Anda di halaman 1dari 36

TUGAS AKHIR SEMESTER PENDIDIKAN AGAMA

Disusun oleh :

Marshanda Sabrina Salsabillah

P27240019031

D3 AKUPUNKTUR TINGKAT 1A POLTEKKES SURAKARTA


2019/2020
DAFTAR ISI

1. Pertemuan 1………………………………………………………………………………………………………………….…1

A. Pengertian iman dan taqwa………………………………………………………………….……………………..1

a) Pengertian iman……………………………………………………………………………………………………1

b) Pengertian taqwa………………………………………………………………………………………….……….2

B. Argumen Tentang Cara Manusia Meyakini dan Mengimani tuhan……………………………2


C. Esensi dan Urgensi Visi Ilahi Untuk Membangun Dunia yang Damai………………………3
2. Pertemuan 2…………………………………………………………………………………………………………………….4

A. Konsep Spiritualitas sebagai Landasan Kebertuhanan…………………………………………………4

B. Alasan Manusia Memiliki Spiritualitas………………………………………………………………………….5


C. Konsep Ketuhanan dalam Islam……………………………………………………………………………………5
3. Pertemuan 3
A. Pengertian Hakikat Martabat dan Tanggung jawab……………………………………………………10

B. Macam-Macam Tanggung Jawab……………………………………………………………………………..11


C. Tujuan dan Fungsi Manusia Diciptakan………………………………………………………………………12
D. Kedudukan Manusia Diantara Makhluk yang Lainnya…………………………………………………13

4. Pertemuan 4………………………………………………………………………………………………………………… 14
A. Pengertian Moral, Etika dan Akhlak Mulia………………………………………………………………….. 14
B. Pengertian Agama Sebagai Sumber Mora ……………………………………………………………………14
C. Aktualisasi Agama sebagai Sumber Moral dan Akhlak Mulia……………………………15

5. Pertemuan 5………………………………………………………………………………17

A. Pengertian IPTEKS………………………………………………………………………………………………………… 17

B. Peran IPTEKS dalam kehidupan manusia ………………………………………………………………………17

C. Dampak positif dan negatif perkembangan IPTEKS………………………………………………………..18


D. Agama dan IPTEKS………………………………………………………………………..18

E. Arah perkembangan IPTEKS yang diharapkan dan bermanfaat………………………………… 19

6. Pertemuan 6………………………………………………………………………………20
A. Pengertian kerukunan antar umat beragama…………………………………………………………… 20
B. Urgensi kerukunan antar umat beragama …………………………………………………………………20
C. Jenis-jenis kerukunan antar umat beragama…………………………………………..20
D. Manfaat dan kendala kerukunan antar umat beragama……………………………20

E. Kerukunan antar umat beragama di Indonesia…………………………………………………21


7. Pertemuan 7………………………………………………………………………………………………22

A. Pengertian masyarakat beradab dan sejahtera…………………………………………22


B. Masyarakat madani menuju masyarakat beradab dan sejahtera……………………….. 22
C. Peran umat beragama dalam mewujudkan masyarakat beradab dan sejahtera………22

D. Aktualisasi ajaran agama dalam menciptakan masyarakat beradab dan sejahtera…… 22

8. Pertemuan 8………………………………………………………………………………23

A. Pengertian HAM dan demokrasi ……………………………………………………………………………………23

B. Macam-macam HAM …………………………………………………………………………………………………….23

C. Membangun negara demokratis ……………………………………………………………………………………23


D. Peran umat beragama dalam menegakkan HAM dan demokrasi di Indonesia……….. 23

9. Pertemuan 9………………………………………………………………………………24

A. Pengertian HAM dan demokrasi……………………………………..………………………………………… 24

B. Macam-macam HAM…………………………………………………………………………………………………24

C. Membangun negara demokratis………………………………………………………………………………… 24


D. Peran umat beragama dalam menegakkan HAM dan demokrasi di Indonesia………24

10. Pertemuan 10……………………………………………………………………………………………25


A. PENGERTIAN KETERBUKAAN DAN KEADILAN……………………………………………………………..25

B. URGENSI SIKAP KETERBUKAAN DAN ADIL DALAM KEHIDUPAN…………………………………..25


C. AKTUALISASI KETERBUKAAN DAN KEADILAN DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN
BERNEGARA…………………………………………………………………………………………………………………25
D. KETERBUKAAN DAN KEADILAN DALAM PANDANGAN AGAMA…………………………………… 25
11. Pertemuan 11……………………………………………………………………………26
A. PENGERTIAN POLITIK…………………………………………………………………………………………………….26
B. AGAMA DAN PERILAKU POLITIK…………………………………………………………………………………….26
C. ORMAS AGAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK DAN BERADAB……………………………………….26
D. NILAI AGAMA DAN BUDAYA POLITIK…………………………………………………………………………….26
12. Pertemuan 12……………………………………………………………………………27
A. PENGERTIAN KESATUAN DAN PERSATUAN BANGSA…………………………………….27
B. URGENSI PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA…………………………………………27
C. SIKAP TOLERANSI DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA………………………………27
D. UPAYA AGAMA DALAM MEWUJUDKAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA………27
13. Pertemuan 13……………………………………………………………………………28
A. PENGERTIAN BUDAYA AKADEMIK DAN ETOS KERJA……………………………………28
B. KONSEP DAN CIRI-CIRI BUDAYA AKADEMIK……………………………………………28
14. Pertemuan 14……………………………………………………………………………29
A. PENGERTIAN TENAGA KESEHATAN PREFSIONAL………………………………………29
B. PENGERTIAN INTEGRITAS……………………………………………………………29

C. PERAN INTERNALISASI AGAMA BAGI SEORANG TENAGA KESEHATAN…………………29

15. Pertemuan 15………………………………………………………………………………………………………… 30

A. FUNGSI DAN TUJUAN ETOS KERJA……………………………………………………30

B. BUDAYA AKADEMIK DAN ETOS KERJA DALAM PERSPEKTIF AGAMA………………30


Pertemuan 1

A. Pengertian Iman dan Taqwa

1. Pengertian Iman
Kebanyakan orang menyatakan bahwa kata iman berasal dari kata kerjaamina-ya‟manu-
amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu, iman yang berarti percaya menunjuk sikap batin
yang terletak dalam hati. Akibatnya,orang yang percaya kepada Allah dan selainnya seperti
yang ada dalam rukun iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak mencerminkan
ketaatan atau kepatuhan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya, masih disebut orang yang
beriman. Hal itu disebabkan karena adanya keyakinan mereka bahwa yang tahu tentang urusan
hati manusia adalah Allah dan dengan membaca dua kalimah syahadat telah menjadi Islam.

Dalam surat al-Baqarah 165 dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang amat
sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillah).Oleh karena itu beriman kepada Allah berarti
amat sangat rindu terhadap ajaran Allah, yaitu al-Qur‟an dan Sunnah Rasul. Hal itu karena apa
yang
dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang yang beriman, sehingga dapat menimbulkan tekad
untuk mengorbankan segalanya dan kalau perlu mempertaruhkan nyawa.

Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan keyakinan dalam
hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-
Iimaanu „aqdun bil qalbi waiqraarun billisaaniwa‟amalun bil arkaan).
Dengan demikian, iman merupakan kesatuan ataukeselarasan antara hati, ucapan, dan laku
perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.

Istilah iman dalam al-Qur‟an selalu dirangkaikan dengan kata lain yang memberikan corak dan
warna tentang sesuatu yang diimani, seperti dalamsurat an-Nisa‟: 51 yang dikaitkan
dengan jibti (kebatinan/idealisme) dan thaghut (realita/naturalisme). Sedangkan dalam surat
al-Ankabut: 52 dikaitkan dengan kata bathil, yaitu walladziina aamanuu bil baathili. Bhatil
berarti tidak benar menurut Allah. Dalam surat lain iman dirangkaikan dengan kata kaafir atau
dengan kata Allah. Sementara dalam al-Baqarah: 4,iman dirangkaikan dengan kata ajaran yang
diturunkan Allah (
yu‟minuuna bimaa unzila ilaika wamaa unzila min qablika).

Kata iman yang tidak dirangkaikan dengan kata lain dalam al-Qur‟an,mengandung arti positif.
Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkandengan kata Allah atau dengan ajarannya,
dikatakan sebagai iman haq.Sedangkan yang dikaitkan dengan selainnya, disebut iman bathil.

2. Pengertian Ketaqwaan
Taqwa secara umum memiliki pengertian melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan
Allah. Orang yang bertaqwa adalah orang
yang beriman, yaitu orang yang berpandangan dan bersikap hidup dengan ajaran Allah
menurut sunnah rasul, yakni orang yang melaksanakan sholat, sebagai upaya pembinaan iman
dan menafkahkan rizkinya untuk kepentingan ajaran Allah.Ketaqwaan adalah kekuatan dari
dalam yang cemerlang dan unik.Pertumbuhannya dapat mengukir sejarah baru di
dunia.Bersihkanlah iman kita dari syirik dengan menjauhi mantra-mantra, ajaran sesat, takhayul

1
dan perdukunan yang sesat. Pastikan kita melakukan ibadah-ibadah wajib setiap hari dan
menjauhi maksiat dalam bentuk apapun. Bertemanlah dengan orang-orang yang sholeh agar
kita tidak menyimpang.

B. Argumen Tentang Cara Manusia Meyakini dan Mengimani Tuhan


Mengingat Tuhan adalah Zat Yang Mahatransenden dan Gaib (gha`ibul
ghuyub), maka manusia tidak mungkin sepenuhnya dapat mempersepsi hakikat-
Nya. Manusia hanya mampu merespon dan mempersepsi tajalliyat Tuhan. Dari
interaksi antara tajalliyat Tuhan dan respon manusia, lahirlah keyakinan tentang
Tuhan. Tajalliyat Tuhan adalah manifestasi-manifestasi Tuhan di alam semesta
yang merupakan bentuk pengikatan, pembatasan, dan transmutasi yang dilakukan
Tuhan agar manusia dapat menangkap sinyal dan gelombang ketuhanan.
Dengan demikian, keyakinan adalah persepsi kognitif manusia terhadap
penampakan (tajalliyat) dari-Nya. Dengan kata lain, meyakini atau memercayai
Tuhan artinya pengikatan dan pembatasan terhadap Wujud Mutlak Tuhan yang
gaib dan transenden yang dilakukan oleh subjek manusia melalui kreasi akalnya,
menjadi sebuah ide, gagasan, dan konsep tentang Tuhan. Tajallī Tuhan yang esa
akan ditangkap oleh segala sesuatu (termasuk manusia) secara berbeda-beda
karena tingkat kesiapan hamba untuk menangkapnya berbeda-beda. Kesiapan
(isti’dād) mereka berbeda-beda karena masing-masing memiliki keadaan dan sifat
yang khas dan unik.
Karena penerimaan terhadap tajallī Tuhan berbeda-beda kualitasnya sesuai
dengan ukuran pengetahuan hamba, maka keyakinan dan keimanan pun berbeda g bersifat
mutlak).
Sejalan dengan penjelasan di atas, maka menilai seseorang kafir atau tidak
kafir, bukan dilihat dari keyakinannya, sebab keyakinan tidak bisa dilihat. Yang
dijadikan patokan untuk menilai keimanan dan kekufuran seseorang adalah
amalnya, sebagai indikator praktis yang bisa diukur. Oleh karena itu, kita tidak
boleh dengan gampang menuduh orang kafir, apalagi penilaian tersebut hanya
dilandasi oleh asumsi dan persepsi sepihak. Iman terbentuk karena peran Tuhan
dan manusia. Peran Tuhan dalam pembentukan iman terletak pada karunia-Nya
berupa akal dan potensi kebertuhanan yang disebut dengan roh.
Karena adanya akal dan roh inilah, manusia mempunyai potensi keimanan
kepada Allah. Namun, mengingat potensi tersebut harus dipersepsi dengan cara
tertentu sehingga menjadi keyakinan, maka iman pun membutuhkan peran
manusia. Proses pembelajaran, pembiasaan, pengalaman, dan indoktrinisasi yang
dilakukan oleh guru, orang tua, orang-orang di lingkungan sekitar, dan kebiasaan
sosial juga bisa menjadi faktor lain yang mempengaruhi pembentukan iman. Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembentukan iman identik dengan
pembentukan karakter. Orang yang beriman adalah orang yang berkarakter.
Beriman kepada Allah berarti memiliki karakter bertuhan.
Dalam bahasa agama, karakter identik dengan akhlak. Menurut Imam Ghazali,
akhlak adalah bentuk jiwa yang darinya muncul sikap dan perilaku secara
spontanitas dan disertai dengan perasaan nikmat dan enjoy ketika melakukannya.

2
Oleh karena itu, orang beriman kepada Tuhan atau memiliki karakter bertuhan
adalah seseorang yang meyakini Tuhan sebagai sumber kebenaran dan kebajikan
tertinggi, mengidentikkan diri dengan cara banyak meniru akhlak Tuhan dalam
bersikap dan berperilaku, dan memiliki komitmen kepada nilai-nilai tersebut.

C. Esensi dan Urgensi Visi Ilahi Untuk Membangun Dunia yang Damai
Agar manusia dapat membangun kehidupan yang damai, aman, penuh kasih, dan sejahtera,
maka dibutuhkan pemaknaan tentang kesejatian hidup dan kehidupan yang lebih holistik,
komprehensif, dan empatik. Ketiga hal itu tidak akan mungkin dicapai kecuali oleh mereka yang
memiliki kesadaran dan kecerdasan spiritual, karena kesadaran ini merupakan visi Ilahi yang
dikaruniakan kepada orang-orang pilihan-Nya. Dalam bahasan kali ini, kita akan membahas
cara manusia dalam membangun relasi yang harmonis dengan Tuhan sehingga manusia dapat
menggapai visi Ilahi dalam membangun kehidupannya. Dalam perspektif Islam, manusia
diciptakan sebagai makhluk yang sempurna. Kesempurnaan manusia ditandai dengan
kesiapannya untuk berbakti kepadaTuhan karena dalam dirinya telah ditiupkan salah satu tajalli
Tuhan yaitu roh. Ketika manusia masih menjaga dan memelihara fithrah-nya itu, manusia hidup
dekat dengan Tuhan. Dengan kata lain, manusia lebih bisa mendengar dan mengikuti tuntunan
hati nurani, karena nuansa spiritualitasnya begitu maksimal. Namun, karena godaan materi, yang
dalam kisah Adam disimbolkan dengan syajarah al-khuldi (pohon keabadian), maka manusia
sedikit demi sedikit mulai kehilangan nuansa spiritual dan kehilangan superioritas roh sebagai
penggerak kehidupan manusia dalam koridor visi Ilahi. Dalam perspektif tasawuf, kejatuhan
manusia membuat ia semakin jauh dari Tuhan (diibaratkan dalam kisah Adam sebagai
ketergelinciran manusia dari Surga yang luhur dan suci ke dunia yang rendah dan penuh
problematika). Ketika manusia makin jauh dari Tuhan, maka ia semakin jauh dari kebenaran dan
kebaikan Tuhan.
Manusia adalah makhluk yang menyimpan kontradiksi di dalam dirinya. Di satu sisi, manusia
adalah makhluk spiritual yang cenderung kepada kebajikan dan
kebenaran. Namun di sisi lain, keberadaan unsur materi dan ragawi dalam dirinya memaksany
a untuk tunduk pada tuntutan kesenangan jasmaniah. Sering kali terjadi konflik internal dalam
diri manusia, antara dorongan spiritual dan material sehingga dalam khazanahIslam dikenal
paling tidak ada tiga tipologi jiwa manusia, yaitu: an-nafs al-ammārah bissū` (jiwa yang selalu
tergerak melakukan keburukan), an-nafs allawwāmah (jiwa yang selalu mencela diri), dan an-nafs
almuthma`innah (jiwa yang tenang). Agar manusia dapat tetap konsisten dalam kebaikan dan
kebenaran Tuhan, maka manusia dituntut untuk membangun relasi yang baik dengan Tuhan.
Manusia tidak akan mampu membangun relasi yang harmonis dengan Tuhan apabila hidupnya
lebih didominasi oleh kepentingan ragawi dan bendawi. Oleh karena itu, sisi spiritualitas harus
memainkan peran utama dalam kehidupan manusia sehingga ia mampu merasakan kehadiran
Tuhan dalam setiap gerak dan sikapnya. Apabila manusia telah mampu mengasah spiritualitasnya
sehingga ia dapat merasakan kehadiran Tuhan, maka ia akan dapat melihat segala sesuatu
dengan visi Tuhan (Ilahi). Visi Ilahi inilah yang saat ini dibutuhkan oleh umat manusia sehingga
setiap tindak tanduk dan sikap perilaku manusia didasari dengan semangat kecintaan kepada
Tuhan sebagai manifestasi kebenaran universal dan pengabdian serta pelayanan kepada sesama
ciptaan Tuhan.

3
Pertemuan 2

A. Konsep Spiritualitas sebagai Landasan Kebertuhanan

Doe (dalam Montohar, 2010: 36) mengartikan bahwa spiritualitas adalah dasar bagi tumbuhnya
harga diri, nilai-nilai, moral dan rasa memiliki. Spritualitas memberi arah dan arti pada
kehidupan. Spritualitas adalah kepercayaan akan adanya kekuatan non-fisik yang lebih besar
daripada kekuatan diri kita, suatu kesadaran yang menghubungkan kita langsung kepada Tuhan
atau sesuatu unsur yang kita namakan sebagai sumber keberadaan kita.
Spritual, spritualitas, spritualitasme mengacu kepada kosa kata latin spirit atau spiritus yang
berarti napas. Adapun kerja spirare yang berarti untuk bernapas. Berangkat dari pengertian
etimologis ini, maka untuk hidup adalah untuk untuk bernapas, dan memiliki napas artinya
memiliki spirit (Aliah B. Purwakania, 2006: 288). Spirit dapat juga diartikan kehidupan, nyawa,
jiwa, dan napas (Hasan Shadily, 1984: 3278). Dalam pengertian yang lebih luas spirit dapat
diartikan sebagai:
1) kekuatan kosmis yang memberi kekuatan kepada manusia (yunani kuno)
2) makhluk immateril seperti peri, hantu dan sebagainya
3) sifat kesadaran, kemauan, dan kepandaian yang ada dalam alam menyeluruh
4) jiwa luhur dalam alam yang bersifat mengetahui semuanya, mempunyai akhlak tinggi,
menguasai keindahan, dan abadi
5) dalam agama mendekati kesadaran ketuhanan
6) hal yang terkandung dalam minuman keras, dan menyebabkan mabuk (Hasan Shadily, 1984:
3278).
Selanjutnya dalam Ensiklopedi Indonesia spiritual adalah:
1) bentuk nyanyian rakyat yang bersifat keagamaan, dikembangkan oleh budak-budak Negro
dan keturunan mereka di Amerika Serikat bagian selatan
2) yang berhubungan dengan rohani dan eksistensi kristiani yang berdasarkan kehadiran dan
kegiatan roh kudus (s. spiritus) dalam setiap orang beriman dan seluruh gereja.

Adapun spiritualitas adalah kehidupan rohani (spiritual) dan perwujudannya dalam cara berfikir,
merasa, berdo’a dan berkarya (Hasan Shadily: 3279).Memang spiritualitas memiliki ruang
lingkup dan pengertian yang luas. Aliah B. Purwakania Hasan (2006) mengungkapkan hasil
penelitian Martsolf dan Mickey tentang sejumlah kata kunci yang mengacu kepada
pengertian spiritualitas, yakni makna (meaning), nilai-nilai (values), transendesi
(transcendency), bersambungan (connecting), dan menjadi (becoming). Memang tampaknya
pengertian spiritualitas merangkum sisi-sisi kehidupan rohaniah dalam dimensi yang cukup luas.
Secara garis besarnya spiritualitas merupakan kehidupan rohani (spiritual) dan perwujudannya
dalam cara berfikir, merasa, berdoa, dan berkarya (Hasan Shadily: 3728). Seperti yang
dinyatakan William Irwin Thomson, bahwa spiritual bukan agama. Namun demikian ia tidak
dapat dilepaskan dengan nolai-nilai keagamaan. Maksudnya ada titik singgung antara spiritual
dan agama.

4
B. Alasan Manusia Memiliki Spiritualitas
Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur’an dipakai untuk menyatakan
berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam surat al-Furqan
ayat 43.
Dalam surat al-Qashash ayat 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri:
Dan Fir’aun berkata: ‘Wahai para pembesar hambaku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu
selain aku’.
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa berbentuk apa saja,
yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin
tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika al-Qur’an setiap manusia pasti mempunyai sesuatu yang
dipertuhankannya. Dengan demikian, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga.
Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai
dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan suatu penegasan
“melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan dari segala
macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam hatinya hanya satu Tuhan yang bernama Allah.

C. Konsep Ketuhanan dalam Islam


Menggali sumber psikologis,sosiologis, filosofis, teologis tentang ketuhanan
1. Prespektip psikologis
Dalam membahas masalah ini, setidaknya ada beberapa aspek yang akan dijelaskan. Psikologi
Agama Islam sebagai salah satu disiplin ilmu, maka ada beberapa masalah yang akan menjadi
topik kajian diantaranya seperti yang di jelaskan oleh ramayulis :
1. Bagaimana pengalaman manusia itu dalam hubungannya dengan
keyakinannya kepada Tuhannya.
2. Bagaimana sifat jiwanya terhadap Tuhannya
3. Bagaimana pengalaman tentang dirinya dalam menyerahkan diri kepada TuhannYA.
Melihat dari masalah diatas, maka ke-Tuhanan manusia dalam perspektif Psikologi Agama
Islam merupakan konsep keyakinan, sikap jiwa dan penyerahan diri kepada Allah Swt. Pada
bahasan selanjutnya, penulis akan coba menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan-permasalahan tersebut.

2. Prespektip sosiologis
Sosiologi mempelajari masyarakat umum secara sosiologis, namun dalam ilmu sosiologi
terdapat cabang ilmu yang mempelajari secara khusus masyarakat beragama, yang di kenal
sebagai ilmu Sosiologi Agama. Objek dari penelitian sosiologi agama adalah masyarakat
beragama yang memiliki kelompok-kelompok keagamaan. Seperti misalnya, kelompok
Kristen, Islam, Budha dll. Sosiologi agama memang tidak mempelajari ajaran-ajaran moral,
doktrin, wahyu dari agama-agama itu, tetapi hanya mempelajari fenomena-fenomena yang
muncul dari masyarakat yang beragama tersebut. Namun demikian, ajaran-ajaran moral,
doktrin, wahyu dapat dipandang sebagai variabel-variabel yang mempengaruhi fenomena-
fenomena yang muncul tersebut.

5
Atas dasar itu kita juga dapat berbicara tentang wahyu sebagai variabel dari masyarakat yang
beragama, meskipun bukan itu yang menjadi titik tolaknya. Lain halnya dengan perspektif
teologi, jika dipandang dari sosiologi, agama tidak dilihat berdasarkan wahyu yang datang
dari atas, tetapi dilihat atas dasar pengalaman konkrit pada masa kini maupun pada masa
lampau. Jadi apa itu agama didasarkan pada pengalaman manusia.
Manusia dalam hidupnya senantiasa bergumul dengan ketidakpastian akan hari esok,
keberuntungan, kesehatan dsb. Manusia juga bergumul dengan ketidakmampuannya yaitu
untuk mencapai apa yang diharapkan, baik yang bersifat sehari-hari maupun yang ideal. Hal
ini disebabkan oleh keterbatasan manusia. ketidakmampuan ini terus dialami baik oleh
manusia primitif maupun modern. Misalnya, mengapa manusia harus mati, bagaimana
menghindari kematian, bagaimana menghindari bencana alam dsb. Dalam ketidakmampuan
ini manusia mencari pertolongan, juga kepada kekuatan-kekuatan yang ada di luar dunia,
yang tidak kelihatan/supranatural.
Dalam pencarian tersebut manusia terus mengalami tahap perkembangan, yaitu mulai dari
tahap anismisme, politeisme dan kemudian monoteisme. Pada tahap animisme manusia
percaya bahwa semua benda memiliki jiwa atau roh yang dapat memberi pertolongan
kepadanya. Sedangkan pada tahap politeisme yang dikenal sebagai tahap yang lebih tinggi
dari tahap animisme, di mana manusia telah mengenal konsep-konsep tentang tuhan/dewa
yang berada di luar sana. Namun tuhan/dewa tersebut banyak jumlahnya. Dan mereka mulai
menyembah tuhan-tuhan mereka sesuai dengan apa yang mereka yakini mampu memberi
pertolongan kepada mereka. Tahap terakhir adalah monoteisme sebagai tahap yang
tertinggi. Pada tahap ini manusia memiliki konsep tentang tuhan/dewa yang esa, yang tidak
terbagi-bagi dan merupakan sumber segala sesuatu yang mampu menolong dan menjawab
segala keterbatasan-keterbatasannya. Dalam mencapai hal tersebut di atas (kebahagiaan)
manusia melakukan usaha non-religius selama manusia masih mampu meraih kebahagiaan.
Namun, jika usaha ini gagal, maka manusia melakukan metode lain (animisme-politeisme-
monoteisme), yaitu dengan kekuatan yang tidak dapat dijangkau oleh panca indra, namun
yang diyakini ada dan dapat membantunya. Bahkan keyakinan itu diwujudkan bukan saja
pada saat dia mengalami ketidakmampuan tadi, tetapi juga terus berperan dalam seluruh
hidupnya. Yaitu melalui tahap-tahap tadi. Dan inilah yang disebut agama dalam arti luas.
Jadi dalam perspektif sosiologi, sebenarnya agama adalah ciptaan manusia. Lebih jauh lagi
sebetulnya manusia menciptakan Tuhan bagi kepentingannya sendiri, yaitu untuk mengatasi
ketidakpastiannya, ketidakmampuannya dan keterbatasannya

3. Prespektip filosofis
Pemaparan pertama mengenai konsep Tuhan dari filsafat teisme disampaikan oleh Samuel
Vincenzo. Secara sederhana, maka yang disebut dengan teisme adalah kepercayaan terhadap
Tuhan. Dalam filsafat, diskusi akan Tuhan pada dasarnya sudah berkembang sejak lama.
Bahkan, permasalahan ketuhanan secara filosofis sudah muncul sejak filsafat itu sendiri ada.
Socrates pun dalam pemikirannya sudah mulai mempertanyakan mengenai kesalehan.
Sehingga, teisme sendiri, bukanlah suatu hal yang aneh. Sedangkan ateisme diyakini muncul
sebagai respons dari gereja.Sehingga, teisme sendiri, bukanlah suatu hal yang aneh
Terkadang, apabila kita membicarakan tentang kesalehan, maka yang terpikir oleh kita
adalah, pergi ke gereja setiap minggu, ibadah setiap hari, dan lainnya. Akan tetapi, pada

6
dasarnya, hal-hal tersebut tidak dapat menjelaskan kesalehan itu sendiri. Pada akhirnya
muncul pula pertanyaan-pertanyaan mengenai what is good? Dalam
hal ini, teisme yang dibahas adalah teisme yang condong ke kepercayaan terhadap
Tuhan secara personal. Teisme memercayai bahwa Tuhan dapat diketahui. Mereka tidak
melihat Tuhan sebagai suatu hal yang diciptakan. Sehingga, Tuhan bukanlah suatu konsep
yang dibuat-buat. Hal yang cukup menarik diangkat oleh Samuel adalah, banyak cendekiawan
yang memilih untuk menjadi seorang teis.
Pada akhirnya, Samuel menyatakan bahwa diskusi soal Tuhan itu masih perlu karena mereka
percaya bahwa diskusi tentang teisme membawa ontologi, identitas, makna hidup, moralitas,
dan juga takdir. Tentunya, kelima hal tersebut memengaruhi kehidupan kita.
Berbeda dari Samuel, Kala Sanggurdi mencoba untuk menjelaskan bagaimana konsep Tuhan
dari filsafat ateisme. Sebelumnya, Kala dalam perkenalannya, menyatakan bahwa ia adalah
seorang pasca-teisme. Menurut Kala, membicarakan Tuhan bukan sekadar tentang percaya
atau tidak. Dalam mengonsepkan sesuatu yang sebesar Tuhan, maka akan muncul banyak
perdebatan.
Pada dasarnya, dalam teis, ada bayak sekali tanggapan mengenai Tuhan. Bahkan, varian-
variannya pun beragam. Politeisme mempercayai bahwa Tuhan itu banyak. Lalu, ada
monoteisme yang percaya bahwa Tuhan hanya ada satu. Panteisme menganggap bahwa
semuanya adalah Tuhan, Tuhan adalah semua. Panenteisme percaya bahwa semua yang
ada di dunia ini adalah bagian dari Tuhan. Bisa jadi kaki, badan, bahkan jari kita merupakan
bagian neuron dari Tuhan. Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa banyak sekali konsep
Tuhan yang diterapkan.
Beralih pada ateisme. Ateisme sendiri lingkupnya lebih kecil dari teisme dan non-
teisme. Secara umum, ateisme berarti ketidakpercayaan akan Tuhan. Dalam ateisme,
terdapat apateisme dan antiteisme. Apateisme berarti ketidakpedulian terhadap Tuhan itu
sendiri. Mau Tuhan itu ada ataupun tidak, mereka tidak akan peduli. Kemudian, berdasarkan
antiteisme, Tuhan itu harus tidak ada dan tidak boleh ada.
Berlanjut pada non teisme. Dalam non teisme, terdapat agnostisisme, pasca-teisme, dan
trans-teisme. Agnostisisme merupakan sebuah konsep yang menganggap bahwa pertanyaan
tentang Tuhan merupakan hal yang tidak dapat diketahui. Entah tidak dapat dijawab atau
emang tidak dapat diketahui. Pada dasarnya, manusia adalah agnostik karena sejak masih
kecil mereka tidak tahu apa-apa tentang Tuhan.
Sedangkan, pasca-teisme berarti sebuah konsep yang menyatakan bahwa diskusi ketuhanan
itu sudah usang. Sudah bukan lagi zamannya. Masih ada diskusi-diskusi lain yang lebih besar
dan penting untuk dibahas. Terakhir, ada transteisme yang memercayai bahwa Tuhan
hanyalah satu dari sekian banyak hal yang dapat dibahas. Ada sesuatu yang lebih besar yang
dapat dibahas.
Pada akhirnya, orang-orang ateis mulai mempertanyakan apakah itu Tuhan? Apakah Tuhan
itu seperti yang dikatakan oleh teis? Apakah Tuhan dapat dipersepsikan dengan hal lain?
Apakah Tuhan itu bisa sangat sederhana?
Kala Sanggurdi menyatakan bahwa apabila seseorang mengaku dirinya sebagai ateis, maka ia
harus tahu terlebih dahulu ateis seperti apakah dirinya itu. Karena, bagaimanapun konsep
dari ateisme itu sendiri sangatlah luas. Sehingga, tidak dapat disederhanakan. Pada akhirnya,

7
muncul suatu simpulan bahwa ateis adalah orang-orang yang menunggu satu titik saat Tuhan
dapat diobservasi.ateis adalah orang-orang yang menunggu satu titik saat Tuhan dapat
diobservasi.
Dalam menjelaskan pandangannya, Samuel menyatakan bahwa klaim ateis mengenai
ketidakberadaan Tuhan bermasalah secara epistemologis. Membuktikan sesuatu yang tidak
ada akan jauh lebih sulit daripada membuktikan suatu hal yang ada. Sehingga, untuk
membuktikan sesuatu itu tidak ada, seseorang dituntut untuk menunjukkan semuanya
terlebih dahulu.
Dari Kala sendiri, ia menyatakan bahwa kebenaran itu harusnya bersifat objektif. Sehingga,
kebenaran mutlak itu tidak ada. Kebenaran itu ada ketika manusia itu ada. Sehingga, apabila
manusia tidak ada, maka belum tentu kebenaran itu ada.Apabila ditanya apakah seorang Kala
masih memercayai Tuhan atau tidak, maka yang kemudian ditanyakan kembali, Tuhan yang
mana yang dimaksud?
Menjadi seorang ateis merupakan langkah yang besar. Terkadang, banyak yang
mempertanyakan datang dari mana moral? Datang dari mana kebaikan? Pada akhirnya pun,
Kala mempertanyakan kembali, memangnya mengapa kalau kita hidup tanpa moral? Tanpa
tujuan? Apa salahnya seseorang hidup seperti biasa? Apa salahnya menjadi manusia biasa?
Pada dasarnya, perdebatan ateis dan teis terus terjadi karena memang adanya perbedaan
pendekatan dalam memahami konsep ketuhanan yang digunakan oleh kaum teis dan kaum
ateis. Pendekatan yang digunakan oleh kaum ateis yaitu pendekatan materialis yang
menuntut bahwa Tuhan harus dapat diobservasi dengan menggunakan mata fisik. Sedangkan
kaum teis meyakini bahwa Tuhan itu tentu berbeda dengan makhluknya, ada hal mengenai
Tuhan yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, karena memang akal manusia tidak mampu
mencapai hal itu. Konsep “ada” yang diyakini kaum teis pun sederhana, menurut mereka
sesuatu tetap dianggap ada walaupun itu hanya berada dalam pikiran seseorang, apabila kita
bisa memikirkan sesuatu hal tersebut maka hal tersebut pun tentu ada.
Pendekatan ilmiah dan materialis oleh kaum ateis pun ternyata baru muncul ketika masa
modern, sebelum itu para kaum ateis tidak selalu menggunakan pendekatan tersebut. Karl
Marx merasa prihatin dengan kondisi masyarakat saat itu dan merasa bahwa ketika
seseorang hendak berpindah dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya yang mereka
lakukan bukanlah berusaha melainkan justru berdoa dan hanya pasrah kepada Tuhan. Oleh
karena itu Karl Marx menyatakan bahwa “agama adalah sebuah candu” karena tingginya
rasa ketergantungan seseorang kepada Tuhannya.
Karl Marx menyatakan bahwa “agama adalah sebuah candu” karena tingginya rasa
ketergantungan seseorang kepada Tuhannya.
Pada dasarnya, pembicaraan akan Tuhan akan terus diperdebatkan. Apakah Ia benar-benar
ada atau tidak. Pemikiran-pemikiran ini lah yang pada akhirnya memengaruhi kehidupan
manusia. Bagaimanapun, keputusan seseorang dalam memersepsikan Tuhan, kembali lagi
pada masing-masing individu. Tidak ada seorang pun yang dapat memaksakan kehendak
mereka terhadap keputusan yang diambil. Pada akhirnya pun, penjelasan mengenai konsep
Tuhan akan berbeda-beda. Hal ini bergantung dari pendekatan yang digunakan. Apakah
melalui pendekatan teis, atau non teis.

8
4. Prespektif teologis
Dalam perspektif teologi agama dipandang sebagai sesuatu yang dimulai dari atas (dari
Tuhan sendiri melalui wahyu-Nya). Manusia beragama karena Tuhan yang menanamkan
kesadaran ini. Tuhan memperkenalkan diri-Nya kepada manusia melalui berbagai penyataan,
baik yang dikenal sebagai penyataan umum, seperti penciptaan alam semesta, pemeliharaan
alam, penciptaan semua makhluk dsb. maupun penyataan khusus, seperti yang kita kenal
melalui firman-Nya dalam kitab suci, penampakan diri kepada nabi-nabi, bahkan melalui
inkarnasi menjadi manusia dalam dogma Kristen.
Penyataan-penyataan Tuhan ini menjadi dasar untuk kehidupan beriman dan beragama umat
manusia. Melalui wahyu yang diberikan Tuhan, manusia dapat mengenal Tuhan; manusia
tahu cara beribadah; memuji dan mengagungkan Tuhan. Misalnya, bangsa Israel sebagai
bangsa beragama dan menyembah hanya satu Tuhan (monoteisme) adalah suatu bangsa
yang mengimani bahwa Tuhan menyatakan diri terlebih dulu dalam kehidupan mereka.
Dalam Perjanjian Lama Tuhan memanggil nabi Nuh kemudian Abraham dan keturunan-
keturunannya. Sehingga mereka dapat membentuk suatu bangsa yang beriman dan
beribadah kepada-Nya. Tuhan juga memberi petunjuk mengenai bagaimana harus
menyembah dan beribadah kepada Tuhan. Kita dapat melihat dalam kitab Imamat misalnya.
Semua hal ini dapat terjadi karena Tuhan yang memulainya. Dan tanpa inisiatif dari atas (dari
Tuhan) manusia tidak dapat beriman, beribadah dan beragama.
Contoh lain, terjadi juga dalam agama Islam. Tuhan menurunkan wahyu kepada nabi
Muhammad. Melalui wahyu yang diterimanya, Muhammad mengajarkan dan
menekankan monoteisme di tengah politeisme yang terjadi di Arab. Umat dituntun
menyembah hanya kepada Dia, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Melalui wahyu yang
diterimanya, Muhammad memiliki keyakinan untuk menobatkan orang-orang Arab yang
menyembah banyak tuhan/dewa. Dan melalui wahyu yang diturunkan Tuhan juga,
Muhammad mampu membentuk suatu umat yang beragama, beribadah dan beriman kepada
Tuhan Yang Maha Esa
Dapat disimpulkan bahwa agama dalam perspektif teologi tidak terjadi atas prakarsa
manusia, tetapi atas dasar wahyu dari atas. Tanpa inisiatif Tuhan melalui wahyu-Nya,
manusia tidak mampu menjadi makhluk religius yang beriman dan beribadah kepada Tuhan.
Jadi berbicara soal agama dalam perspektif teologi harus dimulai dengan wahyu Allah atau
penyataan yang Allah berikan kepada manusia.

9
Pertemuan 3

A. Pengertian Hakikat Martabat dan Tanggung jawab

1. Hakikat Manusia

Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan
mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai
kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah
Swt.
Dengan demikian al-Quran tidak berbicara tentang proses penciptaan manusia pertama. Yang
dibicarakan secara terinci namun dalam ungkapan yang tersebar adalah proses terciptanya
manusia dari tanah, saripati makanan, air yang kotor yang keluar dari tulang sulbi, alaqah,
berkembang menjadi mudgah, ditiupkannya ruh, kemudian lahir ke dunia setelah berproses
dalam rahim ibu.

2. Martabat Manusia

Martabat saling berkaitan dengan maqam, maksud nya adalah secara dasarnya maqam
merupakan tingkatan martabat seseorang hamba terhadap khalikNya, yang juga merupakan
sesuatu keadaan tingkatannya seseorang sufi di hadapan tuhannya pada saat dalam perjalanan
spritual dalam beribadah kepada Allah Swt.
Maqam ini terdiri dari beberapa tingkat atau tahapan seseorang dalam hasil ibadahnya yang di
wujudkan dengan pelaksanaan dzikir pada tingkatan maqam tersebut, secara umum dalam
thariqat naqsyabandi tingkatan maqam ini jumlahnya ada 7 (tujuh), yang di kenal juga dengan
nama martabat tujuh, seseorang hamba yang menempuh perjalanan dzikir ini biasanya melalui
bimbingan dari seseorang yang alim yang paham akan isi dari maqam ini setiap tingkatnya,
seseorang hamba tidak di benarkan sembarangan menggunakan tahapan maqam ini sebelum
menyelesaikan atau ada hasilnya pada riyadhah dzikir pada setiap maqam, ia harus ada
mendapat hasil dari amalan pada maqam tersebut.
Tingkat martabat seseorang hamba di hadapan Allah Swt mesti melalui beberapa proses sebagai
berikut :
1. Taubat;
2. Memelihara diri dari perbuatan yang makruh, syubhat dan apalagi yang haram;
3. Merasa miskin diri dari segalanya;
4. Meninggalkan akan kesenangan dunia yang dapat merintangi hati terhadap tuhan yang maha
esa;
5. Meningkatkan kesabaran terhadap takdirNya;
6. Meningkatkan ketaqwaan dan tawakkal kepadaNya;
7. Melazimkan muraqabah (mengawasi atau instropeksi diri);
8. Melazimkan renungan terhadap kebesaran Allah Swt;
9. Meningkatkan hampir atau kedekatan diri terhadapNya dengan cara menetapkan ingatan
kepadaNya;
10. Mempunyai rasa takut, dan rasa takut ini hanya kepada Allah Swt saja.

10
Dengan melalui latihan di atas melalui amalan dzikir pada maqamat, maka seseorang hamba akan
muncul sifat berikut :
1. Ketenangan jiwa;
2. Harap kepada Allah Swt;
3. Selalu rindu kepadaNya dan suka meningkatkan ibadahnya;
4. Muhibbah, cinta kepada Allah Swt.

3. Tanggung Jawab Manusia


Manusia di dalam hidupnya disamping sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu, juga
merupakan makhluk sosial. Di mana dalam kehidupannya di bebani tanggung jawab, mempunyai
hak dan kewajiiban, dituntut pengabdian dan pengorbanan.
Tanggung jawab itu sendiri merupakan sifat yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan
fitrah. Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan
semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam
diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar
yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab.
Inilah yang menyebabkan frekuensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda, Tanggung
jawab mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perasaan. Tanggung jawab juga berarti
berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.

B. Macam-Macam Tanggung Jawab


a. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri
Manusia dalam hidupnya mempunyai “harga”, sebagai mana kehidupan manusia
mempunyai beban dan tanggung jawab masing-masing.

b. Tanggung jawab terhadap keluarga


Keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga.
Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya.

c. Tanggung jawab terhadap masyarakat


Pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, sesuai dengan
kedudukanya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain, maka ia harus
berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini
merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota
masyarakat yang lain agar dapat melangsunggkan hidupnya dalam masyarakat tersebut.

d. Tanggung jawab terhadap Bangsa / Negara


Suatu kenyataan bahwa setiap manusia, setiap individu adalah warga negara suatu negara.
Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau
ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia tidak bisa berbuat semaunya sendiri. Bila
perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kan kepada negara.

e. Tanggung jawab terhadap Tuhan

11
Manusia mempunyai tanggung jawab langsung kepada Tuhan. Sehingga tindakan manusia
tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui
berbagai macam agama.

C. Tujuan dan Fungsi Manusia Diciptakan

1. Tujuan
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk penyembahan Allah. Pengertian penyembahan
kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual
yang tercermin salam solat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia pada hukum
Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik ibadah ritual yang menyangkut
hubungan vertical (manusia dengan Tuhan) maupun ibadah sosial yang menyangkut
horizontal ( manusia dengan alam semesta dan manusia).
Allah menciptakan manusia untuk mengenal-Nya. Jika kita mengenal Allah kita akan ikhas
beribadah kepada-Nya, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun pada manusia termasuk
pada ritual-ritual penyembahannya. Dalam hal ini Allah berfirman:
1. QS. Az-Zariyat ayat 56-58
ُ ‫الر َّزا‬
‫ق‬ ِ ‫ق َو َما أ ُ ِري ُد أَن يُ ْط ِع ُم‬
َّ َّ‫﴾ إِن‬٥٧﴿ ‫ون‬
َّ ‫َّللاَ ه َُو‬ ٍ ‫﴾ َما أ ُ ِري ُد مِ ْن ُهم ِمن ِر ْز‬٥٦﴿ ‫ُون‬ َ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِجنَّ َوا ِال‬
ِ ‫نس إِال ِليَ ْعبُد‬
﴾٥٨﴿ ُ‫ذُو ا ْلقُ َّو ِة ا ْل َمتِين‬

Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka
menyambah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah maha
pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh”.
2. QS. Al-an’am ayat 162
“Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam”
3. QS. Al-Bayinnah ayat 5
“Dan mereka telah di perintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan dengan dekimikian itulah agama yang
lurus”
Penyembahan yang sempurna dari seseorang manusia akan menjadikan dirinya sebagai
khalifah Allah di muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta. Keseimbangan alam
dapat terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh. Keseimbangan pada kehidupan
manusia tidak sekedar akan menghancurkan bagian-bagian alam semesta yang lain, inilah
tujuan penciptaan manusia di tengah-tengah alam.

12
2. Fungsi

Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah,
diantaranya adalah :
1. Belajar
Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah
yaitu Al Qur’an.
2. Mengajarkan ilmu
Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka wajib untuk mengajarkannya kepada
manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu Allah adalah Al Quran. Allah berfirman dalam
QS Al-Baqarah ayat 31-39
3. Membudayakan ilmu
4. Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan
dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya.

Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia,
yaitu :
1. Menjadi abdi Allah.
2. Menjadi saksi Allah.
3. Manusia sebagai khalifah

D. Kedudukan Manusia Diantara Makhluk yang Lainnya


Manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna, mengapa
demikian? Manusia diciptakan dari tanah dengan bermacam-macam istilah yaitu turab
( tanah ), tanah kering ( thin ), dan lain-lain. Tentunya hal ini menunjukan bahwa fisik manusia
berasal dari macam-macam bahan yang ada di dalam tanah menurut Al-Mu'minun 12-16 .
Manusia dikaruniai akal dan pikiran oleh Allah SWT, akal dan pikiran tersebut yang akan
menuntun manusia dalam menjalankan perannya.Lalu apa keistimewaan manusia dibandingkan
dengan makhluk lain ? Di banding makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan. Kelebihan
itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Salah satu kelebihan manusia adalah
kemampuan untuk bergerak di darat, di laut maupun di udara. Sedangkan binatang hanya
mampu bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang dapat hidup di darat
dan di air, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia.
Mengenai kelebihan manusia atau makhluk lain ada pada surat al-Isra ayat 70. Di samping itu
manusia memiliki akal dan hati sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa
al-Quran. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan
sebaik-baiknya. Oleh karena itu ilmunya manusia di lebihkan dari makhluk lainnya.Jika manusia
lebih istimewa dari makhluk lainnya, tentu Allah SWT mempunyai tujuan dalam penciptaan
manusia. Dalam hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan,
wakil Allah SWT di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam tentunya. Manusia
diciptakan tuhan untuk menjadi khalifahnya di bumi sangat jelas sebagaimana firman Alah
SWT.Selain untuk menjadi khalifah, manusia diciptakan oleh Allah agar ia beribadah kepada-
Nya. Pengertian ibadah di sini tidak sesempit pengertian ibadah yang dianut oleh masyarakat
pada umumnya, yakni kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji tetapi seluas pengertian
yang dikandung oleh kata memperhambakan dirinya sebagai hamba Allah. Berbuat sesuai
dengan kehendak dan kesukaan (ridha) Nya dan menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya.

13
Pertemuan 4

A. Pengertian Moral, Etika dan Akhlak Mulia

1. Akhlak

Secara bahasa bentuk jamak dari akhlak adalah khuluq, yang memiliki arti tingkah
laku, perangai dan tabiat. Secara istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong
perbuatandengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi. (Azyumadi.2002.203-
204)Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, bahwa akhlak adalah sifat yang
tertanamdalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.Dari definisi-definisi tersebut, kita dapat melihat lima ciri yang
terdapat dalam perbuatanakhlak, yaitu; pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
telah tertanam kuat dalam jiwaseseorang, sehingga telah menjadi kepribadiaannya. Kedua,
perbuatan akhlak adalah perbuatan yangdilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini
tidak berarti bahwa saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan
tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan
yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari
luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan
keputusan yang bersangkutan. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan
yangdilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima,
sejalan denganciri yang keempat perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah
perbuatan yang dilakukankarena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji
orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.

2. Moral
Secara bahasa dibentuk dari bentuk dari kata mores yang artinya adat kebiasaan. Moral
iniselalu dikaitkan dengan ajaran baik/buruk yang diterima umum/masyarakat.Moral dalam arti
istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas darisifat, perangai,
kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau
buruk.Secara umum bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan
terhadapaktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika
pengertian etika danmoral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat mengetahui
bahwa antara etika dan moralmemiliki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang
perbuatan manusia selanjutnyaditentukan posisinya apakah baik atau buruk.

3. Etika
Dalam encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi yangsitematik
mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dansebagainya.
Selain itu, etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang membahas perilaku manusiaseperti
ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya.Dengan kata
lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.Maka etika
lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan
yang dilakukan manusia untuk dikatan baik atau buruk

B. Pengertian Agama Sebagai Sumber Moral


Agama memiliki peranan penting dalam usaha menghapus krisis moral dengan menjadikan
agama sebagai sumber moral. Allah SWT telah memberikan agama sebagai pedoman dalam

14
menjalani kehidupan di dinia ini. Dalam konteks Islam sumber moral itu adalah Al-Qur’an dan
Hadits.

Menurut kesimpulan A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala Kuliah Agama bahwa ada
beberapa hal yang patut dihayati dan penting dari agama, yaitu:

1) Agama itu mendidik manusia menjadi tenteram, damai, tabah, dan tawakal

2) Agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi: berani berjuang
menegakkan kebenaran dan keadilan, sabar, dan takut berbuat dosa

3) Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh sifat-sifat mulia dan
terpuji, toleransi, dan manusiawi.

Dengan demikian peran agama sangat penting dalam kehidupan manusia, salah satunya,
sebagai sumber akhlak. Agama yang diyakini sebagai wahyu dari Tuhan sangat efektif dan
memiliki daya tahan yang kuat dalam mengarahkan manusia agar tidak melakukan
tindakan amoral.

C. Aktualisasi Agama sebagai Sumber Moral dan Akhlak Mulia

Sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik,
maka itulah yang dinamakan akhlak mulia. Jika tidak sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-
Nya, maka dinamakan akhlak tercela.

Menurut Imam Al-Ghazali ada empat sendi yang menjadi dasar bagi perbuatan-perbuatan baik,
yaitu:

1) Kekuatan ilmu yang berwujud hikmah, yaitu bisa menentukan benar dan salah

2) Kekuatan amarah yang wujudnya adalah berani, keadaan kekuatan amarah yang tunduk
kepada akal pada waktu dinyatakan atau dikekang.

3) Kekuatan nafsu syahwat (keinginan) yang wujudnya adalah iffah, yaitu keadaan syahwat
yang terdidik oleh akal.

4) Kekuatan keseimbangan di antara yang tiga di atas.

Empat sendi akhlak tersebut akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik, yaitu jujur, suka
member kepada sesame, tawadu, tabah, berani membela kebenaran, menjaga diri dari hal-hal
yang haram.

Sementara empat sendi-sendi akhlak batin yang tecela adalah :


1) Keji, pintar busuk, bodoh
2) Tidak bisa dikekang
3) Rakus dan statis
4) Aniaya

15
Keempat sendi akhlak tercela itu akan melahirkan berbagai perbuatan yang tercela yang
dikendalikan oleh nafsu seperti sombong, khianat, dusta, serakah, malas, kikir, dll. yang akan
mendatangkan malapetaka bagi diri sendiri maupun orang lain.

B. Akhlak Mulia dalam Kehidupan

1) Akhlak kepada Allah

Perwujudan akhlak kepada Allah antara lain :

 Menauhidkan, yaitu mengesakan bahwa Allah adalah pencipta, bahwa Allah yang wajib
disembah oleh kita.
 Beribadah
 Bersyukur
 Berdoa
 Berdzikir
 Tawakal, yaitu sikap pasrah kepada Allah atas ketentuannya sambil berusaha
 Mahabbah (cinta), yaitu merasa dekat dan ingat terus kepada Allah yang diwujudkan
dengan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
2) Akhlak kepada Diri Sendiri

3) Akhlak kepada Ibu, Bapak, dan Keluarga

4) Akhlak terhadap Orang/Masyarakat

Untuk dapat menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, harus disertai dengan akhlak,
antara lain:

 Membangun sikap ukhuwah atau persaudaraan


 Melakukan silaturahmi
 Ta’awun, yaitu saling tolong menolong dalam hal kebajikan
 Bersikap adil
 Bersikap pemaaf dan penyayang
 Bersikap dermawan
 Menahan amarah dan berkata yang baik (lemah lembut)
 Sikap musawah dalam arti persamaan dalam hidup bermasyarakat maupun persamaan
dalam hukum
 Tasamuh, yaitu saling menghormati
 Bermusyawarah
 Menjalin perdamaian

5) Akhlak kepada Alam

Perwujudannya yaitu :

 Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam


 Memanfaatkan alam

16
Pertemuan 5

A. Pengertian IPTEKS

IPTEK adalah singkatan dari 'ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu suatu sumber informasi yang
dapat meningkatkan pengetahuan ataupun wawasan seseorang dibidang teknologi.

B. Peran IPTEKS dalam kehidupan manusia

a) Peranan Terhadap Kebutuhan Pokok Manusia


1. Pangan (makanan)

2. Sandang ( Pakaian)
Dengan kemajuan teknologi, kita tidak perlu menunggu terlalu lama hasil serattanaman kapas
karena dengan serat sintesis, pembuat tekstil dapat dilakukan secara besar-
besaran dalam waktu yang singkat.
Dalam hal perhiasan, perkembangan IPTEK telah dapatdibuat intan sintetis, berdasar dari
struktur intan mengubah struktur heksagonal dari karbongrafit menjadi strukturtetragonal dari
intan.Sedangkan dampak negatifnya, antara lain: pemakaian serat sintetis, kalau
menjadisampah tidak dapat dihancurkan oleh bakteri-bakteri pembusuk. Namun, apabila
dibakar akanmenyebabkan menipisnya lapisan ozon dan dapat mencemarkan tanah sehingga
mengurangikesuburan tanah.

3. Papan ( Tempat tinggal)


Dengan menerapkan teknologi maju, manusia mampu membangun rumah dan
gedung pencakar langit sehingga tidak membutuhkan lahan yang luas untuk membangun
pemukiman.Disamping itu, manusia akan berusaha memanfaatkan lautan dan antariksa
sebesar-besarnya,melalui pulau pulau buatan

4. Batu Bara
Pembangkit tenaga listrik, mesin uap, bahkan sampai rumah tangga banyakmenggunakan batu
bara, meski sedikit demi sedikit tergeser oleh minyak bumi. Namun,dengan adanya kemajuan
teknologi, menyebabkan bahan tersebut dapat didaur ulang.Penambangan batu bara dapat
membahayakan manusia, karena gas oksigen sangat terbatas,sebaliknya gas-gas bumi yang
menyesakkan napas justru berlimpah.

5. Air
Kita tahu di tempat-tempat terpencil masih sangat kekurangan air. Namun,
dengan berkembangnya teknologi, air dapat menjangkau seluruh pelosok negeri ini. Air sangat
besarmanfaatnya bagi kehidupan manusia, tidak hanya untuk diminum, tetapi juga bisa sebagai
sarana transportasi, wisata, olahraga dan menjadi sumber pembangkit listrik yang
mempunyai peranan besar pada kehidupan sehari-hari.

6. Hutan dan Hewan


Hutan dan hewan merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui. Sayangnya,teknologi
modern justru mengakibatkan sumber daya tersebut menjadi tidak lagi dapatdiperbaharui.
Contohnya:Penebangan hutan yang semena-mena menyebabkan tanah gunduldan erosi.
Contoh lainnya, penangkapan ikan memakai pukat harimau mengancamkelangsungan hidup
ikan.

17
7. Tanah
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan alam dan teknologi, manusia mampumenentukan jenis
tanah, unsur-unsur yang diperlukan tanaman sehinga dapat
memberikan pupuk yang paling tepat. Namun, jika tanah dibiarkan dalam keadaan kosong dan
terkenaerosi terus menerus hingga kesuburannya hilang, tanah akan menjadi rusak.

C. Dampak positif dan negatif perkembangan IPTEKS

Positif :

1. Membuat sesuatu menjadi lebih mudah.


2. Meringankan masalah yang sedang di hadapi oleh seseorang.
3. IPTEK membawa kita menuju jaman modern.
4. Mengurangi bahan alami yang semakin kini semakin langka dan habis.

Negatif :

1. Dapat merusak moral


Ini dapat merusak moral seseorang karena dapat menjadi suatu media yang mempengaruhi
seseorang karena ada konten yang berbau negative dan sebagainnya.

2. Dapat membuat polusi


Ini dapat menimbulkan polusi karena iptek memerlukan banyak perkembangan yang pada saat
berkembang iptek akan banyak mempengaruhi pencemaran polusi.

3. Dapat membuat orang malas


Iptek dapat membuat seseorang berkerja menjadi mudah dan dapat membuat Manusia jadi di
manjakan dan akhirnya menjadi malas.

D. Agama dan IPTEKS

Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan iptek:


(a) berseberangan atau bertentangan, (b) bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara
damai,(c) tidak bertentangan satu sama lain, (d) saling mendukung satu sama lain, agama
mendasari pengembangan iptek atau iptek mendasari penghayatan agama.

Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa yang dianggap
benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula
sebaliknya.Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari
keyakinan akankebenaran agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari
keyakinan akan kebenaran ilmu pengetahuan. Orang yang ingin menekuni ajaran agama akan
cenderung untuk menjauhi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan oleh manusia.

Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika kebenaran
iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat disangkal sementara
keyakinan akankebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah menerima
kebenaran keduanya dengananggapan bahwa masing-masing mempunyai wilayah kebenaran
yang berbeda. Kebenaran agamadipisahkan sama sekali dari kebenaran ilmu

18
pengetahuan. Konflik antara agama dan ilmu, apabila terjadi,akan diselesaikan dengan
menganggapnya berada pada wilayah yang berbeda. Dalam pola hubunganseperti ini,
pengembangan iptek tidak dikaitkan dengan penghayatan dan pengamalan agama
seseorangkarena keduanya berada pada wilayah yang berbeda. Baik secara individu maupun
komunal, pengembangan yang satu tidak mempengaruhi pengembangan yang lain. Pola
hubungan seperti ini dapatterjadi dalam masyarakat sekuler yang sudah terbiasa untuk
memisahkan urusan agama dari urusannegara/masyarakat.

E. Arah perkembangan IPTEKS yang diharapkan dan bermanfaat


Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini pada umumnya adalah negara-
negara berkembang atau negara terkebelakang, yang lemah secara ekonomi dan juga lemah
atau tidakmenguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan sains-teknologi. Karena nyatanya
saudara-saudaraMuslim kita itu banyak yang masih bodoh dan lemah, maka mereka kehilangan
harga diri dankepercayaan dirinya. Beberapa di antara mereka kemudian menjadi hamba
budaya dan pengikut butakepentingan negara-negara Barat. Mereka menyerap begitu saja
nilai-nilai, ideologi dan budaya materialis (‘matre‘) dan sekular (anti Tuhan) yang dicekokkan
melalui kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi Barat. Akibatnya krisis-krisis sosial-
moral dan kejiwaan pun menular kepada sebagian besar bangsa-bangsa Muslim.

Kenyataan memprihatikan ini sangat ironis. Umat Islam yang mewarisi ajaran suci Ilahiah
dan peradaban dan Iptek Islam yang jaya di masa lalu, justru kini terpuruk di negerinya sendiri,
yangsebenarnya kaya sumber daya alamnya, namun miskin kualitas sumberdaya manusianya
(pendidikan danIpteknya). Ketidakadilan global ini terlihat dari fakta bahwa 80% kekayaan
dunia hanya dikuasai oleh 20% penduduk kaya di negara-negara maju. Sementara 80%
penduduk dunia di negara-negara miskin hanyamemperebutkan remah-remah sisa makanan
pesta pora bangsa-bangsa negara maju.Ironis bahwa Indonesia yang sangat kaya dengan
sumber daya alam minyak dan gas bumi, justrumengalami krisis dan kelangkaan BBM.

Ironis bahwa di tengah keberlimpahan hasil produksi gunungemas-perak dan tembaga serta
kayu hasil hutan yang ada di Indonesia, kita justru mengalami kesulitandan krisis ekonomi,
kelaparan, busung lapar, dan berbagai penyakit akibat kemiskinan rakyat. Kemanaharta
kekayaan kita yang Allah berikan kepada tanah air dan bangsa Indonesia ini? Mengapa kita
menjadinegara penghutang terbesar dan terkorup di dunia?

Kenyataan menyedihkan tersebut sudah selayaknya menjadi cambuk bagi kita bangsa
Indonesiayang mayoritas Muslim untuk gigih memperjuangkan kemandirian politik, ekonomi
dan moral bangsadan umat. Kemandirian itu tidak bisa lain kecuali dengan pembinaan mental-
karakter dan moral (akhlak) bangsa-bangsa Islam sekaligus menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dilandasi keimanan-taqwa kepada Allah SWT. Serta melawan pengaruh
buruk budaya sampah dari Barat yang Sekular, Matredan hedonis (mempertuhankan
kenikmatan hawa nafsu).

19
Pertemuan 6

A. Pengertian kerukunan antar umat beragama


kondisi dimana antar umat beragama dapat saling menerima, saling menghormati keyakinan
masing-masing, saling tolong menolong, dan bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama.

B. Urgensi kerukunan antar umat beragama


Budaya kerukunan beragama sesungguhnya sudah menjadi bagian dari sejarah panjang Bangsa
Indonesia yang telah mampu menunjukkan kerukunan beragama yang begitu indah dan
menyejukkan. Kerukunan tersebut menyangkut tiga aspek (internal umat beragama,
antarumat beragama dan umat beragama dengan pemerintah). Perbedaan agama yang ada di
tengah masyarakat tidak menjadi penghalang untuk hidup berdampingan dan saling
menghormati. Ketika Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, para tokoh pendiri
bangsa ini juga dengan arif dan penuh toleransi telah menyusun dasar negara dan UUD 1945
yang memiliki komitmen kuat pada persatuan di tengah perbedaan yang ada.

Upaya memahami perbedaan tanpa mengganggu ibadah, mungkin perlu dilakukan. Dengan
demikian bisa muncul kerelaan untuk menghargai kelompok lain yang berbeda paham,
sehingga benih-benih kerukunan akan tumbuh semakin indah. Tugas berat inilah menjadi
tantangan Kementerian Agama ke depan agar terwujud kerukunan yang semakin kokoh di
tengah masyarakat.

C. Jenis-jenis kerukunan antar umat beragama

a. Kerukunan antar pemeluk agama yang sama, yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin
antar masyarakat penganut satu agama. Misalnya, kerukunan sesama orang Islam atau
kerukunan sesama penganut Kristen. Kerukunan antar pemeluk agama yang sama juga
harus dijaga agar tidak terjadi perpecahan, walaupun sebenarnya dalam hal ini sangat
minim sekali terjadi konflik.
b. Kerukunan antar umat beragama lain, yaitu suatu bentuk kerukunan yang terjalin antar
masyarakat yang memeluk agama berbeda-beda. Misalnya, kerukunan antar umat Islam
dan Kristen, antara pemeluk agama Kristen dan Budha, atau kerukunan yang dilakukan
oleh semua agama. Kerukunan antar umat beragama lain ini cukup sulit untuk dijaga.
Seringkali terjadi konflik antar pemeluk agama yang berbeda.

D. Manfaat dan kendala kerukunan antar umat beragama


Manfaat :
 Terciptanya suasana yang damai dalam bermasyarakat
 Toleransi antar umat Beragama meningkat
 Menciptakan rasa aman bagi agama – agama minoritas dalam melaksanakan ibadahnya
masing masing
 Meminimalisir konflik yang terjadi yang mengatasnamakan Agama

20
Kendala :
1) Rendahnya Sikap Toleransi
2) Kepentingan Politik
3) SikapFanatisme

E. Kerukunan antar umat beragama di Indonesia


Kerukunan merupakan hal penting buat kita semua di tengah-tengah perbedaan. Perbedaan
yang ada tidak menjadi hambatan untuk hidup rukun antar umat beragama. Kerukunan harus
bersifat Dinamis ,Humanis Demokratis. Dinamis yang dimaksud adalah semangat untuk
mengembangkan sikap kerukunan. Berbagai jalan pikiran yang berbeda yang memfokuskan
dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah-masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan
manusia. Mengutamakan persamaan hak ,kewajiban,dan perlakuan bagi semua warga
negara agar kerukunan beragama dapat dilaksanakan dengan baik dan tidak merugikan
kalangan manapun.
Karena, semua Agama mengajarkan kedamaian kerukunan terhadap agama lain agar
kehidupan didunia ini tentram. Di Indonesia terdapat 6 agama yang di akui oleh negara yakni
Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, Budhha, Kong Hu Chu (konfusius). Oleh karena itu, masing-
masing agama harus mengajarkan toleransi yang tinggi agar mendapat kerukunan yang tidak
saling menjatuhkan antara umat beragama.
Dalam keragaman inilah diperlukan toleransi bagi semua rakyat Indonesia tersebut. Toleransi
adalah sikap yang saling menghargai kelompok-kelompok atau antara individu dalam
masyarakat atau ruang lingkup lainnya. Toleransi yakni suatu perbuatan yang melarang
terjadinya diskriminasi sekalipun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda
dalam masyarakat. Toleransi ini bisa terlihat jelas pada agama,toleransi agama sering kali kita
jumpai di masyarakat. Adanya toleransi agama menimbulkan sikap saling menghormati
masing-masing pemeluk agama lainnya.
Toleransi antar umat beragama yaitu menyakini bahwa agamaku adalah agamaku dan
agamamu adalah agamamu tetapi disini harus saling respect / menghargai agama orang lain
dan tidak boleh memaksakan orang lain untuk menganut agama kami. Serta kami tidak
diperbolehkan untuk menjatuhkan, mengejek-ngejek dan mencela agama orang lain dengan
alas an apapun karena sejatinya kita adalah sama-sama manusia yang hidup berdampingan.
Sepanjang sejarah agama dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat dengan
memupuk persaudaraan dan semangat kerjasama antar anggota masyarakat. Namun sisi
yang lain, agama juga dapat sebagai pemicu konflik antar masyarakat beragama. Ini adalah
sisi negatif dari agama dalam mempengaruhi masyarakat di Indonesia. Terdapat beberapa
hal yang dapat menimbulkan konflik seperti konflik internal dari umat agamanya sendiri
maupun konflik antar agama.

21
Pertemuan 7

A. Pengertian masyarakat beradab dan sejahtera


Masyarakat beradab dan sejahtera mempunyai maksud bahwa masyarakat yang dikehendaki
adalah masyarakat yang kumpulan manusianya terdiri dari orang-orang yang halus, sopan, dan
baik budipekertinya agar masyarakat tersebut selamat dan bebas dari gangguan maupun
kesukaran.

B. Masyarakat madani menuju masyarakat beradab dan sejahtera

Masyarakat Madani adalah suatu komunitas masyarakat yang memiliki kemandirian aktivitas
warga masyarakatnya yang berkembang sesuai dengan potensi budaya, adat istiadat, dan
agama, dengan mewujudkan dan memberlakukan nilai-nilai keadilan, prinsip kesetaraan
(persamaan), penegakan hukum, jaminan kesejahteraan, kebebasan, kemajemukan (puralisme),
dan perlindungan terhadap kaum minoritas.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekhasan sosial-budaya. Merupakan fakta
historis bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk, yang terdiri dari beragam
suku, budaya, bahasa dan agama. Masing-masing suku, budaya, dan bahasa memiliki satu
sistem nilai yang berbeda. Kemajemukan ini akan menjadi bencana dan konflik yang
berkepanjangan jika tidak dikelola dengan baik. Kebhinekaan dan kearifan budaya lokal inilah
yang harus dikelola sehingga menjadi basis bagi terwujudnya Masyarakat Madani, karena
Masyarakat Madani Indonesia harus dibangun dari nilai-nilai yang ada didalamnya, bukan dari
luar.

C. Peran umat beragama dalam mewujudkan masyarakat beradab dan sejahtera


1. Taat akan hukum dan peraturan yang berlaku.
2. Mendoakan bangsa, masyarakat dan pemerintah.
3. Menyatakan yang sebenarnya.
4. Menjauhkan sikap mental negatif.
5. Menjauhkan sikap yang menonjolkan kelompok mayoritas atau minoritas
D. Aktualisasi ajaran agama dalam menciptakan masyarakat beradab dan sejahtera

Sebagai bangsa yang berketuhanan, Indonesia sedang menghadapi pelbagai problem


kebangsaan berupa radikalisme agama, rendahnya kualitas pendidikan hingga krisis moral.
Energi agama idealnya mampu diaktualisasikan secara positif dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Namun, masih tingginya kasus korupsi, tindakan kriminal dan terorisme
menjadi bukti belum maksimalnya pengamalan nilai-nilai agama. Umat beragama justru kerap
bersikap kontradiktif secara diametral dengan ajaran agama. Agama mengajarkan penghargaan

22
kemanusiaan, sementara pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) masih sering terjadi. Agama
menganjurkan persaudaraan, umat seringkali menjadikan agama sebagai alat bertikai. Tak salah
ajaran agama justru kerap disebut kehilangan hakikatnya sebagai spiritualitas yang menebarkan
rahmah (kasih sayang).

Pertemuan 8
A. Pengertian HAM dan demokrasi

Ham

hak dasar atau hak pokok yang dibawa oleh manusia sejak lahir yang secara kodrat melekat pada
setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat karena merupakan anugerah Tuhan YME.

Demokrasi

bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan
keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.

B. Macam-macam HAM

1. Hak Asasi Pribadi


2. Hak Asasi Politik
3. Hak Asasi Hukum
4. Hak Asasi Ekonomi
5. Hak Asasi Peradilan
6. Hak Asasi Sosial Budaya

C. Membangun negara demokratis


Di dalam sistem demokrasi, rakyat merupakan pemegang kendali penuh. Suatu undang-
undang disusun dan diubah berdasarkan opini atau pandangan masyarakat. Setiap peraturan
yang ditolak oleh masyarakat, maka dapat dibuang, demikian pula dengan peraturan baru
yang sesuai keinginan dan tujuan masyarakat itu sendiri dapat disusun dan diterapkan.
Berbeda halnya dengan sistem Islam, seluruh kendali maupun hasil keputusan berpatokan
pada hukum Allah SWT. Masyarakat tidaklah diberi kebebasan menetapkan suatu peraturan
apapun kecuali peraturan tersebut sesuai dengan hukum Islam. Demikian juga dalam
permasalahan ijtihadiyah, suatu peraturan dibentuk sesuai dengan hukum-hukum politik
yang sesuai dengan syari’at Islam. Kewenangan majelis syura dalam Islam terikat dengan
nash-nash syari’at dan ketaatan kepada ulil amr (pemerintah). Syura (Musyawarah) terbatas
pada permasalahan yang tidak memiliki nash (dalil tegas) atau permasalahan yang memiliki
nash namun memiliki indikasi beberapa pemahaman. Adapun permasalahan yang memiliki
nash yang jelas dan dengan indikasi hukum yang jelas, maka syura tidak lagi diperlukan. Syura
hanya dibutuhkan dalam menentukan mekanisme pelaksanaan nash-nash syari’at.

23
D. Peran umat beragama dalam menegakkan HAM dan demokrasi di Indonesia

1. melalui dialog untuk mengikis kecurigaan dan menumbuhkan saling pengertian,


2. melakukan studi-studi agama,
3. menumbuhkan kesadaran pluralisme, dan
4. menumbuhkan kesadaran untuk bersama-sama mewujudkan masyarakat madan.

Pertemuan 9

A. PENGERTIAN AGAMA SEBAGAI SUMBER HUKUM

Sebagai sistem hukum, hukum Islam tidak boleh dan tidak dapat disamakan dengan sistem
hukum yang lain yang pada umumnya berasal dari kebiasaan masyarakat dan hasil pemikiran
manusia dan budaya manusia. Hukum Islam tidak hanya merupakan hasil pemikiran yang
dipengaruhi oleh kebudayaan manusia di sutu tempat tapi dasarnya ditetapka oleh Allah
melalui wahyu-Nya

B. MEMAHAMI KONSEP DASAR TAAT TERHADAP HUKUM TUHAN DAN FUNGSI PROFETIK
AGAMA

Fungsi utama hukum Islam adalah untuk beribadahkepada Allah SWT. Hukum Islam adalah
ajaran Allahyang harus dipatuhi umat manusia, dankepatuhannya merupakan ibadah yang
sekaligus juga merupakan indikasi keimanan seseorang.

Fungsi profetik agama adalah bahwa agama sebagai sarana menuju kebahagiaandan juga
memuat peraturan-peraturanyang mengondisikan terbentuknya batinmanusia yang baik, yang
berkualitas, yaitumanusia yang bermoral (agama sebagaisumber moral)

C. PENGERTIAN HUKUM ATURAN NEGARA

Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk
mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya kekacauan.

D. AKTUALISASI AJARAN AGAMA DALAM MENCIPTAKAN MASYARAKAT YANG TAAT HUKUM


AGAMA DAN HUKUM ATURAN AGAMA

Sebagai penganut agama yang taat seseorang tentu wajib mempelajari ajaran agama yang
dianutnya. Belajar bisa melalui guru agama, menghadiri pengajian dan membaca buku agama

24
mungkin juga menggunakan sistem online. Dalam belajar memperdalam agama seseorang akan
memahami tentang perintah dan larangan bagi penganutnya.

PERTEMUAN 10

A. PENGERTIAN KETERBUKAAN DAN KEADILAN


 Keterbukaan yaitu suatu sikap dan perasaan untuk selalu bertoleransi serta
mengungkapkan kata-kata dengan sejujurnya sebagai landasan untuk berkomunikasi.
 Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik
menyangkut benda atau orang.

B. URGENSI SIKAP KETERBUKAAN DAN ADIL DALAM KEHIDUPAN

Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pemerintahan atau dalam


pelaksanaan pembangunan.

C. AKTUALISASI KETERBUKAAN DAN KEADILAN DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN


BERNEGARA

Keterbukaan dan adanya jaminan keadilan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lain. Munculnya sebuah keterbukaan berawal dari adanya sebuah
kejujuran di dalam melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara ataupun sebagai
pejabat negara.

D. KETERBUKAAN DAN KEADILAN DALAM PANDANGAN AGAMA

Keterbukaan atau transparansi adalah tindakan yang memungkinkan suatu persoalan menjadi
jelas mudah dipahami dan tidak disangsikan lagi kebenarannya.

Keadilan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berasal darai kata adil yang berarti
kejujuran, kelurusan dan keikhlasan dan tidak berat sebelah, tidak memihak, tidak sewenang-
wenang.

25
PERTEMUAN 11

A. PENGERTIAN POLITIK

Politik adalah suatu proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat
dimana wujudnya adalah proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Definisi
politik juga dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan, baik secara
konstitusional maupun non-konstitusional.

B. AGAMA DAN PERILAKU POLITIK

Dari perjalanan sejarah politik di Indonesia, para politisi dari beragam ideologi selalu
menjadikan agama sebagai pertimbangan untuk mengembangkan kebijakan politik mereka.
Dalam hal ini, politisi yang berlatar belakang agama dengan ideologi kanan mendirikan partai
agama dan yang berlatar belakang agama substantif mengusung nilai-nilai ajaran agama yang
dikemas dalam partai terbuka.

C. ORMAS AGAMA SEBAGAI KEKUATAN POLITIK DAN BERADAB

Selain menjembatani aspirasi masyarakat dengan negara, publik mengapresiasi peran ormas
sebagai perekat ikatan sosial warga negara. Tujuan ormas yang bermuara pada kemaslahatan
masyarakat menjadi penegas kontribusi ormas pembangunan anak negeri.

D. NILAI AGAMA DAN BUDAYA POLITIK

Nilai agama adalah segala bentuk peraturan hidup yang harus diterima oleh setiap manusia
sebagai perintah, larangan, dan ajaran yang bersumber dari Tuhan, jika dilanggar akan
mendapat siksa dari Tuhan di akhirat nanti.

26
Budaya politik adalah pola perilaku suatu masyarakat dan orientasinya terhadap kehidupan
berpolitik, baik itu penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat
istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati setiap individu di dalam masyarakat sehari-hari.

PERTEMUAN 12

A. PENGERTIAN KESATUAN DAN PERSATUAN BANGSA

Kesatuan bangsa Indonesia berarti satu bangsa Indonesia dalam satu jiwa bangsa seperti yang
diputuskan dalam kongres Pemuda pada tahun 1928 dalam keadaan utuh dan tidak boleh
kurang, baik sebagai subyek maupun obyek dalam penyelenggaraan kehidupan nasional.

Persatuan bangsa berarti gabungan suku-suku bangsa yang sudah bersatu. Dalam hal ini,
masing-masing suku bangsa merupakan kelompok masyarakat yang memiliki ciri-ciri tertentu
yang bersatu.

B. URGENSI PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA

Generasi muda Indonesia harus dapat manjaga kesatuan dan persatuan dan keutuhan bangsa
serta mengisi kemerdekaan dengan kegiatan-kegiatan positif yang dapat mempersatukan
bangsa dan juga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

C. SIKAP TOLERANSI DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA

Penerapan sikap toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat menimbulkan
sikap saling menghormati dan ketenteraman serta kedamaian. Dengan demikian, program
pembangunan yang telah dicanangkan dapat berjalan dengan baik.

D. UPAYA AGAMA DALAM MEWUJUDKAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA


 Mengembangkan sikap saling menghargai dan menerima adanya perbedaan
 Menghormati kesetaraan antara pemeluk agama satu dengan yang lainnya dan
memahami bahwa semua memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara
 Sesama warga negara harus mempunyai keinginan untuk saling melindungi dan menjaga
dengan tidak memandang agama yang dianut

27
PERTEMUAN 13

A. PENGERTIAN BUDAYA AKADEMIK DAN ETOS KERJA

Budaya Akademik dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari kehidupan dan kegiatan
akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat akademik, di
lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.

Etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau
sesesuatu kelompok.

B. KONSEP DAN CIRI-CIRI BUDAYA AKADEMIK

 penghargaan terhadap pendapat orang lain secara obyektif;


 pemikiran rasional dan kritis-analitis dengan tanggungjawab moral;
 kebiasaan membaca;
 penambahan ilmu dan wawasan;
 kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat;
 penulisan artikel, makalah, buku;
 diskusi ilmiah;
 proses belajar-mengajar, dan
 manajemen perguruan tinggi yang baik

28
PERTEMUAN 14

A. PENGERTIAN TENAGA KESEHATAN PREFSIONAL

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan, serta
memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

B. PENGERTIAN INTEGRITAS

Integritas adalah kualitas kejujuran dan prinsip moral di dalam diri seseorang yang
dilakukan secara konsisten dalam kehidupannya secara menyeluruh. Integritas adalah
suatu kepribadian seseorang yang bertindak secara konsisten dan utuh, baik dalam
perkataan maupun perbuatan, sesuai dengan nilai-nilai dan kode etik.

C. PERAN INTERNALISASI AGAMA BAGI SEORANG TENAGA KESEHATAN

Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas
lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang memakan makanan yang
baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan
merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang.

29
PERTEMUAN 15

A. FUNGSI DAN TUJUAN ETOS KERJA


 Untuk mendorong timbulnya tingkah laku
 Untuk membuat bergaiarh dalam kegiatan
 Untuk menggerakkan

B. BUDAYA AKADEMIK DAN ETOS KERJA DALAM PERSPEKTIF AGAMA

Tanpa melakukan kegiatan-kegiatan akademik, seorang tidak akan memperoleh nilai-nilai


normative akademik. Bisa saja ia mampu berbicara tentang norma dan nilai-nilai akademik
tersebut didepan forum namun tanpa proses belajar dan latihan. Etos kerja berfungsi
sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan individu.

30

Anda mungkin juga menyukai