Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HUKUM BERTANI SECARA ORGANIK DI DALAM ISLAM

Disusun oleh:

ZIKRI AFDILLAH
NIM. 22254223026

Dosen Pembimbing:
Dafri Harweli, S.Pd.I. ,M.Pd.I

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN


PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAM PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH Tahun
2022
ii
KATA PENGATAR

Assalamuailum Warahmatullhai Wabarakatuh

Dengan mengucapkan syukur atas Rahmat alah SWT banyak


nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat.Segala
puji hanya layak untuk Allah atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas hasil laporan Praktikum ini.
Laporan yang berjudul “Hukum bertani organikdalam islam Meskipun
saya berharap isi dari laporan praktikum saya ini bebas dari
kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena
itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas
Laporan praktikum ini dapat lebih baik lagi.
Penulis mengucapkan terimakasi kepada semua pihak yang telah
memberikan dorongan moril dan bimbingan serta informasi , sehinga dapat
menyesaikan laporan ini.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih, semoga hasil
laporan praktikum saya ini bermanfaat..

Payukumbuh, 30 Desember 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN....................................................................................3
2.1 Pengertian Pertanian Organik...................................................................3
2.2 Keutamaan Bertani Dalam Islam..............................................................4
2.3 Hal Yang Diperlukan Dalam Pertanian Organik......................................5
2.4 Hukum Memperjual Belikan Kotoran Ternak..........................................5
BAB III. PENUTUP............................................................................................9
3.1 Kesimpulan...............................................................................................9
3.2 Saran.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................10

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara agraris, produksi pertanian Indonesia
juga tida kalah dari kebanyakan negara pertanian lainnya. Sektor pertanian
merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur
pembangunan perekonomian nasional, serta untuk pemenuhan kebutuhan pangan
penduduk.

Islam merupakan agama yang lengkap, dimana peristiwa di masa lampau,


bahkan sebelum adanya kehidupan, kejadian masa kini, dan kejadian pada masa
yang akan datang, semua tercatat dalam Islam yang terkandung dalam kitab suci
al-Qur’an dan hadis Rasulullah SAW. Oleh karenanya manusia perlu memahami
dan mengamalkan isi al-Qur’an dan hadis, karena semua amalan, kewajiban,
maupun larangan sudah sangat jelas diatur didalamnya.

Dalam agama Islam juga mengatur tentang aspek kehidupan manusia, baik
akidah, akhlak, maupun muamalah. Salah satu ajaran yang sangat penting adalah
bidang muamalah (ekonomi Islam).

Islam memuliakan profesi petani, selain mendapat manfaat ekonomi untuk


memenuhi kebutuhan, bertani juga ibadah. Di dala kitab al-Halal wa al-Haram fi
al-Islam, Syekh Yusuf Qaradhawi menyebutkan bahwa allah telah menyiapkan
bumi untuk tumbuh-tumbuhan dan penghasilan. Oleh karena itu Allah menjadikan
bumi itu dzalul (mudah dijelajahi) dan bisath (hamparan) dimana hal tersebut
merupakan nikmat yang harus diingat dan disyukuri. Allah swt berfirman;

َ ْ‫َوهَّللا ُ َج َع َل لَ ُك ُم اَأْلر‬
‫﴾لِتَ ْسلُ ُكوا^ ِم ْنهَا ُسبُاًل فِ َجاجًا‬ ﴿ً‫ض بِ َساط‬
”Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu

menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu". (QS. Nuh: 19-20)

v
ُّ‫ات ااْل َ ْك َما ۖ ِم َو ْال َحب‬
ُ ‫﴾ فِ ْيهَا فَا ِكهَةٌ َّوالنَّ ْخ ُل َذ‬ ﴿ ‫ض َعهَا لِاْل َنَ ۙ ِام‬ َ ‫ض َو‬َ ْ‫َوااْل َر‬
‫﴾ ۚنُفَبِاَيِّ ٰااَل ۤ ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذ ٰب ِن‬ ﴿ ‫ف َوال َّر ْي َحا‬ِ ْ‫ُذو ْال َعص‬
Dan bumi telah dibentangkan-Nya untuk makhluk(-Nya), di dalamnya ada buah-
buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang, dan biji-bijian yang
berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya. Maka nikmat Tuhanmu yang
manakah yang kamu dustakan? (Q.S. Ar-Rahman [55]: 10-13)

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang pandangan Islam
terhadap pertanian organik. Dalam makalah ini saya akan membahas beberapa
hal, diantaranya apa itu pertanian organik serta hukum memperjual belikan
kotoran hewan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan pertanian organik?
2. Apa saja yang dibutuhkan dalam bertani organik?
3. Bagaimana keutamaan bertani dalam Islam?
4. Apa hukum memperjual belikan kotoran hewan dalam islam?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pertanian organik.
2. Untuk mengetahui hal apa saja yang di butuhkan dalam Bertani organik.
3. Untuk mengetahui keutamaan bertani dalam Islam.
4. Untuk mengetahui hukum memperjual belikan kotoran hewan dalam
islam.

vi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pertanian Organik
Konsep dasar pertanian organik adalah cara produksi tanaman dengan
menghindarkan atau sebesar-besarnya mencegah penggunaan senyawa-senyawa
kimia sintetik (pupuk, pestisida, dan zat pengatur tumbuh). Sistem pertanian
organik semaksimal mungkin dilaksanakan melalui pergiliran tanaman,
penggunaan sisa-sisa tanaman, pupuk kandang (kotoran ternak), kacangan, pupuk
hijau, limbah organik off farm, penggunaan pupuk mineral batuan serta
mempertahankan pengendalian hama penyakit secara hayati, produktivitas tanah,
dan suplai hara tanaman (Alamban 2002). Reghunath (2003) secara singkat
membatasi pertanian organik sebagai pertanian yang tidak menggunakan input
sintetik, tetapi menggunakan bahan organik.
Menurut Greene (2001) sistem pertanian organik merupakan suatu sistem
yang mendasarkan pada ekologi seperti pengendalian jasad pengganggu secara
biologis dan menghindarkan penggunaan bahan kimia sintetik dalam produksi
tanaman. Pada sistem pertanian organik, komponen dasar dan proses alami
ekosistem seperti aktivitas organisme tanah, pertukaran (siklus) hara tanah, serta
distribusi dan kompetisi spesies terlibat secara langsung ataupun tidak langsung
sebagai alat manajemen tanaman.
Tujuan pertanian organik:

 Menghasilkan makanan dengan kualitas yang tinggi dengan jumlah yang


cukup.
 Melaksanakan intearksi yang bersifat sinergi dengan system dan daur alamiah
yang mendukung semua kehidupan yang ada.
 Memelihara kesuburan tanah secara berkelanjutan..
 Menciptakan kondisi yang memungkinkan ternak melakukan aspek-aspek yang
hakiki.
 Membatasi terjadinya bentuk pencemarn yang mungkin dihasilkan oleh system
pertanian.
 Mempertahankan keanekaragaman hayati termasuk melestarikan berbagai
habitat tanaman dan hewan.
 Memberikan jaminan yang semakin baik bagi petani produsen untuk
memenuhi kebutuhan dasar, memperoleh penghasilan dn kepuesan kerja
termasuk lingkungan kerja yang aman dan sehat.
 Mempertimbangkan dampak lebih luas kegiatan usaha tani terhadap kondisi
fisik lingkungan, sosial budaya dan sosial ekonomi masyarakat.

vii
2.2 Keutamaan Bertani Dalam Islam
Agama Islam menghormati orang yang bertani dan berkebun karena hasil
bercocok tanam bermanfaat bagi siapa saja yang memakannya. Dalam sabda Nabi
Muhammad SAW, hasil bercocok tanam yang dimakan manusia ataupun hewan
bernilai sedekah bagi orang yang bercocok tanam itu. 

ُّ‫ار َّي ِة فِي َن ْخ ٍل لَ َها َف َقا َل لَ َها ال َّن ِبي‬


ِ ‫ص‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم دَ َخ َل َعلَى ُأ ِّم ُم َب ِّش ٍر اَأْل ْن‬
َ َّ‫َعنْ َج ِاب ٍر َأنَّ ال َّن ِبي‬
‫ت َب ْل مُسْ لِ ٌم َف َقا َل اَل َي ْغ ِرسُ مُسْ لِ ٌم‬ ْ َ‫س َه َذا ال َّن ْخ َل َأمُسْ لِ ٌم َأ ْم َكافِ ٌر َف َقال‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َمنْ َغ َر‬
َ
‫صدَ َق ٌة‬
َ ‫ت لَ ُه‬ ْ ‫َغرْ سًا َواَل َي ْز َر ُع َزرْ عًا َف َيْأ ُك َل ِم ْن ُه ِإ ْن َسانٌ َواَل دَ اب ٌَّة َواَل َشيْ ٌء ِإاَّل َكا َن‬

Dari Jabir bin Abdullah RA, Nabi Muhammad SAW menemui Ummu Mubasyir
Al Anshariyah di kebun kurma miliknya. Lantas Nabi Muhammad SAW bersabda
kepadanya, "Siapakah yang menanam pohon kurma ini? Apakah ia seorang
Muslim atau kafir? Ummu Mubasyir Al Anshariyah menjawab, "Seorang
Muslim." 

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tidaklah seorang Muslim yang menanam


pohon atau menanam tanaman (bercocok tanam) lalu tanaman tersebut dimakan
oleh manusia, binatang melata atau sesuatu yang lain kecuali hal itu bernilai
sedekah untuknya." (HR Muslim)

‫ان َما ُأ ِك َل ِم ْن ُه‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َما مِنْ مُسْ ل ٍِم َي ْغ ِرسُ َغرْ سًا ِإاَّل َك‬ َ ِ ‫َعنْ َج ِاب ٍر َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا‬
َّ ‫ت‬
‫الط ْي ُر َفه َُو لَ ُه‬ ْ َ‫صدَ َق ٌة َو َما َأ َكل‬
َ ‫صدَ َق ٌة َو َما َأ َك َل ال َّس ُب ُع ِم ْن ُه َفه َُو لَ ُه‬
َ ‫صدَ َق ًة َو َما س ُِر َق ِم ْن ُه لَ ُه‬ َ ‫لَ ُه‬
‫صدَ َق ٌة‬
َ ‫ان لَ ُه‬ َ ‫صدَ َق ٌة َواَل َيرْ َزُؤ هُ َأ َح ٌد ِإاَّل َك‬
َ

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah
seorang Muslim yang bercocok tanam, kecuali setiap tanamannya yang
dimakannya bernilai sedekah baginya, apa yang dicuri orang darinya menjadi
sedekah baginya, apa yang dimakan binatang liar menjadi sedekah baginya, apa
yang dimakan burung menjadi sedekah baginya, dan tidaklah seseorang
mengambil darinya melainkah itu menjadi sedekah baginya." (HR Muslim)

Melalui hadits ini menunjukan bahwa agama Islam sangat menghormati


profesi petani yang bertani atau berkebun. Agama Islam tidak melupakan jasa

viii
mereka yang bercocok tanam sehingga hasil bertaninya atau berkebunnya dapat
bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. 

2.3 Hal Yang Diperlukan Dalam Pertanian Organik


Salah satu hal yang diperlukan dalam hal pertanian organic adalah pupuk.
Dalam hal ini biasanya para petani lebih suka menggunaka pupuk organik dari
kotoran hewan atau yang sering dikenal istilah nya ialah pupuk kandang. Pupuk
kendang adalah bahan organik yang berasal dari kotoran hewan termasuk kencing.
Pupuk kendang biasanya digunakan langsung dari kendang ke tanaman.
Dalam hal ini, cara para petani mendapatkan pupuk kandang ialang dengan
cara membelinya kepada para peternak. Pupuk kandang ayam ini biasanya berasal
dari kotoran hewan berupa ayam, kambing, sapi, kerbau dan lainnya.
2.4 Hukum Memperjual Belikan Kotoran Ternak
Dalam jual beli yang diterangkan dalam terjemahan kitab fathul qorib ada
beberapa syarat dalam jaul beli yaitu salah satunya adalah benda tersebut harus
dalam keadaan suci bisa diambil manfaatnya dan dalam status hak milik.
Hukum jual beli kotoran sapi, dalam pandangan Islam:
A. Akad naqlul yad (Pemindahan kekuasaan)

Dalam jual beli darah itu tidak boleh, karna darah tersebut barang najis,
maka solulisinya dengan cara memakai akad selain akad jual beli, seperti pindah
tanggan atau di hibahkan.15 Dari keterangan di atas telah dijelaskan barang najis
itu bisa menjadi sah dalam jual beli jika akadnya dipindah tanggan, seperti itu
juga yang terjadi dalam akad jual beli kotoran sapi karna kotoran sapi termasuk
dalam barang najis.

B. Dihibahkan atau disedekahkan.

Tidak sah pula jual beli barang yang terkena najis, yang tidak dapat
disucikan, sekalipun berupa minyak yang terkena najis, tetapi dihibahkan
hukumnya sah. Dari kutipan buku di atas menjelaskan bahwa barang najis
diperbolehkan jika dihibahkan atau disedekahkan, dan yang sedang banyak terjadi
di Desa Pandanarum adalah dihibahkan atau kotoran sapi tersebut diberikan
secara cuma-cuma tanpa masyarakat memikirkan banyak manfaatnya dari kotoran

ix
sapi, jika dikekola dengan benar. Karna pengetahuan yang minim, masyarakat
hanya menganggap kotoran sapi tersebut barang yang kotor dan tidak bermanfaat,
walau pun sebagian banyak dari masyarakat ada yang membawa kotoran sapi
tersebut ke sawah, tapi hal tersebut membutukkan waktu yang lama untuk menjadi
pupuk organik yang didiamkan selama kurang lebih tiga tahunan. Dari salah satu
faktor inilah masyarakat memilih diberikan begitu saja kotoran sapi tersebut untuk
dianggut.

C. Bermanfaat

Di luar mazhab as-Syafi‟iyah ada Ulama’ juga yang berpendapat


membolehkan benda najis untuk dijual belikan, namun pendapat mereka pecah,
ada yang membolehkan mutlak ada yang memilahnya. Maksudnya bahwa yang
diharamkan hanya sebagian barang, tetapi bila barang tersebut memang
bermanfaat dan dibutuhkan hukumnya dibolehkan. Barang najis tersebut bisa
menjadi boleh jika bermanfaat dan dibutuhkan, untuk kotoran sapi yang termasuk
dalam barang najis yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Di Desa Pandaarum
untuk kotoran sapi tersebut dijadikan pupuk organik, mengurangi biaya
pengeluaran karna harga pupuk yang semakin mahal, dan sisi lain untuk tidak
mencemari tanah dengan banyaknya pupuk kimia. Sebagaimana yang dijelaskan
salah satu peternak sapi bernama bapak Jumali yang menanfaatkan kotoran sapi
untuk pupuk organik, “Untuk pupuk kandang di bawah ke sawah, untuk yang
tidak punya sawah, kalau ada yang membutuhkan di jual, di angkut orang ke
sawahnya sendiri“.

Beberapa dalil tentang jual beli kotoran hewan.

‫ فََأ َم َرنِى َأ ْن آتِيَهُ بِثَال ِة‬، َ‫ال َأتَى النَّبِ ُّى صلى هللا عليه و سلم ْالغَاِئط‬ َ َ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ بن مسعود رضي هللا عنه ق‬
‫ فََأ َخ َذ ْال َح َج َري ِْن َوَأ ْلقَى‬، ‫ فََأتَ ْيتُهُ بِهَا‬، ً‫ت َروْ ثَة‬
ُ ‫ فََأخ َْذ‬، ُ‫ث فَلَ ْم َأ ِج ْده‬ ُ ‫ َو ْالتَ َمس‬، ‫ت َح َج َر ْي ِن‬
َ ِ‫ْت الثَّال‬ ٍ ‫َأحْ َج‬
ُ ‫ فَ َو َج ْد‬، ‫ار‬
‫ رواه البخاري وأحمد والترمذي‬. ٌ‫ هَ َذا ِر ْكس‬: ‫الرَّوْ ثَةَ َوقَا َل‬

Dari sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, ia mengisahkan: Pada


suatu waktu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar untuk buang hajat, dan

x
beliau memerintahku untuk mengambilkan tiga bebatuan. Selanjutnya aku hanya
mendapatkan dua batu, dan ketika aku mencari batu ketiga, aku tidak
mendapatkannya, sehingga akupun mengambil sepotong kotoran hewan yang
telah kering. Tanpa menunggu lebih lama, aku segera membawanya kepada
beliau. Dan ternyata beliau hanya mengambil kedua batu dan mencampakkan
kotoran hewan itu, dan beliau bersabda: “Sesungguhnya kotoran itu adalah
najis.” (Riwayat Bukhari, Ahmad, & At Tirmizy)

Adalah haram memperjual belikan barang najis, seperti hadist nabi berikut:

‫ أرأيت شحوم‬،‫ يا رسول هللا‬:‫ فقيل‬.‫ حرما بيع الخمر والميتة والخنزير واألصنام‬،‫إن هللا عز وجل ورسوله‬
‫ ثم قال رسول هللا‬.‫ هو حرام‬،‫ ال‬:‫ ويستصبح بها الناس؟ قال‬،‫ ويدهن بها الجلود‬،‫ فإنه يطلى بها السفن‬،‫الميتة‬
.‫ فأكلوا ثمنه‬،‫ ثم باعوه‬،‫ فأجملوه‬،‫ إن هللا حرم عليهم الشحوم‬،‫ قاتل هللا اليهود‬:‫صلى هللا عليه و سلم عند ذلك‬
‫خرجه البخاري ومسلم‬

“Sesungguhnya Allah azza wa jalla dan Rasul-Nya, telah mengharamkan jual-


beli khamer, bangkai, khinzir (babi) dan berhala (patung)” Lalu dikatakan
kepada beliau: “Ya, Rasulullah, bagaimanakan halnya dengan lemak bangkai,
karena ia digunakan untuk melumasi perahu, dan meminyaki (melumuri) kulit,
juga digunakan untuk bahan bakar lentera?” Beliaupun menjawab: “Tidak, itu
(menjual lemak bangkai) adalah haram.” Kemudian Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Semoga Allah membinasakan orang-orang Yahudi,
sesungguhnya tatkala Allah mengharamkan atas mereka untuk memakan lemak
binatang, merekapun mencairkannya, kemudian menjualnya, dan akhirnya
mereka memakan hasil penjualan itu.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

Dan pada hadist lain beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫إن هللا إذا حرم شيئا حرم ثمنه‬

“Sesungguhnya Allah bila telah mengharamkan sesuatu, pasti Ia mengharamkan


pula hasil penjualannya.” (Riwayat Imam Ahmad, Al Bukhary dalam kitab At

xi
Tarikh Al Kabir, Abu Dawud, Ibnu Hibban, At Thabrany, dan Al Baihaqy dari
sahabat Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu. Dan hadits ini dishahihkan oleh Ibnu
Hibban dan Ibnul Qayyim dalam kitabnya Zadul Ma’ad 5/746)

xii
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pertanian organic merupakan salah satu cara untuk mempertahankan
kelangsungan hidup yaitu dengan cara menghasilkan bahan pangan yang
mencukupi tanpa merusak ekosistem. Agama Islam menghormati orang yang
bertani dan berkebun karena hasil bercocok tanam bermanfaat bagi siapa saja
yang memakannya. Dalam sabda Nabi Muhammad SAW, hasil bercocok tanam
yang dimakan manusia ataupun hewan bernilai sedekah bagi orang yang bercocok
tanam itu. 
Salah satu bahan organik yang dibutuhkan dari pertanian organik ini adalah
kotoran ternak, yang mana penjualannya sendiri dinilai haram karena merupakan
najis. Lalu di berilah solusi oleh para ulama, bahwa dalam kegiatan jual beli
kotoran ini yang di beli bukan kotorannya melainkan jasa orang yang
mengumpulkan kotoran tersebut. Dalam hal lain jual beli kotoran ini juga dapat
dilakukan akad pemindahan kekuasaan agar akadnya ini bisa sah.

3.2 Saran
Apapun yang kita lakukan hendaklah sesuai dengan ketentuan islam, yang
berdasarkan pada Al-qur’an dan Hadist. Dimana hal ini adalah hal paling benar
untuk dilakukan.

xiii
DAFTAR PUSTAKA

https://www.republika.co.id/berita/qq5uc2320/pahala-besar-untuk-para-petani-
menurut-rasulullah-saw

Kartini, N, L. dan I. K. Budaraga. 2020. Pertanian organik penyelamat kehidupan.


Budi Utama, Yogyakarta. 46 hal.

Risnaeni, U, S. dan Maisyarofah. 2017. Etika jual beli kotoran sapi dalam
pandangan Islam. Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang, Indonesia.

Djuwaini, Dimyaudin. Pengantar Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

2010

Muslich, Ahmad Wardi. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah. 2010

xiv

Anda mungkin juga menyukai