Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Prinsip dan Paradigma
Ekonomi Islam” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
Bapak M.Nasir, S.E.,M.Si pada bidang mata kuliah Ekonomi Islam. Selain itu
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Ekonomi Islam
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepadaBapak M.Nasir, S.E.,M.Si selaku dosen


mata kuliah Ekonomi Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang terkini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Alue Penyareng, 26 September 2022

Kelompok : 01

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 5
2.1 Prinsip Dasar Ekonomi Islam ........................................................................... 5
2.2. Ekonomi Islam ................................................................................................. 6
2.2.1 Pengertian Ekonomi Islam..................................................................................... 6
2.2.2 Karakteristik Ekonomi Islam ................................................................................. 6
2.3 Ekonomi Kapitalis............................................................................................ 9
2.3.1 Pengertian Ekonomi Kapitalis ............................................................................... 9
2.3.2 Pilar-Pilar Sistem Ekonomi Kapitalis .................................................................... 9
2.4 Ekonomi Sosialis............................................................................................. 10
2.4.1 Pengertian Ekonomi Sosialis ............................................................................... 10
2.5 Nilai Dasar Kepemilikan dalam Islam ............................................................ 11
2.5.1 Pengertian Nilai Dasar Kepemilikan dalam Islam............................................... 11
2. 5. 2 Jenis-jenis Kepemilikan dalam Islam ................................................................ 11
2.6 Kedudukan Harta dalam Islam ........................................................................ 12
2.6.2 Kedudukan Harta ................................................................................................. 13
2.6. 3 Pembagian Harta dan Akibat Hukumnya ........................................................... 13
BAB III ................................................................................................................. 17
PEMBAHASAN .................................................................................................. 17
3.1 Cara Mengatasi Permasalahan Pokok Ekonomi ............................................. 17
3.2 Cara Menerapkan Nilai Dasar Kepemilikan dalam Islam............................... 20

ii
3.3 Cara Menerapkan Kedudukan Harta Dalam Islam ......................................... 23
BAB IV ................................................................................................................. 26
PENUTUPAN ...................................................................................................... 26
4.1 Kesimpulan...................................................................................................... 26
4.2 Saran ................................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Negara yang Menganut Sistem Ekonomi Islam ...................................... 3

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam muncul sebagai sumber kekuatan yang baru pada Abad ke-7
Masehi, menyusul runtuhnya kekaisaran Romawi. Kemunculan itu ditandai
dengan berkembangnya peradaban baru yang sangat mengagumkan. Kebudayaan,
ilmu pengetahuan, dan teknologi serta kehidupan sosial lainnya termasuk ekonomi
berkembang secara menakjubkan di belahan dunia.

Fakta sejarah itu sesungguhnya menunjukan bahwa Islam merupakan


sistem kehidupan yang bersifat komprehensif, yang mengatur semua aspek, baik
dalam sosial, ekonomi, dan politik maupun kehidupan yang bersifat spiritual.
Sebagaimana firman-Nya “dan kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an)
untuk menjelaskan segala sesuatu” (QS. An-Nahl: 89)

Allah juga berfirman dalam QS. Al-Maa’idah ayat 3 sebagai beriku:

ۚ‫ٱﻹﺳۡ َﻠ ٰـ َﻢ ﺩِﻳ ۬ ًﻨﺎ‬


ِ ۡ ‫ﺿﻴﺖُ َﻟ ُﻜ ُﻢ‬ َ ُ‫ۡٱﻟ َﻴ ۡﻮ َﻡ ﺃ َ ۡﻛ َﻤ ۡﻠﺖُ َﻟ ُﻜ ۡﻢ ﺩِﻳ َﻨ ُﻜ ۡﻢ َﻭﺃ َ ۡﺗ َﻤﻤۡ ﺖ‬
ِ ‫ﻋ َﻠ ۡﻴ ُﻜ ۡﻢ ﻧِﻌۡ َﻤﺘِﻰ َﻭ َﺭ‬

“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama
bagimu”

Firman Allah SWT. Di atas jelas menyatakan bahwa Islam adalah agama
yang sempurna dan mempunyai sistem tersendiri dalam menghadapi
permasalahan kehidupan, baik yang bersifat material maupun non material.
Karena itu ekonomi sebagai satu aspek kehidupan dan sudah diatur dalam Islam.
Islam adalah agama yang sempurna, maka untuk sistem dan konsep ekonomi
diterapkan dalam sistem Islam. Sistem yang digunakan berdasarkan Al-Qur’an
dan As-Sunnah.

Dalam mewujudkan kehidupan ekonomi sesungguhnya Allah telah


menyediakan sumber daya-Nya di dunia ini. Allah SWT. Mempersilahkan

1
manusia untuk memanfaakan sumber daya yang ada di dunia, sebagaimana firma-
Nya dalam QS. Al-Baqarah (2) ayat 29 :

ٍ ۬ ‫ﺳ َﻤ ٰـ َﻮٲ‬
‫ﺕۚ َﻭﻫ َُﻮ ِﺑ ُﻜ ِّﻞ‬ َ ‫ﺳ ۡﺒ َﻊ‬ ‫ﻯ ِﺇ َﻟﻰ ٱﻟ ﱠ‬
َ ‫ﺴ َﻤﺎٓءِ َﻓ‬
َ ‫ﺴ ﱠﻮ ٰﯨ ُﻬ ﱠﻦ‬ ِ ‫ﻫ َُﻮ ٱ ﱠﻟﺬِﻯ َﺧ َﻠﻖَ َﻟ ُﻜﻢ ﱠﻣﺎ ﻓِﻰ ۡٱﻷ َ ۡﺭ‬
ٓ ٰ ‫ﺽ َﺟﻤِ ﻴ ۬ ًﻌﺎ ﺛ ُ ﱠﻢ ٱﺳۡ ﺘ ََﻮ‬
‫ﻋﻠِﻴ ۬ ٌﻢ‬
َ ٍ‫ﺷ َۡﻰء‬

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-nya tujuh langit, dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu.”

Perkembangan Islam secara pesat dikarenakan peran dari Rasulullah


Shalallahu Alaihi Wa Sallam yang gigih dalam berdakwah mengembangkan Islam
di seluruh dunia. Rasulullah mengenalkan Islam selain dengan perdagangan,
namun juga menaklukan wilayah dengan berdakwah lewat ilmu pengetahuan dan
budaya yang menjadikan pertumbuhan populasi Islam berkembang pesat. Bukti
islam berkembang pesat di seluruh dunia salah satunya melalui al-Qur’an dan
Sunnah, dua hal tersebut secara berangsur-angsur diturunkan dan tidak pernah
berubah.

Negara yang telah diduduki oleh umat islam ada dibelahan dunia yaitu
sekitar 50 negara. Salah satunya di Arab Saudi yang semua penduduknya
menganut agama islam, kemudian di Palestina ada 99% yang menganut agama
Islam, di Iran dan Irak ada 98% penduduk yang menganut agama Islam, di negara
Qatar ada 90% yang menganut agama Islam, di Indonesia ada 87% memeluk
agama Islam, Brunei Darussalam ada 67% penduduk yang menganut agam islam,
dan di negara-negara lainnya juga ada yang menganut agama Islam.

2
Tabel 1.1 Negara yang Menganut Sistem Ekonomi Islam
Negara
Arab Saudi
Malaysia
Uni Emirat Arab
Kuwait
Qatar
Turki
Indonesia
Bahrain
Pakistan

Seperti yang telah diketahui begitu banyak jumlah penduduk Islam di


belahan dunia berkat dakwah dari Baginda Rasulullah SAW. Allah SWT.
menetapkan aturan kehidupan ekonomi di dalam Islam. Allah SWT. menetapkan
batas-batas tertentu terhadap perilaku manusia sehingga menguntungkan suatu
individu tanpa mengorbankan hak-hak individu lainnya. Adapun aturan ekonomi
dalam Islam adalah perangkat perintah dan aturan sosial, polittik, agama, moral
dan hukum yang mengikat masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara mengatasi permasalahan pokok ekonomi?
2. Bagaimana cara menerapkan nilai dasar kepemilikan dalam Islam?
3. Bagaimana cara menerapkan kedudukan harta dalam Islam?

3
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Menegatahui cara mengatasi masalah pokok ekonomi.
2. Mengetahui cara menerapkan nilai dasar kepemilikan dalam Islam
3. Mengetahui cara menerapkan kedudukan harta dalam Islam.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prinsip Dasar Ekonomi Islam


Ekonomi Islam memiliki sifat dasar sebagai ekonomi Rabbani dan
Insani. Disebut ekonomi Rabbani karena sarat dengan arahan dan nilai-nilai
Ilahiah. Lalu ekonomi Islam dikatakan memiliki dasar sebagai ekonomi Insani
karena sistem ekonomi ini dilaksanakan dan ditujukan untuk kemakmuran
manusia. (Nasution et al. 2006)
Adapun prinsip ekonomi Islam (Abu Bakar 2020) sebagai berikut :
1. Prinsip keadilan, yaitu yang mencakup seluruh aspek kehidupan
2. Prinsip al-Ihsan (berbuat kebaikan, pemberian manfaat kepada orang lain
daripada hak orang lain)
3. Prinsip al-Mas’uliyah (pertanggung jawaban) yang meliputi berbagai aspek,
yaitu pertanggung jawaban ntara individu dengan individu (Mas’uliyah al-
afrad), pertanggung jawaban dalam masyarakat (Mas’uliyah al-muj’tama),
manusia dalam masyarakat diwajibkan diciptakan demi kesejahteraan anggota
masyarakat secara keseluruhan, serta pertanggung jawaban pemerintah
(Mas’Uliyah al-daulah) dimana tanggung jawab ini berkaitan dengan baitul
mal.
4. Prinsip al-Kifayah, yaitu untuk membasmi kefakiran dan mencukupi kebutuhan
primer seluruh anggota dalam masyarakat
5. Prinsip keseimbangan kepentingan individu dan kepentingan masyarakat
6. Prinsip kejujuran
7. Prinsip manfaat yang tidak mengandung riba
8. Prinsip tidak ada paksaan.

5
2.2. Ekonomi Islam

2.2.1 Pengertian Ekonomi Islam

Ekonomi dalam Islam itu sesungguhnya bermuara kepada akidah Islam,


yang bersumber dari syariatnya. Sedangkan dari sisi ekonomi Islam bermuara
pada Al-Qur’an al-Karim dan As-Sunnah Nabawiyah yang berbahasa Arab.
Menurut M.Akram Kan (Nasution et al. 2006) bahwa ilmu ekonomi Islam
bertujuan untuk melakukan kajian tentang kebahagiaan hidup manusia yang
dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya alam atas dasar bekerja sama dan
berpartisipasi.

2.2.2 Karakteristik Ekonomi Islam


1. Harta kepunyaan Allah dan manusia merupakan khalifah atas Harta

 Semua harta baik benda maupun alat produksi adalah milik (kepunyaan
Allah), firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 284 yang artinya:
“kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang
dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu”
 Manusia adalah khalifah atas harta miliknya. Diantara ayat yang
menjelaskan fungsi manusia sebagai khalifah Allah atas harta adalah
firman Allah dalam QS. Al-Hadiid ayat 7yang artinya :
“berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian
hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-
orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari
hartanya memperoleh pahala yang besar.”

6
2. Ekonomi terikat dengan akidah, syariah (hukum), dan moral
Hubungan ekonomi Islam dengan akidah Islam tampak jelas dalam banyak
hal, seperti pandangan Islam terhadap alam semesta yang ditundukkan
(disediakan) untuk kepentingan manusia. Hubungan ekonomi Islam dengan
akidah dan syariah tersebut memungkinkan aktivitas ekonomi dalam Islam
menjadi ibadah.
3. Keseimbangan antara kerohanian dan kebendaan
Beberapa ahli Barat memiliki tafsiran tersendiri terhadap Islam. Mereka
menyatakan bahwa Islam sebagai agama yang menjaga diri, tetapi toleran
(membuka diri). Selain itu para ahli tersebut menyatakan Islam adalah agama
yang memiliki unsur keagamaan (mementingkan segi akhirat) dan sekularitas
(segi dunia).
4. Ekonomi islam menciptakan keseimbangan antara kepentingan individu
dengan kepentingan umum
Arti keseimbangan dalam sistem sosial Islam adalah, Islam tidak mengakui
hak mutlak dan kebebsan mutlak, tetapi mempunyai batasan tertentu,
termasuk dalam bidang hak milik, hanya keadilan yang dapat melindungi
keseimabangan antara batasan-batasan yang ditetapkan dalam sistem Islam
untuk kepemilikan individu dan umum.
5. Kebebasan individu dijamin dalam Islam
Individu-individu dalam perekonomian Islam diberikan kebebasan untuk
beraktivitas baik secara perorangan maupun kolektif untuk mencapai tujuan.
Namun kebebasan tersebut tidak boleh melanggar aturan yang telah
digariskan Allah SWT. dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits.
6. Negara diberi wewenang turut campur dalam perekonomian
Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar
kebutuhan masyarakat baik secara individu maupun sosial dapat terpenuhi
secara proporsional. Dalam Islam negara berkewajiban melindungi
kepentingan masyarakat dari ketidakadilan yang dilakukan oleh seseorang atu
sekelompok orang, ataupun dari negara lain.

7
7. Bimbingan konsumsi
Dalam hal bimmbingna konsumsi Allah SWT. telah berfirman dalam QS. Al-
A’raaf (7) ayat 31 yang artinya :
“Hai anak Adam pakailah pakaian yang indah di setiap (memasuki) masjid,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
SWT. tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
8. Petunjuk investasi
Tentang kriteria atau standar dalam menilai proyek investasi, al-Maesu’ah Al-
ilmiyah wa al-amaliyah al-islamiyah memandang ada lima kriteria yang
sesuai dengan islam untuk dijadikan pedoman dalam menilai proyek
investasi, yaitu :
a. Proyek yang baik menurut Islam
b. Memberiksn rezeki seluas mungkin kepada anggota masyarakat
c. Memberantaskan kekafiran, memperbaiki pendapatan, dan kekayaan
d. Memmelihara dan menumbuhkembangkan harta
e. Melindungi kepentingan anggota masyarakat
9. Zakat
Zakat adalah satu karakteristik ekonomi Islam mengenali harta yang tidak
terdapat dalam perekonomian lain. Sistem perekonomian di luar Islam tidak
mengenal tuntutan Allah kepada pemilik harta, agar menyisihkan sebagian
harta tertentu sebagai pembersih jiwa dari sifat kikir, dengki, dan dendam.
10. Larangan Riba
Islam menekankan pentingnya memfungsikan uang pada bidangnya yang
normal yaitu sebagai fasilitas transaksi dan alat pennilaian barang. Di antara
faktor yang menyelewengakan uang dari bidangnya yang normal adalah
bunga (riba).

8
2.3 Ekonomi Kapitalis

2.3.1 Pengertian Ekonomi Kapitalis

Kapitalisme merupakan sebuah sistem organisasi ekonomi yang dicirikan


oleh hak milik privat atas alat-alat produksi dan distribusi yang pemanfaatannya
untuk mencapai laba dalam kondisi yang sangat kompetitif. Selajutnya pengertian
sistem ekonomi kapitalis adalah suatu sistem yang memberikan kebebasan yang
cukup besar bagi pelaku-pelaku ekonomi untuk melakukan kegiatan yang terbaik
bagi kepentingan individual atas sumberdaya-sumberdaya ekonomi atau faktor-
faktor produksi. Pada sistem ekonomi ini terdapat keleluasaan bagi perorangan
untuk memiliki sumberdaya, seperti kompetisi antar individu dalam memenuhi
kebutuhan hidup, persaingan antar badan usaha dalam mencari keuntungan.
(Agustiati 2002)

2.3.2 Pilar-Pilar Sistem Ekonomi Kapitalis

1. Hak milik swasta (Private property)

Lembaga ini merupakan elemen pokok dari kapitalisme, Ia menjamin bahwa


setiap orang mempunyai hak untuk mencapai barang-barang ekonomi dan
sumber-sumber daya melalui cara yang legal, mengadakan perjanjian-
perjanjian sehubungan dengan penggunaannya dan apabila perlu menjualnya.
“kekayaan merupakan hak alamiah terlepas dari kekuasaan Negara.Pemberian
hak pemilikan atas harta kekayan memenuhi fungsi-fungsi ekonomi penting
Yaitu: Para individu memperoleh perangsang agar aktiva mereka dimanfaatkan
seproduktif-produktifnya. Hal tersebut sangat mempengaruhi distribusi
kekayaan serta pendapatan karena individuindividu diperkenankan untuk
menghimpun aktiva dan memberikannya kepada ahli waris mereka apabila
mereka meninggal dunia. Selanjutnya memungkinkan laju pertukaran yang
tinggi oleh karena orang perlu memiliki hak pemilikan atas barang-barang
sebelum hak tersebut dapat dialihkan kepada pihak lain. Konsekwensi-
konsekwensi sosial dan ekonomi fungsi-fungsi tersebut sangat mempengaruhi
perkembangan kapitalisme.

2. Dibina oleh tangan yang tak terlihat (The Invisibel Hand) prinsif
Menyatakan bahwa untuk mencapai hal yang terbaik untuk masyarakat.Setiap
individu dalam sebuah masyarakat kapitalistik dimotivasi oleh kekuatan-

9
kekuatan ekonomi sehingga ia akan bertindak sedemikian rupa untuk mencapai
kepuasan terbesar dengan pengorbanan atau biaya yang sekecil-kecilnya.
3. Individualisme ekonomi Laissez- Faire
Pernyataan ini menjadi kata kunci kapitalisme. Dalam arti bahwa tiadanya
intervensi pemerintah akan menyebabkan timbulnya individualism ekonomi
dan kebebasan ekonomi. Intervensi pemerintah dibatasi pada aktivitas-aktivitas
tertentu.
4. Persaingan dan pasar-pasar bebas (free market competition)
Prinsip bekerjanya mekanisme pasar menyebabkan terjadinya persaingan.
Persaingan terjadi antara penjual barang-barang yang serupa untuk menarik
pembeli, antara pembeli untuk mencapai barang-barang yang mereka inginka,
antara pekerja untuk memperoleh pekerjaan, antara pihak majikan untuk
memperoleh pekerja, antara pembeli dan penjual sumber-sumber daya untuk
mencapai syarat yang sebaik-baiknya. Dalam bentuknya yang paling sempurna,
pasar bebas menunjukkan ciri-ciri, pembeli dan penjual dalam jumlah cukup
banyak yang menjebabkan mereka tidak dapat mempengaruhi harga barang
yang bersangkutan kemudian kebebasan para pembeli serta penjual yang tidak
dihalangi oleh pembatasan-pembatasan ekonomi atas permintaan dan
penawaran.

2.4 Ekonomi Sosialis

2.4.1 Pengertian Ekonomi Sosialis

Sosialisme sebagai sistem ekonomi dalam satu komando, menempatkan


posisi negara sebagai sentral kegiatan ekonomi. Negara sangat berkuasa dalam
kepemilikan bersama terhadap semua faktor produksi, produksi dilakukan sesuai
dengan kebutuhan, serta perencanaan ekonomi yang ketat untuk memproduksi dan
mendistrbusikan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sistem
ekonomi sosialis yang dikembangkan oleh Karl Max menghendaki maksimalisasi
peran negara. Negara harus menguasai segala sektor ekonomi untuk memastikan
keadilan kepada rakyat mulai dari produksi, konsumsi sampai

10
mendistribusikannya kembali kepada buruh, sehingga mereka juga menikmati
hasil usaha. Pasar dalam paradigma sosialis, harus dijaga agar tidak jatuh ke
tangan pemilik modal yang serakah sehingga monopoli dan melakukan ekspolitasi
tenaga buruh lalu memanfaatkannya untuk mendapatkan keuntungan
sebesarbesarnya. (Fildayanti 2019)

2.5 Nilai Dasar Kepemilikan dalam Islam

2.5.1 Pengertian Nilai Dasar Kepemilikan dalam Islam

Islam mengakui kepemilikan baik secara individu/personal atau


kepemilikan oleh orang banyak/umum. Kedua-duanya bersifat tidak mutlak
karena kekayaan dan harta benda adalah mutlak kepunyaan Allah SWT. Manusia
memilikinya hanya sementara, semata-mata sebagai suatu amanah atau pemberian
dari Allah SWT. Manusia menggunakan harta berdasarkan kedudukannya sebagai
pemegang amanah dan bukan sebagai pemilik yang kekal. Islam juga
melegitimasi kepada individu untuk memiliki kekayaan atau harta benda yang
diperoleh menurut cara-cara yang halal. Walaupun demikian ia memberikan
batasan tertentu untuk menggunakan hak tersebut sekehendaknya, agar tidak
merugikan kepentingan masyarakat umum. bahkan Islam membenarkan hak
individu untuk memiliki dan membelanjakan harta bendanya, dan mendorong
pemilik harta untuk menyerahkan kelebihan hartanya kepada masyarakat setelah
memenuhi. (Akhmadi and Kholish 2016)

2. 5. 2 Jenis-jenis Kepemilikan dalam Islam

1. Kepemilikan / hak milik secara umum

Kepemilikan- hak milik secara umum adalah harta atau asset yang kepemilikan
atau penggunaannya dikhususkan untuk kepentingan masyarakat secara luas.
Hal ini didasarkan pada Hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh
Ahmad dan Abu Dawud berbunyi “Semua orang berserikat mengenai tiga hal,

11
yaitu Air, padang rumput dan api”. Kemudian beberapa faktor tersebut dewasa
ini dikiaskan menjadi minyak, gas bumi dan barang tambang. Kepemilikan
secara umum ini dikembangkan lebih luas lagi mencakup jalan, sungai,
jembatan, lautan, danau, bukit dan sebagainnya. Demikian juga atas harta atau
asset-asset yang vital, yaitu sesuatu yang mutlak diperlukan bagi kepentingan
negara dan hajat hidup orang banyak seperti perusahaan listrik, pos, telkom,
perusahaan kereta api, perusahaan air minum dan lain sebagainya. Hak milik
umum yang telah dikelola oleh negara melalui badan usaha atau lembaga,
maka statusnya menjadi hak milik negara, tetapi pemanfaatannya harus
digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat secara menyeluruh,
bukan hanya untuk segelintir para pejabat yang menguasai perusahaan BUMN
atau BUMD tersebut. (Akhmadi and Kholish 2016)

2. Kepemilikan secara individu atau personal

Islam berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki dorongan-


dorongan, naluri dan hasrat. Itu semua adalah merupakan fitrah. Dan diantara
instingnya adalah ingin berkuasa, menyukai seseorang dan memiliki harta
benda yang diinginkan. Oleh karena itu Islam mendorong manusia untuk
menggunakan potensi dahsyatnya untuk mencapai tujuannya itu dengan sabar
yaitu dengan kerja keras. (Akhmadi and Kholish 2016)

2.6 Kedudukan Harta dalam Islam

2.6.1 Pengertian Harta

Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal yang berasal dari kata maala-
yamiilu-mailan, yang berarti condong, cenderung dan miring. Secara etimologi
harta adalah segala sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka pelihara,
baik dalam bentuk materi maupun dalam manfaat. Sedangkan arti harta secara
terminologi adalah: “sesuatu yang digandrungi tabiat manusia dan memungkinkan
untuk disimpan hingga dibutuhkan.” (Ibnu Abidin dari golongan Hanafi).
Sedangkan oleh ulama Hanafi yang lain disebutkan “Harta adalah segala sesuatu

12
yang dapat dihimpun, disimpan (dipelihara) dan dapat dimanfaatkan menurut adat
(kebiasaan)”. (Asnaini and Aprianto 2019)

2.6.2 Kedudukan Harta

Harta mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan


manusia. Hartalah yang dapat menunjang segala kegiatan manusia, termasuk
untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia (sandang, papan dan pangan).
Menjaga harta adalah termasuk lima urusan pokok manusia yang harus dijaga,
yaitu memelihara agama, jiwa, akal, kehormatan (keturunan) dan harta. Kemudian
seseorang yang diberi kesempatan oleh Allah memiliki harta, banyak atau sedikit,
maka tidak boleh sewenang- wenang dalam menggunakan (memfungsikan)
hartanya. Kebebasan seseorang untuk memiliki dan memanfaatkan hartanya
adalah sebatas yang dibenarkan oleh syara’. (Asnaini and Aprianto 2019)

2.6. 3 Pembagian Harta dan Akibat Hukumnya

1. Mal Mutaqawwim Dan Ghair Mutaqawwim

Mal mutaqawwim atau harta yang berharga ialah setiap harta yang disimpan
oleh seseorang dan syara` mengharuskan penggunaannya dan cara yang
digunakan untuk memperolehnya adalah dengan jalan yang baik yang
dibenarkan oleh syara’. Contohnya: seperti daging kambing adalah halal
dimakan, tetapi jika dalam penyembelihannya menggunakan cara yang tidak
dibenarkan oleh syara’, maka daging kambing itu menjadi batal menurut
syara’. Jadi dalam kasus seperti ini ada hal yang tidak memperbolehkan untuk
memanfaatkan harta itu (seperti kasus daging kambing ini). Sedangkan mal
ghayr mutaqawwim atau harta yang tidak berharga ialah harta yang tidak di
dalam simpanan atau dimiliki orang, atau harta yang tidak boleh diambil
manfatnya baik itu jenis, cara memperolehnya maupun cara penggunaannya.
Harta yang seperti ini adalah kebalikan dari harta yang berharga. (Asnaini and
Aprianto 2019)

13
2. Mal Mitsli Dan Mal Qimi

Mal mistsli ialah harta yang ada sebanding atau serupa dengannya tanpa
terdapat berlebih kurang dalam semua juzu`nya (fisik, bagian- bagiannya) atau
dengan kata lain harta yang jenisnya mudah diperoleh secara persis. Harta yang
seperti ini adalah harta yang cara memperolehnya sangat mudah didapat dan
banyak sekali persamaannya. Mal Qimi ialah harta yang tidak terdapat
padanannya lagi di pasaran atau terdapat padananya, akan tetapi nilai tiap
satuannya berbeda (Asnaini and Aprianto 2019). Dalam perjalanannya, harta
mistsli bisa berubah menjadi harta qimi atau sebaliknya, dengan ketentuan
sebagai berikut:

a. Jika harta mitsli susah untuk didapatkan di pasaran (terjadi kelangkaan atau
scarcity), maka secara otomatis berubah menjadi harta qimi.
b. Jika terjadi percampuran antara dua harta mitsli dari dua jenis yang
berbeda, seperti modifikasi Toyota dan Honda, maka mobiltersebut
menjadi harta qimi.
c. Jika harta qimi terdapat anyak padanannya di pasaran, maka secara
otomatis menjadi harta mitsli.
3. Mal Istihlak dan Mal Isti’mal
Mal istihlak adalah harta yang dalam pemakainannya harus menghabiskannya
atau dengan kata lain hanya bisa dipakai satu kali pemakaian. Harta yang
seperti ini dibagi menjadi dua bagian yaitu: harta istihlak haqiqi dan istihlak
huquqi. Mal istihlak haqiqi adalah harta yang sudah dimanfaatkan
kegunaannya dan sudah jelas habis wujudnya. Dengan artian bahwa harta yang
seperti ini dalam pemanfaatannya habis langsung dan tidak membekas.
Sedangkan istihlak huquqi adalah harta yang habis ketika digunakan tetapi
wujud dari barang itu masih atau dengan kata lain hanya berpindah
kepemilikan. Sedangkan harta isti’mal yaitu harta yang dapat dipakai berulang
kali atau dengan kata lain dapat digunakan berulang-ulang dan tidak akan habis
wujud dan hak kepemilkikannya. Barang yang seperti ini seperti buku, sepatu,
celana, dan sejenisnya.

14
4. Mal Manqul Dan Mal Ghaiu Manqul
Mal manqul yaitu harta yang dapat dipindahkan baik itu zat wujud dari satu
tempat ke tempat yang lain. Harta dengan kriteria ini mempunyai sebuah
keunggulan dalam bidang dapat dipindah-pindakan dari satu tempat ketempat
yang lain. Sedangkan mal ghair manqul (tidak bergerak) ialah harta yang tidak
dapat dipindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dan mempunya
sifat tetap dan tidak bergerak.
5. Mal ‘Ain Dan Mal Dayn
Mal ‘ain yaitu harta yang berbentuk benda, seperti rumah, pakaian, dan
lainnya. Harta yang seperti ini terbagi dalam dua jenis, yaitu:
a. Harta ‘ain dzati qimah yaitu benda yang memiliki bentuk yang dipandang
sebagai harta karena memiliki nilai.
b. Harta ‘ain ghair dzati qimah yaitu benda yang tidak dapat dipandang sebagai
harta karena tidak memilki nilai, misalnya sebiji beras.
Adapun mal dayn adalah harta yang berada dalam tanggung jawab seseorang
atau harta yang dihutang orang lain. Sehingga harta tersebut beralih tanggung
jawab kepada orang lain atau pihak penghutang.
6. Mal Al-‘Ain Dan Mal Al-Naf’i Mal Al-‘Ain
Ialah benda yang memiliki nilai dan berwujud. Hal yang ini mempunyai
pengertian bahwa benda yang mempunyai nilai dan benda itu juga mempunyai
wujud maka hal itu bisa disebut dengan harta. Sedangkan mal al-Naf’i adalah
harta yang berangsur-angsur tumbuh menurut perkembangan masa, oleh karena
itu mal al-naf’i tidak berwujud dan tidak disimpan.
7. Mal Qabil Li Al-Qismah Dan Mal Ghair Qabil Li Al-Qismah
Mal qabil li al-Qismah adalah harta yang dapat dibagi. Harta yang tidak
menimbulkan kerugian atau kerusakan pada harta apabila harta itu dibagi.
Misalnya beras dan tepung. Sedangkan mal ghair qabil li al-Qismah ialah harta
yang tidak dapat dibagi dan akan menimbulkan kerusakan dan kerugian apabila
harta itu dibagi-bagi. Misalnya meja, gelas, pensil, dan sejenisnya
8. Mal Ashal Dan Mal Tsamarah (harta pokok dan harta buah)
Harta pokok adalah harta yang mungkin darinya terjadi harta yang lain (harta
modal). Misalnya bulu domba dihasilkan dari domba, maka domba asal bulu

15
itu disebut harta modal. Sedangkan bulu domba itu disebut sebagai harta hasil
(buah). Harta modalnya disebut harta pokok dan hasilnya disebut sebagai
tsamarah.
9. Mal Khas Dan Mal ‘Am
Mal khas yaitu harta pribadi, yang mana dalam pemilikannya tidak bersekutu
dengan orang lain dan yang boleh mengambil kemanfaatannya hanya orang
yang punya saja. Sedangkan mal ‘am adalah harta milik umum (bersama) yaitu
harta yang boleh diambil manfaat oleh umum atau bersama-sama. Dalam harta
yang seperti ini bukan dalam maksud harta yang dimiliki oleh khalayak umum
pada umumnya atau benda yang belum ada yang punya.

16
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Cara Mengatasi Permasalahan Pokok Ekonomi

Telah kita ketahui bersama bahwa Indonesia adalah negara dengan


penduduk mayoritas Islam, akan tetapi sistem ekonomi yang diterapkan bukanlah
sistem ekonomi Islam. Dan perlu diketahui dengan konsep ekonomi Islam dapat
mengatasi berbagai problematika ekonomi.

Masalah-masalah ekonomi yang paling mendasar terjadi di berbagai


negara, setidaknya ada tiga sektor yaitu produksi, distribusi, dan konsumsi. Dari
permasalahan-permasalahan ini menimbulkan berbagai konflik yang
menyebabkan perpecahan.

1. Produksi

Konsep produksi dalam ekonomi Islam kurang tepat bila dimaknai sebagai
kegiatan mencipta. Produksi dalam Islam lebih dimaknai sebagai proses
manusia membuat produk yakni menghasilkan sesuatu dari sesuatu seperti
membangun, membuat, merancang, dan memproduksi. Di dunia ini apapun
yang dilakukan hanyalah merakit komponen yang ada atau merubah bentuk
suatu unsur atau senyawa. Menciptakan (khalaqa) sesuatu yang baru adalah
kehendak Tuhan Yang Maha Esa, yang dilakukan manusia hanyalah (ja’ala)
membuat, mengubah atau berkumpul. Bahkan tidak semua ja’ala bisa
dilakukan oleh manusia. Misalnya, manusia tidak dapat membuat darah dari
nutrisi makanan dan tidak dapat mengubah sperma menjadi gumpalan-tulang-
daging dalam proses embrio manusia. Itulah sebabnya manusia menemukan
sains atau teknologi dan tidak menciptakannya. Dalam Islam setiap Muslim
didorong untuk memproduksi dan dilarang untuk merusak.

17
2. Distribusi
Adapun makna distribusi dalam ekonomi Islam yaitu mencakup
pengaturan kepemilikan unsur-unsur produksi dan sumber-sumber kekayaan. Di
mana Islam memperbolehkan kepemilikan umum dan kepemilikan khusus, dan
meletakkan masing-masing dari keduanya kaidah-kaidah untuk mendapatkannya
dan mempergunakannya, dan kaidah-kaidah untuk warisan, hibah dan wasiat.
Adapun prinsip utama dalam konserp distribusi menurut pandangan
Islam ialah peninggkatan dan pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi
kekayaan dapat ditingkatkan, sehingga kekayaan yang ada dapat melimpah
dengan merata dan tidak hanya beredar diantara golongan tertentu saja. Selain itu,
ada pula pendapat yang menyatakan bahwa posisi distribusi dalam aktifitas
ekonomi suatu pemerintahan amatlah penting, hal ini dikarenakan distribusi itu
sendiri menjadi tujuan dari kebijakan fiskal dalam suatu pemerintahan (selain
fungsi alokasi)
Sistem ekonomi yang berbasis Islam menghendaki bahwa dalam hal
pendistribusian harus berdasarkan dua sendi, yaitu sendi kebebasandan keadilan
kepemilikan. Kebebasan disini adalah kebebasan dalam bertindak yang di bingkai
oleh nilai-nilai agama dan keadilan tidak seperti pemahaman kaum kapitalis yang
menyatakannya sebagai tindakan membebaskan manusia untuk berbuat dan
bertindak tanpa campur tangan pihak mana pun, tetapi sebagai keseimbangan
antara individu dengan unsur materi dan spiritual yang dimilikinya, keseimbangan
antara individu dan masyarakat serta antara suatu masyarakat dengan masyarakat
lainnya. Islam mengutamakan tema distribusi dengan perhatian besar yang
nampak dalam beberapa fenomena, dimana yang terpenting diantaranya adalah
sebagai berikut:
 Banyaknya nash Al-Qur’an dan Hadits Nabawi mencakup tema distribusi
dengan menjelaskan sistem manajemennya, himbauan komitmen kepada
cara-caranya yang terbaik dan memperingatkan penyimpangan dari sistem
yang benar.
 Syari’at Islam tidak hanya menetapkan prinsip-prinsip umum bagi distribusi
dan pengembalian distribusi, namun juga merincikan dengan jelas dan lugas

18
diantaranya dengan menjelaskan cara pendistribusian harta dan sumber-
sumbernya yang terpenting.
 Banyak dan komprehensifnya sistem dan cara distribusi yang ditegakkan
dalam Islam, baik dengan cara pengharusan (wajib) maupun secara sukarela
(sunnah).
 Al-Qur’an menyebutkan secara tekstual dan ekspilisit tentang tujuan
peringanan perbedaan di dalam kekayaan , dan mengantisipasi pemusatan
harta dalam kalangan minoritas, setelah Allah Ta’ala menjelaskan pembagian
fa’i dimana tujuan tersebut dijelaskan dengan firman-Nya: “Agar harta tidak
hanya beredar di antara orang-orang kaya diantara kamu”.
 Dalam fikih ekonomi Umar Radhiyallahu Anhu, tema distribusi mendapat
porsi besar yang akan dijelaskan di dalam pasal ini, dan perhatian Umar
terhadap tema distribusi nampak jelas dalam beberapa hal sebagai berikut:
 Diantara wasiat beliau untuk umat adalah berlaku adil dalam distribusi,
dimana beliau berkata, “Sesungguhnya aku telah meninggalkan kepada kalian
dua hal, yang kalian akan selalu dalam kebaikan selama kalian komitmen
kepada keduanya, yaitu adil dalam hukum dan adil dalam pendistribusian.”
 Banyaknya sikap dan ijtihad Umar Radhiyallahu Anhu dalam hal-hal yang
berkaitan dengan pendistribusian.
3. Konsumsi
Dalam ekonomi Islam semua aktivitas manusia yang bertujuan untuk
kebaikan merupakan ibadah, termasuk konsumsi. Maka dalam kegiatan konsumsi
ini harus dilakukan pada barang yang halal dan baik dengan cara berhemat,
berinfak serta menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah. Ada beberapa
karakteristik konsumsi dalam perspektif ekonomi Islam, diantarnya adalah :
 Konsumsi bukanlah aktivitas tanpa batas, melainkan juga terbatasi oleh sifat
kehalalan dan keharaman yang telah digariskan oleh syara.
 Konsumen yang rasional senantiasa membelanjakan pendapatan pada
berbagai jenis barang yang sesuai dengan kebutuhan jasmani maupun
rohaninya.
Cara seperti ini dapat mengantarkannya pada keseimbangan hidup yang
memang menuntut keseimbangan kerja dari seluruh potensi yang ada, mengingat

19
terdapat sisi lain yang di luar sisi ekonomi yang butuh untuk berkembang juga.
Ajaran islam sebenarnya bertujuan untuk mengingatkan manusia agar
membelanjakan harta sesuai kemampuannya. Pengeluaran tidak seharusnya
melebihi pendapatan dan tidak juga pengeluaran terlalu rendah sehingga
mengarah kepada kebakhilan. Manusia dianjurkan untuk bersifat moderat dalam
pengeluran sehingga tidak mengurangi kekayaan dan tidak melemahkan kekuatan
ekonomi masyarakat akibat pemborosan.

3.2 Cara Menerapkan Nilai Dasar Kepemilikan dalam Islam

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (Q.S. An-Nisa: 29-32).

Pembagian Jenis-jenis Harta

1. Harta Mutaqawwim dan Harta Ghair al -mutaqawwim

Harta mutaqawwim ialah segala sesuatu yang dapat dikuasai dengan


pekerjaan dan dibolehkan syara’ untuk memanfaatkannya. Maksud
pengertian harta ghair al-Mutaqawwim merupakan kebalikan dari
harta mutaqawwim, yakni segala sesuatu yang tidak dapat dikuasai dengan
pekerjaan dan dilarang oleh syara’ untuk memanfaatkannya.

2. Mal Mitsli dan Mal Qimi

Harta mitsli dan qimi sebagai sesatu yang memiliki persamaan atau
kesetaraan di pasar, tidak ada perbedaan yang pada bagian bagiannya atau
kesatuannya. harta yang ada duanya atau dapat ditukar dengan hal serupa dan
sama disebut mitsli dan harta yang tidak duanya atau berbeda secara tepat
disebut qimi.

3. Mal Istihlak dan Mal Isti’mal

20
Harta istihlak merupakan harta yang penggunaannya hanya sekali pakai
sedangkan harta isti’mal harta yang penggunaannya bisa berkali-kali pakai.

4. Mal Manqul dan Mal Ghair al-Manqul

Harta manqul yaitu harta yang dapat dipindahkan dan diubah dari tempat satu
ketempat yang lain, baik tetap pada bentuk dan keadaan semula ataupun
berubah bentuk dan keadaannya dengan perpindahan dan perubahan tersebut.
Sedangkan harta ghair al-manqul maksudnya segala sesuatu yang tetap (harta
tetap), yang tidak mungkin dipindahkan dan diubah posisinya dari satu tempat
ketempat yang lain menurut asalnya, seperti kebun, rumah, pabrik, sawah dan
lainnya.

5. Harta ‘Ain dan Dayn

Harta ‘ain yaitu harta yang berbentuk. sedangkan, harta dayn harta yang
menjadi tanggung jawab seperti uang yang dititipkan ke orang lain.

6. Harta Nafi’i

Harta nafi’i yaitu harta yang tidak berbentuk

7. Harta Mamluk, Mubah dan Mahjur

Harta mamluk yaitu harta yang statusnya memilikik kepemilikian baik


individu, umum atau negara. harta mubah yaitu hukum harta pada asalnya
yaitu tidak ada yang memiliki. sedangkan, harta mahjur yaitu harta yang tidak
boleh dimilikioleh pribadi.

8. Harta Dapat Dibagi dan Tidak Dapat Dibagi

Pembagian harta ini didasari oleh potensi harta menimbulkan kerugian atau
kerusakan apabila dibagikan. harta yang dapat dibagi yaitu harta tidak
menimbulkan kerugian atau kerusakan apabila dibagikan seperti beras.
sedangkan, harta yang tidak dapat dibagi yaitu harta menimbulkan kerugian
atau kerusakan apabila dibagikan seperti benda-benda mewah.

21
9. Harta Pokok dan Hasil

Harta pokok ialah harta yang mungkin menumbulkan harta lain atau dalam
istilah ekonomi disebut harta modal.

10. Harta Khas dan ‘Am

Harta khas yaitu harta milik individu yang tidak boleh diambil manfaatnya
jika tidak direstui pemiliknya. sedangkah harta am yaitu harta milik umum
yang dibebaskan dalam mengambil manfaatnya.

Selain harta, hal penting dalam bahasan syariah islam yaitu tentang
kepemilikan harta itu sendiri. kepemilikan (al-milkiyyah) adalah istilah hukum
Islam yang menandakan hubungan antara manusia dan harta yang menjadikan
harta itu secara khusus melekat padanya. Berdasarkan definisi ini, perolehan
properti oleh seorang individu, dengan cara yang sah, memberikan hak kepadanya
untuk memiliki hubungan eksklusif dengan properti itu, menggunakan atau
menanganinya selama tidak ada hambatan hukum untuk berurusan seperti itu.
Pada dasarnya menurut firman Allah SWT sesungguhnya seluruh harta atau
kekayaan adalah milik Allah SWT seperti firmannya pada Ayat alquran surat Al-
maidah: “Dan ingatlah ketika musa berkata kepada kaumnya: hai kaumku,
ingatlah nikmat allah atasmu keika ia mengangkat nabi-nabi diantaramu, dan
dijadikannya kamu orang-orang yang merdeka, dan diberikannya kepadamu apa-
apa yang belum pernah diberikan kepada seseorangpun diantara umat umat yang
lain.” Dalam Islam kepemilikan harta dibagia atas kepemilikan pribadi atau
individu, kepemilikan bersama atau komunal/umum dan kepemilkan milik negara.

Islam mengakui kepemilikan individu asal didapatkan dan dibelanjakan


dengan cara yang syar’i. harta pribadi dalam penggunaanya tidak boleh memiliki
dampak negatif terhadap pihak lain. selain itu, individu bebas dalam pemanfaatan
harta miliknya secara produktif, melindungi harta tersebut dan memindahkannya
dengan dibatasi oleh syariat yang ada. hal ini untuk mengurangi kesia-siaan dalam
kepemilikan harta.

22
Selain kepemilikan pribadi Islam juga mengakui kepemilikan umum dan
Negara. kepemilikan umum meliputi mineral padat, cair dan gas yang asalnya dari
dalam perut bumi. benda benda tersebut dimasukkan ke dalam golongan milik
umum karena memiliki kebermanfaatan besar bagi masyarakat dan menyangkut
hajat hidup masyarakat itu sendiri sehingga dimasukkan kedalam golongan harta
milik umum dan dikelola oleh negara. sedangkan, harta milik negara yaitu segala
bentuk penarikan yang dilakukan oleh negara secara syari kepada masyarakatnya
seperti pajak, hasil pengelolahan pertanian, perdagangan dan industri yang masuk
kedalam kas negara. harta milik negara ini kemudian dibelanjakan untuk
kepentingan warganya

3.3 Cara Menerapkan Kedudukan Harta Dalam Islam


“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan” (QS : Al Qashash : 77)

Dari ayat di atas, kita mengetahui bahwa dalam islam harta yang
merupakan bagian dari kebahagiaan dunia bukanlah sebagai tujuan utama dalam
hidup. Dia memiliki fungsi, namun bukan satu-satunya jalan yang harus
ditempuh. Untuk itu Allah memerintahkan sebagaimana ayat di atas.

1. Mencari Harta yang Telah Dianugerahkan Allah di Dunia

Allah memerintahkan pada manusia untuk mencari harta, sebagaimana hal


tersebut telah Allah anugerahkan kepada kita. Tentu saja, untuk mencari harta
tersebut Allah memerintahkan untuk mencari harta yang halal dan tidak
bertentangan dengan aturan atau jalan hidup yang telah dijalankannya.

23
Mencari harta dalam islam bukanlah hendak menjadikan manusia bertambah
kaya, memperbesar dirinya sendiri. Mencari harta yang diakaruniakan oleh
Allah adalah hendak menjadikan manusia semakin bersyukur dan semakin
tunduk kepada Allah SWT. Untuk itu adanya fungsi Agama adalah untuk
menjaga agar penggunaan harta tidak melenceng hanya untuk bersenang-
senang di dunia saja.

2. Menjadikan Harta untuk Alat Kehidupan di Dunia

Dalam menjalankan kehidupan di dunia, manusia diberikan misi oleh Allah


sebagai Khalifah fil Ard. Misi khalifah fil ard adalah manusia hidup untuk
melakukan perbaikan, memberikan manfaat, menjalankan amanah-amanah
yang diberikan Allah, seperti keluarga, lingkungan, dan masyarakat. Tanpa
adanya harta tentu hal tersebut sangat sulit untuk dijalankan.

Harta dalam hal ini adalah sebagai alat untuk melaksanakan kehidupan dunia,
bukan justru menjadi tujuan utama. Tanpa harta manusia sulit untuk
menjalankan kehidupan di dunia dan menjalankan misi membangun
masyarakat. Tapi harta bukanlah satu-satunya hal yang terpenting. Ia hanya
alat, bukan sebagai tujuan yang harus terus menerus dituju.

Menjadikan harta untuk kehidupan dunia yang baik contohnya adalah orang
tua yang bekerja mencari harta. Orang tua berkewajiban untuk mencari harta
yang halal untuk kehidupan anak-anak dan keluarganya agar bisa beraktivitas
dan melaksanakan hidup dengan baik. Tanpa adanya harta yang cukup tentu
dia tidak bisa membesarkan anak-anaknya, memberikan kehidupan yang
layak hingga sehat dan bermoral baik. Harta adalah keberkahan yang ia
berikan untuk memberikan kebaikan lainnya bagi anak-anak.

24
3. Mengorientasikan Harta Sebagai Bekal untuk Kehidupan Akhirat

Harta yang Allah berikan adalah sebagai karunia dan berkah yang besar untuk
manusia. Karunia tersebut sengaja diberikan kepada manusia untuk modal hidup,
bekerja, dan beribadah sebanyak-banyaknya kepada Allah.

25
BAB IV

PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan

Harus meyakini ekonomi Islam. Ekonomi Islam bukan hadir sebagai


reaksi atas dominasi kapitalisme maupun sosialisme. Ekonomi Islam hadir sebagai
bagian dari totalitas kesempurnaan Islam itu sendiri. Islam harus dipeluk secara
Ikaffah oleh umatnya, maka konsekuensinya umat islam harus mewujudkan
keislamannya dalam segala aspek kehidupan, termasuk kehidupan ekonomi.
Karena sesungguhnya, umat Islam telah memiliki sistem tersendiri di mana garis-
garis besarnya telah digambarkan secara utuh dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

4.2 Saran

Kita bersama-sama sebagai umat Islam membangun perekonomian


secara Islam, menerapkan prinsip-prinsip Islam sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Menerapkan berbagai cara untuk mengatasi permasalah ekonomi yang ada.
Ekonomi islam tidak akan pernah goyah walaupun diterpa badai krisis, hal ini
sangat berbanding terbalik dengan sistem ekonomi kapitalis dan sosialis.

26
DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar, M.M. 2020. “Prinsip Ekonomi Islam Di Indonesia Dalam Pergulatan
Ekonomi Milenial.” Pemikiran Syariah dan Hukum 4(2).

Agustiati. 2002. Sistem Ekonomi Kapitalisme.

Akhmadi, Slamet, and Abu Kholish. 2016. “Prinsip-Prinsip Fundamental


Ekonomi Islam.” Ekonomi Islam 4(1): 97–118.

Asnaini, and Riki Aprianto. 2019. “Kedudukan Harta dan Implikasinya Dalam
Perspektif Al-Qur’an Dan Hadits.” 5(1): 15–29.

Fildayanti, Devita Ayu. 2019. “Sistem Ekonomi Sosialisme.” : 2018–20.

Nasution, mustafa Edwin et al. 2006. “Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam.” :


12.

27

Anda mungkin juga menyukai