pergerakan lain di Indonesia
dengan dasar silaturahmi, tolong menolong dengan segala
kbaikan, dngn tidak mengubah asas masing-masing.
Perhubungn dengan persyarikatan dan pemimpin islam
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari. (n.d.). Al-Wajiiz fii Aqiidatis Salafis
Shaalih (Ahlis Sunnah wal Jama’ah), atau Intisari Aqidah Ahlus Sunah
wal Jama’ah),.
Abdullah bin Muhammad bin Abdul Rahman bin Ishaq Al-sheikh. (2004).
Tafsir Ibnu Katsir. Mu- assasah Dar Al-hilaal Kairo.
Abi al-Husain. (n.d.). Mu,jam Magayis alLughah. Juz III,. Dar al-Fikr, Beirut.
Aminudin, B. A., Mohd Radzi, O., & Nik Yusri, M. (2006). Konsep Al-
Sunnah Menurut Ahli Hadith. Jurnal Pengajian Umum.
Shafik, S. S., & Abu bakar, N. suhaily. (2009). Tauhid Membina Keutuhan
Akidah Islam. Jurnal Islam Dan Masyarakat Kontemporari.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. (2009). Buku Tafsir Juz Amma
(Al-Utsaimin). Darul Falah.
Syaikh Salim al-Hilali. (n.d.). At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah.
185