Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ANALISIS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 22 TAHUN

2021 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN


PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Disusun oleh :

Sindi Audia 1908016105

Nadia 1908016107

Helda Yunita 1908016108

Rosiana Ernanda 1908016131

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM
I UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tepat pada waktunya. Sholawat
beserta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beserta
keluarganya, sahabat sahabatnya dan selaku umatnya hingga akhir zaman.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Antropologi Hukum. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Wiwik Harjanti, SH, LLM. selaku
dosen mata kuliah Antropologi Hukum yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, 29 April 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................I

KATA PENGANTAR ....................................................................................................II

DAFTAR ISI ...................................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3

A. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Segi Aspek Filosofis.........3

B. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Segi Aspek Yuridis...........3

C. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Segi Aspek Sosiologis.......4

BAB III PENUTUP.........................................................................................................6

A. Kesimpulan...................................................................................................................6

B. Saran.............................................................................................................................6
III

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................8


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan
bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak
konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu, negara,
pemerintah, dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi
sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lain.
Negara Kesatuan Republik Indonesia terletak pada posisi silang antara
dua benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim yang
menghasilkan kondisi alam yang tinggi nilainya. Di samping itu Indonesia
mempunyai garis pantai terpanjang kedua di dunia dengan jumlah penduduk yang
besar. Indonesia mempunyai kekayaan keanekaragaman hayati dan sumber daya
alam yang melimpah. Kekayaan itu perlu dilindungi dan dikelola dalam suatu
sistem perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terpadu dan
terintegrasi antara lingkungan laut, darat, dan udara berdasarkan wawasan
Nusantara. Indonesia juga berada pada posisi yang sangat rentan terhadap
dampak perubahan iklim. Dampak tersebut meliputi turunnya produksi pangan,
terganggunya ketersediaan air, tersebarnya hama dan penyakit tanaman serta
penyakit manusia, naiknya permukaan laut, tenggelamnya pulau-pulau kecil, dan
punahnya keanekaragaman hayati. Ketersediaan sumber daya alam secara
kuantitas ataupun kualitas tidak merata, sedangkan kegiatan pembangunan
membutuhkan sumber daya alam yang semakin meningkat. Kegiatan
pembangunan juga mengandung risiko terjadinya pencemaran dan kerusakan
lingkungan. Kondisi ini dapat mengakibatkan daya dukung, daya tampung, dan
produktivitas lingkungan hidup menurun yang pada akhirnya menjadi beban
sosial.
Oleh karena itu, lingkungan hidup Indonesia harus dilindungi dan dikelola
dengan baik berdasarkan asas tanggung jawab negara, asas keberlanjutan, dan
asas keadilan.Selain itu, pengelolaan lingkungan hidup harus dapat memberikan
kemanfaatan ekonomi, sosial, dan budaya yang dilakukan berdasarkan prinsip
kehati-hatian, demokrasi lingkungan, desentralisasi, serta pengakuan dan
penghargaan terhadap kearifan lokal dan kearifan lingkungan. Perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup menuntut dikembangkannya suatu sistem yang
terpadu berupa suatu kebijakan nasional perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang harus dilaksanakan secara taat asas dan konsekuen dari
pusat sampai ke daerah.Penggunaan sumber daya alam harus selaras, serasi, dan
seimbang dengan fungsiI1 lingkungan hidup. Sebagai konsekuensinya, kebijakan,
rencana, dan/atau program pembangunan harus dijiwai oleh kewajiban
melakukan pelestarian lingkungan hidup dan mewujudkan tujuan pembangunan
berkelanjutan.
Menurut kajian filosofis, lingkungan hidup indonesia yang di
anugerahkan oleh tuhan yang maha esa kepada rakyat dan bangsa indonesia
merupakan karunia dan rahmat-nya yang wajib dilestarikan dan dikembangkan
kemampuannya agar dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi
rakyat dan bangsa indonesia serta makhluk hidup lainnya demi kelangsungan dan
peningkatan kualitas hidup itu sendiri.
Menurut kajian sosiologis, lingkungan hidup indonesia sebagai suatu
ekosistem terdiri dari berbagi substistem, yang mempunyai aspek sosial, budaya,
ekonomi, dan geografi dengan corak ragam yang berbeda yang mengakibatkan
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang berlainan.
Menurut kajian yuridis, lingkungan hidup indonesia meliputi ruang
tempat negara republik indonesia melaksanakan kedaulatan dan hak
berdaulatnya. Ruang tempat tersebut ialah wilayahnya yang menempati posisi
silang antara dua benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta
musim yang memberikan kondisi alam dan kedudukan dengan peranan strategis
yang tinggi nilainya sebagai tempat rakyat dan bangsa indonesia
menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam
segala aspeknya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 sudah mencakup
dalam segi aspek filosofis?
2. Bagaimana Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 dalam segi aspek
yuridis?
3. Apakah Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 bisa di terima di
masyarakat, lalu bagaimanakah urgensinya dan bagaimana peraturan ini
berjalan untuk masyarakat dari segi aspek sosiologis?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apakah Peraturan PemerintahNomor 21 Tahun 2021
sudah mencakup dalam segi aspek filosofis.
2. Untuk dapat mengetahui bahwa Peraturan PemerintahNomor 22 Tahun 2021
dalam segi aspek yuridis.
3. Untuk mengetahui bahwa Peraturan PemerintahNomor 22 Tahun 2021 sudah
dapat di terima masyarakat atau tidak dan untuk mengetahui urgensinya
seperti apa dan bagaimana peraturan ini bisa berjalan sesuai dengan segi
aspek sosiologis.

I2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Segi Aspek Filosofis
Unsur filosofis diartikan sebagai pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan
hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah
bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Peraturan Pemerintah
Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dari segi aspek filosofis bertujuan untuk rangka memberikan
kemudahan bagi setiap orang untuk memperoleh persetujuan
lingkungan. Menurut Peraturan Pemerintah ini, lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia
dari perilakunya, yangmempengaruhi alam itus sendiri kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Beberapa poin penting dari Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021


adalah sebagai berikut:
1. Pelibatan penyusunan Amdal
Pada Peraturan Pemerintah ini, penyusunan dokumen Amdal hanya
melibatkan masyarakat yang terdampak langsung terhadap rencana usaha danatau
kegiatan. Berbeda dengan UU PPLH yang sebelumnya harus melibatkan juga
pemerhati lingkungan.Dokumen Amdal disusun oleh pemrakarsa dengan
melibatkan masyarakat.
2. Tanggungjawab Limbah B3
Setiap orang yang tindakannya, usahanya, danatau kegiatannya
menggunakan B3, menghasilkan danatau mengelola limbah B3, dan atau yang
menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab
mutlak atas kerugian yang terjadi dari usaha danatau kegiatannya.

B. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Segi Aspek Yuridis
Unsur yuridis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk
mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan
dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat. Dari segi
aspek yuridis Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tersebut jelas
bertentangan dengan UU PPLH pada penjelasan Pasal 2 huruf UU No.32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Selain
itu, penerapan prinsip I3 pertanggungjawaban mutlak dalam kasus pencemaran
sebagaimana diatur dalam Pasal 88 UU Nomor 32 Tahun 2009 bakal sulit
dilaksanakan. Tapi, pemerintah membantah karena tidak semua jenis FABA atau
abu sisa pembakaran batu bara dikeluarkan dari kategori limbah B3. Hal ini tentu
saja mengacu banyak nya konflik di lingkungan masyarakat.
C. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Segi Aspek Sosiologis
Unsur sosiologis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis
sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan
kebutuhan masyarakat dan negara.
Pemerintahan Joko Widodo-Maruf Amin seolah terus membuat kebijakan
yang menuai kontroversi di masyarakat. Setelah membuka kran investasi
minuman keras dan mencabutnya lagi, kini menghapus atau mencabut abu
batubara dari kategori limbah bahan berbahaya beracun (B3). Hal ini
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan dan Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Kebijakan ini dianggap melanggar konstitusi. Alih-alih kebijakan tersebut
sebagai upaya menarik investor masuk, malah menjadi polemik di masyarakat.
Anggota Komisi IV DPR Andi Akmal Pasluddin menilai kebijakan
pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 terkait
penghapusan abu batubara dari limbah B3 menjadi kontroversial. Sebab, selama
ini praktik penilaian terhadap abu batubara dikategorikan limbah B3 yang
berbahaya bagi kehidupan masyarakat.Regulasi penghapusan abu batubara dari
kategori B3 adalah bentuk pelanggaran konstitusi yakni Pasal 28H ayat (1) UUD
1945. Dia mengingatkan lingkungan hidup yang sehat menjadi hak asasi setiap
warga Indonesia. Hal ini amanat Pasal 28H ayat (1) UUD  1945 yang
menyebutkan. “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 merupakan satu dari puluhan
aturan turunan dari UU No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 ini resmi berlaku sejak 2 Februari 2021 lalu.
Namun publik baru mengetahui awal Maret 2021 ini. Akmal sebagai anggota
dewan dan masyarakat baru mendapat sosialisasi beleid tersebut. Menurutnya,
materi muatan yang menghilangkan abu batubara dari kategori B3 berbahaya bila
dibiarkan di masa mendatang.Politisi Partai Keadilan Sejahtera itu menyesalkan
pemerintah yang memprioritaskan kepentingan ekonomi dengan
memperhitungkan fly ash dan bottom ash (FABA) sebagai bahan baku ekonomis,
tapi cenderung mengabaikan kepentingan masyarakat. Khususnya hak asasi
publik untuk mendapat lingkungan hidup yang sehat. Baginya, paradigma
pembangunan ekonomi mesti dilaksanakan secara utuh dan berkelanjutan
sebagaimana amanat Pasal
I4
33 UUD Tahun 1945.
Dia berpendapat paradigma berkelanjutan merupakan pola pembangunan
ekonomi yang berorientasi kepentingan jangan panjang dengan
mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Banyak penelitian
yang menyebutkan limbah abu batu bara merupakan limbah B3 yang dapat
merusak organ manusia. Bahkan menjadi penyebab gangguan kesehatan. Seperti
pernafasan, kanker, ginjal, bahkan kerusakan saraf.
Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi)
Nur Hidayati melihat UU Nomor 11 Tahun 2020 terbukti mewujudkan pelayanan
pemerintahan Joko Widodo bagi pebisnis dengan mengorbankan kepentingan
kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Salah satu diantaranya dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 yang di dalamnya mengubah
sembilan Peraturan Pemerintah lain terkait perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.Dia menilai dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2021 ini aspek perlindungan lingkungan hidup hanya sekadar menjadi tempelan
dalam judul peraturan pemerintah. Menurutnya, salah satu yang terdampak
adalah Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (limbah B3). Sementara dalam lampiran
XIV Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 ini, beberapa limbah B3
dikategorikan menjadi limbah non-B3. Seperti FABA PLTU batubara, spent
bleach earth (SBE) industri minyak nabati atau hewani, slag peleburan besi, slag
peleburan nikel, serta lainnya.
Manajer Kampanye Energi dan Perkotaan Eksekutif Nasional Walhi, Dwi
Sawung menambahkan pemerintah seolah memberi kesan limbah B3 hanya dapat
dimanfaatkan bila dikategorikan sebagai limbah non-B3. Padahal, limbah B3
masih dapat dimanfaatkan dengan melalui berbagai pengujian karakteristik yang
spesifik berdasarkan sumber masing-masing limbah B3 sebagaimana diatur
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014. Dia menilai, pengubahan limbah
B3 menjadi non-B3 secara menyeluruh tanpa melalui uji karakteristik
menunjukan pemerintah bertindak serampangan.Alih-alih melakukan pengetatan
dan mengaplikasikan pencegahan berdasarkan prinsip kehati-hatian dini
(precautionary principle), pemerintah malah melakukan upaya “pemutihan”
kejahatan lingkungan hidup yang dilakukan para pebisnis nakal. Karena itu,
tindakan tersebut bertentangan dengan penjelasan asas kehati-hatian dalam
Penjelasan Pasal 2 huruf F UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH).
Penjelasan Pasal 2 huruf F UU Nomor 32 Tahun 2009 menyebutkan, “Yang
dimaksud dengan “asas kehati-hatian” adalah bahwa ketidakpastian mengenai
dampak suatu usaha dan/atau kegiatan karena keterbatasan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi bukan merupakan alasan untuk menunda langkah-
langkah meminimalisasi atau menghindari ancaman terhadap pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup”.
Khususnya, penerapan Pasal 88 UU 32/2009 yang menyebutkan, “Setiap
orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan B3,
menghasilkan dan/atauI5 mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan
ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas
kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan”.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan
bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak
konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia. Secara filosofis, sosiologis,
dan yuridis yang mengatur tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup telah ditetapkan dan menjadi dasar hukum
terhadap Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup itu
sendiri. Namun dalam pelaksanaanya itu sesuai atau tidak, belum mampu
memberikan kepastian terhadap masyarakat. Secara umum Peraturan Pemerintah
Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dari perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain. PP ini dilakukan dalam rangka memberikan
kemudahan bagi setiap orang untuk memperoleh persetujuan lingkungan.
Di nilai telah memberikan landasan yang kuat dalam Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Namun nyatanya dari aspek
filosofis, sosiologis, dan yuridis yang kami simpulkan dimana dapat lihat bahwa
penerapan PP ini belum dilaksanakan dengan maksimal. Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menjadi sesuatu yang sangat
penting bagi masyarakat dalam segi Perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup menuntut dikembangkannya suatu sistem yang terpadu berupa suatu
kebijakan nasional perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang harus
dilaksanakan secara taat asas dan konsekuen dari pusat sampai ke daerah.
Penggunaan sumber daya alam harus selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi
lingkungan hidup.
Dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan dan Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup diharapkan
mampu mewujudkan bahwa dalam pengelolaan dan penerapan PP ini asas-asas
yang berkaitan baik dari lingkungan hidup Indonesia harus dilindungi dan
dikelola dengan baik berdasarkan asas tanggung jawab negara, asas
keberlanjutan, dan asas keadilan.Dalam rangka negara, pemerintah, dan seluruh
pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan
agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang
hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lain.Dapat ditegaskan kembali
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan dan
Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup belum sepenuhnya dijadikan
regulasi dalam Penyelenggaraan
I6
dan Perlindungan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
B. Saran
Seperti yang kita ketahui bahwa dalam Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dari aspek filosofis, sosiologis, dan yuridis
ternyata belum dilaksanakan dengan maksimal. dengan adanya regulasi mengenai
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan dan
Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup diharapkan pemerintah dapat
meneliti kembali dan bisa mengubah beberapa poin yang ada di dalam peraturan
ini agar lebih dimaksimalkan, sesuai dengan tujuan yang dapat memakmurkan
masyarakat serta tidak bertentangan peraturan-peraturan yang lainnya.

I7

DAFTAR PUSTAKA
2020, “UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup”,
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-32-2009-perlindungan-pengelolaan-
lingkungan-hidup, diakses pada 28 April 2021, 23.05 Wita

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_riwayat_penelitian_1_dir/0bc30f7e8c1c31
851df75168137ddaee.pdf, diakses pada 28 April 2021, 23.07 Wita

https://www.menlhk.go.id/uploads/site/post/1615865436.pdf, diakses pada 28


April 2021, 01.02 Wita

2021, “Poin Penting PP No 22 Th 2021 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup”,


https://www.pengadaan.web.id/2021/02/pp-22-2021-pengelolaan-lingkungan-
hidup.html, diakses pada 28 April 2021, 01.25 Wita

Hasanah, Sovia, 2018, "Arti Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis"


https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt59394de7562ff/arti-landasan
filosofis--sosiologis--dan-yuridis/, diakses pada 28 April 2021, 01.30 Wita

Hidayat, Rofiq, 2021, "Penghapusan Abu Batu Bara dari Kategori Limbah B3
Dinilai Langgar Konstitusi,
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt604f3041eb5e7/penghapusan-
abu-batubara-dari-kategori-limbah-b3-dinilai-langgar-
konstitusi/#:~:text=Bertentangan%20pula%20Penjelasan%20Pasal%202,Peng
elolaan%20Lingkungan%20Hidup%20(PPLH).&text=Hal%20ini%20sebagai
mana%20tertuang%20dalam,Kebijakan%20ini%20dianggap%20melanggar%
20konstitusi, diakses pada 28 April 2021, 01.33 Wita

I8

Anda mungkin juga menyukai