Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Prinsip dan Paradigma
Ekonomi Islam” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
Bapak M.Nasir, S.E.,M.Si pada bidang mata kuliah Ekonomi Islam. Selain itu
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Ekonomi Islam
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok : 01
i
DAFTAR ISI
ii
3.3 Cara Menerapkan Kedudukan Harta Dalam Islam ......................................... 23
BAB IV ................................................................................................................. 26
PENUTUPAN ...................................................................................................... 26
4.1 Kesimpulan...................................................................................................... 26
4.2 Saran ................................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama
bagimu”
Firman Allah SWT. Di atas jelas menyatakan bahwa Islam adalah agama
yang sempurna dan mempunyai sistem tersendiri dalam menghadapi
permasalahan kehidupan, baik yang bersifat material maupun non material.
Karena itu ekonomi sebagai satu aspek kehidupan dan sudah diatur dalam Islam.
Islam adalah agama yang sempurna, maka untuk sistem dan konsep ekonomi
diterapkan dalam sistem Islam. Sistem yang digunakan berdasarkan Al-Qur’an
dan As-Sunnah.
1
manusia untuk memanfaakan sumber daya yang ada di dunia, sebagaimana firma-
Nya dalam QS. Al-Baqarah (2) ayat 29 :
ٍ ۬ ﺳ َﻤ ٰـ َﻮٲ
ﺕۚ َﻭﻫ َُﻮ ِﺑ ُﻜ ِّﻞ َ ﺳ ۡﺒ َﻊ ﻯ ِﺇ َﻟﻰ ٱﻟ ﱠ
َ ﺴ َﻤﺎٓءِ َﻓ
َ ﺴ ﱠﻮ ٰﯨ ُﻬ ﱠﻦ ِ ﻫ َُﻮ ٱ ﱠﻟﺬِﻯ َﺧ َﻠﻖَ َﻟ ُﻜﻢ ﱠﻣﺎ ﻓِﻰ ۡٱﻷ َ ۡﺭ
ٓ ٰ ﺽ َﺟﻤِ ﻴ ۬ ًﻌﺎ ﺛ ُ ﱠﻢ ٱﺳۡ ﺘ ََﻮ
ﻋﻠِﻴ ۬ ٌﻢ
َ ٍﺷ َۡﻰء
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-nya tujuh langit, dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu.”
Negara yang telah diduduki oleh umat islam ada dibelahan dunia yaitu
sekitar 50 negara. Salah satunya di Arab Saudi yang semua penduduknya
menganut agama islam, kemudian di Palestina ada 99% yang menganut agama
Islam, di Iran dan Irak ada 98% penduduk yang menganut agama Islam, di negara
Qatar ada 90% yang menganut agama Islam, di Indonesia ada 87% memeluk
agama Islam, Brunei Darussalam ada 67% penduduk yang menganut agam islam,
dan di negara-negara lainnya juga ada yang menganut agama Islam.
2
Tabel 1.1 Negara yang Menganut Sistem Ekonomi Islam
Negara
Arab Saudi
Malaysia
Uni Emirat Arab
Kuwait
Qatar
Turki
Indonesia
Bahrain
Pakistan
3
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Menegatahui cara mengatasi masalah pokok ekonomi.
2. Mengetahui cara menerapkan nilai dasar kepemilikan dalam Islam
3. Mengetahui cara menerapkan kedudukan harta dalam Islam.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.2. Ekonomi Islam
Semua harta baik benda maupun alat produksi adalah milik (kepunyaan
Allah), firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 284 yang artinya:
“kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang
dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu”
Manusia adalah khalifah atas harta miliknya. Diantara ayat yang
menjelaskan fungsi manusia sebagai khalifah Allah atas harta adalah
firman Allah dalam QS. Al-Hadiid ayat 7yang artinya :
“berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian
hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-
orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari
hartanya memperoleh pahala yang besar.”
6
2. Ekonomi terikat dengan akidah, syariah (hukum), dan moral
Hubungan ekonomi Islam dengan akidah Islam tampak jelas dalam banyak
hal, seperti pandangan Islam terhadap alam semesta yang ditundukkan
(disediakan) untuk kepentingan manusia. Hubungan ekonomi Islam dengan
akidah dan syariah tersebut memungkinkan aktivitas ekonomi dalam Islam
menjadi ibadah.
3. Keseimbangan antara kerohanian dan kebendaan
Beberapa ahli Barat memiliki tafsiran tersendiri terhadap Islam. Mereka
menyatakan bahwa Islam sebagai agama yang menjaga diri, tetapi toleran
(membuka diri). Selain itu para ahli tersebut menyatakan Islam adalah agama
yang memiliki unsur keagamaan (mementingkan segi akhirat) dan sekularitas
(segi dunia).
4. Ekonomi islam menciptakan keseimbangan antara kepentingan individu
dengan kepentingan umum
Arti keseimbangan dalam sistem sosial Islam adalah, Islam tidak mengakui
hak mutlak dan kebebsan mutlak, tetapi mempunyai batasan tertentu,
termasuk dalam bidang hak milik, hanya keadilan yang dapat melindungi
keseimabangan antara batasan-batasan yang ditetapkan dalam sistem Islam
untuk kepemilikan individu dan umum.
5. Kebebasan individu dijamin dalam Islam
Individu-individu dalam perekonomian Islam diberikan kebebasan untuk
beraktivitas baik secara perorangan maupun kolektif untuk mencapai tujuan.
Namun kebebasan tersebut tidak boleh melanggar aturan yang telah
digariskan Allah SWT. dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits.
6. Negara diberi wewenang turut campur dalam perekonomian
Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar
kebutuhan masyarakat baik secara individu maupun sosial dapat terpenuhi
secara proporsional. Dalam Islam negara berkewajiban melindungi
kepentingan masyarakat dari ketidakadilan yang dilakukan oleh seseorang atu
sekelompok orang, ataupun dari negara lain.
7
7. Bimbingan konsumsi
Dalam hal bimmbingna konsumsi Allah SWT. telah berfirman dalam QS. Al-
A’raaf (7) ayat 31 yang artinya :
“Hai anak Adam pakailah pakaian yang indah di setiap (memasuki) masjid,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
SWT. tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
8. Petunjuk investasi
Tentang kriteria atau standar dalam menilai proyek investasi, al-Maesu’ah Al-
ilmiyah wa al-amaliyah al-islamiyah memandang ada lima kriteria yang
sesuai dengan islam untuk dijadikan pedoman dalam menilai proyek
investasi, yaitu :
a. Proyek yang baik menurut Islam
b. Memberiksn rezeki seluas mungkin kepada anggota masyarakat
c. Memberantaskan kekafiran, memperbaiki pendapatan, dan kekayaan
d. Memmelihara dan menumbuhkembangkan harta
e. Melindungi kepentingan anggota masyarakat
9. Zakat
Zakat adalah satu karakteristik ekonomi Islam mengenali harta yang tidak
terdapat dalam perekonomian lain. Sistem perekonomian di luar Islam tidak
mengenal tuntutan Allah kepada pemilik harta, agar menyisihkan sebagian
harta tertentu sebagai pembersih jiwa dari sifat kikir, dengki, dan dendam.
10. Larangan Riba
Islam menekankan pentingnya memfungsikan uang pada bidangnya yang
normal yaitu sebagai fasilitas transaksi dan alat pennilaian barang. Di antara
faktor yang menyelewengakan uang dari bidangnya yang normal adalah
bunga (riba).
8
2.3 Ekonomi Kapitalis
2. Dibina oleh tangan yang tak terlihat (The Invisibel Hand) prinsif
Menyatakan bahwa untuk mencapai hal yang terbaik untuk masyarakat.Setiap
individu dalam sebuah masyarakat kapitalistik dimotivasi oleh kekuatan-
9
kekuatan ekonomi sehingga ia akan bertindak sedemikian rupa untuk mencapai
kepuasan terbesar dengan pengorbanan atau biaya yang sekecil-kecilnya.
3. Individualisme ekonomi Laissez- Faire
Pernyataan ini menjadi kata kunci kapitalisme. Dalam arti bahwa tiadanya
intervensi pemerintah akan menyebabkan timbulnya individualism ekonomi
dan kebebasan ekonomi. Intervensi pemerintah dibatasi pada aktivitas-aktivitas
tertentu.
4. Persaingan dan pasar-pasar bebas (free market competition)
Prinsip bekerjanya mekanisme pasar menyebabkan terjadinya persaingan.
Persaingan terjadi antara penjual barang-barang yang serupa untuk menarik
pembeli, antara pembeli untuk mencapai barang-barang yang mereka inginka,
antara pekerja untuk memperoleh pekerjaan, antara pihak majikan untuk
memperoleh pekerja, antara pembeli dan penjual sumber-sumber daya untuk
mencapai syarat yang sebaik-baiknya. Dalam bentuknya yang paling sempurna,
pasar bebas menunjukkan ciri-ciri, pembeli dan penjual dalam jumlah cukup
banyak yang menjebabkan mereka tidak dapat mempengaruhi harga barang
yang bersangkutan kemudian kebebasan para pembeli serta penjual yang tidak
dihalangi oleh pembatasan-pembatasan ekonomi atas permintaan dan
penawaran.
10
mendistribusikannya kembali kepada buruh, sehingga mereka juga menikmati
hasil usaha. Pasar dalam paradigma sosialis, harus dijaga agar tidak jatuh ke
tangan pemilik modal yang serakah sehingga monopoli dan melakukan ekspolitasi
tenaga buruh lalu memanfaatkannya untuk mendapatkan keuntungan
sebesarbesarnya. (Fildayanti 2019)
Kepemilikan- hak milik secara umum adalah harta atau asset yang kepemilikan
atau penggunaannya dikhususkan untuk kepentingan masyarakat secara luas.
Hal ini didasarkan pada Hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh
Ahmad dan Abu Dawud berbunyi “Semua orang berserikat mengenai tiga hal,
11
yaitu Air, padang rumput dan api”. Kemudian beberapa faktor tersebut dewasa
ini dikiaskan menjadi minyak, gas bumi dan barang tambang. Kepemilikan
secara umum ini dikembangkan lebih luas lagi mencakup jalan, sungai,
jembatan, lautan, danau, bukit dan sebagainnya. Demikian juga atas harta atau
asset-asset yang vital, yaitu sesuatu yang mutlak diperlukan bagi kepentingan
negara dan hajat hidup orang banyak seperti perusahaan listrik, pos, telkom,
perusahaan kereta api, perusahaan air minum dan lain sebagainya. Hak milik
umum yang telah dikelola oleh negara melalui badan usaha atau lembaga,
maka statusnya menjadi hak milik negara, tetapi pemanfaatannya harus
digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat secara menyeluruh,
bukan hanya untuk segelintir para pejabat yang menguasai perusahaan BUMN
atau BUMD tersebut. (Akhmadi and Kholish 2016)
Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal yang berasal dari kata maala-
yamiilu-mailan, yang berarti condong, cenderung dan miring. Secara etimologi
harta adalah segala sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka pelihara,
baik dalam bentuk materi maupun dalam manfaat. Sedangkan arti harta secara
terminologi adalah: “sesuatu yang digandrungi tabiat manusia dan memungkinkan
untuk disimpan hingga dibutuhkan.” (Ibnu Abidin dari golongan Hanafi).
Sedangkan oleh ulama Hanafi yang lain disebutkan “Harta adalah segala sesuatu
12
yang dapat dihimpun, disimpan (dipelihara) dan dapat dimanfaatkan menurut adat
(kebiasaan)”. (Asnaini and Aprianto 2019)
Mal mutaqawwim atau harta yang berharga ialah setiap harta yang disimpan
oleh seseorang dan syara` mengharuskan penggunaannya dan cara yang
digunakan untuk memperolehnya adalah dengan jalan yang baik yang
dibenarkan oleh syara’. Contohnya: seperti daging kambing adalah halal
dimakan, tetapi jika dalam penyembelihannya menggunakan cara yang tidak
dibenarkan oleh syara’, maka daging kambing itu menjadi batal menurut
syara’. Jadi dalam kasus seperti ini ada hal yang tidak memperbolehkan untuk
memanfaatkan harta itu (seperti kasus daging kambing ini). Sedangkan mal
ghayr mutaqawwim atau harta yang tidak berharga ialah harta yang tidak di
dalam simpanan atau dimiliki orang, atau harta yang tidak boleh diambil
manfatnya baik itu jenis, cara memperolehnya maupun cara penggunaannya.
Harta yang seperti ini adalah kebalikan dari harta yang berharga. (Asnaini and
Aprianto 2019)
13
2. Mal Mitsli Dan Mal Qimi
Mal mistsli ialah harta yang ada sebanding atau serupa dengannya tanpa
terdapat berlebih kurang dalam semua juzu`nya (fisik, bagian- bagiannya) atau
dengan kata lain harta yang jenisnya mudah diperoleh secara persis. Harta yang
seperti ini adalah harta yang cara memperolehnya sangat mudah didapat dan
banyak sekali persamaannya. Mal Qimi ialah harta yang tidak terdapat
padanannya lagi di pasaran atau terdapat padananya, akan tetapi nilai tiap
satuannya berbeda (Asnaini and Aprianto 2019). Dalam perjalanannya, harta
mistsli bisa berubah menjadi harta qimi atau sebaliknya, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Jika harta mitsli susah untuk didapatkan di pasaran (terjadi kelangkaan atau
scarcity), maka secara otomatis berubah menjadi harta qimi.
b. Jika terjadi percampuran antara dua harta mitsli dari dua jenis yang
berbeda, seperti modifikasi Toyota dan Honda, maka mobiltersebut
menjadi harta qimi.
c. Jika harta qimi terdapat anyak padanannya di pasaran, maka secara
otomatis menjadi harta mitsli.
3. Mal Istihlak dan Mal Isti’mal
Mal istihlak adalah harta yang dalam pemakainannya harus menghabiskannya
atau dengan kata lain hanya bisa dipakai satu kali pemakaian. Harta yang
seperti ini dibagi menjadi dua bagian yaitu: harta istihlak haqiqi dan istihlak
huquqi. Mal istihlak haqiqi adalah harta yang sudah dimanfaatkan
kegunaannya dan sudah jelas habis wujudnya. Dengan artian bahwa harta yang
seperti ini dalam pemanfaatannya habis langsung dan tidak membekas.
Sedangkan istihlak huquqi adalah harta yang habis ketika digunakan tetapi
wujud dari barang itu masih atau dengan kata lain hanya berpindah
kepemilikan. Sedangkan harta isti’mal yaitu harta yang dapat dipakai berulang
kali atau dengan kata lain dapat digunakan berulang-ulang dan tidak akan habis
wujud dan hak kepemilkikannya. Barang yang seperti ini seperti buku, sepatu,
celana, dan sejenisnya.
14
4. Mal Manqul Dan Mal Ghaiu Manqul
Mal manqul yaitu harta yang dapat dipindahkan baik itu zat wujud dari satu
tempat ke tempat yang lain. Harta dengan kriteria ini mempunyai sebuah
keunggulan dalam bidang dapat dipindah-pindakan dari satu tempat ketempat
yang lain. Sedangkan mal ghair manqul (tidak bergerak) ialah harta yang tidak
dapat dipindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dan mempunya
sifat tetap dan tidak bergerak.
5. Mal ‘Ain Dan Mal Dayn
Mal ‘ain yaitu harta yang berbentuk benda, seperti rumah, pakaian, dan
lainnya. Harta yang seperti ini terbagi dalam dua jenis, yaitu:
a. Harta ‘ain dzati qimah yaitu benda yang memiliki bentuk yang dipandang
sebagai harta karena memiliki nilai.
b. Harta ‘ain ghair dzati qimah yaitu benda yang tidak dapat dipandang sebagai
harta karena tidak memilki nilai, misalnya sebiji beras.
Adapun mal dayn adalah harta yang berada dalam tanggung jawab seseorang
atau harta yang dihutang orang lain. Sehingga harta tersebut beralih tanggung
jawab kepada orang lain atau pihak penghutang.
6. Mal Al-‘Ain Dan Mal Al-Naf’i Mal Al-‘Ain
Ialah benda yang memiliki nilai dan berwujud. Hal yang ini mempunyai
pengertian bahwa benda yang mempunyai nilai dan benda itu juga mempunyai
wujud maka hal itu bisa disebut dengan harta. Sedangkan mal al-Naf’i adalah
harta yang berangsur-angsur tumbuh menurut perkembangan masa, oleh karena
itu mal al-naf’i tidak berwujud dan tidak disimpan.
7. Mal Qabil Li Al-Qismah Dan Mal Ghair Qabil Li Al-Qismah
Mal qabil li al-Qismah adalah harta yang dapat dibagi. Harta yang tidak
menimbulkan kerugian atau kerusakan pada harta apabila harta itu dibagi.
Misalnya beras dan tepung. Sedangkan mal ghair qabil li al-Qismah ialah harta
yang tidak dapat dibagi dan akan menimbulkan kerusakan dan kerugian apabila
harta itu dibagi-bagi. Misalnya meja, gelas, pensil, dan sejenisnya
8. Mal Ashal Dan Mal Tsamarah (harta pokok dan harta buah)
Harta pokok adalah harta yang mungkin darinya terjadi harta yang lain (harta
modal). Misalnya bulu domba dihasilkan dari domba, maka domba asal bulu
15
itu disebut harta modal. Sedangkan bulu domba itu disebut sebagai harta hasil
(buah). Harta modalnya disebut harta pokok dan hasilnya disebut sebagai
tsamarah.
9. Mal Khas Dan Mal ‘Am
Mal khas yaitu harta pribadi, yang mana dalam pemilikannya tidak bersekutu
dengan orang lain dan yang boleh mengambil kemanfaatannya hanya orang
yang punya saja. Sedangkan mal ‘am adalah harta milik umum (bersama) yaitu
harta yang boleh diambil manfaat oleh umum atau bersama-sama. Dalam harta
yang seperti ini bukan dalam maksud harta yang dimiliki oleh khalayak umum
pada umumnya atau benda yang belum ada yang punya.
16
BAB III
PEMBAHASAN
1. Produksi
Konsep produksi dalam ekonomi Islam kurang tepat bila dimaknai sebagai
kegiatan mencipta. Produksi dalam Islam lebih dimaknai sebagai proses
manusia membuat produk yakni menghasilkan sesuatu dari sesuatu seperti
membangun, membuat, merancang, dan memproduksi. Di dunia ini apapun
yang dilakukan hanyalah merakit komponen yang ada atau merubah bentuk
suatu unsur atau senyawa. Menciptakan (khalaqa) sesuatu yang baru adalah
kehendak Tuhan Yang Maha Esa, yang dilakukan manusia hanyalah (ja’ala)
membuat, mengubah atau berkumpul. Bahkan tidak semua ja’ala bisa
dilakukan oleh manusia. Misalnya, manusia tidak dapat membuat darah dari
nutrisi makanan dan tidak dapat mengubah sperma menjadi gumpalan-tulang-
daging dalam proses embrio manusia. Itulah sebabnya manusia menemukan
sains atau teknologi dan tidak menciptakannya. Dalam Islam setiap Muslim
didorong untuk memproduksi dan dilarang untuk merusak.
17
2. Distribusi
Adapun makna distribusi dalam ekonomi Islam yaitu mencakup
pengaturan kepemilikan unsur-unsur produksi dan sumber-sumber kekayaan. Di
mana Islam memperbolehkan kepemilikan umum dan kepemilikan khusus, dan
meletakkan masing-masing dari keduanya kaidah-kaidah untuk mendapatkannya
dan mempergunakannya, dan kaidah-kaidah untuk warisan, hibah dan wasiat.
Adapun prinsip utama dalam konserp distribusi menurut pandangan
Islam ialah peninggkatan dan pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi
kekayaan dapat ditingkatkan, sehingga kekayaan yang ada dapat melimpah
dengan merata dan tidak hanya beredar diantara golongan tertentu saja. Selain itu,
ada pula pendapat yang menyatakan bahwa posisi distribusi dalam aktifitas
ekonomi suatu pemerintahan amatlah penting, hal ini dikarenakan distribusi itu
sendiri menjadi tujuan dari kebijakan fiskal dalam suatu pemerintahan (selain
fungsi alokasi)
Sistem ekonomi yang berbasis Islam menghendaki bahwa dalam hal
pendistribusian harus berdasarkan dua sendi, yaitu sendi kebebasandan keadilan
kepemilikan. Kebebasan disini adalah kebebasan dalam bertindak yang di bingkai
oleh nilai-nilai agama dan keadilan tidak seperti pemahaman kaum kapitalis yang
menyatakannya sebagai tindakan membebaskan manusia untuk berbuat dan
bertindak tanpa campur tangan pihak mana pun, tetapi sebagai keseimbangan
antara individu dengan unsur materi dan spiritual yang dimilikinya, keseimbangan
antara individu dan masyarakat serta antara suatu masyarakat dengan masyarakat
lainnya. Islam mengutamakan tema distribusi dengan perhatian besar yang
nampak dalam beberapa fenomena, dimana yang terpenting diantaranya adalah
sebagai berikut:
Banyaknya nash Al-Qur’an dan Hadits Nabawi mencakup tema distribusi
dengan menjelaskan sistem manajemennya, himbauan komitmen kepada
cara-caranya yang terbaik dan memperingatkan penyimpangan dari sistem
yang benar.
Syari’at Islam tidak hanya menetapkan prinsip-prinsip umum bagi distribusi
dan pengembalian distribusi, namun juga merincikan dengan jelas dan lugas
18
diantaranya dengan menjelaskan cara pendistribusian harta dan sumber-
sumbernya yang terpenting.
Banyak dan komprehensifnya sistem dan cara distribusi yang ditegakkan
dalam Islam, baik dengan cara pengharusan (wajib) maupun secara sukarela
(sunnah).
Al-Qur’an menyebutkan secara tekstual dan ekspilisit tentang tujuan
peringanan perbedaan di dalam kekayaan , dan mengantisipasi pemusatan
harta dalam kalangan minoritas, setelah Allah Ta’ala menjelaskan pembagian
fa’i dimana tujuan tersebut dijelaskan dengan firman-Nya: “Agar harta tidak
hanya beredar di antara orang-orang kaya diantara kamu”.
Dalam fikih ekonomi Umar Radhiyallahu Anhu, tema distribusi mendapat
porsi besar yang akan dijelaskan di dalam pasal ini, dan perhatian Umar
terhadap tema distribusi nampak jelas dalam beberapa hal sebagai berikut:
Diantara wasiat beliau untuk umat adalah berlaku adil dalam distribusi,
dimana beliau berkata, “Sesungguhnya aku telah meninggalkan kepada kalian
dua hal, yang kalian akan selalu dalam kebaikan selama kalian komitmen
kepada keduanya, yaitu adil dalam hukum dan adil dalam pendistribusian.”
Banyaknya sikap dan ijtihad Umar Radhiyallahu Anhu dalam hal-hal yang
berkaitan dengan pendistribusian.
3. Konsumsi
Dalam ekonomi Islam semua aktivitas manusia yang bertujuan untuk
kebaikan merupakan ibadah, termasuk konsumsi. Maka dalam kegiatan konsumsi
ini harus dilakukan pada barang yang halal dan baik dengan cara berhemat,
berinfak serta menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah. Ada beberapa
karakteristik konsumsi dalam perspektif ekonomi Islam, diantarnya adalah :
Konsumsi bukanlah aktivitas tanpa batas, melainkan juga terbatasi oleh sifat
kehalalan dan keharaman yang telah digariskan oleh syara.
Konsumen yang rasional senantiasa membelanjakan pendapatan pada
berbagai jenis barang yang sesuai dengan kebutuhan jasmani maupun
rohaninya.
Cara seperti ini dapat mengantarkannya pada keseimbangan hidup yang
memang menuntut keseimbangan kerja dari seluruh potensi yang ada, mengingat
19
terdapat sisi lain yang di luar sisi ekonomi yang butuh untuk berkembang juga.
Ajaran islam sebenarnya bertujuan untuk mengingatkan manusia agar
membelanjakan harta sesuai kemampuannya. Pengeluaran tidak seharusnya
melebihi pendapatan dan tidak juga pengeluaran terlalu rendah sehingga
mengarah kepada kebakhilan. Manusia dianjurkan untuk bersifat moderat dalam
pengeluran sehingga tidak mengurangi kekayaan dan tidak melemahkan kekuatan
ekonomi masyarakat akibat pemborosan.
Harta mitsli dan qimi sebagai sesatu yang memiliki persamaan atau
kesetaraan di pasar, tidak ada perbedaan yang pada bagian bagiannya atau
kesatuannya. harta yang ada duanya atau dapat ditukar dengan hal serupa dan
sama disebut mitsli dan harta yang tidak duanya atau berbeda secara tepat
disebut qimi.
20
Harta istihlak merupakan harta yang penggunaannya hanya sekali pakai
sedangkan harta isti’mal harta yang penggunaannya bisa berkali-kali pakai.
Harta manqul yaitu harta yang dapat dipindahkan dan diubah dari tempat satu
ketempat yang lain, baik tetap pada bentuk dan keadaan semula ataupun
berubah bentuk dan keadaannya dengan perpindahan dan perubahan tersebut.
Sedangkan harta ghair al-manqul maksudnya segala sesuatu yang tetap (harta
tetap), yang tidak mungkin dipindahkan dan diubah posisinya dari satu tempat
ketempat yang lain menurut asalnya, seperti kebun, rumah, pabrik, sawah dan
lainnya.
Harta ‘ain yaitu harta yang berbentuk. sedangkan, harta dayn harta yang
menjadi tanggung jawab seperti uang yang dititipkan ke orang lain.
6. Harta Nafi’i
Pembagian harta ini didasari oleh potensi harta menimbulkan kerugian atau
kerusakan apabila dibagikan. harta yang dapat dibagi yaitu harta tidak
menimbulkan kerugian atau kerusakan apabila dibagikan seperti beras.
sedangkan, harta yang tidak dapat dibagi yaitu harta menimbulkan kerugian
atau kerusakan apabila dibagikan seperti benda-benda mewah.
21
9. Harta Pokok dan Hasil
Harta pokok ialah harta yang mungkin menumbulkan harta lain atau dalam
istilah ekonomi disebut harta modal.
Harta khas yaitu harta milik individu yang tidak boleh diambil manfaatnya
jika tidak direstui pemiliknya. sedangkah harta am yaitu harta milik umum
yang dibebaskan dalam mengambil manfaatnya.
Selain harta, hal penting dalam bahasan syariah islam yaitu tentang
kepemilikan harta itu sendiri. kepemilikan (al-milkiyyah) adalah istilah hukum
Islam yang menandakan hubungan antara manusia dan harta yang menjadikan
harta itu secara khusus melekat padanya. Berdasarkan definisi ini, perolehan
properti oleh seorang individu, dengan cara yang sah, memberikan hak kepadanya
untuk memiliki hubungan eksklusif dengan properti itu, menggunakan atau
menanganinya selama tidak ada hambatan hukum untuk berurusan seperti itu.
Pada dasarnya menurut firman Allah SWT sesungguhnya seluruh harta atau
kekayaan adalah milik Allah SWT seperti firmannya pada Ayat alquran surat Al-
maidah: “Dan ingatlah ketika musa berkata kepada kaumnya: hai kaumku,
ingatlah nikmat allah atasmu keika ia mengangkat nabi-nabi diantaramu, dan
dijadikannya kamu orang-orang yang merdeka, dan diberikannya kepadamu apa-
apa yang belum pernah diberikan kepada seseorangpun diantara umat umat yang
lain.” Dalam Islam kepemilikan harta dibagia atas kepemilikan pribadi atau
individu, kepemilikan bersama atau komunal/umum dan kepemilkan milik negara.
22
Selain kepemilikan pribadi Islam juga mengakui kepemilikan umum dan
Negara. kepemilikan umum meliputi mineral padat, cair dan gas yang asalnya dari
dalam perut bumi. benda benda tersebut dimasukkan ke dalam golongan milik
umum karena memiliki kebermanfaatan besar bagi masyarakat dan menyangkut
hajat hidup masyarakat itu sendiri sehingga dimasukkan kedalam golongan harta
milik umum dan dikelola oleh negara. sedangkan, harta milik negara yaitu segala
bentuk penarikan yang dilakukan oleh negara secara syari kepada masyarakatnya
seperti pajak, hasil pengelolahan pertanian, perdagangan dan industri yang masuk
kedalam kas negara. harta milik negara ini kemudian dibelanjakan untuk
kepentingan warganya
Dari ayat di atas, kita mengetahui bahwa dalam islam harta yang
merupakan bagian dari kebahagiaan dunia bukanlah sebagai tujuan utama dalam
hidup. Dia memiliki fungsi, namun bukan satu-satunya jalan yang harus
ditempuh. Untuk itu Allah memerintahkan sebagaimana ayat di atas.
23
Mencari harta dalam islam bukanlah hendak menjadikan manusia bertambah
kaya, memperbesar dirinya sendiri. Mencari harta yang diakaruniakan oleh
Allah adalah hendak menjadikan manusia semakin bersyukur dan semakin
tunduk kepada Allah SWT. Untuk itu adanya fungsi Agama adalah untuk
menjaga agar penggunaan harta tidak melenceng hanya untuk bersenang-
senang di dunia saja.
Harta dalam hal ini adalah sebagai alat untuk melaksanakan kehidupan dunia,
bukan justru menjadi tujuan utama. Tanpa harta manusia sulit untuk
menjalankan kehidupan di dunia dan menjalankan misi membangun
masyarakat. Tapi harta bukanlah satu-satunya hal yang terpenting. Ia hanya
alat, bukan sebagai tujuan yang harus terus menerus dituju.
Menjadikan harta untuk kehidupan dunia yang baik contohnya adalah orang
tua yang bekerja mencari harta. Orang tua berkewajiban untuk mencari harta
yang halal untuk kehidupan anak-anak dan keluarganya agar bisa beraktivitas
dan melaksanakan hidup dengan baik. Tanpa adanya harta yang cukup tentu
dia tidak bisa membesarkan anak-anaknya, memberikan kehidupan yang
layak hingga sehat dan bermoral baik. Harta adalah keberkahan yang ia
berikan untuk memberikan kebaikan lainnya bagi anak-anak.
24
3. Mengorientasikan Harta Sebagai Bekal untuk Kehidupan Akhirat
Harta yang Allah berikan adalah sebagai karunia dan berkah yang besar untuk
manusia. Karunia tersebut sengaja diberikan kepada manusia untuk modal hidup,
bekerja, dan beribadah sebanyak-banyaknya kepada Allah.
25
BAB IV
PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar, M.M. 2020. “Prinsip Ekonomi Islam Di Indonesia Dalam Pergulatan
Ekonomi Milenial.” Pemikiran Syariah dan Hukum 4(2).
Asnaini, and Riki Aprianto. 2019. “Kedudukan Harta dan Implikasinya Dalam
Perspektif Al-Qur’an Dan Hadits.” 5(1): 15–29.
27