Anda di halaman 1dari 39

MENGANALISIS AL-QUR’AN SEBAGAI INSPIRASI PERADABAN DAN SHOLAT

SESUAI RUKUN SYARAT SAHNYA

Dosen Pj: Friyansyah, S.Pd.I., M.Pd.I.

Disusun oleh:

Kelompok : IV

Nama : - NAUFAL RAMADAN (2105081013)

- PUTRI PUSPITA SARI (2105081014)

Semester :2

Prodi : Teknik Sipil (abg)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUN
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin atas segala rahmat Allah SWT. sehingga kami di beri kesempatan untuk
menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata kuliah Pendidikan Agama Islam tentang materi

" Menganalisis Al-Qur’an sebagai Inspirasi Peradaban dan Sholat sesuai Rukun Syarat sahnya ".

Tugas ini kami susun dengan mencari dari beberapa sumber yang mengupas mengenai .
materi tersebut. Tujuannya, agar pembaca dapat mengerti dan memahami materi tentang AL-Qur’an
dan Sholat ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
kami selaku penulis dan para pembaca.

Bandar Lampung, 25-Februari-2022

PENYUSUN
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4

A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................6

A. Pengertian Al-Quran Secara Umum.........................................................................................6


B. Mengidentifikasi Keanekaragaman Corak Penafsiran Al-Qur’an.............................................7
C. Menelusuri Adanya Dialektika Al- Qur’an Dan Budaya..........................................................12
D. Menelaah Al Qur`An Sebagai Inspirasi Budaya.......................................................................13
E. Membiasakan Untuk Membaca Dan Mengkaji Al-Quran.........................................................16
F. Pengertian Konsep Sholat (Pengertian,Rukun Dan Syarat)......................................................18
G. Menjelaskan Macam-Macam Sholat.........................................................................................20
H. Gerakan-Gerakan Sholat...........................................................................................................22
I. Menjelaskan Hikmah Sholat.....................................................................................................24
J. Menghafalkan Bacaan Sholat Beserta Artinya Dari Niat Hingga Tahyat Akhir........................25
K. Mengimplemenatsi Sholat Dalam Kehidupan...........................................................................32
L. Contoh-Contoh Perilaku Konsistensi Dalam Melaksanakan Sholat.........................................................33

BAB III PENUTUP................................................................................................................................36


A. Kesimpulan..............................................................................................................................36
B. Saran.........................................................................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................38
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Quran merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan kepada manusia. Tujuan utama
diturunkannya al-Quran adalah sebagai kitab petunjuk yang meliputi bidang akidah, syariah dan
akhlak. Akan tetapi di luar ketiga petunjuk tersebut, al-Quran telah memberikan motivasi dan
inspirasi kepada umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan sehingga melahirkan jenis budaya
tertentu. Dialog intelektual yang dilakukan secara kreatif oleh umat Islam terhadap al-Quran
ternyata telah menghasilkan lahirnya generasi umat yang dipenuhi dinamika dan kreativitas. Sejarah
telah membuktikan keunggulan budaya umat Islam pada masa klasik yang disebabkan dialog kreatif
mereka terhadap al-Quran. Sebaliknya ketika al-Quran ditinggalkan, kelumpuhan dan kebekuan
segera menyerang dan menjangakiti tubuh umat Islam. Oleh karena itu, sangat wajar ketika para
pembaharu menyadari hal tersebut, mereka pun secara serentak menyeru umat Islam untuk kembali
kepada al-Quran.

Al-Quran sebagai kitab yang memberikan petunjuk kepada manusia sehingga dapat menjalankan
kehidupan sesuai dengan tujuan penciptaan terlihat dari tiga petunjuk utamanya. Pertama, Al-Quran
memuat akidah dan kepercayaan yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Allah dan kepastian
akan datangnya hari pembalasan. Kedua, Al-Quran memuat syariah dan hukum- hukum dengan
jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan
Allah dan sesamanya. Ketiga, Al-Quran memuat petunjuk mengenai akhlak dengan jalan
menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam
kehidupannya secara individual atau kolektif.

Surah pada Al-Quran wajib dibaca saat mendirikan sholat. Dalam salat, surah Al-Fatihah itu
hukumnya wajib dibaca karena bagian dari rukun qauli. Rukun qauli (ucapan) terdiri dari takbiratul
ihram pada permulaan salat, membaca surah Al-Fatihah pada setiap raka'at, membaca tahiyyat,
membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan mengucapkan salam pada akhir salat.

Sholat adalah kewajiban bagi orang-orang yang beriman. Adapun, waktu sholat yang
diwajibkan telah ditentukan berdasarkan ketentuan syara', yaitu sebanyak 5 kali dalam
sehari atau sering disebut sholat 5 waktu.  Perintah sholat 5 waktu dalam Al Quran ini sudah
jelas dan kerap kali disampaikan oleh para ulama.  
Melansir tayangan kanal YouTube My Salam Muslim (26/2/2020), Ustadz Abd Alrahman
Alhakim menyampaikan tentang perintah sholat 5 waktu dalam Al Quran sebagai berikut:
Perintah sholat 5 waktu dalam Al Quran tentu saja ada. Allah SWT menyebut tentang
perintah sholat dalam Al Quran, ada ayat umum dan ada pula ayat khusus yang merinci
tentang waktu-waktu sholat. 

Maka dari itu dalam makalah ini, penulis akan memaparkan bagaimana pentingnya Al-Qur’an
sebagai inspirasi peradaban dan sholat sesuai rukun syarat sahnya.

A. Rumusan Masalah
Terarahnya penulisan makalah ini, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Membiasakan untuk membaca dan mengkaji al-Qur’an

1. Mengidentifikasi keanekaragaman corak penafsiran al-Qur’an


2. Menelusuri adanya dialektika al- Qur’an dan budaya
3. Menelaah al Qur`an sebagai inspirasi budaya

Menjelaskan konsep Sholat (pengertian, rukun dan syarat)

1. Menjelaskan macam-macam Sholat


2. mempraktekkan gerakan-gerakan sholat
3. Menjelaskan Hikmah Sholat
4. Menghafalkan bacaan sholat beserta artinya dari niat hingga tahyat akhir
5. Mengimplemenatsi sholat dalam kehidupan

B. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu

sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi keanekaragaman corak penafsiran al-Qur’an


2. Untuk menelusuri adanya dialektika al- Qur’an dan budaya
3. Untuk menelaah al Qur`an sebagai inspirasi budaya
4. Untuk menjelaskan macam-macam Sholat
5. Untuk mempraktekkan gerakan-gerakan sholat
6. Untuk menjelaskan Hikmah Sholat
7. Untuk menghafalkan bacaan sholat beserta artinya dari niat hingga tahyat akhir
8. Untuk mengimplemenatsi sholat dalam kehidupa
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Al-Quran Secara Umum

Al-Quran sesuai bahasa adalah bacaan atau yang dibaca. Menurut istilah, pengertian Al Quran
adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Al Quran diturunkan melalui malaikat Jibril yang dihimpun dalam mushaf yang merupakan
mukjizat Nabi Muhammad.
Al Quran adalah kitab suci yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw
sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia yang beriman dan bertakwa daam hidup dan
kehidupannya.
Hal ini sesuai firman Allah dalam Surat Al A'raf ayat 52:

٥٢ - َ‫ب فَص َّْل ٰنهُ ع َٰلى ِع ْل ٍم هُدًى َّو َرحْ َمةً لِّقَوْ ٍم يُّْؤ ِمنُوْ ن‬
ٍ ‫َولَقَ ْد ِجْئ ٰنهُ ْم بِ ِك ٰت‬

"Sungguh, Kami telah mendatangkan Kitab (Al-Qur'an) kepada mereka, yang Kami jelaskan atas
dasar pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman."

Hal ini dapat terlihat bagi siapa saja (manusia) yang mengikuti petunjuk Al Quran akan
mendapatkan kemuliaan, kejayaan, keselamatan, dan kebahagiaan baik di dunia maupun di
akhirat..

Al-Quran adalah sebagai pengajaran bagi Manusia karena itu manusia mengetahui jalan yang hak
dan batil, antara yang benar dan yang sesat dan lainnya.

Hal ini tercantum dalam Surat Yunus ayat 57:

٥٧ - َ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َج ۤا َء ْت ُك ْم َّموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َو ِشفَ ۤا ٌء لِّ َما فِى الصُّ ُدوْ ۙ ِر َوهُدًى َّو َرحْ َمةٌ لِّ ْل ُمْؤ ِمنِ ْين‬

Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu,
penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang
beriman.
2.2 Mengidentifikasi Keanekaragaman Corak Penafsiran Al-Qur’an

Rasulullah Saw adalah orang yang diberi wewenang oleh Allah SWT. untuk menafsirkan,
menjelaskan dan menguraikan kandungan al-Qur’an. Dari fakta tersebut dapat dipahami bahwa
kebutuhan para masyarakat akan penjelasan al-Qur’an terpenuhi semasa hidup Rasulullah Saw.,
hal ini dikarenakan seluruh permasalahan yang muncul yang berhubungan al-Qur’an langsung
mereka tanyakan kepada baginda Rasulullah Saw.
            Zaman setelah meninggalnya Rasulullah Saw dapat dikatakan merupakan zaman transisi dari
kepemimpinan seseorang yang mendapat bimbingan langsung dari Allah SWT kepada seorang
manusia biasa. Pada zaman inilah kemudian muncul dan berkembang beberapa metode penafsiran al-
Qur’an. Metode-metode ini dikembangkan, tentu saja dengan maksud untuk menjawab persoalan-
persoalan yang muncul di kalangan umat muslimin.
Para sahabat Nabi dalam hal penafsiran  di dalam memahami makna al-Qur’an, belum
mampu menampilkan makna yang sebenarnya.  Walaupun secara umum, para sahabat Nabi
menyaksikan proses turunnya wahyu, mengetahui kontek sababiyahnya, dan memiliki pemahamami
struktur bahasa asli (Arab) dan arti kosakatanya, tidak jarang berbeda pendapat, atau bahkan keliru
dalam pemahaman mereka tentang maksud firman-firman Allah yang mereka dengan atau mereka
baca itu.[1]

A. Macam-macam Corak Tafsir


Corak penafsiran dalam literatur sejarah tafsir biasanya diistilahkan dalam bahasa Arab
yaitu al-laun yang arti dasarnya warna.[37] Corak penafsiran yang dimaksud di sini ialah nuansa
khusus atau sifat khusus yang memberikan warna tersendiri pada tafsir.[38]
ilmu pengetahuan yang menyebabkan timbulnya corak-corak baru dalam ruang lingkup
penafsiran al-Qur`an,  diantaranya adalah:
1.    Tafsir Sufi
Tafsir bercorak sufi ialah tafsir dengan kecenderungan menta`wilkan al-Qur`an selain dari apa
yang tersirat, dengan berdasarkan isyarat-isyarat yang nampak pada ahli ibadah.[41]
Sedangkan tasawuf sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu:
a.       Tasawuf  teoritis, yakni tasawuf yang didasarkan atas hasil pembahasan dan studi yang
mendalam. Dari kalangan tokoh-tokoh tasawuf lahir ulama yang mencurahkan waktunya untuk
meneliti, mengkaji, memahami dan mendalami al-Qur`an dengan sudut pandang sesuai dengan teori-
teori tasawuf mereka. Mereka menta`wilkan ayat-ayat al-Qur`an dengan tidak mengikuti cara-cara
untuk menta`wilkan ayat al-Qur`an dan menjelaskannya dengan penjelasan yang menyimpang dari
pengertian tekstual yang telah dikenal dan didukung oleh dalil Syar’i serta terbukti kebenarannya
dalam bahasa Arab, yaitu dalam bab perihal Isyarat. Mereka berkeyakinan bahwa pengertian tekstual
sama sekali bukanlah yang dikehendaki (pengertian batin, bukan tektual, itulah yang dikehendaki).
Oleh karena demikianlah keyakinan aliran Bathiniyah yang ekstrim, maka mereka sampai menafikan
syari’at secara keseluruhan. Beberapa tokoh sufi tidaklah bersifat demikian, Lebih jauh Al-Alusy
berkata: “Tidaklah sepantasnya bagi orang yang kemampuannya terbatas dan keimanannya belum
mendalam mengingkari bahwa Al-Qur`an mempunyai bagian-bagian batin yang dilimpahkan oleh
Allah yang Maha Pencipta dan Maha Pelimpah batin-batin hamba-Nya yang dikehendaki”.
b.      Tasawuf  praktis, yakni tasawuf yang dihasilkan oleh praktik gaya hidup zuhud dalam rangka
melaksanakan ketaatan kepada Allah. Mereka benar-benar menerapkan sikap di atas untuk hidup,
mereka  bersikap zuhud di alam kehidupan dunia dan selalu bersiap diri menghadapi kehidupan di
akhirat.
Dari pembagian kelompok tasawuf tersebut tampak mulai adanya ketidakmurnian dalam
tasawuf, orang-orang yang bukan ahlinya mencoba mempelajari tasawuf dengan landasan ilmu yang
dianutnya.Sehingga hal tersebut sangat berpengaruh pada bidang lainnya seperti fiqih, hadis dan
tafsir. Pada masa ini pula bermunculan istilah-istilah seperti khauf, mahabbah, ma’rifah, dan lain
sebagainya. Dan sejak itu pula selanjutnya tasawuf telah menjadi lembaga atau disiplin ilmu yang
mewarnai khazanah keilmuan dalam Islam, seperti halnya filsafat, hukum dan yang lainnya.[42]
Perkembangan pemikiran Islam, khususnya dalam dimensi penafsiran terhadap ayat-ayat al-
Qur’an memunculkan corak penafsiran sufi. Maka tidaklah mengherankan bila corak penafsiran
semacam ini memang bukan hal yang baru, bahkan telah dikenal sejak awal turunnya al-Qur`an
kepada Rasulullah SAW, sehingga dasar yang dipakai dalam penafsiran ini umumnya juga mengacu
pada penafsiran al-Qur`an melalui sumber-sumber Islam yang disandarkan kepada Nabi SAW, para
sahabat, dan pendapat kalangan Tabiin. [43]
Dalam perjalanannya, tafsir ini terbagi ke dalam dua bagian, yaitu:
a.       Tafsir Sûfî Isyârî, yaitu penafsiran al-Qur`an dalam bentuk ta`wil, yakni penafsiran yang bersifat
batini. Penafsiran ini dapat diuji validitasnya ketika dibuktikan kesesuaiannya antara penafsiran yang
batini dengan kenyataan lahiriah.
b.      Tafsir Sûfî Nadzarî, yaitu tafsir yang dibangun atas premis-premis ilmiah yang diterapkan dalam
penafsiran al-Qur`an. Sedangkan Tafsir Sûfî Isyârî tidak dibangun atas dasar premis-premis ilmiah. Ia
dibangun atas dasar riyâdhah rûhiyyah, yaitu latihan-latihan spiritual yang dilakukan seorang sufi
hingga ia mencapai tingkat menemukan petunjuk melalui hati nuraninya (inkisyaf).
Ada beberapa kriteria tafsir sufi yang diterima yaitu :
a.       Tidak menafikan penafsiran lahiriah
b.      Ada kesaksian syar’i yang menguatkan penafsiranya
c.       Tidak bertentangan dengan hukum dan akal
d.      Ada kesadaran bahwa Tafsir Isyârî itu  bukan satu-satunya yang di maksud al-Qur`an.
Salah satu contoh karya yang menampilkan corak tafsir sufi adalah:
a.       Tafsîr al-Qur`ân al-Karîm, karya Sahl al-Tustarî (w.283 H)
b.      Haqâ’iq al-Tafsīr,  karya Abu Abd al-Rahman al-Sulamî (w.412 H)
c.       Lathâ’if al-Isyârah,  karya al-Qusyairi
d.      ‘Arâ’is al-Bayân fī Haqâ’iq al-Qur`ân,  karya al-Syirazî (w.606).[44]

2.    Corak Fiqhi
Tafsir bercorak fiqhî ialah kecenderungan tafsir dengan metode fiqh sebagai basisnya, atau
dengan kata lain, tafsir yang berada di bawah pengaruh ilmu fiqh, karena fiqih sudah menjadi minat
dasar mufasirnya sebelum dia melakukan usaha penafsiran.[45] Tafsir semacam ini seakan-akan
melihat al-Qur`an sebagai kitab suci yang berisi ketentuan perundang-undangan, atau menganggap al-
Qur`an sebagai kitab hukum.[46]
Di antara kitab-kitab yang tergolong tafsir fiqhî adalah,  Ahkâm al-Qur`an, karya al-Jassâs (w.
370 H); Ahkâm al-Qur`an,  karya Ibn al-‘Arabî (w. 543 H); dan  Al-Jâmi‘  li ahkâm al-Qur`an,  karya
al-Qurtubî (w. 671 H).[49]

3.    Corak Falsafî
Tafsir bercorak falsafî ialah kecenderungan tafsir dengan menggunakan teori-teori filsafat,
atau tafsir dengan dominasi filsafat sebagai pisau bedahnya. Tafsir semacam ini pada akhirnya tidak
lebih dari deskripsi tentang teori-teori filsafat.[50] Dalam melakukan tafsir Falsafî, dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu: pertama dengan Metode ta`wil atas teks-teks agama dan hakikat umumnya
yang sesuai dengan pandangan-pandangan filosofis. Dan yang kedua dengan Metode pensyarahan
teks-teks agama dan hakikat hukumnya berdasarkan pandangan-pandangan filosofis.
Ada beberapa kitab tafsir falsafi seperti, Mafâtih Al-Ghâib, karya Fakhr al-Razi (w. 606
H), al-Isyârat, karya Imam al-Ghazali (w. 505 H), Rasail Ibn Sinâ, karya Ibn Sinâ (w. 370 H).[52]

4.    Corak ‘Ilmî
Tafsir bercorak ‘ilmî adalah kecenderungan menafsirkan al-Qur`an dengan memfokuskan
penafsiran  pada  kajian bidang ilmu pengetahuan, yakni untuk menjelaskan  ayat-ayat yang berkaitan 
dengan Ilmu dalam  al-Qur`an.[53]
Adapun definisi tafsir bercorak ‘ilmî secara istilah menurut beberapa ulama di antaranya:
a.       Menurut Husayn Al-Dzahabî,  tafsir  yang bercorak ‘Ilmî dalah tafsir yang menetapkan istilah-
istilah ilmu pengetahuan dalam penuturan al-Qur`an.[54]
b.      Pendapat dari ‘Abd Al-Majîd ‘Abd As-Salâm Al-Mahrasî juga memberikan batasan  sama terhadap
tafsir bi al-Ilmî, yaitu: tafsir yang mufasirnya mencoba menyingkap ibarat-ibarat  dalam  al-Qur`an
yaitu mengenai beberapa pandangan ilmiah dan istilahnya serta mengerahkan segala kemampuan
dalam menggali berbagai problem ilmu pengetahuan.[55]
c.       Pendapat dari Yusuf al-Qardhawî seperti yang dikutip oleh A. Mufakhir Muhammad, tafsir yang
bercorak ‘Ilmî adalah penafsiran yang menggunakan perangkat ilmu-ilmu kontemporer, realita-realita
dan teorinya untuk menjelaskan sasaran untuk menjelaskan sasaran dan makna al-Qur`an.[56]
5.    Corak Adabî  Ijtimâ’î (Sosial Masyarakat)
Tafsir ini adalah tafsir yang memiliki kecenderungan kepada persoalan sosial
kemasyarakatan. Tafsir jenis ini lebih banyak mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan
perkembangan kebudayaan masyarakat yang sedang berlangsung. Corak tafsir ini berusaha
memahami teks al-Qur`an dengan cara, pertama dan utama, mengemukakan ungkapan-ungkapan al-
Qur`an secara teliti, selanjutnya menjelaskan makna-makna yang dimaksud oleh al-Qur`an tersebut
dengan gaya bahasa yang indah dan menarik, kemudian berusaha menghubungkan nash-nash al-
Qur'an yang tengah dikaji dengan kenyataan sosial dan sistem budaya yang ada. Pembahasan tafsir ini
sepi dari penggunaan istilah-istilah ilmu dan teknologi, dan tidak akan menggunakan istilah-istilah
tersebut kecuali jika dirasa perlu dan hanya sebatas kebutuhan.[62]
lebih menegaskan I’jâz Ilmî al-Qur`an. Dalam bidang kemasyarakatan dan politik, maka tafsir
yang sangat dibanyak dipelajari adalah tafsir yang terbit pada abad ke-19 dan 20.[64]
Tokoh utama corak  adabî ijtimâ’î  ini  adalah  Muhammad Abduh sebagai peletak dasarnya,
dilanjutkan oleh muridnya Rasyid Ridhâ, di era selanjutnya adalah Fazlurrahman, Muhammad
Arkoun.[65]

6.  Corak Lughawi (Bahasa)


Tafsir lughawi adalah tafsir yang mencoba menjelaskan makna-makna al-Qur’an dengan
menggunakan kaidah-kaidah kebahasaan. Seseorang yang ingin menafsirkan al-Qur’an dengan
pendekatan bahasa harus mengetahui bahasa yang digunakan al-Qur’an yaitu bahasa arab dengan
segala seluk-beluknya, baik yang terkait dengan nahwu, balaghah dan sastranya. Ahmad Syurbasyi
menempatkan ilmu bahasa dan yang terkait (nahwu, sharaf, etimologi, balaghah dan qira’at) sebagai
syarat utama bagi seorang mufassir. Di sinilah, urgensi bahasa akan sangat tampak dalam penafsirkan
al-Qur’an. 
       Sebelum menjelaskan jenis-jenis dan metode tafsir lughawi, perlu diketahui bahwa tafsir
lughawi dengan berbagai macam penyajian dan pembahasannya tidak akan keluar dari dua kelompok
besar yaitu:[67]
a)      Tafsir lughawi yang murni atau lebih banyak membahas hal-hal yang terkait dengan aspek bahasa
saja, seperti tafsir Ma’an al-Qur’an karya al-Farra’, Tafsir al-Jalalain karya al-Suyuthi dan al-
Mahally, dan lainnya.
b)      Tafsir lughawi yang pembahasannya campur-baur dengan pembahasan lain seperti hukum, theology
dan sejenisnya, seperti Tafsir al-Thabary li Ibn Jarir al-Thabary, Mafatih al-Ghaib li al-Fakhruddin
al-Razy, dan sebagian besar tafsir dari awal hingga sekarang, termasuk Tafsir al-Mishbah yang
disusun oleh Quraish Shihab.
            Tafsir lughawi dalam perkembangannya, juga memiliki beberapa macam bentuk dan jenis.
Ada yang khusus membahas aspek nahwu, munasabah dan balaghah saja dan ada pula yang
membahas linguistik dengan mengkelaborasikan bersama corak-corak yang lain.
            Untuk lebih jelasnya tentang jenis dan macam-macam tafsir lughawi, akan dijelaskan sebagai
berikut:[68]
a)      Tafsir nahwu atau i’rab al-Qur’an yaitu tafsir yang hanya pokus membahas i’rab (kedudukan)
setiap lafal al-Qur’an, seperti kitab al-Tibyan fi I’rab al-Qur’an karya Abdullah bin Husain
al-‘Akbary (w. 616 H)
b)      Tafsir Sharaf atau morpologi (semiotik dan semantik) yaitu tafsir lughawi yang pokus membahas
aspek makna kata, isytiqaq dan korelasi antarkata seperti Tafsir al-Qur’an Karim karya Quraish
Shihab, Konsep Kufr dalam al-Qur’an karya Harifuddin Cawidu.
c)      Tafsir Munasabah yaitu tafsir lughawi yang lebih menekankan pada aspek korelasi antar ayat atau
surah, seperti Nazhm al-Durar fi Tanasub al-Ayat wa al-Suwar karya Burhanuddin al-Buqa’y (w.
885), Mafatih al-Ghaib karya Fakhruddin al-Razy (w. 606), Tafsir al-Mishbah karya Quraish Shihab,
dll.
d)     Tafsir al-amtsal (alegori) yaitu tafsir yang cenderung mengekspos perumpamaan-perumpamaan dan
majaz dalam al-Qur’an seperti kitab al-Amtsal min al-Kitab wa al-Sunnah karya Abdullah
Muhammad bin Ali al-Hakim al-Turmudzi (w. 585 H), Amtsal al-Qur’an karya al-Mawardi (w. 450
H), Majaz al-Qur’an karya Izzuddin Abd Salam (w. 660 H)
e)      Tafsir qir’ah yaitu tafsir yang membahas macam-macam qira’ah seperti kitab Tahbir al-Taisir fi
Qir’aat al-Aimmah al-‘Asyrah karya Muhammad bin Muhammad al-Jazry (w. 843 H).
f)       Tafsir klasifikasi bahasa yaitu tafsir yang mengkaji lafal-lafal yang murni bahasa arab dan yang
tidak seperti kitab al-Muhadzzab fi Waqa’a fi al-Qur’an min al-Mu’arrab karya Jalaluddin al-
Suyuthi.
g)      Dan tafsir-tafsir lughawi yang lain semisal tafsir Fawatih al-Hijaiyyah,dan lainnya.

7.    Corak Balaghi dan Bayani


       Corak Balaghi, yaitu jika seorang Mufassir menafsirkan Al Qur’an didasarkan pada segi
Balaghohnya (Keindahan Perkataan dan Uslub Al Qur’an). Adapun contoh corak tafsir Balaghi
tedapat pada tafsir Al Kasysyaf karya Al Zamakhsyari.
       Sedangkan, Corak Bayani, yaitu tafsir pembahasannya berkisar pada Balaghotu al Qur’an dalam
bentuk Ilmu bayan seperti Tasybih Isti’aroh, Tamsil, Washal, Fashal, dan cabang-cabangnya seperti
penggunaan Makna Denotasi (Haqiqi) dan Majazi (Metafor) dan semacamnya. [69]
Tafsir Balaghah meliputi tiga aspek yaitu: [70]
a.       Tafsir Ma’an al-Qur’an yaitu tafsir yang khusus mengkaji makna-makna kosa kata al-Qur’an atau
terkdang disebut ensiklopedi praktis seperti kitab Ma’an al-Qur’an karya Abd Rahim Fu’dah. 
b.      Tafsir Bayan al-Qur’an yaitu tafsir yang mengedapankan penjelasan lafal dari akar kata kemudian
dikaitkan antara satu makna dengan makna yang lain seperti kitab Tafsir al-Bayani al-Qur’an karya
Aisyah Abd Rahman bint al-Syathi’.
c.       Tafsir badi’ al-Qur’an yaitu tafsir yang cenderung mengkaji al-Qur’an dari aspek keindahan
susunan dan gaya bahasanya, seperti Badi’ al-Qur’an karya Ibn Abi al-Ishba’ al-Mishry (w. 654 H)

8.     Corak Teologi (Kalâm)


Tafsir bercorak Teologi (Kalâm) ialah tafsir dengan kecendrungan pemikiran Kalâm, atau
tafsir yang memiliki warna pemikiran kalâm. Tafsir semacam ini merupakan salah satu bentuk
penafsiran al-Qur`an yang tidak hanya ditulis oleh simpatisan kelompok Teologis tertentu, tetapi lebih
jauh lagi merupakan tafsir yang dimanfaatkan untuk membela sudut pandang Teologi tertentu. Paling
tidak tafsir model ini akan lebih banyak membicarakan tema-tema Teologis dibandingkan
mengedepankan pesan-pesan pokok al-Qur`an. Salah satu kitab tafsir yang bercorak Teologi adalah
Tafsir Mu’tazilah[71]

9.  Corak Haraki
       Corak Haraki, yaitu tafsir yang ditulis dan disusun oleh seorang tokoh pergerakan umat Islam.
Dalam hal ini seorang mufassir berusaha menjelaskan Maksud Allah dalam al Qur’an, khususnya
yang terkait dengan perubahan dan pergerakan sosial kearah yang lebih baik. Tafsir Haraki ini tidak
hanya bertujuan menafsirkan al Qur’an, tetapi juga mengajak umat untuk memperbaiki keadaan sosial
yang buruk ke arah keadaan sosial yang lebih baik.dalam hal ini, mufassir juga mengedapankan
perhatiannya untuk mengajak masyarakat agar kembali kepada ajaran agama yang benar, mensucikan
agama dari segala bentuk Khurafat dan Isroilliyat. Contoh tafsir Haraki adalah Tafsir Fi Zhilalil al
Qur’an karya Sayyid Quthub.
      
E.  Analisis
Yang paling populer dari keempat metode penafsiran yang disebutkan di atas, menurut M.
Quraish Shihab adalah metode tahliliy, dan metode maudhu’i. Namun begitu dari beberapa tokoh
analis Islam, kedua metode tersebut disamping mempunyai kelebihan disatu sisi, pada sisi yang lain
mempunyai kelemahan-kelemahan. 

2.3 Menelusuri Adanya Dialektika Al- Qur’an Dan Budaya

Al-Qur’an tak ubahnya strategi kebudayaan. Al-Qur’an adalah mukjizat yang


berakulturasi dengan manifestasi kebudayaan bangsa Arab. Al-Qur’an menolak disebut syair/puisi
akan tetapi di dalamnya mengandung nilai sastrawi sebagaimana bangsa Arab maju dalam bidang
sastra kala itu. Yang kemudian ditolak Al-Qur’an adalah hal-hal yang mengantarkan kepada
keburukan. Konsep akulturasi budaya seperti inilah yang kemudian menginspirasi dakwah Wali
Songo di Jawa, dan penyebar Islam lainnya di Indonesia.
Hubungan agama dan kebudayaan yang kemudian berjalan secara balas membalas, dapat
memberi asumsi bahawa agama cukup berpengaruh dalam memberi corak suatu budaya
masyarakat. Keadaan ini bisa terjadi karena rangkaian aktivitas sampai wujudnya budaya, yang
dipandang sebagai suatu kesadaran daripada pemeluk agama untuk mewujudkan pandangan
hidupnya. Pandangan hidup adalah sesuatu yang dipandang baik dan benar. Sebab itu yang akan
wujud dalam rangkaian tingkah laku tentulah sesuatu yang dipandang benar itu. Manusia, agama
(pandangan hidupnya), dan rangkaian budayanya tak dapat dipisahkan.
Dialektika antara agama (Islam) dan kebudayaan yang memberi tempat pada keragaman
kebudayaan Islam, tidak saja regional bahkan lokal. Dari pengalaman historis, terjadi tarik
menarik antara prinsip keterbukaan dan prinsip otentisitas. Ketika pendulum lebih kuat pada
prinsip keterbukaan, antara lain mengambil unsur-unsur lokal lebih banyak, maka dapat terjadi
sebuah sintesis kebudayaan Islam yang secara historis menguntungkan dakwah dan penyebaran
Islam.
Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh para ahli yang melihat hubungan antara agama dan
kebudayaan, tampak adanya tipologi kajian Islam dalam konteks lokal yang dikategorikan sebagai
kajian yang memandang hubungan antara tradisi Islam lokal bercorak sinkretik dan bercorak
akulturatif.
Dalam istilah lain proses akulturasi antara Islam dan budaya lokal ini kemudian
melahirkan apa yang dikenal dengan local genius, yaitu kemampuan menyerap sambil
mengadakan seleksi dan pengolahan aktif terhadap pengaruh kebudayaan asing, sehingga dapat
dicapai suatu ciptaan baru yang unik, yang tidak terdapat di wilayah bangsa yang membawa
pengaruh budayanya (Hartati Soebadio, 1992). Pada sisi lain local genius memiliki karakteristik
antara lain: mampu bertahan terhadap budaya luar; mempunyai kemampuan mengakomodasi
unsur-unsur budaya luar; mempunyai kemampuan mengintegrasi unsur budaya luar ke dalam
budaya asli; dan memiliki kemampuan mengendalikan dan memberikan arah pada perkembangan
budaya selanjutnya (Soerjanto Poespowardojo, 1986: 28-38).

2.4 Menelaah Al Qur`An Sebagai Inspirasi Budaya

Nuzul Alquran mempunyai makna sangat signifikan bagi umat Islam, tidak saja karena
Alquran merupakan sumber utama ajaran Islam, tetapi juga merupakan sumber inspirasi
pembangunan peradaban berkemajuan. Jika pada masa lalu umat Islam sukses mewujudkan
peradaban Islam kosmopolitan berkat inspirasi Alquran, mengapa umat Islam masa kini belum
mampu mewujudkan peradaban rahmatan lil ‘alamin dengan inspirasi Alquran yang sama?
Wahyu pertama (QS al-‘Alaq [96]: 1-5) yang turun kepada Nabi Muhammad SAW sejatinya
menginstruksikan pentingnya pengembangan budaya literasi sebagai basis pembangunan peradaban.
Etos iqra’: membaca, berpikir kritis dan kreatif, meneliti, dan mengembangkan sains dan teknologi
merupakan sendi utama tegaknya peradaban. Menurut Nasr Hamid Abu Zayd, jika Mesir mewariskan
peradaban pascakematian (piramid, artefak-artefak kuburan megah peninggalan Firaun), Yunani
mewariskan peradaban intelektual (filsafat), Islam membangun peradaban ilmu, dalam bentuk
peradaban teks dan pemikiran.

Peradaban teks sesungguhnya merupakan hasil interaksi dan dialektika antara ayat-ayat
Quraniyyah dan ayat-ayat kauniyah dengan etos intelektualisme dan spirit dialog keilmuan. Dengan
budaya dialog, Islam pascakenabian mampu berdialog dengan peradaban Yunani dan Persia.

Bahkan, dalam banyak hal bisa bersinergi dengan keduanya sehingga pada masa
keemasannya, Islam tidak hanya tampil sebagai agama, tetapi juga menjadi peradaban berkemajuan
yang sangat disegani dunia. Oleh karena itu, peradaban Islam masa depan idealnya adalah peradaban
ilmu, teknologi, dan sistem kehidupan yang damai, harmoni, penuh toleransi, dan inklusif, berbasis
iman, ilmu, dan amal saleh.

Dalam konteks ini, Alquran sebagai inspirasi peradaban harus diaktualisasikan melalui
pendidikan Islam holistik integratif. Kata kunci pemajuan peradaban Islam adalah simbiosis
mutualisme antara ulama dan umara, ilmu dan kekuasaan. Sinergi ulama dan umara’, kekuasaan dan
pendidikan, terbukti membuahkan dinamika keilmuan yang sangat pesat, sehingga dalam waktu relatif
singkat kemajuan peradaban Islam dalam berbagai bidang dapat diwujudkan.

Sinergi pendidikan Islam dan kebijakan politik yang mendukung pengembangan ilmu,
teknologi, seni, dan budaya di satu pihak dan pemikiran keislaman di lain pihak, terbukti melahirkan
peradaban berkemajuan dan berkeadaban pada masa lalu.

Paradigma baru
Inspirasi Alquran untuk pemajuan peradaban dapat diaktualisasikan, apabila umat Islam
memiliki komitmen kuat untuk mengembangkan paradigma baru dalam berinteraksi dengan Alquran.
Paradigma baru dimaksud adalah perubahan paradigma dari membaca verbal (tilawah) menuju
membaca penuh pemahaman dan kesadaran.

Target membaca Alquran, terutama pada bulan Ramadhan, tidak sekadar mengkhatamkan
bacaan Alquran dari surah al-Fatihah hingga surah an-Nas, tapi harus dibarengi dengan proses kognisi
(pemahaman), afeksi (penyadaran dan penghayatan), dan psikomotorik (aktualisasi dan pengamalan).
Paradigma tersebut juga perlu dikembangkan dari qira’ah wa’iyah menjadi harakah ilmiah wa
insaniyyah (gerakan ilmu dan kemanusiaan). Pembacaan Alquran dengan pemahaman, penghayatan,
penyadaran, dan pengamalan akan menjadi efektif dan membuahkan hasil, jika ditindaklanjuti dengan
gerakan sistemis dengan visi dan misi yang jelas dalam membangun peradaban. Dengan kata lain,
Alquran harus menjadi inspirasi gerakan pemikiran dan sosial kemanusiaan berkeadaban dalam
rangka mewujudkan peradaban agung.

Paradigma tilawah menuju qira’ah wa’iyah, lalu dari qira’ah wa’iyah menuju harakah
‘ilmiyyah penting diorientasikan kepada pemajuan peradaban. Melalui integrasi pembacaan ayat-ayat
Quraniyyah dan ayat-ayat kauniyyah idealnya dapat dikembangkan gerakan pemajuan peradaban
profetik, bervisi kenabian, dan bermisi keumatan.

Ayat-ayat Alquran dibaca dan dimaknai dalam spirit transformasi keilmuan dan kemanusiaan
dari kemunduran dan keterbelakangan menjadi kemajuan, dari kemiskinan menuju kemakmuran dan
kesejahteraan, dari ketimpangan menuju keadilan sosial, dan dari budaya kekerasan dan perang
menjadi budaya damai, toleransi, harmoni, dan persatuan dalam bingkai NKRI.

Oleh karena itu, inpirasi Alquran untuk aktualisasi peradaban Islam rahmatan lil ‘alamin
penting dijadikan sebagai komitmen moral dan kesediaan menjadi teladan yang terbaik bagi semua,
sehingga terwujud baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri berperadaban maju, gemah ripah
loh jinawi, dan mendapat ampunan Tuhan) melalui khaira ummah di bumi Indonesia tercinta.

Komitmen ini menghendaki kesadaran kolektif untuk menjadikan multifungsi Alquran itu
menginspirasi kehidupan umat dan bangsa. Sebagai petunjuk, Alquran harus dibaca untuk memandu
kehidupan manusia menuju jalan kebenaran, kedamaian, keselamatan, dan kebahagiaan, bukan dibaca
sekadar untuk mendapat pahala akhirat.

Sebagai penjelas, Alquran harus dibaca dan dimaknai dengan pendekatan intertekstualitas
secara komprehensif, agar pesan moral Alquran dapat menginspirasi pembangunan peradaban.
Sebagai al-furqan (pembeda), Alquran harus dijadikan sebagai ”hakim” yang menetapkan standar
kebenaran, kebaikan, dan keadilan. Sebagai syifa’ (penawar, terapi), Alquran harus dibaca
sebagai problem solving, terhadap berbagai persoalan keumatan dan kebangsaan. Dan sebagai
rahmah, multidimensi ajaran kasih sayang Alquran penting diaktualisasikan dalam rangka
mewujudkan Islam rahmatan lil ’alamin.
Pemajuan peradaban ilmu, teknologi yang berkeadaban tidak hanya dilandasi akidah tauhid, aplikasi
norma-norma syariat, dan aktualisasi nilai-nilai akhlak Islami dalam kehidupan, tetapi juga
disemangati berbagai sendi utama tegaknya peradaban itu sendiri, yaitu inovasi dan kreativitas ilmiah
dan inovasi seni.
Peradaban bangsa ini akan berjaya dengan inspirasi Alquran, apabila sistem politik,
administrasi negara, sistem militer, ekonomi, sosial, peradilan, etos intelektualisme, dan kebudayaan
dikembangkan secara dinamis dan produktif. Di atas semua itu, sistem pendidikan, budaya riset,
pengembangan sains dan teknologi yang diinspirasi Alquran harus berkualitas unggul dan berdaya
saing tinggi.

umat Islam diwajibkan tetap menjaga tradisi Islami dan melestarikan budaya yang sesuai
dengan syari'ah Islam. Sedangkan budaya yang kosong tanpa warna agama, maka diwarnai dengan
Islam. Sementara budaya yang bertentangan dengan Islam, wajib diubah secara bijak, dengan
memperhatikan kerifan lokal dan selanjutnya bersih dan hilang.

Dalam sebuah diskusi, seorang budayawan serius sekali membela pelestarian budaya dengan
sekian alasan yang arahnya sebagai warisan leluhur. Leluhur, diposisikan kayak dewa, kayak Tuhan,
Dzat yang mesti benar, sehingga budaya karangan leluhur wajib dijaga. Padahal, budaya tak lebih dari
ciptaan orang, di mana, yang namanya orang itu nyandhang luput lan nyandang salah. Apalagi leluhur
dulu itu masik jahiliah dan belum mengenal Islam.

Budayawan itu mengomentari filosufis makna yang tersirat dalam simbol, termasuk pada
koteka dan rumbai, pakaian adat suku Asmat Papua. Jika diperhatikan, cewek Papua yang pakai
rumbai itu ya hanya rumbai saja menutup vagina dan daerah pinggul tanpa pakai celana dalam.
Hingga sekarang, sebagaian remaja putri yang pakai rumbai dalam acara atau pesta-pesta juga tanpa
pakai celana dalam.

penulis memaparkan pandangan Islam terhadap budaya, penulis katakan, bahwa islam itu
mencerahkan, mengentas umat manusia dari lembah primitif dan terbelakang menjadi manusia
berperadaban dan berpendidikan. Bagi islam, manusia harus berilmu untuk mengelola dunia makin
produktif dan manfaat. Maka tidak boleh ada saudara kita terpuruk dalam keprimitifan yang
berkepanjangan, sementara umat manusia di belahan dunia sana sudah sangat moderen dan rekreasi
ke

Di tengah-tengah adu argumen yang cukup hangat, penulis balik tanya: “Andai yang pakai
koteka, andai yang pakai rumbai, lalu dibuat tontonan para turis itu ayahmu sendiri, ibumu sendiri,
bagaimana perasaan bapak? tega?”. Ruangan mendadak hening dan perlahan diskusi diakhiri.

2.5 Membiasakan Untuk Membaca Dan Mengkaji Al-Qur’an

 keutamaan membaca dan membaca Al-Quran menurut beberapa riwayat, di antaranya adalah


sebagai berikut:
1. Menurut riwayat Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-Bukhari dalam
shahihnya mengatakan, “Sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar Al-Quran dan
mengajarkannya.”

2. Riwayat dari Umar bin Al-Kattab ra, bahwa Nabi SAW bersabda, “Sesunggunya Allah SWT
mengangkat derajat beberapa golongan manusia dengan kalam ini dan merendahkan derajat
golongan lainnya.”

3. Riwayat dari Aisyah ra, Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa, Orang yang membaca Al-
Quran sedangkan dia mahir melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam Syurga bersama-
sama dengan para rasul yang mulia lagi baik.

4. Sedangkan orang yang membaca Al Quran, tetapi dia tidak mahir, membacanya tertegun-
tegun dan nampak agak berat lidahnya (belum lancar), dia akan mendapat dua pahala.

5. Riwayat dari Abu Umamah ra, katanya: Aku medengar Rasulullah SAW bersabda,
“Bacalah Al-Quran karena dia akan datang pada hari
Kiamat sebagai juru syafaat bagi pembacanya.”

6. Riwayat dari pada Ibnu Umar ra, dari pada Nabi SAW Bersabda, “Tidak bisa iri hati, kecuali
kepada dua seperti orang: yaitu orang lelaki yang diberi Allah swt pengetahuan tentang Al-
Qur’an dan diamalkannya sepanjang malam dan siang; dan orang lelaki yang dianugerahi
Allah swt harta, kemudian dia menafkahkannya sepanjang malam dan siang.”

7. Riwayat dari Ibnu Abbas ra, katanya: Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang
tidak terdapat dalam rongga badannya sesuatu dari Al-Qur’an adalah seperti rumah yang
roboh.”

8. Riwayat dari Abdullah bin Amrin Ibnul Ash ra. Nabi SAW bersabda, “Dikatakan kepada
pembaca Al-Qur’an, bacalah dan naiklah serta bacalah dengan tartil seperti engkau
membacanya di dunia karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca.”

9. Riwayat dari Mu’adz bin Anas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa membaca
Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, Allah memakaikan pada kedua orang tuanya di hari
kiamat suatu mahkota yang sinarnya lebih bagus dari pada sinar matahari di rumah-rumah di
dunia. Maka bagaimana tanggapanmu terhadap orang yang mengamalkan ini.”

10. Ad-Darimi meriwayatkan dengan isnadnya dari Abdullah bin mas’ud. Nabi SAW bersabda,
“Bacalah Al-Qur’an karena Allah tidak menyiksa hati yang menghayati Al-Qur’an. Dan
sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah jamuan Allah, maka siapa yang masuk di dalamnya, dia
pun aman. Dan siapa mencintai Al-Qur’an, maka berilah kabar gembira.”

11. Diriwayatkan dari Abdul Humaidi Al-Hamani, katanya: “Aku bertanya kepada Sufyan Ath-
Thauri, manakah yang lebih engkau sukai, orang yang berperang atau orang yang membaca
Al-Qur’an?” Kemudian Sufyan menjawab: “Membaca Al-Qur’an. Karena Nabi SAW
bersabda. ‘Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan
mengajarkannya."Dilansir dari buku terjemahan dari karya Imam Nawawi yang berjudul
Keutamaan Membaca dan
Mengkaji Al-Quran "At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Quran."

3.1 Pengertian Konsep Sholat (Pengertian, Rukun Dan Syarat)

3.1.1 Pengertian Sholat


Sholat pengertian sholat jika secara bahasa adalah do’a, Jika secara istilah, sholat adalah
ibadah wajib yang mana yang telah di tentukan karena ada pula Sholat sunah namun keduanya
ini terdiri dari ucapan & perbuatan yang berawaal dari takbiratul ihram hingga salam dengan
rukun serta persyaratan tertentu.

Sedangkan hakekatnya, sholat adalah menghadapkan jiwa atau hati kepada Allah Subhanahu
Wa Ta’ala, yang mana dengan begitu dapat melahirkan rasa takut kepada Allah Azza Wa Jalla
serta bisa meningkatkan rasa syukur dan kesadaran pada setiap jiwa terhadap Kekuasaan &
Kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Semenetara Menurut Ash Shiddieqy, sholat adalah jiwa shalat atau rukhus shalat; yakni
maksudnya berharap sepenuhnya kepada Allah.Swt dengan sepenuh hati & jiwa raga, dengan
kekhusyu’an dihadapan Allah.Subhanau Wa Ta’ala serta ikhlas yang diiringi dengan hati yang
terus menerus berdzikir, berdo’a & memuji-Nya.

Pada saat melaksanakan sholat haruslah kita selalu berusaha dalam menjaga kekhusu’an.
adapun definisi mengenai khusyu ini ialah, khusyu’ dalam bahasa Arab ialah al-inkhifaadh
(merendah), adz-dzull (tunduk), dan as-sukuun (tenang). Secara terminologi, khusyu’ yakni
ialah seseorang yang melaksanakan shalat yang dimana orang tersebut merasakan kehadiran
Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang amat dekat kepadanya.
Definisi lain, Khusyu’ adalah tunduk dan takhasysyu’ yakni membuat diri menjadi khusyu’.
Khusyu’ ini dapat melalui suara, gerakan atau pengelihatan, Ketiga hal tersebut menjadi tanda
kekhusyu’an bagi orang dalam melaksanakan ibadah/ sholat.

Menurut Imam A. Syafi’i khusyu’ adalah tunduk baik lahir maupun batin dan menyengaja
ikhlas,; dengan menyempurnakan keindahan bentuk ataupun sikap lahirnya, serta memenuhinya
atau diiringi dengan kehadiran hati dan kesadaran serta pemahaman segala ucapan dan sikap
lahiriyahnya.

Dalil Yang Mewajibkan Sholat Dalam Ayat Al – Qur’an & Al- Hadist

Firman Allah.Swt Dalam Surat. Al-ankabut : 45

Artinya : “Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan)
keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al
ankabut: 45)

Firman Allah Swt Dalam Thaaha : 14

Artinya : “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (thaaha: 14).

Dari Imran Ibnu Hushoin R.A bahwa Nabi SAW bersabda:

“Sholatlah dengan berdiri jika tidak mampu maka dengan duduk jika tidak mampu maka
dengan berbaring dan jika tidak mampu juga maka dengan isyarat.” HR. Bukhari.

3.1.2 Rukun Sholat


Berikut ini adalah Rukun-Rukun Sholat atau Sering di sebut dengan Rukun 13, yakni ;

1. Niat
2. Berdiri tegak bila mampu, dan diperbolehkan duduk atau berbaring bagi yang tidak
mampu/sakit.
3. Takbiratul ihram
4. Membaca surat Al-fatihah pada setiap rokaatnya
5. Ruku’
6. I’tidal
7. Sujud
8. Duduk di antara dua sujud
9. Duduk Tasyahud Akhir
10. Membaca tasyahud akhir
11. Membaca shalawat Nabi
12. Mengucap salam pertama
13. Tertib (Dilakukan secara berurutan)

3.1.3 Syarat Sah Sholat

Secara Sya’riat, Sholat dapat di katakan sah apabila ;

1. Telah memasuki waktu sholat


2. Menghadap ke kiblat
3. Menutup aurat
4. Suci badan dan tempat sholat serta pakaian yang digunakan terdapat najis
5. mengetahui tata cara pelaksanaannya(Sholat)

3.2 Macam-Macam Sholat

Selain sholat wajib ada beberapa sholat sunnah.

Macam-macam sholat sunnah dua rakaat

1. Sholat rawatib

Sholat rawatib adalah sholat sunnah yang mengiringi sholat fardhu, baik sebelum maupun
setelahnya. Sholat yang dikerjakan sebelum sholat fardu dinamakan sunnah qabliyah.
Sedangkan sholat yang dikerjakan setelah sholat fardhu disebut sunnah badiyah.

Secara umum, sholat sunnah rawatib terdiri dari dua rakaat sebelum sholat subuh, dua rakaat
sebelum sholat dzuhur, dua rakaat sesudah sholat dzuhur, dua rakaat sesudah sholat maghrib,
dan dua rakaat sesudah sholat isya. Berikut haditsnya,

ُّ ‫ت قَ ْب َل‬
‫الظه ِْر َو َر ْك َعتَ ْي ِن بَ ْع َدهَا َو َر ْك َعتَ ْي ِن بَ ْع َد‬ ٍ ‫َم ْن ثَابَ َر َعلَى ثِ ْنت َْى َع ْش َرةَ َر ْك َعةً ِمنَ ال ُّسنَّ ِة بَنَى هَّللا ُ لَهُ بَ ْيتًا فِي ْال َجنَّ ِة َأرْ بَ ِع َر َك َعا‬
‫ء َو َر ْك َعتَي ِْن قَ ْب َل ْالفَجْ ِر‬žِ ‫ب َو َر ْك َعتَ ْي ِن بَ ْع َد ْال ِعشَا‬
ِ ‫ْال َم ْغ ِر‬

Artinya: "Siapa saja yang terbiasa menunaikan sholat sunnah 12 rakaat, Allah SWT akan
membuatkannya rumah di surga yaitu: empat rakaat sebelum zuhur, dua rakaat setelahnya,
dua rakaat usai maghrib, dua rakaat setelah isya, dan dua rakaat sebelum subuh." (HR
Tirmidzi).

2. Sholat tahiyatul masjid

Sholat tahiyatul masjid adalah sholat sunnah dua rakaat yang dilakukan ketika memasuki
masjid sebelum duduk, terutama saat sholat Jumat. Sholat ini dilakukan sebagai
penghormatan terhadap masjid.

Berikut haditsnya seperti diceritakan Dari Abu Qatadah RA,

َ ِ‫د فَ ْليَرْ َك ْع َر ْك َعتَي ِْن قَ ْب َل َأ ْن يَجْ ل‬žَ ‫ِإ َذا َدخَ َل َأ َح ُد ُك ْم ْال َم ْس ِج‬
‫س‬

Artinya: "Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, janganlah duduk sehingga sholat dua
rakaat." (HR Bukhari dan Muslim).

3. Sholat taubat

Sholat taubat adalah sholat sunnah yang dikerjakan seorang muslim yang ingin bertaubat atas
perbuatan dosa yang telah dilakukan. Sholat taubat dilakukan sebanyak dua rakaat tanpa ada
waktu khusus.

Berikut hadits tentang sholat taubat,

« ‫ ثُ َّم قَ َرَأ هَ ِذ ِه اآليَةَ ( َوالَّ ِذينَ ِإ َذا‬.» ُ‫ُصلِّى َر ْك َعتَي ِْن ثُ َّم يَ ْستَ ْغفِ ُر هَّللا َ ِإالَّ َغفَ َر هَّللا ُ لَه‬
َ ‫ُور ثُ َّم يَقُو ُم فَي‬ ُّ ُ‫َما ِم ْن َع ْب ٍد ي ُْذنِبُ َذ ْنبًا فَيُحْ ِسن‬
َ ‫الطه‬
‫ظلَ ُموا َأ ْنفُ َسهُ ْم َذ َكرُوا هَّللا َ) ِإلَى آ ِخ ِر اآليَ ِة‬
َ ْ‫فَ َعلُوا فَا ِح َشةً َأو‬.
Artinya: "Tidak ada seorang hamba pun yang melakukan dosa, lalu dia bersuci dengan baik
selanjutnya berdiri lalu melakukan shalat dua raka'at, kemudian memohon ampun kepada
Allâh, kecuali Allâh pasti akan mengampuninya. Kemudian beliau n membaca ayat (yang
artinya), "Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya
diri sendiri, mereka ingat akan Allâh," sampai akhir ayat. (HR Abu Dawud).

4. Sholat istikharah

Sholat istikharah adalah sholat sunnah dua rakaat untuk memohon pertolongan kepada Allah
dalam menunjukkan pilihan terbaik di antara dua pilihan. Waktu yang afdhal untuk
mengerjakan sholat istikharah adalah malam hari.

Disebutkan dalam hadits riwayat Imam Bukhari dari Jabir RA, Rasulullah SAW mengajarkan
umatnya sholat istikharah untuk segala urusan. Berikut haditsnya,

‫ور ُكلِّهَا َك َما يُ َعلِّ ُمنَا السُّو َرةَ ِم ْن ْالقُرْ آ ِن يَقُو ُل ِإ َذا هَ َّم َأ َح ُد ُك ْم‬ ‫ُأْل‬
ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يُ َعلِّ ُمنَا ااِل ْستِخَا َرةَ فِي ا ُم‬
َ ِ ‫َكانَ َرسُو ُل هَّللا‬
ْ‫ض ِة ثُ َّم لِيَقُل‬ َ ‫بِاَأْل ْم ِر فَ ْليَرْ َك ْع َر ْك َعتَ ْي ِن ِم ْن َغي ِْر ْالفَ ِري‬

Artinya: Rasulullah SAW mengajari kami shalat istikharah dalam setiap perkara atau urusan
yang kami hadapi, sebagaimana Beliau mengajarkan kami suatu surat dari al-Qur'an. Beliau
berkata: "Jika salah seorang di antara kalian berniat dalam suatu urusan, maka lakukanlah
shalat dua rakaat yang bukan shalat wajib, kemudian berdoalah." (HR Al-Bukhari).

Sholat fajar adalah sholat sunnah yang dikerjakan sebelum sholat subuh, tepatnya setelah
adzan subuh berkumandang. Sholat fajar dikerjakan sebanyak dua rakaat. Dalam beberapa
riwayat disebutkan bahwa mengerjakan sholat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya. Salah
satunya dalam hadits yang bersumber dari Aisyah RA,

َّ َ‫لَهُ َما َأ َحبُّ ِإل‬


‫ى ِمنَ ال ُّد ْنيَا َج ِميعًا‬

Artinya: "Dua raka'at shalat sunnah fajar lebih kucintai daripada dunia seluruhnya." (HR
Muslim).

3.3 Gerakan-Gerakan Sholat

Takbiratul Ihram
Berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar tlinga, lalu melipatnya di depan perut atau
dada bagian bawah. Gerakan ini bermanfaat untuk melancarkan aliran darah, getah bening (limfe),
dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancer ke
seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya
oksigen menjadi lancer. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah.
Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.

Ruku’
Ruku’ yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas
air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang. Gerakan
ini bermanfaat untuk menjaga kesempurnaan posisi serta fungsi tulang belakang (corpus vertebrae)
sebagai penyangga tubuh dan pusat saraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah
maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi untuk merelaksasikan
otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah sarana latihan bagi kemih sehingga
gangguan prostate dapat dicegah.

I’tidal
Bangun dari ruku’, tubuh kembali tegak setelah mengangkat kedua tangan setinggi telinga.
I’tidal merupakan variasi dari postur setelah ruku’ dan sebelum sujud. Gerakan ini bermanfaat sebagai
latihan yang baik bagi organ-organ pencernaan. Pada saat I’tidal dilakukan, organ-organ pencernaan
di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Tentu memberi efek
melancarkan pencernaan.

Sujud
Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai. Posisi
sujud berguna untuk memompa getah bening ke bagian leher dan ketiak. Posis jantung di atas otak
menyebabkan daerah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya
pikir seseorang. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan sujud dengan tuma’ninah, tidak tergesa-gesa agar
darah mencukupi kapasitasnya di otak. Posisi seperti ini menghindarkan seseorang dari gangguan
wasir. Khusus bagi wanita, baik ruku’ maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan
kesehatan organ kewanitaan.

Duduk di antara sujud


Duduk setelah sujud terdiri dari dua macam yaitu iftirosy (tahiyat awal) dan tawarru’ (tahiyat
akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki. pada saat iftirosy, tubuh bertumpu pada pangkal
paha yang terhubung dengan saraf nervus Ischiadius. Posisi ini mampu menghindarkan nyeri pada
pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarru’ sangat
baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (uretra), kelenjar kelamin pria (prostate)
dan saluran vas deferens. Jika dilakukan dengan benar, posisi seperti ini mampu mencegah impotensi.
Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarru’ menyebabkan seluruh otot tungkai turut
meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga kelenturan
dan kekuatan organ-organ gerak kita.

Salam
Gerakan memutar kepala ke kanan dank e kiri secara maksimal. Salam bermanfaat untuk
bermanfaat untuk merelaksasikan otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di
kepala sehingga mencegah sakit kepala serta menjaga kekencangan kulit wajah.

3.4 Hikmah Sholat

Dikutip dari buku Kitab Lengkap Panduan Shalat karya M. Khalilurrahman Al-Mahfani, Ma, dan
Abdurrahim Hamdi, MA, ada beberapa hikmah sholat yang perlu diketahui setiap Muslim, yaitu:

1. Mencegah dari Perbuatan Mungkar

Sholat yang dilakukan dengan khusyuk akan membentuk pribadi yang mencegah seorang Muslim dari
perbuatan buruk. Allah berfirman dalam surat Al-Ankabut ayat 45 yang artinya: “Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.”

Jika seseorang melakukan sholatnya dengan khusyuk, itu artinya dia sadar bahwa Allah SWT selalu
mengawasinya. Jika sudah memiliki kesadaran seperti itu, kecil kemungkinan orang tersebut akan
melakukan perbuatan buruk.

Jika ada orang yang melaksanakan sholat, tapi tetap melakukan maksiat, artinya ia tidak
mengamalkannya dengan khusyuk atau sungguh-sungguh. Jadi, ia belum bisa merasakan kehadiran
Allah di dalam hatinya.

2. Mendidik menjadi Pribadi yang Disiplin

Sholat dapat mendidik seorang Muslim menjadi pribadi yang disiplin. Setiap Muslim dituntut untuk
menghargai waktu dengan sebaik-baiknyam memaksimalkan setiap kesempatan yang ada, dan
mempertahankan eksistensi diri sebagai seorang khalifah di muka bumi.

Sholat adalah ibadah yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Bila sudah tiba waktunya harus
segera dilaksanakan. Sehingga, secara tidak langsung perintah sholat tepat waktu mengajarkan
manusia untuk disiplin dan bertanggung jawab.

3. Melatih menjadi Pribadi yang Tangguh

Sholat dapat melatih diri untuk menjadi pribadi yang tangguh dan tidak cengeng ketika menghadapi
masalah. Dalam surat Al-Ma’arij ayat 19-23, Allah berfirman:
“Sesungguhnya manusia diciptakan untuk bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah, kecuali orang-orang yang mengerjakan solat, yang mereka itu
konsisten mengerjakan sholatnya.”

Kesimpulannya, orang yang sering berkeluh kesah biasanya tidak mempunyai sandaran hidup. Ia
mudah goyah dan terombang ambing. Sedangkan orang yang khusyuk saat sholat akan merasa
memiliki sandaran hidup, yaitu Allah. Jadi, jika sedang tertimpa musibah, ia akan memohon ampun,
dan meminta yang terbaik, serta selalu berpikir positif.

4. Meninggikan Derajat

Allah akan meninggikan derajat dan menghapus kesalahan orang yang melaksanakan sholat.
Rasulullah SAW bersabda: Hendaknya engkau memperbanyak sujud kepada Allah. Karena engkau
tidak sujud kepada Allah satu kali, melainkan Allah akan mengangkamu satu derajat dan
menghapuskan satu kesalahan dari dirimu.” (HR. Muslim dari Tsauban)

5. Membersihkan Kesalahan dan Dosa

Dengan sholat, Allah akan mengampuni dosa-dosa yang ada di antara satu sholat dengan sholat
berikutnya. Sholat juga dapat membersihkan diri dari kesalahan dan dosa yang dilakukan secara
sengaja atau tidak.

Orang yang sholat dengan khusyuk akan selalu berusaha untuk menjaga lahir dan batinnya selalu
bersih. Untuk kebersihan batin mencakup soal kebersihan rumah, badan, hingga pakaian.

Sedangkan kebersihan batin, ia akan selalu menjaga diri dari perbuatan maksiat. Tidak akan terlintas
dalam pikirannya untuk berbuat jahat dan menodai kesuciannya.

6. Meraih Pertolongan Allah

Ketika sholat, seorang hamba berada pada posisi yang sangat dekat dengan Allah. Kedekatan tersebut
sangat baik untuk dimaksimalkan dengan berdoa dan memohon pertolongan-Nya.

Para sahabat Rasullullah tak akan berkeluh kesah atau berputus asa jika sedang menghadapi kesulitan.
Mereka selalu memohon pertolongan Allah dengan memperbanyak sujud dan rukuk. Sebab, hanya
Allah yang Maha Kuasa dan Maha Penolong.

3.5 Bacaan Sholat Beserta Artinya

Niat Sholat Subuh


“ USHALLI FARDHAS SUBHI RAK’ATAINI MUSTQBILAL QIBLATI ADAA-AN
(MA’MUMAM/IMAAMAN) LILLAAHI TA’AALAA. ALLAAHU AKBAR.”

Artinya: " Saya berniat sholat fardu subuh dua rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta'ala/Ma'mum
karena Allah Ta'ala/Imam karena Allah Ta'ala" .

Niat Sholat Zuhur

“ USHALLI FARDHADZ DZUHRI ARBA’A RAKA’AATIN MUSTQBILAL QIBLATI ADAA-


AN (MA’MUMAM/IMAAMAN) LILLAAHI TA’AALAA. ALLAAHU AKBAR.”

Artinya: " Saya berniat sholat fardu zuhur empat rakaat menghadap kiblat karena Allah
Ta'ala/Ma'mum karena Allah Ta'ala/Imam karena Allah Ta'ala" .

Niat Sholat Asar

“ USHALLI FARDHAL ASHRI ARBA’A RAKA’AATIN MUSTQBILAL QIBLATI ADAA-AN


(MA’MUMAM/IMAAMAN) LILLAAHI TA’AALAA. ALLAAHU AKBAR.”

Artinya: " Saya berniat sholat fardu asar empat rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta'ala/Ma'mum
karena Allah Ta'ala/Imam karena Allah Ta'ala" .

Niat Sholat Magrib

“ USHALLI FARDHAL MAGHRIBI SALASA’ RAKA’AATIN MUSTQBILAL QIBLATI ADAA-


AN (MA’MUMAM/IMAAMAN) LILLAAHI TA’AALAA. ALLAAHU AKBAR.”
Artinya: " Saya berniat sholat fardu magrib tiga rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta'ala/Ma'mum
karena Allah Ta'ala/Imam karena Allah Ta'ala" .

Niat Sholat Isya

“ USHALLI FARDHAL ‘ISYAA-I RAKA’AATIN MUSTQBILAL QIBLATI ADAA-AN


(MA’MUMAM/IMAAMAN) LILLAAHI TA’AALAA. ALLAAHU AKBAR.”

Artinya: " Saya berniat sholat fardu isya empat rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta'ala/Ma'mum
karena Allah Ta'ala/Imam karena Allah Ta'ala" .

2. Takbiratul Ihram

Setelah membaca niat, maka selanjutnya yaitu melakukan takbiratul ihram dengan mengangkat kedua
tangan serta mengucapkan “ Allaahu akbar.”

(Allaahu akbar)

Artinya: Allah Maha Besar

3. Membaca Doa Iftitah

Doa iftitah dilakukan setelah mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga (untuk laki-laki) atau
sejajar dengan dada (untuk perempuan) sambil membacakan " allahu akbar" . Kemudian tangan
disedekapkan pada dada dan baru membacakan doa iftitah. Berikut bacaannya:
ALLAAHU AKBAR KABIIRAW WALHAMDU LILLAAHI KATSIIRA WA
SUBHAANALLAAHI BUKRATAW WA'ASHIILA.

Artinya : " Allah maha besar, maha sempurna kebesaran-Nya. Segala puji bagi Allah, pujian yang
sebanyak-banyaknya. Dan maha suci Allah sepanjang pagi dan petang."

WAJJAHTU WAJHIYA LILLADZII FATARAS SAMAWAATI WAL ARDHA HANIIFAM


MUSLIMAW WAMAA ANAA MINAL MUSYRIKIIN. INNA SHALAATII WA NUSUKII WA
MAHYAAYA WA MAMAATII LILLAAHI RABBIL AALAMIIN. LAA SYARIIKALAHU WA
BIDZAALIKA UMIRTU WA ANAA MINAL MUSLIMIIN.

Artinya : " Kuhadapkan wajahku kepada zat yang telah menciptakan langit dan bumi dengan penuh
ketulusan dan kepasrahan dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya
sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku semuanya untuk Allah, penguasa alam semesta. Tidak ada
sekutu bagi-Nya dan dengan demikianlah aku diperintahkan dan aku termasuk orang-orang yang
muslim."

4. Al-fatihah

Setelah doa ifititah telah selesai dibacakan, bacaan selanjutnya yaitu membaca surat al-fatihah.

BISMILLAHIR RAHMAA NIRRAHIIM. ALHAMDU LILLA HI RABBIL 'ALAMIN. AR


RAHMAANIRRAHIIM. MAALIKI YAUMIDDIIN. IYYAAKA NA'BUDU WA IYYAAKA
NASTA'IIN. IHDINASH SHIRRAATAL MUSTHAQIIM. SHIRAATHAL LADZIINA AN'AMTA
'ALAIHIM GHAIRIL MAGHDUUBI 'ALAIHIM WALADH-DHAALLIIN.

Artinya : " Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang. Segala puji bagi Allah, tuhan
seluruh alam, yang maha pengasih, maha penyayang, pemilik hari pembalasan. Hanya kepada
engkaulah kami menyembah dan hanya kepada engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami
jalan yang lurus (yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat kepadanya, bukan (jalan)
mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

5. Membaca Surat Pendek

Bacaan sholat berikutnya adalah membaca surat pendek. Surat pendek dibaca pada dua rakaat
pertama. Berbeda dengan Al-Fatihah, membaca surat pendek hukumnya sunah. Pilihlah bacaan ayat
pendek yang dapat kamu hafal.

6. Rukuk

Bacaan sholat selanjutnya yaitu rukuk. Gerakan rukuk yaitu mengangkat kedua tangan dan membaca
" allahu akbar" . Kemudian badan dibungkukkan dan kedua tangan memegang lutut. Usahakan antara
punggung dan kepala sama rata. Setelah itu membaca:

" SUBHAANA ROBBIYAL 'ADZIIMI WABIHAMDIH" sebanyak 3 kali.

Artinya: " Maha suci tuhan yang maha agung serta memujilah aku kepadanya."

7. I’tidal

Setelah rukuk, bangkit dan tegak dan mengangkat kedua tangan setinggi telinga (laki-laki) atau dada
(perempuan) sambil membaca:

“ SAMI'ALLAAHU LIMAN HAMIDAH”

Artinya: " Allah maha mendengar terhadap orang yang memujinya."


Setelah berdiri tegak, lalu membaca :

“ ROBBANAA LAKAL HAMDU MIL US SAMAWAATI WAMIL UL ARDHI WAMIL U MAA


SYI'TA MIN SYAIN BA'DU.”

Artinya: " Ya Allah tuhan kami, bagimu segala puji sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh sesuatu
yang engkau kehendaki sesudah itu."

8. Sujud

Selesai melakukan iktidal, lakukan sujud dengan meletakkan dahi di lantai yang telah diberikan alas
bersih. Ketika turun ke bawah dari posisi iktidal, lakukan sambil membaca " Allahu akbar" dan sujud
dengan membacanya 3 kali.

 Duduk di Antara Dua Sujud

Setelah sujud dilakukan, langkah selanjutnya yaitu duduk sambil membaca:

“ ROBBIGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARFA'NII WARZUQNII WAHDINII


WA'AAFINII WA'FU 'ANNII.”

Artinya: " Ya Allah ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku, cukupkanlah segala kekurangan dan
angkatlah derajatku, berilah rizki kepadaku, berilah aku petunjuk, berilah kesehatan kepadaku dan
berilah ampunan kepadaku." Setelah selesai membaca lakukan gerakan sujud dengan bacaan yang
sama sebelumnya. Selesai sujud, berdiri lagi dan melanjutkan rakaat selanjurnya. Jumlah rakaat
tergantung dengan jenis sholat yang dilakukan.
10. Tasyahud Awal

Tasyahud awal dilakukan pada rakaat kedua. Setelah sujud yang kedua, posisi tasyahud awal yaitu
dengan sikap kaki tegak dan kaki kiri diduduki sambil membaca:

“ ATTAHIYYAATUL MUBAAROKAATUSH SHOLAWAATUTH THOYYIBAATU LILLAAH.


ASSALAAMU 'ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WA ROHMATULLAHI WA BAROKAATUH.
ASSALAAAMU'ALAINAA WA 'ALAA 'IBAADILLAAHISH SHOOLIHIIN. ASYHADU ALLAA
ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR ROSUULULLAH.
ALLAHUMMA SHOLLI 'ALAA MUHAMMAD.”

Artinya: " Segala penghormatan, keberkahan, salawat dan kebaikan hanya bagi Allah. Semoga salam
sejahtera selalu tercurahkan kepadamu wahai nabi, demikian pula rahmat Allah dan berkah-Nya dan
semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada kami dan hamba-hamba Allah yang saleh. Aku
bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad."

11. Tasyahud Akhir

Tasyahud akhir dilakukan pada rakaat terakhir. Bacaan dan posisi gerakannya sama dengan tasyahud
awal dengan ditambah selawat nabi.

“ ALLAHUMMA SHOLLI 'ALAA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA


SHOLLAITA 'ALAA IBROOHIM WA 'ALAA AALI IBROOHIMM INNAKA HAMIIDUM
MAJIID. ALLOOHUMMA BAARIK 'ALAA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI MUHAMMAD
KAMAA BAAROKTA 'ALAA IBROOHIM WA 'ALAA AALI IBROOHIMM INNAKA
HAMIIDUM MAJIID.”

Artinya: " Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad
sebagaimana engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim.
Sesungguhnya engkau maha terpuji lagi maha mulia. Ya Allah, berilah keberkahan kepada Nabi
Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana engkau telah memberikan keberkahan
kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya engkau maha terpuji lagi maha
mulia."

12. Salam

Setelah membaca selawat nabi, lanjutkan dengan membaca salam sambil menoleh ke kanan dan ke
kiri.

" ASSALAAMU ALAIKUM WA RAHMATULLAH"

Artinya: " Semoga keselamatan dan rahmat Allah dilimpahkan kepadamu." Semua bacaan sholat di
atas hendaknya dibaca dengan tidak terburu-buru agar tidak berantakan. Lakukanlah sholat tepat
waktu setiap hari sesuai dengan kewajiban yang telah ditetapkan.

3.6 Mengimplemenatsi Sholat Dalam Kehidupan

Shalat merupakan ibadah yang berfungsi sebagai sarana komunikasi antara hamba dan pencipta.
Selama pelaksanaan shalat, sesungguhnya telah terjadi interaksi yang intensif antara mushalli dan
allah.
“komunikasi itu terjadi, kita merasa berhadapan dengan allah jika shalat yang kita lakukan khusyuk.  

shalat yang khusyuk tidak sekadar mampu mempertemukan mushalli dengan allah tapi juga
dapat menghadirkan allah sebagai pengawas dalam kehidupan yang bersangkutan. Karena itu,
kekhusyukan itu wajib diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

bentuknya, mengikuti segala perintah-nya dan menjauhi segala laragan-nya.   “banyak sekali
bentuknya. Tapi intinya adalah kita tidak cukup beribadah seperti shalat dan sebagainya, tapi yang
juga penting adalah perbuatan kita juga wajib dijaga, jangan sampai merugikan orang lain, jangan
dengki, tidak boleh sombong dan sebagainya,”.  
Shalat adalah ibadah yang dapat menjaga stabilitas temparatur jiwa. Sebab shalat dengan interval
waktu 5 kali dalam sehari, memungkinkan jiwa dalam posisi fresh selalu, karena disirami kesejukan
secara rutin.

  “jadi orang yang shalatnya khusyuk dan istiqamah, itu jiwanya tenang betapapun sibuknya dia,”

3.7 Contoh-Contoh Perilaku Konsistensi Dalam Melaksanakan Sholat

Agama Islam sudah mensyariatkan beberapa cara untuk menjaga kesadaran beragama. Islam
mensyariatkan salat, baik salat fardu yang lima waktu maupun salat-salat sunat. Salat bisa meng-up-
date kesadaran seorang muslim terhadap nilai-nilai yang dianutnya, paling tidak lima kali dalam
sehari.

Oleh karena itu orang yang salat dapat terhindar dari perbuatan keji dan mungkar, sebagaimana
firman Allah Swt, “Ultu maa uhiya ilaika minal kitabi wa aqimish shalaata Inna shalaata tanha ‘anil
fahsya-i wal munkar, wa ladzikrullaahu akbar wallaahu ya’lamu maa tashna’uun. (Bacalah apa yang
telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Alquran) dan dirikanlah salat.

Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Sesungguhnya
mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain) dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan). (QS. Al Ankabut: 45).

Istiqomah adalah kunci utama dalam menjaga sholat. Istiqomah pada dasarnya adalah
menjaga iman dan takwa kita kepada Allah SWT dan senantiasa menjaga ibadah kita agar setiap saat
mengingat perintah-Nya.

istiqomah bukan hanya kita lakukan ketika bulan Ramadhan, melainkan setiap saat. Allah pun
memerintahkan kita sebagai umat Islam untuk istiqomah dalam melaksanakan ibadah dan amalan
baik, sebagaimana dalam QS. Fushilat ayat 30:

Artinya: Sesungguhnya orang-orang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan:
“Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang
telah dijanjikan Allah kepadamu” (Q.S. Fushilat: 30).

Istiqomah dalam beribadah memang tidak mudah dan bisa terbiasa dengan cepat. Terlebih lagi di saat
bulan Puasa yang terkadang kita merasa lelah di malam harinya karena seharian sudah menahan lapar
dan dahaga. Namun, terdapat beberapa usaha dan cara yang bisa kita lakukan agar bisa lebih
istiqomah dalam beribadah. Usaha dan cara berikut bisa terus menjaga semangat kita untuk tetap
beribadah dan menjalankan amalan-amalan penuh pahala.

Cara agar tetap istiqomah adalah

1. Meluruskan Niat
Niat merupakan keinginan dalam hati untuk melakukan sesuatu hal yang semata-mata ditujukan
hanya kepada Allah dan untuk mendapat Ridha-Nya.

2. Bergaul dengan Orang-orang Saleh


Mengikuti dan bergaul dengan lingkungan pertemanan yang baik akan berdampak kepada diri kita
sendiri. Memiliki teman yang rajin beribadah dan mempunyai semangat beramal baik akan membantu
kita istiqomah. Pergaulan sangat mempengaruhi diri kita. Ketika seseorang bergaul dengan orang
saleh yang ahli ibadah, bisa saja ia akan ikut ibadah pula. Sebaliknya, ketika seseorang bergaul
dengan orang ahli maksiat, jika tidak kuat imannya maka bisa jadi ia terjerumus ke dalam hal-hal
yang tidak baik.

3. Perbanyak Membaca Al-Quran


Salah satu amalan yang diutamakan selama Bulan Ramadhan adalah membaca Al-Quran. Pada bulan
suci ini, Al-Qur'an pertama kali diturunkan, yang kita kenal dengan peristiwa isra' mi'raj. Maka, bulan
Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk kita memperbanyak membaca Al-Qur'an. Membacanya
setiap hari secara rutin dapat mendekatkan diri kepada Allah dan menenangkan hati. Membaca Al-
Quran juga mampu menjadi petunjuk hidup agar selalu ingat atas perintah Allah dan larangan-
larangan-Nya. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT berikut ini:

Artinya: Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Quran dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan
(hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang
yang berserah diri (kepada Allah) (Q.S. An-Nahl: 120).

4.  Mengikuti Kajian Islami


Selain cara-cara yang telah disebutkan sebelumnya, cara yang satu ini adalah amalan yang juga sangat
baik untuk menjaga keistiqomahan ibadah kita. Ada banyak sarana untuk mengikuti kajian Islami.
Kajian bisa dihadiri langsung di masjid-masjid atau bisa juga dihadiri secara online. Mengikuti kajian
Islami selain akan menambah ilmu kita juga akan mempertemukan kita dengan orang-orang saleh. 

Ilmu yang kita dapatkan dari para ustadz dan ulama akan mengingatkan kita untuk tetap istiqomah
dalam beribadah. Selain itu, dalam sebuah hadis disebutkan bahwa orang yang menuntut ilmu syar’i,
maka ia akan dipermudah menuju surganya Allah. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW:
“Barangsiapa menempuh jalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya untuk menuju
surga” (HR. At Tirmidzi).

5. Berdoa dan berdzikir kepada Allah SWT


Berdoa dan berdzikir adalah senjata bagi Umat Islam. Kita memohon sesuatu hanyalah kepada Allah
yang Maha Kuasa dengan berdoa. Begitu pula dengan minta agar bisa terus istiqomah dalam
beribadah dan mencari pahala. Kita memohon agar terus dalam Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
dijauhi dari ajakan syaitan untuk malas beribadah. Sebagaimana Hadist Rasulullah mengenai
keutamaan berdoa dan berzikir:

“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu” (HR.Tirmidz).

6. Sering Mengingat Kematian


Yang terakhir, upaya dan usaha kita agar tetap istiqomah dalam beribadah, baik di bulan Ramadhan
atau di luar bulan Ramadhan adalah dengan mengingat kematian. Mengingat kematian adalah cara
kita memahami tujuan kita selama hidup adalah mencari pahala sebanyak-banyaknya untuk di akhirat
kelak. Melakukan ibadah juga harus seakan-akan akan mati besok, oleh karena itu kita harus
melakukan ibadah dengan sebaik mungkin. Mengingat kematian adalah ibadah yang sangat
dianjurkan, sebagaimana hadits Rasulullah SAW:

“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian” (HR. At Tirmidzi).

Dengan mengingat kematian, kita dapat menambah frekuensi ibadah kita agar lebih maksimal dan
dengan berserah diri memohon ampunan Allah SWT dan surga-Nya. Ad Daqqaq rahimahullah
berkata:

“Barangsiapa yang banyak mengingat kematian maka dimuliakan dengan tiga hal: Bersegera
bertaubat, puas hati, dan semangat ibadah, dan barangsiapa yang lupa kematian diberikan hukuman
dengan tiga hal: menunda taubat, tidak ridha dengan keadaan dan malas ibadah.”
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Al-Quran merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan kepada manusia. Tujuan utama
diturunkannya al-Quran adalah sebagai kitab petunjuk yang meliputi bidang akidah, syariah dan
akhlak. Akan tetapi di luar ketiga petunjuk tersebut, al-Quran telah memberikan motivasi dan
inspirasi kepada umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan sehingga melahirkan jenis budaya
tertentu.

Ilmu pengetahuan yang menyebabkan timbulnya corak-corak baru dalam ruang lingkup
penafsiran al-Qur`an,  diantaranya yaitu,tafsir sufi, corak fiqhi,corak falsafî,corak ‘ilmî,corak adabî 
ijtimâ’î (sosial masyarakat),corak lughawi (bahasa), corak balaghi dan bayani,corak teologi
(kalâm), dan corak haraki.
Dialektika antara agama (Islam) dan kebudayaan yang memberi tempat pada keragaman
kebudayaan Islam, tidak saja regional bahkan lokal. Dari pengalaman historis, terjadi tarik menarik
antara prinsip keterbukaan dan prinsip otentisitas.

Alquran sebagai inspirasi peradaban harus diaktualisasikan melalui pendidikan Islam holistik
integratif. Kata kunci pemajuan peradaban Islam adalah simbiosis mutualisme antara ulama dan
umara, ilmu dan kekuasaan. Sinergi ulama dan umara’, kekuasaan dan pendidikan, terbukti
membuahkan dinamika keilmuan yang sangat pesat, sehingga dalam waktu relatif singkat kemajuan
peradaban Islam dalam berbagai bidang dapat diwujudkan.
Bacaan Al-quran tak lepas dari sholat. Sholat menurut Imam A. Syafi’i khusyu’ adalah
tunduk baik lahir maupun batin dan menyengaja ikhlas,; dengan menyempurnakan keindahan bentuk
ataupun sikap lahirnya, serta memenuhinya atau diiringi dengan kehadiran hati dan kesadaran serta
pemahaman segala ucapan dan sikap lahiriyahnya.

Rukun-rukun sholat atau sering di sebut dengan rukun 13 yakni,niat,berdiri tegak bila mampu,
dan diperbolehkan duduk atau berbaring bagi yang tidak mampu/sakit,takbiratul ihram,membaca surat
al-fatihah pada setiap rokaatnya,ruku’,i’tidal,sujud,duduk di antara dua sujud,duduk tasyahud
akhir,membaca tasyahud akhir,membaca shalawat nabi,mengucap salam pertama,tertib (dilakukan
secara berurutan).

Syarat sah sholat yakni,telah memasuki waktu sholat,menghadap ke kiblat,menutup


aurat,suci badan dan tempat sholat serta pakaian yang digunakan terdapat najis,mengetahui tata cara
pelaksanaannya(sholat).

Selain sholat wajib ada sholat sunnah 2 rakaat yakni,sholat rawatib,sholat tahiyatul
masjid,sholat taubat,sholat istikharah.

Adapun gerakan-gerakan sholat yakni,takbiratul ihram, ruku’, i’tidal,sujud, duduk di antara


sujud,salam.

Ada beberapa hikmah sholat yang perlu diketahui setiap muslim yaitu, mencegah dari
perbuatan mungkar, mendidik menjadi pribadi yang disiplin, melatih menjadi pribadi yang
Tangguh,dan lain sebagainya.

Shalat merupakan ibadah yang berfungsi sebagai sarana komunikasi antara hamba dan
pencipta. Selama pelaksanaan shalat, sesungguhnya telah terjadi interaksi yang intensif antara
mushalli dan allah.
“komunikasi itu terjadi, kita merasa berhadapan dengan allah jika shalat yang kita lakukan khusyuk.

Istiqomah adalah kunci utama dalam menjaga sholat. Istiqomah pada dasarnya adalah
menjaga iman dan takwa kita kepada Allah SWT dan senantiasa menjaga ibadah kita agar setiap saat
mengingat perintah-Nya.

Istiqomah bukan hanya kita lakukan ketika bulan Ramadhan, melainkan setiap saat. Allah pun
memerintahkan kita sebagai umat Islam untuk istiqomah dalam melaksanakan ibadah dan amalan
baik, sebagaimana dalam QS. Fushilat ayat 30.

B. Saran
Sebagai umat muslim menjadikan diri lebih baik adalah hal yang luar biasa. Menjaga sholat
ditengah kesibukan adalah hal berat bagi iman yang lemah. Shoat dan memnaca Al-Quran menjadikan
hati tenang tetapi bila di kerjakan secara terpaksa tentu akan menjadi beban yang berat . Untuk itu
mulailah memperbaiki diri dengan Sholat dan membaca Al-Quran dengan ikhlas.

DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/40484-ID-dialektika-islam-dalam-budaya-lokal-potret-
budaya-melayu-riau.pdf

http://asrowi-ma.blogspot.com/2016/02/keragaman-penafsiran-al-quran-tinjauan.html

https://pbauinjkt.id/alquran-inspirasi-peradaban/

http://eprints.umm.ac.id/39526/3/BAB%202.pdf

https://semarangku.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-312804148/keutamaan-membaca-dan-mengkaji-
al-quran-begini-penjelasanya?page=3

https://news.detik.com/berita/d-5681212/macam-macam-sholat-sunnah-dua-rakaat-rawatib-hingga-
istikharah

https://materibelajar.co.id/pengertian-sholat-syarat-dan-rukun-sholat/

https://www.rsimadiun.com/home.php?page=artikel.html&id=15

https://kumparan.com/berita-hari-ini/6-hikmah-sholat-yang-wajib-dipahami-setiap-muslim-
1wMNNhDo9E4/full

https://uinsgd.ac.id/menjaga-konsistensi-beragama/
https://nu.or.id/daerah/shalat-wajib-diimplementasikan-dalam-kehidupan-nyata-7wIF2
https://www.dream.co.id/your-story/bacaan-sholat-dan-artinya-lengkap-dengan-tata-cara-
mengerjakan-yang-tepat-201130n.html

Anda mungkin juga menyukai