Drama ini menceriterakan sukacita Natal yang membawa kedamaian bagi kaum muda
yang hidup ditanah rantau dan kehilangan jati diri akibat dari broken home, kehilangan orang-
orang tersayang dan hal lain yang membuat mereka stress, putus asa hingga tidak percaya
dengan kasih dalam kebersamaan.
Kehilangan orang yang berarti seperti keluarga dan teman membuat mereka kecewa pada
Tuhan, mereka merasa bahwa Tuhan tidak adil, mengapa Tuhan mengambil orang yang disayang
terlalu cepat. Menurut mereka Hari Raya seperti Natal hanya bisa bermakna jika bersama orang
yang disayang hal ini membuat mereka tidak begitu antusias menyambut hari raya natal bahkan
tidak ada kemauan untuk merayakan hari raya natal.
Disisi lain, ada yang merindukan kebersamaan dengan keluarga dan teman-teman di
kampung halaman dan ini pertama kalinya ia harus merayakan hari raya Natal di tanah rantau.
Adegan I pada suatu suatu hari ada sekelompok anak muda yang sedang duduk nongkrong di
sebuah warung, dalam pembicaraan mereka, mereka mempertanyakan dan membahas
kehidupan mereka yang terasa hampa karena kehilangan orang-orang yang mereka cintai ada
yang kehilangan orang tua, saudara, bahkan kerabat terdekat mereka yang dimana ketika saat-
saat menjelang Natal ini mereka meresa dihantui dengan perasaan sedih dan kesepian jika
tanpa kehadiran orang-orang yang mereka cinta itu.
P1. : “Setiap Bulan desember dalam tahun saya merasa lucu melihat orang-orang yang sibuk
mempersiapkan diri untuk merayakan Natal. Apa sih pentingnya Natal?”
P2. : “Benar, menurut saya ini hanya akan merugikan; membuang-buang uang untuk membeli
pakaian baru, pohon natal, petasan dan lain sebagainya”
P3. : “Ya, belum lagi kumpul bersama keluarga dan membuat perjamuan”
P6. : ”Saya juga pernah diposisi itu teman, saat ibu saya meninggal saya merasa sangat kecewa
dan semenjak saat itu saya tidak mau lagi terlalu sibuk dengan urusan Agama. Saya rasa
itu semua percuma jika pada akhirnya begini. Hahahahah…”
P7. : “Saya justru merasa sedih setiap kali menjelang Natal. Saya kembali terbayang kenangan
Natal dimasa kecil bersama keluarga. Tapi sekarang keadaan itu berubah semenjak ayah
dan ibu bercerai, peristiwa ini membuat saya tidak percaya dengan Kasih”
P8. : “Apa yang sedang kalian bicarakan? Tidak penting! Keluarga, Natal, kasih? Itu semua
omong kosong yang benar itu duduk, alcohol dan gitar mending kita mabuk dan berimazinasi
hahaha….” (sambil memegang gitar, kemudian lanjut bernyanyi)
Adegan II Disisi lain ada juga sekelompok mahasiswa dan pemuda yang harus meninggalkan
kampung halaman untuk beradu nasib demi memperbaiki ekonomi keluarga mereka, mereka
juga sedang berkumpul di suatu taman dan memperbincangkan tentang kerinduan mereka
untuk berkumpul bersama keluarga pada momen Natal di tahun ini. Tetapi karena beberapa
kendala yang memungkinkan mereka untuk tidak bisa berkumpul bersama keluarga
dikampung halaman mereka masing-masing di momen terindah ini. .
P10. : “Saya tidak bisa pulang teman, mama bilang uang tidak cukup untuk uang ongkos pulang
pergi nanti”
P11. : “Saya juga, Mama bilang rayakan disini saja. Padahal saya sangat rindu ingin merayakan
Natal bersama di kampung halaman saya”
P12. : “Ya benar. Padahal saya ingin bergabung dengan OMK di Paroki merayakan Natal
bersama pasti sangat seru tapi kondisi tidak memungngkinkan saya pulang”
P13. : “ Sudahlah, sudah saatnya kita mandiri dan tidak harus melakukan semua hal bersama
orang tua. Mari kita rayakan Natal bersama nanti”
P14. : “Saya setuju. Bagaimana kalau kita membuat acara sederhana untuk merayakan Natal
bersama nanti, tidak perlu mewah sederhana saja yang penting kita bisa merasakan
sukacita Natal”
Adegan III Momen menjelang Natal adalah momen yang sangat bahagia bagi keluarga
Kristiani di mana saat-saat inilah kehidupan dalam berumah tangga menjadi aman dan damai
karena Natal membawa perdamaian bagi setiap orang. Tetapi tidak bagi keluarga ini seorang
pemuda dari keluarga ini merasa momen Natal dikelurgannya biasa-biasa saja bahkan ia sudah
tidak merasakan kecintaan orang tuanya kepada dirinya apa lagi di momen terindah seperti ini
karena saking sibuknya dengan pekerjaan mereka bahkan sudah tidak pernah merayakan Natal
bersama di kelurga mereka lagi.
P17. : “Alex, Natal hampir tiba dan kamu tidak pernah tenang di rumah. Ayah, Ibu dan ade-
ademu ingin kita rayakan Natal bersama”
P18. : “ Tumben tahun ini Ayah ingin rayakan Natal bersama. Biasanya setiap tahun ayah selalu
sibuk dengan bisnis ayah yang ujung-ujungnya kita tidak pernah rayakan natal bersama.
Ayah ingat dulu waktu aku kecil kita selalu rayakan Natal bersama tapi semenjak bisnis
ayah sukses keadaan itu berubah. Itu yang membuat aku tidak pernah betah di rumah”
P19. : “Alex, kamu tidak boleh berkata seperti itu pada ayahmu. Kamu harus mengerti bahwa
ayahmu seperti ini karena tuntutan ekonomi keluarga kita kan”
P18. : “Sudahlah! Mending saya nongkrong dengan teman-teman (sambil meninggalkan ayah
adan ibunya)
Adegan IV
Hari berganti hari Natal pun sudah di depan mata sekolah dan kampus pun mulai mengakhiri
masa pembelajaran dengan melaksanakan Ujian akhir semester. Minggu ini merupakan minggu
terakhir kuliah di kampus Unwira para mahasiswa Program studi pendidikan musik sangat
gembira karena liburan semakin dekat tetapi suasana senang itu di ubah menjadi suatu suasana
yang menegangkan karena sedikit pertengkaran didalam kelas dan menjadi sangat
mengharukan karena semua saling bermaaf-maafan dan menjadi rukun.
P20. : “Selamat pagi teman-teman, informasi dari ibu bahwa hasil ujian akhir semester kita
kemarin lulus semua tidak ada yang remedial (ketua kelas memberikan informasi kepada para
mahasiswa yang sudah duduk rapi dalam kelas menunggu perkuliahan dimulai)
P20. : “Bagaimana kalau kita bahas persiapan untuk merayakan Natal bersama?
P21. : Jangan begitu teman. Kita ada disini semua sebagai keluarga, saudara dan teman.
Moment- moment seperti ini harusnya kita rayakan bersama”
P18. : “Apa artinya Natal? dirayakan ataupun tidak, Natal hanya akan tetap menjadi hari raya
bukan? Apalagi jika dirayakan tapi orangtua sibuk dengan pekerjaanya. Sangat
menyedihkan bukan?”
P6. : “sayangi orangtuamu selagi mereka masih ada teman. Saat mereka tiada kamu akan rindu
moment seperti ini”
P18. : “Bagaimana dengan kamu yang juga tidak mau merayakan Natal?”
P22. : “kalian berdua jangan berdebat. Kalau tidak mau rayakan Natal jangan berdebat disini!”
P23. : “Mereka berhak memberi pendapat kan? Biarkan saja mereka berbicara”
P24. : “Teman cara menenangkan situasi seperti ini tidak begitu. Kamu harusnya berbicara
dengan cara yang lebih bijak”
P27. : “Benar apa yang dikatakan Nada. Saya menyadari kesalahan saya selama ini. Sudah dua
tahun saya merasa terpuruk dengan keadaan ini semenjak ibu saya meninggal. Saya
mengajak kita semua bangkit dari keterpurukan kita masing-masing. Di Hari Raya Natal
ini mari kita kembali berdamai dengan diri kita. Seburuk apapun kita, seberat apapun
cobaan kita, Tuhan selalu ada bersama kita ia tidak pernah meninggalkan kita.”
(Lagu O Holi Night yang diiringi oleh Soni dan kawan-kawan serta di nyanyikan oleh Oi dan
Agella, bersama dengan pembacaan puisi dari Novi dan semua bersama-sama masuk panggung
sambil membawa lilin)
(Pembacaan makna, pesan dan kesan dari drama yang dibawakan oleh Candra dan Sofia)
SEKIAN