Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Kajian Lingkungan Hidup

Kelompok 1 :

- Musadiq
- Fahyana
- Liska
- Mutiara
- Shinta Zalfadila
- Sri Wahyuni
- Dhea Rahmadani
- Nadila

Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia


Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas Rahamat dan
Hidayahnya akhirnya Makala ini dapat kami buat dan kami beri judul “Kajian Lingkungan
Hidup”.

Dalam penyusunan Makala ini kami berusaha menyajikan beberapa materi yang
mengenai Batasan, Keharusan, dan Kemungkinan Pendidikan.Kami sebagai penulis menyadari
bahwa Makala yang kami susun jauh dari kata sempurna,masih terdapat kekurangan maka kami
senantiasa menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun, memperbaiki, serta melengkapi
isi Makala ini .

Harapan kami semoga Makala ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca serta
memberikan wawasan yang lebih luas guna meningkatkan pengetahuan dalam bermasyarakat
mau pun dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Palu,20 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ............................................................................................................1


1.2.Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3.Tujuan .........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Sejarah PIP Di Indonesia Dan UNTAD.....................................................................2


2.2. Hubungan KLH Dengan UNTAD .............................................................................7

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan .................................................................................................................10


3.2. Saran ...........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan ruang lingkup lingkungan hidup
Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan
Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya. Dalam lingkungan
hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh
menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan
produktivitas lingkungan hidup. Merujuk pada definisi di atas, maka lingkungan hidup Indonesia
tidak lain merupakan Wawasan Nusantara, yang menempati posisi silang antara dua benua dan
dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim yang memberikan kondisi alamiah dan
kedudukan dengan peranan strategis yang tinggi nilainya, tempat bangsa Indonesia
menyelenggarakan kehidupan bernegara dalam segala aspeknya. Secara hukum maka wawasan
dalam menyelenggarakan penegakan hukum pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia adalah
Wawasan Nusantara (Macgere, 2015).

1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah PIP di Indonesia dan UNTAD?
2. Apa hubungan KLH dan UNTAD?

1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah PIP di Indonesia dan UNTAD
2. Untuk mengetahui KLH dan UNTAD

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah PIP di Indonesia dan UNTAD


Di tingkat internasional, Deklarasi Stockholm 1972 dianggap sebagai tonggak pemisah
antara rezim hukum internasional klasik dan rezim hukum lingkungan modern. Artinya, karena
konvensi-konvensi internasional, putusan-putusan pengadilan internasional sebelum Deklarasi
Stockholm 1972 dipandang sebagai rezim hukum internasional klasik, sedangkan konvensi-
konvensi internasional dan putusan-putusan 35 Ibid., hlm. 3 36 Ibid., hlm. 4 Universitas
Sumatera Utara Pengadilan Internasional setelah Deklarasi Stockholm dipandang sebagai rezim
hukum lingkungan modern. 37 Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Lingkungan Hidup
di Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan Deklarasi Stockholm tahun 1972 yang memuat 26
prinsip dan 109 dukungan. Hal ini seiring dengan keadaan dan kepentingan negara Indonesia.
Oleh karena itu, Indonesia perlu turut bertanggung jawab dan berkewajiban terhadap pelestarian
dan pengembangan lingkungan hidup, baik secara nasional maupun internasional. Bagi
Indonesia, yang mempunyai sumber daya alam yang cukup luas, keprihatinan terhadap
kelestarian hidup sudah disesuaikan dan dicantukan dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang
Dasar 1945, yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat.” Landasan
ini merupakan komponen-komponen dasar untuk menyusun dan merumuskan peraturan dan
perundangan lingkungan hidup di Indonesia. Atas dasar itu, proses pembuatan peraturan
perundangan tentang lingkungan hidup di Indonesia dimulai dari prinsip-prinsip dalam Deklarasi
Stockholm khususnya prinsip 17, 21, 22 dan sekaligus merupakan nafas atau landasan dalam
penyusunan keinstitusian perundangan untuk pelestarian alam. 38 Tepat sepuluh tahun setelah
berlangsungnya Konferensi Lingkungan Hidup Sedunia UNCHE, United Nations Conference on
the Human Environment, 1972, Stockholm, negara kita berhasil merumuskan satu produk
perundangan penting di bidang lingkungan hidup. 39 Perkembangan selanjutnya, pada 11 Maret
1982, diundangkan sebuah produk hukum mengenai pengelolaan lingkungan hidup, dengan
nama Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup, sering 37 Takdir Rahmadi, Op. cit., hlm. 45 38 Djanius Djamin, Op. cit.,

2
hlm. 40-41 39 N.H.T. Siahaan, Op. cit., hlm. 152 Universitas Sumatera Utara disingkat dengan
UUPLH.
Dengan hadirnya Undang-Undang Lingkungan ini, terbukalah lembaran baru bagi
kebijaksanaan lingkungan hidup di Indonesia guna terciptanya pengendalian kondisi lingkungan
yang memiliki harmoni yang baik dengan dimensi- dimensi pembangunan. 40 Undang-undang
ini kita nilai begitu penting karena Undang-undang ini lahir dalam situasi sebagai berikut: 41

1. Saat negara kita sedang giatnya melancarkan pembangunan dengan pesat di semua segi
kehidupan. Dalam kenyataan, segi apapun yang akan diambil untuk tujuan membangun, Undang-
undang ini akan selalu berhadapan dengan aspek ekologi lingkungan hidup. Pembangunan ialah
hasil proses dari sumber daya alam, lingkungan hidup, manusia.

2. UUPLH adalah Undang-undang pokok yang merupakan dasar peraturan pelaksanaan bagi
semua sektor yang menyangkut lingkungan hidup. Undang-undang ini berfungsi sebagai
ketentuan payung umbrella provision bagi peraturan-peraturan lingkungan hidup yang sudah ada
lex lata maupun bagi pengaturan lebih lanjut lex feranda atas lingkungan hidup.

3. Corak ekologis negara kita sangat spesifik. Negara kita merupakan wilayah berkepulauan
Nusantara yang terdiri dari dua pertiga wilayah laut, yaitu terletak di antara dua benua, Asia dan
Australia, serta dua lautan raksasa yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Negara kita
memiliki sumber alam yang kaya raya dan dihuni oleh penduduk dengan berbagai corak ragam
suku, budaya, agama, tingkatan sosial ekonomi, dan lain-lain.

40 N.H.T. Siahaan, Op. cit., hlm. 34 41 Op. cit., hlm. 152 Universitas Sumatera Utara
Adapun dasar-dasar pemikiran yang diberikan oleh UUPLH ini adalah konsep perpaduan
prinsip-prinsip pembangunan dan lingkungan serta ekologi yang lazim disebut dengan Prinsip
Ecodevelopment, yang dinyatakan sebagai berikut:

1. Lingkungan hidup Indonesia adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus kita
kembangkan berdasarkan asas keselarasan dan keseimbangan, baik dalam hidup manusia sebagai
pribadi; dalam hubungan manusia dengan manusia; dalam hubungannya dengan alam

3
lingkungan; dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa maupun dalam kehidupan
lahiriah serta kebahagiaan batiniah.

2. Sumber daya alam yang dapat digunakan untuk menuju kesejahteraan harus dilestarikan
kemampuan ekosistem secara serasi dan seimbang dengan cara bijaksana, terpadu, dan
menyeluruh dengan memperhitungkan generasi kini dan mendatang.

3. Pengelolaan lingkungan berasaskan kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang untuk
menunjang pembangunan yang berkesinambungan.

4. Hanya dalam lingkungan yang serasi dan seimbang dapat tercapai kehidupan optimal. UULH
1982 memuat ketentuan-ketentuan hukum yang menandai lahirnya suatu bidang hukum baru,
yakni hukum lingkungan karena ketentuan-ketentuan itu mengandung konsep-konsep yang
sebelumnya tidak dikenal dalam bidang hukum.

Di samping itu, ketentuan-ketentuan UULH 1982 memberikan landasan bagi kebijakan


pengelolaan lingkungan hidup. 43 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup telah menandakan awal pengembangan
perangkat hukum sebagai dasar bagi upaya pengelolaan lingkungan hidup Indonesia sebagai
bagian integrasi dari upaya pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
hidup. Dalam kurun waktu lebih dari satu dasawarsa sejak diundangkannya undang- 42 Ibid.,
hlm. 153 43 Takdir Rahmadi, Op. cit., hlm. 50 Universitas Sumatera Utara undang tersebut,
kesadaran lingkungan hidup masyarakat telah meningkat dengan pesat, yang ditandai antara lain
oleh makin banyaknya di bidang lingkungan hidup selain swadaya masyarakat. Terlihat pula
peningkatan kepeloporan masyarakat dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup, sehingga
masyarakat tidak hanya sekedar berperan serta, tetapi juga mampu berperan serta secara nyata.
44 Asas-asas hukum yang diadopsi UUPLH 1982 dirasakan banyak membawa kemajuan dalam
pembangunan lingkungan. Prinsip dan pola pembinaan lingkungan hidup sedemikian majunya
untuk diintroduksikan ke dalam pembangunan nasional dan hendaknya diakui bahwa pengenalan
asas-asas itu ke dalam sistem hukum guna memulihkan prinsip pembangunan yang berwawasan
lingkungan tidak kalah dengan negara lain. Hanya saja tentunya harus diakui bahwa dalam

4
aspek-aspek pelaksanaannya, negara kita tidak bisa banyak berbicara mengenai hal itu, karena
mengenai segala sesuatu tentang pelaksanaan asas konsistensi, kita selalu serba tertinggal dengan
negara lain. 45 Sejak pengundangan UULH 1982, kualitas hidup di Indonesia ternyata tidak
semakin baik dan banyak kasus hukum lingkungan hidup tidak dapat terselesaikan dengan baik.
Para pengambil kebijakan di pemerintah, khususnya di lingkungan Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup dan BAPEDAL, berpandangan bahwa kegagalan dari kebijakan pengelolaan
lingkungan hidup di Indonesia akibat dari kelemahan penegakan hukum UULH 1982. Dan
kelemahan penegakan hukum itu bersumber dari UULH 1982 itu sendiri. 46 Perkembangan
global mengenai isu lingkungan, terutama setelah berlangsungnya Earth Summit di Rio de
Jainero, 1992, yang lebih dikenal dengan KTT Rio telah menjadi salah satu alasan mengapa
UUPLH 1982 harus direvisi, karena bila melihat hasil-hasil yang dicapai dalam KTT Rio,
terlihat bahwa dengan UUPLH 1982 tidak banyak hal yang 44 Sodikin, Op.cit., hlm.19 45
N.H.T. Siahaan, Op. cit., hlm. 154 46 Takdir Rahmadi, Op. cit., hlm. 50 Universitas Sumatera
Utara dapat kita lakukan dalam rangka membuat kebijakan pembangunan lingkungan sesuai
dengan majunya prinsip-prinsip yang telah diadopsi dalam KTT Rio. 47 Deklarasi Rio tentang
Lingkungan Hidup dan Pembangunan yang juga disebut sebagai The Earth Charter merupakan
“soft-law agreements”, yang memuat 27 prinsip 48 UUPLH baru atau UU No. 23 Tahun 1997
memuat berbagai peraturan sebagai respons terhadap berbagai kebutuhan yang berkembang yag
tidak mampu diatasi melalui Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982. Demikian juga Undang-
undang baru ini dimaksudkan untuk menyerap nilai-nilai yang bersifat keterbukaan, paradigma
pengawasan masyarakat, asas pengelolaan dan kekuasaan negara berbasis kepentingan kemudian
ditambah dengan banyaknya perkembangan mengenai konsep dan pemikiran mengenai masalah
lingkungan, serta dengan mengingat hasil-hasil yang dicapai masyarakat dunia melalui KTT Rio
tahun 1992, dirasakan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 sudah tidak banyak lagi
menjangkau perkembangan-perkembangan yang ada sehingga perlu ditinjau dengan membuat
penggantinya. Untuk itulah lima tahun kemudian setelah berlangsungnya KTT Rio, dibuat
UUPLH yang baru sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982, yakni Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, diundangkan tanggal 19
September 1997 melalui Lembaran Negara No. 68 Tahun 1997. 47 Op. cit., hlm. 154 48
Beberapa prinsip tersebut menjadi unsur penting konsep pembangunan berkelanjutan,
diantaranya: a. prinsip kedaulatan dan tanggung jawab negara prinsip 2; b. prinsip antargenerasi

5
prinsip 3; c. prinsip keadilan intragenerasi prinsip 5 dan 6; d. prinsip keterpaduan antara
perlindungan lingkungan hidup dan pembangunan prinsip 4; e. prinsip tanggung jawab bersama
tetapi berbeda prinsip 7; f. prinsip tindakan pencegahan prinsip 11; g. prinsip bekerja sama dan
bertetangga baik dan kerja sama internasional prinsip 18, 19, dan 27 h. prinsip keberhati-hatian
prinsip 13; i. prinsip pencemaran membayar prinsip 16; j. prinsip demokrasi dan peran serta
masyarakat prinsip 10. Op.cit., hlm. 13-14 Universitas Sumatera Utara umum bottom-up, akses
publik terhadap manfaat sumber daya alam, dan keadilan lingkungan environmental jusice. 49
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 ini memuat norma-norma hukum lingkungan hidup.
Selain itu, Undang-undang ini menjadi landasan untuk menilai dan menyesuaikan semua
peraturan perundang-undangan yang memuat ketentuan tentang lingkungan hidup yang berlaku,
yaiu peraturan perundang-undangan mengenai perairan, pertambangan dan energi, kehutanan,
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, industri, permukiman, penataan ruang,
tata guna tanah, dan lain-lain. 50 UULH 1997 tetap memuat konsep-kosep yang semula
dituangkan dalam UULH 1982, misalnya kewenangan negara, hak dan kewajiban masyarakat
dalam pengelolaan lingkungan hidup, perizinan, AMDAL, penyelesaian sengketa dan sanksi
pidana. Selain itu, UULH 1997 memuat konsep-konsep atau hal-hal yang sebelumnya tidak
diatur dalam UULH 1982. Misalnya, di bidang hak masyarakat, UULH 1997 mengakui hak
masyarakat untuk mendapatkan informasi. Di bidang instrumen pengelolaan lingkungan, UULH
1997 mengatur penerapan audit lingkungan. Di bidang penyelesaian sengketa, UULH 1997
mengatur penyelesaian sengketa melalui pengadilan dan penyelesaian sengketa di luar
pengadilan atas dasar kebebasan memilih para pihak. Di bidang sanksi pidana, UULH 1997
memberlakukan delik formil di samping materil dan delik korporasi. 51 Undang-Undang Nomor
23 Tahun 1997 memang belum beperan maksimal sebagai dasar menangani masalah lingkungan
dalam hubungannya dengan pembangunan. Demikian pula dengan konsep-konsep yang dicapai
dalam Deklarasi Rio, belum banyak yang diserap sebagai instrumen hukum dan kebijakan
menata lingkungan. Namun dari 49 N.H.T. Siahaan, Op. cit., hlm. 35 50 Sodikin, Op.cit., hlm.
51 Takdir Rahmadi, Op. cit., hlm. 51 Universitas Sumatera Utara segi landasan hukum, Undang-
undang ini dapat dikatakan sudah cukup lebih baik dari Undang-undang sebelumnya. 52
Perkembangan terbaru adalah pemerintah mengundangkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup LN Tahun 2009 No. 140 yang
menggantikan UULH 1997. Setidaknya ada empat alasan mengapa UULH 1997 perlu untuk

6
digantikan oleh undang-undang yang baru. Pertama, UUD 1945 setelah perubahan secara tegas
menyatakan bahwa perkembangan ekonomi nasional diselenggarakan berdasarkan prinsip
pembangunan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Kedua, kebijakan
otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
telah membawa perubahan hubungan dan kewenangan antara pemerintah dan pemerintah daerah
termasuk di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Ketiga, pemanasan global
yang semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim sehingga memperparah penurunan
kualitas lingkungan hidup. Ketiga alasan ini belum ditampung dalam UULH 1997. Keempat,
UULH 1997 sebagaimana UULH 1982 memiliki celah-celah kewenangan penegakan hukum
administratif yang dimiliki Kementerian Lingkungan Hidup dan kewenangan penyidikan
penyidik pejabat pegawai negara sipil sehingga perlu penguatan dengan mengundangkan sebuah
undang-undang baru guna peningkatan penegakan hukum. 53

2.2. Hubungan KLH dan Untad


Kajian Lingkungan Hidup di jadikan sebagai PIP di UNTAD Karena Lingkungan Hidup
adalah kesatuan ruang dan semua benda, kesatuan ruang dan semua benda, daya, dan mahluk
hidup termasuk daya, dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan mahluk hidup manusia dan mahluk
hidup lainnya. dan dikarenakan KLH Melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat
dalam rangka mengamalkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan jalan memprakarsai dan
berperan serta dalam kegiatan-kegiatan pembangunan di daerah tertinggal pada khususnya, serta
memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dalam hal pemberian konsultasi hukum,
manajemen, informasi ilmiah, paket-paket teknologi dan sebagainya.
A. Konsep pengembangan kajian lingkungan hidup Universitas Tadulako
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dan semua benda, kesatuan ruang dan semua
benda, daya, dan mahluk hidup termasuk daya, dan mahluk hidup termasuk manusia dan
perilakunya, yang manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia dan mahluk hidup manusia dan mahluk hidup lainnya.
lingkungan hidup sebagai obyek kajian UNTAD:

7
1. Kondisi Lingkungan hidup di Sulteng yang relatif terutama lingkungan Hidup fisik.
2. Kondisi Lingkungan Hidup Sosial budaya yang relatif heterogen, baik etnis , adat istiadat
maupun agama.
3. Kondisi Lingkungan pemukiman yang terpencar-pencar (Pantai, pedalaman, pegunungan
dan nomaden.
4. Mempunyai keanekargaman hayati yang khas.
B. Tujuan Universitas Tadulako
1. Menyelenggarakan program sarjana dan diploma pada berbagai program studi, sehingga
menghasilkan lulusan dengan kualitas tinggi dan kompetensi keilmuan dan keahlian yang
relevan dengan dunia kerja, yang :
a) Berahlak mulia;
b) Beretika akademik terhormat;
c) Berpengetahuan akademik (ipteks) yang sesuai dengan tuntutan zaman;
d) Mampu berkomunikasi efektif, dalam bahasa Indonesia dan asing (Inggris);
e) Menguasai dan mampu memanfaatkan teknologi informatika yang terus
berkembang;
f) Berwawasan kemandirian (wirausaha) yang tangguh;
g) Tanggap dan berkemampuan tinggi menyesuaikan diri terhadap perubahan dan
kemajuan;
h) Berbekal disiplin dan etos kerja tinggi;
i) Berbekal kesadaran yang tinggi tentang hak asasi, demokrasi, intelektual dan
pelestarian lingkungan.
2. Melaksanakan penelitian terapan bagi pengembangan teknologi dan kesenian yang relevan
untuk mendukung pembangunan nasional pada umumnya dan pengembangan industri pada
khususnya, serta melaksanakan penelitian dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
3. Melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka mengamalkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dengan jalan memprakarsai dan berperan serta dalam kegiatan-
kegiatan pembangunan di daerah tertinggal pada khususnya, serta memberikan pelayanan
terbaik kepada masyarakat dalam hal pemberian konsultasi hukum, manajemen, informasi
ilmiah, paket-paket teknologi dan sebagainya.

8
4. Mengembangkan dan membina kehidupan masyarakat akademik yang sehat dan dinamis,
yang didukung oleh budaya ilmiah yang menjunjung tinggi kebenaran terbuka, kritis,
bertanggung jawab, kreatif, inovatif dan tanggap terhadap perubahan di tingkat nasional
maupun global.
5. Menjalin dan menempuh kerja sama kelembagaan yang simetrikal dan saling menguntungkan
dengan pemerintah, dunia kerja (industri) dan lembaga pendidikan tinggi baik di dalam
maupun di luar negeri.
6. Meningkatkan kinerja di semua aspek kegiatan yang menjadi misi Untad guna mencapai
universitas yang berdedikasi tinggi yang dikenal secara nasional.

9
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Lingkungan hidup adalah suatu rangkaian atau suatu sistem yang saling mempengaruhi
satu sama lain terhadap kehidupan dan kesejahteraan, baik terhadap manusia, hewan,
tumbuh1tumbuhan, maupun terhadap benda mati lainnya.
Lingkungan hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan manusia karena dari
lingkungan hidup, manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan bisa memperoleh daya atau
tenaga.
Beberapa macam pencemaran lingkungan hidup yang ada disekitar, antara lain:
pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah. faktor-faktor yang menyebabkan
kerusakan lingkungan dalam pandangan masyarakat yaitu faktor alam dan faktor manusia
seperti pembangunan yang tidak terkendali, kurangnya pengetahuan tentang kepentingan
ekologi, dan pola tingkah laku dan kebiasaan buruk serta faktor ekonomi dan sosial.

3.2. Saran
Dengan membaca dan memahami isi makalah ini,maka penulis berharap semoga
informasi yang ada dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Terlepas dari ini semua tentunya
kami selaku penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih banyak
terdapat kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya kami akan segera
melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa
sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA
https://universalhukumtadulako.blogspot.com/2017/11/pip-dan-sejarah-untad-
membandingkan-uud.html?m=1
https://universalhukumtadulako.blogspot.com/2017/11/pip-dan-sejarah-untad-
membandingkan-uud.html?m=1
https://www.studocu.com/id/document/universitas-tadulako/kajian-lingkungan-
hidup/makalah-klp-1-klh/33730366

11

Anda mungkin juga menyukai