Tugas Akhir Agama
Tugas Akhir Agama
Disusun oleh :
P27240019031
1. Pertemuan 1………………………………………………………………………………………………………………….…1
a) Pengertian iman……………………………………………………………………………………………………1
b) Pengertian taqwa………………………………………………………………………………………….……….2
4. Pertemuan 4………………………………………………………………………………………………………………… 14
A. Pengertian Moral, Etika dan Akhlak Mulia………………………………………………………………….. 14
B. Pengertian Agama Sebagai Sumber Mora ……………………………………………………………………14
C. Aktualisasi Agama sebagai Sumber Moral dan Akhlak Mulia……………………………15
5. Pertemuan 5………………………………………………………………………………17
A. Pengertian IPTEKS………………………………………………………………………………………………………… 17
6. Pertemuan 6………………………………………………………………………………20
A. Pengertian kerukunan antar umat beragama…………………………………………………………… 20
B. Urgensi kerukunan antar umat beragama …………………………………………………………………20
C. Jenis-jenis kerukunan antar umat beragama…………………………………………..20
D. Manfaat dan kendala kerukunan antar umat beragama……………………………20
8. Pertemuan 8………………………………………………………………………………23
9. Pertemuan 9………………………………………………………………………………24
B. Macam-macam HAM…………………………………………………………………………………………………24
1. Pengertian Iman
Kebanyakan orang menyatakan bahwa kata iman berasal dari kata kerjaamina-ya‟manu-
amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu, iman yang berarti percaya menunjuk sikap batin
yang terletak dalam hati. Akibatnya,orang yang percaya kepada Allah dan selainnya seperti
yang ada dalam rukun iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak mencerminkan
ketaatan atau kepatuhan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya, masih disebut orang yang
beriman. Hal itu disebabkan karena adanya keyakinan mereka bahwa yang tahu tentang urusan
hati manusia adalah Allah dan dengan membaca dua kalimah syahadat telah menjadi Islam.
Dalam surat al-Baqarah 165 dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang amat
sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillah).Oleh karena itu beriman kepada Allah berarti
amat sangat rindu terhadap ajaran Allah, yaitu al-Qur‟an dan Sunnah Rasul. Hal itu karena apa
yang
dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang yang beriman, sehingga dapat menimbulkan tekad
untuk mengorbankan segalanya dan kalau perlu mempertaruhkan nyawa.
Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan keyakinan dalam
hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-
Iimaanu „aqdun bil qalbi waiqraarun billisaaniwa‟amalun bil arkaan).
Dengan demikian, iman merupakan kesatuan ataukeselarasan antara hati, ucapan, dan laku
perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.
Istilah iman dalam al-Qur‟an selalu dirangkaikan dengan kata lain yang memberikan corak dan
warna tentang sesuatu yang diimani, seperti dalamsurat an-Nisa‟: 51 yang dikaitkan
dengan jibti (kebatinan/idealisme) dan thaghut (realita/naturalisme). Sedangkan dalam surat
al-Ankabut: 52 dikaitkan dengan kata bathil, yaitu walladziina aamanuu bil baathili. Bhatil
berarti tidak benar menurut Allah. Dalam surat lain iman dirangkaikan dengan kata kaafir atau
dengan kata Allah. Sementara dalam al-Baqarah: 4,iman dirangkaikan dengan kata ajaran yang
diturunkan Allah (
yu‟minuuna bimaa unzila ilaika wamaa unzila min qablika).
Kata iman yang tidak dirangkaikan dengan kata lain dalam al-Qur‟an,mengandung arti positif.
Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkandengan kata Allah atau dengan ajarannya,
dikatakan sebagai iman haq.Sedangkan yang dikaitkan dengan selainnya, disebut iman bathil.
2. Pengertian Ketaqwaan
Taqwa secara umum memiliki pengertian melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan
Allah. Orang yang bertaqwa adalah orang
yang beriman, yaitu orang yang berpandangan dan bersikap hidup dengan ajaran Allah
menurut sunnah rasul, yakni orang yang melaksanakan sholat, sebagai upaya pembinaan iman
dan menafkahkan rizkinya untuk kepentingan ajaran Allah.Ketaqwaan adalah kekuatan dari
dalam yang cemerlang dan unik.Pertumbuhannya dapat mengukir sejarah baru di
dunia.Bersihkanlah iman kita dari syirik dengan menjauhi mantra-mantra, ajaran sesat, takhayul
1
dan perdukunan yang sesat. Pastikan kita melakukan ibadah-ibadah wajib setiap hari dan
menjauhi maksiat dalam bentuk apapun. Bertemanlah dengan orang-orang yang sholeh agar
kita tidak menyimpang.
2
Oleh karena itu, orang beriman kepada Tuhan atau memiliki karakter bertuhan
adalah seseorang yang meyakini Tuhan sebagai sumber kebenaran dan kebajikan
tertinggi, mengidentikkan diri dengan cara banyak meniru akhlak Tuhan dalam
bersikap dan berperilaku, dan memiliki komitmen kepada nilai-nilai tersebut.
C. Esensi dan Urgensi Visi Ilahi Untuk Membangun Dunia yang Damai
Agar manusia dapat membangun kehidupan yang damai, aman, penuh kasih, dan sejahtera,
maka dibutuhkan pemaknaan tentang kesejatian hidup dan kehidupan yang lebih holistik,
komprehensif, dan empatik. Ketiga hal itu tidak akan mungkin dicapai kecuali oleh mereka yang
memiliki kesadaran dan kecerdasan spiritual, karena kesadaran ini merupakan visi Ilahi yang
dikaruniakan kepada orang-orang pilihan-Nya. Dalam bahasan kali ini, kita akan membahas
cara manusia dalam membangun relasi yang harmonis dengan Tuhan sehingga manusia dapat
menggapai visi Ilahi dalam membangun kehidupannya. Dalam perspektif Islam, manusia
diciptakan sebagai makhluk yang sempurna. Kesempurnaan manusia ditandai dengan
kesiapannya untuk berbakti kepadaTuhan karena dalam dirinya telah ditiupkan salah satu tajalli
Tuhan yaitu roh. Ketika manusia masih menjaga dan memelihara fithrah-nya itu, manusia hidup
dekat dengan Tuhan. Dengan kata lain, manusia lebih bisa mendengar dan mengikuti tuntunan
hati nurani, karena nuansa spiritualitasnya begitu maksimal. Namun, karena godaan materi, yang
dalam kisah Adam disimbolkan dengan syajarah al-khuldi (pohon keabadian), maka manusia
sedikit demi sedikit mulai kehilangan nuansa spiritual dan kehilangan superioritas roh sebagai
penggerak kehidupan manusia dalam koridor visi Ilahi. Dalam perspektif tasawuf, kejatuhan
manusia membuat ia semakin jauh dari Tuhan (diibaratkan dalam kisah Adam sebagai
ketergelinciran manusia dari Surga yang luhur dan suci ke dunia yang rendah dan penuh
problematika). Ketika manusia makin jauh dari Tuhan, maka ia semakin jauh dari kebenaran dan
kebaikan Tuhan.
Manusia adalah makhluk yang menyimpan kontradiksi di dalam dirinya. Di satu sisi, manusia
adalah makhluk spiritual yang cenderung kepada kebajikan dan
kebenaran. Namun di sisi lain, keberadaan unsur materi dan ragawi dalam dirinya memaksany
a untuk tunduk pada tuntutan kesenangan jasmaniah. Sering kali terjadi konflik internal dalam
diri manusia, antara dorongan spiritual dan material sehingga dalam khazanahIslam dikenal
paling tidak ada tiga tipologi jiwa manusia, yaitu: an-nafs al-ammārah bissū` (jiwa yang selalu
tergerak melakukan keburukan), an-nafs allawwāmah (jiwa yang selalu mencela diri), dan an-nafs
almuthma`innah (jiwa yang tenang). Agar manusia dapat tetap konsisten dalam kebaikan dan
kebenaran Tuhan, maka manusia dituntut untuk membangun relasi yang baik dengan Tuhan.
Manusia tidak akan mampu membangun relasi yang harmonis dengan Tuhan apabila hidupnya
lebih didominasi oleh kepentingan ragawi dan bendawi. Oleh karena itu, sisi spiritualitas harus
memainkan peran utama dalam kehidupan manusia sehingga ia mampu merasakan kehadiran
Tuhan dalam setiap gerak dan sikapnya. Apabila manusia telah mampu mengasah spiritualitasnya
sehingga ia dapat merasakan kehadiran Tuhan, maka ia akan dapat melihat segala sesuatu
dengan visi Tuhan (Ilahi). Visi Ilahi inilah yang saat ini dibutuhkan oleh umat manusia sehingga
setiap tindak tanduk dan sikap perilaku manusia didasari dengan semangat kecintaan kepada
Tuhan sebagai manifestasi kebenaran universal dan pengabdian serta pelayanan kepada sesama
ciptaan Tuhan.
3
Pertemuan 2
Doe (dalam Montohar, 2010: 36) mengartikan bahwa spiritualitas adalah dasar bagi tumbuhnya
harga diri, nilai-nilai, moral dan rasa memiliki. Spritualitas memberi arah dan arti pada
kehidupan. Spritualitas adalah kepercayaan akan adanya kekuatan non-fisik yang lebih besar
daripada kekuatan diri kita, suatu kesadaran yang menghubungkan kita langsung kepada Tuhan
atau sesuatu unsur yang kita namakan sebagai sumber keberadaan kita.
Spritual, spritualitas, spritualitasme mengacu kepada kosa kata latin spirit atau spiritus yang
berarti napas. Adapun kerja spirare yang berarti untuk bernapas. Berangkat dari pengertian
etimologis ini, maka untuk hidup adalah untuk untuk bernapas, dan memiliki napas artinya
memiliki spirit (Aliah B. Purwakania, 2006: 288). Spirit dapat juga diartikan kehidupan, nyawa,
jiwa, dan napas (Hasan Shadily, 1984: 3278). Dalam pengertian yang lebih luas spirit dapat
diartikan sebagai:
1) kekuatan kosmis yang memberi kekuatan kepada manusia (yunani kuno)
2) makhluk immateril seperti peri, hantu dan sebagainya
3) sifat kesadaran, kemauan, dan kepandaian yang ada dalam alam menyeluruh
4) jiwa luhur dalam alam yang bersifat mengetahui semuanya, mempunyai akhlak tinggi,
menguasai keindahan, dan abadi
5) dalam agama mendekati kesadaran ketuhanan
6) hal yang terkandung dalam minuman keras, dan menyebabkan mabuk (Hasan Shadily, 1984:
3278).
Selanjutnya dalam Ensiklopedi Indonesia spiritual adalah:
1) bentuk nyanyian rakyat yang bersifat keagamaan, dikembangkan oleh budak-budak Negro
dan keturunan mereka di Amerika Serikat bagian selatan
2) yang berhubungan dengan rohani dan eksistensi kristiani yang berdasarkan kehadiran dan
kegiatan roh kudus (s. spiritus) dalam setiap orang beriman dan seluruh gereja.
Adapun spiritualitas adalah kehidupan rohani (spiritual) dan perwujudannya dalam cara berfikir,
merasa, berdo’a dan berkarya (Hasan Shadily: 3279).Memang spiritualitas memiliki ruang
lingkup dan pengertian yang luas. Aliah B. Purwakania Hasan (2006) mengungkapkan hasil
penelitian Martsolf dan Mickey tentang sejumlah kata kunci yang mengacu kepada
pengertian spiritualitas, yakni makna (meaning), nilai-nilai (values), transendesi
(transcendency), bersambungan (connecting), dan menjadi (becoming). Memang tampaknya
pengertian spiritualitas merangkum sisi-sisi kehidupan rohaniah dalam dimensi yang cukup luas.
Secara garis besarnya spiritualitas merupakan kehidupan rohani (spiritual) dan perwujudannya
dalam cara berfikir, merasa, berdoa, dan berkarya (Hasan Shadily: 3728). Seperti yang
dinyatakan William Irwin Thomson, bahwa spiritual bukan agama. Namun demikian ia tidak
dapat dilepaskan dengan nolai-nilai keagamaan. Maksudnya ada titik singgung antara spiritual
dan agama.
4
B. Alasan Manusia Memiliki Spiritualitas
Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur’an dipakai untuk menyatakan
berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam surat al-Furqan
ayat 43.
Dalam surat al-Qashash ayat 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri:
Dan Fir’aun berkata: ‘Wahai para pembesar hambaku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu
selain aku’.
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa berbentuk apa saja,
yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin
tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika al-Qur’an setiap manusia pasti mempunyai sesuatu yang
dipertuhankannya. Dengan demikian, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga.
Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai
dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan suatu penegasan
“melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan dari segala
macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam hatinya hanya satu Tuhan yang bernama Allah.
2. Prespektip sosiologis
Sosiologi mempelajari masyarakat umum secara sosiologis, namun dalam ilmu sosiologi
terdapat cabang ilmu yang mempelajari secara khusus masyarakat beragama, yang di kenal
sebagai ilmu Sosiologi Agama. Objek dari penelitian sosiologi agama adalah masyarakat
beragama yang memiliki kelompok-kelompok keagamaan. Seperti misalnya, kelompok
Kristen, Islam, Budha dll. Sosiologi agama memang tidak mempelajari ajaran-ajaran moral,
doktrin, wahyu dari agama-agama itu, tetapi hanya mempelajari fenomena-fenomena yang
muncul dari masyarakat yang beragama tersebut. Namun demikian, ajaran-ajaran moral,
doktrin, wahyu dapat dipandang sebagai variabel-variabel yang mempengaruhi fenomena-
fenomena yang muncul tersebut.
5
Atas dasar itu kita juga dapat berbicara tentang wahyu sebagai variabel dari masyarakat yang
beragama, meskipun bukan itu yang menjadi titik tolaknya. Lain halnya dengan perspektif
teologi, jika dipandang dari sosiologi, agama tidak dilihat berdasarkan wahyu yang datang
dari atas, tetapi dilihat atas dasar pengalaman konkrit pada masa kini maupun pada masa
lampau. Jadi apa itu agama didasarkan pada pengalaman manusia.
Manusia dalam hidupnya senantiasa bergumul dengan ketidakpastian akan hari esok,
keberuntungan, kesehatan dsb. Manusia juga bergumul dengan ketidakmampuannya yaitu
untuk mencapai apa yang diharapkan, baik yang bersifat sehari-hari maupun yang ideal. Hal
ini disebabkan oleh keterbatasan manusia. ketidakmampuan ini terus dialami baik oleh
manusia primitif maupun modern. Misalnya, mengapa manusia harus mati, bagaimana
menghindari kematian, bagaimana menghindari bencana alam dsb. Dalam ketidakmampuan
ini manusia mencari pertolongan, juga kepada kekuatan-kekuatan yang ada di luar dunia,
yang tidak kelihatan/supranatural.
Dalam pencarian tersebut manusia terus mengalami tahap perkembangan, yaitu mulai dari
tahap anismisme, politeisme dan kemudian monoteisme. Pada tahap animisme manusia
percaya bahwa semua benda memiliki jiwa atau roh yang dapat memberi pertolongan
kepadanya. Sedangkan pada tahap politeisme yang dikenal sebagai tahap yang lebih tinggi
dari tahap animisme, di mana manusia telah mengenal konsep-konsep tentang tuhan/dewa
yang berada di luar sana. Namun tuhan/dewa tersebut banyak jumlahnya. Dan mereka mulai
menyembah tuhan-tuhan mereka sesuai dengan apa yang mereka yakini mampu memberi
pertolongan kepada mereka. Tahap terakhir adalah monoteisme sebagai tahap yang
tertinggi. Pada tahap ini manusia memiliki konsep tentang tuhan/dewa yang esa, yang tidak
terbagi-bagi dan merupakan sumber segala sesuatu yang mampu menolong dan menjawab
segala keterbatasan-keterbatasannya. Dalam mencapai hal tersebut di atas (kebahagiaan)
manusia melakukan usaha non-religius selama manusia masih mampu meraih kebahagiaan.
Namun, jika usaha ini gagal, maka manusia melakukan metode lain (animisme-politeisme-
monoteisme), yaitu dengan kekuatan yang tidak dapat dijangkau oleh panca indra, namun
yang diyakini ada dan dapat membantunya. Bahkan keyakinan itu diwujudkan bukan saja
pada saat dia mengalami ketidakmampuan tadi, tetapi juga terus berperan dalam seluruh
hidupnya. Yaitu melalui tahap-tahap tadi. Dan inilah yang disebut agama dalam arti luas.
Jadi dalam perspektif sosiologi, sebenarnya agama adalah ciptaan manusia. Lebih jauh lagi
sebetulnya manusia menciptakan Tuhan bagi kepentingannya sendiri, yaitu untuk mengatasi
ketidakpastiannya, ketidakmampuannya dan keterbatasannya
3. Prespektip filosofis
Pemaparan pertama mengenai konsep Tuhan dari filsafat teisme disampaikan oleh Samuel
Vincenzo. Secara sederhana, maka yang disebut dengan teisme adalah kepercayaan terhadap
Tuhan. Dalam filsafat, diskusi akan Tuhan pada dasarnya sudah berkembang sejak lama.
Bahkan, permasalahan ketuhanan secara filosofis sudah muncul sejak filsafat itu sendiri ada.
Socrates pun dalam pemikirannya sudah mulai mempertanyakan mengenai kesalehan.
Sehingga, teisme sendiri, bukanlah suatu hal yang aneh. Sedangkan ateisme diyakini muncul
sebagai respons dari gereja.Sehingga, teisme sendiri, bukanlah suatu hal yang aneh
Terkadang, apabila kita membicarakan tentang kesalehan, maka yang terpikir oleh kita
adalah, pergi ke gereja setiap minggu, ibadah setiap hari, dan lainnya. Akan tetapi, pada
6
dasarnya, hal-hal tersebut tidak dapat menjelaskan kesalehan itu sendiri. Pada akhirnya
muncul pula pertanyaan-pertanyaan mengenai what is good? Dalam
hal ini, teisme yang dibahas adalah teisme yang condong ke kepercayaan terhadap
Tuhan secara personal. Teisme memercayai bahwa Tuhan dapat diketahui. Mereka tidak
melihat Tuhan sebagai suatu hal yang diciptakan. Sehingga, Tuhan bukanlah suatu konsep
yang dibuat-buat. Hal yang cukup menarik diangkat oleh Samuel adalah, banyak cendekiawan
yang memilih untuk menjadi seorang teis.
Pada akhirnya, Samuel menyatakan bahwa diskusi soal Tuhan itu masih perlu karena mereka
percaya bahwa diskusi tentang teisme membawa ontologi, identitas, makna hidup, moralitas,
dan juga takdir. Tentunya, kelima hal tersebut memengaruhi kehidupan kita.
Berbeda dari Samuel, Kala Sanggurdi mencoba untuk menjelaskan bagaimana konsep Tuhan
dari filsafat ateisme. Sebelumnya, Kala dalam perkenalannya, menyatakan bahwa ia adalah
seorang pasca-teisme. Menurut Kala, membicarakan Tuhan bukan sekadar tentang percaya
atau tidak. Dalam mengonsepkan sesuatu yang sebesar Tuhan, maka akan muncul banyak
perdebatan.
Pada dasarnya, dalam teis, ada bayak sekali tanggapan mengenai Tuhan. Bahkan, varian-
variannya pun beragam. Politeisme mempercayai bahwa Tuhan itu banyak. Lalu, ada
monoteisme yang percaya bahwa Tuhan hanya ada satu. Panteisme menganggap bahwa
semuanya adalah Tuhan, Tuhan adalah semua. Panenteisme percaya bahwa semua yang
ada di dunia ini adalah bagian dari Tuhan. Bisa jadi kaki, badan, bahkan jari kita merupakan
bagian neuron dari Tuhan. Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa banyak sekali konsep
Tuhan yang diterapkan.
Beralih pada ateisme. Ateisme sendiri lingkupnya lebih kecil dari teisme dan non-
teisme. Secara umum, ateisme berarti ketidakpercayaan akan Tuhan. Dalam ateisme,
terdapat apateisme dan antiteisme. Apateisme berarti ketidakpedulian terhadap Tuhan itu
sendiri. Mau Tuhan itu ada ataupun tidak, mereka tidak akan peduli. Kemudian, berdasarkan
antiteisme, Tuhan itu harus tidak ada dan tidak boleh ada.
Berlanjut pada non teisme. Dalam non teisme, terdapat agnostisisme, pasca-teisme, dan
trans-teisme. Agnostisisme merupakan sebuah konsep yang menganggap bahwa pertanyaan
tentang Tuhan merupakan hal yang tidak dapat diketahui. Entah tidak dapat dijawab atau
emang tidak dapat diketahui. Pada dasarnya, manusia adalah agnostik karena sejak masih
kecil mereka tidak tahu apa-apa tentang Tuhan.
Sedangkan, pasca-teisme berarti sebuah konsep yang menyatakan bahwa diskusi ketuhanan
itu sudah usang. Sudah bukan lagi zamannya. Masih ada diskusi-diskusi lain yang lebih besar
dan penting untuk dibahas. Terakhir, ada transteisme yang memercayai bahwa Tuhan
hanyalah satu dari sekian banyak hal yang dapat dibahas. Ada sesuatu yang lebih besar yang
dapat dibahas.
Pada akhirnya, orang-orang ateis mulai mempertanyakan apakah itu Tuhan? Apakah Tuhan
itu seperti yang dikatakan oleh teis? Apakah Tuhan dapat dipersepsikan dengan hal lain?
Apakah Tuhan itu bisa sangat sederhana?
Kala Sanggurdi menyatakan bahwa apabila seseorang mengaku dirinya sebagai ateis, maka ia
harus tahu terlebih dahulu ateis seperti apakah dirinya itu. Karena, bagaimanapun konsep
dari ateisme itu sendiri sangatlah luas. Sehingga, tidak dapat disederhanakan. Pada akhirnya,
7
muncul suatu simpulan bahwa ateis adalah orang-orang yang menunggu satu titik saat Tuhan
dapat diobservasi.ateis adalah orang-orang yang menunggu satu titik saat Tuhan dapat
diobservasi.
Dalam menjelaskan pandangannya, Samuel menyatakan bahwa klaim ateis mengenai
ketidakberadaan Tuhan bermasalah secara epistemologis. Membuktikan sesuatu yang tidak
ada akan jauh lebih sulit daripada membuktikan suatu hal yang ada. Sehingga, untuk
membuktikan sesuatu itu tidak ada, seseorang dituntut untuk menunjukkan semuanya
terlebih dahulu.
Dari Kala sendiri, ia menyatakan bahwa kebenaran itu harusnya bersifat objektif. Sehingga,
kebenaran mutlak itu tidak ada. Kebenaran itu ada ketika manusia itu ada. Sehingga, apabila
manusia tidak ada, maka belum tentu kebenaran itu ada.Apabila ditanya apakah seorang Kala
masih memercayai Tuhan atau tidak, maka yang kemudian ditanyakan kembali, Tuhan yang
mana yang dimaksud?
Menjadi seorang ateis merupakan langkah yang besar. Terkadang, banyak yang
mempertanyakan datang dari mana moral? Datang dari mana kebaikan? Pada akhirnya pun,
Kala mempertanyakan kembali, memangnya mengapa kalau kita hidup tanpa moral? Tanpa
tujuan? Apa salahnya seseorang hidup seperti biasa? Apa salahnya menjadi manusia biasa?
Pada dasarnya, perdebatan ateis dan teis terus terjadi karena memang adanya perbedaan
pendekatan dalam memahami konsep ketuhanan yang digunakan oleh kaum teis dan kaum
ateis. Pendekatan yang digunakan oleh kaum ateis yaitu pendekatan materialis yang
menuntut bahwa Tuhan harus dapat diobservasi dengan menggunakan mata fisik. Sedangkan
kaum teis meyakini bahwa Tuhan itu tentu berbeda dengan makhluknya, ada hal mengenai
Tuhan yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, karena memang akal manusia tidak mampu
mencapai hal itu. Konsep “ada” yang diyakini kaum teis pun sederhana, menurut mereka
sesuatu tetap dianggap ada walaupun itu hanya berada dalam pikiran seseorang, apabila kita
bisa memikirkan sesuatu hal tersebut maka hal tersebut pun tentu ada.
Pendekatan ilmiah dan materialis oleh kaum ateis pun ternyata baru muncul ketika masa
modern, sebelum itu para kaum ateis tidak selalu menggunakan pendekatan tersebut. Karl
Marx merasa prihatin dengan kondisi masyarakat saat itu dan merasa bahwa ketika
seseorang hendak berpindah dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya yang mereka
lakukan bukanlah berusaha melainkan justru berdoa dan hanya pasrah kepada Tuhan. Oleh
karena itu Karl Marx menyatakan bahwa “agama adalah sebuah candu” karena tingginya
rasa ketergantungan seseorang kepada Tuhannya.
Karl Marx menyatakan bahwa “agama adalah sebuah candu” karena tingginya rasa
ketergantungan seseorang kepada Tuhannya.
Pada dasarnya, pembicaraan akan Tuhan akan terus diperdebatkan. Apakah Ia benar-benar
ada atau tidak. Pemikiran-pemikiran ini lah yang pada akhirnya memengaruhi kehidupan
manusia. Bagaimanapun, keputusan seseorang dalam memersepsikan Tuhan, kembali lagi
pada masing-masing individu. Tidak ada seorang pun yang dapat memaksakan kehendak
mereka terhadap keputusan yang diambil. Pada akhirnya pun, penjelasan mengenai konsep
Tuhan akan berbeda-beda. Hal ini bergantung dari pendekatan yang digunakan. Apakah
melalui pendekatan teis, atau non teis.
8
4. Prespektif teologis
Dalam perspektif teologi agama dipandang sebagai sesuatu yang dimulai dari atas (dari
Tuhan sendiri melalui wahyu-Nya). Manusia beragama karena Tuhan yang menanamkan
kesadaran ini. Tuhan memperkenalkan diri-Nya kepada manusia melalui berbagai penyataan,
baik yang dikenal sebagai penyataan umum, seperti penciptaan alam semesta, pemeliharaan
alam, penciptaan semua makhluk dsb. maupun penyataan khusus, seperti yang kita kenal
melalui firman-Nya dalam kitab suci, penampakan diri kepada nabi-nabi, bahkan melalui
inkarnasi menjadi manusia dalam dogma Kristen.
Penyataan-penyataan Tuhan ini menjadi dasar untuk kehidupan beriman dan beragama umat
manusia. Melalui wahyu yang diberikan Tuhan, manusia dapat mengenal Tuhan; manusia
tahu cara beribadah; memuji dan mengagungkan Tuhan. Misalnya, bangsa Israel sebagai
bangsa beragama dan menyembah hanya satu Tuhan (monoteisme) adalah suatu bangsa
yang mengimani bahwa Tuhan menyatakan diri terlebih dulu dalam kehidupan mereka.
Dalam Perjanjian Lama Tuhan memanggil nabi Nuh kemudian Abraham dan keturunan-
keturunannya. Sehingga mereka dapat membentuk suatu bangsa yang beriman dan
beribadah kepada-Nya. Tuhan juga memberi petunjuk mengenai bagaimana harus
menyembah dan beribadah kepada Tuhan. Kita dapat melihat dalam kitab Imamat misalnya.
Semua hal ini dapat terjadi karena Tuhan yang memulainya. Dan tanpa inisiatif dari atas (dari
Tuhan) manusia tidak dapat beriman, beribadah dan beragama.
Contoh lain, terjadi juga dalam agama Islam. Tuhan menurunkan wahyu kepada nabi
Muhammad. Melalui wahyu yang diterimanya, Muhammad mengajarkan dan
menekankan monoteisme di tengah politeisme yang terjadi di Arab. Umat dituntun
menyembah hanya kepada Dia, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Melalui wahyu yang
diterimanya, Muhammad memiliki keyakinan untuk menobatkan orang-orang Arab yang
menyembah banyak tuhan/dewa. Dan melalui wahyu yang diturunkan Tuhan juga,
Muhammad mampu membentuk suatu umat yang beragama, beribadah dan beriman kepada
Tuhan Yang Maha Esa
Dapat disimpulkan bahwa agama dalam perspektif teologi tidak terjadi atas prakarsa
manusia, tetapi atas dasar wahyu dari atas. Tanpa inisiatif Tuhan melalui wahyu-Nya,
manusia tidak mampu menjadi makhluk religius yang beriman dan beribadah kepada Tuhan.
Jadi berbicara soal agama dalam perspektif teologi harus dimulai dengan wahyu Allah atau
penyataan yang Allah berikan kepada manusia.
9
Pertemuan 3
1. Hakikat Manusia
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan
mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai
kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah
Swt.
Dengan demikian al-Quran tidak berbicara tentang proses penciptaan manusia pertama. Yang
dibicarakan secara terinci namun dalam ungkapan yang tersebar adalah proses terciptanya
manusia dari tanah, saripati makanan, air yang kotor yang keluar dari tulang sulbi, alaqah,
berkembang menjadi mudgah, ditiupkannya ruh, kemudian lahir ke dunia setelah berproses
dalam rahim ibu.
2. Martabat Manusia
Martabat saling berkaitan dengan maqam, maksud nya adalah secara dasarnya maqam
merupakan tingkatan martabat seseorang hamba terhadap khalikNya, yang juga merupakan
sesuatu keadaan tingkatannya seseorang sufi di hadapan tuhannya pada saat dalam perjalanan
spritual dalam beribadah kepada Allah Swt.
Maqam ini terdiri dari beberapa tingkat atau tahapan seseorang dalam hasil ibadahnya yang di
wujudkan dengan pelaksanaan dzikir pada tingkatan maqam tersebut, secara umum dalam
thariqat naqsyabandi tingkatan maqam ini jumlahnya ada 7 (tujuh), yang di kenal juga dengan
nama martabat tujuh, seseorang hamba yang menempuh perjalanan dzikir ini biasanya melalui
bimbingan dari seseorang yang alim yang paham akan isi dari maqam ini setiap tingkatnya,
seseorang hamba tidak di benarkan sembarangan menggunakan tahapan maqam ini sebelum
menyelesaikan atau ada hasilnya pada riyadhah dzikir pada setiap maqam, ia harus ada
mendapat hasil dari amalan pada maqam tersebut.
Tingkat martabat seseorang hamba di hadapan Allah Swt mesti melalui beberapa proses sebagai
berikut :
1. Taubat;
2. Memelihara diri dari perbuatan yang makruh, syubhat dan apalagi yang haram;
3. Merasa miskin diri dari segalanya;
4. Meninggalkan akan kesenangan dunia yang dapat merintangi hati terhadap tuhan yang maha
esa;
5. Meningkatkan kesabaran terhadap takdirNya;
6. Meningkatkan ketaqwaan dan tawakkal kepadaNya;
7. Melazimkan muraqabah (mengawasi atau instropeksi diri);
8. Melazimkan renungan terhadap kebesaran Allah Swt;
9. Meningkatkan hampir atau kedekatan diri terhadapNya dengan cara menetapkan ingatan
kepadaNya;
10. Mempunyai rasa takut, dan rasa takut ini hanya kepada Allah Swt saja.
10
Dengan melalui latihan di atas melalui amalan dzikir pada maqamat, maka seseorang hamba akan
muncul sifat berikut :
1. Ketenangan jiwa;
2. Harap kepada Allah Swt;
3. Selalu rindu kepadaNya dan suka meningkatkan ibadahnya;
4. Muhibbah, cinta kepada Allah Swt.
11
Manusia mempunyai tanggung jawab langsung kepada Tuhan. Sehingga tindakan manusia
tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui
berbagai macam agama.
1. Tujuan
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk penyembahan Allah. Pengertian penyembahan
kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual
yang tercermin salam solat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia pada hukum
Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik ibadah ritual yang menyangkut
hubungan vertical (manusia dengan Tuhan) maupun ibadah sosial yang menyangkut
horizontal ( manusia dengan alam semesta dan manusia).
Allah menciptakan manusia untuk mengenal-Nya. Jika kita mengenal Allah kita akan ikhas
beribadah kepada-Nya, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun pada manusia termasuk
pada ritual-ritual penyembahannya. Dalam hal ini Allah berfirman:
1. QS. Az-Zariyat ayat 56-58
ُ الر َّزا
ق ِ ق َو َما أ ُ ِري ُد أَن يُ ْط ِع ُم
َّ َّ﴾ إِن٥٧﴿ ون
َّ َّللاَ ه َُو ٍ ﴾ َما أ ُ ِري ُد مِ ْن ُهم ِمن ِر ْز٥٦﴿ ُون َ َو َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِجنَّ َوا ِال
ِ نس إِال ِليَ ْعبُد
﴾٥٨﴿ ُذُو ا ْلقُ َّو ِة ا ْل َمتِين
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka
menyambah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah maha
pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh”.
2. QS. Al-an’am ayat 162
“Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam”
3. QS. Al-Bayinnah ayat 5
“Dan mereka telah di perintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan dengan dekimikian itulah agama yang
lurus”
Penyembahan yang sempurna dari seseorang manusia akan menjadikan dirinya sebagai
khalifah Allah di muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta. Keseimbangan alam
dapat terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh. Keseimbangan pada kehidupan
manusia tidak sekedar akan menghancurkan bagian-bagian alam semesta yang lain, inilah
tujuan penciptaan manusia di tengah-tengah alam.
12
2. Fungsi
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah,
diantaranya adalah :
1. Belajar
Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah
yaitu Al Qur’an.
2. Mengajarkan ilmu
Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka wajib untuk mengajarkannya kepada
manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu Allah adalah Al Quran. Allah berfirman dalam
QS Al-Baqarah ayat 31-39
3. Membudayakan ilmu
4. Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan
dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya.
Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia,
yaitu :
1. Menjadi abdi Allah.
2. Menjadi saksi Allah.
3. Manusia sebagai khalifah
13
Pertemuan 4
1. Akhlak
Secara bahasa bentuk jamak dari akhlak adalah khuluq, yang memiliki arti tingkah
laku, perangai dan tabiat. Secara istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong
perbuatandengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi. (Azyumadi.2002.203-
204)Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, bahwa akhlak adalah sifat yang
tertanamdalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.Dari definisi-definisi tersebut, kita dapat melihat lima ciri yang
terdapat dalam perbuatanakhlak, yaitu; pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
telah tertanam kuat dalam jiwaseseorang, sehingga telah menjadi kepribadiaannya. Kedua,
perbuatan akhlak adalah perbuatan yangdilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini
tidak berarti bahwa saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan
tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan
yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari
luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan
keputusan yang bersangkutan. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan
yangdilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima,
sejalan denganciri yang keempat perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah
perbuatan yang dilakukankarena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji
orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.
2. Moral
Secara bahasa dibentuk dari bentuk dari kata mores yang artinya adat kebiasaan. Moral
iniselalu dikaitkan dengan ajaran baik/buruk yang diterima umum/masyarakat.Moral dalam arti
istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas darisifat, perangai,
kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau
buruk.Secara umum bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan
terhadapaktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika
pengertian etika danmoral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat mengetahui
bahwa antara etika dan moralmemiliki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang
perbuatan manusia selanjutnyaditentukan posisinya apakah baik atau buruk.
3. Etika
Dalam encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi yangsitematik
mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dansebagainya.
Selain itu, etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang membahas perilaku manusiaseperti
ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya.Dengan kata
lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.Maka etika
lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan
yang dilakukan manusia untuk dikatan baik atau buruk
14
menjalani kehidupan di dinia ini. Dalam konteks Islam sumber moral itu adalah Al-Qur’an dan
Hadits.
Menurut kesimpulan A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala Kuliah Agama bahwa ada
beberapa hal yang patut dihayati dan penting dari agama, yaitu:
1) Agama itu mendidik manusia menjadi tenteram, damai, tabah, dan tawakal
2) Agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi: berani berjuang
menegakkan kebenaran dan keadilan, sabar, dan takut berbuat dosa
3) Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh sifat-sifat mulia dan
terpuji, toleransi, dan manusiawi.
Dengan demikian peran agama sangat penting dalam kehidupan manusia, salah satunya,
sebagai sumber akhlak. Agama yang diyakini sebagai wahyu dari Tuhan sangat efektif dan
memiliki daya tahan yang kuat dalam mengarahkan manusia agar tidak melakukan
tindakan amoral.
Sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik,
maka itulah yang dinamakan akhlak mulia. Jika tidak sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-
Nya, maka dinamakan akhlak tercela.
Menurut Imam Al-Ghazali ada empat sendi yang menjadi dasar bagi perbuatan-perbuatan baik,
yaitu:
1) Kekuatan ilmu yang berwujud hikmah, yaitu bisa menentukan benar dan salah
2) Kekuatan amarah yang wujudnya adalah berani, keadaan kekuatan amarah yang tunduk
kepada akal pada waktu dinyatakan atau dikekang.
3) Kekuatan nafsu syahwat (keinginan) yang wujudnya adalah iffah, yaitu keadaan syahwat
yang terdidik oleh akal.
Empat sendi akhlak tersebut akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik, yaitu jujur, suka
member kepada sesame, tawadu, tabah, berani membela kebenaran, menjaga diri dari hal-hal
yang haram.
15
Keempat sendi akhlak tercela itu akan melahirkan berbagai perbuatan yang tercela yang
dikendalikan oleh nafsu seperti sombong, khianat, dusta, serakah, malas, kikir, dll. yang akan
mendatangkan malapetaka bagi diri sendiri maupun orang lain.
Menauhidkan, yaitu mengesakan bahwa Allah adalah pencipta, bahwa Allah yang wajib
disembah oleh kita.
Beribadah
Bersyukur
Berdoa
Berdzikir
Tawakal, yaitu sikap pasrah kepada Allah atas ketentuannya sambil berusaha
Mahabbah (cinta), yaitu merasa dekat dan ingat terus kepada Allah yang diwujudkan
dengan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
2) Akhlak kepada Diri Sendiri
Untuk dapat menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, harus disertai dengan akhlak,
antara lain:
Perwujudannya yaitu :
16
Pertemuan 5
A. Pengertian IPTEKS
IPTEK adalah singkatan dari 'ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu suatu sumber informasi yang
dapat meningkatkan pengetahuan ataupun wawasan seseorang dibidang teknologi.
2. Sandang ( Pakaian)
Dengan kemajuan teknologi, kita tidak perlu menunggu terlalu lama hasil serattanaman kapas
karena dengan serat sintesis, pembuat tekstil dapat dilakukan secara besar-
besaran dalam waktu yang singkat.
Dalam hal perhiasan, perkembangan IPTEK telah dapatdibuat intan sintetis, berdasar dari
struktur intan mengubah struktur heksagonal dari karbongrafit menjadi strukturtetragonal dari
intan.Sedangkan dampak negatifnya, antara lain: pemakaian serat sintetis, kalau
menjadisampah tidak dapat dihancurkan oleh bakteri-bakteri pembusuk. Namun, apabila
dibakar akanmenyebabkan menipisnya lapisan ozon dan dapat mencemarkan tanah sehingga
mengurangikesuburan tanah.
4. Batu Bara
Pembangkit tenaga listrik, mesin uap, bahkan sampai rumah tangga banyakmenggunakan batu
bara, meski sedikit demi sedikit tergeser oleh minyak bumi. Namun,dengan adanya kemajuan
teknologi, menyebabkan bahan tersebut dapat didaur ulang.Penambangan batu bara dapat
membahayakan manusia, karena gas oksigen sangat terbatas,sebaliknya gas-gas bumi yang
menyesakkan napas justru berlimpah.
5. Air
Kita tahu di tempat-tempat terpencil masih sangat kekurangan air. Namun,
dengan berkembangnya teknologi, air dapat menjangkau seluruh pelosok negeri ini. Air sangat
besarmanfaatnya bagi kehidupan manusia, tidak hanya untuk diminum, tetapi juga bisa sebagai
sarana transportasi, wisata, olahraga dan menjadi sumber pembangkit listrik yang
mempunyai peranan besar pada kehidupan sehari-hari.
17
7. Tanah
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan alam dan teknologi, manusia mampumenentukan jenis
tanah, unsur-unsur yang diperlukan tanaman sehinga dapat
memberikan pupuk yang paling tepat. Namun, jika tanah dibiarkan dalam keadaan kosong dan
terkenaerosi terus menerus hingga kesuburannya hilang, tanah akan menjadi rusak.
Positif :
Negatif :
Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa yang dianggap
benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula
sebaliknya.Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari
keyakinan akankebenaran agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari
keyakinan akan kebenaran ilmu pengetahuan. Orang yang ingin menekuni ajaran agama akan
cenderung untuk menjauhi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan oleh manusia.
Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika kebenaran
iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat disangkal sementara
keyakinan akankebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah menerima
kebenaran keduanya dengananggapan bahwa masing-masing mempunyai wilayah kebenaran
yang berbeda. Kebenaran agamadipisahkan sama sekali dari kebenaran ilmu
18
pengetahuan. Konflik antara agama dan ilmu, apabila terjadi,akan diselesaikan dengan
menganggapnya berada pada wilayah yang berbeda. Dalam pola hubunganseperti ini,
pengembangan iptek tidak dikaitkan dengan penghayatan dan pengamalan agama
seseorangkarena keduanya berada pada wilayah yang berbeda. Baik secara individu maupun
komunal, pengembangan yang satu tidak mempengaruhi pengembangan yang lain. Pola
hubungan seperti ini dapatterjadi dalam masyarakat sekuler yang sudah terbiasa untuk
memisahkan urusan agama dari urusannegara/masyarakat.
Kenyataan memprihatikan ini sangat ironis. Umat Islam yang mewarisi ajaran suci Ilahiah
dan peradaban dan Iptek Islam yang jaya di masa lalu, justru kini terpuruk di negerinya sendiri,
yangsebenarnya kaya sumber daya alamnya, namun miskin kualitas sumberdaya manusianya
(pendidikan danIpteknya). Ketidakadilan global ini terlihat dari fakta bahwa 80% kekayaan
dunia hanya dikuasai oleh 20% penduduk kaya di negara-negara maju. Sementara 80%
penduduk dunia di negara-negara miskin hanyamemperebutkan remah-remah sisa makanan
pesta pora bangsa-bangsa negara maju.Ironis bahwa Indonesia yang sangat kaya dengan
sumber daya alam minyak dan gas bumi, justrumengalami krisis dan kelangkaan BBM.
Ironis bahwa di tengah keberlimpahan hasil produksi gunungemas-perak dan tembaga serta
kayu hasil hutan yang ada di Indonesia, kita justru mengalami kesulitandan krisis ekonomi,
kelaparan, busung lapar, dan berbagai penyakit akibat kemiskinan rakyat. Kemanaharta
kekayaan kita yang Allah berikan kepada tanah air dan bangsa Indonesia ini? Mengapa kita
menjadinegara penghutang terbesar dan terkorup di dunia?
Kenyataan menyedihkan tersebut sudah selayaknya menjadi cambuk bagi kita bangsa
Indonesiayang mayoritas Muslim untuk gigih memperjuangkan kemandirian politik, ekonomi
dan moral bangsadan umat. Kemandirian itu tidak bisa lain kecuali dengan pembinaan mental-
karakter dan moral (akhlak) bangsa-bangsa Islam sekaligus menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dilandasi keimanan-taqwa kepada Allah SWT. Serta melawan pengaruh
buruk budaya sampah dari Barat yang Sekular, Matredan hedonis (mempertuhankan
kenikmatan hawa nafsu).
19
Pertemuan 6
Upaya memahami perbedaan tanpa mengganggu ibadah, mungkin perlu dilakukan. Dengan
demikian bisa muncul kerelaan untuk menghargai kelompok lain yang berbeda paham,
sehingga benih-benih kerukunan akan tumbuh semakin indah. Tugas berat inilah menjadi
tantangan Kementerian Agama ke depan agar terwujud kerukunan yang semakin kokoh di
tengah masyarakat.
a. Kerukunan antar pemeluk agama yang sama, yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin
antar masyarakat penganut satu agama. Misalnya, kerukunan sesama orang Islam atau
kerukunan sesama penganut Kristen. Kerukunan antar pemeluk agama yang sama juga
harus dijaga agar tidak terjadi perpecahan, walaupun sebenarnya dalam hal ini sangat
minim sekali terjadi konflik.
b. Kerukunan antar umat beragama lain, yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar
masyarakat yang memeluk agama berbeda-beda. Misalnya, kerukunan antar umat Islam
dan Kristen, antara pemeluk agama Kristen dan Budha, atau kerukunan yang dilakukan
oleh semua agama. Kerukunan antar umat beragama lain ini cukup sulit untuk dijaga.
Seringkali terjadi konflik antar pemeluk agama yang berbeda.
20
Kendala :
1) Rendahnya Sikap Toleransi
2) Kepentingan Politik
3) SikapFanatisme
21
Pertemuan 7
Masyarakat Madani adalah suatu komunitas masyarakat yang memiliki kemandirian aktivitas
warga masyarakatnya yang berkembang sesuai dengan potensi budaya, adat istiadat, dan
agama, dengan mewujudkan dan memberlakukan nilai-nilai keadilan, prinsip kesetaraan
(persamaan), penegakan hukum, jaminan kesejahteraan, kebebasan, kemajemukan (puralisme),
dan perlindungan terhadap kaum minoritas.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekhasan sosial-budaya. Merupakan fakta
historis bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk, yang terdiri dari beragam
suku, budaya, bahasa dan agama. Masing-masing suku, budaya, dan bahasa memiliki satu
sistem nilai yang berbeda. Kemajemukan ini akan menjadi bencana dan konflik yang
berkepanjangan jika tidak dikelola dengan baik. Kebhinekaan dan kearifan budaya lokal inilah
yang harus dikelola sehingga menjadi basis bagi terwujudnya Masyarakat Madani, karena
Masyarakat Madani Indonesia harus dibangun dari nilai-nilai yang ada didalamnya, bukan dari
luar.
22
kemanusiaan, sementara pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) masih sering terjadi. Agama
menganjurkan persaudaraan, umat seringkali menjadikan agama sebagai alat bertikai. Tak salah
ajaran agama justru kerap disebut kehilangan hakikatnya sebagai spiritualitas yang menebarkan
rahmah (kasih sayang).
Pertemuan 8
A. Pengertian HAM dan demokrasi
Ham
hak dasar atau hak pokok yang dibawa oleh manusia sejak lahir yang secara kodrat melekat pada
setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat karena merupakan anugerah Tuhan YME.
Demokrasi
bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan
keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.
B. Macam-macam HAM
23
D. Peran umat beragama dalam menegakkan HAM dan demokrasi di Indonesia
Pertemuan 9
Sebagai sistem hukum, hukum Islam tidak boleh dan tidak dapat disamakan dengan sistem
hukum yang lain yang pada umumnya berasal dari kebiasaan masyarakat dan hasil pemikiran
manusia dan budaya manusia. Hukum Islam tidak hanya merupakan hasil pemikiran yang
dipengaruhi oleh kebudayaan manusia di sutu tempat tapi dasarnya ditetapka oleh Allah
melalui wahyu-Nya
B. MEMAHAMI KONSEP DASAR TAAT TERHADAP HUKUM TUHAN DAN FUNGSI PROFETIK
AGAMA
Fungsi utama hukum Islam adalah untuk beribadahkepada Allah SWT. Hukum Islam adalah
ajaran Allahyang harus dipatuhi umat manusia, dankepatuhannya merupakan ibadah yang
sekaligus juga merupakan indikasi keimanan seseorang.
Fungsi profetik agama adalah bahwa agama sebagai sarana menuju kebahagiaandan juga
memuat peraturan-peraturanyang mengondisikan terbentuknya batinmanusia yang baik, yang
berkualitas, yaitumanusia yang bermoral (agama sebagaisumber moral)
Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk
mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya kekacauan.
Sebagai penganut agama yang taat seseorang tentu wajib mempelajari ajaran agama yang
dianutnya. Belajar bisa melalui guru agama, menghadiri pengajian dan membaca buku agama
24
mungkin juga menggunakan sistem online. Dalam belajar memperdalam agama seseorang akan
memahami tentang perintah dan larangan bagi penganutnya.
PERTEMUAN 10
Keterbukaan dan adanya jaminan keadilan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lain. Munculnya sebuah keterbukaan berawal dari adanya sebuah
kejujuran di dalam melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara ataupun sebagai
pejabat negara.
Keterbukaan atau transparansi adalah tindakan yang memungkinkan suatu persoalan menjadi
jelas mudah dipahami dan tidak disangsikan lagi kebenarannya.
Keadilan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berasal darai kata adil yang berarti
kejujuran, kelurusan dan keikhlasan dan tidak berat sebelah, tidak memihak, tidak sewenang-
wenang.
25
PERTEMUAN 11
A. PENGERTIAN POLITIK
Politik adalah suatu proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat
dimana wujudnya adalah proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Definisi
politik juga dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan, baik secara
konstitusional maupun non-konstitusional.
Dari perjalanan sejarah politik di Indonesia, para politisi dari beragam ideologi selalu
menjadikan agama sebagai pertimbangan untuk mengembangkan kebijakan politik mereka.
Dalam hal ini, politisi yang berlatar belakang agama dengan ideologi kanan mendirikan partai
agama dan yang berlatar belakang agama substantif mengusung nilai-nilai ajaran agama yang
dikemas dalam partai terbuka.
Selain menjembatani aspirasi masyarakat dengan negara, publik mengapresiasi peran ormas
sebagai perekat ikatan sosial warga negara. Tujuan ormas yang bermuara pada kemaslahatan
masyarakat menjadi penegas kontribusi ormas pembangunan anak negeri.
Nilai agama adalah segala bentuk peraturan hidup yang harus diterima oleh setiap manusia
sebagai perintah, larangan, dan ajaran yang bersumber dari Tuhan, jika dilanggar akan
mendapat siksa dari Tuhan di akhirat nanti.
26
Budaya politik adalah pola perilaku suatu masyarakat dan orientasinya terhadap kehidupan
berpolitik, baik itu penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat
istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati setiap individu di dalam masyarakat sehari-hari.
PERTEMUAN 12
Kesatuan bangsa Indonesia berarti satu bangsa Indonesia dalam satu jiwa bangsa seperti yang
diputuskan dalam kongres Pemuda pada tahun 1928 dalam keadaan utuh dan tidak boleh
kurang, baik sebagai subyek maupun obyek dalam penyelenggaraan kehidupan nasional.
Persatuan bangsa berarti gabungan suku-suku bangsa yang sudah bersatu. Dalam hal ini,
masing-masing suku bangsa merupakan kelompok masyarakat yang memiliki ciri-ciri tertentu
yang bersatu.
Generasi muda Indonesia harus dapat manjaga kesatuan dan persatuan dan keutuhan bangsa
serta mengisi kemerdekaan dengan kegiatan-kegiatan positif yang dapat mempersatukan
bangsa dan juga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Penerapan sikap toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat menimbulkan
sikap saling menghormati dan ketenteraman serta kedamaian. Dengan demikian, program
pembangunan yang telah dicanangkan dapat berjalan dengan baik.
27
PERTEMUAN 13
Budaya Akademik dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari kehidupan dan kegiatan
akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat akademik, di
lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.
Etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau
sesesuatu kelompok.
28
PERTEMUAN 14
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan, serta
memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
B. PENGERTIAN INTEGRITAS
Integritas adalah kualitas kejujuran dan prinsip moral di dalam diri seseorang yang
dilakukan secara konsisten dalam kehidupannya secara menyeluruh. Integritas adalah
suatu kepribadian seseorang yang bertindak secara konsisten dan utuh, baik dalam
perkataan maupun perbuatan, sesuai dengan nilai-nilai dan kode etik.
Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas
lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang memakan makanan yang
baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan
merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang.
29
PERTEMUAN 15
30