KATA PENGANTAR
Kita masih merasakan sukacita Natal 2016 yang mengiringi langkah-langkah kita di awal tahun
2017. Kini kita akan mempersiapkan diri lagi untuk memasuki minggu-minggu Sengsara Tuhan Yesus
dan PASKAH KRISTUS. Semuanya itu terjadi hanya karena tuntunan dan bimbingan Tuhan. Oleh
karena itu, segala puji syukur patut kita ungkapkan kepada Allah di dalam nama Yesus Kristus, yang rela
menderita dan mati di kayu salib, namun bangkit dan menang sehingga kita hidup.
PAKET PASKAH 2017 ini memuat (a). Tata Ibadah Jemaat, mulai dari Minggu Sengsara Tuhan
Yesus yang pertama sampai ketujuh, Jumat Agung, Paskah 1 & 2, Kenaikan Yesus Kristus dan
Pentakosta 1 & 2. (b). Tata Ibadah Keluarga, mulai dari persiapan memasuki Minggu Sengsara pertama
sampai ketujuh, Rabu Abu, Kamis Putih, dan Sabtu Sunyi. (c). Tata Ibadah Paskah Paduan Suara, Laki-
laki, Perempuan, Unit/Sektor, SMTPI, Pengasuh dan Materi Malam Pembedaan Siswa Katekisasi Calon
Sidi Gereja. Tata Ibadah Jemaat, Tata Ibadah Keluarga dan Tata Ibadah Paskah SMTPI serta Malam
Pembedaan Calon Sidi Gereja disusun sedemikian rupa sehingga isinya merupakan ungkapan iman
(pemahaman teologi) kita kepada Allah di dalam Yesus yang turut merasakan kelemahan kita, sehingga Ia
mengulurkan tangan kasihNya itu untuk menyelamatkan kita melalui penderitaan, kematian dan
kebangkitanNya.
Perayaan PASKAH tahun ini meneguhkan iman percaya kita bahwa Kristus Sungguh Bangkit,
dan kita menjadi saksi-saksiNya. Saksi dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Sebab Kebangkitan
Kristus merupakan pembebasan dari berbagai belenggu dosa dan kejahatan, sekaligus memberi
pengharapan dan keberanian bagi kita untuk mampu menghadapi segala ancaman dan tantangan hidup.
Dengan demikian hidup di dalam kebangkitan Kristus berarti harus menampilkan ciri hidup yang saling
berbagi dan saling menghidupkan sebagai suatu kesaksian yang hidup.
Kami berharap melalui untaian kata dan nada dalam setiap tata ibadah dapat menolong warga
jemaat dan para pelayan untuk memperteguh imannya, sehingga pelayanan yang dilakukan semakin
bermutu dan menghadirkan sukacita dalam hidup pribadi, keluarga dan persekutuan jemaat juga
masyarakat. Untuk itu, jika ada nyanyian yang dianggap sulit sedapat mungkin dilatih agar dapat
dinyanyikan dengan baik. Ingat, setiap lagu ada pesan teologi di dalamnya.
Akhirnya, kami keluarga besar LEMBAGA PEMBINAAN JEMAAT GPM mengucapkan
selamat mempersiapkan diri memasuki mingggu-minggu Sengsara Kristus dan menikmati sukacita
Paskah sampai pada Keturunan Roh Kudus. Kiranya iman kita semakin kokoh di dalam Yesus Kristus.
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR ……………………………………......... i
DAFTAR ISI …………………………………………. ii
KERANGKA ACUAN PERAYAAN PASKAH …………………………………………. iii
MASA RAYA PASKAH ………………………………………….. vi
I. LATARBELAKANG TEOLOGI.
Paskah yang dirayakan oleh gereja bertolak dari peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus Kristus
dari antara orang mati. Suatu peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi dalam kehidupan
manusia dan dunia. Sekalipun demikian sejak peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus, ada
orang-orang yang menolak peristiwa kebangkitan itu sebagai suatu peristiwa yang nyata. Ini
nampak dalam usaha imam-imam kepala untuk menyuap pasukan penjaga kubur Yesus
untuk memberitakan bahwa Yesus tidak bangkit, tetapi mayat-Nya dicuri oleh para murid
ketika mereka tertidur (Mat. 28:11-13). Bahkan ada yang beranggapan bahwa apa yang
diberitakan oleh para murid adalah suatu khayalan belaka. Peristiwa kebangkitan Tuhan
Yesus dari antara orang mati, diragukan dan dipersoalkan oleh orang-orang yang tidak
mengakui Tuhan Yesus (Mat.28:17). Ini disebabkan karena peristiwa kebangkitan Yesus
adalah hal yang unik yang melampaui pengalaman hidup manusia sehari-hari. Bukan saja
orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus meragukan kebangkitan-Nya, tetapi orang-
orang yang percaya kepada Tuhan Yesus juga tidak bisa melaksanakan tugas kesaksian
mereka secara baik kepada mereka yang ragu-ragu. Tugas untuk memberitakan siapa itu
Tuhan Yesus yang mati dan bangkit dalam dalam wujud ibadah ritual dan ibadah sosial-
ekolgis. Akibatnya ialah kebangkitan Tuhan Yesus tidak bermakna membawa kebaikan bagi
kehidupan manusia dan semua ciptaan. Dalam realitas kehidupan bergereja yang demikian,
maka Gereja Protestan Maluku memilih Tema Paskah 2017 “YESUS SUNGGUH
BANGKIT, JADILAH SAKSI-NYA”
Tema ini mengandung Pesan Pemberitaan dan Pengutusan (Indikatif dan imperatif).
1. Pesan Pemberitaan “YESUS SUNGGUH BANGKIT”. Pemberitaan ini didasarkan pada
pengalaman nyata murid-murid sebagai berikut:
a. Murid perempuan yang pergi merempahi mayat Yesus menemukan bahwa kubur
telah kosong (Mrk. 16:5-8). Mereka kemudian diberitahu oleh malaikat bahwa
Yesus sudah bangkit (Mat. 28:1-10; Mrk. 16:1-8; Luk. 24:1-12).
b. Yesus yang bangkit menampakan diri pada murid-murid dan orang banyak (Mrk.
16:19-20; Luk. 24:36-49; Yoh. 20-21:1-14 ), Kemudian kepada Paulus (1Kor.
15:5-8).
c. Kubur Yesus dijaga ketat oleh pasukan Romawi atas permintaan imam-imam
kepala agar mayat Yesus tidak dicuri oleh murid-murid-Nya (Mat. 27:62-66).
Pasukan penjaga kubur Yesus menyaksikan peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus
(Mat: 28:4). Mereka kemudian pergi memberitahukan peristiwa kebangkitan Yesus
pada imam-imam kepala, tetapi mereka kemudian disuap untuk memberitakan
bahwa mayat Yesus dicuri oleh murid-murid-Nya ketika mereka tertidur (Mat.
28:11-15).
d. Imam-imam kepala dan pasukan Romawi dan para imam tidak dapat membuktikan
tuduhan mereka bahwa mayat Yesus dicuri ketika mereka tertidur, dengan
menemukan kembali mayat Yesus yang dicuri. Bahkan muri-murid Tuhan Yesus
tidak mungkin mencuri mayat Yesus, karena setelah kematian Yesus mereka
bersedih dan takut sehingga tinggal di rumah yang terkunci.
e. Pengalaman murid-murid dengan peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus bukanlah
suatu khayalan atau ilusi belaka, tetapi itu suatu kenyataan. Sebab apa yang dialami
berlangsung sampai sepuluh kali. Dan itu bukan hanya dialami oleh para murid
sendiri, tetapi juga orang banyak. Murid-murid mengalami Yesus secara fisik, dan
berdialog dengan-Nya (Luk. 24:13-32), merabah (Luk 24:39; Yoh. 20:27-29).
Bahkan Yesus makan (Luk. 24:41-43; Yoh. 21:12-14).
f. Murid-murid yang mengalami perjumpaan dengan Yesus yang bangkit berani
bersaksi tentang siapa Yesus dan menerima konsekwensinya, yaitu mati karena
pemberitaan mereka. Akibat pemberitaan mereka maka lahirlah gereja yang
berkembang ke seluruh dunia sampai sekarang.
2. Pesan Pengutusan “JADILAH SAKSI-NYA”. Pesan pengutusan ini disampaikan oleh
Tuhan Yesus kepada murid-murid perempuan sebagai orang yang pertama berjumpa
dengan Yesus setelah kebangkitan-Nya (Mat. 28:1-10). Dan kemudian kepada para murid
yang lain (Mat. 28:16-20: Mrk. 16:15-16; Luk. 24:48-49; Yoh.21:1-13). Murid-murid
iv
yang mengalami peristiwa kebangkitan Yesus mendapat kekuatan dan diutus oleh Yesus
untuk bersaksi tentang siapa Dia (Mat. 20:16-20; Mrk. 16:15-16) . Hal ini terjadi ketika
pemberian Roh Kudus sebagai wujud penyertaan Yesus bersama para murid (Kis. 2:14-
40). Setelah penerimaan Roh Kudus murid-murid berani bersaksi tentang siapa itu Tuhan
Yesus. Titik tolak pemberitaan mereka ialah peristiwa kebangkitan Yesus yang memberi
makna pada kelahiran dan pekerjaan Yesus selama di dunia ini serta memberi harapan
baru bagi orang-orang percaya untuk kehidupan yang abadi bersama Yesus (Hidup
Kekal). Peristiwa kebangkitan Yesus itulah yang juga menjadi pokok pemberitaan dari
Rasul Paulus. Dia yang tadinya menganiyaya jemaat yang mula-mula kemudian menjadi
percaya ketika mengalami Yesus yang bangkit di pintu Damsyik (Kis. 9:1-18).
Pengalaman itu membuat Paulus yakin bahwa Yesus sungguh bangkit. Paulus percaya
pada peristiwa kebangkitan Yesus adalah tindakan penyelamatan Allah. Kalau tidak yang
demikian, maka sia-sia pemberitaan Paulus dan sia-sialah kepercayaan jemaat
(1Kor:15:14, 17).
Keyakinan tentang peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus telah menjadi pokok puji-pujian
dan kesaksian gereja sepanjang sejarahnya di dunia ini. Kesaksian baik melalui
pemberitaan lisan maupun perbuatan nyata di dalam kehidupan bersama manusia dan
dunia ciptaan Allah. Ini disebabkan karena karya penyelamatan Allah melalui peristiwa
kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus tidak hanya berhubungan dengan kehidupan
manusia, tetapi juga dunia ciptaan Allah (Mat. 28:16-20; Mrk. 16:15-16; Yoh. 3:16. Rm
8:22). Jadi gereja yang bersaksi tentang siapa itu Yesus tidak hanya dilakukan melalui
media pemberitaan di dalam ibadah-ibadah ritual, tetapi juga melelui ibadah sosial, yaitu
kepeduliaan sosial kepada manusia yang menderita dan lingkungan hidup yang rusak.
Hari kebangkitan Tuhan Yesus kemudian dijadikan sebagai hari Tuhan (Hari Dominggo).
Hari di mana umat kristen melaksanakan ibadah ritual yang menjadi dasar bagi
pelaksanaan ibadah sosial. Dan peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus dijadikan Hari Raya
Kristen yang diperingati setiap tahun di bulan April. Suatu perayaan keagamaan yang
harus direncanakan dan dilaksanakan sebagai wujud dari kesaksian gereja tentang siapa
itu Tuhan Yesus.
V. SIFAT PERAYAAN.
Sifat perayaan Paskah ialah sederhana, tetapi hikmat, memberi sukacita dan penguatan iman
serta pengharapan kepada umat dalam melaksanakan tugas sebagai saksi Tuhan dalam
kehidupan mereka tiap hari. Hindari perayaan yang sifatnya pestapora yang menghabiskan
dana yang besar.
A. Pengantar
Bagi orang Kristen, Paskah adalah salah satu hari besar gerejawi yang dirayakan setiap
tahun untuk memperingati hari kebangkitan Yesus Kristus. Paskah sebenarnya adalah perayaan
Yahudi yang dirayakan pula oleh gereja mula-mula. Namun sejak akhir abad ke-2, paskah telah
diberi makna yang baru dan dirayakan secara mingguan pada setiap hari pertama yang disebut
“hari Tuhan “(ĸυριακή ήηέρα). Paskah mingguan ini ternyata menjadi cikal bakal ibadah
Minggu yang sampai kini dilaksanakan oleh gereja.
Orang Yahudi biasanya merayakan paskah pada setiap 14 Nisan sebagai perayaan
tahunan. Hal itu diikuti pula oleh beberapa gereja sehingga perayaan paskah pun menjadi
perayaan tahunan, meskipun paskah Kristen berbeda pemaknaannya dengan Yahudi. Lambat
laun, gereja mulai merayakan paskah tidak lagi menurut waktu Yahudi, mengingat 14 Nisan
besar kemungkinan tidak jatuh pada hari Minggu. Akhirnya penetapan hari perayaan Paskah
menjadi berbeda-beda. Ada yang menetapkan pada Hari Minggu setelah 14 Nisan, namun ada
juga yang merayakan menurut perhitungan setelah “equinox musim semi” atau 21 Maret.
Sejak awal abad ke-4, Gereja Barat merayakan Paskah pada hari Minggu; sedangkan
Gereja Timur tetap merayakan pada 14 Nisan. Pemaknaan Paskah yang dalam konteks Yudaisme
adalah hari pembebasan umat Israel dari Mesir oleh Tuhan, dimaknai secara baru, oleh gereja,
sebagai hari kebangkitan Tuhan di mana umat Tuhan dibebaskan dari kuasa dosa melalui
sengsara, mati dan kebangkitan Yesus Kristus. Peristiwa sengsara, mati hingga bangkit kemudian
menjadi satu kesatuan makna tentang karya penyelamatan Allah. Oleh sebab itu peristiwa-
peristiwa itu dikenang dalam satu masa raya yakni Masa Raya Paskah. Gereja kemudian
melaksanakan masa prapaskah selama 40-50 hari, tujuh hari sebelum paskah, Paskah , dan
ditutup dengan hari raya Pentakosta.
B. Masa Prapaskah
Istilah ini mengacu pada minggu-minggu sebelum paskah. Ada gereja yang
menggunakan istilah minggu prapaskah, tetapi ada juga yang menggunakan istilah minggu
sengsara. Penggunaan istilah yang berbeda-beda ini memang didasarkan pada pemahaman
masing-masing gereja. Ada yang memahami bahwa istilah minggu pra paskah lebih tepat, karena
sengsara Yesus baru dimulai pada saat Ia masuk ke Yerusalem, sehingga minggu sengsara
sebenarnya adalah bagian atau termasuk dalam minggu prapaskah. Gereja-gereja lain (termasuk
di dalamnya GPM) masih menggunakan istilah minggu sengsara, dengan maksud untuk
menghayati penderitaan dan kesengsaraan Yesus supaya umat menyadari akan pengorbanan
Yesus yang sungguh luar biasa atas dosa-dosa manusia. Memang masa pra paskah tidak selalu
diisi dengan penghayatan dukacita dan suasana kesedihan, tetapi juga sukacita dan harapan
manakala gereja menghayati peristiwa salib itu sendiri (misalnya minggu Laetare). Oleh sebab
itu, sebaiknya istilah minggu pra paskah menjadi istilah yang lebih tepat digunakan sebagai masa
persiapan paskah sedangkan minggu sengsara bisa mendapat momennya setelah Laetare, yakni
minggu Judika dan Palmarum.
1. Quadragessima
Perhitungan minggu-minggu pra paskah memang berbeda-beda menurut tradisi masing-
masing gereja. Untuk gereja yang menggunakan perhitungan quadragessima, maka yang dihitung
adalah empat puluh hari sebelum paskah. Angka empat pulu memang sangat simbolik karena
banyak ditemukan dalam Alkitab. Sejak abad ke -4 hitungan hari Paskah itu dimulai sejak Jumat
Agung (hari jumat)- Paskah (hari Minggu). Hari Kamis sebelum Jumat Agung dikenal sebagai
Kamis Putih, dihitung sebagai masa prapaskah. Jadi bila kita menggunakan perhitungan
quadragessima, maka mulai dihitung mundur ke belakang sejak hari Kamis selama 40 hari tanpa
menghitung hari Minggu sebagai hari berpuasa. Jadi misalnya bila Paskah 2017 jatuh pada
tanggal 16 April, hitungan minggu prapaskah dimulai dari tanggal 13 April (Kamis Putih), maka
akan bertemu dengan tanggal 5 Maret. Sepanjang waktu itu, umat berada dalam situasi berpuasa,
kecuali hari Minggu. Jadi jika dihitung berdasarkan hari berpuasa tanpa hari Minggu, maka pasti
tidak mencukupi genap empat puluh hari. Karena tidak genap empat puluh hari, maka ditambah
vii
lagi empat hari ke belakang menjadi genap empat puluh hari berpuasa, yakni jatuh pada hari
Rabu 1 Maret yang dikenal sebagai Rabu Abu.
2. Quinquagessima
Menjelang abad ke-8 di Roma, prapaskah dihitung sejak minggu ke-7 sebelum Paskah.
Jika tadi kita menggunakan perhitungan quadragessima, maka prapasakah dimulai dari Rabu
Abu. Namun karena Rabu Abu tidak jatuh pada hari Minggu, maka gereja kemudian
menambahkan hari Minggu sebelum Rabu Abu untuk menggenapi limapuluh hari hingga paskah
atau 7 minggu sebelum paskah. Jadi jika mengikuti quinquagessima, maka minggu prapaskah
2017 jatuh pada hari Minggu 26 Februari.
Berdasarkan perhitungan itu, maka kita dapat menghubungkan dengan perayaan yang
dilaksanakan pada gereja kita. GPM sepanjang ini tidak mempraktikkan masa raya paskah yang
dimulai dari Rabu Abu, melainkan sejak minggu ke-7 sebelum Paskah. Itu berarti yang dirujuk
adalah perhitungan Quinquagessima. Beberapa gereja protestan di Indonesia memang selama ini
memulai minggu prapaskah pada hari Minggu sebelumnya, sedangkan gereja Katholik dan
Anglikan memulainya dari Rabu Abu. Minggu pertama atau tujuh minggu sebelum paskah itu
disebut Esto Mihi atau” Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan”(Mzm 31:3b).
Berdasarkan perhitungan quinquagessima di mana awal pelaksanaan prapaskah jatuh
pada hari minggu, maka jelas ada perbedaan dengan perhitungan masa prapaskah yang dimulai
dari Rabu Abu. Bagi gereja yang biasa memulai pada Rabu Abu, maka hari Minggu setelah Rabu
Abu adalah Minggu prapaskah pertama yang disebut Invocabit = Bila ia berseru kepada-Ku
(Mzm 91:15a). Jadi tidak mengherankan bila ada perbedaan antara waktu perayaan minggu
sebelum Paskah yang dilakukan oleh GPM dengan, misalnya Gereja Roma Katolik.
Quadragessima Quinquagessima
Minggu Tema Minggu Tema
Rabu Abu I Estomihi
I Invocabit II Invocabit
II Reminiscere III Reminiscere
III Oculi IV Oculi
IV Laetare V Laetare
V Judika (Minggu Sengsara/Passio) VI Yudika
VI Palmarum (Minggu Sengsara/Pekan Suci, Kamis Putih VII Palmarum
Jumat Agung, Sabtu sunyi Jumat Agung
Paskah
C. Penutup
Dalam melaksanakan masa raya Paskah, Gereja Protestan Maluku memang selama ini
mengikuti perhitungan quinquagessima atau tujuh minggu sebelum paskah, kemudian diikuti
dengan Jumat Agung yang ditandai dengan Perayaan Sakramen Perjamuan Kudus. Selanjutnya
hari Sabtu menjadi hari persiapan menjelang Paskah yang sering dirayakan pada subuh pagi di
hari Minggu. Beberapa momen perayaan sebelum paskah yakni Rabu Abu (Ash Wednesday),
Kamis Putih (Maundy Thursday), dan Sabtu sunyi/suci (holy Saturday) memang dikenal, namun
tidak dirayakan. Beberapa gereja protestan di Indonesia bahkan sudah menerapkannya, misalnya
GKI dan GPIB. Merayakan momen-momen gerejawi bukan hanya sekedar mengikuti tradisi
liturgi gerejawi tetapi lebih dari pada itu agar penghayatan iman umat tetap dapat terjaga
sepanjang masa.
Sumber