Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SISTEM PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA

Disusun oleh :

Amellia Anggun Pransiska 1908016149


Badria Khazanah Teang Faisal 1908016118
Desi Redita Sari 1908016130
Hilwa Salsabila Inayati 1908016125
Nadia 1908016107
Nina Meigiyanti 1908016102
Nisa Islamika Nurhidayah 1908016112

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2020

KATA PENGANTAR
i
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tepat pada waktunya. Sholawat
beserta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarganya,
sahabat sahabatnya dan selaku umatnya hingga akhir zaman.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Hukum Keuangan Negara. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Sistem Pengelolaan Perbendaharaan Negara bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Agustina Wati, SH, MH. selaku dosen
mata kuliah Hukum Keuangan Negara yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, 04 April 2021

Penulis

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3

A. Pengaturan Pengelolaan Pembendaharaan Negara.......................................................3

B. Sistem dan Mekanisme Pelaksanaan Dalam Pengelolaan Perbendaharaan Negara.....5

BAB III PENUTUP.........................................................................................................8

A. Kesimpulan...................................................................................................................8

B. Saran.............................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbendaharaan negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang
ditetapkan dalam APBN dan APBD (UU No.1 Tahun 2004). Di dalam
Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa ruang lingkup perbendaharaan
negara meliputi antara lain pendapatan dan belanja negara atau daerah,
penerimaan dan pengeluaran negara atau daerah, pengelolaan kas negara,
pengelolaan utang piutang negara atau daerah, penyusunan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN atau APBD, perumusan standar,
kebijakan, serta sistem dan prosedur yang berkaitan dengan pengelolaan
keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBN atau APBD.
Dalam pelaksanaan kegiatan perbendaharaan negara, salah satu pejabat
fungsional yang memiliki peran dan tanggung jawab yang cukup besar adalah
bendahara. Bendahara adalah setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk
dan atas nama negara atau daerah untuk menerima, menyimpan, membayar,
dan atau mengeluarkan uang / surat berharga / barangbarang milik negara /
daerah (PP No 39 Tahun 2007; UU No.1 Tahun 2004). Penunjukan bendahara
merupakan wewenang menteri / pimpinan lembaga / gubernur / bupati /
walikota.
Berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya, bendahara dapat dibedakan
menjadi bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran (PMK No.
162/PMK.05/2013). Bendahara penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara atau daerah dalam rangka
pelaksanaan APBN atau APBD. Sedang bendahara pengeluaran adalah orang
yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan,
dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara atau
daerah dalam rangka pelaksanaan APBN atau APBD (PP No 39 Tahun 2007;
UU No.1 Tahun 2004).
Selain melaksanakan kewajibannya dalam bidang perbendaharaan,
bendahara pengeluaran pada saat yang sama harus melaksanakan
kewajibannya sebagai pemotong/pemungut pajak. Hal ini diatur di dalam UU
No.28 Tahun 2007 yang merupakan perubahan ketiga UU No. 6 Tahun 1983
Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP, UU No. 36
Tahun 2008 yang merupakan perubahan keempat UU No. 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan (PPh) dan UU No. 42 tahun 2009 yang merupakan
perubahan ketiga UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Atas Penjualan Barang Mewah (PPN dan PPnBM).

1
Kinerja bendahara pengeluaran ditentukan oleh kemampuannya dalam
menyelesaikan tugas pokok yang menjadi tanggung jawabnya. Kesalahan
yang mungkin saja terjadi merupakan tanggung jawab pribadi bendahara
pengeluaran tersebut (UU No.1 Tahun 2004). Dalam konteks pelaksanaan
kewajiban perpajakan, kinerja bendahara pengeluaran dievaluasi berdasarkan
keakuratan dalam menentukan pajak-pajak apa saja yang harus dipotong atau
dipungut dalam setiap transaksi pembayaran yang dilakukannya, keakuratan
dalam menghitung pajak-pajak yang harus dipotong/dipungut, ketepatan
waktu dalam melakukan pemotongan atau pemungutan pajak-pajak tersebut,
ketepatan waktu dalam menyetorkan pajakpajak yang telah dipotong atau
dipungut menggunakan media yang telah ditetapkan serta ketepatan waktu
dalam melaporkan pajak-pajak yang telah dipotong atau dipungut dan
disetorkannya tersebut ke kantor pajak menggunakan media yang telah
ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 64
Tahun 2013 Tentang Mekanisme Pengawasan Terhadap
Pemotongan/Pemungutan dan Penyetoran Pajak yang Dilakukan oleh
Bendahara Pengeluaran Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Kuasa Bendahara
Umum Daerah dengan tujuan agar bendahara pengeluaran dapat mencapai
kinerja yang maksimal dalam melaksanakan seluruh kewajiban perpajakannya
sebagai pemotong atau pemungut pajak.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsepsi pengaturan pengelolaan perbendaharaan negara?
2. Bagaimanakah sistem dan mekanisme pelaksanaan dalam pengelolaan
perbendaharaan Negara?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan konsepsi pengaturan
pengelolaan perbendaharaan negara menurut peraturan perundangan-
undangan di Indonesia
2. Untuk mengetahui sistem dan mekanisme pelaksanaan dalam pengelolaan
perbendaharaan Negara

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaturan Pengelolaan Perbendaharaan Negara


1. Pengertian Perbendaharaan Negara Secara Umum
Perbendaharaan Negara adalah pengelolahan dan penangungjawaban
keuangan Negara termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan yang ditetapkan
dalam APBN dan APBD. Tempat penyimpanan uang negara disebut Kas Negara
digunakan untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh
pengeluaran negara. Negara memiliki rekening yang disebut dengan Rekening Kas
Umum Negara yaitu rekening tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan
oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh
penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara pada bank sentral.

2. Pengertian Perbendaharaan Negara Menurut Undang-Undang


Peraturan perbendaharaan terdapat dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun
2004 tentang perbendaharaan Negara disahkan Presiden Megawati Soekarnoputri
pada tanggal 4 Januari 2004 di Jakarta. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara mengatur tentang pengolahan dan
pertangungjawaban keuangan Negara dengan kaidah-kaidah hukum administrasi
keuangan Negara. Di dalam Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa ruang
lingkup perbendaharaan negara meliputi antara lain pendapatan dan belanja negara
dan daerah, penerimaan dan pengeluaran negara dan daerah, pengelolaan kas negara,
pengelolaan utang piutang negara dan daerah, penyusunan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN / APBD, perumusan standar, kebijakan,
serta sistem dan prosedur yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara
dalam rangka pelaksanaan APBN / APBD.
Sebelum Negara mengunakan Undang-Undang Pembendaharaan Indonesia
/Indische comptabiliteitswet (statsblad Tahun 1925 Nomor 448) sebagaimana telah
beberapa kali diubah dan ditambah terakhir dengan undang-undang Nomor 9 Tahun
1968, yang tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan pengelolahan dan pertangung
jawaban keuangan Negara. Sudah dijelaskan dalam UU No. 1 Tahun 2004 tentang
perbendaharan Negara yang mengatur tentang pengolahan dan tanggungjawab
keuangan Negara, perihal tentang keuangan Negara diatur dalam bab VIII hal
keuangan pasal 23 UUD 1945 dan juga landasan hukum pengelolahan keuangan
Negara tersebut , pada tanggal 5 april 2003 telah diundangkan undang-undang
nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara, undang-undang nomor 17 tahun
2003 ini menjabarkan lebih lanjut aturan-aturan pokok yang telah ditetapkan dalam
UUD RI Tahun 1945 kedalam asas-asas umum pengelolaan keuangan Negara.

3
3. Pengertian Perbendaharaan Negara Menurut Para Ahli
Dari pengertian Perbendaharaan secara umum kita dapat mengetahui bahwa
perbendaharaan negara sama dengan keuangan negara, maka dari itu para ahli
memberikan pengertian perbendaharaan negara sama dengan keuangan negara.
Berikut adalah pengertian perbendaharaan negara atau keuangan negara menurut
para ahli :
a. Menurut M. Ichwan
Keuangan negara adalah rencana kegiatan secara kuantitatif (dengan angka
angka di antaranya diwujudkan dalam jumlah mata uang), yang akan dijalankan
untuk masa mendatang lazimnya satu tahun mendatang.
b. Menurut Geodhart
Keuangan negara merupakan keseluruhan undang-undang yang ditetapkan
secara periodik yang memberikan kekuasaan pemerintah untuk melaksanakan
pengeluaran mengenai periode tertentu dan menunjukan alat pembiayaan yang
diperlukan untuk menutup pengeluaran tersebut.
c. Menurut Hasan Akman
Pengertian keuangan negara dalam arti yang luas, dikaitkan dengan tanggung
jawab pemeriksaan keuangan Negara oleh BPK. Karena menurutnya apa yang diatur
dalam Pasal 23 ayat (5) UUD 1945 tidak saja mengenai pelaksanaan APBN, tetapi
juga meliputi pelaksanaan APBD, keuangan unit-unit usaha Negara dan pada
hakikatnya pelaksanaan kegiatan yang didalamnya secara langsung atau tidak
langsung terkait keuangan negara.

4. Konsepsi Pengaturan Pengelolaan Perbendaharaan Negara Menurut Peraturan


Perundangan-Undangan Di Indonesia.
Konsep tentang keuangan negara dan/atau kekayaan negara yang dipisahkan
dalam berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia. Salah satu diantaranya
adalah dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Salah
satu perubahan penting dari amandemen ketiga UUD NRI 1945 yaitu pada Bab VIII
Pasal 23 tentang Keuangan Negara yaitu :
1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan
keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan
oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran
pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah
menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu.

4
Pada Pasal 23 UUD NRI 1945 inilah yang menjadi dasar hadirnya tiga paket
Undang-Undang di bidang keuangan negara. Pasal tersebut dengan jelas menyatakan
bahwa “Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara” (APBN) sebagai wujud
pengelolaan keuangan negara...” Namun terhadap Pasal 23 ini, terdapat berbagai
interpretasi dari berbagai ahli hukum, bahkan pembentuk undang-undang sendiri
yang berbeda-beda. Rumusan definisi dan penjelasan keuangan negara yang bergulir
sejak 1945 berdasarkan Pasal 23 ayat (4) dan ayat (5) UUD 1945 (naskah asli)
sampai dengan perubahan ketiga UUD 1945, khususnya Pasal 23, Pasal 23C, Bab
VIIIA Pasal 23E, tetap tidak jelas dan masih menyisahkan masalah yang cukup
serius, baik dari segi hukum maupun dari segi akuntansi. Ketidakjelasan dari Pasal
23 tersebut membawa berbagai macam interpretasi dari berbagai pihak terhadap
konsep keuangan negara. Pengertian keuangan negara dalam arti luas yang dimaksud
ialah keuangan yang berasal dari APBN, APBD, dan keuangan yang berasal dari
Unit Usaha Negara atau Perusahaan-perusahaan milik negara. Sedangkan pengertian
keuangan negara dalam arti yang sempit adalah keuangan yang berasal dari APBN
saja.98 Interpretasi terhadap Pasal 23 UUD NRI 1945 membuat beragamnya konsep
keuangan negara. Menggunakan metode interpretasi adalah salah satu cara dari para
ahli untuk melihat konsep keuangan negara, selain konsep keuangan negara itu
sendiri yang dapat dilihat dari segi pengelolaan dan pertanggungjawabannya. Konsep
keuangan negara dapat dipahami atas tiga interpretasi atau penafsiran terhadap Pasal
23 UUD 1945 yang merupakan landasan konstitusional keuangan negara. Penafsiran
pertama, keuangan negara diartikan secara sempit yang hanya meliputi keuangan
negara yang bersumber dari APBN. Penafsiran kedua, keuangan negara dalam arti
luas yang meliputi keuangan negara yang berasal dari APBN, APBD, BUMN,
BUMD, dan pada hakikatnya seluruh harta kekayaan negara, sebagai suatu sistem
keuangan negara. penafsiran ketiga, dilakukan melalui pendekatan sistematik dan
sosiologis, maksudnya apabila tujuan menafsirkan keuangan negara tersebut
dimaksudkan didasarkan pada sistem pengurusan dan pertanggungjawabannya, maka
pengertian keuangan negara tersebut adalah sempit. Berdasarkan pasal 23 tersebut
maka hadirlah paket undang-undang yang mengatur tentang keuangan negara.

B. Sistem Dan Mekanisme Pelaksanaan Dalam Pengelolaan Perbendaharaan


Negara
Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu tujuan, proses, serta
mekanisme pengendalian dan umpan balik. Maka dari itu tujuan dari perbendaharaan
negara adalah untuk mewujudkan tujuan bernegara menimbulkan hak dan kewajiban
negara yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara. Proses
serta mekanisme perbendaharaan negara tertuang dalam pembagian wewenang dan
tanggung jawab pengelolaan keuangan negara. Wewenang keuangan negara
selanjutnya dijelaskan dalam Pengurusan Keuangan Negara :
a) Pengurusan Umum
5
Dalam pengurusan umum pejabat yang melaksanakan pengurusan
anggaran Negara dapat diklasifikasikan atas dua macam, yaitu seperti berikut :
1) Otorisator
Otorisator adalah pejabat yang mempunyai wewenang untuk
mengambil tindakan/keputusan yang dapat mengakibatkan uang Negara
keluar sehingga menjadi berkurang atau bertambah karena pungutan dari
masyarakat. Wewenang untuk mengambil keputusan yang dapat
mengakibatkan uang Negara berkurang atau bertambah disebut otorisasi.
Otorisasi dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu : Yang pertama
otorisasi umum, otorisasi yang berupa keputusan dan tindakan yang lainnya
berbentuk peraturan umum Contohnya: Undang-Undang Pajak. Yang kedua
otorisasi yang berbentuk surat keputusan yang khsuusnya mengikat
orang/public tertentu, misalnya Surat keputusan Pegawai negeri Sipil dan
otorisasi untuk proyek.
2) Ordonator
Ordonator adalah pejabat yang melakukan pengawasan terhadap
otorisator agar otorisator tersebut dalam melaksanakan
tindakan/keputusannya selalu demi kepentingan umum. Tugas utama
ordonator adalah melaksanakan pengujian dan penelitian terhadap
penerimaan maupun pengeluaran uang Negara. Oleh karena itu, ordonator
dibedakan sebagai berikut :
a. Ordonator pengeluaran Negara.
Ordonator pengeluaran Negara adalah pejabat yang dalam hal ini
ditunjuk Menteri Keuangan dan sebagai pelaksana adalah Direktorat
Jenderal Anggaran, yang untuk daerah dilaksanakan oleh kantor
perbendaharaan Negara.
b. Ordonator penerimaan Negara
Sebagai pelaksana ordonator penerimaan Negara adalah semua
menteri yang menguasai pendapatan Negara. Tugas utamanya ialah
mengawasi apakah penerimaan Negara tersebut sesuai dengan peraturan
yang berlaku atau tidak. Ia juga mengeluarkan surat keputusan yang
mengakibatkan penerimaan bagi Negara. Atas dasar surat keputusan ini,
juga diterbitkan Surat Perintah membayar (SPM).
c. Pengurusan Khusus.
Dalam pengurusan khusus yang ditunjuk untuk menjalankan
pengurusan itu adalah bendaharawan, yang dibebani tugas pengurusan
dan penyimpanan sebagian dari kekayaan Negara berupa uang dan
barang. Dalam praktik, tugas pengurusan uang diwujudkan dalam
penerimaan, penyimpanan, dan pembayaran atas perintah ordonator,
Pengurusan barang meliputi penerimaan, penyimpanan, pengeluaran
(penyerahan) dan pemeliharaannya.
6
Sedangkan untuk mekanisme nya tertuang dalam UU 1/2004 tentang
Perbendaharaan Negara yang dimaksudkan sebagai landasan hukum di bidang
administrasi keuangan negara, telah ditetapkan mekanisme pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang
dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. Sesuai dengan kaidah-kaidah
yang baik dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, maka
Undang-undang Perbendaharaan Negara menganut Asas Kesatuan, Asas
Universalitas, Asas Tahunan, dan Asas spesialitas. Asas kesatuan menghendaki agar
semua Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah disajikan dalam satu dokumen
anggaran. Asas universalitas, mengharuskan agar setiap transaksi keuangan
ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran. Asas tahunan membatasi masa
berlakunya anggaran umuk satu tahun tertentu. Sedangkan Asas spesialitas,
mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan dirinci secara jelas
peruntukannya. Demikian pula dalam undang-undang Perbendaharaan Negara juga
memuat ketentuan yang mendorong profesionalitas, serta menjamin kecerbukaan dan
akuntabilitas dalam pelaksanaan anggaran.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Pembendaharaan negara banyak di definisikan dalam berbagai sumber
yang pada intinya bahwa semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat
7
dijadikan milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
merupakan keuangan negara.
2. Konsep tentang keuangan negara dan/atau kekayaan negara yang dipisahkan
dalam berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia. Salah satu diantaranya
adalah dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Menjelaskan tentang bagaimana anggaran diatur sampai disetujuinya.
3. Dalam Pelaksanaan pengelolaan pembendaharaan negara, agar berjalan dengan
lancar maka dibuatlah suatu sistem yang mana tertuang dalam pembagian wewenang
dan tanggung jawab pengelolaan keuangan negara.

B. Saran
Agar sistem ini berjalan dengan baik maka alangkah lebih baiknya apabila adanya
membangun sistem informasi untuk mewujudkan kelembagaan yang transparan dan
akuntabel, mengingat potensi kerugian Negara/daerah dalam setiap
pertanggungjawabaan keuangan Negara sanagat tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin P. soeria Atmadja, “Keuangan Publik dalam Perspektif Hukum Praktik dan
Kritik”, Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
2005.
Arifin P. Soeria Atmadja, “Mekanisme Pertanggungjawaban Keuangan Negara
Suatu Tinajauan Yuridis”, Jakarta: PT. Gramedia, 1986.
8
Harun Al-Rasyid, “Pengertian Keuangan Negara”, Majalah bulanan Keuangan
No. 93/9-1979.
Jumly Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara
W. Riawan Tjandra, “Hukum Keungan Negara”, Jakarta: PT Grasindo, 2006.

Anda mungkin juga menyukai