Anda di halaman 1dari 21

MAQASHID SYARIAH TENTANG LINGKUNGAN HIDUP

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah FIQIH EKOLOGI

Dosen Pengampu: DESTIANINGSIH S.H, M.H

Disusun Oleh:

Ferdian Winanda 2221020260

Ghefira Irzani 2221020264

Mariza 2221020150

M Fathurahman Al Hafidz 2221020290

Shafa Deswita 2221020171

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH

2023 M/1445 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Maqashid Syariah Tentang Lingkungan
Hidup”. Sholawat serta salam semoga selalu terlimpah kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW.

Kami juga ingin berterima kasih kepada Ibu Destianingsih S.H, M.H.
selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat
menambah wawasan ilmu pengetahuan baru, serta teman-teman sesama
mahasiswa yang telah terlibat dalam pengerjaan makalah ini sampai dengan
selesai tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan. Kekurangan dari segi kualitas/kuantitas maupun dari
Ilmu Pengetahuan yang kami kuasai. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan pembuatan makalah ini, di masa mendatang
sangat kami harapkan. Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat pengetahuan dan wawasan khususnya bagi penulis dan bagi
pembaca pada umumnya, amin.

Bandar Lampung, 9 Novermber 2023

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................6
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................7

A. Pengertian Maqashid Syariah.......................................................................7


B. Unsur-unsur Maqashid Al-Syariah...............................................................9
C. Tujuan Pelestarian Lingkungan Hidup Dalam Pandangan Maqashid
Syariah dan Fiqih Lingkungan...................................................................12

BAB III PENUTUP..............................................................................................16

A. Kesimpulan.................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang
Permasalah lingkungan dari zaman ke zaman menjadi permasalahan yang
tidak ada habis-habisnya. Dampak perubahan lingkungan akibat aktivitas
manusia seperti aktivitas industri yang menghasilkan gas emisi ataupun
aktivitas manusia lainnya yang selalu berbanding terbalik dengan pelestarian
lingkungan. Akibatnya terjadi kerusakan lingkungan dimana-mana, kerusakan
lingkungan tersebut berdampak pada perubahan ekstrim lingkungan manusia
seperti terjadinya pemanasan global, sehingga perubahan cuaca yang ekstrim
dan pada akhirnya memberikan kerugian pada kehidupan manusia itu sendiri.
Berdsarkan hal tersebut upaya yang dilakukan adalah dengan menerapkan
green economy. Green economy atau ekonomi hijau merupakan sistem yang
berupaya menerapkan keselarasan antara kegiatan ekonomi dengan pelestarian
lingkungan untuk generasi selanjutnya. Berdasarkan pengertian dari United
Nations Environment Programme atau UNEP mendefinisikan green economy
atau ekonomi hijau merupakan konsep ekonomi yang berupaya meningkatkan
kesejahteraan dan keadilan sosial maupun resource efficient. Yang pada
dasarnya ekonomi hijau berupaya meminimalkan atau bahkan menghilangkan
dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, sebab sejauh ini pertumbuhan
ekonomi selalu berbanding terbalik dengan pelestarian lingkungan dan
kelangkaan sumber daya alam. Artinya ekonomi hijau berharap pertumbuhan
ekonomi memiliki konsep yang rendah karbon atau tidak menghasilkan gas
emisi maupun polusi lingkungan, menghemat sumber daya alam dan keadilan
sosial.1

1
Azwar Iskandar dan Khairul Aqbar, Green Economy Indonesia dalam Perspektif
Maqashid Syarianh, al-Mashrafiya, jurnal ekonomi, Keuangan dan Perbandakn Syariah, Vol. 3,
No.2, Tahun 2019, 83

4
Berkaitan alam dan lingkungan hidup ini, Tuhan telah menciptakan alam
semesta dengan segala isinya dalam susunan yang seimbang dan teratur. Allah
telah berfirman dalam QS.Al-Hijr /15:19 :

‫ن َا ِفي ِ ُ َ ش أي ٍء‬.‫ت أ‬.َ ‫ب‬.‫ن َا ِفي َ رَ وا َ وأَنأ‬.‫َ واأ َْل أر َ د أد َ وأَلأ َقي أ‬
‫ها م ك‬ ‫َها ِس َي‬ ‫ََن َها َم‬
َ ‫َض َ م‬
‫ل‬¹ ‫ن‬
‫أ‬
‫أُوزو‬

‫ٍن‬
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung
dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran”.
Alam semesta yang luas ini mempunyai artistik yang sangat tinggi yang
secara garis besar dikelompokkan kedalam alam macrocosmos dan
microcosmos. Macrocosmos termasuk segala makhluk dalam skala besar,
seperti matahari dan segenap tata suryanya. Microcosmos termasuk mencakup
benda – benda baik yang mati maupun yang hidup dalam skala kecil. yang
termasuk di dalam alam microcosmos antara lain jasad repik dan juga struktur
yang tak bisa di amati dengan mata kepala.2
Prinsip maqashid syariah pada dasarnya suatu hukum yang dibuat oleh
Allah untuk memberikan kemanfaatan atau maslahat bagi manusia, dalam
artian maqashid syariah dapat memenuhi kebutuhan dharuriyah (primer),
hajihiyah (sekunder), dan tahsiniyah (tersier) hal ini dilakukan supaya
kehidupan manusia selalu berpegang pada kebaikan.3 Prinsip maslahah ini
yang mengantar kehidupan manusia yang lebih baik di dunia dan di akhirat
memberikan pemahaman bahwa gagasan green economy atau ekonomi
berkelanjutan dan atau dalam konsep POJK Nomor 51 keuangan berkelanjutan
merupakan suatu konsep yang selaras dalam prinsip maqashid syariah yang
menitikberatkan pada penjagaan agama, jiwa, akal, keturunan, harta benda,
dan lingkungan hidup.

5
2
Sahrul Amin, Sains Tekhnologi Dan Islam (Jakarta: Dinamika; 1996), h. 134.
3
Azwar Iskandar dan Khairul Aqbar, Green Economy Indonesia dalam Perspektif
Maqashid Syarianh, al-Mashrafiya,: jurnal... 84

6
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Maqashid Syariah?
2. Apa Saja Unsur-unsur Maqashid Al-Syariah?
3. Apa Tujuan Pelestarian Lingkungan Hidup Dalam Pandangan
Maqashid Syariah dan Fiqih Lingkungan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Maqashid Syariah
2. Untuk Mengetahui Unsur-unsur Maqashid Al-Syariah
3. Untuk Menegetahui Tujuan Pelestarian Lingkungan Hidup Dalam
Pandangan Maqashid Syariah dan Fiqih Lingkungan

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Maqashid Syariah


Islam merupakan suatu agama yang memperhatikan setiap individu umat
dalam menjalankan ibadah kepada Allah S.W.T, dalam ajaran agama Islam,
umat muslim mempunyai perlindungan yang harus di jaga dalam beragama.
Kehidupan manusia tidak pernah luput dari harta atau benda, nasab, tempat
tumbuh, serta silsilah keturunan. Inilah yang sebagian besar atau secara umum
yang kita lihat dalam kehidupan kita di dunia ini. Beberapa sub-sub tersebut
merupakan hal yang harus di lindungi dan semuanya tercantum dalam ajaran
agama Islam. Perlindungan yang diberikan oleh Allah kepada kita melaluio
agama Islam adalah perlindungan untuk sesuatu orang lain yang haram untuk
dipermainkan atau dianiaya.4
Maka dari itu Islam mengajarkan perlindungan terhadap lima inti yang
harus di jaga sesuai dengan syariat Islam dan dikenal sebagai Maqashid Al-
Syariah, seperti diketahui bahwa syariat Islam merupakan peraturan hidup
yang bersumber dari sang pencipta yakni Allah S.W.T. dan syariat ini lah yang
menjadikan pedoman kita selama agar sesuai dengan perintah Allah S.W.T,
dan tujuan di turunkannya Syariat Islam ini merupakan untuk kebaikan seluruh
umat manusia. Secara bahasa Maqashid Syari’ah terdiri dari dua kata yaitu
Maqashid dan Syariah. Maqashid yang berarti kesengajaan atau tujuan,
Maqashid merupakan bentuk jama’ dari Maqsud yang berasal dari suku kata
Qashada yang berarti menghendaki atau memaksudkan. Dalam hal ini yang
dimaksud dengan Maqashid adalah hal hal yang di kehendaki dan
dimaksudkan. Sedangkan Syariah secara bahasa berarti artinya jalan menuju
sumber air, jalan menuju air juga diartikan berjalan menuju kehidupan.5 Di
dalam al-Qur’an allah S.W. T
telah berfirman dalam (QS. Al-Jatsiyah / 45:18)

8
‫ أع َل‬.َ ‫ي‬
َ ‫واء َّال ِذ ي‬
َ َ ‫أه‬
‫َأ‬ ‫ َِّتب‬.‫َفا ت َّب ِ أع َه َ َت‬ ‫ُ ُث َ ج َع َ ع ل َ شر ِي ِ ا ْأَل أم‬
‫ُمو َن‬ ‫ا و أع‬ ‫ِر‬ ‫أ ل ن ا َ ك ٰى ع ٍ ة م‬
‫ن‬ َ َ
‫َ ل‬ ‫ل‬ ‫َن‬

4
Ahmad Al-Mursi H.J, Maqashid Syariah (Cet. III; Jakarta; AMZAH: 2013), h. 11
5
Ahmad Munawwir, al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Cet. XIV; Surabaya: Penerbit
Pustaka Progresif; 1997), h. 712.

7
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat
(peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan
janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak
mengetahui.”
Maqashid Al-Syariah adalah maksud dan tujuan yang yang di
syariatkannya hukum Islam. Atau secara umum bisa juga dikatakan
bahwa Maqashid Al-Syariah adalah konsep untuk mengetahui nilai-
nilai dan sasaran yang mengandung syara’ yang tersurat dan tersirat
dalam al-Qur’an dan hadist. Yang ditetapkan oleh Allah S.W.T
terhadap manusia dan tujuan akhir hukum tersebut adalah satu, yaitu
mashlahah atau kebaikan dan kesejahteraan umat manusia baik di
dunia maupun di akhirat. Untuk mencapai kemaslahatan tersebut manusia
harus memenuhi kebutuhan Dahrurriat (Primer), dan Menyempurnakan
kebutuhan Hajiyat (sekunder) dan tahsiniat atau kamaliat (tersier).6 Dalam
kemaslahatan tersebut dengan sinkronisasi dalam Maqashid Al-Syariah bisa di
kategorikan juga menjadi dua pokok baik yang pencapaiannya dengan cara
menarik kemanfaatan atau dengan cara menolak kemudharatan.7
Ar-Raisuni membagi Maqashid Syariah menjadi dua, maqashid al-khimab
dan Maqashid al-ahkam Maqashid al-khimab ialah aturan-aturan hukum yang
dipahami dari nas-nas Alquran dan Hadis, yang diinginkan syariat untuk
dilaksanakan oleh mukalaf; SedangkanMaqashid al-ahkam, yaitu tujuan, hasil,
hikmah yang hendak diwujudkan dari pelaksanaan aturan-aturan hukum
dimaksud oleh mukalaf. Sedangkan syari’ah adalah aturan aturan dan
kewajiban kewajiban yang telah ditetapkan didalam agama Islam.Maka yang
dimaksud dengan maqashid syari’ah adalah tujuan syariat yang berhubungan
dengan khitob syar’i yang menuntut orang mukallaf untuk berjalan dan sampai
pada tujuan tersebut. dalam kitabnya. Sedangkan menurut As-Syatibi maqosid
syari’ah adalah kemaslahatan uammat manusia baik di dunia maupun di
akhirat.

6
Abdurrahman Misno B.P, Maqashid Al-Syariah, artikel diakses pada kamis 9 november
2023 dari http://majelispenulis.blogspot.in/2013/09/Maqashid-al-syariah-tujuan-hukum-Islam
7
Ahmad Al-Mursi H.J, Maqashid Syariah (Cet. III; Jakarta: AMZAH; 2013), h. 25
8
B. Unsur-unsur Maqashid Al-Syariah
Dalam upaya pengembangan pemikiran hukum Islam terutama dalam
memberikan pemahaman dan kejelasan terhadap berbagai persoalan hukum
kontemporer, para mujtahid perlu mengetahui tujuan pensyar’iatan hukum
dalam Islam. Diskursus Maqashid Syariah merupakan eksplanasi lanjutan dari
pembahasan mengenai teori ta’lili. Apabila konsep mengenai illat’ al hukm
bisa diterima maka upaya penulususran illat’ dapat lebih dilakukan secara
akurat.8 Menurut As-Syatibi maqosid syari’ah adalah kemaslahatan uammat
manusia baik di dunia maupun di akhirat. Berpijak pada definisi diatas
maqosid syari’ah terbagi menjadi tiga:
1. Maqosid al-Ammah
Yaitu tujuan yang telah sempurna penjagaannya dalam syari’at dan
mencakup semua hukumhukum syari’at seperti menjaga dloruriatil
khoms(lima hal yang sudah pasti) yaitu :
1) Hifdzu din (menjaga agama)
Agama Islam merupakan agama yang menjaga hak dan
kebebasan serta bertoleransi dengan agama lain, dan kebebasan
dalam Islam yang pertama adalah kebebasan berkeyakinan dan
beribadah. Setiap pemeluk agama berhak atas agamanya dan
alirannya. Islam mengajarkan untuk tidak memaksa seseorang
untuk masuk dalam ajaran Islam, karena setiap manusia
mempunyai hak dalam menentukan keyakinannya. Dasar hak
ini sesuai dengan firman Allah SWT (QS. Al-Baqarah/ 256)
yang artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya
ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang
tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui”. Dari

8
H.M. Hasbi Umar,Nalar Fiqh Kontemporer (Jakarta: Penerbit Persada Press; 2007), h.
121
9
penafsiran ayat tersebut bisa kita lihat makna dari kandungan
ayat tersebut bahwa Islam sudah jelas untuk tidak memaksa
orang yang berkeyakinan lain untuk masuk dalam agama Islam
dengan unsur paksaan. Maka kita bisa mengambil kesimpulan
bahwa jelaslah toleransi Islam dalam interaksinya yang baik,
perhatian sesama manusia walaupun berbeda keyakinan dan
selalu memberikan kemurahan hati. Ini adalah merupakan hal
yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari hari. Di dalam
agama Islam juga tidak menutup interaksi dengan agama yang
lain dan saling bertoleransi antar sesama non-muslim.
2) Hifdzu nafs (menjaga jiwa)
Dalam ajaran Islam hak yang paling pertama dan begitu
penting ialah hak hidup dan hak ini adalah hak yang paling
disucikan dan tidak boleh dihancurkan kemuliaannya, karena
kita semua adalah ciptaan Allah SWT. Menjaga hak hidup
merupkan suatu tindakan yang terhormat dalam ajaran Islam,
tetapi dalam konteks abad sekarang ini, nyawa hanya
merupakan sesuatu yang tidak penting bagi umat manusia di
muka bumi ini, banyak terjadi kelakuan-kelakuan yang dibuat
oleh manusia yang mengorbankan nyawanya namun tidak
sesuai dengan syariat Islam, seperti membunuh diri atau
melakukan kesengajaan untuk menghilangkan nyawa
seseorang. Hal ini merupakan hal yang dikecam oleh Allah
SWT. konteks antara kematian dan pembunuhan mempunyai
perbedaan yang mendasari kalimat keduanya. Pembunuhan
tidaklah sama dengan kematian, karena pembunuhan adalah
meruysak struktur tubuh yang menyebabkan keluarnya ruh
yang berada pada manusia itu dalam kondisi sehat dengan
spesifikasi-spesifikasi khusus dengan adanya unsur
kesengajaan didalamnya yang dilakukan oleh sesama manusia.
Sedangkan kematian adalah keluarnya ruh

10
dari tubuh dengan keadaan sehat dan hanya Allah SWT lah
yang mematikannya.9
3) Hifdzu nasl (menjaga keturunan)
Islam memberikan perhatian lebih terhadap aturan dan
membersihkan keturunan dari cacat dan mengayominya dengan
kebaikan atau perbaikan serta ketenangan hidup kepada
keturunan tersebut. Ketika sebuah nasab merupakan pendirian
yang teguh dalam kekerabatan keluarga dan penghubung antara
anggita keluarga, maka Islam memberikan perhatian yang
sangat besar untuk melindungi nasab dari segala sesuatu yang
menyebabkan kehancuran sebuah nasab tersebut.10
4) Hifdzu aql (menjaga akal)
Akal merupakan sumber hikmah yang diberikan oleh Allah
SWT kepada umat manusia untuk dipergunakan sesuai dengan
hakekatnya, akal ini merupakan sinar hidayah, dan pengetahuan
yang diberikan kepada manusia untuk dunia dan akhirat.
Dengan akal surat dari perintah dari Allah disampaikan, dengan
akal pula manusia bisa menjadi pemimpin di muka bumi ini
dan membedakan manusia dengan makhluk lainnya di muka
bumi ini.
5) Hifdzul mal (menjaga harta)
Harta merupkan sesuatu kebutuhan inti dalam kehidupan di
dunia ini, dimana manusia tidak akan pernah terlepas dari harta
tersebut. Dalam kehidupan ini manusia termotivasi untuk
mencari harta demi menjaga eksistensi kehidupan dan demi
menambah kenikmatan materi dan religi. Namun, dalam
motivasi pencarian harta ini dibatasi menjadi tiga syarat yaitu,
harta dikumpulkannya dengan cara, harta dikumpulkan dengan
cara yang halal, dipergunakan untuk hal-hal yang halal dan dari

9
Ahmad Al-Mursi H.J, Maqashid Syariah (Cet. III; Jakarta: AMZAH; 2013), h. 27
10
Ahmad Al-Mursi H.J, Maqashid Syariah, (Cet. III; Jakarta: AMZAH; 2013), h. 143.

11
harta ini harus dikeluarkan hak Allah dan masyarakat ditempat
dimana dia hidup.
2. Maqosid al-Khosoh
Yaitu maqosid syari’ah yang berhubungan dengan komponen khusus
dari beberapa komponen syariat, sepertu maqosid syari’ah di dalam
hukum warisan.
3. Maqosid al-Juz’iyyah
Yaitu tujuan-tujuan setiap hukum syariat sesuai dengan batasannya
masing-masing, seperti hukum wajib, sunnah, mubah, makruh,dan
haram.11 Sedangkan maksud syara’ menetapkan hukum-hukum syari’at
adalah menjaga kemaslahatan manusia agar terpenuhi kebutuhannya
baik yang bersifat dloruri (primer), haji (skunder) dan tahsini (tersier).
Sebenarnya konsep maqosid syariah sudah ada sejak masa iama Al-
Juwaini dan Al-Ghozali yang namun baru kemudian disusun dengan sistematis
oleh As- Syatibi dalam kitabnya Al-Muwafaqot fi Ushulil Ahkam dalam bab
maqosid, beliau berpendapat bahwa maqosid syariah ditetapkan untuk memenuhi
kemaslahatan seorang hamba baik didunia maupun diakhirat, hal ini yang menjadi
landasan bahwa definisi maqosid syariah adalah kemaslahatan itu sendiri baik
yang bersifat universal (menyeluruh) atau parsial (individu).

C. Tujuan Pelestarian Lingkungan Hidup Dalam Pandangan Maqashid Syariah


dan Fiqih Lingkungan
Allah S.W.T menciptakan alam ini pada dasarnya melewati pertimbangan
yang begitu besar dan tidak ada yang begitu muspra ataupun tidak berguna
dalam pembuatan ini. Sehingga apayang di ciptakan oleh Allah S.W.T ini
sebagai hasil kreasinya dan manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini wajib
untuk mempertahankan serta memelihara alam ini. Dengan demikian
pemeliharaan dalam sikap dan perilaku yang negatif, mempunyai implikasi

11
Ramadhan, M. (2019). MAQASID SYARI’AH DAN LINGKUNGAN HIDUP (Bahtsul
Masa’il Sebagai Perlawanan Kaum Santri Terhadap Eksploitasi Pertambangan Emas di Silo
Jember). Journal Analytica Islamica, 8(2), 126-137.

12
bahwa pemeliharaan lingkungan dari kerusakan pencemaran dan sesuatu yang
dapat membahayakannya.12
Lingkungan hidup merupakan hal pokok yang perlu dilestarikan oleh
manusia, permasalahanpermasalahan yang kerap terjadi di Negara ini tidak
luput dari permasalahan lingkungan hidup. Sehingga permasalahan ini tidak
hanya tanggung jawab individu suatu Negara melainkan tanggung jawab
selurut ummat manusia di dunia. Terlebih rakyat Indonesia yang negaranya
merupakan paruparu dunia sehingga setiap orang harus memiliki kesadaran
dalam melestarikan lingkungan hidup dan menjaganya dari orang-orang yang
tidak bertanggung jawab.
Oleh karena itu demi meningkatkan dan menjaga kelestarian lingkungan
hidup, perlu adanya kesadaran pribadi bagi semua masyarakat, pejabat,
terlebih kepada para pemerintah untuk ikut berperan dalam pelestarian ini
karena peran pemerintah sangatlah penting di dalam menjaga lingkungan
hidup. Terbukti ketika terjadi pro dan kontra terkait pertambangan emas di
Silo Jember yang banyak meresahkan masyarakat dan telah lama
diperbincangkan, akhirnya pada awal tahun 2019 perjuangan masyarakat
menolak pertambangan bisa terealisasikan setelah bupati Jember, Faida,
mengajukan siding untuk mencabut keputusan Mentri Energi dan Sumber
Daya Mineral terkait Wilayah Izin Usaha Pertambangan di daerah Silo Jember
terhadap kementrian Hukum dan HAM.13Sebenarnya masyarakat sudah mulai
diresahkan semenjak terbitnya SK mentri ESDM, namun usaha masyrakat
baru membuahkan hasil setelah mendesak pemerintah kabupaten untuk
mengjukan siding ke kemntrian hukum, ditambah antusias tokok masyrakat,
kiai, dan para santri yang juga ikut serta dalam menolak adanya pertambangan
ini dengan mengangkat permasalahan ini ke forum bahtsul masa’il.
Sebenarnya terkait dengan pertambangan sendiri ada manfaatnya tetapi
masyarakat Silo sadar bahwa dibalik itu semua ada madlorot

12
Lihat, Yusuf Al-Qardhawi, Agama Ramah Lingkungan (Jakarta: Pustaka Kautsar; 2002),
h. 3.
13
Ramadhan, M. (2019). MAQASID SYARI’AH DAN LINGKUNGAN HIDUP (Bahtsul
Masa’il Sebagai Perlawanan Kaum Santri Terhadap Eksploitasi Pertambangan Emas di Silo
Jember). Journal Analytica Islamica, 8(2), 126-137.
13
yang akan kembali kepada mereka, seperti kerusakan ekosistem, bencana
alam, kerusakan lingkungan dan lain sebagainya sehingga dari sini mereka
menolak adanya pertambangan tersebut. Maka dari itu mari kita jaga bersama-
sama lingkungan hidup dan sumber daya alam disekitar kita dari orang-orang
yang ingin merusaknya karena selain aka nada banyak madlorot yang kembali
kepada manusia jika lingkungan rusak juga karena alam dan lingkungan
merupakan karunia Allah yang perlu untuk kita jaga. Berkaitan denga
lingkungan hidup Allah telah menciptakan bumi ini dan segala sesuatu
yang ada didalamnya
sesuai dengan ukurannya, sebagaimana Firman Allah:

‫ن َا ِفي ِ ُ َ ش أي ٍء‬.‫ت أ‬.َ ‫ب‬.‫ن َا ِفي َ رَ وا َ وأَنأ‬.‫َ واأ َْل أر َ د أد َ وأَلأ َقي أ‬
‫ها م ك‬ ‫َها ِس َي‬ ‫ََن َها َم‬
َ ‫َض َ م‬
‫ل‬¹ ‫ن‬
‫أ‬
‫أُوزو‬

‫ٍن‬
“ Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya
gunung- gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut
ukuran.”
Karena lingkungan hidup merupakan karunia dari Allah, prilaku
manusia terhadap lingkungan hidup adalah menjaganya, di dalam
Islam sendiri seseorang telah diajarkan bagaimana tanggung jawab
manusia terhadap lingkungan hidup sebagai mana firman Allah:

‫َر‬ ‫أص ََل ِح َ وا َ خ َ وط َ َم ًعا‬ ِ


َ .‫أف س ِ أر ِ ض ب‬ ‫َ وََل‬
‫أَْح‬ ‫إِ َّن‬ ‫وه أوف ًا‬ ِ‫ ف اأَْل أع َد إ‬.‫ُدوا ُت‬
ُ ‫َها أ‬
ُ ‫دع‬
‫َت‬

‫ُم ال أحِ سن ِ َ ي‬
‫أ‬ ‫ٌ ب ِ مَ ن‬
14
‫ا ل َّ ِل َقرِي‬
“ Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)

memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan


diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Dalam konsep fiqih lingkungan hidup ini sangat berkaitan dengan
maqasid syari’ah karena dalam merawat lingkungan ada unsur
maslahat yang hal itu merupakan inti dari maqasid s yari’ah yang ada
lima (ushulul khomsah) (1).Menjaga agama (hifdzu din) (2). Menjaga

15
jiwa (hifdzu nafs) (3).Menjaga akal (hifdzul aql) (4). Menjaga
keturunan (hifdzu nasl) (5). Menjaga harta (hifdzul mal). Dari sini
bisa kita ketahui bahwasanya lingkungan hidup merupakansalah satu
tujuan syari’at sehingga perlu adanya penjagaan kelestarian hidup
demi kelangsungan mahluk hidup lainnya. Sebagimana inti dari
maqasid syari’ah ialah menjaga kemaslahatan manusia, dengan
adanya pelestarian lingkungan jelas akan banyak kemaslahatan yang
diperoleh oleh ummat manusia, karena jika kita berbicara soal
lingkungan pasti dikaitkan dengan manusia karena baiknya
lingkungan akan berdampak pada manusia begitu pula sebaliknya,
rusaknya lingkungan akan berdampak buruk bagi manusia.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Maqashid Al-Syariah adalah maksud dan tujuan yang yang di


syariatkannya hukum Islam. Atau secara umum bisa juga dikatakan
bahwa Maqashid Al-Syariah adalah konsep untuk mengetahui nilai-
nilai dan sasaran yang mengandung syara’ yang tersurat dan tersirat
dalam al-Qur’an dan hadist. Yang ditetapkan oleh Allah S.W.T
terhadap manusia dan tujuan akhir hukum tersebut adalah satu, yaitu
mashlahah atau kebaikan dan kesejahteraan umat manusia baik di
dunia maupun di akhirat. Dalam Maqashid Syariah terdapat beberapa
unsur-unsur pokok yang menjadi tujuan pokok dalam pembahasannya
yaitu, Perlindungan terhadap agama (Hifzh al-Din), Perlindungan
terhadap Nyawa (Hifdz An-Nafs), Perlindungan terhadap akal ( Hifdz
al-Aql), Perlindungan terhadap keturunan ((Hifdz an-Nasl),
Perlindungan terhadap harta (Hifdz al-Mal).
Lingkungan hidup merupakan hal pokok yang perlu dilestarikan
oleh manusia, permasalahanpermasalahan yang kerap terjadi di
Negara ini tidak luput dari permasalahan lingkungan hidup. Sehingga
permasalahan ini tidak hanya tanggung jawab individu suatu Negara
melainkan tanggung jawab selurut ummat manusia di dunia. Terlebih
rakyat Indonesia yang negaranya merupakan paruparu dunia sehingga
setiap orang harus memiliki kesadaran dalam melestarikan
lingkungan hidup dan menjaganya dari orang-orang yang tidak
bertanggung jawab.
Oleh karena itu demi meningkatkan dan menjaga kelestarian
lingkungan hidup, perlu adanya kesadaran pribadi bagi semua
masyarakat, pejabat, terlebih kepada para pemerintah untuk ikut
berperan dalam pelestarian ini karena peran pemerintah sangatlah
penting di dalam menjaga lingkungan hidup.

17
DAFTAR PUSTAKA
Azwar Iskandar dan Khairul Aqbar, Green Economy Indonesia dalam
Perspektif Maqashid Syarianh, al-Mashrafiya, jurnal ekonomi,
Keuangan dan Perbandakn Syariah, Vol. 3, No.2, Tahun 2019, 83
Sahrul Amin, Sains Tekhnologi Dan Islam (Jakarta: Dinamika; 1996), h.
134.
Azwar Iskandar dan Khairul Aqbar, Green Economy Indonesia dalam
Perspektif Maqashid Syarianh, al-Mashrafiya,: jurnal... 84
Ahmad Al-Mursi H.J, Maqashid Syariah (Cet. III; Jakarta; AMZAH:
2013), h. 11
Ahmad Munawwir, al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Cet. XIV;
Surabaya: Penerbit Pustaka Progresif; 1997), h. 712.
Abdurrahman Misno B.P, Maqashid Al-Syariah, artikel diakses pada
kamis 9 november 2023 dari
http://majelispenulis.blogspot.in/2013/09/Maqashid -al-syariah-
tujuan-hukum-Islam
Ahmad Al-Mursi H.J, Maqashid Syariah (Cet. III; Jakarta: AMZAH;
2013), h. 25
H.M. Hasbi Umar,Nalar Fiqh Kontemporer (Jakarta: Penerbit Persada
Press; 2007), h. 121
Ahmad Al-Mursi H.J, Maqashid Syariah (Cet. III; Jakarta: AMZAH;
2013), h. 27
Ahmad Al-Mursi H.J, Maqashid Syariah, (Cet. III; Jakarta: AMZAH;
2013), h. 143.
Ramadhan, M. (2019). MAQASID SYARI’AH DAN LINGKUNGAN
HIDUP (Bahtsul Masa’il Sebagai Perlawanan Kaum Santri
Terhadap Eksploitasi Pertambangan Emas di Silo
Jember). Journal Analytica Islamica , 8(2), 126-137.
Lihat, Yusuf Al-Qardhawi, Agama Ramah Lingkungan (Jakarta: Pustaka
Kautsar; 2002), h. 3.

18
Ramadhan, M. (2019). MAQASID SYARI’AH DAN LINGKUNGAN
HIDUP (Bahtsul Masa’il Sebagai Perlawanan Kaum Santri
Terhadap Eksploitasi Pertambangan Emas di Silo
Jember). Journal Analytica Islamica , 8(2), 126-137.

Anda mungkin juga menyukai