Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Agama (S. Ag) pada Jurusan Ilmu Hadis
oleh:
ELFA YUSRINI
4215.009
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat, karunia dan petunjuk-Nya-
lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada pembawa risalah Allah SWT, Nabi Muhammad saw. keluarga,
persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Agama (S. Ag), pada jurusan Ilmu Hadis,
Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Insitut Agama Islam Negeri Bukittinggi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan. Namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulisan
skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang secara langsung memberikan kontribusi dalam penyelesaian skripsi
ini. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Daswir dan ibunda Syofia,
kepada saudara penulis ElfaYusrina dan Yumna yang senantiasa memberikan kasih
sayang dan motivasi kepada penulis sehingga terwujudnya cita-cita dalam segala
2. Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Bukittinggi, Bapak Dr. H.
Nunu Burhanuddin, Lc. M.Ag berserta bapak wakil dekan yang telah
4. Bapak Eka Rizal, M.Pd.I sebagai Ketua Program Studi Ilmu Hadis yang telah
5. Ibuk Dra. Hj. Hasramita, SH, M.Ag selaku pembimbing I, dan Bapak
dalam memberi masukan dan saran, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Semoga apa yang telah diajarkan kepada penulis mendapat balasan dari Allah
SWT.
6. Kepada seluruh dosen-dosen Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah yang telah
7. Rekan-rekan di jurusan Ilmu Hadis, Laskar Pelangi yang telah berjuang bersama-
terlupakan untuk Ukhti Comel dan teman-teman KKN 42 yang tidak tersebut
namanya yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam menjalani
perkuliahan.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih
baik dari semua yang telah mereka berikan dan lakukan untuk penulis. Semoga tulisan
ini bermanfaat, khususnya bagi penulis umumnya bagi seluruh umat Islam. Penulis
menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna Karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat penulis harapkan dari semua pihak demi perbaikan skripsi ini.
Penulis,
ELFA YUSRINI
DAFTAR ISI
HalamanJudul …………………………………………………………………….. i
HalamanPernyataanOrisinalitas …………………………………………………ii
Kata Pengantar…………………………………………………..………………... iv
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latarbelakang ………………………………………...…………. 1
B. RumusandanBatasanMasalah ……………………...…………... 11
C. TujuandanManfaat…………...…………………...……………. 12
D. KajianPustaka …………………………………………………. 13
E. PenjelasanJudul ………………………………………………... 15
F. SistematikaPenulisan ………………………………………….. 16
A. HadisAhad……………………………………………………... 18
B. SifatPenelitian ………………………………………………… 44
…………………................................………………………….. 62
A. Kesimpulan …………………………………………………….. 80
B. Saran …………………………………………………………… 82
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Islam atau penjelasan syariat Islam yang menyangkut bidang akidah, ibadah,
akhlak dan lain-lain. Seluruh umat Islam sepakat bahwa hadis merupakan salah satu
sumber ajaran Islam.1 Dalam al-Qur’an dan hadis, baik secara tersurat maupun
tersirat diterangkan bahwa hadis menempati kedudukan sebagai sumber tasyri yang
kedua sesudah al-Qur’an.2 Dalil-dalil yang menunjukkan tentang ini cukup banyak,
sekaligus. Beriman kepada Rasulullah merupakan salah satu rukun iman yang harus
diyakini oleh setiap muslim. Keimanan ini diperintahkan oleh Allah dalam al-
Qur’an agar manusia beriman dan mentaati Nabi saw.4 Sebagaimana Firman Allah
SWT:
1
Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, (Jakarta: Gaya Media Pratama,2001), .19
2
Muhammad Abdurrahman dan Elan Sumarna, Metode Kritik Hadis, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarta, 2011), .1
3
Q.S: Al-Hasyr (59) : 7
4
Idri, Studi Hadis, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2016), . 20
Artinya: “Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia Telah mentaati
Allah. dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka kami
tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka”.5
SWT haruslah juga beriman kepada Rasul-Nya. Dan juga sebuah konsekuensi yang
harus diterima oleh seseorang yang mengakui beriman dengan Rasulullah saw
adalah menerima segala sesuatu yang disampaikan oleh Rasulullah saw yang
berkaitan dengan urusan agama, karena Rasulullah saw adalah pilihan Allah untuk
hujjah merupakan keharusan yang dilakukan sebagai orang yang beriman dengan
Dari beberapa literature ilmu ushul fiqh dan ilmu hadis didapatkan
informasi bahwa ada dua fungsi hadis dalam konteks pembangunan hukum dalam
Islam. Pertama berfungsi sebagai sumber hukum dalam Islam dan kedua sebagai
bayan atau penjelas al-Qur’an sebagai sumber utama hukum Islam.7 Pada
umumnya ulama berpendapat bahwa ada empat metode yang digunakan Rasulullah
bagian, yaitu bayan taqrir (penguat atau konfirmatif makna ayat al-Qur’an), bayan
5
QS. An-Nisa’ : 80
6
Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, Ushulul Hadis ‘Ulumuhu wa Mushthalahuhu, (Beirut: Dar al-
Fikr, 2011), . 25-26
7
A. Rahman Ritonga, Studi Ilmu-ilmu Hadis, (Yogyakarta: Interpena Yogyakarta, 2011), . 205
tafsir (penjelas ayat al-Qur’an), bayan takhshish (pengkhusus ayat al-Qur’an yang
bersifat umum), bayan taqyid (membatasi kemutlakan ayat), dan bayan Nasikh
Al-Qur’an dan hadis tidak bisa dipisahkan. Hadis yang berfungsi sebagai
berfungsi sebagai sumber utama bagi hukum syara’. Mayoritas ulama terutama
yang mendalami bidang ushul fiqh dan ilmu hadis, berpendapat bahwa hadis secara
umum dapat difungsikan sebagai sumber hukum dalam Islam yang tidak berkaitan
masalah yang sudah atau yang belum terjadi yang belum disinggung oleh al-
kepada hadis.
Pembahasan hadis sebagai sumber hukum dalam Islam akan lebih menarik
lagi apabila kajian difokuskan kepada hadis Ahad. Ulama hadis telah melakukan
pembagian hadis salah satunya pembagian hadis dari aspek jumlah rawi yang
menjadi rantai penghubung dari Nabi saw hingga hadis sampai kepada umat Islam.
Ditinjau dari jumlah perawi, hadis terbagi kepada dua yaitu: hadis Mutawatir dan
hadis Ahad.10 Hadis Mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang
jumlahnya banyak yang tidak mungkin mereka sepakat untuk berdusta. Semua
8
Idris, Studi Hadis, … , . 24
9
A. Rahman Ritonga, Studi Ilmu-ilmu Hadis, …, . 222
10
Mahmud ath-Thahan, Taisir Mushthalah al-Hadis, (Markaz al-Huda li al-Dirasat, 1405H), .
21
ulama sepakat terhadap kehujjahan hadis Mutawatir sebagai sumber hukum Islam.
Karena hadis pada tingkatan ini memiliki validitas periwayatan yang sama dengan
al-Qur’an, yaitu qath’i al-wurud.11 Akan tetapi hadis yang diriwayatkan secara
mutawatir ini sangat sedikit jumlahnya, sebagian besar hadis-hadis yang dijadikan
Hadis Ahad menurut Mahmud Thahan adalah hadis yang tidak memenuhi
Ahad adalah hadis yang riwayatnya satu, atau dua orang atau lebih, yang tidak
memenuhi syarat hadis Mutawatir dan Masyhur dan tidak adanya ungkapan yang
jelas tentang jumlah rawinya. Jumhur ulama baik dari kalangan sahabat, tabi’in,
serta para ulama sesudah mereka dari kalangan ahli hadis, ahli fiqh, dan ahli ushul,
berpendapat bahwa hadis Ahad yang Shahih dapat dijadikan hujjah yang wajib
Kelompok lain yang menolak untuk berakidah dengan hadis Ahad adalah kelompok
Hizbut Tahrir al-Islamy dengan alasan bahwa hadis Ahad tidak bisa memberi
faedah pasti (qath’i) karena hadis Ahad itu berupa dugaan (zhanny).14
11
Muhammad Gufron dan Rahmawati, Ulumul Hadits Praktis dan Mudah, (Yogyakarta:
Penerbit Teras, 2013), . 105-109
12
Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, Ushulul Hadis, … , . 198
13
Jamaluddin al-Qasimi, Qawa’id at-Tahdits Min Funun Mushthalah al-Hadits, (Beirut-
Lebanon: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1979), . 149
14
Muhammad Nashiruddin al-Albani, Fatwa-fatwa Syaikh Nashiruddin al-Albani, (Jogjakarta:
Media Hidayah, 2004), . 57
Imam al-Ghazali menyatakan, “kami berpendapat bahwa khabar Ahad tidak
yang menyerukan bahwa hadis Ahad menghasilkan ilmu yaqin (keyakinan), tanpa
diragukan lagi, itu adalah seruan bathil. Sebab, semua orang pasti menolaknya.
(kesamaran). Tidak ada keyakinan bila masih mengandung syubhat. Siapa saja
yang menolak hal ini, sungguh ia telah merendahkan dirinya sendiri dan sesat
akalnya”. Inilah sebagian komentar para ulama mengenai hadis Ahad. Mereka
mengatakan bahwa hadis Ahad tidak menghasilkan ilmu yaqin.Dengan kata lain,
Salah satu dalil yang digunakan oleh ulama yang menolak berdalil dengan
hadis Ahad adalah telah terjadi perbedaan pendapat di kalangan sahabat dalam
menetapkan status kehujjahan hadis Ahad, Abu Bakar dan Umar mensyaratkan
persaksian dua orang. Ada yang mensyaratkan dengan menyumpahnya seperti yang
dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib dan ada yang mensyaratkan tidak boleh
bertentangan dengan al-Qur’an seperti yang disyaratkan oleh Aisyah. Selain itu
pengumpulan al-Qur’an, riwayat Ahad tidak bisa digunakan hujjah dalam perkara
yang membutuhkan keyakinan. Salah satu contoh riwayat Ahad yang ditolak dalam
15
Syamsuddin Ramadhan an-Nawawi, Hadits Ahad Tidak Boleh Dijadikan Hujjah dalam
Perkara Aqidah, Pdf, hal. 1
proses pengumpulan al-Qur’an, riwayat Imam Bukhari dalam kitab Tarikhnya
digunakan sebagai hujjah, tentu kita harus meyakini juga bahwa surat al-Ahzab
yang tertuang dalam mushhaf Imam tidak lengkap. Sebab, ada 70 ayat dalam surat
al-Ahzab yang telah hilang. Meyakini riwayat ini sama artinya menuduh al-Qur’an
telah mengalami perubahan.17 Contoh hadis Ahad lain yang ditolak dikarenakan
alasan Ahad adalah seperti diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw
bersabda:
ِ لَي، »والﱠ ِذي ﻧَـ ْف ِسﻲ بِي ِد ِﻩ:ول ا ﱠِ صلﱠﻰ ا ﱠ علَي ِه وسلﱠم
وش َﻜ ﱠن أَ ْن يَـْن ِزَل ُ ﻗَ َال َر ُس:ول
ُ يَـ ُق،عن اﰊ ُهَريْـَرَة
ُ َ َ َ ََ َْ ُ َ
يﺾ الْ َم َال َح ﱠﱴ َﻻ ِ ِْ ويﻀﻊ،اﳋِْن ِزير ِ ْسر ال ﱠ
ِ ِ ِ
ُ َويُف،َاﳉ ْزيَة ُ َ َ َ َ ْ َويَـ ْقﺘُ ُﻞ،يب
َ ﺼل ُ يَﻜ،في ُﻜ ُم ابْ ُن َمْرََﱘ َح َﻜ ًما ُم ْقسﻄًا
(َح ٌد«)رواﻩ مسلم َ يَـ ْقبَـلُهُ أ
Artinya: “Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw bersabda, Demi Dzat
yang jiwaku berada di tangan-Nya, Sungguh pasti akan turun pada kalian
Ibnu Maryam sebagai hakim yang adil lalu dia menghancurkan salib,
16
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, at-Tarikh al-Kabir lil Bukhari, (Beirut: al-Kitab al-
‘Ilmiyyah, 2001), hal. 729
17
Syamsuddin Ramadhan an-Nawawi, Hadits Ahad Tidak Boleh Dijadikan Hujjah, … , hal.5
Membunuh babi, dan Membebaskan pajak, Serta harta begitu melimpah
sehingga tidak ada seorangpun yang mau menerimanya”.18
hanyalah Ahad dan berkaitan dengan masalah akidah karena menunjukkan perkara
yang ghaib. Sedangkan masalah akidah tidak boleh diambil kecuali yang bersifat
qath’i sebab dituntut sesuatu yang meyakinkan dan tidak ada dalam masalah ini
Diskusi seputar hadis Ahad apakah menghasilkan keyakinan atau tidak dan
apakah boleh dijadikan sumber hukum atau tidak, sudah menjadi bahan perdebatan
di kalangan kaum muslim dan para ulama bahkan sudah dibahas secara panjang
lebar oleh ulama-ulama hadis terdahulu. Di antara ulama yang berpendapat bahwa
hadis Ahad menghasilkan keyakinan dan dapat dijadikan sebagai hukum adalah Ibn
Furak, Qadi ‘Abdul Wahab al-Maliki, Ibn Hazm, Abu Ishaq al-Syahrazi, dan lain-
1. Rasulullah saw bertemu dengan jemaah haji baik secara individu ataupun
Islam yang beliau terima dari Rasulullah kepada orang lain. Hal ini
18
Abu Husain Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, (Beirut: Dar al-
Kutub Ilmiyah, 1991), Jilid I, hal. 135
2. Masyarakat Quba’ menggunakan hadis Ahad dalam masalah pertukaran arah
kiblat shalat. Setelah perkara tersebut sampai kepada Rasulullah saw, beliau
Ada yang menerima hadis Ahad sebagai hujjah secara keseluruhan baik
dalam hal aqidah dan hukum dengan syarat bahwa hadis Ahad tersebut sudah
berpendapat bahwa jika Rasulullah saw sudah menetapkan sesuatu maka kita wajib
berpendapat bahwa hadis Ahad dapat dijadikan hujjah. Ia menyatakan bahwa hadis
Ahad yang diriwayatkan dari Rasulullah saw oleh orang yang adil dari seorang guru
yang juga sama adilnya adalah merupakan suatu kebenaran yang pasti dan pada
waktu yang sama juga wajib diamalkan. Albani juga berpendapat bahwa tidak
adanya pembagian dilalah20 ke pada dua bagian yaitu qath’i tsubut dan zhanny
dalam Islam. Dengan adanya dilalah zhanny tsubut akan berdampak kepada
seseorang harus memilih antara mengambil atau tidak hadis tersebut sebagai dalil,
sedangkan hadis yang Shahih yang sudah dipastikan bahwa berasal dari Nabi saw
itu wajib beramal dengannya baik itu dalam hal aqidah maupun hukum.21 Hal ini
19
Muhammad Rashidi dan Mohd Faizul, Kedudukan Hadis Ahad dalam Akidah, 2012, hal. 8
20
Secara bahasa kata dilalah adalah bentuk mashdar dari kata دل – يدلyang berarti
menunjukkan, dan kata dilalah sendiri memiliki arti petunjuk. Dilalah adalah petunjuk yang
menunjukkan makna yang dimaksudkan.
21
Muhammad Nashiruddin al-Albani, Hujjiyyah Khabr al-Ahad fi al-‘Aqidah, …,hal. 81-86
terbukti bahwa al-Albani banyak menulis buku-buku yang berkaitan dengan hadis
Nabi saw. Menurutnya kita tidak boleh lari dan berpaling dari sesuatu yang zhanny
seperti yang dilakukan oleh sebagian kelompok-kelompok Islam pada hari ini
sangat jelas.22
Ahad yang Shahih menurut Albani itu hanya cukup dilihat dari segi sanadnya saja
atau juga matannya? Sebagaimana kita pahami bahwa penolakan hadis Ahad
sebagai hujjah oleh sebagian kelompok dikarenakan ia memberi faidah ilmu zhanni
(keraguan) yang kuat yang disebabkan oleh jumlah atau kuantitas rawinya tidak
(keraguan) apakah hadis tersebut bersambung sampai ke Nabi saw atau tidak.
Ada juga yang menerima hadis Ahad sebagai hujjah hanya dalam hal furu’23
saja tidak dalam hal pokok agama dan aqidah. Beliau adalah Mushthafa as-Siba’i.
Siba’i adalah seorang sarjana muslim yang banyak memberikan perhatian terhadap
22
Muhammad Nashiruddin al-Albani, Fatwa-fatwa Syaikh Nashiruddin, … , hal. 56
23
Furu’ dalam bahasa Arab berarti cabang, dahan, ranting atau bagian. Dalam ilmu ushul fiqh,
furu’ diartikan hukum keagamaan yang tidak pokok, yang berdasarkan hukum dasar. Dikaitkan dengan
masalah keagamaan, masalah furu’ berarti persoalan-persoalan rincin dari masalah pokok keagamaan.
Contohnya adalah, Zakat adalah masalah pokok, sedangkan masalah apa-apa yang wajib dizakatkan
adalah masalah yang masuk ke dalam furu’.
kajian hadis yang telah dimasuki oleh pemikiran-pemikiran para orientalis yang
perhatian kepada kajian hadis Ahad khususnya terkait fungsinya sebagai sumber
hukum dalam Islam. Secara khusus penelitian ini akan membandingkan pemikiran
kedua tokoh di atas, yaitu Muhammad Nashiruddin al-Albani dan Mushthafa as-
Sibai dalam mengomentari fungsi hadis Ahad sebagai sumber hukum dalam Islam.
Apabila dilihat kepada sejarah kehidupan kedua tokoh, keduanya adalah ulama
hadis yang lahir dan hidup pada masa yang sama. Mereka adalah tokoh hadis
termasuk hadis Ahad ini, kemudian mereka muncul dan kembali membahasnya.
Kelahiran keduanya tidak jauh berbeda, hanya berjarak satu tahun. Akan tetapi
keduanya berasal dari daerah yang berbeda sehingga pengalaman intelektual, ilmu
yang mereka dapatkan dan guru-guru tempat mereka menimba ilmu juga berbeda.
Karena ini perbedaan terlihat pada pendapat yang di sampaikan oleh keduanya
mengenai fungsi hadis Ahad sebagai sumber hukum Islam. Keduanya sepakat
bahwa hadis Ahad dapat dijadikan hujjah, akan tetapi terdapat perbedaan metode
24
Mushthafa as-Siba’i, as-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri’ al-Islami, (Beirut: Maktabah
al-Islami, t.Th), hal.211
mereka dalam menerimanya. Penelitian ini sangat menarik untuk dilakukan, karena
sumber hukum dalam Islam, akan tetapi langkah-langkah dan konstruksi pemikiran
penulis memutuskan untuk melakukan penelitian ini yang berjudul, Fungsi Hadis
1. Rumusan Masalah
Islam?
2. Batasan Masalah
melebar, penulis perlu membatasi masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini,
yaitu fungsi hadis Ahad sebagai sumber hukum dalam Islam menurut
penelitian adalah:
2. Manfaat Penelitian
a. Untuk memenuhi salah satu syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Agama
(S.Ag) pada Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Institut Agama Islam
Negeri” Bukittinggi.
peneliti selanjutnya.
D. Kajian Pustaka
yang baru, karena telah banyak ulama maupun cendikiawan yang telah membahas
tentang objek sunnah/hadis ini, baik yang dilakukan oleh ulama hadis maupun
ulama ahli fiqh. Sepanjang pengamatan penulis, ada beberapa sarjana yang
Nashiruddin al-Albani dalam Perkembangan Ilmu Hadis pada tahun 2015, dalam
hadis. Oleh karena itu, hasil takhrij Albani sudah selayaknya dikaji ulang guna
Pendapat Syaikh al-Albani Tentang Shalat Sunat Setelah Shalat Ashar pada tahun
mengenai shalat sunat yang dilakukan setelah shalat ashar.25 Sedangkan penelitian
tentang hadis Ahad sendiri di antaranya, Kedudukan Hadis Ahad Sebagai Dasar
25
Waliya Widda Fawzi Tsary, Analisis Pendapat Syaikh al-Albani Tentang Shalat Sunat
Setelah Shalat Ashar, Skripsi Fakultas Syari’ah IAIN Bukittinggi, 2015.
Tasyri’ Islam Menurut Muhammad al-Gazali dan Mustafa as-Siba’i. Skripsi ini
ditulis oleh Ahmad Musadad mahasiswa Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga
metode yang digunakan oleh tokoh dalam menilai dan kedudukan hadis Ahad
Selanjutnya sebuah jurnal yang berjudul Metode Kritik Matan Mustafa as-
2017 yang ditulis oleh mahasiswa Pascasarjana UIN Sumatera Utara. Dalam jurnal
ini penulis menjelaskan tentang tanggapan sarjana muslim khususnya Mustafa as-
Siba’i dalam menanggapi apa yang dilakukan oleh Ahmad Amin dan golongan
orientalis yang memanfaatkan kritik matan sebagai salah satu upaya yang dapat
tentang hadis Ahad sebagai sumber hukum dalam Islam. Melihat kenyataan di atas,
maka penyusun merasa penelitian ini perlu untuk diangkat karena pentingnya
26
Juriono ,dkk, Metode Kritik Matan Mustafa as-Siba’i dalam Kitab as-Sunnah wa Makanatuha
fi at-Tasyri’ al-Islami, at-Tahdis: Journal of Hadith Studies, Vol. 1 No. 1 Januari-juni 2017
fungsi dan kedudukan hadis sebagai sumber hukum Islam, apalagi perdebatan
utama tentang hadis sebagai sumber hukum adalah berkutat pada hadis Ahad.
E. Penjelasan Judul
beberapa istilah yang perlu dibatasi sebagai pegangan dalam kajian lebih lanjut.
Istilah-istilah tersebut adalah: Fungsi, Hadis Ahad, Sumber Hukum, dan Perspektif.
Kata fungsi dalam KBBI memiliki arti, kegunaan suatu hal atau jabatan
adalah:
ِ سﻠﱠ َﻢ ِﻣ ْﻦ ﻗَ ْﻮ ٍل اَ ْو ِﻓ ْﻌ ًﻞ اَ ْو ﺗَ ْﻘ ِﺮ ْي ٍﺮ اَ ْو
ﺻﻔَ ٍﺔ َ ﺻ َﻠى ﷲُ َﻋﻠَ ْي ِه و
َ ﻒ ِالَى النﱠ ِﺒﻲ ِ ُ َﻣا ا
َ ﺿ ْي
Hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, baik itu
perkataan, perbuatan, ketetapan ataupun sifat beliau.
bermakna ( الﻮاحدsatu). Menurut istilah khabar Ahad adalah hadis yang riwayatnya
mengemukakan makna hukum sebagaimana yang dikutip oleh H. Hamka Haq: kata
27
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PM Balai Pustaka, T.th),
hal. 283
28
Mahmud ath-Thahan, Taisir Mushthalah al-Hadis,…, . 15-20
hukum yang berakar kata ك – م- ح,( )حﻜﻢmengandung makna mencegah atau
Jadi yang dimaksud dengan judul ini adalah kegunaan atau peranan hadis
Ahad sebagai asal (sumber) hukum dalam Islam yang dilihat dari sudut pandang
F. Sistematika Penulisan
dilakukan secara runtut dan sistematis. Penulis membagi pokok pembahasan skripsi
ini kedalam 5 (lima) bab, pada masing-masing bab ada sub-sub yang menjadi
berikut:
batasan masalah, tujuan dan manfaat, kajian pustaka, penjelasan judul dan
sistematika penulisan.
Bab II: merupakan landasan teori yang berisikan tentang hadis Ahad,
29
Zainuddin Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2010), . 1 dan 24
30
http://Perspektif Menurut Kamus Wikipedia.htm, diakses pada tanggal 27 Agustus 2018
Bab III: merupakan metodologi penelitian yang berisikan tentang jenis
penelitian, sifat penelitian, teknik pengumpulan data, sumber data dan analisis data.
sebagai sumber hukum dalam Islam kemudian analisis persamaan dan perbedaan
yang dilakukan dan saran-saran yang perlu disampaikan terkait dengan kajian-
A. Hadis Ahad
Secara bahasa kata Ahad اﻻحادadalah jama’ dari kata ( احدAhad) yang
berarti ( واحدwahid) atau satu. Dan khabr al-Ahad adalah hadis yang
menyendiri dan lebih sedikit dari pada riwayat Mutawatir. Sedangkan menurut
istilah hadis Ahad adalah hadis yang tidak sampai kepada derjat Mutawatir.32
ٌ ِﳑﱠا َﱂْ ﺗَـﺘَـ َوفﱠر فِْي ِه ُشُرْو ُط اﳌ ْﺸ ُه ْوِر اَْو اﳌﺘَـ َواﺗِ ِر َوَﻻ ِع ْ َﱪة,ان فَاَ ْﻛﺜَر ِ هو ما رواﻩ
ِ َاحد اَو ا ِﻹثْـن
ْ الو َ ُ ََ َ َ ُ
َوُه َو ُد ْو َن اﳌﺘَـ َواﺗِ ِر َواﳌ ْﺸ ُه ْوِر,ك ِ ِ
َ لْل َع َدد فَـْي ِه بَـ ْع َد َذل
"Ia adalah hadis yang diriwayatkan oleh satu orang, atau dua orang
atau lebih yang tidak sampai kepada tingkat masyhur atau mutawatir, dan tidak
ada ungkapan yang pasti tentang jumlahnya".33
31
Mahmud ath-Thahan, Taisir Mushthalah al-Hadis, …, hal. 15
32
Mahmud ath-Thahan, Taisir Mushthalah al-Hadis, …, hal. 22
33
Muham mad ‘Ajjaj al-Khatib, Ushulul Hadis ‘Ulumuhu wa Mushthalahuhu, …, hal. 198
Defenisi yang tidak berbeda dengan yang dikemukakan di atas adalah
yang dirumuskan oleh Muhammad Abu Zahrah, seorang ahli ushul fiqh dengan
redaksi:
hadis Ahad yang tidak jauh berbeda dengan defenisi-defenisi sebelumnya yang
dilihat bahwa batas jumlah rawi dalam periwayatan Ahad adalah paling sedikit
satu orang dan maksimal batasannya adalah tidak sampai kepada tingkat hadis
34
A. Rahman Ritonga, Studi Ilmu-ilmu Hadis, …, hal. 46
35
Mushthafa as-Siba’i, as-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri’…,hal. 190
2. Pembagian Hadis Ahad
membagi hadis Ahad kepada tiga macam, yaitu: Masyhur, ‘Aziz, dan Gharib.
antara Mutawatir dan Ahad. Maka pembagian hadis menurut mereka dari segi
a. Masyhur
yang berarti sesuatu yang sudah tersebar atau sesuatu yang sudah popular.
" إِ َذا:ولُ صلﱠﻰ ﷲُ َعلَْي ِه َو َسلﱠ َم يَـ ُق ِ َ أَﻧﱠه َِﲰﻊ رس،اص
َ ول ﷲ ُ َ َ ُ ِ حديﺚ َع ْم ِرو بْ ِن الْ َع
ِ ْ ح َﻜم
ِ فَـلَه أ، فَﺄَصاب، فَاجﺘَـه َد،اﻛم
ُ فَـلَه،ََﺧﻄَﺄ ْ َ ف، َوإِ َذا َح َﻜ َم،َجَران
ْ اجﺘَـ َه َد فَﺄ ْ ُ َ َ َ ْ ُ َاﳊ َ َ
َجٌر " رواﻩ اﲪد
ْأ
“apabila seorang hakim memutuskan suatu perkara kemudian dia
berijtihad dan ijtihadnya benar, maka dia memperoleh dua pahala, dan
apabila ia memutuskan suatu perkara dan ijtihadnya salah maka ia
mendapatkan satu pahala”.
b. ‘Aziz
‘Aziz secara bahasa berasal dari kata “‘azza” “ ya’izzu” yang berarti
thabaqat terdapat perawinya tiga orang atau lebih, tidak ada masalah, asal
dari sekian thabaqat terdapat satu thabaqat yang jumlah rawinya dua orang.
Oleh Karena itu, ada ulama yang mengatakan bahwa hadis ‘Aziz adalah
c. Gharib
Nama lengkap beliau adalah Muhammad Nashiruddin bin Nuh bin Adam
Najati. Beliau sangat dikenal dengan gelar al-Albani yang disandarkan kepada
Negara kelahirannya yaitu Albania (salah satu Negara Balkan yang terletak di
Albania saat itu pada tahun 1914M. Beliau lahir dari keluarga yang sederhana jauh
36
Lukman Hakim Nurdin, dkk, “Perkembangan Awal Pengaruh Syaykh al-Albani Terhadap
Masyarakat Syiria”, Jurnal al-Turath, Vol.2, No. 2, 2017
dari kekayaan dunia. Ayah beliau, yakni Haji Nuh termasuk salah seorang ulama
besar di Albania yang bekerja sebagai tukang reperasi jam untuk menghidupi
Pengaruh ayahnya tampak jelas pada ketaatan beliau kepada ajaran agama,
yang diyakini sebagai wali Allah dan diyakini memiliki keutamaan shalat di makam
tersebut, seperti Syaikh Ibnu Arabi dan Syaikh an-Nabulisi. Albani kemudian
menuturkan:
pada akhir hayat ayahnya beliau sering mengatakan ketika setiap selesai berdebat:
37
Umar Abu Bakar, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany,…, . 14
“ Aku tidak mengingkari bahwa engkau datang kepadaku dengan membawa
sejumlah pelajaran ilmiah yang sebelumnya tidak aku ketahui”.38
agama dalam segala aspek kehidupan. Hingga berkuasalah raja Albania ketika itu,
Nuh tidak mau ketinggalan, mereka termasuk keluarga pertama yang mengungsi
karena selanjutnya ia menempuh pendidikan non fomal. Ia belajar dari ayahnya dan
kepada masyaikh.39
38
Umar Abu Bakar, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany,…, hal. 19-20
39
Muhammad bin Ibrahim al-Tsaibani, Hayah al-Albani wa Atsaruh wa Tsana’u al-‘Ulama
‘Alaihii, (Maktabah as-Saddawa, 1987), hal. 44-45
yang bermadzhab Hanafi dan Imam besar mesjid Bani Umayyah. Al-Albani juga
Syakir (w. 1337H) dan Muhammad Bahjat al-Batar (w. 1396H), keduanya
majalah al-Manaar yang dipelopori oleh Rasyid Rida yang berisi kritik ilmiyah
yang dijadikan referensi itu, yaitu kitab al-Mughni’an Hamli al-Asfar karya al-
Hafiz al-‘Iraqi. Namun kondisi ekonomi tidak mendukungnya untuk membeli kitab
tersebut, maka dia menyewa kitab yang terbit dalam 3 jilid kemudian disalin
dengan tangannya sendiri hingga akhir. Selama proses menyalin itu, al-Albani
secara tidak langsung telah membaca dan menelaah kitab tersebut secara mendalam
dan hal ini menjadikan perbendaharaan wawasan yang ada pada al-Albani pun
dia menerapkan metode yang dia pelajari untuk menelaah kitab balaghah dan
gharib al-hadis serta memulai melakukan takhrij. Dalam bidang hadis al-Albani
40
Andi, dkk, “Manhaj Muhammad Nasiruddin al-Albani dalam Mendaifkan Hadis” at-Tahdis:
Journal of Hadith Studies, Vol. 1, No. 2, Juli 2017
dengan mengunjungi perpustakaan-perpustakaan di Damaskus, khususnya
hingga delapan jam sesuai jam buka perpustakaan. Al-Albani hanya beristirahat
untuk shalat dan makan saja. Pada tahun 1961, al-Albani mendapatkan gelar
atas diriku sangat banyak sekali, aku tidak mampu menghitungnya. Namun
barangkali yang terbesar ada dua: pertama, hijrahnya orangtuaku ke tanah Syuria,
dengan itu aku dapat mudah mempelajari bahasa Arab. Sekiranya kami tetap
bertahan di Albania tentu aku tidak akan tahu sedikitpun bahasa Arab. Padahal
tidak ada jalan untuk memahami al-Qur’an dan Sunnah kecuali dengan menguasi
dimilikinya dalam mereparasi jam yang banyak memberiku waktu untuk menuntut
aku harus mempelajari bisnis terlebih dahulu tentu waktuku akan habis untuk itu.
Dan niscaya aku akan terhalang menuntut ilmu, padahal para penuntut ilmu itu
ditanya tentang cara beliau memanfaatkan waktu luang untuk menimba ilmu
sekaligus bekerja, beliau menjawab: “hal itu memang benar, berkat karunia Allah,
41
Umar Abu Bakar, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, … , hal. 24
profesi tersebut telah kujalani sejak usia muda. Dan aku menyukainya karena
Al-Albani juga sering ikut serta dalam seminar-seminar ulama besar seperti
Muhammad Bahjat al-Baitar yang ahli dalam bidang hadis dan sanad. Dari majelis
serta diskusi-diskusi ini mulai tampaklah kejeniusan al-Albani dalam hadis. Al-
Albani juga menjalin hubungan dengan ulama-ulama hadis luar negri di antaranya
yang berasal dari Pakistan, termasuk dengan Muhammad Zamzami dari Maroko,
Ahmad Syakir dari Mesir, al-Albani juga bertemu dengan ulama hadis terkemuka
berkirim surat. Dalam salah satu surat Abdussamad menunjukkan pengakuan atas
keyakinan beliau bahwa al-Albani adalah ulama hadis terhebat pada masa itu.43
ketua jurusan Dirasah Islamiyah pada Fakultas Pasca Sarjana di sebuah perguruan
tinggi di kerajaan Yordania. Tetapi, situasi dan kondisi saat itu tidak
42
Umar Abu Bakar, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, … , hal . 25-26
43
Andi, dkk, “Manhaj Muhammad Nasiruddin al-Albani, …,hal . 6
Jamiyah Islamiyah. Ia mendapat penghargaan tertinggi dari kerajaan Arab Saudi
Al-Albani seringkali memuji para ulama ahli hadis dalam kaset maupun
yang paling kuat di antara sekian madzhab. Bagaimana tidak, mereka adalah para
ahli waris Nabi saw dan pengibar syari’at beliau yang sejati”. Syaikh Dr. ‘Ashim
bin ‘Abdullah al-Qaryuti, salah seorang murid beliau, pernah bercerita: “ pada
tahun 1419H, aku pernah menyebutkan beberapa ulama ahli hadis pada Syaikh
Nashiruddin al-Albani, lalu beliau bertutur: “Ahli hadis adalah keluarga Nabi saw,
meskipun mereka tak bersahabat dengan jasadnya, namun mereka menemani beliau
memuji para ulama ahli hadis, beliau selalu memohon kepada Allah agar
menjadikan beliau termasuk deretan ahli hadis, manusia yang paling dekat dengan
Rasulullah saw.
aqidah Shahih, sering berdiskusi dan melakukan pembahasan dengan para ulama
lain dan dengan para penuntut ilmu yang mengikuti dalil dan kaidah-kaidah tarjih.
Beliau tidak keluar dari kaidah-kaidah ilmiah yang menjadi acuan di kalangan
44
Umaiyatus Syarifah, Peran dan Kontribusi Nashiruddin al-Albani dalam perkembangan
Ilmu Hadis, Riwayah, Vol. 1, No. 1 Maret 2015
45
Abu Ubaidah Yusuf, Syaikh al-Albani Dihujat, (Bogor: Media Tarbiyah, 2015), hal. 101
masyhur dari kalangan ulama sekarang ini sangatlah sedikit. Namun orang-orang
yang hasad dan membenci beliau memanfaatkannya. Ini merupakan salah satu
bukti keistimewaan dan kelebihan beliau. Karena seorang mukmin tidak akan lepas
adalah Anemia, gangguan hati dan ginjal. Kondisi ini tidak membuatnya
beristirahat. Ia tetap meneliti dan mengkaji hadis. Beliau wafat pada waktu ashar
menurut sunnah seperti yang telah beliau wasiatkan sebelum wafat. Sebelum
manis di sana dalam berdakwah kepada al-Qur’an dan sunnah di atas manhaj
al-Albani belajar al-Qur’an, tajwid, ilmu saraf, dan ilmu fiqh madzhab
Hanafiyah.
46
Umar Abu Bakar, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, … , hal. 115- 117
b. Sa’id al-Burhani. Seorang ulama madzhab Hanafi di Damaskus. Al-
Albani belajar kitab Maraqi al-Falah, madzhab Hanafi dan kitab Nahwu
zamannya dan seorang ahli hadis murid dari Jamaluddin al-Qasimi, dan
lain-lain.
Jamiah Islamiyah, ia juga pernah menjadi ketua jurusan pada Fakultas Pasca
d. Khairuddin Wanli
Riyadh
h. Hujazi Muhammad Syarif, lebih dikenla dengan nama Abu Ishaq al-
hadis.
tulisan baik berupa tahqiq, takhrij, ta’liq, ikhtisar, I’dad dan fatwa, baik yang sudah
dicetak maupun belum diterbitkan. Karya al-Albani sangat banyak, lebih kurang
200 karya mulai dari ukuran satu jilid kecil, besar, hingga yang berjilid-jilid yang
sebagiannya sudah lengkap, namun yang lain masih belum sempurna karena dia
47
Muhammad bin Ibrahim al-Tsaibani, Hayah al-Albani wa Atsaruh, … , hal. 94-106
d. Al-Tab ‘ala Risalah al-Hijab, karya Abu Ala al-Maududi
masyhur, diantaranya:
fi al-Ummah
c. Irwa’ul Ghalil
b. Ahkam al-Janaiz
c. Al-Iman
e. Sifat Shalat Nabi saw, min at-Takbir ila as-Salam Kaannaka Tarahu
f. Shalat at-Tarawih.
delapan, diantaranya:
d. Ahkam ar-Rikaz
e. Al-Ahkam as-Sughra.48
Kualitas Nashiruddin al-Albani sebagai ulama dan ahli hadis sudah tidak
dikeragui lagi. Dengan kredibilitas yang beliau punyai, beliau banyak mendapatkan
pujian dari ulama-ulama lain yang mengenal dan mengetahui tentang beliau. Akan
tetapi beliau juga banyak mendapatkan kritikan dan hujatan dari hasil-hasil
kurangnya ada 17 buah buku yang membantah al-Albani seputar fatwa dan
pendapat-pendapatnya.
al-Albani yang berjudul Tanaaqudhat al-Albani yang berisi celaan terhadap al-
Albani. Ia mengatakan bahwa al-Albani memiliki sifat sombong dan merasa lebih
unggul daripada para ulama terdahulu. As-Saqaf juga membuat suatu pasal
pembahasan tentang hadis-hadis riwayat Bukhari Muslim yang dilemahkan oleh al-
mengatakan bahwa al-Albani adalah seorang ahli bid’ah dan si pembuat bid’ah.
Dengan bid’ah yang beliau sebarkan ini memecah belah barisan kaum mislimin
48
Umar Abu Bakar, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, … , hal. 121-136
dan menyesatkan mayoritasnya sehingga tidak ada yang berada di atas sunnah.
Kemudian buku bantahan terhadap al-Albani juga ditulis oleh Mahmud Sa’id
Mamduh yang berjudul Tanbiih Muslim fi Ta’dil al-Albani ‘ala Shahih Muslim.
Semua bantahan yang ditujukan kepada al-Albani terebut sudah beliau jawab dan
tidak hanya dikomentari oleh al-Albani sendiri, akan tetapi ulama-ulama lain juga
Hammad al-Anshari, ahli hadis Madinah, beliau menulis kitab bantahan terhadap
al-Ghumari berjudul Tuhfatul Qari fir Raddi ‘ala al-Ghumari. Syaikh ‘Ali bin
Hasan al-Halabi yang menulis sebuah kitab bantahan terhadap kitab karya as-
pujian. Diantaranya berikut ini perkataan Mufti Kerajaan Saudi Arabia terdahulu
Syaikh Muhammad bin Ibrahim Aalisy tentang Fadhilah Syaikh al-Albani: “Beliau
adalah ulama ahli sunnah yang senantiasa membela al-Haq dan menyerang ahli
Islamiyah, ustadz Dr. Amin al-Mishri, saat ditanya tentang pendapat beliau tentang
Syaikh al-Albani, ia berkata: termasuk kemalangan dunia saat ini adalah memilih
49
Abu Ubaidah Yusuf, Syaikh al-Albani Dihujat, …, hal. 57-69
orang-orang seperti kami para doctor untuk mengajar materi hadis di perguruan
tinggi sementara masih ada orang yang lebih layak dari pada kami. Akan tetapi
mengenai Syaikh al-Albani: sejauh yang saya ketahui tentang beliau adalah seorang
dalam bidang aqidah maupun amal ibadah. Beliau juga seorang yang alim,
memiliki ilmu yang luas dalam bidang hadis, baik dari sisi riwayat maupun dirayat.
Allah swt telah memberi manfaat bagi umat manusia lewat karya-karya beliau yang
kekeliruan beliau dalam mengangkat sejumlah hadis. Beliau tetap dikenal sebagai
seorang ulama yang memiliki ilmu yang luas, penelitian yang dalam dan hujjah
yang kuat. Setiap orang diambil dan ditinggalkan perkataannya kecuali perkataan
Allah dan Rasul-Nya. Pujian yang lain juga dilontarkan oleh Abdurrahman Abdul
Khaliq. Selain memuji al-Albani sebagai seorang yang alim dan ahli dalam bidang
kesadaran kembali kepada ajaran agama dan mencari kebenaran pada setiap tulisan
dan perkataan beliau, bahkan pada seluruh lapisan ulama. Mereka mulai memahami
agama dengan metode ilmiah yang tegak atas dasar dalil dan keterangan yang jelas.
Akan tetapi metode ilmiah yang beliau pakai ini menimbulkan hasad sejumlah
50
Umar Abu Bakar, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, … , hal. 163
besar orang. Hanya sekadar mengkritik sebuah pendapat al-Albani, atau
Himsh, Suria pada tahun 1915M. Ia lahir dari keluarga yang terkenal dengan
kakeknya seorang ulama terkemuka dan khatib terkenal di masjid Jami’ Raya
Himsh. Ayahnya juga terkenal sebagai seorang mujahid yang berjuang dengan
As-Siba’i lahir dari keluarga yang terkenal dengan keilmuan agama dan
langsung kepada ayahnya, baik itu ilmu agama, ilmu keorganisasian dan ilmu
politik. Bahkan di usianya yang sangat muda ia sudah mampu menghafal al-
51
Muhammad bin Ibrahim al-Tsaibani, Hayah al-Albani wa Atsaruh, … , hal. 543-548
52
Mushthafa as-Siba’i, as-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri’…, hal. 5
langsung oleh ayahnya. Keahliannya dalam berpidato dan berkhutbah sudah
juga memiliki prestasi belajar yang sangat baik. Ia selalu menjadi juara kelas
majelis ilmu yang dihadiri oleh ulama Hims, seperti Thahir ar-Raes, Said al-
yang menyibukkan sebagian besar waktunya untuk dakwah Islam. Hal ini
pribadinya, hal ini juga yang mempengaruhi kepribadian dan pola pikirnya. Di
masa remajanya ia sudah berani melawan kaum penjajah dan aktif dalam
53
Juriono ,dkk, Metode Kritik Matan Mustafa as-Siba’i dalam Kitab…, hal. 2
54
Nor Najihah binti Ismail, Hak Politik Perempuan Menurut Pemikiran Musthafa al-Siba’i,
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011, hal. 15
55
Imperialis adalah politik untuk menguasai (dengan paksaaan) dimana sebuah negara dapat
memegang kendali atau pemerintahan atas daerah lain agara negara tersebut bisa berkembang.
dituduh mengkoordinir kritikan yang ditujukan kepada penjajahan Perancis
pada masa itu, dengan tuduhan ini ia dimasukkan ke dalam penjara. Pada tahun
1933M saat berusia 18th, as-Siba’i pergi ke Mesir untuk melanjutkan studinya
oleh pemerintah Mesir atas instruksi Inggris selama tiga bulan, kemudian
sebagai ahli hukum, ahli sejarah dan juga ahli dalam bidang disiplin hadis. Pada
tahun ini ia juga dinobatkan sebagai Guru Besar Fakultas hukum Universitas
56
Juriono ,dkk, Metode Kritik Matan Mustafa as-Siba’i dalam Kitab…, hal. 3
57
Ahmad Musadad, Kedudukan Hadis Ahad Sebagai Dasar Tasyri’ Islam Menurut Muhammad
al-Gazali dan Mustafa as-Siba’i, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009, hal. 62
yang dihadiri oleh seluruh utusan di dunia Islam, kemudian di tahun ini ia juga
melaksanakan ibadah haji untuk yang kedua kalinya. Pada tahun 1952, as-
memerangi Inggris di Terusan Suez, Mesir. Tentu saja permintaan ini di tolak
Damardasy.58
universitas Barat dan melihat kurikulum studi Islam di sana. Di antara Negara
58
Juriono ,dkk, Metode Kritik Matan Mustafa as-Siba’i dalam Kitab…, hal. 3
59
Nor Najihah binti Ismail, Hak Politik Perempuan Menurut Pemikiran Musthafa …, hal. 21
Selama 7 tahun di akhir hidupnya as-Siba’i menderita lumpuh di sebagian
tubuhnya, akan tetapi ini tidak menjadikan halangan baginya untuk beribadah
kepada Allah SWT dan menyampaikan ilmu kepada orang lain. Pada hari sabtu,
nafas terakhirnya di kota Himsh, kota kelahirannya pada usia 49th. Jenazahnya
Orang pertama yang menjadi guru bagi as-Siba’i adalah ayahnya sendiri
yang mengenalkan ia kepada ilmu agama dan politik. Kemudian ia juga berguru
majelis-majelis ilmu yang di ikuti juga oleh ayahnya, di antara ulama Hims
yang ia temui adalah Thahir ar-Raes, Said al-Maluhi, Fariq al-Atasi dan Raghib
al-Wafa’i. selain dari ulama-ulama di atas as-Siba’i tentu berguru kepada guru-
di sana.
60
Mushthafa as-Siba’i, as-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri’…, hal. 6
4. Karya-karya Mushthafa as-Siba’i
banyak karya, salah satu karya beliau yang paling popular adalah disertasinya
dengan judul Sunnah dan Peranannya dalam Penetapan Hukum Islam, Sebuah
Pembelaan Kaum Sunni. Beliau juga menulis buku khusus tentang orientalis
b. Akhlaquna al-Ijtima’iyyah
c. As-Sirah an-Nabawiyah
d. ‘Azamauna fi at-Tarikh
i. Al-Fawaid
61
Juriono ,dkk, Metode Kritik Matan Mustafa as-Siba’i dalam Kitab…, hal. 4
Pada saat as-Siba’i meninggal dunia, Mufti Palestina Syaikh Muhammad
mujahid. Dunia Islam kehilangan ulama besar. Saya mengenalnya dan melihat
pada dirinya keihklasan, kejujuran, tekad yang sangat kuat dalam membela
muslimin.62
kekurangan. Ia sangat baik dalam memberikan kritik yang pedas terhadap kaum
ilmuan Barat yang memberikan pendapat salah terhadap ajaran Islam. Ia juga
dianggap sebagai pemikiran yang paling baik tentang masalah sunnah. Akan
tetapi menurut sebagian lain, pemikiran as-Siba’i masih taqlid63 kepada ulama
ia hanya kembali menegaskan apa yang sudah disepakati oleh ulama terdahulu,
62
Ahmad Musadad, Kedudukan Hadis Ahad Sebagai Dasar Tasyri’ Islam …, hal. 63
63
Taqlid adalah mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui sumber atau alasannya.
Pemikiran-pemikiran as-Siba’i tentang hadis dipengaruhi oleh pemikiran-
Jadi dapat penulis simpulkan pada bab ini bahwa hadis Ahad menurut as-
Siba’i adalah hadis yang diriwayatkan satu atau dua orang yang tersambung
sampai kepada Nabi saw. Sedangkan Albani tidak memberikan defenisi sendiri
mengenai hadis Ahad, ia hanya mengutip defenisi yang sudah dirumuskan oleh
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian literer atau library research, artinya
penelitian ini didasarkan pada data tertulis yang berasal dari kitab, buku, jurnal dan
sumber-sumber data tertulus lainnya yang berguna dan mendukung penelitian ini.
baik yang dilakukan oleh muhaddisin maupun ulama ahli ushul fiqh dan buku
B. Sifat Penelitian
Ahad dan kedudukannya sebagai dasar tasyri’ Islam. Proses tersebut dilakukan
melalui penguraian data-data yang terkumpul secara cermat, teliti dan terarah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan dan
dokumentasi yang bersifat tertulis terutama kitab, buku yang terkait dengan
penelitian ini ataupun data tertulis lainnya, yang data-data tersebut dikumpulkan
D. Sumber Data
Pada tahapan ini sumber data berasal dari sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber primer adalah dokumen pokok yang berkaitan dengan pemikiran
tokoh mengenai hadis Ahad, dalam hal ini kitab Al-Hadis Hujjatu bi nafsihi fi al-
fi at-Tasyri’ al-Islami. Kemudian data sekunder diambil dari kitab atau buku yang
terkait dan mendukung tema kajian dalam penelitian ini, baik kitab/buku, tulisan-
E. Analisis Data
persamaan dan perbedaan kedua pemikiran tokoh tersebut. Hasil dari kedua tahap
di atas akan dijelaskan secara terperinci dan jelas, setelah diambil kesimpulan-
Ahad
mengikuti kaidah-kaidah yang berasal dari ulama kalam dan beberapa ulama fiqh
Nabi saw. Mengingat bahwa hadis adalah sumber tasyri’ kedua setelah al-Qur’an.
Hal ini sudah menjadi kesepakatan seluruh ulama. Tidak ada lagi keraguan tentang
kedudukan hadis dalam Islam. Oleh karena itu al-Albani sangat mengecam orang-
orang yang meninggalkan hadis shahih hanya karena taqlid terhadap suatu mazhab.
saw64, yaitu:
1. Perkataan oleh sebagian ulama kalam bahwa hadis ahad tidak bisa dijadikan
hujjah untuk persoalan akidah. Kaidah yang sama juga diungkapkan oleh dai
kontemporer sehingga ada yang berpendapat bahwa hadis ahad haram untuk
adalah:
64
Muhammad Nashiruddin al-Albani, al-Hadis Hujjah bi Nafsihi fi al-‘Aqaid wa al-Ahkam
(Riyad: Maktabah al-Ma’arif, 2005), hal. 37-38
a. Mendahulukan qiyas65 dari pada hadis ahad.
dari pada hadis ahad yang khusus, atau hadis ahad tidak dapat
wajib mengambil hadis ahad sebagai hujjah dalam masalah akidah dan hukum, di
antaranya:
1. Al-Qur’an66, Pertama:
kepada keluarga mereka. Menurut al-Albani kata thaifah pada ayat di atas,
dalam bahasa Arab memiliki arti satu orang atau lebih. Maka makna ayat di
itu adalah tentang akidah saja ataupun tentang hukum saja. Ayat di atas
mengandung makna umum, mencakup segala aspek ilmu, baik itu ilmu akidah,
67
Q.S: Al-Taubah (09) : 122
68
Muamalah adalah sebuah hubungan manusia dalam interaksi sosial sesuai syariat, karena
manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Dalam berinteraksi manusia dibatasi oleh
syariat yang terdiri dari hak dan kewajiban. Interaksi di sini dilakukan demi kemaslahatan bersama.
ilmu agama untuk menyampaikan apa yang mereka dapatkan kepada kaumnya
ketika mereka telah kembali, supaya mereka dapat menjaga dirinya dan
keluarganya. Dengan adanya perintah dari Allah SWT bahwa seseorang yang
perorangan (ahad) bisa diterima, baik itu dalam persoalan akidah, hukum,
masalah akidah atau masalah hukum. Mereka mengikuti semua yang mereka
mengetahui dan ada ilmu padanya. Al-Albani menganggap bahwa orang yang
menolak hadis ahad merupakan orang yang mengikuti sesuatu hal yang mereka
69
Q.S: al-Isra’ (17): 36
70
Tabi’in adalah orang yang bertemu dengan satu orang sahabat Nabi saw atau lebih.
Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, Ushulul Hadis ‘Ulumuhu wa Mushthalahuhu…, hal. 270
Dalil ketiga dari ayat al-Qur’an, Firman Allah SWT:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu
tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu”. 71
beriman untuk memeriksa dengan teliti berita yang dibawa oleh seseorang
sudah jelas keadilan dan terpercaya maka wajib diterima. Karena orang yang
adil dan terpercaya adalah kebalikan dari orang yang fasik. Jadi dalam
pengamalan hadis ahad oleh Albani haruslah kepada hadis yang sudah terbukti
ke-shahihannya pada matan dan sanad hadis. Hadis-hadis yang datang tidak
tentang status hadis tersebut. Kriteria ke-shahihan hadis Nabi saw menurut
71
Q.S: al-Hujurat (49) : 6
72
Muhammad Nashiruddin al-Albani, Hujjiyyah Khabr al-Ahad…,hal. 6-10
Nabi saw dan para sahabatnya mengamalkan hadis ahad, baik semasa Nabi
saw masih hidup atau sesudah wafatnya. Dalam pengamalannya, para sahabat
tidak membedakan antara hadis akidah dan hukum. Hal ini terbukti bahwa
adanya hadis-hadis Nabi saw yang shahih yang menerangkan tentang hal itu, di
antaranya:
73
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukharii,(Cairo: Dar al-Fajr li at-Turats, 2004),
hal. 107, no. 631
Ketika para sahabat Nabi saw menetap bersama beliau sudah selama 20
keluarga mereka apa yang sudah diajarkan Nabi saw kepada mereka.
berkesimpulan bahwa pada hadis ini Rasulullah saw membolehkan setiap satu
dan hukum. Maka apabila hadis ahad tidak bisa dijadikan sebagai hujjah, tidak
74
Abu al-Husain bin Muslim al-Hajjaj, Shahih Muslim (Riyadh: Baitun al-Afkar, 1998), hal.
985, no. 2419
“Lalu beliau (rasulullah) menggenggam tangan Abu Ubaydah dan
berkata, “ Ini adalah kepercayaan umat.”.”(HR Muslim)
tidak dapat dijadikan sebagai hujjah maka beliau tidak akan mengutus seorang
Abu Ubaydah ke Yaman. Selain Abu Ubaydah, Nabi saw juga mengutus
Mu’adz bin Jabal dan Abu Musa al-Asy’ari. Diutusnya mereka tidak diragukan
lagi bahwa mereka mengajarkan segala aspek keilmuan. Jika hadis ahad tidak
dapat dijadikan hujjah, tentu Nabi saw tidak akan mengutus para sahabat
75
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukharii,… hal. 238, no. 1458
mengetahuinya, kabarkan kepada mereka bahwa Allah SWT telah
mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika
mereka te;ah shalat, kabarkan kepada mereka bahwa Allah SWT
mewajibkan atas mereka zakat yang dipungut dari orang-orang yang
mampu untuk dibagikan kepada orang-orang fakir. Jika mereka telah
mengakui hal itu, pungutlah dari mereka dan waspadalah terhadap
barang berharga mereka”.
Hadis di atas merupakan dalil yang kuat untuk membantah orang-orang
yang mengingkari kegunaan hadis Ahad sebagai hujjah dalam aspek akidah dan
hukum. Sebab, berdasarkan hadis di atas dakwah Islam meliputi aspek akidah,
dari sini kita juga mengetahui bahwa berhujjah dengan hadis Ahad itu wajib.
dengan hukum adalah pengkhususan yang salah. Karena tidak ada faktor yang
menjadikannya khusus.76
76
Abu Usamah Salim, Hadits Ahad Hujjah dalam Hukum dan Akidah, terj. Normal Sho’iman,
(Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2006), hal. 55
77
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukharii, …, hal. 74, no. 403
“Sesungguhnya telah turun ayat kepada Rasulullah pada malam ini,
beliau diperintahkan untuk menghadap Ka’bah, maka hadapkan
wajah-wajah kalian ke arahnya.” Pada saat itu, mereka memutar
arah menghadap kiblat sedangkan sebelumnya mereka
menghadapkan wajah-wajah mereka ke Sham (Bayt al-Maqdis).”
(HR Bukhari)
saw menerima hadis ahad dalam mennaskh sebuah hukum. Hukum yang
dimaksudkan di sini adalah hukum tentang arah kiblat, dimana hukum pertama
arah kiblat ke arah Ka’bah. Setelah mendengar hadis ini para sahabat langsung
memalingkan wajah mereka ke arah Ka’bah. Jika hadis ahad tidak dapat
dijadikan hujjah dalam masalah hukum ini, maka mereka tidak akan
Para ulama berbeda mengenai kandungan yang dihasilkan oleh hadis ahad,
ini berimbas kepada kedudukan hadis ahad sebagai hujjah, baik dalam masalah
akidah, hukum dan perkara gaib. Hal ini betentangan dengan pendapat Albani.
ahad tersebut dalam masalah akidah dan hukum. Ia menggunakan hadis ahad
mereka tidak menggunakan hadis ahad dalam hal akidah, tapi mereka
menggunakannya dalam persoalan hukum. Mereka cukup beramal dengan
hadis shahih dalam persoalan hukum, sedangkan dalam persoalan akidah tidak
hanya hadis shahih tapi hadis tersebut juga harus mutawatir. Albani
berargumen bahwa mereka ini adalah orang yang jelas kesesatannya. Sebelum
pengamalan hadis ahad pada masalah akidah dan hukum. Landasan yang
digunakan oleh orang yang membedakan antara penggunaan hadis ahad dalam
78
Kata salaf menunjukkan makna “terdahulu”. Termasuk salaf dalam hal ini adalah orang-
orang yang telah lampau. Secara istilah pendapat yang masyhur mengatakan salaf adalah sahabat Nabi
saw, tabi’in dan tabi’ tabi’in.
79
Muhammad Nashiruddin al-Albani, Hujjiyyah Khabr al-Ahad…, hal. 66
80
Q.S al-Nahl (16) : 125
Pada masa Rasulullah saw, beliau mengutus beberapa orang sahabatnya
kepada orang Arab jahiliyah81, kaum musyrik dari Yahudi dan Nasrani.
akidah dan hukum. Lalu bagaimana bisa pada zaman sekarang beberapa orang
tidak memakai hadis ahad untuk persoalan akidah. Mereka hannya terfokus
sudah terbukti benar berasal dari Nabi saw dengan jalan yang benar maka, wajib
dibenarkan baik itu persoalan akidah atau hukum. Tidak ada perbedaan antara
hadis Nabi saw yang mengandung persoalan hukum dan akidah. Begitu juga
dengan mutawatir dan ahad. Semuanya sama berasal dari Nabi saw. Maka
81
Jahiliyah ( ٌ ) َجا ِه ِﻠيﱠﺔberakar kata جهﻞyang memiliki arti bodoh, menjadi bodoh, bersikap bodoh
atau tidak peduli. Sedangkan secara istilah adalah konsep dalam agama Islam yang menunjukkan masa
dimana penduduk Mekkah berada dalam ketidaktahuan (kebodohan)
82
Muhammad Nashiruddin al-Albani, al-Hadis Hujjah bi Nafsihi …, hal. 70
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan
Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi
kehidupan kepada kamu, Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah
membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-
Nyalah kamu akan dikumpulkan”.83
hujjah karena menurut mereka hadis ahad tidak memberikan faidah ilmu yaqin,
83
Q.S al-Anfal (06) : 24
84
Muhammad Nashiruddin al-Albani, al-Hadis Hujjah bi Nafsihi …, hal. 50
85
Q.S an-Najm (53) : 23
Sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap
kebenaran”. 86
Mengomentari dua ayat di atas, Albani berkata bahwa ayat di atas tidak
boleh dipahami secara tekstual. Zhan yang dimaksudkan pada dua ayat di atas
bukanlah zhan yang kuat melainkan adalah zhan yang lemah yang ditujukan
oleh Allah untuk mencela kaum musyrik yang mereka hanya berlandaskan
kepada hawa nafsu. Dalam karya beliau yang lain, Albani mengatakan bahwa
kaidah zhanni dan qath’i memang ada dalam kajian ilmu hadis. Akan tetapi
salah jika kita berpaling dari sesuatu yang zhanni seperti yang dilakukan oleh
sebagian kelompok Islam hari ini. di antara kelompok itu adalah Hizbut Tahrir
sesuatu berupa zhan. Karena yang dimaksud dengan zhanni di sini adalah
qath’i adalah falsafah baru yang menyusup ke dalam ajaran Islam. Ajaran ini
tidak dikenal oleh para Salaf al-Shalih. Untuk menjelaskan hal ini Albani
memberikan satu gambaran tentang khabar ahad. Jika seorang tabi’in bernama
Sa’id bin Musayyab menerima riwayat sebuah hadis dari sepuluh orang sahabat
atau lebih. Maka Sa’id bin Musayyab menilai hadis tersebut adalah hadis
86
Q.S an-Najm (53) : 28
87
Muhammad Nashiruddin al-Albani, Fatwa-fatwa Syaikh Nashiruddin, … , hal. 56-57
seperti Imam Zuhri hanya dari satu jalur, yaitu Sa’id bin Musayyab. Apakah di
sisi Imam Zuhri hadis ini masih bernilai mutawatir? Tentu saja tidak. Imam
Zuhri akan menilai bahwa hadis ini adalah hadis ahad karena beliau hanya
mendengar dari Sa’id bin Musayyab saja. Dilalah yang dikandung oleh hadis
hadis ahad yang berstatus zhanni akan membuat seseorang berada dalam
pilihan, apakah akan mengambil hadis ahad sebagai hujjah atau tidak.
Sedangkan beramal dengan hadis yang sudah jelas kebenarannya adalah suatu
kewajiban, baik itu hadis ahad.88 Jadi dalam pengamalan hadis ahad Albani
Defenisi hadis shahih menurut Albani dapat dilihat dalam salah satu karyanya
“ Ketahuilah, bahwa salah satu syarat hadis shahih adalah tidak adanya
syadz. Defenisi hadis shahih menurut muhaddisin adalah hadis yang
sanadnya bersambung yang disandarkan oleh rawi yang adil lagi dhabit
dari rawi yang adil lagi dhabit juga hingga akhir sanad, tidak syadz dan
tidakpula ber-‘illah. Dengan syarat-syarat ini maka terlepaslah darinya
hadis yang bersifat mursal, munqathi’, syadz dan hadis yang mengandung
‘illah yang disebabkan adanya rawi yang cacat.89
88
Muhammad Nashiruddin al-Albani, Hujjiyyah Khabr al-Ahad…, hal. 85
89
Muhammad Nashiruddin al-Albani, Tamam al-Minnah fi al-Ta’liq ‘ala Fiqh al-Sunnah
(Damaskus: Dar al-Rayah, T.th), hal. 15
Dilihat dari pernyataan Albani di atas dapat dipahami bahwa persyaratan
hadis shahih menurut Albani sama dengan persyaratan hadis shahih menurut
ulama hadis sebelumnya. Penilaian shahih hadis tidak hanya pada sanad tapi
juga pada matn hadis. Di dalam kitab ini Albani juga menyebutkan beberapa
perawi hadis yang shahih (perawi yang terpercaya), tidak bersandar kepada
diamnya Abu Daud dalam kitab al-Sunnah, tidak mempercayai kode-kode as-
dalam kitab al-Targhib, dan mengukuhkan hadis dalam banyak jalur tidak
bersifat mutlak.
90
Hadis syadz adalah hadis yang diriwayatkan oleh orang yang tisqah (dipercaya) bertentangan
dengan orang yang lebih kuat dari padanya. Mahmud ath-Thahan, Taisir Mushthalah al-Hadis, …, hal.
112
91
Hadis mudhtharib adalah hadis yang sama kekuatannya tapi bertentangan.
92
Hadis mudallas menurut istilah adalah hadis yang diriwayatkan dengan menyembunyikan
aib pada sanad hadis dan menampakkan yang baik. Mahmud ath-Thahan, Taisir Mushthalah al-Hadis,
…, hal. 79
93
Hadis majhul adalah hadis yang tidak diketahui zat dan keadaan rawi. Mahmud ath-Thahan,
Taisir Mushthalah al-Hadis, …, hal. 119
94
Mushthafa as-Siba’i, as-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri’ al-Islami,… hal. 65
bahasa adalah ٌَت أَ ْو َﻣ ْذ ُﻣ ْﻮ َﻣﺔ َ ( الsunah secara bahasa berarti jalan, baik
ْ ط ِﺮ ْي َﻘﺔُ َﻣحْ ُم ْﻮدَة ٌ كَان
yang terpuji atau yang tercela). Sedangkan secara istilah as-Siba’i mengambil
1. Muhaddisin
صلﱠﻰ ﷲُ َعلَْي ِه َو َسلﱠ َم ِم ْن ﻗَـ ْوًل ْأو فِ ْع ٍﻞ ْأو ﺗَـ ْق ِريْ ٍر ْأو ِص َف ٍة َﺧْل ِق ٍية او ُﺧلُ ِقيﱠٍة أو
َ ﱠﱯ ِ ِ
ِّ َما اُثَر َع ْن الن
ِ و السنﱠة ِ َذا اﳌعﲎ مر ِادفَةٌ لِلح ِدي.البعﺜة او بـع َدها ِ ك ﻗَـبﻞ ِ ٍ ِ
.ﺚ ْ َ َ َ َ َْ ُ َ َْ ْ َ ْ َ س ْ َﲑة َس َواءٌ أَ َﻛا َن َذل
Sunnah adalah sesuatu yang berasal dari Nabi saw baik berupa perkataan,
perbuatan, ketetapan, sifat fisik atau akhlak, atau perjalanan hidup beliau baik
sebelum di utus atau setelahnya. Sunah dalam pengertian ini sama dengan
defenisi hadis.
2. Ushuliyyin
ِم ْن ﻗَـ ْوٍل أَو فِ ْع ٍﻞ أو ﺗَـ ْق ِريْ ٍر ﳑَا,ص ﱠﻞ ﷲُ َعلَْي ِه َو َسلﱠ َم َﻏ ْ ُﲑ ال ُق ْرآن ال َﻜ ِرْﱘ َ ﱯ ِ ِ
ِّ َصدر َعن الن ُ ُﻛ ﱡﻞ َما
يﺼلح أن يَ ُﻜ ْو َن َدلِْي ًﻼ ِﳊُ ْﻜ ٍم َشْر ِع ٍّﻲ
ُ
Sunah adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw selain al-Quran,
baik berupa perkataan, perbuatan dan ketetapan yang bisa dijadikan dalil
dalam hukum.
3. Fuqaha’
ِ ض وﻻَ الو ِاج
ب ِ صلﱠﻰ ﷲُ َعلَْي ِه و َسلﱠ َم َوَﱂْ ي ُﻜ ْن ِم ْن َ ِب ال َف ْر ِ
َ النﱯ َ َِما ثُب
َ ِّ ت َع ْن
Sunah adalah sesuatu yang ditetapkan dari Nabi saw yang tidak termasuk
dalam fardhu atau wajib.
diungkapkan oleh ulama ushuliyyin, karena sunah dalam pengertian ini adalah
95
Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, Ushulul Hadis ‘Ulumuhu wa Mushthalahuhu,… hal. 14
yang dibahas dari segi keabsahannya sebagai sumber dalil dan kedudukannya
kedudukan penting dalam menetapkan hukum Islam. Sunah berada pada posisi
kedua setelah al-Qur’an. Pada masa Rasulullah saw masih hidup, para sahabat
memahami hukum-hukum syara’ dari al-Quran yang mereka terima langsung dari
Nabi saw. Sebagian besar ayat-ayat al-Quran turun secara umum, tidak terperinci.
Seperti ayat al-Qur’an mengenai perintah zakat, yang turun secara umum tanpa
terjdi yang tidak ada nashnya di dalam al-Qur’an. Jika ini terjadi, tidak ada jalan
lain kecuali harus kembali kepada Rasulullah saw untuk mengetahui hukum-
hukum tersebut secara terperinci.96 Ini sesuai dengan ayat al-Qur’an, firman Allah
SWT:
96
Mushthafa as-Siba’i, as-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri’ al-Islami… hal. 67
97
Q.S al-Nahl (16) : 44
Artinya: “Dan kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini,
melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang
mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang beriman.”98
sebagai penerang dan penjelas dari ayat-ayat al-Qur’an. Tugas Rasul juga
mencakup sebagai petunjuk kepada umatnya mana yang benar ketika berselisih
mengenai suatu hal. Sebagaimana perintah Allah SWT, mentaati Rasul tidak hanya
ketika beliau hidup, tapi juga ketika beliau sudah meninggal. Nabi saw juga
Mengenai pembagian hadis dari segi jumlah rawi, as-Siba’i sepakat dengan
ulama hadis sebelumnya yang membaginya menjadi dua, yaitu mutawatir dan
ahad. Sudah menjadi kesepakatan seluruh ulama dan tidak adak lagi keraguaan
bahwa hadis mutawatir memberikan faedah ilmu dan wajib beramal dengannya.
98
Q.S al-Nahl (16) : 64
99
Mushthafa as-Siba’i, as-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri’ al-Islami… hal. 11
Sedangkan hadis Ahad menurut jumhul ulama wajib beramal dengannya walaupun
melakukan penyerangan terhadap sunah Nabi saw. Di antara tokoh yang terkenal
dalam hal ini adalah Ahmad Amin, seorang penulis buku Fajr al-Islam wa
pada ajaran tersebut. Para pengikut ini kemudian mengecam kritikan yang
keotentisitasan hadis Nabi saw. Mereka mulai melakukan kritikan terhadap hadis
dalam mengkritik hadis. As-Siba’i sangat menentang hal ini dengan alasan bahwa
100
Mushthafa as-Siba’i, as-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri’ al-Islami… hal. 190
101
Orientalis menurut bahasa berasal dari kata Orient yang berarti timur. Sedangkan dalam
istilah adalah sekelompok atau golongan yang berasal dari bangsa Barat yang berkonsentrasi atau
memfokuskan diri dalam mempelajari kajian ketimuran.
102
Dalam kitab karya Ahmad Amin ini ia menyediakan satu fasal khusus tentang hadis. Dalam
fasal ini ia membahas defenisi sunah, pembukuan sunah pada masa Nabi saw dan sahabat. Karena tidak
adanya penulisan hadis pada masa Nabi saw, maka banyak terjadinya pemalsuan dan kebohongan pada
periwayatan hadis sesudahnya. Ia juga menjelaskan usaha para ulama dalam mengurangi usaha
pemalsuan hadis tersebut. Ahmad Amin juga menceritakan tentang para sahabat yang banyak
menuturkan hadis, seperti Abu Hurairah. Menurutnya Abu Hurairah hanya menuturkan hadis apa yang
ada di ingatannya saja dan Abu hurairah juga meriwayatkan hadis yang ia sama sekali tidak pernah
mendnegar hadis tersebut.
tiap-tiap manusia dalam menyikapi hadis shahih. Akan ada sebagian mereka yang
103
Mushthafa as-Siba’i, as-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri’ al-Islami… hal. 308-309
104
Mushthafa as-Siba’i, as-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri’ al-Islami… hal. 191-192
105
Q.S al-Isra’ (17) : 36
106
Q.S al-Najm (53) : 28
2. Apabila boleh beramal dengan hadis ahad dalam persoalan furu’, maka boleh
juga dalam persoalan akidah. Sedangkan kesepakatan kita bahwa hadis ahad
3. Cerita tentang Nabi saw menangguhkan penerimaan berita dari seseorang yang
bernama Dzu al-Yadain ketika Nabi saw membaca salam (mengakhiri shalat)
pada rakaat kedua shalat Isya. Ia bertanya kepada Nabi saw, “ Apakah engkau
mengqashar shalat atau engkau lupa wahai Rasulullah?”. Nabi saw tidak
yang ada di saf pertama membenarkan hal tersebut. Setelah itu Nabi saw
4. Telah diriwayatkan dari beberapa orang sahabat Nabi saw bahwa mereka tidak
beramal dengan hadis ahad. Abu Bakar menolak berita dari al-Mughirah
mengenai hak waris nenek sampai datang berita serupa dari Muhammad ibn
Maslamah. Umar menolak berita Abu Musa mengenai izin bepergian sampai
datang berita serupa dari Abu Sa’id. Ali menolak berita dari Abu Sinan al-
tersebut bersumpah. ‘Aisyah menolak berita dari Ibn Umar berkenaan dengan
Pertama, yang tidak boleh itu adalah beramal dengan hadis ahad berkenaan
dengan prinsip agama dan dasar-dasarnya, sedangkan berkenaan dengan furu’ dan
cabang-cabangnya wajib beramal dengan hadis ahad. Karena tidak ada jalan lain
yang menerangkan hal itu keculai hadis ahad. Ulama sejak masa sahabat dan
seterusnya telah sepakat bahwa ke-hujjahan hadis ahad tidak lah bersifat zhan,
Kedua, Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa ijma’ para ulama telah
bersepakat bahwa hadis ahad tidak bisa dijadikan hujjah dalam persoalan ushul
dan persaksian dari berita perorangan, sedangkan dalam persoalan kerasulan dan
pokok agama harus menggunakan dalil qath’i sehingga dalil zhan tidak berlaku
dalam hal ini”. Kebenarannya adalah menyamakan antara persoalan ushul agama
dengan persoalan furu’ itu mustahil. Tidak ada yang membantah masalah ini
Dzu al-Yadain disebabkan kekhawatiran beliau orang tersebut keliru, karena tidak
mungkin hanya dia sendiri yang mengetahui kesalahan ini sedangkan orang lain
tidak mengetahuinya. Oleh karena itu Nabi saw memastikan kebenaran hal ini
dengan bertanya kepada sahabat lain yang shalat bersama dengannya. Jadi apabila
107
Mushthafa as-Siba’i, as-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri’ al-Islami… hal. 192-194
keraguan seperti ini terjadi, boleh adanya penangguhan hingga datang berita lain
yang dilakukan beberapa orang sahabat tidak membuktikan bahwa mereka tidak
karena adanya keraguan dalam diri mereka tentang kebenaran berita tersebut. Jadi
mereka membutuhkan penguat dari hadis yang disampaikan oleh orang lain.
Sebagai contoh dalam kasus penangguhan yang dilakukan oleh Abu Bakr terhadap
hadis yang disampaikan oleh al-Mughirah mengenai hak waris nenek. Al-
Mughirah mengatakan bahwa hak waris nenek adalah seperenam bagian. Abu
Bakr meragukan hal ini karena tidak ada di dalam al-Quran. Kemudian datanglah
Penangguhan seperti yang dilakukan oleh sahabat tidak hanya terjadi pada
hal yang telah disebutkan di atas saja. Tapi juga terjadi pada hal serupa lainnya.
Sikap yang dilakukan oleh sahabat ini merupakan sikap kehati-hatian mereka
dalam meriwayatkan dan menyampaikan hadis Nabi saw. Hal ini dilakukan agar
hadis Nabi saw terhindar dari segala bentuk kesalahan dan kekeliruan. Al-Almidi
penguat tentang ke-hujjahan hadis ahad. Dalil-dalil ini ia kutip dari kitab al-
Risalah karya Imam Syafi’i, karena menurutnya Imam Syafi’i adalah orang
pertama dikalangan para sarjana yang membahas bidang ini.108 Dalam karyanya
ahad yang dalam tulisan ini penulis hanya akan menyebutkan beberapa dari
jumlah tersebut.
1. Dari Sufyan:
، َع ْن َعْب ِد الﱠر ْﲪَ ِن بْ ِن َعْب ِد ا ﱠِ بْ ِن َم ْس ُعوٍد،ك بْ ِن ُع َم ٍْﲑ ِ ِ َعن َعب ِد اْلمل،َﺧﱪَ س ْفيا ُن بن ُعيـيـنَ َة
َ ْ ْ ْ َ ُ ْ َ ُ ََ ْ أ
ب َح ِام ِﻞ فَـُر ﱠ،اها َوأَ ﱠد َاها ِ َ أَ ّن رس،عن أَبِ ِيه
َ ﻧَﻀر ﷲ عبدا ﲰﻊ مقالﱵ فحفﻈها َوَو َع:ول ا ﱠ ﻗَ َال َُ َْ
ِ ِ ِ ِ ٌ َ ث،ُب َح ِام ِﻞ فِ ْق ٍه إِ َﱃ َم ْن ُهو أَفْـ َقهُ ِمْنه َوُر ﱠ،فِ ْق ٍه َﻏ ِْﲑ فَ ِق ٍيه
ُ إ ْﺧ:ب ُم ْسل ٍم
ﻼص ُ ﻼث ﻻ يُﻐ ﱡﻞ َعلَْيه ﱠن ﻗَـْل َ
109 ِ ِ
" ط ِم ْن َوَرائه ْم ُ فَِﺈ ﱠن َد ْع َوَُ ْم ُِﲢي،اعﺘِ ِه ْم ِ ِ ِ ﱠﺼ ِ ِِ
َ َوم َﲨ
ُ َولُُز،ﲔ َ َوالن، الْ َع َم ِﻞ ﱠ
َ يحةُ لْل ُم ْسلم
Artinya: “ Sufyan bin ‘Uyaynah telah menceritakan kepada kami, dari ‘Abd
al-Malik bin ‘Umair, dari ‘Abd Rahman bin ‘Abdillah bin Mas’ud
dari ayahnya, bahwasannya Rasulullah saw bersabda: ‘Semoga
Allah memberkati seorang hamba yang mendengar perkataanku
kemudian memeliharanya, memahami dan mengamalkannya.
Karena banyak orang yang mengaku mengerti tapi sebenarnya ia
tidak mengerti, dan seringkali ada orang yang membawa suatu
pemahaman kepada orang yang lebih paham dari padanya. Ada
108
Mushthafa as-Siba’i, as-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri’ al-Islami… hal. 195-198
109
Abu Abdillah Muhammad bin Idris asy-Syafi’i, Musnad al-Syafi’i (Beirut: Dar al-Kutub
al-‘Ilmiyyah, T. th), hal. 259
tiga perkara yang tidak akan membuat gundah hati manusia:
Ikhlas dalam beramal kepada Allah, memberi nasehat kepada
muslim lainnya dan tetap dalam jama’ah mereka. Sebab seruan
mereka itu juga meliputi orang-orang belakang mereka”.
kepada orang lain. Ini menjadi hujjah bahwa sesuatu yang disampaikan oleh
tetap berada dalam jama’ah orang muslim, yang berarti bahwa ijma’ orang-
2. Dalil kedua yaitu hadis tentang pergantian arah kiblat yang sudah disebutkan
lebih dahulu masuk Islam. Berdasarkan berita dari perorangan mereka beralih
dari kiblat sebelumnya dan mengikuti apa yang diberitakan kepada mereka
dari Nabi saw. Jika pada saat itu mereka menolak berita yang disampaikan
diterima dan boleh tidak diterima, maka tentu Rasulullah saw berkata kepada
mereka: Kamu sudah menghadap Kiblat ke Yerussalem, dan kamu tidak akan
orang banyak atau berita yang disampaikan oleh orang yang lebih dari satu
orang.
3. Dari Malik:
ﺲ بْ ِنِ َ َع ْن أَﻧ،اق بْ ِن َعْب ِد ا ﱠِ بْ ِن أَِﰊ ﻃَْل َح َة َ َع ْن إِ ْس َح،ك ٌ ِ َح ﱠدثَِﲏ َمال،َح ﱠدثَِﲏ َْﳛ َﲕ بْ ُن ﻗَـَز َع َة
َوأ َﱠ، َوأََ ُعبَـْي َد َة بْ َن ا ْﳉَﱠر ِاح،ي
ُﰊ بْ َن ﺼا ِر ﱠ ِ ٍِ
َ ْ " ﻛنت أسقﻲ أ ﻃلحة ْاﻷَﻧ: ﻗَ َال،َُمالك َرﺿ َﻲ ا ﱠُ َعْنه
ْ إِ ﱠن: فَـ َق َال،آت ٍ فَجاءهم،يخ وهو ﲤَْر ِ ِ ٍ
: فَـ َق َال أَبُو ﻃَْل َح َة،ت ْ اﳋَ ْمَر ﻗَ ْد ُحِّرَم ْ ُ َ َ ٌ َ ُ َ ٍ َﻛ ْعب َشَرا ً م ْن فَﻀ
َس َفلِ ِه َح ﱠﱴ
ْ ِ ﻀَربْـﺘُـ َها
َ َاس لََنا ف ٍ ت إِ َﱃ ِم ْهَرُ فَـ ُق ْم:ﺲ
ِ ِ ِ ِِ ِ
ٌ َ ﻗَ َال أَﻧ، فَا ْﻛسْرَها،ﺲ ﻗُ ْم إ َﱃ َهذﻩ ا ْﳉَرار ُ ََ أَﻧ
110
"ت
ْ اﻧْ َﻜ َسَر
Artinya: “Yahya bin Qaza’ah telah menceritakan kepada kami, Malik telah
menceritakan kepada kami dari Ishaq bin ‘Abdillah bin Abu
Thalhah, dari Anas bin Malik semoga Allah meridhainya, ia
berkata : Aku pernah memberi Abu Thalhahm Abu ‘Ubaydah dan
Ubay bin Ka’ab minuman dari perasan anggur dan kurma,
kemudian datang seseorang dan berkata: Sesungguhnya khamar
telah diharamkan. Maka Abu Thalhah berkata: Hai Anas,
bangunlah dan ambil botol itu dan pecahkan!. Maka akupun
bangun ke arah bejana kemudian kami pukul bejana itu hingga
pecah berserakan”.
Pada saat hadis ini disampaikan, khamar adalah sesuatu yang halal dan
Rasulullah saw atau hingga orang banyak membawa berita tentang hal itu”.
4. Dari al-Darawardiy
، َع ْن َع ْم ِرو بْ ِن ُسلَْي ٍم الﱡزَرﻗِ ِّﻲ، َع ْن َعْب ِد ا ﱠِ بْ ِن أَِﰊ َسلَ َم َة،يد بْ ِن ا ْﳍَ ِاد ﱠر َاوْرِد ﱡ
َ َع ْن يَ ِز،ي َ َﺧ ََﱪَ الد
ْأ
َ إِ ﱠن َر ُس:ول
ول ُ يَـ ُق،ب َر ِﺿ َﻲ ا ﱠُ َعْنهُ َعلَﻰ َﲨَ ٍﻞ ٍ ِ بينما ﳓن ﲟﲎ إِذَا َعلِ ﱡﻲ بْن أَِﰊ ﻃَال:ت ِِ
ْ َ ﻗَال،َع ْن أ ُّمه
ُ
110
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukharii, …, hal. 1217, no. 7253
ِِ ٍ ٍ ِِ ِ
ﺼ ُر ُخ
ْ َﱠاس َوُه َو َعلَﻰ َﲨَله ي
َ َح ٌد " فَاﺗـﱠبَ َﻊ الن
َ وم ﱠن أ
َﺼ ُ َ فَﻼ ي، " إِ ﱠن َهذﻩ أَ ﱠ ُم ﻃَ َعام َو َشَراب:ا ﱠ ﻗَ َال
111 ِ ِ ِ ِ
ك
َ فيه ْم ب َذل
Artinya: “ Al-Darawardiy telang mengkhabarkan kepada kami, dari Yazid bin
al-Hadi, dari ‘Abdillah bin Abu Salamah, dari ‘Amru bin Sulaim
dari ibunya, ia berkata: Ketika kami sedang berada di Mina, tiba-
tiba Ali bin Abu Thalib berkata dari atas onta: Sesungguhnya
Rasulullah saw telah bersabda bahwa hari ini adalah hari makan
dan minum, maka jangan sampai ada seorangpun yang berpuasa!.
Maka orang banyak mengikutinya. Ali tetap berada di atas ontanya
sambil berteriak kepada mereka tentang hal itu”.
beliau juga sedang berhaji ketika itu. Akan tetapi ia mengutus seseorang untuk
menyampaikan apa yang ingin ia katakan kepada umatnya. Diutusnya Ali oleh
Rasulullah saw tidak terlepas bahwa Ali adalah seseorang yang dapat
dipercaya dan dapat diterima kebenaran berita yang beliau bawa oleh mereka
yang akan menerima berita tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi saw
dalam satu keadaan mengutus seseorang yang menjadi perantara beliau dalam
mereka. Ia menjawab bahwa hal semacam itu haruslah ada alasan, boleh jadi
ada hadis padanya yang berbeda dari pada yang disampaikan kepadanya, atau
orang yang menyampaikan hadis tersebut tidak baik hafalannya, atau orangnya
111
Syafi’i, Musnad al-Syafi’i…, hal. 260
patut dicurigai, atau hadis tersebut mengandung lebih dari satu makna. Kalau
ada seseorang yang menolak hadis ahad tanpa alasan, maka ia benar-benar
hadis ahad dalam bagian terakhir kitabnya. Ahmad Amin mengatakan bahwa
seseorang boleh berpegang ataupun tidak pada hadis ahad. as-Siba’i menjawab
pernyataan ini dengan sangat tegas, “Apabila hadis mutawatir tidak ada, dan
hadis ahad hanya boleh dijadikan hujjah atau tidak, apa yang akan tersisa dari
sunah Nabi saw sebagai sumber ajaran Islam?. Tentu ini akan membuat kaum
hadis ahad, tetapi harus dengan hadis yang berkedudukan qath’i. Pembolehan
hadis ahad diamalkan hanya dalam persoalan furu’ menurut as-Siba’i dengan
hadis tersebut harus mencakup dari segi sanad dan matn hadis.
Mengenai kritik sanad hadis, as-Siba’i sependapat dengan apa yang telah
disepakati oleh para ulama sebelumnya. Berkenaan dengan rawi, menurut as-
Siba’i ia haruslah seseorang yang jujur, kuat ingatan dan hafalannya dan
112
Mushthafa as-Siba’i, as-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri’ al-Islami… hal. 210
113
Mushthafa as-Siba’i, as-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri’ al-Islami… hal. 321
mendengar apa yang ia riwayatkan sehingga bersambung ke pada Nabi saw
atau kepada sahabat Nabi saw.114 Sedangkan mengenai kritik matan hadis, as-
1. Matan hadis tidak boleh mengandung kata-kata yang aneh, yang tidak
akhlak.
9. Tidak mengandung hal-hal yang tidak masuk akal yang dijauhi oleh ahli
piker.
10. Tidak boleh bertentangan dengan al-Qur’an atau dengan hadis yang lebih
114
Mushthafa as-Siba’i, as-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri’ al-Islami… hal. 112
115
Mushthafa as-Siba’i, as-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri’ al-Islami… hal. 301-302
12. Tidak boleh bersesuaian dengan mazhab rawi yang giat mengajak pada
mazhabnya.
13. Tidak boleh berita yang menyangkut perkara besar yang disaksikan banyak
15. Tidak boleh mengandung janji pahala yang berlebihan dalam perbuatan
hadis untuk memisahkan yang otentik dan yang tidak. Jika sebuah berita
datang dari orang lain, maka yang pertama kali terbetik dalam fikiran adalah
yang dibawanya. Isi berita yang dibawa ornag tersebut dicocokkan dengan
pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya. Jika hal ini juga sudah
terbukti, maka berita tersebut sudah dapat diterima tanpa ada lagi keraguan.
hadis Nabi saw bersamaan juga dengan ketelitian dan perhatian yang luar
biasa.116
116
Mushthafa as-Siba’i, as-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri’ al-Islami… hal. 300
C. Analisis Persamaan dan Perbedaan Antara Pemikiran Muhammad
mereka berdua terletak pada latar belakang keduanya dalam membahas ke-
hujjahan hadis ahad ini, yaitu otoritas hadis Nabi saw memiliki posisi yang sangat
penting dalam syariat Islam yaitu berada pada posisi kedua setelah al-Qur’an.
Keduanya sangat menegaskan kepada seluruh umat muslim yang beriman kepada
Allah SWT dan Rasul-Nya untuk meletakkan hadis pada posisinya, baik itu
hadis ahad dapat diamalkan, tetapi terdapat juga perbedaan. Albani menggunakan
hadis ahad dalam persoalan akidah dan hukum. Walaupun kandungan dari hadis
ahad itu adalah zhan, tapi menurut Albani zhan yang dimaksud di sini adalah zhan
yang kuat yang dapat memberikan faedah yakin. Ia tidak membenarkan perilaku
hadis tersebut mutawatir. Sikap Albani ini juga dilatar belakangi kekhawatirannya
akan ditinggalkannya hadis Nabi saw yang shahih. Berbeda dengan Albani, as-
terhadap hadis ahad hampir sama, baik itu dalil al-Qur’an dan hadis. Akan tetapi
as-Siba’i hanya mengutip apa yang sudah dirumuskan oleh ulama sebelumnya,
seperti Imam Syafi’i. Ia tidak melahirkan kaidah baru dalam pembelaanya dalam
hal ini. Sedangkan Albani selain mengutip apa yang sudah dirumuskan oleh ulama
mengenai kedudukan hadis ahad. Dalil-dalil yang dikemukakan oleh Albani baik
dari al-Qur’an maupun hadis merupakan dalil yang jelas dan tepat.
terlihat pada fokus kajian yang mereka lakukan dalam kitab mereka masing-
masing. Fokus as-Siba’i terlihat pada bentuk pembelaannya terhadap hadis Nabi
saw dari serangan para Orientalis dan pengingkarnya. Dalam kitabnya tersebut as-
Amin, seorang sarjana Islam yang belajar Islam kepada sarjana Barat. Sedangkan
Albani berfokus pada usahanya dalam melindungi hadis Nabi saw dari
Menurut Albani penyimpangan ini terjadi karena sifat taqlid seseorang terhadap
satu mazhab atau kepada guru-guru mereka. Albani sangat mengecam orang-
orang yang berperilaku seperti ini. Sebagaimana dijelaskan pada perjalanan hidup
beliau, Albani keluar dari mazhab yang dianut oleh ayahnya dan guru-gurunya
Mengenai kriteria ke-shahian hadis Nabi saw tidak jauh berbeda antara
salah satu syarat hadis shahih adalah tidak adanya syadz (menyendiri) dan ‘illah
yaitu ‘adalah (jujur), dhabit (kekuatan ingatan), hifz (kekuatan hafalan) dan
dalam penerimaan hadis Nabi saw. Secara garis besar kriteria-kriteria yang
dikemukakan oleh as-Siba’i sama dengan apa yang sudah dirumuskan oleh ulama
sebelumnya. Karena menurutnya kaedah yang sudah dirumuskan oleh para ulama
merupakan pegangan yang sangat kokoh, tidak ada lagi keraguan pada kaedah
tersebut. Ini bisa dipahami mengingat tujuan dari as-Siba’i adalah membela sunah
Albani dan as-Siba’i adalah ulama yang hidup pada masa modern yang
Mengenai fungsi hadis Ahad sebagai sumber hukum dalam Islam kedua tokoh
dikemukakan oleh kedua tokoh merupakan dalil yang bersumber dari al-Qur’an dan
hadis Nabi saw yang sudah jelas dan tepat. Akan tetapi kedua tokoh berbeda dalam
aspek pembolehan tersebut. Albani berpendapat bahwa hadis ahad yang sudah
hukum. Dilalah yang dihasilkan oleh hadis ahad adalah zhan yang kuat yang
penggunaan hadis ahad dalam persoalan ushul (pokok) agama, karena persoalan
pokok agama haruslah dengan hadis shahih lagi mutawatir. Sedangkan hadis ahad
wajib digunakan hanya pada persoalan furu’iyah dengan syarat berkualitas shahih
hadis, mereka sama-sama merujuk kepada kaidah-kaidah yang sudah disusun oleh
menyebutkan salah satu syarat hadis shahih adalah tidak adanya syadz
dilakukan oleh kedua tokoh pada masing-masing kitab mereka. Kitab yang ditulis
oleh Albani dilatar belakangi oleh kekhawatirannya terhadap otoritas sunah Nabi
saw dalam ajaran Islam. Dengan bermunculannya sebagian kelompok Islam yang
menyia-nyiakan hadis Nabi saw hanya karena sikap fanatik mereka kepada suatu
taqlid yang dilakukan oleh sebagian kelompok tersebut. Sedangkan kitab Sunnah
sebagai sikap pembelaannya terhadap sunnah Nabi saw dari serangan orang-orang
yang mengingkarinya, yaitu para kaum orientalis dan orang-orang yang belajar
kepada mereka seperti Ahmad Amin. Fokus kajian dalam kitab ini adalah bantahan-
bantahan yang ditujukan oleh as-Siba’i kepada Ahmad Amin sebagai tokoh sarjana
B. Saran
dalam hukum Islam tampak bahwa hadis ahad yang sudah terbukti
2. Perlu adanya upaya yang sangat serius dan sungguh oleh umat Islam dalam
dasar tasyri’ Islam agar tidak terpengaruh oleh perkembangan zaman dan ilmu
pengetahuan yang semakin maju yang membuat manusia semakin kritis dalam
ini. Dan juga perlu adanya kajian lebih mendalam terkait hadis ahad menurut
Abdurrahman, Muhammad dan Elan Sumarna, 2011. Metode Kritik Hadis, Bandung:
Al-Albani, T.th. Muhammad Nashiruddin. Tamam al-Minnah fi al-Ta’liq ‘ala Fiqh al-
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. 2001. at-Tarikh al-Kabir lil Bukhari. Beirut: al-
Kitab al-‘Ilmiyyah
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. 2004. Shahih al-Bukharii. Cairo: Dar al-Fajr li at-
Turats
Al-Hajjaj, Abu al-Husain bin Muslim. 1998. Shahih Muslim. Riyadh: Baitun al-Afkar
Ali, Zainuddin. 2010. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia,
Maktabah al-Islami
Bakar, Umar Abu. T.th. Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany dalam Kenangan.
At-Tibyan: Solo
Gufron, Muhammad dan Rahmawati. 2013. Ulumul Hadits Praktis dan Mudah,
Ismail, Nor Najihah binti. 2011. Hak Politik Perempuan Menurut Pemikiran Musthafa
Jakarta
Juriono ,dkk. 2017. Metode Kritik Matan Mustafa as-Siba’i dalam Kitab as-Sunnah wa
Vol. 1 No. 1
Nurdin, Lukman Hakim, dkk. 2017. Perkembangan Awal Pengaruh Syaykh al-Albani
Salim, Abu Usamah. 2006. Hadits Ahad Hujjah dalam Hukum dan Akidah. Terj. Normal
Tsary, Waliya Widda Fawzi, 2015. Analisis Pendapat Syaikh al-Albani Tentang Shalat
Yusuf, Abu Ubaidah. 2015. Syaikh al-Albani Dihujat. Bogor: Media Tarbiyah