Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ISLAM DAN SYARIAT ISLAM


MATA KULIAH STUDI ISLAM

DOSEN PENGAMPU:
Dr. SAIFUDDIN M.Pd.I.

DISUSUN OLEH:
Abdul Zaky Mulyono
(NIM: 11230930000113)

SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
BAB I LATAR BELAKANG....................................................................................................................3
A. Latar Belakang..................................................................................................................................3
B. Rumusan masalah............................................................................................................................3
C. Tujuan...............................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................4
A. Pengertian Syari’at Islam..................................................................................................................4
B. Ruang Lingkup Syariat Islam.............................................................................................................5
C. Klasifikasi Hukum Islam....................................................................................................................6
D. Fungsi Syariah Islam.........................................................................................................................8
E. Sumber Syariat Islam........................................................................................................................8
F. Sejarah Syariat Islam........................................................................................................................9
G. Tasryi Syariat islam.........................................................................................................................10
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................................12
A. Kesimpulan.....................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................13

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahmiin

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufiq,
serta Hidayah-Nya. Sholawat serta salam kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW. Dan atas
izin Allah SWT saya bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan mudah yang berjudul “Islam
Dan Syariat Islam” dari Dosen Pengampu Bapak Dr. Saifudin, M.Pd.I.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis. Dalam Penulisan
makalah ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu
dan memberikan arahan dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap kepada Allah SWT memberkahi hasil makalah ini. Dan penulis juga
berharap kepada Allah SWT untuk memberikan kebaikan setimpal kepada pihak-pihak yang
sudah membantu saya.

Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Pamulang, Selasa 14 November 2023

Abdul Zaky Mulyono

2
BAB I
LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Islam sebagai agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad merupakan salah satu agama
dakwah yang harus disampaikan. Islam adalah agama dakwah yang menugaskan umatnya untuk
menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia sebagai Rahmatan Lil Alamin.
Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan manakala ajarannya dijadikan
sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan secara konsisten serta konsekuen. Islam juga
mengajarkan kemuliaan dan menganjurkannya kepada seluruh umat. Nilai-nilai Qur’ani
direkomendasikan Islam sebagai landasan utama bagi hubungan kemanusiaan yang berlatar
belakang perbedaan ras, suku bangsa, agama, bahasa, dan budaya. Islam merupakan agama yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad melalui wahyu-Nya kemudian diajarkan
kepada manusia dan dibawa secara luas. Islam mengatur cara hidup manusia di dunia maupun di
akhirat. Islam juga merupakan suatu agama bagi umat manusia yang mengatur cara hidupnya di
dunia maupun di akhirat. Islam memiliki pengaruh yang kuat terhadap kebudayaan dan identitas
suku bangsa, dan telah menjadi bagian terpenting dalam sejarah dan perkembangan masyarakat di
berbagai wilayah.
Syariat Islam dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, tergantung pada konteksnya. Di Aceh,
misalnya, pelaksanaan syariat Islam merupakan kewenangan khusus yang diberikan oleh
pemerintah pusat, dan telah diatur dalam undang-undang yang mengatur tentang pemerintahan
Aceh. Selain itu, syariat Islam dijadikan sebagai panduan menyeluruh untuk semua permasalahan
hidup manusia dan kehidupan dunia. Di sisi lain, syariat Islam selalu mengajarkan kemuliaan dan
menganjurkannya kepada seluruh umat. Dengan demikian, latar belakang syariat Islam
mencerminkan peran dan pengaruhnya dalam mengatur kehidupan masyarakat, baik dari segi
hukum, moral, maupun kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan masalah

1. Ap aitu Syariat Islam


2. Ada apa saja hukum islam
3. Apa saja fungsi syariat islam
4. apa sejarah dari Syariah Islam?
5. apa proses Tasyri’ Syariah Islam?

C. Tujuan

Dengan memahami tujuan syariat Islam, umat Muslim dapat lebih baik memahami prinsip-
prinsip, nilai-nilai, dan sumber-sumber hukum Islam, serta bagaimana syariat Islam
memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi dan sejarah penerapannya di
berbagai wilayah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Syari’at Islam

Kata “syara’a” berarti memakai syari’at. Juga kata “syara’a” atau “istara’a” berarti
membentuk syari’at atau hukum. Dalam hal ini Allah berfirman,

“Untuk setiap umat di antara kamu (umat Nabi Muhammad dan umat-umat sebelumnya)
Kami jadikan peraturan (syari’at) dan jalan yang terang.” [QS. Al-Maidah (5): 48]

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at (peraturan) tentang urusan itu
(agama), maka ikutilah syari’at itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang yang tidak
mengetahui.” [QS. Al-Maidah (5): 18].

“Allah telah mensyari’atkan (mengatur) bagi kamu tentang agama sebagaimana apa yang
telah diwariskan kepada Nuh.” [QS. Asy-Syuuraa (42): 13].
Sedangkan arti syari’at menurut istilah adalah “maa anzalahullahu li ‘ibaadihi minal
ahkaami ‘alaa lisaani rusulihil kiraami liyukhrijan naasa min dayaajiirizh zhalaami ilan nuril bi
idznihi wa yahdiyahum ilash shiraathil mustaqiimi.” Artinya, hukum-hukum (peraturan) yang
diturunkan Allah swt. melalui rasul-rasulNya yang mulia, untuk manusia, agar mereka keluar dari
kegelapan ke dalam terang, dan mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus.
Jika ditambah kata “Islam” di belakangnya, sehingga menjadi frase Syari’at Islam (asy-
syari’atul islaamiyatu), istilah bentukan ini berarti, ” maa anzalahullahu li ‘ibaadihi minal
ahkaami ‘alaa lisaani sayyidinaa muhammadin ‘alaihi afdhalush shalaati was salaami sawaa-un
akaana bil qur-ani am bisunnati rasuulillahi min qaulin au fi’lin au taqriirin.” Maksudnya, syari’at
Islam adalah hukum-hukum peraturan-peraturan) yang diturunkan Allah swt. untuk umat manusia
melalui Nabi Muhammad saw. baik berupa Al-Qur’an maupun Sunnah Nabi yang berwujud
perkataan, perbuatan, dan ketetapan, atau pengesahan.
Syariat Islam merujuk pada aturan dan hukum yang diberlakukan dalam agama Islam.
Prinsip-prinsip dasar syariat Islam meliputi beberapa tujuan utama, antara lain menjaga dan
menarik kemaslahatan serta menegakkan keadilan, rahmat, dan kearifan. Syariat Islam juga
melarang berbuat syirik, kufur, nifaq, keluar dari Islam, kawin dengan non-Muslim, serta
menghina Tuhan dan agama lain. Selain itu, menjaga keturunan menjadi perhatian penting dalam
syariat Islam agar tercipta harmonisasi kehidupan sosial, mulai dari lingkungan rumah tangga

4
hingga tatanan bangsa yang mendukung ketahanan sebuah negara.1

Dengan demikian, syari’ah Islam merupakan ketentuan dan hukum yang ditetapkan oleh
Allah atas hamba-hamba-Nya yang diturunkan melalui Rasul-Nya, Muhammad saw., untuk
mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, dengan dirinya sendiri, dan dengan sesamanya.
Artinya, cakupan syari’ah Islam meliputi akidah dan syari’ah. Dengan kata lain, syari’ah Islam
bukan hanya mengatur seluruh aktivitas fisik manusia (af’âl al -jawârih), tetapi juga mengatur
seluruh aktivitas hati manusia (af’âl al -qalb) yang biasa disebut dengan akidah Islam.
Imam Abu Ishak As-syatibi dalam bukunya Al-Muwafaqat ushulil ahkam
mengatakan:
Artinya “bahwasannya arti syariat itu sesungguhnya menetapkan batas tegas bagi orang-orang
mukallaf dalam segala perbuatan,perkataan dan akidah mereka.

Syikh Muhammad Ali ath-thawi dalam bukunya kassyful istilahil funun


mengatakan:
Artinya "Syariah yang telah diisyaratkan Allah untuk para hambanya, dari hukum-hukum yang
telah dibawa oleh seseorang nabi dan para nabi Allah as. Baik yang berkaitan dengan cara
pelaksanaanya, dan disebut dengan far'iyah amaliyah, lalu dihimpun oleh ilmu kalam dan syari'ah
ini dapat disebut juga pokok akidah dan dapat disebut juga dengan diin(agama) dan millah.
B. Ruang Lingkup Syariat Islam
Jika kita bandingkan hukum Islam bidang muamalah ini dengan hukum barat yang
membedakan antara hukum privat (hukum perdata) dengan hukum public,maka sama halnya
dengan hukum adat di tanah air kita, hukum islam tidak membedakan (dengan tajam) antara
hukum perdata dengan hukum publik disebabkan karena menurut system hukum Islam pada
hukum perdata terdapat segi-segi publik ada segi perdatanya.
Itulah sebabnya maka dalam hukum islam tidak dibedakan kedua bidang hukum ihu. Yang
disebutkan adalah bagian-bagian nya saja seperti misalnya,
 munakahat
 wirasah
 muamalat dalam arti khusus
 Inayat atau ukubat
 al-ahkam as sulthaniyah (khilifah),
 siyar dan
 mukhasamat.
Kalau bagian-bagian hukum islam itu disusun menurut sistematik hukum barat- yang
membedakan antara hukum perdata dengan hukum publik seperti yang di ajarkan dalam
pengantar ilmu hukum di tanah air kita, yang telah pula di singung di muka, susunan hukum
muamalah dalam arti luas itu adalah sebagai berikut:
1
Mengenal Pengertian Syariat Islam - PONPES Al Hasanah Bengkulu

5
Hukum perdata (Islam) adalah
 munakahat mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan, perceraian
serta akibat-akibatnya
 wirasah mengatur segala masalh yang berhubungan dengan pewaris, ahli waris, harta
peninggalan serta pembagian warisan. Hukum kewarisan Islam Ini disebut juga hukum
fara id
 muamalat dalam arti khusus, mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas benda,
tata hubungan manusia dalam soal jual-bell, sewa menyewa, pinjam meminjam,
perserikatan, dan sebagainya.
 Hukum publik(islam) adalah
 jinayat yang memuat aturan-aturan mengenal perbuatan-perbuatan yang diancam
dengan hukuman baik dalam jarinah hudud maupun dalam jarimah ta'zir. Yang
dimaksud dengan jarimah adalah perbuatan pidana yang telah ditentukan bentuk dan
batas hukumanya dalam al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad (hudud jamak dari
hadd = batas). Jarimah ta'zir adalah perbuatan pidana yang bentuk dan ancaman
hukumanya ditentukan oleh penguasa sebagai pelajaran bagi pelakunya (ta'zir ajaran
atau pengajaran):
 al-ahkam as-sulthaniyah membicarakan soal-soal yang berhubungan dengan kepala
Negara, pemerintahan, baik pemerintahan pusat maupun daerah, tentara, pajak dan
sebagainya;
 siyar mengatur segala urusan perang dan damai, tata hubungan dengan pemeluk agama
dan Negara lain
 mukhasamat mengatur soal peradilan, kehakiman, dan hukum acara.
Jika bagian-bagian hukum islam bidang muamalah dalam arti luas tersebut di atas
dibandingkan dengan susunan hukum barat seperti yang telah menjadi tradisi diajarkan dalam
pengantar Ilmu hukum di tanah air kita, maka butir (1) dapat disamakan dengan hukum
perkawinan, butir (2) dengan hukum kewarisan, butir (3) dengan hukum benda dan hukum
perjanjian, perdata khusus, butir (4) dengan hukum pidana, butir (5) dengan hukum
ketatanegaraan yakni tata Negara dan administrasi Negara, butir (6) dengan hukum
internasional, dan butir (7) dengan hukum acara
C. Klasifikasi Hukum Islam
Hukum taklifi meurut Jumhur (kebanyakan ulama) ada lima macam ialah: wajib, mandub,
haram, makruh dan mubah. Sedangkan menurut Hanafiyah ada tujuh macam ialah: fardu,
wajib, mandub, haram, makruh karahah tahrim, makruh, karahah tanzih dan mubah. Jelaslah
ada lima hukum yang disepakati. Kedua hukum yang belum disepakati itu, Pertama ialah
hukum fardu yang dibedakan dengan hukum wajib menurut Hanafiyah, tetapi menurut
Jumhur, hukum wajib dan fardu adalah sama. Kedua, hukum makruh yang menurut Hanafiyah
perlu dibagi makruh tahrim dan makruh tanzih, karena akibat hukumnya berbeda.
Mengerjakan makruh tahrim berdosa, sedangkan mengerjakan makruh tanzih tidaklah
berdosa.

6
Menurut Jumhur, makruh tahrim sama dengan haram. Karena akibat hukumnya sama, maka
tidak perlu melihat pada dasar hukumnya (dalil Qath’i atau dalil Dzanni), sebagaimana yang
diperhatikan oleh Hanafiyah. Untuk lebih jelasnya, perlu diterangkan macam-macam hukum
taklifi tersebut.
1. Wajib (Fardhu)
Wajib adalah suatu perkara yang harus dilakukan oleh seorang muslima yang telah dewasa dan
waras (mukallaf), di mana jika dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan ak mendapat
dosa.
Contoh: solat lima waktu, pergi haji (jika telah mampu), membayar zakat, dan lain-lain.
Wajib terdiri atas dua jenis/macam :
a. Wajib 'ain adalah suatu hal yang harus dilakukan oleh semua orang muslim mukalaf
seperti sholah fardu, puasa ramadan, zakat, haji bila telah mampu dan lain-lain.

b. Wajib Kifayah adalah perkara yang harus dilakukan oleh muslimmukallaff namun jika
sudah ada yang malakukannya maka menjadi tidak wajib lagi bagi yang lain seperti
mengurus jenazah

2. Sunnah/Sunnat
Sunnat adalah suatu perkara yang bila dilakukan umat islam akan mendapat pahala dan jika tidak
dilaksanakan tidak berdosa
Contoh: Contoh: sholat sunnat, puasa senin kamis, solat tahajud, memelihara jenggot, dan lain
sebagainya.
Sunah terbagi atas dua jenis/macam:
a. Sunah Mu'akkad adalah sunnat yang sangat dianjurkan Nabi Muhammad SAW seperti
shalat ied dan shalat tarawih.
b. Sunah Ghairu Mu'akad yaitu adalah sunnah yang jarang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW seperti puasa senin kamis, dan lain-lain.
3. Haram
Haram adalah suatu perkara yang mana tidak boleh sama sekali dilakukan oleh umat muslim di
mana pun mereka berada karena jika dilakukan akan mendapat dosa dan siksa di neraka kelak.
Contohnya: main judi, minum minuman keras, zina, durhaka pada orang tua, riba, membunuh,
fitnah, dan lain-lain.
4. Makruh
Makruh adalah suatu perkara yang dianjurkan untuk tidak dilakukan akan tetapi jika dilakukan
tidak berdosa dan jika ditinggalkan akan mendapat pahala dari Allah SWT.

7
Contoh: posisi makan minum berdiri, merokok (mungkin haram).
5. Mubah
Mubah adalah suatu perkara yang jika dikerjakan seorang muslim mukallaf tidak akan mendapat
dosa dan tidak mendapat pahala
Contoh: makan dan minum, belanja, bercanda, melamun, dan lain sebagainya.
D. Fungsi Syariah Islam
Yaitu dijadikan sebagai dasar/pondasi bagi tahap berikutnya (tarekat , hakikat, dan ma’rifat)
sehingga kedudukannya sangat penting. Sebagian besar sufí memahami syari’at dalam pengertian
yang luas, mencakup ilmu dan seluruh ajaran Islam. Syari’at bukan hanya sekedar kumpulan
kode atau peraturan yang mengatur tindak lahiri tetapi juga menjelaskan tentang keimanan,
tauhid, cinta (mahabah), syukur, sabar, ibadah, ẓikir, jihad, takwa, dan ihsan, serta menunjukkan
bagaimana mewujudkan realitas tersebut. Syaikh Ahmad Sirhindi mengemukakan: “di dalam
syari’at terkandung tiga hal yaitu pengetahuan (ilmu), praktik (amal), dan ikhlas. Artinya
meyakini kebenaran syari’at dan melaksanakan perintah-perintah-Nya dengan tulus dan akhlak
demi mendapatkan keridaan Ilahi”.
Al-Qusyairi, dalam al-Risālah al-Qusyairiyyah menjelaskan: “Syari’at berkaitan dengan
konsistensi seorang hamba, sementara hakikat adalah penyaksian Tuhan. Setiap syari’at yang
tidak ditopang hakikat tidak diterima, sebaliknya setiap hakikat yang tidak dikekang syari’at tidak
tercapai. Syari’at datang menetapkan beban kewajiban terhadap para makhluk, sementara hakikat
adalah kabar tentang gerak-gerik Yang Maha Benar (Allah), syari’at adalah hendaklah engkau
menyembah-Nya, sementara hakikat adalah hendaklah engkau menyaksikan-Nya. Syari’at adalah
pelaksanaan terhadap apa yang diperintahkan, sementara hakikat adalah penyaksian terhadap apa
yang ditetapkan dan ditentukan ataupun yang disembunyikan dan ditampakkan.”
Dalam amalan tasawufnya, para sufí menjauhi apa yang dilarang, melaksanakan apa yang
diwajibkan (amalan farḍu) dan melaksanakan apa yang dianjurkan (amalan sunnah). Mereka
percaya bahwa barangsiapa yang mengabaikan dan menafikan syari’at maka itu adalah
pelanggaran berat. Para tokoh besar sufí mengutuk anggapan yang menyatakan: “syari’at hanya
untuk orang awam yang belum mengetahui kebenaran sejati, dan bagi yang sudah mencapai
tingkatan pemahaman sejati maka tidak perlu menaatinya”. Yang benar adalah mereka yang
sudah lanjut (tinggi tingkat kesufiannya) harus beribadah lebih banyak lagi dibandingkan dengan
orang bisaa, dan keberhasilannya (memahami kebenaran) amat tergantung pada kepasrahannya
dalam melaksanakan syari’at.

E. Sumber Syariat Islam

1. Al-Qur'an, kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan merupakan
Undang-Undang yang sebagian besar berisi hukum-hukum pokok
2. Al-Hadist (As-Sunnah), sumber hukum kedua yang memberikan penjelasan dan rincian
terhadap hukum-hukum Al-Qur'an yang bersifat umum.
3. Ra'yu (Ijtihad), upaya para ahli mengkaji Al-Qur'an dan As-Sunnah untuk menetapkan
hukum yang belum ditetapkan secara pasti dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.

8
Dalil-dalil hukum lainnya yang dipegang oleh ulama Ushul secara singkat teruraikan sebagai
berikut:
1. Ijma' menurut istilah ulama Ushul kesepakatan semua ijtahidin atas sesuatu hukum pada
suatu nama sesudah Rasulullah. Firman Allah swt, yang erat hubungannya "Hai orang-
orang beriman, taatilah Allah dan rasul-Nya, dan Ulil Amri diantara kamu (QS. An-Nisa:
59). Tidaklah mungkin para ulama berkumpul untuk melakukan sesuatu kebohongan
(dusta). Rasul bersabda yang artinya "Tidaklah Allah menghimpun ummatku untuk
melakukan kesesatan. (H.R. Ibnu Majah)"
2. Qiyas menurut ulama ushul menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada nashnya dengan
kejadian lain yang sudah diatur oleh nash, karena adanya persamaan antara keduanya yang
disebut "Illah hukumnya".
3. Istihsan adalah merupakan kebalikan dari Qiyas, karena istihsan memindahkan hukum
suatu peristiwa dengan hukum peristiwa kimya yang sejenis dan memberikan hukum lain
karena ada alasan kuat bagi pengecualian tersebut.
4. Maslahat Mursalah, terdiri dari dua rangkaian kata yaitu: Mashalat (kebaikan,
kepentingan) yang tidak diatur oleh ketentuan syara yang menggunakan pertimbangan
kebaikan akan sesuatu keputusan di ambil dengan melihat kemaslahatan yang akan timbul
dan Mursalah ialah pembinaan (penetapan) hukum berdasarkan.
5. Sadduz zari'ah yaitu menutup segala jalan yang akan menuju pada perbuatan yang
merusak atau mungkar.
6. Istihsan yaitu melanjutkan atau menggunakan sesuatu kaidah hukum yang ada sampai dalil
atau kaidah hukum lain menggantikannya.
7. Al-Urf adalah sesuatu apa yang biasa dijalankan orang merupakan kebiasaan baik dalam
kata-kata maupun perbuatan keseharian. 'Urf ialah suatu yang telah sering dikenal oleh
manusia dan telah menjadi tradisinya. Baik berupa perbuatan maupun adat kebiasaan yang
baik dalam masyarakat.

F. Sejarah Syariat Islam

1. Masa Nabi Muhammad SAW (610-632 M)2


Pada periode Mekah, Nabi Muhammad menerima wahyu Al-Quran yang sebagian besar berisi
ajaran-ajaran dasar Islam seperti tauhid, akhlak, dan kisah-kisah umat terdahulu. Setelah hijrah ke
Madinah, syari'ah Islam mulai diwahyukan secara rinci terkait ibadah, muamalat, maupun hukum
pidana. Nabi Muhammad juga memutuskan sejumlah kasus hukum yang terjadi di masyarakat.
2. Masa Khulafaur Rasyidin (632-661 M)3
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, kodifikasi Al-Quran dimulai. Pada masa Umar bin Khattab,
beberapa lembaga peradilan didirikan. Umar juga memperluas wilayah kekuasaan Islam yang
2
Auda, Jasser. 2008. Maqasid al-Shariah as Philosophy of Islamic Law: A Systems Approach. London:
International Institute of Islamic Thought.
3
Hosen, Nadirsyah. 2004. "Beberapa Catatan tentang Sejarah Hukum Islam". dalam Mimbar Hukum
Aktualisasi Hukum Islam, No. 1 Vol. 16. Jakarta: Al-Hikmah dan Ditbinpera Islam.
9
memerlukan pengaturan hukum yang lebih rinci. Pada masa Utsman, standarisasi mushaf Al-
Quran diselesaikan.
3. Masa Bani Umayyah dan Abbasiyah (661-1258 M)4
Pada masa dinasti Umayyah, ilmu hadis berkembang pesat untuk melengkapi sumber hukum dari
Al-Quran. Kodifikasi hadis dimulai pada abad ke-9 M. Mazhab-mazhab fikih bermunculan
seiring perluasan wilayah kekuasaan Islam ke berbagai kawasan dengan kondisi sosial yang
beragam.
4. Masa Kejatuhan Baghdad (1258 M)5
Setelah runtuhnya Baghdad, timbul banyak kesultanan Islam kecil yang saling berebut pengaruh.
Para ulama fikih masih aktif melakukan ijtihad meskipun gerakan pemikiran hukum Islam
mengalami kemunduran.
5. Masa Kesultanan Utsmani (1299-1922 M)6
Syari'ah dijadikan sumber utama hukum oleh Kesultanan Utsmani yang berkuasa di Timur
Tengah, Afrika Utara dan Eropa Selatan. Ulama memiliki pengaruh besar dalam legislasi dan
peradilan di kesultanan ini.
6. Masa Kontemporer (abad ke-20 hingga kini)7
Sebagian besar negara Muslim sudah memisahkan agama dan negara. Namun, di beberapa negara
syari'ah menjadi sumber utama atau bagian dari hukum nasional. Gagasan memodernisasi
syari'ah terus dikembangkan di tengah tantangan modernitas.

G. Tasryi Syariat islam


Pengertian tasyri’ menurut istilah syara’ dan undang-undang adalah pembuatan/pembentukan
undang-undang untuk mengetahui hukum-hukum bagi perbuatan orang dewasa, dan
ketentuan-ketentuan hukum serta peristiwa yang terjadi dikalangan mereka.

Kalau pembentukan undang-undang ini sumbernya datanmg dari Allah dengan perantara
Rasul serta kitab-Nya, maka hal itu dinamai perundang-undangan Allah (At-Tasri’ul Illahiyu)
Sedangkan kalau sumbernya datang dari manusia baik secara individual maupun kolektif
(berkelompok), maka hal itu dinamai perundang-undangan buatan manusia (At-Tasyri’ul
Wad’iyu).

4
Auda, Jasser. 2008. Maqasid al-Shariah as Philosophy of Islamic Law: A Systems Approach. London:
International Institute of Islamic Thought.
5
Zubaida, Sami. 2005. Law and Power in the Islamic World. London: I.B. Tauris.
6
Ziadeh, Farhat J. 2009. Lawyers, the Rule of Law and Liberalism in Modern Egypt. California: Hoover
Institution Press.
7
Hosen, Nadirsyah. 2004. "Beberapa Catatan tentang Sejarah Hukum Islam". dalam Mimbar Hukum
Aktualisasi Hukum Islam, No. 1 Vol. 16. Jakarta: Al-Hikmah dan Ditbinpera Islam.
10
Jadi perundang-undangan islam terbagi menjadi dua :
1. Perundang-undangan yang langsung dibuat oleh Allah dengan ayat Al-Qur’an, diilhamkan
kepada Rasul-Nya, yang dengan ilham itu ditetapkan hukum-hukumnya oleh Rasulullah.
Perundang-undangan ini dinamai perundang-undangan Tuhan yang murni (Tasyri’ illahi
Mahdi).
2. Perundang-undangan yang dibuat oleh segenap mujtahid muslim baik dari kalanagan
sahabat, tabiin maupun para imam mujtahid dengan cara menggali hukum dan nash/ketetapan
Tasyri’ Illahi, jiwanya, pengertiannya, serta sumber-sumber yang ditujuki olehnya.
Perundang-undangan ini bisa dipandang sebagai tasyri’ illahi kalau ditinjau dari segi tempat
pengambilan/sumber-sumbernya dan juga bisa dipandang sebagai Tasyri’ Wadh’iyu kalau
ditinjau dari segi usaha jerih payah para imam mujtahid di dalam mengambil dan mengolah
perundang-undangan itu. Dan yang kami kehendaki dengan At-Tasri’ul islami disini ialah
pembuatan perundang-undangan yang mencakup dua jenis tersebut.8

BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan informasi yang ditemukan, dapat disimpulkan bahwa syariat Islam memiliki peran
yang sangat luas dan mencakup segala dimensi kehidupan seorang Muslim. Syariat Islam
mengatur tata kehidupan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya dengan tujuan
mewujudkan kemaslahatan hidup, kehidupan, dan penghidupan. Syariat Islam juga mengatur
8
Prof.Ab.Wahhab Khollaf, Khulashoh Tarikh Tasyri’ Islam dan Terjemahannya (solo:Ramdhani, 1993), hal 7.
penerjemah Kh. A. Aziz Masyhuri

11
semua sendi kehidupan umat Islam, termasuk dalam aspek ekonomi, sosial, politik, dan hukum.
Pelaksanaan syariat Islam di berbagai wilayah, seperti di Aceh, merupakan kewenangan khusus
yang diatur dalam undang-undang yang mengatur tentang pemerintahan daerah. Dalam konteks
praktiknya, syariat Islam diimplementasikan melalui berbagai kegiatan, seperti pembentukan
Gampong Percontohan Syariat, yang merupakan upaya pemerintah dalam mengimplementasikan
Qanun tentang penerapan Syariat Islam di Aceh. Dengan demikian, syariat Islam memiliki peran
yang signifikan dalam mengatur kehidupan umat Muslim dan memengaruhi berbagai aspek
kehidupan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Ahmad, Pengantar Sejarah Hukum Islam, Jakarta, Pustaka Panjimas, 1991.
Koesnoe, Moch., Perbandingan Antara Hukum Islam, Hukum Eropa, dan Hukum, Seminar

12
Pembinaan Hukum Islam di Perguruan Tinggi Islam Swasta, Kaliurang, s.n., 1980.
Madkur, Muhammad Sallam, Al-Madkhal lil Fiqh al-Islami, Cairo, Dar al-Nahdhah al-‘Arabiyah,
1960.
Musa, Muhammad Yusuf, Fiqh al-Kitab wa as-Sunnah, Mesir, Dar al-Kitab al-‘Arabi, 1954.

13

Anda mungkin juga menyukai