Anda di halaman 1dari 19

DAKWAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN

HADIS
(KAJIAN SURAH AL-IMRAN AYAT 104)

MAKALAH

Dipresentasikan dalam Seminar Kelas Semester II Program Pasca Sarjana UIN Alauddin
Makassar pada Mata Kuliah Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis

Oleh:

MUHAMMAD ILHAM MATTOTORANG

8010017052

Dosen Pemandu

Dr. H. Baharuddin Ali. M.Ag.

Dr. Nurhidayat, M. Said M.Ag.

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena telah

diberikannya kesehatan dan kesempatan waktu sehingga pemakalah dapat

menyelesaikan tugas makalah kuliah sekaligus dapat mempersentasikan mengenai

“Kajian Ayat Surah al-Imran Ayat104” sebagai tugas individu Mata Kuliah “Dakwah

dalam Prespektif Al-Quran dan Hadis”. Tidak lupa pula penulis mengucapkan

terimah kasih kepada dosen yang telah membimbing kami mengenai berbagai macam

Urgensi pendidikan yang berguna bagi penulis dan rekan-rekan mahasiswa

yang mempersiapkan diri menjadi seorang yang berintelektual sehingga dengan

konsep tersebut penulis mampu menyesuaikan makalah ini sebagai aplikasi yang

telah diterimah dalam mengikuti mata kuliah Dakwah dalam Prespektif Al-Quran dan

Hadis. Semoga makalah yang jauh dari sempurna ini memberikan manfaat bagi kita

semua. Amiin.

Gowa, 05 Agustus 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 1

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

A. Pengertian Dakwah .......................................................................................................... 3

B. Pengertian Kewajiban Dakwah ....................................................................................... 4

C. Kajian Surah Ali-„Imran ayat 104 dalam Perspektif Dakwah .......................................... 7

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 15

A. Kesimpulan..................................................................................................................... 15

B. Implikasi .......................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah tidak dapat disangkal lagi, bahwa pedoman dasar dakwah Islamiyah,

yaitu Al-Quran dan Hadis. Dalam kehidupan kita sebagai manusia yang diciptakan

Allah SWT dengan sebaik-baiknya daripada mahkluk lainnya, tapi belum

sempurnalah manusia itu jika belum hidup rukun berdampingan menghormati satu

sama lain dan saling menasehat-nasehati dalam kebaikan.

Aktivitas dakwah pada awalnya hanyalah merupakan tugas sederhana berupa

kewajiban untuk menyampaikan apa yang diterima dari Rasulullah SAW. Hal ini

berkenaan bahwa berdakwah harus dan boleh dilakukan oleh siapa saja yang

mempunyai rasa keterpanggilan untuk menyebarkan kebaikan mengandung nilai-nilai

islam. Oleh karena itu aktivitas dakwah bermula dari kesadaran diri sendiri dahulu,

apa yang dilakukan oleh orang lain menjadi bahan dakwah seseorang karena esensi

dari makna dakwah itu sendiri, aktivitas yang dipahami sebagai upaya untuk

memberikan dorongan atau motivasi secara islam terhadap berbagai masalah dalam

kehidupan di dunia ini. Maka dari itu sebagai pendakwah hendaklah mengetahui

kajian-kajian keislaman, baik menyangkut kajian ayat maupun kajian hadis, terutama

yang berkaitan dengan dakwah itu sendiri, seperti salah satu ayat dalam al-Quran

yaitu surah al-Imran ayat 104.

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Apa makna yang terkandung dalam surah al-Imran ayat 104?

2. Bagaimana dakwah menurut al-Quran surah al-Imran ayat 104?

C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari Dosen pemandu.

Selain itu penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk lebih memahami tentang

sesuatu yang berkaitan dengan al-Quran, surah al-Imran ayat 104 tentunya dalam

perspektif dakwah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dakwah
Dakwah menurut etimologi berasal dari Bahasa Arab, yaitu dari kata ‫ دعا‬, -

‫ي دعن‬, - ‫دعوۃ‬. Kata tersebut mempunyai makna menyeru, memanggil, mengajak

dan melayani.1 Selain itu, juga bermakna mengundang, menuntun dan menghasung.

Sementara dalam bentuk perintah atau fi‟il amr yaitu ‫ ادع‬yang berarti ajaklah atau

serulah.2

Beberapa definisi dakwah menurut para ahli, menurut Abu Bakar Zakari

mengatakan dakwah adalah usaha para ulama dan orang-orang yang memiliki

pengetahuan agama Islam untuk memberikan pengajaran kepada khalayak umum

sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tentang hal-hal yang mereka butuhkan

dalam urusan dunia dan keagamaan.3

Sayyed Qutub memberikan pengertian dakwah adalah ajakan kejalan Allah

bukan kejalan dai atau kaumny, tiada bagi dai dari dakwah yang dilakukan, kecuali

menjalankan tugas dan kewajibannya kepada Allah swt.4

1
Mahmud Yunus, Pedoman Dakwah Islamiyah, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1965), h.127.
2
H. Abdullah, Ilmu Dakwah, (Bandung: Citapustaka Media, 2015), hlm.4.
3
Abu Bakar Zakari, Ila al-Islam, (Al-Kahira,Maktabah Dar al-Urubiyat, 1962), h. 8.
4
Sayyed Qutub, Fi Zilalil Quran,(Cet. X, Jilid IV.Beirut: Dar al-Syuruq, 1982), h.2301-2302.
3
4

Dan menurut Syekh Ali Mahfudh mendefinisikan dakwah yaitu Mendorong

(memotivasi) manusia untuk melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk dan

menyuruh mereka berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan mungkar agar

mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhir.5

Quraish Shihab mendefinisikan dakwah sebagai seruan atau ajakan kepada

keinsafan, atau usaha mengubah situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik

dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.6

Dapat disimpulkan penulis, dakwah merupakan pekerjaan yang

menyampaikan motivasi, nasehat kepada oranglain agar lebih baik kedepannya.

Dengan bentuk lisan dan perbuatan penyampaian pesan tersebut akan mempengaruhi

seorang mad‟u menjadi lebih baik di kehidupan sehari-hari sehingga kelak akan

mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

B. Pengertian Kewajiban Dakwah


Dakwah itu adalah suatu kewajiban. Jika sebagian telah menunaikannya,

maka gugur bagi yang lainnya. Kata Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam risalah

beliau yang penuh faedah,

Para salaf mengatakan, telah disepakati bahwa amar ma‟ruf nahi munkar itu

wajib bagi insan. Namun wajibnya adalah fardhu kifayah, hal ini sebagaimana jihad

dan mempelajari ilmu tertentu serta yang lainnya. Yang dimaksud fardhu kifayah

adalah jika sebagian telah memenuhi kewajiban ini, maka yang lain gugur

5
Moh, Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2004), hlm. 11-14.
6
Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1992), h.304.
5

kewajibannya. Walaupun pahalanya akan diraih oleh orang yang mengerjakannya,

begitu pula oleh orang yang asalnya mampu namun saat itu tidak bisa untuk

melakukan amar ma‟ruf nahi mungkar yang diwajibkan. Jika ada orang yang ingin

beramar ma‟ruf nahi mungkar, wajib bagi yang lain untuk membantunya hingga

maksudnya yang Allah dan Rasulnya perintahkan tercapai.7

Kewajiban adalah sesuatu pekerjaan yang harus dilakukan setiap umat

manusia, sesuai dengan kewajiban kita yang disugestikan oleh Rasulullah SAW agar

selalu membaca Al-Qur‟an. Berawal dari kewajiban umat Islam terhadap Al-Quran

terdapat 5 M yang harus dipedomani:

1. Mempelajarinya, kewajiban umat Islam untuk mempelajari cara membacanya.

2. Membacanya, kewajiban umat Islam jika sudah mempelajari dan wajib untuk

membaca Al-Quran.

3. Memahaminya, suatu kewajiban juga umat Islam harus memahami kandungan

Al-Quran.

4. Mengamalkannya, kewajiban mengamalkan kandungan Al-Quran ini yang

dimaksud dengan penerapan syariat Islam

5. Mendakwahkannya, berhubungan dengan kewajiban berdakwah, kandungan di

dalam Al-Quran sangat berpengaruh untuk memberikan efek yang baik bagi

7
Risalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Al Majmu’atul ‘Aliyyah min Kutub wa Rosail wa Fatawa
Syaikhul Islam Ibni Taimiyah, (Dar Ibnil Jauzi, Cet. pertama, Muharram, 1422), h.62-63.
6

objek dakwah, wajib bagi umat Islam untuk mendakwahkan isi atau kandungan

di dalam Al-Quran.8

Para ulama memberikan kaedah, “Kewajiban itu berkaitan dengan

kemampuan”. Sebagaimana kata Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Majmu‟ Al

Fatawa (3: 312),

“Kewajiban yang mengenai individu itu bertingkat sesuai pada kemampuan, tingkat

ma‟rifah (pengenalan) dan kebutuhan”

Islam merupakan suatu sistem yang menyeluruh serta lengkap mencakup

semua aspek kehidupan manusia. Di dalamnya mengandung sejumlah peraturan yang

diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw untuk menjadi pedoman hidup

manusia terkait dengan akidah, akhlak dan aspek-aspek kehidupan manusia lainnya.

Islam merupakan agama dakwah, pada dasarnya agama islam agama yang

memerintahkan untuk mengajak, menyeru dan menyampaikan kebenaran agar

manusia selalu menyerahkan diri kepada Allah swt. Pada sisi lain menurut A. Hasjmy

bahwa dakwah harus mampu memberi pemahaman kepada umat manusia untuk

menjadikan Al-Quran sebagai jalan hidup mereka. 9 Dengan demikian, orang yang

mengambil pedoman dari Allah menjadikan ini jalan hidupnya, tidak akan sesat dan

tidak akan celaka, dan sebaliknya orang yang berpaling dari pedoman Allah dan

mengambil ajaran manusia, dia akan sesat terus dan akan celaka.

8
H. Abdullah, Ilmu Dakwah, (Bandung: Citapustaka Media, 2015), h.56.
9
A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Quran, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 194.
7

Sesungguhnya Allah telah mengutus para rasul sebagai pembawa berita

pahala dan pembawa berita siksa, dengan tugas memperkenalkan Allah kepada

seluruh manusia dan membimbing mereka kejalan lurus. Jalan yang lurus, yaitu jalan

kebaikan sesuai yang disyari‟atkan Allah swt. Tetapi tabiatnya manusia, manusia

sering menuju ke arah kesalahan dan sering-sering pula hawa nafsu mengalahkan

mereka.

C. Kajian Surah Ali-‘Imran Ayat 104, Dalam Perspektif Dakwah.

            

  


Terjemahnya:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,
merekalah orang-orang yang beruntung.”10

 Tafsir Kalimat

1. ‫ن‬

Perkataan ‫ن‬ terdiri dari tiga kata , yang berarti dan yang berarti

hendaklah, dan ‫ن‬ berasal dari ‫ون ا – ي و – ا‬ yang berarti ada, keadaan atau

menjadi. Dengan demikian ‫ن‬ bisa berma‟na hendaklah ada, atau hendaklah

menjadi. Perkataan menurut al-Zuhayli lafazh ‫ن‬ berarti sebagian, karena apa

10
Mohammad Taufiq, Qur’an in Word. Versi 1.3. http://taufiqproduct.com/download/7/
download-quran-in-ms-word-version-22.html.
8

yang disebutkan berikut sesuatu yang hukumnya fardlu kifayah. Apa yang diperintah

dalam ayat ini tidak dapat dilakukan oleh setiap umat tidak layak dilakukan individu,

seperti yang tidak punya ilmu.11 Tegasnya ayat ini mengatur pembagian tugas dalam

satu kesatuan umat. Namun menurut al-Baydlawi bisa juga difahamai sebagai ‫ن‬

bayani atau penjelas yang mengisyaratkan perintah pada satu umat.12 Yang dimaksud

dengan adalah kelompok yang terikat oleh ikatan yang jelas sehingga terhimpun

satu kesatuan.

2. ‫ يدعو‬menyeru ke jalan al-Khair

Perkataan ‫ يدعو‬berasal dari ‫ دعوۃ – ي دعو – دعا‬berarti mengaajak, menyeru,

memanggil. Sedangkan ‫ا‬ menurut al-Thabari, al-khair ialah al-Islam dan

syari‟ahnya yang telah di tetapkan Allah untuk hamba-Nya. 13 Dengan demikian

mengajak pada al-Khair adalah berda‟wah menyeru manusia pada al-Islam, mengajar

mereka untuk memahami dan melaksanakan syari‟ahnya. Jelaslah bahwa al-Khair itu

yang telah dianggap benar dan baik oleh syar‟ah, walau bisa jadi anggota msyarakat

ada yang menganggapnya tidak baik. Namun al-Zuhayli memehamai al-Khair sebagai

segala yang mengandung manfaat dan kemaslahatan bagi manusia, baik dalam

kehidupan duniawi maupun ukhrawi, baik dalam urusan keduniaan ataupun

keagamaan. Orang yang dapat menjalankan tugas da‟wah semacam ini tentu saja

yang sudah memiliki ilmu. Tidak mungkin orang awam tanpa ilmu dapat

11
Wahabah al-Zuhaili, al-Tafsir Al-Munir, Juz.IV h.32.
12
Tafsir al-Baydlawi, tentang surat al-Nisa:77.
13
Jami al-Bayan, IV h.38.
9

menjalankan tugas da‟wah secara baik. Inilah komponen umat yang tugasnya

tafaqquh fi al-Din,

3. ‫ا‬ ‫ ي‬memerintah yang ma‟ruf ‫و‬ ‫ ع‬dan melarang yang

munkar.

Ibn al-Jauzi al-Ma‟ruf adalah apa yang telah diakui kebenaran dan kebaikan

oleh oranag yang berfikir jernih berakal sehat. Sedangkan al-Munkar adalah lawan

dari al-Ma‟ruf. Berbeda dengan al-Khair mesti dilakukan dengan da‟wah, tidak bisa

langsung dengan perintah. Sedangkan al-Ma‟ruf semestinya diberlakukan dengan

perintah. Perintah biasa mengandung unsur pemaksaan. Oleh karena itu amar ma‟ruf

nahy munkar hanya bisa dilaksanakan oleh yang memiliki kekuasaan. Amar ma‟ruf

dan nahy munkar hanya bisa diterapkan pada yang dikuasai.

4. ‫و‬ mereka itulah orang yang meraih kebahagiaan. Tegasnya jika

umat menginginkan hidupnya sukses mesti terhimpun menjadi umat yang baik terdiri

dari tiga satuan tugas yaitu yang berda‟wah, yang amar ma‟;ruf dan nahi munkar.

Kaum muslimin yang seakidah itu harus terhimpun dalam umatan wahidah, yang

masing mempunyai tugas serta tanggung jawab sesuai dengan kemampuan,

kekuasaan dan kewenangannya. Komponen umat, berdasar ayat tersebut antara lain,

pertama adalah da‟i, ulama, cendekiawan, parlemen, bertanggung jawab menyeru

pada al-Khair yaitu yang membawa kemaslahatan hidup bermasyarakat dan beragama.

Kedua umara, eksekutif, mulai dari presiden hingga lurah bertanggung jawab

memerintah yang ma‟ruf, yaitu segala sesuatu yang dianggap baik oleh manusia dan

sesuai dengan ajaran syari‟ah Islam. Komponen ketiga adalah aparat hukum,
10

kepolisian, tentara, pengacara, bertanggung jawab menegakkan keadilan dan

memberantas kemunkaran. Seluruh rakyat pun termanag oleh ketiga komponen besar

tersebut. Tidak satu pun individu muslim yang tidak terlibat pada tanggung jawab

da‟wah ilal-khair, amar ma‟ruf dan nahy munkar.14

Asbabun Nuzul dari ayat diatas: Pada zaman jahiliyah sebelum Islam ada dua

suku yaitu, Suku Aus dan Khazraj yang selalu bermusuhan turun temurun selama 120

tahun, permusuhan kedua suku tersebut berakhir setelah Nabi Muhammad SAW

mendakwahkan Islam kepada mereka, pada akhirnya suku Aus yakni kaum Anshar

dan suku Khazraj hidup berdampingan secara damai dan penuh keakraban. Suatu

ketika Syas Ibn Qais seorang Yahudi melihat suku Aus dengan suku Khazraj duduk

bersama dengan santai dan penuh keakraban, padahal sebelumnya mereka

bermusuhan, Qais tidak suka melihat keakraban dan kedamaian mereka, lalu dia

menyuruh seorang pemuda Yahudi duduk bersama suku Aus dan Khazraj untuk

menyinggung perang Bu‟ast yang pernah terjadi antara Aus dan Khazraj lalu masing-

masing suku terpancing dan mengagungkan sukunya masing-masing, saling mencaci

maki dan mengangkat senjata, dan untung Rasulullah SAW yang mendengar

peristiwa tersebut segera datang dan menasehati mereka: “Apakah kalian termakan

fitnah jahiliyah itu, bukankah Allah telah mengangkat derajat kamu semua dengan

agama Islam, dan menghilangkan dari kalian semua yang berkaitan dengan

jahiliyah?”. Setelah mendengar nasehat Rasul, mereka sadar, menangis dan saling
14
Saifuddinasnm.com/2013/04/16/ali-imran104-satuan-tugas-umat/. diakses pada tanggal
05 agustus 2018.
11

berpelukan. Sungguh peristiwa itu adalah seburuk-buruk sekaligus sebaik-baik

peristiwa. Maka turunlah surat Ali Imran ayat 104.15

Tidak dapat disangkal bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang, bahkan

kemampuannya mengamalkan sesuatu akan berkurang, bahkan terlupakan dan hilang,

jika tidak ada yang mengingatkannya atau tidak dia ulang-ulangi mengerjakannya. Di

sisi lain, pengetahuan dan pengamalan saling berkaitan erat, pengetahuan mendorong

kepada pengamalan dan meningkatkan kualitas amal, sedangkan pengamalan yang

terlihat dalam kenyataan hidup merupakan guru yang mengajar individu dan

masyarakat sehingga mereka pun belajar mengamalkannya.

Quraish Shihab mengutip pendapat Sayyid Quthub bahwa penggunaan dua

kata yang berbeda (mengajak dan memerintah) menunjukan keharusan adanya dua

kelompok dalam masyarakat Islam. Kelompok pertama yang bertugas mengajak dan

kelompok kedua bertugas memerintah dan melarang. Karena itu, adalah lebih tepat

memahami kata minkum pada ayat diatas dalam arti sebagian kamu tanpa menutupi

kewajiban setiap muslim untuk saling mengingatkan.16

Menurut Quraish Shihab, dakwah memiliki dua status hukum. Pertama,

dakwah memiliki status hukum wajib ‘ain, yaitu ketika dakwah dipandang dalam

pengertiannya yang umum sebagai kegiatan yang mengajak orang kepada kebaikan.

Dalam ruang lingkup ini, dakwah memang memungkinkan untuk dilakukan oleh

15
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Vol 2, (Lentera Hati: Tangerang, 2007), h.95.
16
Quraish Shihab, Tafsir al Mishbah Vol 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 210.
12

siapa saja dari setiap umat muslim tanpa menuntut keahlian dan spesifikasi khusus.

Kedua, hukum dakwah sebagai kewajiban kolektif (kifayah), yang menjadi tanggung

jawab ulama atau kelompok profesional.17

Hukum dakwah adalah wajib individual sekaligus wajib kolektif. Maksudnya,

hukum asal dakwah itu adalah wajib ‘ain, sehingga setiap mukmin memiliki

tanggung jawab moral untuk manyampaikan agamanya sesuai dengan taraf

kemampuan dan kapasitasnya masing-masing. Namun demikian, pada aspek-aspek

tertentu, dakwah tidak dapat diserahkan kepada sembarang orang. Dakwah dalam

posisi ini menjadi tugas berat dan menuntut profesional. Dakwah memerlukan

kompetisi dan itu khusus kepada ahli dalam bidang agama.

Maksud dari ayat di atas, kalaulah tidak semua manusia dapat melaksanakan

fungsi dakwah, maka hendaklah ada di antara kamu wahai orang-orang yang beriman

segolongan umat, yaitu kelompok yang pandangannya mengarah kepadanya untuk

diteladani dan didengar nasihatnya yang mengajak orang lain secara terus-menerus

tanpa bosan kepada kebajikan, menuju petunjuk ilahi, menyuruh masyarakat kepada

yang makruf, nilai-nilai luhur serta adat istiadat yang diakui baik oleh masyarakat,

selama hal itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai Ilahiyah dan mencegah manusia

dari perbuatan yang mungkar, yang dinilai buruk, diingkari oleh akal sehat manusia .

Mereka yang mengamalkan tuntunan ini dan yang sungguh tinggi martabat

17
Quraish Shihab, Tafsir al Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2000), h. 162.
13

kedudukannya itulah orang-orang yang beruntung, mendapatkan kebahagian dalam

kehidupan dunia dan akhirat.

Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW, tentang kepentingan amar

ma‟ruf nahi munkar. Yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Said al-Khudri

juga, Rasulullah SAW berkata:

‫ان‬ ِْ ‫ف‬
ِ ‫اْلي َم‬ ْ َ ‫سا ِو ًِ فَإِ ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْع فَ ِبقَ ْلبِ ًِ َوذَ ِل َك أ‬
ُ َ ‫ضع‬ َ ‫َم ْه َرأَى ِم ْى ُك ْم ُم ْى َك ًرا فَ ْليُغَيِ ّْريُ بِيَ ِد ِي فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْع فَ ِب ِل‬
Artinya:
“Barangsiapa diantara kamu yang melihat suatu yang munkar, hendaklah dia
mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak sanggup (dengan tangan), hendaklah dia
mengubahnya dengan lidahnya. Jika dia tidak sanggup (dengan lidah), hendaklah dia
mengubahnya dengan hatinya. Dan yang demikian (dengan had) adalah selemah-
lemah iman.”

Pada dasarnya dakwah merupakan tugas para nabi yaitu sejak Nabi Adam a.s

sampai Nabi Muhammad SAW. Salah satu sifat Nabi Muhammad adalah tabligh

yaitu menyampaikan ajaran islam kepada umat manusia. Tentang tugas nabi, Hamka

berkomentar:

Itulah usaha utama dari sekalian nabi yang diutus Tuhan kemuka bumi ini.

Para nabi da„I pertama dan utama. Bahkan ada beberapa nabi yang menggabungkan

antara dua alat dakwah. Pertama menegakkan hujjah dengan lidah. Kedua

mempertahankan pendirian dengan kekuasaan dan kekuatan.18

Berdasarkan ayat diatas hukum berdakwah menurut Hamka adalah wajib.

Maksud dari kewajiban ayat tersebut. kewajiban itu ditujukan kepada kaum muslimin

18
H. Abdullah, Ilmu Dakwah, (Bandung: Citapustaka Media, 2015), h.69.
14

secara keseluruhan sesuai dengan bidang dan kemampuan masing- msing. Akan

tetapi kewajiban terbagi dua, yaitu fardhu „ain dan fardhu kifayah. Fardhu „ain disini

adalah kewajiban kepada keluarga sendiri. Sedangkan hukum fardhu kifayah adalah

kewajiban disaat kemungkaran merajalela, pada saat itu harus ada segolongan umat

yang mencegahnya dan menjelaskan kebenaran yang bersumber dari Islam, sehingga

jangan sampai kejahatan mengalahkan kebaikan. Perintah-Nya secara jelas dan

gamblang untuk menyeru manusia menuju jalan Tuhan, Islam. Agama yang di bawa

Nabi Muhammad SAW.

Sehubungan dengan kewajiban dakwah, maka terdapat beberapa riwayat-

riwayat mengenai kewajiban dakwah atas setiap umat muknin dan muslim. Riwayat-

riwayat di atas merupakan dalil mengenai kewajiban dakwah atas setiap Mukmin dan

Muslim. Bahkan, jika di dalam suatu masyarakat, tidak lagi ada orang yang mencegah

kemungkaran, niscaya Allah akan mengadzab semua orang yang ada di masyarakat

tersebut, baik dia ikut berbuat maksiat ataupun tidak. Kenyataan ini menunjukkan

dengan sangat jelas, bahwa hukum dakwah adalah wajib, bukan sunnah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa berdakwah dengan

segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim. Misalnya amar ma‟ruf,

nahi munkar, berjihad, memberi nasihat dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa

hukum islam tidak mewajibkan bagi umatnya untuk selalu mendapatkan hasil

semaksimalnya, akan tetapi usahanyalah yang diwajibkan semaksimalnya sesuai

dengan keahlian dan kemampuannya. Pada dasarnya setiap muslim dan muslimah di

wajibkan untuk mendakwahkan islam kepada orang lain baik muslim maupun non

muslim ketentuan semacam ini di dasarkan pada firman Allah Swt surat Ali Imran

ayat 104 yang menegaskan kepada umat manusia agar menyeru kepada sesama

golongan umat manusia agar berbuat amar ma‟ruf dan menjauhi perbuatan yang

mungkar.

B. Implikasi

Kajian tentang surah al-Imran ayat 104, sangat urgen untuk kita angkat dalam

sorotan kajian ilmiah para pelajar muslim yang notabenenya berkonsentrasi pada

studi dakwah. Pembahasan ini sejatinya diletakkan di atas meja pengkajian yang tak

bertendensi. Sebagai proses menjembatani setiap perselisihan di kalangan generasi

umat Islam berikutnya. Penulis berharap makalah ini mampu memberikan solusi dan

seputar problematika dakwah, khususnya kajian terhadap surah al-Imranayat 104.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, H, Ilmu Dakwah, Bandung: Citapustaka Media, 2015.


Ali Aziz, Moh, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, Jakarta: Prenadamedia Group, 2004.
Bakar Zakari Abu, Ila al-Islam, Al-Kahira,Maktabah Dar al-Urubiyat, 1962.
Hasjmy, A. Dustur Dakwah Menurut Al-Quran, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h.
194.
Qutub Sayyed, Fi Zilalil Quran,Cet. X, Jilid IV. Beirut: Dar al-Syuruq, 1982.
Risalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Al Majmu’atul ‘Aliyyah min Kutub wa Rosail
wa Fatawa Syaikhul Islam Ibni Taimiyah, Dar Ibnil Jauzi, Cet. I,
Muharram, 1422.
Shihab, Quraish, Membumikan al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1992.
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Mishbah Vol 2. Lentera Hati: Tangerang, 2007.
Shihab, Quraish, Tafsir al Mishbah Vol 2. Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Shihab, Quraish Tafsir al Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2000.
Taufiq,Mohammad,Qur’aninWord.Versi1.3.http://taufiqproduct.com/download/7/
download-quran-in-ms-word-version-22.html.
Yunus, Mahmud, Pedoman Dakwah Islamiyah, Jakarta: Hidakarya Agung, 1965.

16

Anda mungkin juga menyukai