RESENSI
NPM : 71190211002
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt atas karunia dan inayahnya, serta nikmat yang
dicurahkan kepada makhluknya dan hamba-hambanya yang bertaqwa. Karena
dengan rahmatnya makalah ulumul hadits ini dapat terselesaikan dengan baik,
dan tidak lupa pula sholawat berangkaikan salam kita hadiahkan kepada
junjungan baginda nabi besar Muhammad SAW, karena dengan memperbanyak
sholawat kepadanya akan mendapatkan syafaat serta naungan beliau di yaumil
mahsyar kelak.
Kemudian daripada itu, saya ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada
kawan-kawan yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini baik
secara moril ataupun material. Dan juga berterima kasih kepada bapak dosen
pengampu DRS.H.EFNEDY ARIEF M.A. karena dengan bimbingan beliau makalah
resensi ulumul hadits ini dapat dipahami dengan baik, serta juga untuk memenuhi
tugas mata kuliah ulumul hadits ini yang diberikan kepada kami sebagai
mahasiswa.
Oleh karena itu, tentunya dari isi makalah kami ini jauh dari kata sempurna, dan
juga masih banyak kekurangan makalah resensi ini baik dari segi kalimat, tanda
bacanya, dan strukturnya. Untuk itu kami membutuhkan sekali namanya
masukkan berupa kritikan yang bersifat membangun dan bersifat positif, guna
menunjang dari segi kualitas makalah kami ini. Dan semoga makalah ini
kedepannya dapat sebagai wawasan kepada mahasiswa yang membacanya serta
menambah khazanah pengetahuan bagi yang ingin mengetahuinya.
Pangeran al-fansyury
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….3
IDENTITAS MAKALAH…………………………………………………………………….6
IDENTITAS BUKU…………………………………………………………………………..6
3
BAB IV HADITS PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW……………………15
4
1. Motif pemalsuan hadits…………………………………………………30
2. Upaya penanggulangan pemalsuan hadits…………………….31
A. Keadaan politik……………………..…………………………………………….36
B. Kegiatan ulama…………………………..……………………………………….36
C. Tokoh-tokoh hadits……………………………………………………………..37
D. Pembukuan………………………………….………………………………………37
KESIMPULAN…………………………………………………………………………………..43
5
IDENTITAS MAKALAH
Disusun oleh :
e-mail : Pangeranalf189@gmail.com
IDENTITAS BUKU
Cetakan : I (pertama)
Ketagori : agama
6
RESENSI BUKU
BAB I
KODIFIKASI HADITS
Mekah dan madinah (haramain), merupakan tempat rosul SAW mengawali
karirnya sebagai waliyullah dalam mensyiarkan agama yang
diterimnya,nabiyullah yang bergelar al-amin ini, dengan kehendaknya menjadi
penjelas semuanya, baik berupa lisan, perbuatan ataupun ketentuan. Ketiga
bentuk penjelasan tersebut pada akhirnya dikenal dengan sebutan hadits atau
sunnah.
7
2. Para perawi telah banyak yang wafat. Bila terus dibiarkan, dikhawatirkan
hadits juga akan hilang seiring berjalannya waktu.oleh karena itu perlu
segera dibukukan.
3. Daerah kekuasaan islam smakin luas. Peristiwa-peristiwa yang dihadapkan
umat islam akan semakin kompleks. Hal ini tentu memerlukan petunjuk
hadits sebagai sumber agama.
4. Pemalsuan hadits semakin merajalela, kalau dibiarkan dapat mengancam
kemurnian dan kelestarian hadits. Maka dari itu perlu diadakan pembukuan
hadits, guna menyelamatkan hadits dari pemalsuan.
Hadits pasca kodifikasi, tentunya berbeda pada masa sebelumnya, baik Karena
perubahan social, politik, ekonomi ataupun budaya. Perbedaan tersebut bias
bersifat maju atau bersifat sebaliknya, atau karena “stagnan” karena alasan
tertentu. Sebagaimana dijelaskan, ketika rosul saw masih hidup, tidak ada
masalah yang tidak dapat diselesaikan, tidak ada persoalan yang tidak ada
jawabannya. Kesemuanya dapat langsung dikembalikan dan ditanyakan kepada
nabi muhammmad saw, sehingga perselisihan dan permasalahan yang muncul
dapat langsung didiskusikan, diselesaikan dan ditetapkan hukumnya dihadapan
nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah. Para sahabat dengan mudah
8
menyertai nabi Muhammad SAW diberbagai majlis yang diadakan, mereka juga
mempelajari peristiwa yang dialami nabi Muhammad SAW dan dialami oleh kaum
muslimin. Singkatnya, transmisi hadits dijalankan secara lisan(oral) seiring dengan
berkembangan islam di masa awal keberadaannya.
Beliau adalah orang pertama mewujudkan umar bin abdul aziz dalam
pengkodifikasi hadits, menurut keterangan amr bin dinar, az-zuhri telah berhasil
menghimpun hadits sebanyak 1200 buah dan separuhnya berupa musnad.
9
BAB II
Berikut ini , beberapa periodisasi yang telah disusun oleh para ulama :
Kedua, fase aktifnya para tabi’in menerima dan meriwayatkan dari para
sahabat.
Ketiga, fase aktifnya para tabi’it dan tabi’in dalam menerima dan
meriwayatkan hadits dari para tabi’in
Kedua, fase ini sampai awal abad ke ll hijriah. Semula kitab-kitab hadits yang
memuat hadits nabi Muhammad saw saja, tanpa adanya tema atau judul
tertentu.
Ketiga, pada fase abad ketiga hijriah dan seterusnya.dalam fase ini perkembangan
hadits dari segi pentadwinanya, semakin terlihat, pengkajiannya atau
pembahasannya, telah mencapai puncak yang tertinggi.
1) periode pertama, periode hadits sebelum dikodifikasi, dimulai pada masa nabi
sampai 100 h.(qobla al-tadwin).
2) periode kedua, yakni periode pengkodifikasi hadits, dimulai sejak abad kedua
hijriah sampai akhir abad ketiga hijriah, (‘inda al-tadwin)
3) periode ketiga, yakni periode setelah pengkodifikasi hadits, dimulai sejak abad
keempat hijriah sampai padsa hadits terkodifikasi dalam kitab-kitab hadits (ba’da
al-tadwin).
Sejarah dan perkembangan hadits menurut Muhammad abdur rauf, dibagi dalam
lima macam periode, yakni :
11
2. periode penulisan kitab-kitab hadits yang umumnya yang berdasarkan wilayah
yang sedng dibicarakan. Misalnya, kitab al-muwathha yang dituliskan oleh imam
malik.
Ulama asal aceh ini membagi periodeisasi perkembangan hadits ini menjadi
tujuh periode, diantaranya :
1. periode pertama, yakni pada masa wahyu diturunkan dan pembentukan hukum
serta dasar-dasar agama, dimulai dari permulaan nabi bangkit (diangkat sebagai
rosul) hingga beliau wafat.
2. periode kedua, pada masa sahabat besar atau khulafaur rosyidin.
3. periode ketiga, pada masa sahabat kecil dan tab’in besar(masa dinasti umayyah
sampai akhir abad l hijriah).
4. periode keempat, pada masa pemerintahan bani umayyah, turunnya yang
kedua (dimulai zaman khalifah umar bin abdul aziz) sampai pemerintah pertama
dinasti abbasiyyah.
5. periode kelima, periode ini disebut sebagai masa pemurnian, penyempurnaan,
dan penyehatan kitab hadits.
6. periode keenam, pada masa ini dinyatakan sebagai periode pemeliharaan,
penertiban, penambahan dan penghimpunan kitab-kitab hadits.
7. periode ketujuh, periode ini dimulai saat jatuhnya kota Baghdad(656H) sampai
sekarang.
12
Perkembangan hadits menurut Muhammad abdul aziz al-kulli, dibagi menjadi lima
periode, diantaranya :
1. periode pertama, yakni keterpeliharaan, hadits dalam hafalan.
2. periode kedua, yakni periode pentadwinan hadits, yang masih bercanpur
antara hadits dan fatwa sahabat dan tabi’in.
3. periode ketiga, yakni periode pentadwinan hadits dengan memisahkan hadits
nabi dari fatwa sahabat dan tai’in
4. periode keempat, yakni periode seleksi keshohihan hadits.
5. periode kelima, yakni periode pentadwinan hadits tahzib dengan sistematika
pengabungan dan pensyarahan hadits.
BAB III
PENULISAN HADITS PADA MASA NABI
Banyak dasar al-quran yang menyatakan bahwa apa yang disampaikan oleh nabi
Muhammad saw, adalah sesuatu yang patut untuk dijadikan oleh
pedoman,contoh, dan tuntunan dalam kehidupan. Namun walau demikian,
penulis sejarah nabi, ulama hadits, umat islam menetapkan bahwa al-quran
bahwa al-quran mendapatkan perhatian penuh dari nabi Muhammad dan para
sahabat.
Pembahasan pada bab ini secara khusus akan meyoroti pembahasan penulisan
hadits pada masa nabi, terkait perintah dan larangan hadits pada masa nabi dan
hal-hal yang dianggap perlu untuk dibahas.
A. KEBIJAKAN NABI TERHADAP HADITSNYA
Terkait kebijakannya yang dilakukan nabi terhadap hadits-haditsnya, paling
tidak ada tiga sikap yang dilakukan nabi, diantaranya :
1. nabi memerintahkan kepada para sahabat untuk menyampaikan/menyebarkan
hadits-haditsnya.
2. nabi melarang para sahabat untuk menulis haditsnya.
Hal ini dimaksudkan, agar ayat-ayat al-quran jangan sampai bercampur dengan
ayat-ayat yang bukan al-quran.
3. nabi memerintah para sahabat untuk menulis hadits-haditsnya.
13
1. pendapat pertama menyatakan bahwa , larangan hadits tersebut itu telah di
mansukhkan oleh hadits yang memerintahkan menulis hadits.
2. bahwa larangan itu bersifat umum, sedangkan untuk beberapa sahabat secara
khusus diizinkan.
3. bahwa larangan menulis hadits, ditunjukkan kepada mereka yang
dikhawatirkan akan mencampuradukkan dengan al-quran, sedangkan pengizinan
penulisan hadits ditujukan kepada mereka yang dijamin tidak akan
mencampuradukkan dengan al-quran.
4. bahwa larangan itu, berlaku pada saat wahyu-wahyu yang turun belum dihafal
dan dicatat oleh para sahabat , setelah wahyu yang diturunkan telah dihafal dan
dicatat, menulis hadits diizinkan.
14
yang terus-menerus menyertai nabi, menulis segala yang tersebut diatas,
padahal orang-orang yang menulis pada masa itu masih dapat dihitung.
2. Karena orang arab(umumnya tudak pandai menulis dan membaca tulisan)
lebih mengutamakan kekuatan hafalan(dikenal dengan kekuatan HAFALAN)
3. Dikhawatirkan akan bercampur dalam catatan sebagian sabda nabi dengan
alquran dengan sengaja.
BAB IV
HADITS PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW
Masa ini disebut juga dengan (masa turunnya wahyu dan pembentukan
masyarakat islam).pada periode inilah hadits hadir sebagai sebuah sabda aqwal,
af’al, dan taqrir nabi Muhammad SAW yang berfungsi menerangkan al-quran
untuk menegakkan syariat islam dan membentuk masyarakat islam. Secara istilah
hadits memiliki banyak istilah kata hadits memiliki banyak rumusan, ada juga yang
mencakup batasan sempit dan ada juga yang lias, namum pada dasarnya
menyangkut satu makna yang sama yaitu yang disandarkan pada nabi saw, baik
perbuatan, perkataan, ketetapan atau sebagainya. Sedangkan kapan munculnya
hadits nabi itu mulai juga terdapat perbedaan pendapat dikalangan ilmuwan
muslim. Menurut ulama hadits, hadits itu segala sesuatu perbuatan, perkataan,
dan ketetapan yang dibuat oleh nabi Muhammad saw sejak beliau lahir sampai
wafat. Sedangkan menurut ulama fiqih, hadits hanya sebatas informasi dari nabi
mengenai hukum saja, dan mengenai masalah kelahiran dan tidak menyangkut
masalah syariah tidak diketagorikan hadits, berbeda dengan ulama diatas, ulama
ahli sejarah nabi memulai periodeisasi dari awal kenabian sampai wafatnya nabi.
Artinya hadits dimulai pada saat diangkatnya nabi saw dan masa kenabian inilah
adalah saat nabi Muhammad saw mulai menerima wahyu dari allah.
15
1. cara lisan dimuka orang banyakyang terdiri dari kaum laki-laki
2. pengajian rutin dikalangan laki-laki
3. pengajian juga diadakan juga dikalangan kaum wanita setelah kaum wanita
memintanya.
Adapun cara penyampaian hadits pada masa rosulullah saw,/ cara para sahabat
menerima hadits dari rosul saw, secara umum melalui lisan atau dengan
menyaksikan perbuatan rosul saw dan mendengar dari orang yang mendengarnya
dari rasullulah saw ajjaj al-khatib dalam bukunya membagi dalam empat bentuk :
a. dengan bentuk majlis
b. dengan lisan dan perbuatan
c. menjawab pertanyaan yang berkenaan langsung dengan sahabat dan
disaksikan oleh sahabat
3. para sahabat yang disamping dekat dengan rosul sawjuga menuliskan hadits
yang diterimanya, seperti Abdullah bin amr.
4. sahabat yang meskipun tidak lama dengan rosul sw tetapi sangat efisien dalam
memanfaatkan kesempatan dan bersungguh-sungguh bertanya kepada sahabat
lainnya, seperti abu hurairah.
16
5. sahabat yang secara bersungguh-sungguh mengikuti majlis rosulullah saw dan
banyak bertanya kepada sahabat lain, seperti Abdullah bin umar, anas bin malik,
dan Abdullah bin abbas.
Ada empat cara yang ditempuh oleh sahabat untuk mendapatkan hadits dari
nabi Muhammad saw, yaitu :
d.terkadang ada juga para sahabat yang melihat secara langsung nabi saw
malakukan satu perbuatan, hal ini berkaitan dengan ibadah seperti salat, zakat,
haji dan ibadah lainnya.
Ada dua jalan sahabat dalam meriwayatkan hadits dari rosulullah saw: pertama,
periwayatan lafdzi (redaksinya persis yang disampaikan oleh rosul saw).para
sahabat berusaha menyampaikan hadits nabi tepat seperti nabi
mengucapkannya, tidak ada ditambah-tambahi dan dikurang-kurangi.
Penyampaiannya persis seperti hadits nabi Muhammad saw. Kedua, periwayatan
maknawi(maknanya saja). Periwayatan maknawi lebih dari pada isi atau makna
yang terkandung di dalam menjelaskan dengan bahasanya sendiri.
Dengan kata lain, matanya tidak persis sama dengan yang diucapkan oleh nabi
Muhammad saw. Akan tetapi, makna yang ada di dalamnya tetap terjaga secara
17
utuh yaitu sesuai dengan apa yang diucapkan oleh nabi Muhammad saw tanpa
ada perubahan makna.
BAB V
Pada masa kekhalifahan abu bakar dan umar bin khattab, periwayatan dan
penulisan hadits tersebar secara terbatas dan belum dilakukan secara resmi.
Bahkan pada masa umar bin khattab, ada pelarangan untuk memperbanyak
periwayatan hadits, dengan maksud agar para sahabat untuk mencurahkan
perhatian mereka kepada penyebaran al-quran.
Abu bakar menyatakan bahwa kaum muhajirin yang berhak menjadi khalifah.
Alasan-alasannya ialah :
1. kaum muhajirin adalah kaum yang pertama masuk islam dan membela islam.
18
2. kecintaan kaum muhajirin kepada rosullulah saw, telah banyak terbukti dengan
segala bentuk tantangan dan ujian yang di hadapinya,
Pada saat abu bakar di baiat sebagai khalifah, ali bin abi tholib dan beberapa
sahabat lainnya, atas pembaiatannya abu bakar sebagai khalifah itu, di kalangan
sahabat ada juga yang secara diam-diam tidak menyetujuinya. Mereka
berpendapat, bahwa yang berhak menjadi khalifah ali bin khalifah. Diantara
alasannya :
1. ali bin abi tholib, adlah seorang sahabat yang paling dekat dengan hubungan
kekerabatan dengan nabi Muhammad saw.
2. ali bin abi tholib pada waktu nabi Muhammad saw berhijrah ke madinah,
diserahi tugas untuk melakukan “kamuflase” berperan sebagai nabi, untuk
bersiasat mengelabuhi kaum musyrikin yang sedang mengejar akan membunuh
nabi Muhammad saw.
3. ketika nabi dengan para sahabatnya telah berada di kota madinah, ali bin abi
tholib oleh nabi ditunjuk sebagai”saudaranya”.
Kaum pendukung ali ini, tidak mengakui ke khalifahan abu bakar, kekhalifahan
abu bakar, umar, dan utsman. Mereka, kaum pendukung ali kemudian dikenal
dengan golongan syiah. Setelah abu bakar wafat, umar mengganti posisi sebagai
khalifah, atas dasar wasiat dari abu bakar yng disepakati oleh sahabat lainnya.
Kemudian umar wafat karena di bunuh oleh budak bernama abu lu’lu’ah al- farisy,
seorang budak berkebangsaan Persia yang berasal dari tawanan perang
nahawand. Setelah umar meninggal maka jabatan kekhalifahan diserahkan oleh
19
utsman bin affan sebagai khalifah. Pengangkatan utsman ini, semakin
mempertajam benih perpecahan antara golongan syi’ah dengan yang lain dari
syi’ah. Salah satu faktor yang menjadikan keadaan tersebut menjadi keruh adalah
dia mengangkat sanak saudaranya memimpin kekhalifahan islam dan mengganti
pemerintah yang telah di bentuk oleh kekhalifahan sebelumnya, sehingga banyak
para sahabat dekatnya menjauhi dirinya akibat tindakannya tersebut. Akan tetapi
tidak sepenuhnya beliau disalahkan karena hal tersebut sebab para sanak
saudaranya sangat berambisius dalam menguasai pemerintahan. Dan pada
akhirnya belia meninggal karena di bunuh oleh pemberontak antara lain kinanah
bin basyar, Muhammad bin abu bakar, saudan bin amri, dan amru bin hamki.
Setelah utsman wafat maka digantilah oleh ali bin abi thalib sebagai khalifah
selanjutnya. Pada saat ini banyak perselisihan yang terjadi, setelah kematian
utsman karena melahirkan rasa dendam dari para keluarga dan pendukungnya.
Ketika ali naik tahta, dikalangan umat islam ada yang tidak setuju. Bahkan,
muawiyah gubernur yang pernah diangkat oleh utsman juga menyatakan dirinya
sebagai khalifah. Maka terjadilah peperangan umat islam antara pendukung ali
dan muawiyah yang menyebabkan banyaknya pertumpahan darah.
Setelah itu maka diadakanlah dilakukan diplomasi perdamaian antara pihak ali
dan muawiyah. Golongan ali diwakilkan oleh abu musa asy’ari sahabat yang
jujur,ikhlas dan lugu. Sedangkan amru bin ash seorang sahabat yang sangat cakap
dalam berunding, disininilah abu musa asy’ari terkecoh dengan dilakukan
diplomasi ini, yang mengakibatkan terma’zulnya diri ali bin abi thalib sebagai
khalifah.
Pada ssat itu juga para pendukung ali (syi’ah) sangat kecewa dan menentang ali
karena perdamaian itu, mereka tidak mendukung ali ataupun mu’awiyah. Mereka
bahkan menetang kedua-duanya dan berdiri sendiri sehingga mereka disebut
kaum khawarij. Mereka mempunyai semboyan “kekuasaan berada di tangan
Allah”, disinilah para kaum khawarij mulai merencanakan pembunuhan terhadap
ali bin abi tholib dan mu’awiyah juga. Akan tetapi mu’awiyah dapat menghindari
rencana pembunuhan tersebut, maka yang terkena pembunuhan tersebut ialah
ali bin abi thalib sendiri yang dibunuh oleh budak yang bernama abdurahman bin
muljam.
20
B. PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN HADITS PADA MASA KHULAFAUR
ROSYIDIN.
pada zaman abu bakar as-siddiq, al-quran masih berada pada tahap dihafal oleh
para sahabat dan baru dirintis pertama untuk dimushafkan. Akibat dari kebijakan
ini ialah :
2) hadits dan ilmu hadits, belum merupakan pelajaran yang bersifat khusus.
Menurut riwayat hakim dari sayyidah aisyah, bahwa sesungguhnya abu bakar
as-siddiq telah mengumpulkan hadits-hadits rosul saw sekitar 500-an hadits.
Adapun yang lain menyatakan sikap abu bakar terhadap hadits sebagaimana yang
dikutip oleh Dr.M.ajjaj al-khatib, bahwa abu bakar r.a adalah orang pertam yang
mmpraktikkan sikap hati-hati dalam menerima khabar.
berbeda dengan khalifah abu bakar, pada masa pemerintahan umar bin khattab
beliau secara tegas melarang para sahabat untuk memperbanyak meriwayatkan
hadits. Sejatinya khalifah umar bin khattab bersikap demikian, karena beliau tidak
mendaki umat islam mencurahkan perhatiannya kepada selain dari al-quran.
Dan bukan berarti pula umar sama sekali tidak meriwayatkan hadits sama sekali,
sebagai contoh bahwa umar menerima riwayat hadits dan walaupun dengan
ketat.
suatu ketika kahlifah ali bin abi thalib dalam salah satu khutbahnya menyatakan :
“saya menetapkan, barang siapa yang memiliki kitab catatan, agar setelah pulang
nanti segera menghapus catatannya itu. Sebab, setelah terjadi kebinasaan
manusia, tatkala mereka mengikuti segala pembicaraan dari ulama mereka dan
mereka meninggalkan kitab tuhan mereka.”
Pernyataan khalifah ali ini member isyarat, agar para sahabat tidak mendewakan
atau membuat catatan-catatan selain dari al-quran agar tidak mendewakan
alquran. Hal ini tidak berarti bahwa khalofah ali tidak sama sekali melarang untuk
menulis hadits. Pernyataan khalifah ali ini tentulah dialamatkan kepada
masyarakat umum, agar mereka terhindar dari mempercampuradukkan al-quran
dengan lainnya dan tidak meninggalkan al-quran.
22
Seperti yang dikatakan syubhih salih, bahwa pada ujung akhir khalifah ali telah
mulai ada usaha-usaha pemalsuan hadits dari sementara umat islam yang sedang
bermusuhan (golongan syiah, golongan muawitah, dam golongan khawarij), tetapi
usaha itu belumlah memengaruhi keadaan periwayatan hadits secara umum.
Karena itu, dapatlah dikatakan bahwa pada masa khulafaur rosyidin, hadits-hadits
rosul masih terpelihara kemurniannya.
BAB VI
HADITS DIMASA SAHABAT KECIL
Periode ini disebut ‘ashr intisyaral-riwayah ila al-anshar (masa berkembang dan
meluasnya periwayatan hadits). Para sahabat kecil dan tabi’in yang ingin
mengetahui hadits-hadits nabi Muhammad saw, diharuskan berangkat keseluruh
pelosok wilayah daulah islamiyyah untuk menanyakan hadits kepada sahbat-
sahabat besar yang sudah tersebar di wilayah tertentu, sehingga perlawatan
untuk mencari hadits pun menjadi ramai.
A. MASA KESEIMBANGAN DAN MELUAS PERIWAYATAN HADITS.
Umat islam pada periode ini telah mencurahkan perhatiannya terhadap
periwayatan hadits. Hal ini disebabkan :
1. al-quran telah dikodifikasikan.
2. peristiwa-peristiwa yang telah dihadapi umat islam sudah banyak.
3. jumlah sahabat yang telah meninggal dunia telah bertambah banyak dan yang
masih hidup telah banyak yang berpencar tempatnya di daerah-daerah.
23
Pertama, yang paling awal masuk islam, seperti khulafaur ar-rosyidin adan
Abdullah bin mas’ud.
Kedua, terus-menerus mendampingi nabi Muhammad SAW, dan kuat hafalan,
seperti abu hurairah.
Ketiga, riwayat dari sebagian sahabat selain mendengar dari nabi Muhammad
saw, dan panjang pula umurnya, seperi anas bin malik, walaupun beliau, masuk
islam sesudah nabi Muhammad saw, menetap di madinah.
Keempat, lama menyertai nabi Muhammad saw, dan mengetahui keadaan-
keadaan nabi Muhammad saw, karena bergaul erat dengan beliau, seperti istri-
istri beliau Aisyah dan ummu salamah
Kelima, berusaha mencatat seperti Abdullah bin amr bin ash.
Dianatara para sahabat yang mengembangkan periwayatan hadits adalah :
1. abu hurairah
2. aisyah, istri abi Muhammad saw
3. anas bin malik
4. Abdullah bin abbas
5. Abdullah bin umar
6. jabir bin Abdullah
7. abu sa’id al-khudry
8. ibnu mas’ud
9. Abdullah bin amr bin ash
E. TOKOH-TOKOH HADITS
24
1.) di madinah : said, urwah, abu bakar bin abd ar-rahman bin al-harits bin
hisyam, ubaidillah bin Abdullah bin utbah, salim bin Abdullah bin umar, sulaiman
bin yassar, al-qosim bin Muhammad bin abu bakar, naïf, az-zuhry, abu az-zinad,
kharijah bin zaid, abu salamah bin abd-rahman bin auf.
2) di makkah : ikrimah, atha’ bin rabah, abu zubair, Muhammad bin muslim.
3.) di kuffah : asy-sya’by, Ibrahim bin nakha’y, al-qomah an-nakha’y.
4.) di basrah : al- hasan, Muhammad bin sirin, qotadah.
5.) di syam : umar bin abdul aziz, qobishah bin dzubaib, yazid bin al-akbar
6.) di mesir : abu al-khair martsad bin Abdullah bin al-yazinny, yaid bin habib.
7.) di yaman : thaus bin kiasan al-yamany, wahab bin al-munabbih.
F. PUSAT-PUSAT HADITS
1. madinah
Di anataranya tokoh-tokoh hadits di kota madinah dalam kalangan sahabat
ialah abu bakar, umar,ali (sebelum pindah ke kuffah), abu hurairah, aisyah, ibnu
umar, abu said al-khudry, dan zaid bin tsabit.
2. makkah
Diantara tokoh hadits mekkah ialah mu’adz bin jabal, kemudian ibnu abbas.
3. kufah
Ulama sahabat yang mengembangkan hadits ini di kufaj ialah ali bin Abdullah
bin mas’ud, sa’ad bin abi waqosh, said bin zaid, khabbab bin al-arat, salman al-
farisy, hudzaifah bin al-yamani, ammar bin yassir, abu musa, al-baroq, al-
mughirah, al-nu’am, abu at-thufail, abu juhaifah dan lain-lain.
4. bashrah
Pemimpin haditsdi bashrah dari golongan sahabat ialah anas bin malik, imran
bin Husain, abu barzah, ma’qil bin yasar, abu bakar, abd ar-rahman bin samurah,
Abdullah bin asy-syikkir, jariah, ibnu al-qudamah.
5. syam
Tokoh hadits dari sahabat di syam ini adalah mu’adz bin jabal, ubadah bin
shamit dan abu darda’, pada mereka banyak tabi’in belajar di antaranya : abu idris
al-khulany, qobishoh bin dzubaib, makhul, raja bin haiwah.
6. mesir
Ada kira-kira 140 orang sahabat yang mengembangkan hadits di mesir. Di
antara tabi’in yang belajar pada mereka ialah abu al-khair martsad al-yaziny dan
yazid bin abi habib.
25
1. ash—shahifah ash-shodiqoh, karya Abdullah bin amr bin ash (w.65H). Tulisan
ini berbentuk lembaran-lembaran sesuai dengan namanya ash-shihifah
(lembaran).
2.ash-shihifah jabir bin abd allah al-anshory (W.78H) yang diriwayatkan oleh
sebagian sahabat.
3. as-shohifah as-shohihah, catatan salah satu tabi’in hamman bin munabbih
(W.131H).
Dalam pada itu, nuruddin al-itr menambahkan dalam bukunya,
1. shohifah ali bin abi tholib, imam al-bukhari dan lainnya meriwayatkan kisah
shohifah ali.
2. shohifah sa’ad bin ubadah, ia adalah seorang sahabat senior(W.15H)imam
turmudzi meriwayatkan dalam kitab sunannya
3. surat-surat nabi Muhammad saw, kepada gubernur dan para pegawai beliau
brekenaan dengan peraturan wilayah islam dan Negara-negara terdekat,serta
penjelasan-penjelasan hukum-hukum agama.
4. surat-surat beliau kepada raja-raja pembesar Negara-negara tetangga serta
pemimpin bangsa arab.
5. piagam-piagam perjanjian beliau dengan orang-orang kafir,seperti perjanjian
hudaibiyyah, tabuk dan piagam madinah yang mengatur kehidupan bersama
antara umat islam dan yahudi dan lainnya.
6. surat-surat yang beliau perintahkan agar dikirim kepada beberapa orang
sahabat berkenaan berbagai instruksi dan informasi, seperti naskah khutbah
beliau yang dikirmkan kepada abu sufyan al-yamani.
Di antara hal yang tumbuh dalam masa ketiga ini ialah munculnya orang-orang
yang membuat hadits-hadits palsu. Hal ini terjadi sesudah ali wafat.
Pada msa itu terpecahlah umat islam dalam beerapa golomgan antara lain.
Pertama, golongan syiah merekalah pendukung ali.
Kedua, golongan khawarij mereka yang tidak mendukung ali dan mu’awiyah
3.ketiga, golongan jumhur (mereka yang pro pemerintah pada masa itu).
Mereka berupaya mendatangkan keterangan (hujjah) untuk mendukung
keberadaan mereka. Maka mereka berupaya membuat hadits-hadits palsu dan
menyebarkan kepada masyarakat.
Berbagai pemalsuan hadits oleh orang yang tidak bertanggung jawab, telah
mendorong ulama untuk berhati-hati melakukan periwayatan hadits, upaya yang
dilakukan untuk mengatasi pemalsuan tersebut adalah :
1. keharusan mengisnadkan (menjelaskan sumber) hadits
2. semaraknya aktivitas ilmiah dan pembuktian hadits
3. memburu para pemalsuan hadits
4. menjelaskan prilaku para perawi
5. membuat kaidah untuk mengetahui hadits maudhu’
6. membuat ilmu-ilmu hadits
BAB VII
HADITS PADA ABAD KEDUA HIJRIAH
27
Fakta sejarah sejarah menunjukkan bahwa, penggegas secara resmi penulisan
hadits yakni khalifah umar bin abdul aziz, yang termasuk pada golongan tabi’in.
Latar belakang ataumotif khalifah umar bin abdul aziz mengeluarkan instruksi
untuk mengkodifikasi/ membukukan hadits ialah :
1. al-quran telah dibukukan dan telah tersebar luas, sehingga telah dikhawatirkan
lagi akan bercampur dengan hadits
2. telah makin banyak perawi para perawi/penghafal hadits yang meninggal
dunia. Bila dibiarkan, maka dikhawatirkan akan hilangnya hadits dari agama.
3. daerah islam yang semakin meluas, peristiwa-peristiwa yang duhadapi umat
islam semakin luas dan kompleks.hal ini berdampak pada perlunya hadits nabi
sebagai petunjuk disamping al-quran.
4. pemalsuan hadits semakin mengkhawatirkan, salah satunya dengan cara
membukukan hadits, yang sekaligus dapat menyelamatkannya dari pengaruh-
pengaruh pemalsuan-pemalsuan.
28
Kitab AL-muwatha karya imam malik, merupakan kitab hadits yang tertua,
yng sampai sekarang masih dapat ditemukan yang disusun dengan system tashnif,
ada yang berpendapat yang menyatakan bahwa kitab ini selesai oleh imam malik
selama 40 tahun. Para sangat besar perhatiannya terhadap kitab al-muwatha’ ini,
olehnya tidaklah mengherankan bila banyak yang berisi iktisar (ringkasan) dan
kitab syarah dari al-muwatha’ itu.
Para ulama berbeda pendapat tentang jumlah di dalamnya.
1. menurut ibnu habbab yang dikutip oleh abu bakar al- ‘arabi dalam syarah al-
tirmidzi menyatakan ada 500 hadits yang disaring
2. abu bakar al-abhrani berpendapat ada 1.176 hadits, dengan perincian 500
musnad, 222 mursal, 613 mauquf, dan 285 qoul tabi’in.
3. al-harasi dalam ta’liqoh fi al-ushul, menyatakan kitab imam malik memuat 700
hadits dari 9000 hadits yang telah disaring.
4. abu al-hasan bin fahr, dalam fadho’il mengatakan ada 10000 hadits dalam al-
mwatha’
5. Arnold john wensink memyatakan, dalam al-muwatha’ ada 1612 hadits.
6. Muhammad fuad al-baqi mengatakan al-muwatha, berisi 1821 hadits.”
7. ibnu hazm berpendapat, dengan tanpa menyebutkan pastinya, 500 lebih
musnad, 300 lebih mursal, dan 70 hadits yang tidak diamalkan oleh imam malik
dan beberapa hadits dho’if lainnya.
8. m.syuhudi ismail menyatakan,”kitab al-muwatha”, haditsnya ada 1804.
29
C. PERKEMBANGAN PEMALSUAN HADITS DAN UPAYA MENGATASINYA
Dampak dari fitnah tersebut maka lahirlah benih-benih kekacauan umat islam,
hingga terjadinya konflik antara ali bin abi thalib dan muawiyah yang kemudian
menimbulkan kelompok politik dalam islam.dan saat sejak itu pula muncul
pemalsuan hadits. Berikut ini akan dipaparkan seputaran motif pemalsuan dalam
hadits dan upaya ulama dalam menanggulanginya.
1. motif-motif pemalsuan hadits
Data sejarah menunjukkan bahwa, pemalsuan hadits tidak hanya dilakukan
oleh orang-orang islam saja, mereka membuat hadits dengan tujuan untuk
meruntuhkan islam dari dalam. Sedangkan orang-orang islam membuat hadits
palsu karena didorong oleh berbagai tujuan. Tujuan tersebut ada yang bersifat
duniawi dan ada juga yang bersifat agamawi.
a. propagandis-propagandis politik
Pada periode ini banyak konflik yang terjadi salah satunya perpecahan
pemerintahan antara dinasti umayyah dan dinasti abbasiyyah, dalam pertarungan
ini mereka menggunakan satu senjata dalam memenangkan argumentasinya,
mereka membuat hadits-hadits palsu. Hadits-hadits palsu yang mereka buat itu,
berisi pemulihan terhadap golongan mereka dan menjatuhkan lawan golongan
mereka
b. golongan zindiq
yakni golongan yang pada lahirnya memeluk islam, tetapi batinnya memusuhi
islam. Mereka ingin umat islam meninggalkan ajaran agama islam yang benar dan
mengikuti ajaran yang tidak benar. Dari golongan zindiq ini mereka
memanfaatkan juga perpecahan antara umat islam di bidang politiknya. Oleh
karena itu, mereka juga membuat hadits-hadits palsu yang berisi antara golongan
umat islam, khususnya antara golongan umayyah dengan abbasiyyah.
c. tukang-tukang cerita
salah satu cara menarik minat terhadap apa yang disampaikan adalah dengan
cara mengemukakan cerita. Pada masa lalu banyak orang-orang yang suka
membuat suatu cerita yang bersifat dongeng, cerita tersebut bertujuan untuk
mendorong orang disekitarnya terkagum dan tertarik dalam mendengarkan kisah
tersebut sehingga cerita yang mereka karang sampai banyak yang ingin
mendengarkannya, tujuan mereka tidak lain adalah salah satunya karena ekonomi
30
jadi dalam mereka menciptakan omong kosong tersebut dan mengatasnamakan
hadits asli agar mereka mendapatkan upah yang diinginkan.
e. mencari popularitas
pada masa lampau masyarakat yang membuat hadits palsu juga mempunyai
tujuan salah satunya mencari ketenaran/popularitas. Dengan cara membuat
hadits palsu sebanyak-banyaknya agar banyak masyarakat awam yang akan
terkesima serta memandang si pembuat hadits tersebut sebagai ulama hadits.
31
BAB VIII
HADITS PADA ABAD KETIGA HIJRIAH
Periode ini disebut : “masa pemurnian, penyehatan dan penyempurnaan”.
Karakteristik kodifikasi hadits pada abad ini dapat dipaparkan secara singkat
sebagai berikut :
Pertama, dalam penyusunan kita hadits terjadi pemisahan secara jelas antara
hadits rosul, dengan al-quran perkataan sahabat dan fatwa-fatwa tabi’in.
Kedua, dijelaskan kualitas hadits shohih dan dho’if. Baru pada abad pertengahan
abad lll hijriah.
Ketiga, terjadi penambahan variasi bentuk kitab-kitab hadits yang disusun, yaitu :
Berbentuk musnad,shohih, sunan(berisi hadits hasan, shohih, dan dho’if) dan
tntang kitab muktalif hadits seperti iktalif al-hadits oleh asy-syafi’i.
A. KEADAAN UMAT ISLAM PADA PERIODE INI
1. pertikaian paham dalam kalangan ulama
Disamping aktivitas dalam pengembangan ilmu hadits, para ulama juga banyak
menulis kitab-kitab aqidah untuk mematahkan argumentasi kelompok-kelompok
sempalan umat islam seperti mu’tazilah, syiah, dan lainnya.
Golongan mahzab ilmu kalam, khususnya kaum mu’tazilah sangat memusuhi
ulama hadits. Mereka (dari kaum mu’tazilah ini), sikapnya inginmemaksakan
pendapatnya membuat hadits-hadits palsu. Pertentangan antara ulama ilmu
kalam dan ulama ilmu hadits sudah ada sejak masa abad ll hijriah.
2. sikap penguasa terhadap ulama hadits
Khalifah al-ma’mun (wafat 218H), merupakan salah satu khalifah yang sangat
sukses dalam pengembangan ilmu pengetahuan pada masanya, dimana beliau
sangat tekun mempelajari al-quran,as-sunnah dan filsafat. Salah satunya buku
filsafat banyak di tarjimkan kedalam bahasa arab.
Disamping itu juga, khalifah al-mamun sangat mendukung para aliran mu’tazilah
yang menyatakan bahwa al-quran adalah makhluk, hal ini membawa angin segar
terhadap para ulama kalam beraliran mutazilah, sedangkan ulama hadits semakin
berat cobaan yang dihadapinya dalam permasalahan yang dihadapinya. Salah satu
ulama yang sikap pendiriannya sangat keras adalah imam ahmad bin hambali.
Beliau ulama hadits yang menentang mutazilah yang menyatakan al-quran itu
makhluk, sedang pendapat beliau menyatakan al-quran adalah qodim. Hal ini
membuat imam ahmad bin hambali harus dipenjarakan oleh khalifah al-mamun
karena sikap beliau yang sangat keras pendiriannya. Begitu juga setelah khalifah
khalifah al-watsiq, dan imam ahmad. Mereka bukan hanya dpenjarakan saja akan
32
tetapi disiksa, dan dirantai. Kemudian setelah masa menjelang ajalnya khalifah al-
watsiq sikap beliau berubah menjadi condong kepada ulama hadits.
Pada waktu khalifah al-mutawakkil, masa ini membawa angin segar terhadap
ulama hadits, karena al-mutawaakil sangat condong kepada ajaran sunnah.
Banyak para ulama-ulama hadits didatangkan di istana dalam menyampaikan
hadits nabi Muhammad saw, sehingga banyak para ulama menyatakan bahwa
khalifah al-mutawakkil menghidupkan sunnah dan menghancurkan bid’ah.
33
e. agar supaya dengan dapat mudah mengetahui kualitas haditsdan pula lebih
mudah untuk mengetahui masalah yang dikandung hadits nabi Muhammad saw,
ulama hadits dalam menyusun kitab hadits menempuh metode seperti kitab fiqh.
c. kitab musnad
yakni kitab hadits yang oleh penyusunnya dihimpun seluruh hadits yang
diterimanya, dengan susunan perawi pertama.
Contoh :
a. musnad, yang disusunan oleh imam ahmad bin hambali
b. musnad, yang disusun oleh imam abul qosim al-baghawy
c. musnad, yang disusun oleh utsman bin abi syu’ibah
C. KITAB-KITAB STANDAR
34
Ulama hadits serta memberikn perhatian khusus kepada kitab-kitab hadits
tertentu, maka ulama muta’akhirin lalu menetapkan beberapa kitab hadits
sebagai kitab-kitab pokok atau kitab standar.
1. kitab standar yang kelima ( al-kutubuk khomsah)
Ulama sepakat ada lima buah kitab hadits yang dinyatakan sebagai kitab
pokok(standar) yang biasa disebut dengan al-kutubul khomsah atau ushulul
khomsah. Yakni :
a. kitab shohih al-bukhari
b. kitab shohih muslim
c. kitab shohih abu dawud
d. kitab shohih at-tirmidzi
e. kitab shohih an-nasa’i
35
kitab shohih lebih lengkap kandungannya dibandingkan kitab sunan, karena
kitab shohih minim hukum, tetapi juga memuat tentang akidah, akhlak, tafsir,
sejarah, dan lainnya. Sedangkan kitab sunan memuat tentang masalah hukum
(ushul fiqh) dan lainnya.
BAB IX
HADITS PADA ABAD KE-IV SAMPAI
PERTENGAHAN ABAD KE-VI HIJRIAH
36
hadits pada masa ini, ulama hadits pada umumnya hanya mempegangi kitab-kitab
hadits yang telah ada, sebab seluruh hadits pada abad IV (awal periode keenam
ini), telah terhimpun pada kitab-kitab hadits tersebut.
37
at-targib wa at-tarhib, susunan al-mundziry (656H).
BAB X
HADITS PADA ABAD VI SAMPAI SEKARANG
Pada periode ini disebut : “masa pensyarahan, penghimpunan, pentakhrijan dan
pembahasan”.usaha-usaha yang dilakukan oleh ulama pada masa ini adalah
menebitkan buku-buku hadits, yang menyaringnya dan menyusun kitab takhrij
dan kitab jami’ yang umum.
A. KEADAAN UMAT ISLAM PADA PERIODE INI
Pada permulaan abad VIII, muncullah seorang tokoh diturki, bernama utsman
kajuk. Ia membina kerajaan di turki dari puing-puing peninggalan bani saljuk yang
masih ada di asia tengah. Utsman bersama keturunanya berusaha meneklukkan
kerajaan-kerajaan kecil yang ada disekitarnya, sehingga dengan demikian
utsmaniyyah yang berpusat di turki. Daulah utsmaniyyah akhirnya berhasil
menaklukkan konstantinopel dan mesir, sekaligus menghilangkan khalifah
abbasiyyah. Mulai pada saat itu, mulai pada saat itu, berpindahlah khalifah
islamiyyah dari mesir ke konstantinopel. Daulah utsmaniyyah makin jaya dan
besar. Tetapi di balik itu, cahaya islam di Andalusia yang telah bersinar sekitar
delapan abad itu, makin redup dan pudar.
38
C. BENTUK PENYUSUNAN KITAB HADITS
Kegiatan yang terbanyak dilakukan para ulama pada periode ini pada umumnya
adalah mempelajari kitab hadits yang telah ada, sedngkan jalan yang mereka
tempuh adaalah :
1. menyususn kitab zawaid, yaitu menyusun-menyusun kitab-kitab hadits yang
tidak terdapat dalam kitab-kitab sebelumnya kedalam kitab-kitab tertentu.
2. menyusun kitab jawani, yaitu mengumpulkan isi dari beberapa kitab seperti
yang ditulis oleh bukhari, muslim dan yang lainnya sehingga menjadi dalam
sebuah kitab.
3. mengumpulkan hadits-hadits hukum, yaitu memilih dan memilah-milah kitab
hadits hukum dan menuliskannya dalam sebuah kitab.
4. menyusun dari kitab takhrij dari hadits-hadits yang terdapat dalam berbagai
kitab sebelumnya.
5. menyusun kitab syarah, dari kitab-kitab shohih, sunan, musnad, jami’, zawa’id,
dan kitab-kitab hadits hukum lainnya.
6. menyusun kitab muktashar, ialah ringkasan suatu hadits dari kitab hadits,
7. menyusun kitab zaqoid, adalah kitab yang didalamnya dihimpun hadits-hadits
yang terdapat dalam suatu kitab tertentudan hadits tersebut tidak termaktub
dalam kitab-kitab tertentu lainnya.
8. kitab petunjuk (kode indeks) hadits. Ialah kitab-kitab yang berisi petinjuk-
petunjuk praktis, biasanya berupa kode-kode huruf dan angkqa tertentu, untuk
mempermudah mendapatkan/ mencari matan-matan hadits pada kitab-kitab
tertentu.
39
2. taqribul asanid wa tartibul masanid, oleh al-iroqy (806H)
3. bulughul maram min adillatil ahkam, oleh ibnu hajar al-asqolany (852H).
4. koleksi hadits-hadits hukum, oleh Prof. Dr. T.M. hasbi as-shiddieqy.
40
4. kitab muktashar, antara lain :
a. al-jami’ as-shogir, oleh as-suyuthi
b. muktashar shohih muslim oleh Muhammad fuad abdul baqy.
41
KELEBIHAN BUKU :
Buku ulumul hadits ini tidak hanya menjelaskan pengertian tentang hadits
melainkan juga, mendeskripsikan tentang proses panjang sejarah hadits secara
detail/rinci, sehingga para pembaca dapat mengetahui dari hadits maudhu’(palsu)
berasal. Selain dari pada itu buku ini dilengkapi dengan footnotes yang ada pada
referensi pada setiap halaman tersebut. Dan juga menerangkan pengarang kitab
hadits pada periode-periode pada masa lampau dengan teliti. Dan dari segi
bahasa pembukuan ini masih bisa dipahami dengan baik. Buku ini bagus untuk
mahasiswa yang ingin mencari sumber skripsi dan dapat dijadikan bahan ajar
disekolah.
KEKURANGAN BUKU :
Penjelasan di buku ini memang detail, selain itu dalam buku ini ceritanya agak
berbelit-belit dan panjang, kemudian dalam pengetikan dari buku ini masih ada
kesalahan.
KESIMPULAN :
42
Buku karya Dr. muhajirin M.A. ini, memuat isi pembahasan mengenai tentang
sejarah yang sangat panjang tentang hadits rosul saw, yang dimana menjelaskan
secara teratur dimana dimulainya hadits ini ketika rasul saw diangkat menjadi
rasul sekaligus nabi ketika itu. Lalu buku ini mendeskripsikan proses-proses hadits
nabi baik pada masa dikumpulnya hadits tersebut, dihafalkan oleh para tabi’in
sampai pengkodifikasian (penulisannya), hingga sampai pembukuan hadits
tersebut. Kemudian baik dari nilai sejarah panjang hadits yang kita dapat dari
buku ini juga mencantumkan masalah tentang hadits maudhu’(palsu) yang terjadi
pada masa lampau karena hadits palsu ini timbul akibat dari perang politik pada
zaman khalifah ali bin abi thalib yang dibuat oleh para pendukung fanatiknya
yaitu (syi’ah). Sehingga terjadilah pegolakan, dari pergolakan itu maka munculnya
hadits palsu yang menyebar ke masyarakat sehingga para ulama hadits terus
mencegah agar hadit palsu tersebut dapat dimusnahkan. Selain itu, hadits yang
terkumpul shohih itu dijadikan buku pada zaman kekhalifahan islamiyyah pada
zaman keemasan islam dulu sehingga terbentuk lah buku-buku seperti shohih
bukhari,muslim dan lainnya.
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57