|i|
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
Daftar Isi
PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Arti “Direktorium Formatio Iman” ................................... 3
B. Arti “Menjadi Katolik Cerdas, Tangguh dan Misioner
Sejak Dini Sampai Mati” .................................................... 4
C. Maksud dan Tujuan Direktorium Formatio Iman ........ 5
D. Intisari dan Susunan Direktorium Formatio Iman ....... 6
E. Sasaran Direktorium Formatio Iman . ............................. 8
| ii |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| iii |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| iv |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
|v|
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| vi |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
DAFTAR SINGKATAN
| vii |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| viii |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
Pengantar
| ix |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
+ Johannes Pujasumarta
Uskup Agung Semarang
|x|
PENDAHULUAN
|1|
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
PENDAHULUAN
|2|
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
|3|
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
|4|
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
|5|
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
10. Bagian ketiga menarik garis-garis normatif dan tolok ukur formatio
iman. Bagian ini terdiri atas lima bab. Bab satu memberikan
arah dasar yang dituju formatio iman. Bab dua memberikan
petunjuk sumber dan sumber-sumber apa dan/atau mana saja
yang harus digunakan dalam menjalankan formatio iman. Bab
tiga menetapkan empat unsur utama dalam formatio iman:
pengembangan pengetahuan iman, penghayatan tradisi Katolik,
pembinaan moral, serta peningkatan hidup menggereja dan
memasyarakat. Selanjutnya, bab empat menegaskan bahwa
formatio iman harus menyentuh dan mengembangkan tiga
daya hidup manusia: daya kognitif, daya afektif dan daya psiko-
motorik. Dalam setiap tahap formatio iman berkelanjutan dan
berjenjang tiga daya hidup ini harus terkembangkan. Bab lima
mengangkat pengalaman mistik-politis sebagai hal mendasar
yang harus ada dalam formatio iman. Pengalaman akan Allah
melalui Yesus Kristus bersifat normatif bagi pribadi Katolik.
Pengalaman tersebut bukanlah semata-mata pengalaman
privat-individualistik, melainkan merupakan pengalaman yang
menggerakkan orang untuk bertindak politis demi kesejahteraan
dan kebaikan umum (bonum commune).
11. Bagian keempat yang berisi dua bab menampilkan model-model
pedagogi iman dan metodologi dasar yang dapat menjadi inspirasi
yang menjiwai gerak formatio iman. Bab satu menyajikan cara-
cara pembinaan iman bercermin dari cara Allah mendidik umat-
Nya, cara Yesus Kristus mendidik murid-murid-Nya, cara Gereja
meneruskan pendidikan iman yang ia terima dari Yesus Kristus
Sang Guru, dan cara Roh Kudus bekerja dalam diri setiap orang
beriman dengan karunia-karunia-Nya. Bab satu ini dilengkapi
dengan pedagogi suara hati yang penting dan mendesak untuk
dijalankan dalam formatio iman. Bab satu disambung dengan
bab dua yang mengetengahkan metodologi. Formatio iman
melibatkan ilmu-ilmu sosial dengan mengambil metode-metode
pembinaan yang tidak bertentangan dengan Injil.
12. Bagian kelima merupakan bagian terakhir dari bagian isi
Direktorium Formatio Iman. Bagian kelima ini membahas
pembinaan iman berkelanjutan dan berjenjang beserta hal-hal
lain yang terkait didalamnya. Ada enam bab yang mengisi bagian
kelima ini. Empat bab pertama berfokus pada pembinaan iman
|7|
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
|8|
BAGIAN I
MENIMBANG ZAMAN
|9|
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
BAGIAN I
MENIMBANG ZAMAN
| 10 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
BAB I
TANTANGAN ARUS-ARUS BESAR ZAMAN INI
| 12 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
8 EG 89
| 13 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 14 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
9 EA 21
| 15 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
H. Merebaknya Kemiskinan
22. Menurut data Badan Pusat Statistk (BPS) 2013, angka kemiskinan
di Indonesia per-September 2013 tercatat 28,55 juta orang atau
11,37 persen. Sebelumnya pada Maret 2013 tercatat 28,07
10 Bdk. EN 20
11 Bdk. OA 21; CA 37
12 Bdk. Kej 2:15
13 Konferensi Waligereja Indonesia, Nota Pastoral: Keterlibatan Gereja dalam
melestarikan Keutuhan Ciptaan, Jakarta, Sekretariat Jenderal Konferensi
Waligereja Indonesia, 2013, hlm. 9-22.
| 16 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 17 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
BAB II
KEHIDUPAN INTERNAL GEREJAWI
| 18 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 19 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 20 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 21 |
BAGIAN II
EVANGELISASI
DAN
PEMBINAAN IMAN
| 22 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
BAGIAN II
EVANGELISASI DAN PEMBINAAN IMAN
29. Yesus Kristus adalah Kabar Baik Allah. Ia adalah pelaku dan
pewarta Kabar Baik yang utama. Kepedulian tunggal-Nya adalah
Kerajaan Allah. Seluruh dimensi hidup-Nya diarahkan pada
pewartaan Kerajaan Allah baik dalam kata maupun tindakan.
Untuk Kerajaan Allah inilah Yesus Kristus membaktikan seluruh
hidup-Nya di dunia. Ia memperkenalkan kegembiraan karena
memiliki Kerajaan Allah17, tuntutan-tuntutannya, magna carta-
nya18, misteri-misterinya19, hidup kasih persaudaraan dari yang
masuk kedalamnya20, dan pemenuhannya di masa yang akan
datang.21
30. Pewartaan Kabar Baik adalah pewartaan Kerajaan Allah.
Itulah wasiat perutusan Yesus kepada para murid yang
harus dinyatakan dalam perkataan dan kesaksian. Sesudah
kebangkitan-Nya, Yesus Kristus mengutus para murid untuk
menjadikan semua bangsa murid-Nya, membaptis mereka dan
mendidik mereka melakukan apa saja yang telah diperintahkan-
Nya.22 Ia menyatakan : “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah
Injil kepada segala makhluk.”23 Ia menunjuk para murid sebagai
saksi-saksi-Nya: “Kamu adalah saksi dari semuanya ini”24;
“Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas
kamu, dan kamu akan menjadi saksi-saksi-Ku ... sampai ke
ujung bumi.”25
Dari perutusan inilah lahir Gereja Kristus, yang berada dalam
Gereja Katolik. Gereja Katolik hadir dalam Gereja lokal yaitu
Keuskupan. Keuskupan Agung Semarang, sebagai Gereja
17 Bdk. Mat 5:3-12
18 Bdk. Mat 5:1-7.29
19 Bdk. Mat 13:11
20 Bdk. Mat 18:1-35
21 Bdk. Mat 24:1-25.46
22 Bdk. Mat 28:19-20
23 Mrk 16:15
24 Luk 24:48
25 Kis 1:8
| 23 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
26 Mat 10:16
27 Mat 28:20
| 24 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
28 Bdk. DV 5
| 25 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
BAB I
WAHYU DITERUSKAN MELALUI EVANGELISASI
29 1 Yoh 4:16
30 DV 2
31 DV 2
| 26 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 27 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 28 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 29 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
BAB II
EVANGELISASI UJUNG TOMBAK GEREJA
40. Tanpa misi, Gereja mati. Gereja lahir dari misi dan untuk misi.
Oleh cinta Allah Bapa yang mengutus Sang Putera dalam Roh
Kudus, Gereja dilahirkan. Lahir untuk melanjutkan perutusan
Sang Putera, yakni menghadirkan Kerajaan Allah, yang adalah
kerajaan "kebenaran, damai sejahtera, dan suka cita oleh
Roh Kudus"38. Untuk itu, Yesus Kristus mengutus Roh Kudus
menyertai Gereja-Nya di sepanjang zaman.
| 30 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
B. Gerak Evangelisasi
43. Dinamika gerak evangelisasi digariskan oleh dekrit tentang
kegiatan misioner Gereja “Ad Gentes”: 1) kesaksian hidup
Kristiani, dialog dan kehadiran cinta kasih45; 2) pewartaan
Injil dan panggilan pertobatan46; 3) katekumenat dan inisiasi
Kristen47; dan 4) pembinaan komunitas-komunitas Kristiani
melalui dan dengan perantaraan sakramen-sakramen dan para
pelayannya48.
Gerak evangelisasi "pertama-tama berarti memberikan kesaksian,
secara sederhana dan langsung, mengenai Allah yang diwahyukan
oleh Yesus Kristus, dalam Roh Kudus."49 Evangelisasi selanjutnya
“juga selalu harus memuat – sebagai dasar, pusat dan sekaligus
puncak dari dinamismenya – suatu pewartaan yang jelas, bahwa
dalam Yesus Kristus, Putera Allah yang menjadi manusia, yang
wafat dan bangkit dari kematian, penebusan ditawarkan kepada
segala manusia, sebagai suatu kurnia rahmat dan belas kasih
Allah."50 Untuk itu, gerak evangelisasi membawa orang kepada
pertobatan, yakni tanggapan positif terhadap karya penebusan
Kristus. Gerak pertobatan membawa orang untuk terbuka
secara bebas dan sadar menerima karunia-karunia Allah melalui
sakramen-sakramen.
Dengan demikian, gerak evangelisasi menelusuri tahap-tahap
esensial. Pertama adalah gerakan misioner yang ditujukan
kepada orang yang tidak beriman akan Kristus dan/atau kepada
orang yang hidup dalam ketidakpedulian religius. Kedua adalah
gerakan kateketis awal bagi orang yang memilih Injil dan bagi
orang yang harus menyelesaikan atau membangun inisiasi
mereka. Yang ketiga adalah pelayanan pastoral yang diarahkan
bagi umat Kristiani yang beriman matang dalam rengkuhan
komunitas Gereja.
45 AG 11-12
46 AG 13
47 AG 14
48 AG 15-18
49 EN 26
50 EN 27
| 31 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 32 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 33 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
D. Situasi-situasi Evangelisasi
48. Ada situasi-situasi sosio-religius yang memerlukan tanggapan
evangelisasi yang tepat. Dapat dibedakan tiga situasi dasar bagi
gerak evangelisasi :62
62 Bdk. RM 33
63 Bdk. Direktorium Formatio Iman no. 26 tentang “Situasi Religius Umat
Beriman” kelompok satu dan dua.
64 Bdk. Direktorium Formatio Iman no. 26 tentang “Situasi Religius Umat
Beriman” kelompok tiga dan empat.
| 34 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
65 PF 7
| 35 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
BAB III
PEMBINAAN IMAN
DALAM PROSES EVANGELISASI
66 Bdk. EG 160
67 PF 3
68 PF 7
| 36 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 37 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 38 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 39 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 40 |
BAGIAN III
| 41 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
BAGIAN III
NORMA DAN TOLOK UKUR
FORMATIO IMAN
| 42 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
BAB I
ARAH FORMATIO IMAN
| 43 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
BAB II
SUMBER DAN SUMBER-SUMBER
FORMATIO IMAN
| 44 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
77 DV 9
78 Ibid.
79 DV 10b
| 45 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
BAB III
UNSUR-UNSUR UTAMA FORMATIO IMAN
| 46 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 47 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 48 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 49 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 50 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
BAB IV
PENGEMBANGAN DAYA-DAYA HIDUP INTEGRAL
| 51 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 52 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
BAB V
PENGALAMAN MISTIK – POLITIS
| 53 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 54 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 56 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
BAGIAN IV
PEDAGOGI IMAN
| 57 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
BAB I
MODEL PEDAGOGI IMAN
| 58 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 59 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
C. Pedagogi Gereja
81. Gereja didirikan Kristus untuk melanjutkan karya misi-Nya.
Ia pula meneruskan pedagogi Yesus Kristus. Konsili memberi
gelar “Bunda” kepada Gereja.95 Sebagai Bunda, Gereja adalah
pendidik umat beriman. Kasih keibuan dan peran mendidik ini
ditegaskan kembali dalam Ensiklik Mater et Magistra oleh Bapa
Suci Yohanes XXIII:
| 60 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 61 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 62 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
105 J.H. Newman, Surat kepada Pangeran Norfolk 5, dalam KGK 1778.
106 Ibid., hlm. 77
| 63 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
BAB II
METODOLOGI
| 64 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 65 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
108 CT 55
| 66 |
BAGIAN V
PEMBINAAN IMAN
BERKELANJUTAN
DAN
BERJENJANG
| 67 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
BAGIAN V
PEMBINAAN IMAN
BERKELANJUTAN DAN BERJENJANG
| 68 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
BAB I
PEMBINAAN IMAN MENURUT USIA
| 69 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 70 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 71 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 72 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 73 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
subur dalam diri sang bayi dan anak bila dirinya mengalami
kegembiraan dan kewibawaan dari ibu-bapa yang mencintanya.
Anak-anak akan memahami kehidupan beriman dari orang
tuanya, dari orang dewasa.
103. Pendidikan dan latihan doa serta pengenalan Kitab Suci harus
menyertai semua pertumbuhan dan perkembangan iman anak.
Anak-anak harus mulai diajar dan dilatih berdoa kepada Allah
Bapa yang mencintai dan melindungi; kepada Tuhan Yesus,
Putra Allah dan saudara kita, yang menjadi pengantara kepada
Bapa; kepada Roh Kudus yang tinggal dalam hati; dan kepada
Bunda Maria, Ibu Tuhan Yesus dan ibu kita. Anak-anak harus
diperkenalkan dengan kisah-kisah dan tokoh-tokoh Kitab
Suci. Keutamaan-keutamaan teologal dan moral mulai juga
diperkenalkan sedikit demi sedikit sesuai dengan perkembangan
pemahaman mereka.
104. Pendidikan awal untuk bekerja juga terkait erat dengan
pendidikan iman. Kegembiraan dalam mengerjakan sesuatu
dan mengerjakannya dengan baik, kerjasama dengan orang
lain, disiplin yang dipegang teguh memberikan pengalaman
yang sangat berguna bagi anak untuk menyiapkan diri mampu
berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan juga aktif ikut ambil
bagian dalam kehidupan gerejawi.
| 74 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 75 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 76 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 77 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 78 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 79 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 80 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 81 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 82 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 83 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 84 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
BAB II
PEMBINAAN IMAN UNTUK SITUASI KHUSUS
| 85 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 86 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 87 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
BAB III
PEMBINAAN IMAN DALAM KONTEKS
SOSIO-RELIGIUS DAN BUDAYA
| 88 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 89 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 90 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
D. Pembinaan Iman
untuk Mengembangkan Dialog Budaya
137. Gereja Keuskupan Agung Semarang hidup, tumbuh dan
berkembang dalam alam budaya Jawa. Iman Katolik berjumpa
dengan nilai-nilai budaya Jawa. Gereja berpendapat bahwa
“apa pun yang baik, yang terdapat tertaburkan dalam hati dan
budi orang-orang, atau dalam adat-kebiasaan serta kebudayaan-
kebudayaan yang khas para bangsa, bukan hanya tidak hilang,
melainkan disembuhkan, diangkat, dan disempurnakan
demi kemuliaan Allah.”122 Dalam konteks Keuskupan Agung
Semarang, pandangan Gereja tersebut berarti bahwa budaya
Jawa diterima, dihormati dan dihargai sehingga pengungkapan
dan penghayatan iman Katolik diperkaya dan diperdalam oleh
kekayaan budaya Jawa. Budaya Jawa mengandung banyak
ungkapan mengenai kehadiran Allah di tengah-tengah kehidupan
manusia. Pada gilirannya, Gereja juga perlu menginjili budaya
dan membebaskannya dari tradisi, keyakinan, kebiasaan
dan praktek-praktek yang tidak sejalan dengan rencana ilahi
sebagaimana diajarkan oleh iman Katolik. Sebagaimana
ditegaskan dalam dokumen Ecclesia in Asia : “Kebudayaan itu
ruang vital. Di situlah pribadi manusiawi bertatap muka dengan
Injil.”123 Untuk itu, pembinaan iman untuk memajukan dialog
budaya penting dan mendesak untuk dijalankan.
Pembinaan iman, pertama-tama, hendaknya menyadarkan
orang bahwa iman tidak terpisah dari kehidupan (kebudayaan),
bahkan mengakar didalamnya. Perjumpaan dengan budaya
membawa kesadaran bahwa Gereja tidak hanya menyalurkan
kebenaran-kebenaran dan nilai-nilainya serta membarui
kebudayaan-kebudayaan, tetapi mengangkat juga unsur-unsur
dan nilai-nilai positif yang terdapat didalamnya. Unsur dan nilai
122 AG 9; bdk. LG 17; GS 44; NA 2
123 EA 21
| 91 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 92 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 93 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
BAB IV
PEMBINAAN IMAN DALAM KONTEKS SOSIO-
POLITIK DAN KEMASYARAKATAN
A. Pendidikan Sosial-Politik
141. “100% Katolik – 100% Indonesia (Patriot)” adalah warisan Mgr.
Alb. Soegijapranata Uskup Agung Semarang yang pertama.
Semboyan itu dikobarkan khususnya bagi umat Katolik
Keuskupan Agung Semarang. Panggilan untuk menjadi umat
yang “100% Katolik dan 100% Indonesia” perlu didukung dengan
proses-proses pembinaan yang memadai. Pembinaan di bidang
sosial politik kemasyarakatan pada dasarnya dapat diintegrasikan
dalam proses pembinaan lainnya, tetapi ada kalanya diperlukan
pembinaan khusus bagi mereka yang disiapkan untuk terlibat di
tengah masyarakat. Pembinaan ini dapat berupa kaderisasi bagi
kaum awam katolik untuk diutus di tengah masyarakat.
Kaum awam Katolik perlu didorong untuk berani memasuki dan
berkiprah di dunia politik karena politik merupakan tugas luhur
untuk mengupayakan dan mewujudkan kesejahteraan bersama
(bonum commune). Tugas dan tanggung jawab itu dijalankan
dengan berpegang pada etika politik dengan prinsip-prinsip:
hormat terhadap martabat manusia, kebebasan, keadilan,
soidaritas, subsidiaritas, fairness, demokrasi, kesetaraan dan cita
rasa tanggung jawab dalam hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
142. Mengapa (harus) kaum awam? Pertama, karena panggilan khas
kaum awam adalah menyucikan dunia. Cakupan dunia di sini
luas, bisa dunia politik, dunia ekonomi, dunia budaya, dunia
apa pun yang menyangkut hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Kedua, ada kecenderungan terjadinya “klerikalisasi
kaum awam”. Artinya adalah bahwa membantu tugas-tugas
imam itu merupakan panggilan kaum awam. Kaum awam
merasa optimal jika sudah berperan besar dalam kehidupan
| 94 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
B. Pendidikan Sosial-Kemasyarakatan
144. Panggilan Gereja sebagai gerakan, sebagai peristiwa penyelamat
an ilahi dalam masyarakat disadari dan ditegaskan lebih kuat.
Arah Dasar 2011-2015 merumuskannya dengan jelas sbb.:
“Umat Allah Keuskupan Agung Semarang sebagai persekutuan
paguyuban-paguyuban murid-murid Yesus Kristus, dalam
bimbingan Roh Kudus, berupaya menghadirkan Kerajaan Allah
sehingga semakin signifikan dan relevan bagi warganya dan
masyarakat.” Signifikansi dan relevansi Gereja bagi masyarakat
tampak bila Gereja sungguh-sungguh terlibat dalam pergulatan
hidup masyarakat. Umat Katolik Keuskupan Agung Semarang
hendaknya secara aktif ambil bagian dalam kehidupan
masyarakat. Dengan demikian, Gereja ikut menyumbang dalam
kehidupan bersama dan tidak menjadi asing di tengah pergulatan
masyarakat. Untuk memenuhi panggilan tersebut, umat Katolik
Keuskupan Agung Semarang harus mendapatkan pendidikan
sosial-kemasyarakatan.
Bagaimana menjalankan pendidikan sosial-kemasyarakatan ini?
Arah Dasar 2011-2015 menunjukkannya dengan mengem
bangkan habitus baru berdasar semangat Injil. Habitus dipahami
sebagai gugus insting, baik individual maupun kolektif, yang
membentuk cara merasa, cara berpikir, cara melihat, cara
| 95 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 96 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
BAB V
PELAKU PEMBINAAN IMAN
A. Komunitas Kristiani
146. Pembinaan iman adalah tanggung jawab seluruh komunitas
Kristiani. Penerusan pendidikan iman merupakan persoalan yang
menyentuh seluruh komunitas dan menjadi tugas setiap anggota
komunitas. Komunitas Kristiani perlu mengikuti perkembangan
proses kateketis bagi anak-anak, pra-remaja dan remaja, kaum
muda dan dewasa, serta kaum lanjut usia, sebagai tugas yang
secara langsung mengikat mereka.
Komunitas Kristiani menjadi sumber, locus dan sarana pembina
an iman. Komunitas menjadi tempat yang kelihatan dari iman-
kesaksian, dan memberikan sesuatu bagi pembinaan iman.
Komunitas membentuk diri sebagai lingkungan yang hidup dan
tetap bagi pertumbuhan dan perkembangan iman seseorang.
| 97 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 98 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
136 CT 68
137 Bdk. ChL 62; FC 38
138 FC 38
| 99 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
| 100 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 101 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
BAB VI
WADAH DAN SARANA PEMBINAAN IMAN
| 102 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 103 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
D. Komunitas-komunitas Kristiani
dan Kelompok-kelompok Kategorial
158. Komunitas-komunitas atau paguyuban-paguyuban Kristiani dan
kelompok-kelompok kategorial tumbuh subur di Keuskupan
Agung Semarang. Ada yang tumbuh-berkembang dalam paroki-
paroki dan ada pula yang lintas paroki. Komunitas-paguyuban-
kelompok ini menjadi tempat-tempat yang tepat dan efektif
untuk pembinaan iman. Mereka berkembang membantu para
murid Yesus Kristus untuk memenuhi tugas perutusan mereka
sebagai kaum awam dalam dunia dan dalam Gereja. Dalam
komunitas-paguyuban-kelompok, terjadilah upaya-upaya untuk
necep sabda Dalem, neges karsa Dalem, dan ngemban dhawuh
142 P3J KAS, Kebijakan-kebijakan Dasar Keuskupan Agung Semarang tentang
Pastoral Lingkungan, Semarang, 1991.
| 104 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
E. Gerakan-gerakan Kaderisasi
160. Banyak kaum awam memiliki perhatian pada pembinaan kaum
muda. Panggilan hati ini mengantar mereka untuk bersama-sama
menjalankan gerakan-gerakan kaderisasi. Kaum awam penggerak
kaderisasi ini bekerjasama dengan kaum religius dan klerus.
Mereka saling berjejaring dan bersinergi untuk mengembangkan
kaderisasi. Di Keuskupan Agung Semarang, gerakan-gerakan
kaderisasi menjadi wadah-wadah yang tepat-guna, strategis dan
efektif bagi pembinaan iman. Sasaran-sasaran bina kaderisasi
adalah orang-orang muda dari tingkat SMP sampai tingkat
Perguruan Tinggi, bahkan mulai merambah ke tingkat kaum
profesional. Dalam kelompok-kalompok kaderisasi, kaum muda
Katolik digembleng untuk menjadi Katolik cerdas, tangguh dan
misioner.
| 105 |
Direktorium Formatio Iman Keuskupan Agung Semarang
F. Tempat-tempat Ziarah
161. Banyak tempat ziarah dibangun dimana-mana, tak terkecuali
juga di Keuskupan Agung Semarang. Tempat-tempat ziarah
muncul dari olah kesalehan umat beriman. Tempat ziarah ini
menanggapi kehausan umat beriman akan sentuhan kasih
Allah karena merupakan tanda kehadiran Allah yang aktif dan
menyelamatkan. Paus Yohanes Paulus II dalam pengajarannya
menyatakan: “Tempat-tempat ziarah Kristiani dahulu dan
sekarang tetap menjadi tanda kehadiran Allah dan campur
tangan-Nya dalam sejarah. Masing-masing merupakan kenangan
akan inkarnasi dan penebusan.”143 Banyak orang berkumpul
dan berziarah entah secara pribadi maupun berkelompok.
Mereka bahkan bisa datang dari segala penjuru tempat. Untuk
itu, tempat-tempat ziarah adalah juga tempat yang strategis dan
bagus untuk pewartaan Injil dan pembinaan iman.
162. Hendaknya di tempat-tempat ziarah, di samping diselenggarakan
untuk perayaan selebrasi iman dengan doa-doa, novena,
ibadat dan/atau perayaan ekaristi, alangkah lebih berdayaguna
secara efektif dan strategis dipakai untuk aksi edukasi iman.
Tempat-tempat ziarah menjadi medan pewartaan Injil yang
berdaya: “dalam bentuk yang bermacam ragam amanat Kristus
disampaikan kepda kaum beriman sebagai panggilan untuk
bertobat, undangan untuk mengikuti Kristus, himbauan untuk
bertekun, peringatan untuk memenuhi tuntutan-tuntutan
keadilan, dan sabda penghiburan dan perdamaian.”144 Di
samping itu, dijalankan pula katekese iman. Kehadiran umat
hendaknya disertai dan dibekali oleh kehadiran Sabda Allah.
Hendaknya disampaikan dan diajarkan dalam diri para peziarah:
butir-butir khotbah di bukit yang berisi Sabda Bahagia; pokok-
pokok iman Gereja Katolik dan olah kesalehannya; pewartaan
penuh sukacita kebaikan Allah dan penyelenggaraan-Nya yang
penuh kasih; perintah kasih yang diwujudkan dalam sepuluh
perintah Allah; dan makna salib sebagai sarana keselamatan.
143 Yohanes Paulus II, Allocution to the rectors of French Shrines dalam
Insegnamenti di Giovanni Paolo II, IV/I (1981), Libreria Editrice Vaticana,
Città del Vaticano 1981, hlm. 138.
144 Kongregasi Ibadat dan Tata Tertib Sakramen, Direktorium tentang Kesalehan
Umat dan Liturgi. Asas-asas dan Pedoman, Vatikan, 2001, no. 274.
| 106 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
PENUTUP
| 108 |
Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati
| 109 |