Anda di halaman 1dari 57

MAKALAH ULUMUL HADITS

RESENSI

NAMA DOSEN PENGAMPU : DRS.H.EFNEDY ARIEF M.A

NAMA MAHASISWA : PANGERAN AL-FANSYURY

NPM : 71190211002

PRODI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM SUMATRA UTARA (UISU)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt atas karunia dan inayahnya, serta nikmat yang
dicurahkan kepada makhluknya dan hamba-hambanya yang bertaqwa. Karena
dengan rahmatnya makalah ulumul hadits ini dapat terselesaikan dengan baik,
dan tidak lupa pula sholawat berangkaikan salam kita hadiahkan kepada
junjungan baginda nabi besar Muhammad SAW, karena dengan memperbanyak
sholawat kepadanya akan mendapatkan syafaat serta naungan beliau di yaumil
mahsyar kelak.

Kemudian daripada itu, saya ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada
kawan-kawan yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini baik
secara moril ataupun material. Dan juga berterima kasih kepada bapak dosen
pengampu DRS.H.EFNEDY ARIEF M.A. karena dengan bimbingan beliau makalah
resensi ulumul hadits ini dapat dipahami dengan baik, serta juga untuk memenuhi
tugas mata kuliah ulumul hadits ini yang diberikan kepada kami sebagai
mahasiswa.

Oleh karena itu, tentunya dari isi makalah kami ini jauh dari kata sempurna, dan
juga masih banyak kekurangan makalah resensi ini baik dari segi kalimat, tanda
bacanya, dan strukturnya. Untuk itu kami membutuhkan sekali namanya
masukkan berupa kritikan yang bersifat membangun dan bersifat positif, guna
menunjang dari segi kualitas makalah kami ini. Dan semoga makalah ini
kedepannya dapat sebagai wawasan kepada mahasiswa yang membacanya serta
menambah khazanah pengetahuan bagi yang ingin mengetahuinya.

Tanjung morawa, 01-07-2020

Pangeran al-fansyury

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….3

IDENTITAS MAKALAH…………………………………………………………………….6

IDENTITAS BUKU…………………………………………………………………………..6

BAB I KODIFIKASI HADITS……………………………………………………………..7

A. Definisi kodifikasi hadits…………………………………………..…………….7


B. Latar belakang kodifikasi hadits………………………………………………7
C. Hadits pra kodifikasi……………………………………………………………….8
D. Hadits pasca kodifikasi……………………………………………………………8
E. Masa kodifikasi hadits……………………………………………………………..9
F. Tokoh-tokoh kodifikasi hadits………………………………………………….9

BAB II PERIODEISASI PERKEMBANGAN HADITS………………………….10

A. Menurut Mustafa al-azhami………………………………………………….11


B. Menurut Muhammad ajjaj al-khatib………………………………………11
C. Menurut Muhammad abdur rauf………………………………………….12
D. Menurut T.M Hasbi ash-shiddieqy………………………………………..12
E. Menurut Muhammad abdul aziz al-kulli…………………….………….12

BAB III PENULISAN HADITS PADA MASA NABI……………………………13

A. Kebijakan nabi terhadap hadits……………………………………………….13


B. Penyelesaian hadits yang Nampak bertentangan……………………13
C. Shahifah(catatan) hadits pada zaman nabi…………………………….14
D. Tidak seluruh hadits nabi dituliskan………………………………………..14

3
BAB IV HADITS PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW……………………15

A. Metode penyampaian dan penulisan hadits………………………………15


B. Kesungguhan sahabat memperoleh hadits………………………………..16
C. Cara sahabat memperoleh hadits……………………………………………..17
D. Periwayatan hadits nabi Muhammad SAW………………………………..17

BAB V HADITS PADA MASA KHULAFAUR ROSYIDIN………………………..18

A. Keadaan politik pada masa khulafaur rosyidin…………………………..18


B. Pembinaan dan pengembangan hadits……………………………………..21
1. Sikap khulafaur rosyidin terhadap hadits…………………………..22
2. Sikap dan cara sahabat mengembangkan hadits……………….23
C. Keadaan hadits pada masa khulafaur rosyidin…………………………..23

BAB VI HADITS MASA SAHABAT KECIL……………………………………………23

A. Masa keseimbangan dan meluasnya periwayatan hadits…………23


B. Perlawatan sahabat dalam mencari hadits……………………………….23
C. Sahabat yang mendapatkan gelar”bendaharawan hadits…………24
D. Batasan masa tabi’in………………………………………………………………..24
E. Tokoh-tokoh hadits………………………………………………………………….24
F. Pusat-pusat hadits……………………………………………………………………25.
G. Dokumentasi penting hadits……………………………………………………..25
H. Mulai timbul pemalsuan hadits…………………………………………………26
I. Usaha penanggulangan hadits palsu………………………………………….27

BAB VII HADITS PADA MASA ABAD KEDUA HIJRIAH…………………………27

A. Pengkodifikasi hadits pada abad kedua……………………………………..28


B. Pembukuan hadits pada abad kedua hijriah……………………………….29
C. Perkembangan pemalsuan hadits dan upaya penanggulangan….30

4
1. Motif pemalsuan hadits…………………………………………………30
2. Upaya penanggulangan pemalsuan hadits…………………….31

BAB VIII HADITS PADA ABAD KETIGA HIJRIAH……………………….32

A. Keadaan umat islam pada abad ketiga hijriah………………..32


1. Pertikaian paham di kalangan ulama…………………………32
2. sikap penguasa terhadap ulama hadits………………………32
3. kegiatan para pemalsu hadits…………………………………….33
B. Kegiatan ulama dalam melestarikan hadits……………………33
C. Kitab hadits standar……………………………………………………….35
D. Perbedaaan beberapa kitab hadits………………………………..35

BAB IX HADITS ABAD KEEMPAT SAMPAI PERTENGAHAN ABAD


KEENAM HIJRIAH………………………………………………………………….36

A. Keadaan politik……………………..…………………………………………….36
B. Kegiatan ulama…………………………..……………………………………….36
C. Tokoh-tokoh hadits……………………………………………………………..37
D. Pembukuan………………………………….………………………………………37

BAB X HADITS ABAD KEENAM SAMPAI SEKARANG………………………38

A. Keadaan umat islam………………………………………………………………38


B. Kegiatan ulama hadits……………………………………………………………38
C. Bentuk penyusunan kitab hadits…………………………………………….39
D. Macam-macam kitab hadits……………………………………………………39

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN……………………………………………………….42

KESIMPULAN…………………………………………………………………………………..43

5
IDENTITAS MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah ulumul hadits.

Mata kuliah : ulumul hadits

Dosen pengampu: Drs.H. efnedy arief M.A.

Disusun oleh :

nama : Pangeran alfansyury

e-mail : Pangeranalf189@gmail.com

jurusan : pendidikan agama islam

kampus : UNIVERITAS ISLAM SUMATRA UTARA

IDENTITAS BUKU

Judul : ulumul hadits II

Pengarang : Dr. muhajirin, M.A

Penerbit : noer fikri

Tahun terbit : 2016

Cetakan : I (pertama)

Ketagori : agama

Jumlah halaman : 168 halaman

Harga : RP. 70.000,-

6
RESENSI BUKU

BAB I

KODIFIKASI HADITS
Mekah dan madinah (haramain), merupakan tempat rosul SAW mengawali
karirnya sebagai waliyullah dalam mensyiarkan agama yang
diterimnya,nabiyullah yang bergelar al-amin ini, dengan kehendaknya menjadi
penjelas semuanya, baik berupa lisan, perbuatan ataupun ketentuan. Ketiga
bentuk penjelasan tersebut pada akhirnya dikenal dengan sebutan hadits atau
sunnah.

A. DEFINISI KODIFIKASI HADITS

Sebagian kitab ulumul hadits menyamakan makna tadwin dengan penulisan


atau pencatatan ke dalam satu buku. Seperti ajjaj al-khatib menggunakan kata
tadwin untuk mendeskripsikan penulisan hadits para periode tabi’in. jelas
terdapat perbedaan antara kata tadwin dengan kitabah dalam periwayatan
hadits. Manna al-qohtan berpendapat bahwa :

”tadwin bukanlah menulis, yang dimaksudkan menulis adalah, seseorang


menulis suatu lembaran atau lebih dari itu,sedangkan tadwin ialah
mengumpulkan sesuatu yang tertulis dari lembaran-lembaran yang dihafal
dalam dada, kemudian menyusunnya dalam satu kitab.”

Penulisan hadits disebut juga ‘kodifikasi’ yang artinya ialah pencatatan,


penulisan, dan pembukuan hadits. Selain itu penulisan dan pembukuan hadits
secara resmi disebut dengan”tadwin”.

B. LATAR BELAKANG KODIFIKASI HADITS

Upaya penulisan (kodifikasi) hadits secara resmi dilatarbelakangi oleh


beberapa faktor diantaranya :

1. Alquran telah dibukukan dan tersebar luas. Sehingga tidak dikhawatirkan


lagi akan bercampurnya dengan hadits.

7
2. Para perawi telah banyak yang wafat. Bila terus dibiarkan, dikhawatirkan
hadits juga akan hilang seiring berjalannya waktu.oleh karena itu perlu
segera dibukukan.
3. Daerah kekuasaan islam smakin luas. Peristiwa-peristiwa yang dihadapkan
umat islam akan semakin kompleks. Hal ini tentu memerlukan petunjuk
hadits sebagai sumber agama.
4. Pemalsuan hadits semakin merajalela, kalau dibiarkan dapat mengancam
kemurnian dan kelestarian hadits. Maka dari itu perlu diadakan pembukuan
hadits, guna menyelamatkan hadits dari pemalsuan.

C. HADITS PRA KODIFIKASI


Masa pra kodifikasi hadits, dimulai sejak munculnya hadits pertama sampai
turunnya perintah resmi khalifah umar bin abdul aziz kepada para ulama
untuk melakukan kodifikasi hadits. Mencakup dua periode penting dalam
sejarah transmisi hadits, yaitu peride kenabian dan periode sahabat.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa pada masa pra kodifikasi,sebagian
hadits tersebar melalui lisan dan hafalan serta catatan. Namun hal ini tidak
mengurangi tingkat keontentikan hadits-hadits tersebut. Karena para
sahabat yang menjadi agen, di samping mereka yang sangat loyal kepada
rosullulah saw dan terpercaya, meeka juga dikaruniai hafalan yang sangat
kuat, sehingga kemampuan mereka untuk mentransmisikan hadits dari
rosul saw secara akurat dan tidak diragukan.

D. HADITS PASCA KODIFIKASI

Hadits pasca kodifikasi, tentunya berbeda pada masa sebelumnya, baik Karena
perubahan social, politik, ekonomi ataupun budaya. Perbedaan tersebut bias
bersifat maju atau bersifat sebaliknya, atau karena “stagnan” karena alasan
tertentu. Sebagaimana dijelaskan, ketika rosul saw masih hidup, tidak ada
masalah yang tidak dapat diselesaikan, tidak ada persoalan yang tidak ada
jawabannya. Kesemuanya dapat langsung dikembalikan dan ditanyakan kepada
nabi muhammmad saw, sehingga perselisihan dan permasalahan yang muncul
dapat langsung didiskusikan, diselesaikan dan ditetapkan hukumnya dihadapan
nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah. Para sahabat dengan mudah

8
menyertai nabi Muhammad SAW diberbagai majlis yang diadakan, mereka juga
mempelajari peristiwa yang dialami nabi Muhammad SAW dan dialami oleh kaum
muslimin. Singkatnya, transmisi hadits dijalankan secara lisan(oral) seiring dengan
berkembangan islam di masa awal keberadaannya.

E. MASA KODIFIKASSI HADITS


Periode awal ini disebut dengan “asru al wahyi wa altakwin”yaitu nasa
wahyu dan pembentukan masyarakat islam, yang terjadi pad mas rosulullah saw.
Pada masa awal ini nabi Muhammad saw setidaknya memberikan beberapa
kebijakan terkait dengan penulisan hadits, diantaranya :
 Rosulullah saw memmerintahkan kepada para sahabat untuik menghafal
dan menyampaikan/menyebarkan hadits haditsnya.
 Rosul saw pernah melarang para sahabat untuk menulis hadits, untuk
menjaga kemurnian ayat-ayat alquran.
 Rosul saw pernah memerintahkan sahabat untuk menulis hadits-haditsnya.

F. TOKOH-TOKOH PENGKODIFIKASI HADITS


1. AZ-ZUHRI
Nama lengkapnya adalah abu bakar Muhammad bin muslim bin shihab
bin Abdullah bin al-harits bin Zahra bin kitab bin murrah al-quraissy al-
madani.

Beliau adalah orang pertama mewujudkan umar bin abdul aziz dalam
pengkodifikasi hadits, menurut keterangan amr bin dinar, az-zuhri telah berhasil
menghimpun hadits sebanyak 1200 buah dan separuhnya berupa musnad.

2. MALIK BIN ANAS


Ia adalah malik bin anas bin malik bin abu amir al-ashbani. Anas bin
malik diperkirakan lahir pada tahun 95 H di madinah. Ia tidak berkelana
dan mempelajari hadits, walaupun demikian ia tetap berkesempatan
belajar dengan ulama terkemuka di madinah ketika itu. Karyanya yang
monumental adalah al-muwattha, juga terdapat fatwa sahabat, tabi’in
dan ulama setelahnya.

9
BAB II

PERIODESASI PERKEMBANGAN HADITS


Menurut kamus besar bahasa Indonesia, periodisasi mengandung makna
pembagian menurut zamannya/penzamanannya, menurut endang soetari sejarah
perkembangan hadits merupakan masa atau periode yang dilalui hadits, dari
masa lahirnya, tumbuh dalam pengenalan, penghayatan, dan pengamalan umat
dari generasi ke generasi.

Berikut ini , beberapa periodisasi yang telah disusun oleh para ulama :

A. PERIODISASI PERKEMBANGAN HADITS MENURUT MUHAMMAD


MUSTAFA AL-AZHAMI

Muhammad Mustafa l-azhami menyusun periodisasi sejarah dan


perkembangan hadits sebagai berikut :

1.pra classical hadits literature (periode sebelum pentadwinan hadits) masa


ini berlangsung dari zaman Muhammad saw sampai berakhirnya pada abad
pertama hijriah, periode ini dibagi kepada empat fase, yakni :

Pertama, fase aktifnya para sahabat menerima dan menyampaikan hadits.

Kedua, fase aktifnya para tabi’in menerima dan meriwayatkan dari para
sahabat.

Ketiga, fase aktifnya para tabi’it dan tabi’in dalam menerima dan
meriwayatkan hadits dari para tabi’in

Keempat, fase aktifnya para guru-guru dan ulama hadits, mengajar di


madrasah-madrasah di daerah islam.

2.the learning and transmitting of hadith (periode pengajaran dan hadits)


Periode mulai sejak abad 11 h.periode ini terbagi dalam tiga fase, yaitu :

Pertama , dalam menyusun kitab-kitab hadits para ahli hadits juga


10
Memuat ayat-ayat alquran dan atsar-atsar sahabat dan juga para tabi’in.

Kedua, fase ini sampai awal abad ke ll hijriah. Semula kitab-kitab hadits yang
memuat hadits nabi Muhammad saw saja, tanpa adanya tema atau judul
tertentu.

Ketiga, pada fase abad ketiga hijriah dan seterusnya.dalam fase ini perkembangan
hadits dari segi pentadwinanya, semakin terlihat, pengkajiannya atau
pembahasannya, telah mencapai puncak yang tertinggi.

B. PERIODEISASI PERKEMBANGAN HADITS MENURUT MUHAMMAD AJJAJ AL-


KHATIB.

Muhammad ajjaj al-khatib membagi perideisasi perkembangan hadits pada tiga


bagian , diantaranya :

1) periode pertama, periode hadits sebelum dikodifikasi, dimulai pada masa nabi
sampai 100 h.(qobla al-tadwin).

2) periode kedua, yakni periode pengkodifikasi hadits, dimulai sejak abad kedua
hijriah sampai akhir abad ketiga hijriah, (‘inda al-tadwin)

3) periode ketiga, yakni periode setelah pengkodifikasi hadits, dimulai sejak abad
keempat hijriah sampai padsa hadits terkodifikasi dalam kitab-kitab hadits (ba’da
al-tadwin).

C. PERIODEISASI PERKEMBANGAN HADITS MENURUT HADITS MENURUT


MUHAMMAD ABDUR RAUF.

Sejarah dan perkembangan hadits menurut Muhammad abdur rauf, dibagi dalam
lima macam periode, yakni :

1. periode penulisan hadits-hadits nabi Muhammad saw pada shahifah-shahifah,


misalnya pada pelepah kurma, kulit kayu dan tulang belulang, periode ini terjadi
pada zaman nabi Muhammad saw.

11
2. periode penulisan kitab-kitab hadits yang umumnya yang berdasarkan wilayah
yang sedng dibicarakan. Misalnya, kitab al-muwathha yang dituliskan oleh imam
malik.

3. periode penulisan kitab-kitab hadits berdasarkan urutan sanadnya. Misalnya,


kitab al-musnad yang disusun oleh imam ahmad bin hambali.

4. periode tersusunnya kitab-kitab hadits berkualitas shahih, misalnya kitab jami’


ash-shahih karya imam al-bukhari dan imam muslim.

5. periode tersusunnya kitab-kitab hadits yang berisi penjelasan dan komentar


terhadap kitab-kitab hadits yang telah ada. Khususnya terhadap ‘kitabussitah’

D. PERIODEISASI PERKEMBANGAN HADITS MENURUT T.M. HASBI AS-SHIDIQIY

Ulama asal aceh ini membagi periodeisasi perkembangan hadits ini menjadi
tujuh periode, diantaranya :
1. periode pertama, yakni pada masa wahyu diturunkan dan pembentukan hukum
serta dasar-dasar agama, dimulai dari permulaan nabi bangkit (diangkat sebagai
rosul) hingga beliau wafat.
2. periode kedua, pada masa sahabat besar atau khulafaur rosyidin.
3. periode ketiga, pada masa sahabat kecil dan tab’in besar(masa dinasti umayyah
sampai akhir abad l hijriah).
4. periode keempat, pada masa pemerintahan bani umayyah, turunnya yang
kedua (dimulai zaman khalifah umar bin abdul aziz) sampai pemerintah pertama
dinasti abbasiyyah.
5. periode kelima, periode ini disebut sebagai masa pemurnian, penyempurnaan,
dan penyehatan kitab hadits.
6. periode keenam, pada masa ini dinyatakan sebagai periode pemeliharaan,
penertiban, penambahan dan penghimpunan kitab-kitab hadits.
7. periode ketujuh, periode ini dimulai saat jatuhnya kota Baghdad(656H) sampai
sekarang.

E. PERIODEISASI PERKEMBANGAN HADITS MENURUT MUHAMMAD ABDUL AZIZ


AL-KULLI

12
Perkembangan hadits menurut Muhammad abdul aziz al-kulli, dibagi menjadi lima
periode, diantaranya :
1. periode pertama, yakni keterpeliharaan, hadits dalam hafalan.
2. periode kedua, yakni periode pentadwinan hadits, yang masih bercanpur
antara hadits dan fatwa sahabat dan tabi’in.
3. periode ketiga, yakni periode pentadwinan hadits dengan memisahkan hadits
nabi dari fatwa sahabat dan tai’in
4. periode keempat, yakni periode seleksi keshohihan hadits.
5. periode kelima, yakni periode pentadwinan hadits tahzib dengan sistematika
pengabungan dan pensyarahan hadits.

BAB III
PENULISAN HADITS PADA MASA NABI
Banyak dasar al-quran yang menyatakan bahwa apa yang disampaikan oleh nabi
Muhammad saw, adalah sesuatu yang patut untuk dijadikan oleh
pedoman,contoh, dan tuntunan dalam kehidupan. Namun walau demikian,
penulis sejarah nabi, ulama hadits, umat islam menetapkan bahwa al-quran
bahwa al-quran mendapatkan perhatian penuh dari nabi Muhammad dan para
sahabat.
Pembahasan pada bab ini secara khusus akan meyoroti pembahasan penulisan
hadits pada masa nabi, terkait perintah dan larangan hadits pada masa nabi dan
hal-hal yang dianggap perlu untuk dibahas.
A. KEBIJAKAN NABI TERHADAP HADITSNYA
Terkait kebijakannya yang dilakukan nabi terhadap hadits-haditsnya, paling
tidak ada tiga sikap yang dilakukan nabi, diantaranya :
1. nabi memerintahkan kepada para sahabat untuk menyampaikan/menyebarkan
hadits-haditsnya.
2. nabi melarang para sahabat untuk menulis haditsnya.
Hal ini dimaksudkan, agar ayat-ayat al-quran jangan sampai bercampur dengan
ayat-ayat yang bukan al-quran.
3. nabi memerintah para sahabat untuk menulis hadits-haditsnya.

B. PENYELESAIAN HADITS YANG NAMPAK BERTENTANGAN


Berikut ini dikemukakan pendapat para ulama dalam usaha menyelesaikan dan
mengkomromikan hadits-hadits yang Nampak bertentangan tersebut.

13
1. pendapat pertama menyatakan bahwa , larangan hadits tersebut itu telah di
mansukhkan oleh hadits yang memerintahkan menulis hadits.
2. bahwa larangan itu bersifat umum, sedangkan untuk beberapa sahabat secara
khusus diizinkan.
3. bahwa larangan menulis hadits, ditunjukkan kepada mereka yang
dikhawatirkan akan mencampuradukkan dengan al-quran, sedangkan pengizinan
penulisan hadits ditujukan kepada mereka yang dijamin tidak akan
mencampuradukkan dengan al-quran.
4. bahwa larangan itu, berlaku pada saat wahyu-wahyu yang turun belum dihafal
dan dicatat oleh para sahabat , setelah wahyu yang diturunkan telah dihafal dan
dicatat, menulis hadits diizinkan.

C. SHOHIFAH(CATATAN) HADITS PADA ZAMAN NABI


Pada zaman nabi, ternyata tidak sedikit para sahabat yang secara pribadi telah
berusaha mencatat hadits-hadits nabi.shohifah yang berisi catatan hadits nabi itu
dibuat di lembaran-lembaran, pelepah-pekepah kurma, kulit-kulit kayu, dan
tulang-tulang hewan.
Menurut penelitian Muhammad Mustafa al’azham, sebagaimana yang dikutip
oleh m.syuhudi ismail, bahwa para sahabat yang memiliki shohifah/catatan
hadits, ada sekitar 50 orang.adapun jumlah hadits yang dicatat oleh shohifah-
shohifah itu menurut munadzar ahsan al-kailany, ada lebih dari 10.000 hadits
nabi.

Diantara parin abbas


a sahabat yang memiliki atau telah menulis hadits-hadits shihifah adalah:
1. Abdullah bin amr bin ash
2 jabir bin Abdullah al-anshory
3.abdullah bin aufa
4. samurah bin jundab
5. ali bin abi tholib
6 .abdullah binj abbas

D. TIDAK SELURUH HADITS DI TULISKAN


Ketidak mungkinan seluruh hadits nabi saw, di tulis oleh para sahabat di zaman
nabi :
1. Mentadwinkan (membukukan) ucapan, amalan, serta muamalah nabi
adalah sesuatu yang sukar, karena memerlukan adanya segolongan sahabat

14
yang terus-menerus menyertai nabi, menulis segala yang tersebut diatas,
padahal orang-orang yang menulis pada masa itu masih dapat dihitung.
2. Karena orang arab(umumnya tudak pandai menulis dan membaca tulisan)
lebih mengutamakan kekuatan hafalan(dikenal dengan kekuatan HAFALAN)
3. Dikhawatirkan akan bercampur dalam catatan sebagian sabda nabi dengan
alquran dengan sengaja.

BAB IV
HADITS PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW

Masa ini disebut juga dengan (masa turunnya wahyu dan pembentukan
masyarakat islam).pada periode inilah hadits hadir sebagai sebuah sabda aqwal,
af’al, dan taqrir nabi Muhammad SAW yang berfungsi menerangkan al-quran
untuk menegakkan syariat islam dan membentuk masyarakat islam. Secara istilah
hadits memiliki banyak istilah kata hadits memiliki banyak rumusan, ada juga yang
mencakup batasan sempit dan ada juga yang lias, namum pada dasarnya
menyangkut satu makna yang sama yaitu yang disandarkan pada nabi saw, baik
perbuatan, perkataan, ketetapan atau sebagainya. Sedangkan kapan munculnya
hadits nabi itu mulai juga terdapat perbedaan pendapat dikalangan ilmuwan
muslim. Menurut ulama hadits, hadits itu segala sesuatu perbuatan, perkataan,
dan ketetapan yang dibuat oleh nabi Muhammad saw sejak beliau lahir sampai
wafat. Sedangkan menurut ulama fiqih, hadits hanya sebatas informasi dari nabi
mengenai hukum saja, dan mengenai masalah kelahiran dan tidak menyangkut
masalah syariah tidak diketagorikan hadits, berbeda dengan ulama diatas, ulama
ahli sejarah nabi memulai periodeisasi dari awal kenabian sampai wafatnya nabi.
Artinya hadits dimulai pada saat diangkatnya nabi saw dan masa kenabian inilah
adalah saat nabi Muhammad saw mulai menerima wahyu dari allah.

A. METODE PENYAMPAIAN DAN PENULISAN HADITS


Cara penyampaian hadits pada masa nabi Muhammad saw, berbeda dengan
penyampaian hadits yang dilakukan oleh generasi sesudah itu. Pada saat itu
periwayatan hadits adalah dengan lisan. Kebiasaan untuk meneruskan perbuatam
dan ucapan yang dikeluarkan oleh nabi kepada satu satu orang yang kemudian
diteruskan kepada orang lainnya sudah berlangsung pada zaman nabi saw.

Nabi menyampaikan hadits melalui :

15
1. cara lisan dimuka orang banyakyang terdiri dari kaum laki-laki
2. pengajian rutin dikalangan laki-laki
3. pengajian juga diadakan juga dikalangan kaum wanita setelah kaum wanita
memintanya.
Adapun cara penyampaian hadits pada masa rosulullah saw,/ cara para sahabat
menerima hadits dari rosul saw, secara umum melalui lisan atau dengan
menyaksikan perbuatan rosul saw dan mendengar dari orang yang mendengarnya
dari rasullulah saw ajjaj al-khatib dalam bukunya membagi dalam empat bentuk :
a. dengan bentuk majlis
b. dengan lisan dan perbuatan
c. menjawab pertanyaan yang berkenaan langsung dengan sahabat dan
disaksikan oleh sahabat

B. KESUNGGUHAN SAHABAT DALAM MENDAPATKAN HADITS NABI SAW.


data sejarah menunjukkan bahwa jumlah orang islam pada masa nabi saw
terus bertambah banyak baik di mekkah maupun di madinah. Maka tidak mustahil
para sahabat nabi saw memliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi untuk
mengetahui lebih banyak tentang ajaran nabi saw dengan cara meluangkan waktu
untuk selalu besertanya.
Lebih dari itu, seorang sahabat mampu menempuh jarak yang jauh hanya untuk
bertanya kepada rosul saw tentang suatu hukum syara’, kemudian kembali dan
tidak menyia-nyiakan waktunya juga.
Ada beberapa sahabat yang tercatat banyak menerima dari nabi saw mereka
adalalah :
1. Sahabat sabiqul awalun yaitu sahabat yang pertama masuk islam antara lain,
abu bakar ash-siddiq, umar bin khattab, utsman bin affan, ali bin abi tholib.

2. ummuhat al-mukminun (istri-istri nabi) seperti aisyah dan ummu salamah

3. para sahabat yang disamping dekat dengan rosul sawjuga menuliskan hadits
yang diterimanya, seperti Abdullah bin amr.

4. sahabat yang meskipun tidak lama dengan rosul sw tetapi sangat efisien dalam
memanfaatkan kesempatan dan bersungguh-sungguh bertanya kepada sahabat
lainnya, seperti abu hurairah.

16
5. sahabat yang secara bersungguh-sungguh mengikuti majlis rosulullah saw dan
banyak bertanya kepada sahabat lain, seperti Abdullah bin umar, anas bin malik,
dan Abdullah bin abbas.

C. CARA SAHABAT MEMPEROLEH HADITS

Ada empat cara yang ditempuh oleh sahabat untuk mendapatkan hadits dari
nabi Muhammad saw, yaitu :

a. para sahabat berusaha memenuhi pangajian yang disampaikan oleh nabi


Muhammad saw.

b. nabi Muhammad saw ketika mengalami persoalan kemudian menyampaikan


langsung kepada para sahabat, pada saat itu jumlah yang hadir sangat banyak
maka sangat mudah akan tersebar sangat cepat.

c. ketika sahabat memiliki persoalan kemudian mereka menanyakan kepada nabi


tentang bagaimana hukumnya, maka nabi menjawab pada saat itu juga dengan
memberikan penjelasan hukum atas kasus tersebut.

d.terkadang ada juga para sahabat yang melihat secara langsung nabi saw
malakukan satu perbuatan, hal ini berkaitan dengan ibadah seperti salat, zakat,
haji dan ibadah lainnya.

D. PERIWAYATAN HADITS NABI MUHAMMAD SAW

Ada dua jalan sahabat dalam meriwayatkan hadits dari rosulullah saw: pertama,
periwayatan lafdzi (redaksinya persis yang disampaikan oleh rosul saw).para
sahabat berusaha menyampaikan hadits nabi tepat seperti nabi
mengucapkannya, tidak ada ditambah-tambahi dan dikurang-kurangi.
Penyampaiannya persis seperti hadits nabi Muhammad saw. Kedua, periwayatan
maknawi(maknanya saja). Periwayatan maknawi lebih dari pada isi atau makna
yang terkandung di dalam menjelaskan dengan bahasanya sendiri.

Dengan kata lain, matanya tidak persis sama dengan yang diucapkan oleh nabi
Muhammad saw. Akan tetapi, makna yang ada di dalamnya tetap terjaga secara

17
utuh yaitu sesuai dengan apa yang diucapkan oleh nabi Muhammad saw tanpa
ada perubahan makna.

BAB V

HADITS PADA MASA KHULAFAUR ROSYIDIN

Periode ini disebut sebagai zaman kehati-hatian dan penyederhanaan hadits.


Periode ini disebut sebagai zaman khulafaur rosyidin, atau zaman sahabat besar.
Yakni dimulai sejak wafatnya rosul saw sampai berakhirnya pemerintahan ali bin
abi tholib.

Pada masa kekhalifahan abu bakar dan umar bin khattab, periwayatan dan
penulisan hadits tersebar secara terbatas dan belum dilakukan secara resmi.
Bahkan pada masa umar bin khattab, ada pelarangan untuk memperbanyak
periwayatan hadits, dengan maksud agar para sahabat untuk mencurahkan
perhatian mereka kepada penyebaran al-quran.

A. KEADAAN POLITIK PADA KHULAFAUR ROSYIDIN

Sejarah perkembangan pemikiran islam mencatat bahwa munculnya persoalan


dalam islam, justru bermuara dari perbincangan umat tentang persoalan politik.
Sampai rosulullah saw wafat, beliau tidak pernah member easiat kepada para
sahabatnya, tentang siapa yang akan menjadi khalifah sepeninggalan beliau.
Ketika itu, kaum anshor bergabung dengan sa’ad bin ubadah di saqifah (balairung)
banu sa’adah. Mereka berpendapat, bahwa yang berhak menjadi khalifah adalah
dari kalangan anshar. Diantara alasan mereka adalah :

1. mereka adalah kaum ansharullah (tentara allah)

2. mereka telah bekerja menyelamatkan rosulullah saw dan kaum muhajirin.

Abu bakar menyatakan bahwa kaum muhajirin yang berhak menjadi khalifah.
Alasan-alasannya ialah :

1. kaum muhajirin adalah kaum yang pertama masuk islam dan membela islam.

18
2. kecintaan kaum muhajirin kepada rosullulah saw, telah banyak terbukti dengan
segala bentuk tantangan dan ujian yang di hadapinya,

3. dalam al-quran, penyebutan kaum muhajirin didahulukan dari kaum anshor.


(O.S. at-taubah :100).

4. dikalangan sahabat dikenal adalah kaum quraisy.

Pada saat abu bakar di baiat sebagai khalifah, ali bin abi tholib dan beberapa
sahabat lainnya, atas pembaiatannya abu bakar sebagai khalifah itu, di kalangan
sahabat ada juga yang secara diam-diam tidak menyetujuinya. Mereka
berpendapat, bahwa yang berhak menjadi khalifah ali bin khalifah. Diantara
alasannya :

1. ali bin abi tholib, adlah seorang sahabat yang paling dekat dengan hubungan
kekerabatan dengan nabi Muhammad saw.

2. ali bin abi tholib pada waktu nabi Muhammad saw berhijrah ke madinah,
diserahi tugas untuk melakukan “kamuflase” berperan sebagai nabi, untuk
bersiasat mengelabuhi kaum musyrikin yang sedang mengejar akan membunuh
nabi Muhammad saw.

3. ketika nabi dengan para sahabatnya telah berada di kota madinah, ali bin abi
tholib oleh nabi ditunjuk sebagai”saudaranya”.

4. bahwa kedudukan iman, demikinlah menurut kepercayaan mereka, telah


ditetapkan oleh allah swt dalam bentuk garis keturunan rasulullah saw dalam hal
ini, kepada ali bin abi thalib dan keturunannya dari garis Fatimah az-zahra binti
Muhammad rasulullah saw.

Kaum pendukung ali ini, tidak mengakui ke khalifahan abu bakar, kekhalifahan
abu bakar, umar, dan utsman. Mereka, kaum pendukung ali kemudian dikenal
dengan golongan syiah. Setelah abu bakar wafat, umar mengganti posisi sebagai
khalifah, atas dasar wasiat dari abu bakar yng disepakati oleh sahabat lainnya.
Kemudian umar wafat karena di bunuh oleh budak bernama abu lu’lu’ah al- farisy,
seorang budak berkebangsaan Persia yang berasal dari tawanan perang
nahawand. Setelah umar meninggal maka jabatan kekhalifahan diserahkan oleh
19
utsman bin affan sebagai khalifah. Pengangkatan utsman ini, semakin
mempertajam benih perpecahan antara golongan syi’ah dengan yang lain dari
syi’ah. Salah satu faktor yang menjadikan keadaan tersebut menjadi keruh adalah
dia mengangkat sanak saudaranya memimpin kekhalifahan islam dan mengganti
pemerintah yang telah di bentuk oleh kekhalifahan sebelumnya, sehingga banyak
para sahabat dekatnya menjauhi dirinya akibat tindakannya tersebut. Akan tetapi
tidak sepenuhnya beliau disalahkan karena hal tersebut sebab para sanak
saudaranya sangat berambisius dalam menguasai pemerintahan. Dan pada
akhirnya belia meninggal karena di bunuh oleh pemberontak antara lain kinanah
bin basyar, Muhammad bin abu bakar, saudan bin amri, dan amru bin hamki.
Setelah utsman wafat maka digantilah oleh ali bin abi thalib sebagai khalifah
selanjutnya. Pada saat ini banyak perselisihan yang terjadi, setelah kematian
utsman karena melahirkan rasa dendam dari para keluarga dan pendukungnya.
Ketika ali naik tahta, dikalangan umat islam ada yang tidak setuju. Bahkan,
muawiyah gubernur yang pernah diangkat oleh utsman juga menyatakan dirinya
sebagai khalifah. Maka terjadilah peperangan umat islam antara pendukung ali
dan muawiyah yang menyebabkan banyaknya pertumpahan darah.

Setelah itu maka diadakanlah dilakukan diplomasi perdamaian antara pihak ali
dan muawiyah. Golongan ali diwakilkan oleh abu musa asy’ari sahabat yang
jujur,ikhlas dan lugu. Sedangkan amru bin ash seorang sahabat yang sangat cakap
dalam berunding, disininilah abu musa asy’ari terkecoh dengan dilakukan
diplomasi ini, yang mengakibatkan terma’zulnya diri ali bin abi thalib sebagai
khalifah.

Pada ssat itu juga para pendukung ali (syi’ah) sangat kecewa dan menentang ali
karena perdamaian itu, mereka tidak mendukung ali ataupun mu’awiyah. Mereka
bahkan menetang kedua-duanya dan berdiri sendiri sehingga mereka disebut
kaum khawarij. Mereka mempunyai semboyan “kekuasaan berada di tangan
Allah”, disinilah para kaum khawarij mulai merencanakan pembunuhan terhadap
ali bin abi tholib dan mu’awiyah juga. Akan tetapi mu’awiyah dapat menghindari
rencana pembunuhan tersebut, maka yang terkena pembunuhan tersebut ialah
ali bin abi thalib sendiri yang dibunuh oleh budak yang bernama abdurahman bin
muljam.
20
B. PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN HADITS PADA MASA KHULAFAUR
ROSYIDIN.

1. SIKAP DAN KEBIJAKSANAAN KHULAFAUR ROSYIDIN TERHADAP HADITS-


HADITS ROSULULLAH SAW

a. khalifah ab bakar ash-siddiq

pada zaman abu bakar as-siddiq, al-quran masih berada pada tahap dihafal oleh
para sahabat dan baru dirintis pertama untuk dimushafkan. Akibat dari kebijakan
ini ialah :

1.) periwayatan hadits, sedikit sekali (sangat terbatas).

2) hadits dan ilmu hadits, belum merupakan pelajaran yang bersifat khusus.

3) pengetahuan dan penghafalan hadits, umumnya masih bersifat individual.

Menurut riwayat hakim dari sayyidah aisyah, bahwa sesungguhnya abu bakar
as-siddiq telah mengumpulkan hadits-hadits rosul saw sekitar 500-an hadits.
Adapun yang lain menyatakan sikap abu bakar terhadap hadits sebagaimana yang
dikutip oleh Dr.M.ajjaj al-khatib, bahwa abu bakar r.a adalah orang pertam yang
mmpraktikkan sikap hati-hati dalam menerima khabar.

b. khalifah umar bin khattab

berbeda dengan khalifah abu bakar, pada masa pemerintahan umar bin khattab
beliau secara tegas melarang para sahabat untuk memperbanyak meriwayatkan
hadits. Sejatinya khalifah umar bin khattab bersikap demikian, karena beliau tidak
mendaki umat islam mencurahkan perhatiannya kepada selain dari al-quran.
Dan bukan berarti pula umar sama sekali tidak meriwayatkan hadits sama sekali,
sebagai contoh bahwa umar menerima riwayat hadits dan walaupun dengan
ketat.

c. khalifah utsman bin affan


secara umum kebijakan utsman tentang periwayatan hadits tidak jauh berbeda
dengan apa yang ditempuh oleh kedua khalifah. Namun, langkah yang diterapkan
tidak setegas khalifah umar. Dalam sebuah kesempatan, utsman meminta para
sahabat agar tidak meriwayatkan hadits yang tidak mereka dengar pada zaman
21
abu bakar. Dan umar. Walaupun periwayatan terhadap hadits dimulai diberi
kelonggaran, namun tetap saja pada pemerintahan khalifah utsman, hadits
belumlah dibukukan/kodifikasi, mengingat bahwa pada masa pemerintahannya
telah diadakan revisi ulang terhadap al-quran yang biasa dikenal dengan mushaf
utsmani.

d. khalifah ali bin abi thalib

suatu ketika kahlifah ali bin abi thalib dalam salah satu khutbahnya menyatakan :
“saya menetapkan, barang siapa yang memiliki kitab catatan, agar setelah pulang
nanti segera menghapus catatannya itu. Sebab, setelah terjadi kebinasaan
manusia, tatkala mereka mengikuti segala pembicaraan dari ulama mereka dan
mereka meninggalkan kitab tuhan mereka.”
Pernyataan khalifah ali ini member isyarat, agar para sahabat tidak mendewakan
atau membuat catatan-catatan selain dari al-quran agar tidak mendewakan
alquran. Hal ini tidak berarti bahwa khalofah ali tidak sama sekali melarang untuk
menulis hadits. Pernyataan khalifah ali ini tentulah dialamatkan kepada
masyarakat umum, agar mereka terhindar dari mempercampuradukkan al-quran
dengan lainnya dan tidak meninggalkan al-quran.

2. SIKAP DAN CARA PARA SAHABAT MENGEMBANGKAN HADITS PADA MASA


KHULAFAUR ROSYIDIN

a. upaya dalam mempelajari hadits


dalam mempelajari hadits, paling tidak ada beberapa metode/cara yang
digunakan sahabat, diantaranya, metode hafalan, catatan, dan praktik.
1.) mempelajari dengan hafalan
2.) mempelajarin melalui lisan
3.) mempelajari dengan praktik

b. upaya sahabat dalam meriwayatkan


1.) dari mulut ke mulut. Jadi, belum secara tertulis.
2.) periwayatan dengan cara lafadznya dan maknawiyanya
3.) banyak bersandar pada ingatan dan hafalan.

C. KEADAAN HADITS PADA MASA KHULAFAUR ROSYIDIN

22
Seperti yang dikatakan syubhih salih, bahwa pada ujung akhir khalifah ali telah
mulai ada usaha-usaha pemalsuan hadits dari sementara umat islam yang sedang
bermusuhan (golongan syiah, golongan muawitah, dam golongan khawarij), tetapi
usaha itu belumlah memengaruhi keadaan periwayatan hadits secara umum.
Karena itu, dapatlah dikatakan bahwa pada masa khulafaur rosyidin, hadits-hadits
rosul masih terpelihara kemurniannya.

BAB VI
HADITS DIMASA SAHABAT KECIL
Periode ini disebut ‘ashr intisyaral-riwayah ila al-anshar (masa berkembang dan
meluasnya periwayatan hadits). Para sahabat kecil dan tabi’in yang ingin
mengetahui hadits-hadits nabi Muhammad saw, diharuskan berangkat keseluruh
pelosok wilayah daulah islamiyyah untuk menanyakan hadits kepada sahbat-
sahabat besar yang sudah tersebar di wilayah tertentu, sehingga perlawatan
untuk mencari hadits pun menjadi ramai.
A. MASA KESEIMBANGAN DAN MELUAS PERIWAYATAN HADITS.
Umat islam pada periode ini telah mencurahkan perhatiannya terhadap
periwayatan hadits. Hal ini disebabkan :
1. al-quran telah dikodifikasikan.
2. peristiwa-peristiwa yang telah dihadapi umat islam sudah banyak.
3. jumlah sahabat yang telah meninggal dunia telah bertambah banyak dan yang
masih hidup telah banyak yang berpencar tempatnya di daerah-daerah.

B. PERIWAYATAN PARA SAHABAT UNTUK MENCARI HADITS


Para sahabat kecil banyak yang mengadakan perjalanan jauh untuk
menghimpun kebenaran hadits dari sesamanya hadits dari sesamanya atau dari
sahabat yang lebih senior. Misalnya yang dilakukan jabir bin Abdullah yang
pernah melakukan rihlah ke syam dalam waktu sebulan dengan menjual seekor
unta untuk ongkos transportasi karena ingin mendapatkan satu hadits yang belum
pernah ia dengar dari Abdullah bin unais, dalam fase ini, hadits mulai disebarkan
dan mulailah perhatian diberikan terhadapnya dengan sempurna. Para tabi’ian
mulai memberikan perhatian yang sempurna kepada para sahbat,memindahkan
hafalan mereka sebelum mereka meninggal.

C. SAHABAT YANG MENDAPAT JULUKAN “BENDAHARAWAN HADITS”


Yakni orang yang meriwayatkan hadits sebanyak lebih dari 1000 hadits.

23
Pertama, yang paling awal masuk islam, seperti khulafaur ar-rosyidin adan
Abdullah bin mas’ud.
Kedua, terus-menerus mendampingi nabi Muhammad SAW, dan kuat hafalan,
seperti abu hurairah.
Ketiga, riwayat dari sebagian sahabat selain mendengar dari nabi Muhammad
saw, dan panjang pula umurnya, seperi anas bin malik, walaupun beliau, masuk
islam sesudah nabi Muhammad saw, menetap di madinah.
Keempat, lama menyertai nabi Muhammad saw, dan mengetahui keadaan-
keadaan nabi Muhammad saw, karena bergaul erat dengan beliau, seperti istri-
istri beliau Aisyah dan ummu salamah
Kelima, berusaha mencatat seperti Abdullah bin amr bin ash.
Dianatara para sahabat yang mengembangkan periwayatan hadits adalah :
1. abu hurairah
2. aisyah, istri abi Muhammad saw
3. anas bin malik
4. Abdullah bin abbas
5. Abdullah bin umar
6. jabir bin Abdullah
7. abu sa’id al-khudry
8. ibnu mas’ud
9. Abdullah bin amr bin ash

D. BATASAN MASA TABI’IN


Cara periwayatan hadits pada masa tabi’in tidak jauh berbeda dengan yang
diakukan oleh para sahabat. Mereka mengikuti para sahabat sebagai guru
mereka. Hanya saja persoalan mereka hadapi berbeda dengan yang di hadapi
oleh para sahabat, diantaranya :
1.) mempelajari kondisi penerima hadits
2) menyampaikan hadits kepada yang pantas menerimanya
3) menerima hadits setelah al-quran
4) menghindari hadits mungkar
5) memberikan variasi untuk menghindari kejenuhan
6) menghormati dan mengasingkan hadits nabi
7) mepelajari hadits secara berulang-ulang

E. TOKOH-TOKOH HADITS

24
1.) di madinah : said, urwah, abu bakar bin abd ar-rahman bin al-harits bin
hisyam, ubaidillah bin Abdullah bin utbah, salim bin Abdullah bin umar, sulaiman
bin yassar, al-qosim bin Muhammad bin abu bakar, naïf, az-zuhry, abu az-zinad,
kharijah bin zaid, abu salamah bin abd-rahman bin auf.
2) di makkah : ikrimah, atha’ bin rabah, abu zubair, Muhammad bin muslim.
3.) di kuffah : asy-sya’by, Ibrahim bin nakha’y, al-qomah an-nakha’y.
4.) di basrah : al- hasan, Muhammad bin sirin, qotadah.
5.) di syam : umar bin abdul aziz, qobishah bin dzubaib, yazid bin al-akbar
6.) di mesir : abu al-khair martsad bin Abdullah bin al-yazinny, yaid bin habib.
7.) di yaman : thaus bin kiasan al-yamany, wahab bin al-munabbih.

F. PUSAT-PUSAT HADITS
1. madinah
Di anataranya tokoh-tokoh hadits di kota madinah dalam kalangan sahabat
ialah abu bakar, umar,ali (sebelum pindah ke kuffah), abu hurairah, aisyah, ibnu
umar, abu said al-khudry, dan zaid bin tsabit.
2. makkah
Diantara tokoh hadits mekkah ialah mu’adz bin jabal, kemudian ibnu abbas.
3. kufah
Ulama sahabat yang mengembangkan hadits ini di kufaj ialah ali bin Abdullah
bin mas’ud, sa’ad bin abi waqosh, said bin zaid, khabbab bin al-arat, salman al-
farisy, hudzaifah bin al-yamani, ammar bin yassir, abu musa, al-baroq, al-
mughirah, al-nu’am, abu at-thufail, abu juhaifah dan lain-lain.
4. bashrah
Pemimpin haditsdi bashrah dari golongan sahabat ialah anas bin malik, imran
bin Husain, abu barzah, ma’qil bin yasar, abu bakar, abd ar-rahman bin samurah,
Abdullah bin asy-syikkir, jariah, ibnu al-qudamah.
5. syam
Tokoh hadits dari sahabat di syam ini adalah mu’adz bin jabal, ubadah bin
shamit dan abu darda’, pada mereka banyak tabi’in belajar di antaranya : abu idris
al-khulany, qobishoh bin dzubaib, makhul, raja bin haiwah.
6. mesir
Ada kira-kira 140 orang sahabat yang mengembangkan hadits di mesir. Di
antara tabi’in yang belajar pada mereka ialah abu al-khair martsad al-yaziny dan
yazid bin abi habib.

G. DOKUMENTASI PENTING HADITS

25
1. ash—shahifah ash-shodiqoh, karya Abdullah bin amr bin ash (w.65H). Tulisan
ini berbentuk lembaran-lembaran sesuai dengan namanya ash-shihifah
(lembaran).
2.ash-shihifah jabir bin abd allah al-anshory (W.78H) yang diriwayatkan oleh
sebagian sahabat.
3. as-shohifah as-shohihah, catatan salah satu tabi’in hamman bin munabbih
(W.131H).
Dalam pada itu, nuruddin al-itr menambahkan dalam bukunya,
1. shohifah ali bin abi tholib, imam al-bukhari dan lainnya meriwayatkan kisah
shohifah ali.
2. shohifah sa’ad bin ubadah, ia adalah seorang sahabat senior(W.15H)imam
turmudzi meriwayatkan dalam kitab sunannya
3. surat-surat nabi Muhammad saw, kepada gubernur dan para pegawai beliau
brekenaan dengan peraturan wilayah islam dan Negara-negara terdekat,serta
penjelasan-penjelasan hukum-hukum agama.
4. surat-surat beliau kepada raja-raja pembesar Negara-negara tetangga serta
pemimpin bangsa arab.
5. piagam-piagam perjanjian beliau dengan orang-orang kafir,seperti perjanjian
hudaibiyyah, tabuk dan piagam madinah yang mengatur kehidupan bersama
antara umat islam dan yahudi dan lainnya.
6. surat-surat yang beliau perintahkan agar dikirim kepada beberapa orang
sahabat berkenaan berbagai instruksi dan informasi, seperti naskah khutbah
beliau yang dikirmkan kepada abu sufyan al-yamani.

H. MULAI TIMBUL PEMALSUAN HADITS

Di antara hal yang tumbuh dalam masa ketiga ini ialah munculnya orang-orang
yang membuat hadits-hadits palsu. Hal ini terjadi sesudah ali wafat.
Pada msa itu terpecahlah umat islam dalam beerapa golomgan antara lain.
Pertama, golongan syiah merekalah pendukung ali.
Kedua, golongan khawarij mereka yang tidak mendukung ali dan mu’awiyah
3.ketiga, golongan jumhur (mereka yang pro pemerintah pada masa itu).
Mereka berupaya mendatangkan keterangan (hujjah) untuk mendukung
keberadaan mereka. Maka mereka berupaya membuat hadits-hadits palsu dan
menyebarkan kepada masyarakat.

I. USAHA PENANGGULANGAN TERHADAP HADITS PALSU


26
Hadits maudhu’ adalah hadits yang dibuat-buat oleh para pendusta dan
menyandarkannya kepada rosulullah saw.
Pada mulanya faktor yang mendorong seseorang melakukan pemalsuan terhadap
hadits adalah kepentingan politik, yang dilakukan oleh para pengikut ali dan
mu’awiyah.
Secara umum motivasi pemalsuan hadits adalah :
1. motivasi politik
2. pendekatan kepada Allah
3. menodai islam
4. menjilat penguasa
5. mencari rezeki
6. mencari popularitas
7. zandaqoh
8. ashabiyyah
9. perselisihan paham fiqih dan kalam
10.memikat hati orang yang mendengarkannya
11. menerangkan keutamaan surah al-quran tertentu
12. memberikan pengobatan kepada seseorang dengan makanan tertentu.

Berbagai pemalsuan hadits oleh orang yang tidak bertanggung jawab, telah
mendorong ulama untuk berhati-hati melakukan periwayatan hadits, upaya yang
dilakukan untuk mengatasi pemalsuan tersebut adalah :
1. keharusan mengisnadkan (menjelaskan sumber) hadits
2. semaraknya aktivitas ilmiah dan pembuktian hadits
3. memburu para pemalsuan hadits
4. menjelaskan prilaku para perawi
5. membuat kaidah untuk mengetahui hadits maudhu’
6. membuat ilmu-ilmu hadits

BAB VII
HADITS PADA ABAD KEDUA HIJRIAH

Periode ini disebut sebagai masa penulisan dan pentadwinan/pembukuan hadits,


pada masa ini dapat dikatakan sebagai masa penulisan dan pengkodifikasian
hadits secara resmi, dikarenakan instruksi khalifah dan beberapa perihal yang
menjadi latar belakang tercetusnya kegiatan tersebut.
A. PENGKODIFIKASIAN HADITS PADA ABAD KEDUA

27
Fakta sejarah sejarah menunjukkan bahwa, penggegas secara resmi penulisan
hadits yakni khalifah umar bin abdul aziz, yang termasuk pada golongan tabi’in.
Latar belakang ataumotif khalifah umar bin abdul aziz mengeluarkan instruksi
untuk mengkodifikasi/ membukukan hadits ialah :
1. al-quran telah dibukukan dan telah tersebar luas, sehingga telah dikhawatirkan
lagi akan bercampur dengan hadits
2. telah makin banyak perawi para perawi/penghafal hadits yang meninggal
dunia. Bila dibiarkan, maka dikhawatirkan akan hilangnya hadits dari agama.
3. daerah islam yang semakin meluas, peristiwa-peristiwa yang duhadapi umat
islam semakin luas dan kompleks.hal ini berdampak pada perlunya hadits nabi
sebagai petunjuk disamping al-quran.
4. pemalsuan hadits semakin mengkhawatirkan, salah satunya dengan cara
membukukan hadits, yang sekaligus dapat menyelamatkannya dari pengaruh-
pengaruh pemalsuan-pemalsuan.

PELOPOR PENGKODIFIKASIAN HADITS


Diantara gubernur yang menerima instruksi dari khalifah umar bin abdul aziz it
ialah, gubernur madinah yang bernama abu bakar Muhammad ibn amr ibn hazm.
Instruksi khalifah itu berisi, gubernur segera membukukan hadits-hadits yang
telah dihafal oleh penghafal-penghafal hadits di madinah, selanjutnya instruksi
khalifaj umar bin abdul aziz juga telah dilaksanakan dengan baik oleh seorang
ulama hadits, maka pelopor pembukuan hadits yang pertama, atas instruksi
khalifah umar bin abdul aziz ialah :
1. Muhammad ibnu hazm (W.1117 H)
2. Muhammad ibn syihab Az-Zuhri(W 124 H)

KITAB-KITAB HADITS PADA ABAD KE-II


Diantara kitab-kitab hadits yang disusun pada abad ke-ll hijriah, yang sangat
mendapatkan perhatian dari kalangan ulama, ialah :
1. al-muwatha, disusun oleh imam malik bin anas, atas permintaan khalifah abu
ja’far al-manshur.
2. musnad asy-syafi’i. susunan imam asy-syafi’i.
3. mukhtaliful hadits, susunan imam syafi’I, membahas atau megkompromi
hadits-hadits yang kontradiktif.
4. as-siratul an-nabawiyyah, disusun oleh ibnu ishaq, antara lain, berisi tentang
pelajaran hidup nabi dan peperangan pada zaman nabi.
SEKITAR KITAB AL-MUWATTHA’

28
Kitab AL-muwatha karya imam malik, merupakan kitab hadits yang tertua,
yng sampai sekarang masih dapat ditemukan yang disusun dengan system tashnif,
ada yang berpendapat yang menyatakan bahwa kitab ini selesai oleh imam malik
selama 40 tahun. Para sangat besar perhatiannya terhadap kitab al-muwatha’ ini,
olehnya tidaklah mengherankan bila banyak yang berisi iktisar (ringkasan) dan
kitab syarah dari al-muwatha’ itu.
Para ulama berbeda pendapat tentang jumlah di dalamnya.
1. menurut ibnu habbab yang dikutip oleh abu bakar al- ‘arabi dalam syarah al-
tirmidzi menyatakan ada 500 hadits yang disaring
2. abu bakar al-abhrani berpendapat ada 1.176 hadits, dengan perincian 500
musnad, 222 mursal, 613 mauquf, dan 285 qoul tabi’in.
3. al-harasi dalam ta’liqoh fi al-ushul, menyatakan kitab imam malik memuat 700
hadits dari 9000 hadits yang telah disaring.
4. abu al-hasan bin fahr, dalam fadho’il mengatakan ada 10000 hadits dalam al-
mwatha’
5. Arnold john wensink memyatakan, dalam al-muwatha’ ada 1612 hadits.
6. Muhammad fuad al-baqi mengatakan al-muwatha, berisi 1821 hadits.”
7. ibnu hazm berpendapat, dengan tanpa menyebutkan pastinya, 500 lebih
musnad, 300 lebih mursal, dan 70 hadits yang tidak diamalkan oleh imam malik
dan beberapa hadits dho’if lainnya.
8. m.syuhudi ismail menyatakan,”kitab al-muwatha”, haditsnya ada 1804.

B. CIRI-CIRI SISTEM PEMBUKUAN HADITS PADA ABAD KE II HIJRIAH


Adapun bentuk atau ciri penulisan hadits pada periode ini dapat dijabarkan
antara lain :
1. hadits yang disusun dalam kitab-kitab hadits mencakup hadits-hadits nabi,
fatwa-fatwa sahabat dan tabi’in.
2. hadits yang disusun dalam kitab hadits umumnya belum dikelompokkan
berdasarkan judul-judul masalah tertentu.
3. hadits-hadits yang disusun belumlah disusun berdasarkan kualitas shohih,
hasan, dan dhoif.
Senada dengan yang diatas, menurut prof.Dr.T.M.hasbi shidiqy, bahwa ulama-
ulama pada abad kedua hijriah, dalam membukukan hadits dengan tidak
menyaringnya. Kerena mereka tidak hanya membukukan hadits nabi saja, tetapi
juga termasuk didalamnya fatwa-fatwa sahabat, bahkan fatwa-fatwa tabiin
dibukukan bersama.

29
C. PERKEMBANGAN PEMALSUAN HADITS DAN UPAYA MENGATASINYA
Dampak dari fitnah tersebut maka lahirlah benih-benih kekacauan umat islam,
hingga terjadinya konflik antara ali bin abi thalib dan muawiyah yang kemudian
menimbulkan kelompok politik dalam islam.dan saat sejak itu pula muncul
pemalsuan hadits. Berikut ini akan dipaparkan seputaran motif pemalsuan dalam
hadits dan upaya ulama dalam menanggulanginya.
1. motif-motif pemalsuan hadits
Data sejarah menunjukkan bahwa, pemalsuan hadits tidak hanya dilakukan
oleh orang-orang islam saja, mereka membuat hadits dengan tujuan untuk
meruntuhkan islam dari dalam. Sedangkan orang-orang islam membuat hadits
palsu karena didorong oleh berbagai tujuan. Tujuan tersebut ada yang bersifat
duniawi dan ada juga yang bersifat agamawi.

a. propagandis-propagandis politik
Pada periode ini banyak konflik yang terjadi salah satunya perpecahan
pemerintahan antara dinasti umayyah dan dinasti abbasiyyah, dalam pertarungan
ini mereka menggunakan satu senjata dalam memenangkan argumentasinya,
mereka membuat hadits-hadits palsu. Hadits-hadits palsu yang mereka buat itu,
berisi pemulihan terhadap golongan mereka dan menjatuhkan lawan golongan
mereka

b. golongan zindiq
yakni golongan yang pada lahirnya memeluk islam, tetapi batinnya memusuhi
islam. Mereka ingin umat islam meninggalkan ajaran agama islam yang benar dan
mengikuti ajaran yang tidak benar. Dari golongan zindiq ini mereka
memanfaatkan juga perpecahan antara umat islam di bidang politiknya. Oleh
karena itu, mereka juga membuat hadits-hadits palsu yang berisi antara golongan
umat islam, khususnya antara golongan umayyah dengan abbasiyyah.

c. tukang-tukang cerita
salah satu cara menarik minat terhadap apa yang disampaikan adalah dengan
cara mengemukakan cerita. Pada masa lalu banyak orang-orang yang suka
membuat suatu cerita yang bersifat dongeng, cerita tersebut bertujuan untuk
mendorong orang disekitarnya terkagum dan tertarik dalam mendengarkan kisah
tersebut sehingga cerita yang mereka karang sampai banyak yang ingin
mendengarkannya, tujuan mereka tidak lain adalah salah satunya karena ekonomi

30
jadi dalam mereka menciptakan omong kosong tersebut dan mengatasnamakan
hadits asli agar mereka mendapatkan upah yang diinginkan.

d. penganut ajaran tasawuf


diantara para pengikut ajaran tasawuf, ada yang pengetahuan tentang
agamanya masih sangat terbatas bahkan mungkin ada yang salah. Mereka
menganggap bahwa dirinya serba tahu tentang masalah perkara agama, untuk
memperkuat argumentasinya maka mereka mendorong dalam membuat hadits
palsu. Biasanya isi hadits palsu tersebut berkisar mengenai targib wa
tarhib(menggembirakan dan mencemaskan). Hal ini melatarbelakangi mereka
membuat hadits disebabkan karena banyak ,masyarakat yang berbuat maksiat.
Maka dibuat hadits tersebut agar mereka kembali ke jalan allah swt.

e. mencari popularitas
pada masa lampau masyarakat yang membuat hadits palsu juga mempunyai
tujuan salah satunya mencari ketenaran/popularitas. Dengan cara membuat
hadits palsu sebanyak-banyaknya agar banyak masyarakat awam yang akan
terkesima serta memandang si pembuat hadits tersebut sebagai ulama hadits.

2. upaya penanggulangan pemalsuan hadits


Para ulama berusaha dengan gigih mnghadapi pemalsuan-pemalsuan hadits.
Caranya, bermacam-macam diantaranya :
a. melakukan perlawatan ke daerah-daerah untuk mengecek kebenaran hadits-
hadits yang diterimanya dan meneliti sumber-sumbernya. Kemudian hasilnya
mereka sebarkan kepada masyarakat.
b. meneliti perawi dan sanad hadits dengan ketat, riwayat hidup dan tingkah laku
perawi dan sanad hadits diteliti dengan cara seksama.
Seperti tuntunan yang diberikan imam malik kepada para penuntut/pencari
hadits, dengan menyatakan :”janganlah mengambil ilmu(hadits) dari empat
golongan” yaitu:
1) orang yang kurang akal
2) orang yang mengikuti hawa nafsunya dan mengajak manusia untuk mengikuti
nafsunya.
3) orang yang suka berdusta dan
4) seorang syaikhyang memiliki keutamaan, kesholihan dan ketaatan dalam
beribadah, tetapi tidak mengetahui apa yang diriwayatkannya apa yang
berhubungan dengan hadits.

31
BAB VIII
HADITS PADA ABAD KETIGA HIJRIAH
Periode ini disebut : “masa pemurnian, penyehatan dan penyempurnaan”.
Karakteristik kodifikasi hadits pada abad ini dapat dipaparkan secara singkat
sebagai berikut :
Pertama, dalam penyusunan kita hadits terjadi pemisahan secara jelas antara
hadits rosul, dengan al-quran perkataan sahabat dan fatwa-fatwa tabi’in.
Kedua, dijelaskan kualitas hadits shohih dan dho’if. Baru pada abad pertengahan
abad lll hijriah.
Ketiga, terjadi penambahan variasi bentuk kitab-kitab hadits yang disusun, yaitu :
Berbentuk musnad,shohih, sunan(berisi hadits hasan, shohih, dan dho’if) dan
tntang kitab muktalif hadits seperti iktalif al-hadits oleh asy-syafi’i.
A. KEADAAN UMAT ISLAM PADA PERIODE INI
1. pertikaian paham dalam kalangan ulama
Disamping aktivitas dalam pengembangan ilmu hadits, para ulama juga banyak
menulis kitab-kitab aqidah untuk mematahkan argumentasi kelompok-kelompok
sempalan umat islam seperti mu’tazilah, syiah, dan lainnya.
Golongan mahzab ilmu kalam, khususnya kaum mu’tazilah sangat memusuhi
ulama hadits. Mereka (dari kaum mu’tazilah ini), sikapnya inginmemaksakan
pendapatnya membuat hadits-hadits palsu. Pertentangan antara ulama ilmu
kalam dan ulama ilmu hadits sudah ada sejak masa abad ll hijriah.
2. sikap penguasa terhadap ulama hadits
Khalifah al-ma’mun (wafat 218H), merupakan salah satu khalifah yang sangat
sukses dalam pengembangan ilmu pengetahuan pada masanya, dimana beliau
sangat tekun mempelajari al-quran,as-sunnah dan filsafat. Salah satunya buku
filsafat banyak di tarjimkan kedalam bahasa arab.
Disamping itu juga, khalifah al-mamun sangat mendukung para aliran mu’tazilah
yang menyatakan bahwa al-quran adalah makhluk, hal ini membawa angin segar
terhadap para ulama kalam beraliran mutazilah, sedangkan ulama hadits semakin
berat cobaan yang dihadapinya dalam permasalahan yang dihadapinya. Salah satu
ulama yang sikap pendiriannya sangat keras adalah imam ahmad bin hambali.
Beliau ulama hadits yang menentang mutazilah yang menyatakan al-quran itu
makhluk, sedang pendapat beliau menyatakan al-quran adalah qodim. Hal ini
membuat imam ahmad bin hambali harus dipenjarakan oleh khalifah al-mamun
karena sikap beliau yang sangat keras pendiriannya. Begitu juga setelah khalifah
khalifah al-watsiq, dan imam ahmad. Mereka bukan hanya dpenjarakan saja akan

32
tetapi disiksa, dan dirantai. Kemudian setelah masa menjelang ajalnya khalifah al-
watsiq sikap beliau berubah menjadi condong kepada ulama hadits.
Pada waktu khalifah al-mutawakkil, masa ini membawa angin segar terhadap
ulama hadits, karena al-mutawaakil sangat condong kepada ajaran sunnah.
Banyak para ulama-ulama hadits didatangkan di istana dalam menyampaikan
hadits nabi Muhammad saw, sehingga banyak para ulama menyatakan bahwa
khalifah al-mutawakkil menghidupkan sunnah dan menghancurkan bid’ah.

3. kegiatan pemalsu hadits


Disamping itu, kaum muslimin yang gemar bercerita (tukang kisah) juga belum
mau menghentikan kegemarannya untuk membuat hadits-hadits palsu guna
memperkuat dan memperindah daya pikat kisah-kisahnya. Dalam hal ini para
ulama hadits juga menghadapinya, demi terpelihara hadits-hadits palsu yang
dibuat oleh ahli kisah tersebut.

B. KEGIATAN ULAMA DALAM MELESTARIKAN HADITS


Pada masa ini, imam bukhari membuat langkah-langkah baru untuk
mengumpulkan hadits yang tersebar di barbagai enam belas tahun lamanya
beliau terus menjelajah untuk menyiapkan kitab shohihnya.
1. kegiatan pelestarian hadits
Secara garis besar ada lima macam kegiatan yang penting. Yakni :
a. mengadakan perlawatan kedaerah-daerah yang jauh. Kegiatan ini ditempuh,
karena hadits-hadits nabi Muhammad saw yang telah dibukukan oleh ulama
hadits pada periode keempat (abad ke-2 H)baru terbatas pada hadits-hadits nabi
yang ada dikota-kota tertentu saja.
b. sejak permulaan abad ke-3 H, ulama hadits telah mengklafikasikan antara
hadits-hadits yang marfu’(yang disandarkan kepada nabi) mauquf(disandarkan
kepada sahabat) dan maqtuf (disandarkan kepada tabi’in).
c. pada pertengahan abad ke-3 H mulailah ulama hadits mengadakan seleksi
kualitas hadits kepada sahih dan dho’if ulama yang mempelopori usaha ini adalah
ishaq ibnu ruwaihah, kemudian diikuti oleh bukhari, muslim, dan dilanjutkan oleh
abu dawud, an-nasa’I, turmudzi, ibnu majah dan lain-lain.
d. menghimpun semua kritik yang dilontarkan kepada ahli kalam dan lain-lain,
baik kritik yang ditunjukkan pribadi perawi hadits maupun ditunjukkan kepada
matan-matan hadits.

33
e. agar supaya dengan dapat mudah mengetahui kualitas haditsdan pula lebih
mudah untuk mengetahui masalah yang dikandung hadits nabi Muhammad saw,
ulama hadits dalam menyusun kitab hadits menempuh metode seperti kitab fiqh.

2. bentuk penyusunan kitab hadits periode kelima (abad ke-3H)


a. kitab shahih
yaitu kitab yang disusun oleh penyusunnya dengan cara menghimpun kitab
hadits-hadits berkualitas shohih dan sedangkan yang tidak berkualitas shohih
tidak dimasukkan.
Contoh :
1). Al-jami’us sholih, susunan kitab imam bukhari, kitab ini dikenal dengan kitab
shohih bukhari.
2). Al-jami’un shohih, susunan kitab imam muslim, kitab ini dikenal dengan kitab
shohih muslim.
b. kitab sunan
yakni kitab hadits yang oleh penyusunnya, selain dimasukkan dalam ketagori
hadits-hadits yang berkualitas shohih, dimasukkan juga hadits-hadits yang
berkualitas dho’if, akan tetapi juga tidak dimasukkan hadits yang tidak berkualitas
mungkar atau hadits yang tidak terlalu lemah contoh:
a. susunan kitab imam abu dawud
b. susunan kitab imam tirmidzi
c. susunan kitab ibnu majah
d. susunan kitab an-nasa’i
e. susunan kitab ad-darimy

c. kitab musnad
yakni kitab hadits yang oleh penyusunnya dihimpun seluruh hadits yang
diterimanya, dengan susunan perawi pertama.
Contoh :
a. musnad, yang disusunan oleh imam ahmad bin hambali
b. musnad, yang disusun oleh imam abul qosim al-baghawy
c. musnad, yang disusun oleh utsman bin abi syu’ibah

C. KITAB-KITAB STANDAR

34
Ulama hadits serta memberikn perhatian khusus kepada kitab-kitab hadits
tertentu, maka ulama muta’akhirin lalu menetapkan beberapa kitab hadits
sebagai kitab-kitab pokok atau kitab standar.
1. kitab standar yang kelima ( al-kutubuk khomsah)
Ulama sepakat ada lima buah kitab hadits yang dinyatakan sebagai kitab
pokok(standar) yang biasa disebut dengan al-kutubul khomsah atau ushulul
khomsah. Yakni :
a. kitab shohih al-bukhari
b. kitab shohih muslim
c. kitab shohih abu dawud
d. kitab shohih at-tirmidzi
e. kitab shohih an-nasa’i

2. kitab standar yang keenam (al-kutubus sittah)


Ulama yang tidak sependapat tentang nama kitab standar yang menempati
urutan yang keenam.
a. menurut pendapat ibnu thohir al-maqdisy adalah :sunan ibnu majah suusnan
ibnu majah
b. menurut pendapat ibnu atsir dan lain-lain : al-muwatha’ susunan imam malik.
c. menurut pendapat ibnu hajar al-asqolany adalah : sunan ad-darimy susunan
imam ad-darimy.
d. menurut ahmad Muhammad syakir adalah :al-muntaqa susunan ibnu jarud

3. kitab standar yang ketujuh (kutubus sab’ah)


Kitab standar yang ditetapkan sebagai kitab nomor urut tujuh oleh sebagian
para ulama adalah : musnad ahmad, susunan imam ahmad bin hambali.

D. PERBEDAAN BEBERAPA KITAB HADITS


a. bila dilihat dari segi kualitas haditsnya :
1) kitab shohih lebih tinggi kualitasnya daripada kitab sunan
2) dalam kitab shohih hanya memuat hadits-hadits shohih saja, sedangkan
kitab sunan tidak hanya memuat hadis shohih saja, akan tetapi memuat hadits
hasan dan hadits dho’if.
b. bila dilihat dari segi kualitas perawinya :
pensyaratan perawi yang digunakan kitab shohih lebih kuat dibandingkan kitab
sunan.
c. bila dilihat dari segi kandungannya :

35
kitab shohih lebih lengkap kandungannya dibandingkan kitab sunan, karena
kitab shohih minim hukum, tetapi juga memuat tentang akidah, akhlak, tafsir,
sejarah, dan lainnya. Sedangkan kitab sunan memuat tentang masalah hukum
(ushul fiqh) dan lainnya.

2. perbedaan antara kitab mushannaf dengan kitab musnad


Perbedaaan kitab mushonnaf dengan kitab musnad adalah :
a. kitab mushonnaf disusun berdasarkan bab-bab masalah tertentu, sedangkan
kitab musnad disusun berdasarkan sahabat yang meriwayatkan hadits.
b. kualitas kitab mushonaf lebih tinggi dibandingkan kitab musnad, ulama ada
yang mendapati musnad ahmad ada yang hadits maudhu’. Menurut ibnul jaury
terdapat sebanyak 29 buah, menurut al-iroqy berpendapat ada 38 buah,
sedangkan ibnu hajar al-asqolany berpendapat tidak ada yang maudhu’.

BAB IX
HADITS PADA ABAD KE-IV SAMPAI
PERTENGAHAN ABAD KE-VI HIJRIAH

Periode ini disebut : masa pemeliharaan, penertiban, penambahan, dan


penghimpunan. Periode ini mucul pujangga-pujangga abad ke-4 ahli abad ke-4 ini
dan seterusnya digelari mutaakhirin. Dalam arti masa pengembangan pemikiran
terhadap masa pengembangan pemikiran terhadapa karya-karya ulama hadits
sebelumnya, konsentrasi ulama sangat beragam.
A. KEADAAN POLITIK PADA PERIODE INI
Walaupun kondisi politik pada masa itu tidak menentu, akan tetapi ilmu
pengetahuan terus berkembang, dibidang hadits, demikian gambaran kecil
tentang gambaran dunia islam pada masa itu. Dengan gambaran ini telah dapat
dibayangkan betapa lemahnya dinasti islamiyyah. Sehingga pada waktu tentara
tar-tar (dari bangsa mongol) dibawah pimpinan jengis khan dating menyerbu
daulah-daulah islamiyyah, para penguasa islam sama sekali tidak berdaya lagi.

B. KEGIATAN ULAMA HADITS PADA PERIODE INI


Walaupun pada periode ini daulah islamiyyah mulai melemah dan akhirnya
runtuh, tetapi kegiatan ulama dalam melestarikan hadits tidaklah terlalu
berpengaruh. Sebab kenyataannya, tidak sedikit ulama yang menekuni dan
bersungguh-sungguh dalam memelihara dan mengembangkan pembinaan hadits,
sekalipun caranya tidak lagi sama dengan ulama periode sebelumnya. Ulama

36
hadits pada masa ini, ulama hadits pada umumnya hanya mempegangi kitab-kitab
hadits yang telah ada, sebab seluruh hadits pada abad IV (awal periode keenam
ini), telah terhimpun pada kitab-kitab hadits tersebut.

C. TOKOH-TOKOH HADITS PADA MASA KEENAM


Diantara tokoh-tokoh hadits pada periode keenam ini adalah ibnu khuzaimah,
al-hakim, ibnu hibban, ad-daruqutny, at-thabarani, Muhammad al-qurthuby, ibnu
asakir dan lainnya.

D. CIRI-CIRI SISTEM PEMBUKUAN HADITS PADA MASA INI


Dalam periode ini terdapat sebagian ahli hadits yang menyusun kitab hadits
dengan nama kitab atraf.
1. kitab atraf
tertentu kemudian menjelaskan seluruh sanad dari matan itu, baik dari kitab
hadits yang dikutip matannya itu maupun kitab-kitab lainnya,
2. kitab mustakhraj
Pada masa ini pula dilakukan penyusunan kitab istikraj yakni kitab hadits yang
memuat matan-matan hadits yang diriwayatkan oleh bukhari dan muslim atau
kedua-duanya atau lainnya, kemudian periwayat menyusun matan-matan hadits
tersebut dengan sanad yang berbeda dengan sendirinya.
3. kitab mustadrak
Sedangkan istidrak yakni kitab hadits yang menghimpun hadits-hadits yang
memiliki syarat-syarat bukhari dan muslim atau memiliki syarat salah satu dari
keduannya.
4. kitab jami’
Diantara kitab-kitab yang mengumpulkan hadits-hadits bukhari dan muslim
dalam salah satu kitab adalah kitab jami’ baina shohihain.kitab hadits yang
menghimpun hadits-hadits nabi yang telah termuat dalam kitab-kitab yang telah
ada.

KITAB BERDASAR POKOK MASALAH


Dari kitab-kitab hadits yang ada, antara lain ialah :
1. yang menghimpun hadits-hadits ahkam :
a. mutaqol akhbar fil ahkam, susunan majduddin abdus salam ibnu abdillah
ibnu abdillah (625)H).
b. as-sunanul qubra, susunan al-bayhaqi(458H).
c. umdatul ahkam, susunan abdul ghany al-maqysy(600H).

37
at-targib wa at-tarhib, susunan al-mundziry (656H).

2. yang menghimpun hadits-hadits targib wa tarhib (hadits yang menerangkan


keutamaan amal, menggemarkan untuk beramal dan menjauhkan dari dari
perbuatan-perbuatan yang dilarang atau dibenci).

BAB X
HADITS PADA ABAD VI SAMPAI SEKARANG
Pada periode ini disebut : “masa pensyarahan, penghimpunan, pentakhrijan dan
pembahasan”.usaha-usaha yang dilakukan oleh ulama pada masa ini adalah
menebitkan buku-buku hadits, yang menyaringnya dan menyusun kitab takhrij
dan kitab jami’ yang umum.
A. KEADAAN UMAT ISLAM PADA PERIODE INI
Pada permulaan abad VIII, muncullah seorang tokoh diturki, bernama utsman
kajuk. Ia membina kerajaan di turki dari puing-puing peninggalan bani saljuk yang
masih ada di asia tengah. Utsman bersama keturunanya berusaha meneklukkan
kerajaan-kerajaan kecil yang ada disekitarnya, sehingga dengan demikian
utsmaniyyah yang berpusat di turki. Daulah utsmaniyyah akhirnya berhasil
menaklukkan konstantinopel dan mesir, sekaligus menghilangkan khalifah
abbasiyyah. Mulai pada saat itu, mulai pada saat itu, berpindahlah khalifah
islamiyyah dari mesir ke konstantinopel. Daulah utsmaniyyah makin jaya dan
besar. Tetapi di balik itu, cahaya islam di Andalusia yang telah bersinar sekitar
delapan abad itu, makin redup dan pudar.

B. KEGIATAN ULAMA HADITS PADA PERIODE INI


Hanya sedikit sekali ulama hadits yang masih mampu menyampaikan
periwayatan hadits beserta sanadnya secara hafalan yang sempurna seperti yang
dilakukan ulama mutaqoddimin, diantara mereka itu ialah :
1. al-iroqy (W.806 H)
Al-iroqy, mendiktekan hadits secara hafalan kepada 400 majrlis, sejak tahun
796 H. kitab-kitab hadits karangan al-iroqy cukup banyak.
2. ibnu hajar al-asqolany
Telah mendiktekan hadits kepada 1000 majelis, kitab-kitab karangannya juga
banyak, antara lain, fathul bahry, syarah shohih bukhari
3. as-shakawy
As-shakawy merupakan murid dari Ibnu hajar dan telah mendiktekan 1000
hadits, diantara kitab karangannya adalah fathul mughits.

38
C. BENTUK PENYUSUNAN KITAB HADITS
Kegiatan yang terbanyak dilakukan para ulama pada periode ini pada umumnya
adalah mempelajari kitab hadits yang telah ada, sedngkan jalan yang mereka
tempuh adaalah :
1. menyususn kitab zawaid, yaitu menyusun-menyusun kitab-kitab hadits yang
tidak terdapat dalam kitab-kitab sebelumnya kedalam kitab-kitab tertentu.
2. menyusun kitab jawani, yaitu mengumpulkan isi dari beberapa kitab seperti
yang ditulis oleh bukhari, muslim dan yang lainnya sehingga menjadi dalam
sebuah kitab.
3. mengumpulkan hadits-hadits hukum, yaitu memilih dan memilah-milah kitab
hadits hukum dan menuliskannya dalam sebuah kitab.
4. menyusun dari kitab takhrij dari hadits-hadits yang terdapat dalam berbagai
kitab sebelumnya.
5. menyusun kitab syarah, dari kitab-kitab shohih, sunan, musnad, jami’, zawa’id,
dan kitab-kitab hadits hukum lainnya.
6. menyusun kitab muktashar, ialah ringkasan suatu hadits dari kitab hadits,
7. menyusun kitab zaqoid, adalah kitab yang didalamnya dihimpun hadits-hadits
yang terdapat dalam suatu kitab tertentudan hadits tersebut tidak termaktub
dalam kitab-kitab tertentu lainnya.
8. kitab petunjuk (kode indeks) hadits. Ialah kitab-kitab yang berisi petinjuk-
petunjuk praktis, biasanya berupa kode-kode huruf dan angkqa tertentu, untuk
mempermudah mendapatkan/ mencari matan-matan hadits pada kitab-kitab
tertentu.

D. MACAM-MACAM KITAB HADITS PERIODE INI


1. kitab jami’ antara lain :
A. jami’ul masanid was sunan karya ibnu katsir (774H),
B. jami’ul jawani, oleh suyuthi (911H),
C. AT-TAJ AL-JAMI’ LIL USHUL LI AHADITSIR ROSUL, karya syeikh manshur ali nashif
D. zadul muslim fi mat tafaqa’alaihil bukhari wa muslim, karya habibullah as-
synqithy.
E. al-lu’lu’ul wal marjan, karya Muhammad fuad abdul baqy.

2. kitab yang membahas masalah tertentu, antara lain :


a. diantara kitab-kitab yang membahas masalah hukum adalah :
1. al-imam fi ahaditsil ahkam, oleh ibnu daqiqil ied (702H)

39
2. taqribul asanid wa tartibul masanid, oleh al-iroqy (806H)
3. bulughul maram min adillatil ahkam, oleh ibnu hajar al-asqolany (852H).
4. koleksi hadits-hadits hukum, oleh Prof. Dr. T.M. hasbi as-shiddieqy.

b. yang berisi taghrib dan tahrib, antara lain :


1) riyadhus sholihin, oleh imam nawawy (902H).
c. yang berisi dzikir dan do’a, antara lain :
1) al-qoulul badi’ oleh as-shakawy (676H)
2) al-hisnul hasin oleh Muhammad al-jazary (833H).

3. kitab syarah, antara lain :


a. syarah untuk shohih bukhari, antara lain :
1) fathul bahry, oleh ibnu hajar al-asqolany
2) iryadus sary, oleh Muhammad al-qosthalany (923H).

b. syarah shohih muslim antara lain :


1) al-minhaj, oleh imam nawawy.
2) ikhmal, oleh zawawy (743H).

c. syarah untuk imam abu dawud antara lain :


1) aunul ma’bud, oleh syamsuddin al-haq dan ibnu jauzy dalam kitab ini juga
mensyarahnya
2) syarah zawaid abu dawud, oleh ibnu mulaqqin.

e. syarah sunan an-nasa’I antara lain :


1) syarah ta’liq, oleh as-suyuthy
2) syarah ta’ilq, oleh as-sindy.

f. syarah sunan ibnu majah, antara lain :


1) ad-dibajah oleh kamaludin ad-damiry (808H) .
2) miahbahuz zujajah, oleh as-suyuthy.

g. syarah kitab hadits ahkam, antara lain :


1) subulus salam, oleh ismail as-sha’ni, sebagai kitab syarah kitab bulughul
Maram (ibnu hajar).
2) nailul authir oleh Muhammad asy-syaukani,

40
4. kitab muktashar, antara lain :
a. al-jami’ as-shogir, oleh as-suyuthi
b. muktashar shohih muslim oleh Muhammad fuad abdul baqy.

5. kitab takhrij, antara lain :


a. takhrij alhaditsil ihya’, oleh iroqy, sebagai kitab takhrij terhadap kitab ihya
ulumuddin (al-ghozali)
b. takhrij alhaditsil baidhowi, oleh mannawi, sebagai kitab takhrij terhadap
tafsir al-baidhowi.
c. al-kafis syafi’ takhrij alhaditsil kasysyaf oleh ibnu hajar.

6. kitab athraf, antara lain :


a. athraf ahaditsil muktarah, oleh ibnu hajar al-asqolany.
b. atraful shohih ibnu hibban, oleh al-iroqy.
c. atroful masanidi asyarah, oleh syihabuddin al-bushri.

7. kitab zawaid, antara lain :


a. ithaf al-maharah bi zawa’id al-masanid al-ashrah, zawaidul sunanil kubra,
oleh bushri (wafat 840 H).
b. al-matholibul aliyah fi zawaidil masanidits tsanawiyah, ibnu hajar.
c. majma’uz zawa’id oleh abul Husain al-hitsami.

8. kitab petunjuk hadits, antara lain :


Miftahul kunuz sunnah, karya A.J.Wensink. BUKU ini diterjemahkan kedalam
bahasa arab oleh Muhammad fuad abdul baqy. Buku ini memuat tentang matan-
matan hadits nabi.

9. kitab himpunan hadits qudsi, antara lain :


a. al-hafatus saniyyah, oleh al-mannawi
b. al-kalimatul toyyibah, oleh ibn taimiyyah
c. adabul ahaditsil qudsiyyah, oleh ahmad as-syarbhasi.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU :

41
KELEBIHAN BUKU :

Buku ulumul hadits ini tidak hanya menjelaskan pengertian tentang hadits
melainkan juga, mendeskripsikan tentang proses panjang sejarah hadits secara
detail/rinci, sehingga para pembaca dapat mengetahui dari hadits maudhu’(palsu)
berasal. Selain dari pada itu buku ini dilengkapi dengan footnotes yang ada pada
referensi pada setiap halaman tersebut. Dan juga menerangkan pengarang kitab
hadits pada periode-periode pada masa lampau dengan teliti. Dan dari segi
bahasa pembukuan ini masih bisa dipahami dengan baik. Buku ini bagus untuk
mahasiswa yang ingin mencari sumber skripsi dan dapat dijadikan bahan ajar
disekolah.

KEKURANGAN BUKU :

Penjelasan di buku ini memang detail, selain itu dalam buku ini ceritanya agak
berbelit-belit dan panjang, kemudian dalam pengetikan dari buku ini masih ada
kesalahan.

KESIMPULAN :

42
Buku karya Dr. muhajirin M.A. ini, memuat isi pembahasan mengenai tentang
sejarah yang sangat panjang tentang hadits rosul saw, yang dimana menjelaskan
secara teratur dimana dimulainya hadits ini ketika rasul saw diangkat menjadi
rasul sekaligus nabi ketika itu. Lalu buku ini mendeskripsikan proses-proses hadits
nabi baik pada masa dikumpulnya hadits tersebut, dihafalkan oleh para tabi’in
sampai pengkodifikasian (penulisannya), hingga sampai pembukuan hadits
tersebut. Kemudian baik dari nilai sejarah panjang hadits yang kita dapat dari
buku ini juga mencantumkan masalah tentang hadits maudhu’(palsu) yang terjadi
pada masa lampau karena hadits palsu ini timbul akibat dari perang politik pada
zaman khalifah ali bin abi thalib yang dibuat oleh para pendukung fanatiknya
yaitu (syi’ah). Sehingga terjadilah pegolakan, dari pergolakan itu maka munculnya
hadits palsu yang menyebar ke masyarakat sehingga para ulama hadits terus
mencegah agar hadit palsu tersebut dapat dimusnahkan. Selain itu, hadits yang
terkumpul shohih itu dijadikan buku pada zaman kekhalifahan islamiyyah pada
zaman keemasan islam dulu sehingga terbentuk lah buku-buku seperti shohih
bukhari,muslim dan lainnya.

43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57

Anda mungkin juga menyukai