HADIS
(KAJIAN SURAH AL-IMRAN AYAT 104)
MAKALAH
Dipresentasikan dalam Seminar Kelas Semester II Program Pasca Sarjana UIN Alauddin
Makassar pada Mata Kuliah Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis
Oleh:
8010017052
Dosen Pemandu
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena telah
“Kajian Ayat Surah al-Imran Ayat104” sebagai tugas individu Mata Kuliah “Dakwah
dalam Prespektif Al-Quran dan Hadis”. Tidak lupa pula penulis mengucapkan
terimah kasih kepada dosen yang telah membimbing kami mengenai berbagai macam
konsep tersebut penulis mampu menyesuaikan makalah ini sebagai aplikasi yang
telah diterimah dalam mengikuti mata kuliah Dakwah dalam Prespektif Al-Quran dan
Hadis. Semoga makalah yang jauh dari sempurna ini memberikan manfaat bagi kita
semua. Amiin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 15
B. Implikasi .......................................................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah tidak dapat disangkal lagi, bahwa pedoman dasar dakwah Islamiyah,
yaitu Al-Quran dan Hadis. Dalam kehidupan kita sebagai manusia yang diciptakan
sempurnalah manusia itu jika belum hidup rukun berdampingan menghormati satu
kewajiban untuk menyampaikan apa yang diterima dari Rasulullah SAW. Hal ini
berkenaan bahwa berdakwah harus dan boleh dilakukan oleh siapa saja yang
islam. Oleh karena itu aktivitas dakwah bermula dari kesadaran diri sendiri dahulu,
apa yang dilakukan oleh orang lain menjadi bahan dakwah seseorang karena esensi
dari makna dakwah itu sendiri, aktivitas yang dipahami sebagai upaya untuk
memberikan dorongan atau motivasi secara islam terhadap berbagai masalah dalam
kehidupan di dunia ini. Maka dari itu sebagai pendakwah hendaklah mengetahui
kajian-kajian keislaman, baik menyangkut kajian ayat maupun kajian hadis, terutama
yang berkaitan dengan dakwah itu sendiri, seperti salah satu ayat dalam al-Quran
1
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari Dosen pemandu.
Selain itu penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk lebih memahami tentang
sesuatu yang berkaitan dengan al-Quran, surah al-Imran ayat 104 tentunya dalam
perspektif dakwah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dakwah
Dakwah menurut etimologi berasal dari Bahasa Arab, yaitu dari kata دعا, -
dan melayani.1 Selain itu, juga bermakna mengundang, menuntun dan menghasung.
Sementara dalam bentuk perintah atau fi‟il amr yaitu ادعyang berarti ajaklah atau
serulah.2
Beberapa definisi dakwah menurut para ahli, menurut Abu Bakar Zakari
mengatakan dakwah adalah usaha para ulama dan orang-orang yang memiliki
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tentang hal-hal yang mereka butuhkan
bukan kejalan dai atau kaumny, tiada bagi dai dari dakwah yang dilakukan, kecuali
1
Mahmud Yunus, Pedoman Dakwah Islamiyah, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1965), h.127.
2
H. Abdullah, Ilmu Dakwah, (Bandung: Citapustaka Media, 2015), hlm.4.
3
Abu Bakar Zakari, Ila al-Islam, (Al-Kahira,Maktabah Dar al-Urubiyat, 1962), h. 8.
4
Sayyed Qutub, Fi Zilalil Quran,(Cet. X, Jilid IV.Beirut: Dar al-Syuruq, 1982), h.2301-2302.
3
4
menyuruh mereka berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan mungkar agar
keinsafan, atau usaha mengubah situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik
Dengan bentuk lisan dan perbuatan penyampaian pesan tersebut akan mempengaruhi
seorang mad‟u menjadi lebih baik di kehidupan sehari-hari sehingga kelak akan
maka gugur bagi yang lainnya. Kata Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam risalah
Para salaf mengatakan, telah disepakati bahwa amar ma‟ruf nahi munkar itu
wajib bagi insan. Namun wajibnya adalah fardhu kifayah, hal ini sebagaimana jihad
dan mempelajari ilmu tertentu serta yang lainnya. Yang dimaksud fardhu kifayah
adalah jika sebagian telah memenuhi kewajiban ini, maka yang lain gugur
5
Moh, Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2004), hlm. 11-14.
6
Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1992), h.304.
5
begitu pula oleh orang yang asalnya mampu namun saat itu tidak bisa untuk
melakukan amar ma‟ruf nahi mungkar yang diwajibkan. Jika ada orang yang ingin
beramar ma‟ruf nahi mungkar, wajib bagi yang lain untuk membantunya hingga
manusia, sesuai dengan kewajiban kita yang disugestikan oleh Rasulullah SAW agar
selalu membaca Al-Qur‟an. Berawal dari kewajiban umat Islam terhadap Al-Quran
2. Membacanya, kewajiban umat Islam jika sudah mempelajari dan wajib untuk
membaca Al-Quran.
Al-Quran.
dalam Al-Quran sangat berpengaruh untuk memberikan efek yang baik bagi
7
Risalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Al Majmu’atul ‘Aliyyah min Kutub wa Rosail wa Fatawa
Syaikhul Islam Ibni Taimiyah, (Dar Ibnil Jauzi, Cet. pertama, Muharram, 1422), h.62-63.
6
objek dakwah, wajib bagi umat Islam untuk mendakwahkan isi atau kandungan
di dalam Al-Quran.8
“Kewajiban yang mengenai individu itu bertingkat sesuai pada kemampuan, tingkat
diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw untuk menjadi pedoman hidup
manusia terkait dengan akidah, akhlak dan aspek-aspek kehidupan manusia lainnya.
Islam merupakan agama dakwah, pada dasarnya agama islam agama yang
manusia selalu menyerahkan diri kepada Allah swt. Pada sisi lain menurut A. Hasjmy
bahwa dakwah harus mampu memberi pemahaman kepada umat manusia untuk
menjadikan Al-Quran sebagai jalan hidup mereka. 9 Dengan demikian, orang yang
mengambil pedoman dari Allah menjadikan ini jalan hidupnya, tidak akan sesat dan
tidak akan celaka, dan sebaliknya orang yang berpaling dari pedoman Allah dan
mengambil ajaran manusia, dia akan sesat terus dan akan celaka.
8
H. Abdullah, Ilmu Dakwah, (Bandung: Citapustaka Media, 2015), h.56.
9
A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Quran, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 194.
7
pahala dan pembawa berita siksa, dengan tugas memperkenalkan Allah kepada
seluruh manusia dan membimbing mereka kejalan lurus. Jalan yang lurus, yaitu jalan
kebaikan sesuai yang disyari‟atkan Allah swt. Tetapi tabiatnya manusia, manusia
sering menuju ke arah kesalahan dan sering-sering pula hawa nafsu mengalahkan
mereka.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,
merekalah orang-orang yang beruntung.”10
Tafsir Kalimat
1. ن
Perkataan ن terdiri dari tiga kata , yang berarti dan yang berarti
hendaklah, dan ن berasal dari ون ا – ي و – ا yang berarti ada, keadaan atau
menjadi. Dengan demikian ن bisa berma‟na hendaklah ada, atau hendaklah
menjadi. Perkataan menurut al-Zuhayli lafazh ن berarti sebagian, karena apa
10
Mohammad Taufiq, Qur’an in Word. Versi 1.3. http://taufiqproduct.com/download/7/
download-quran-in-ms-word-version-22.html.
8
yang disebutkan berikut sesuatu yang hukumnya fardlu kifayah. Apa yang diperintah
dalam ayat ini tidak dapat dilakukan oleh setiap umat tidak layak dilakukan individu,
seperti yang tidak punya ilmu.11 Tegasnya ayat ini mengatur pembagian tugas dalam
satu kesatuan umat. Namun menurut al-Baydlawi bisa juga difahamai sebagai ن
bayani atau penjelas yang mengisyaratkan perintah pada satu umat.12 Yang dimaksud
dengan adalah kelompok yang terikat oleh ikatan yang jelas sehingga terhimpun
satu kesatuan.
mengajak pada al-Khair adalah berda‟wah menyeru manusia pada al-Islam, mengajar
mereka untuk memahami dan melaksanakan syari‟ahnya. Jelaslah bahwa al-Khair itu
yang telah dianggap benar dan baik oleh syar‟ah, walau bisa jadi anggota msyarakat
ada yang menganggapnya tidak baik. Namun al-Zuhayli memehamai al-Khair sebagai
segala yang mengandung manfaat dan kemaslahatan bagi manusia, baik dalam
keagamaan. Orang yang dapat menjalankan tugas da‟wah semacam ini tentu saja
yang sudah memiliki ilmu. Tidak mungkin orang awam tanpa ilmu dapat
11
Wahabah al-Zuhaili, al-Tafsir Al-Munir, Juz.IV h.32.
12
Tafsir al-Baydlawi, tentang surat al-Nisa:77.
13
Jami al-Bayan, IV h.38.
9
menjalankan tugas da‟wah secara baik. Inilah komponen umat yang tugasnya
tafaqquh fi al-Din,
munkar.
Ibn al-Jauzi al-Ma‟ruf adalah apa yang telah diakui kebenaran dan kebaikan
oleh oranag yang berfikir jernih berakal sehat. Sedangkan al-Munkar adalah lawan
dari al-Ma‟ruf. Berbeda dengan al-Khair mesti dilakukan dengan da‟wah, tidak bisa
perintah. Perintah biasa mengandung unsur pemaksaan. Oleh karena itu amar ma‟ruf
nahy munkar hanya bisa dilaksanakan oleh yang memiliki kekuasaan. Amar ma‟ruf
umat menginginkan hidupnya sukses mesti terhimpun menjadi umat yang baik terdiri
dari tiga satuan tugas yaitu yang berda‟wah, yang amar ma‟;ruf dan nahi munkar.
Kaum muslimin yang seakidah itu harus terhimpun dalam umatan wahidah, yang
kekuasaan dan kewenangannya. Komponen umat, berdasar ayat tersebut antara lain,
pada al-Khair yaitu yang membawa kemaslahatan hidup bermasyarakat dan beragama.
Kedua umara, eksekutif, mulai dari presiden hingga lurah bertanggung jawab
memerintah yang ma‟ruf, yaitu segala sesuatu yang dianggap baik oleh manusia dan
sesuai dengan ajaran syari‟ah Islam. Komponen ketiga adalah aparat hukum,
10
memberantas kemunkaran. Seluruh rakyat pun termanag oleh ketiga komponen besar
tersebut. Tidak satu pun individu muslim yang tidak terlibat pada tanggung jawab
Asbabun Nuzul dari ayat diatas: Pada zaman jahiliyah sebelum Islam ada dua
suku yaitu, Suku Aus dan Khazraj yang selalu bermusuhan turun temurun selama 120
tahun, permusuhan kedua suku tersebut berakhir setelah Nabi Muhammad SAW
mendakwahkan Islam kepada mereka, pada akhirnya suku Aus yakni kaum Anshar
dan suku Khazraj hidup berdampingan secara damai dan penuh keakraban. Suatu
ketika Syas Ibn Qais seorang Yahudi melihat suku Aus dengan suku Khazraj duduk
bermusuhan, Qais tidak suka melihat keakraban dan kedamaian mereka, lalu dia
menyuruh seorang pemuda Yahudi duduk bersama suku Aus dan Khazraj untuk
menyinggung perang Bu‟ast yang pernah terjadi antara Aus dan Khazraj lalu masing-
maki dan mengangkat senjata, dan untung Rasulullah SAW yang mendengar
peristiwa tersebut segera datang dan menasehati mereka: “Apakah kalian termakan
fitnah jahiliyah itu, bukankah Allah telah mengangkat derajat kamu semua dengan
agama Islam, dan menghilangkan dari kalian semua yang berkaitan dengan
jahiliyah?”. Setelah mendengar nasehat Rasul, mereka sadar, menangis dan saling
14
Saifuddinasnm.com/2013/04/16/ali-imran104-satuan-tugas-umat/. diakses pada tanggal
05 agustus 2018.
11
jika tidak ada yang mengingatkannya atau tidak dia ulang-ulangi mengerjakannya. Di
sisi lain, pengetahuan dan pengamalan saling berkaitan erat, pengetahuan mendorong
terlihat dalam kenyataan hidup merupakan guru yang mengajar individu dan
kata yang berbeda (mengajak dan memerintah) menunjukan keharusan adanya dua
kelompok dalam masyarakat Islam. Kelompok pertama yang bertugas mengajak dan
kelompok kedua bertugas memerintah dan melarang. Karena itu, adalah lebih tepat
memahami kata minkum pada ayat diatas dalam arti sebagian kamu tanpa menutupi
dakwah memiliki status hukum wajib ‘ain, yaitu ketika dakwah dipandang dalam
pengertiannya yang umum sebagai kegiatan yang mengajak orang kepada kebaikan.
Dalam ruang lingkup ini, dakwah memang memungkinkan untuk dilakukan oleh
15
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Vol 2, (Lentera Hati: Tangerang, 2007), h.95.
16
Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah Vol 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 210.
12
siapa saja dari setiap umat muslim tanpa menuntut keahlian dan spesifikasi khusus.
Kedua, hukum dakwah sebagai kewajiban kolektif (kifayah), yang menjadi tanggung
hukum asal dakwah itu adalah wajib ‘ain, sehingga setiap mukmin memiliki
tertentu, dakwah tidak dapat diserahkan kepada sembarang orang. Dakwah dalam
posisi ini menjadi tugas berat dan menuntut profesional. Dakwah memerlukan
Maksud dari ayat di atas, kalaulah tidak semua manusia dapat melaksanakan
fungsi dakwah, maka hendaklah ada di antara kamu wahai orang-orang yang beriman
diteladani dan didengar nasihatnya yang mengajak orang lain secara terus-menerus
tanpa bosan kepada kebajikan, menuju petunjuk ilahi, menyuruh masyarakat kepada
yang makruf, nilai-nilai luhur serta adat istiadat yang diakui baik oleh masyarakat,
selama hal itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai Ilahiyah dan mencegah manusia
dari perbuatan yang mungkar, yang dinilai buruk, diingkari oleh akal sehat manusia .
Mereka yang mengamalkan tuntunan ini dan yang sungguh tinggi martabat
17
Quraish Shihab, Tafsir al Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2000), h. 162.
13
ma‟ruf nahi munkar. Yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Said al-Khudri
ان ِْ ف
ِ اْلي َم ْ َ سا ِو ًِ فَإِ ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْع فَ ِبقَ ْلبِ ًِ َوذَ ِل َك أ
ُ َ ضع َ َم ْه َرأَى ِم ْى ُك ْم ُم ْى َك ًرا فَ ْليُغَيِ ّْريُ بِيَ ِد ِي فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْع فَ ِب ِل
Artinya:
“Barangsiapa diantara kamu yang melihat suatu yang munkar, hendaklah dia
mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak sanggup (dengan tangan), hendaklah dia
mengubahnya dengan lidahnya. Jika dia tidak sanggup (dengan lidah), hendaklah dia
mengubahnya dengan hatinya. Dan yang demikian (dengan had) adalah selemah-
lemah iman.”
Pada dasarnya dakwah merupakan tugas para nabi yaitu sejak Nabi Adam a.s
sampai Nabi Muhammad SAW. Salah satu sifat Nabi Muhammad adalah tabligh
yaitu menyampaikan ajaran islam kepada umat manusia. Tentang tugas nabi, Hamka
berkomentar:
Itulah usaha utama dari sekalian nabi yang diutus Tuhan kemuka bumi ini.
Para nabi da„I pertama dan utama. Bahkan ada beberapa nabi yang menggabungkan
antara dua alat dakwah. Pertama menegakkan hujjah dengan lidah. Kedua
Maksud dari kewajiban ayat tersebut. kewajiban itu ditujukan kepada kaum muslimin
18
H. Abdullah, Ilmu Dakwah, (Bandung: Citapustaka Media, 2015), h.69.
14
secara keseluruhan sesuai dengan bidang dan kemampuan masing- msing. Akan
tetapi kewajiban terbagi dua, yaitu fardhu „ain dan fardhu kifayah. Fardhu „ain disini
adalah kewajiban kepada keluarga sendiri. Sedangkan hukum fardhu kifayah adalah
kewajiban disaat kemungkaran merajalela, pada saat itu harus ada segolongan umat
yang mencegahnya dan menjelaskan kebenaran yang bersumber dari Islam, sehingga
gamblang untuk menyeru manusia menuju jalan Tuhan, Islam. Agama yang di bawa
riwayat mengenai kewajiban dakwah atas setiap umat muknin dan muslim. Riwayat-
riwayat di atas merupakan dalil mengenai kewajiban dakwah atas setiap Mukmin dan
Muslim. Bahkan, jika di dalam suatu masyarakat, tidak lagi ada orang yang mencegah
kemungkaran, niscaya Allah akan mengadzab semua orang yang ada di masyarakat
tersebut, baik dia ikut berbuat maksiat ataupun tidak. Kenyataan ini menunjukkan
dengan sangat jelas, bahwa hukum dakwah adalah wajib, bukan sunnah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa berdakwah dengan
segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim. Misalnya amar ma‟ruf,
nahi munkar, berjihad, memberi nasihat dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa
hukum islam tidak mewajibkan bagi umatnya untuk selalu mendapatkan hasil
dengan keahlian dan kemampuannya. Pada dasarnya setiap muslim dan muslimah di
wajibkan untuk mendakwahkan islam kepada orang lain baik muslim maupun non
muslim ketentuan semacam ini di dasarkan pada firman Allah Swt surat Ali Imran
ayat 104 yang menegaskan kepada umat manusia agar menyeru kepada sesama
golongan umat manusia agar berbuat amar ma‟ruf dan menjauhi perbuatan yang
mungkar.
B. Implikasi
Kajian tentang surah al-Imran ayat 104, sangat urgen untuk kita angkat dalam
sorotan kajian ilmiah para pelajar muslim yang notabenenya berkonsentrasi pada
studi dakwah. Pembahasan ini sejatinya diletakkan di atas meja pengkajian yang tak
umat Islam berikutnya. Penulis berharap makalah ini mampu memberikan solusi dan
15
DAFTAR PUSTAKA
16