Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH

KETENTUAN UMUM PAJAK DAERAH


Dosen Pengampu: Clara Yully Diana Ekaristi, S.E., M.Acc.

Disusun oleh Kelas A Kelompok 6:

Ulfah Faihaa Khoirunnisaa 40011421650045

Tri Ayu Lestari 40011421650006

Siad Ade Bagus Apriyoga 40011421650051

Ailsa Fatika Kirani 40011421650055

Nabila Yasmin Ifada 40011421650063

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV AKUNTANSI PERPAJAKAN

FAKULTAS SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

TAHUN AJARAN 2022/2023 SEMESTER GANJIL


KATA PENGANTAR

Syukur hamdalah penulis hagturkan kehadirat Allah SWT atas limpahan


inayah, hidayah, rahmat-Nya penulisan makalah terkait Ketentuan Umum Pajak
Daerah dapat kami usaikan dengan lancar dan tepat waktu.

Penyusunan makalah terkait Ketentuan Umum Pajak Daerah disusun untuk


pemenuhan tugas yang diberikan pada Mata Kuliah Pajak dan Retribusi Daerahi di
Universitas Diponegoro. Harapan dari penulis semoga makalah ini mampu
bermanfaat bagi para pembaca.

Makalah ini dapat selesai berkat kerjasama dan bantuan berbagai pihak
kepada penulis. Secara khusus penulis haturkan terima kasih kepada Dosen
Pengampu Mata Kuliah PDRD, Clara Yully Diana Ekaristi, S.E., M.Acc. karena
dengan arahan, bimbingan, hingga pemberian materi beliau penulisan makalah ini
dapat terselesaikan. Selanjutnya, terima kasih penulis ucapkan kepada beberapa
pihak antara lain penulis jurnal atau makalah dan pembuat peraturan perundang-
undangan terkait yang kami jadikan acuan karena telah beberapa detail informasi
dalam penyusunan makalah ini.

Kami sadar dan paham bahwa dalam makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan sebab keterbatasan wawasan yang kami miliki. Terkait dengan hal
tersebut, saran dan kritik akan penulis terima dari para pembaca maupun pihak lain
demi perbaikan makalah saat ini dan kedepan.

Semarang, 28 Maret 2023

Group 6 PDRD

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Terminologi Pajak Daerah ............................................................................. 3
2.2 Sarana Pelaporan Pajak Daerah ..................................................................... 4
2.3 Pemungutan Pajak Daerah ............................................................................. 5
2.4 Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) ....................................... 6
2.5 Pembayaran dan penagihan Pajak ................................................................. 9
2.6 Surat Ketetapan Pajak dan Tagihan Pajak ................................................... 12
BAB III
PENUTUP ............................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 14
3.2 Saran ............................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak daerah dapat didefinisikan sebagai peran serta dari wajib pajak atau
masyarakat daerah, orang pribadi ataupun badan. Pajak daerah memiliki sifat
memaksa, hal tersebut didasarkan menurut undang-undang yang terkait dan dipakai
dalam pemenuhan kebutuhan daerah semata-mata bagi kemakmuran rakyat daerah
setempat. Ketentuan Umum dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah telah diatur
dalam Undang-undang No.28 Th. 2009 mengenai PDRD dan dijelaskan lebih detail
dalam Peraturan Pemerintah RI No. 55 Th. 2016. Pelaksanaan pemungutan Pajak
Daerah diatur oleh daerah itu sendiri yang ditetapkan pada Peraturan Daerah,
Peraturan Kepala Daerah, serta peraturan lainnya.

Sebagai sarana pelaporan dan pemungutan pajak daerah, Kepala Daerah


yang berwenang akan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). SKPD
terbagi menjadi empat, yaitu SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN, dan SKPDLB.
Waktu penerbitan SKPD ini selambat-lambatnya lima tahun sejak terutangnya
pajak. Setelah diterbitkannya SKPD, Wajib Pajak dapat melaksanakan pembayaran
dan akan diadakan penagihan jika kegiatan ini tidak dilaksanakan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi terminologi pajak daerah?


2. Bagaimana sarana pelaporan pajak daerah?
3. Bagaimana pemungutan pajak daerah?
4. Bagaimana penerbitan surat ketetapan pajak?
5. Bagaimana pembayaran dan penagihan pajak?
6. Apa saja surat ketetapan dan bagaimana peagihan pajak?

1
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi terminologi pajak daerah.


2. Untuk mengetahui sarana pelaporan pajak daerah.
3. Untuk mengetahui pemungutan pajak daerah.
4. Untuk mengetahui penerbitan surat ketetapan pajak.
5. Untuk mengetahui pembayaran dan penagihan pajak.
6. Untuk mengetahui surat ketetapan dan tagihan pajak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Terminologi Pajak Daerah

Terminologi yang termuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki


definisi peristilahan, yakni ilmu mengenai batasan atau definisi istilah.
Terminologi digunakan dalam memberi penjelasan sekaligus memberi batasan
tentang sesuatu. Ketentuan serta peraturan yang dibuat pemerintah memuat
terminologi dalam ketentuan umumnya. Terdapat beberapa terminologi dalam
pengenaan dan pemungutan pajak daerah, antara lain:

1. Daerah Otonom ialah daerah mempunyai batas wilayah serta berwenang


dalam pengurusan dan pengaturan urusan pemerintahan serta
kepentingan masyarakatnya secara mandiri dengan tetap dilandasi
aspirasi masyarakat.
2. Pemerintahan Daerah, pelaksanaan aktivitas pemerintahan oleh
perangkat daerah yang meliputi Gubernur, Bupati, Walikota atau
perangkat lainnya bersama DPRD sesuai asas dan prinsip otonomi.
3. Peraturan Daerah, peraturan perundang-undangan yang dibentuk dan
disusun oleh DPRD Provinsi, Kabupaten, dan/atau Kota dengan
persetujuan bersama Gubernur atau Bupati atau Walikota.
4. Dalam UU No.1 Th. 2022 Bab 1 Pasal 1 Ayat 21 disebutkan Pajak
Daerah merupakan bentuk kontribusi wajib yang diserahkan oleh orang
pribadi maupun badan dan ditujukan pada daerah yang terutang. Pajak
daerah bersifat memaksa digunakan bagi keperluan daerah semaksimal
mungkin untuk kesejahteraan masyarakat tanpa mendapat imbalan
secara langsung.
5. Wajib Pajak, Orang pribadi maupun badan, meliputi pemungut,
pembayar, serta pemotong pajak yang memiliki hak kewajiban
perpajakan sesuai peraturan perundang-undangan.

3
6. Masa Pajak, periode satu bulan atau sesuai peraturan kepala daerah
maksimal tiga bulan. Menjadi acuan bagi WP untuk melakukan
hitungan, menyetorkan, serta melaporkan pajak terutang.
7. Tahun Pajak, periode waktu satu tahun.
8. Pajak yang terutang merupakan besaran nominal pajak yang wajib
dibayarkan selama masa pajak, tahun pajak atau selama bagian tahun
pajak, peraturan perundang-undangan pajak daerah.
9. Pemungutan ialah serentetan tahapan mulai dari penghimpunan data
objek, subjek pajak, penentuan besar nominal pajak yang terutang
hingga penagihan pajak kepada wajib pajak
10. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah adalah surat untuk lapor dan bayar
pajak, objek pajak dan atau yang bukan objek pajak, dan atau harta serta
kewajiban yang digunakan WP sesuai dengan peraturan perundang-
undangan pajak daerah..
11. Surat Setoran Pajak Daerah, bukti pembayaran atau bukti setor pajak
melalui formulir atau cara lain masuk ke kas daerah melalui tempat
pembayaran yang ditunjuk
12. Surat Ketetapan Pajak Daerah, surat yang memuat besar jumlah pokok
pajak yang terutang.

2.2 Sarana Pelaporan Pajak Daerah

Wajib Pajak atau disingkat dengan WP, dapat melaporkan pajak daerah
dengan mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah atau SPTPD. Pelaporan
pajak daerah dapat dilakukan secara online maupun langsung pada loket
pelayanan setempat. Pelaporan pajak daerah via online atau berbasis website,
Wajib Pajak cukup mendaftar akun e-SPTPD dan mengisi SPTPD melalui
website, yang selanjutnya akan terekam dan mendapatkan kode bayar,
pelaporan pajak daerah secara daring secara otomatis terintegrasi dengan
aplikasi pembayaran online melalui bank-bank yang ditunjuk.

Pelaporan pajak daerah secara langsung, wajib pajak dapat dengan


mendatangi loket pelayanan pajak daerah untuk kemudian mengisi formulir
SPOP (Surat Pemberitahuan Objek Pajak) sebagai pelengkap pendaftaran,

4
kemudian melakukan pelaporan omset bulanan atau pelaporan pajak daerah
dengan mengisi formulir SPTPD setelah mengisi formulir SPTPD, Formulir
tersebut akan diinput dan diverifikasi, Wajib pajak akan mendapatkan STS
(Surat Tanda Setoran) sebagai pengantar ke bank (tempat pelayanan pajak
daerah akan mengirimkan data pembayaran pajak yang harus dibayar ke bank),
Wajib Pajak kemudian melakukan pembayaran atas pelaporan pajak daerah,
Bank akan mengeluarkan bukti pembayaran sah yang diberikan kepada WP
dan mengirim data pajak yang telah dibayarkan ke tempat pelayanan pelaporan
pajak daerah.

2.3 Pemungutan Pajak Daerah

Pemungutan didefinisikan sebagai rentetan kegiatan yang dimulai dari


menghimpun informasi subjek dan objek pajak, penetapan besaran pajak yang
terutang, hingga melakukan penagihan kepada WP dan pengawasan saat
menyetorkan pajak. Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2022 Pasal 95 (2),
ketentuan umum dan tata cara pemungutan pajak mencakup aturan mengenai:
(1) registrasi dan pendataan; (2) penentuan jumlah pajak dan retribusi; (3)
bayar dan setoran; (4) laporan; (5) pengurangan, perbaikan, dan pembatalan
ketetapan; (6) pemeriksaan; (7) penagihan; (8) pemberatan; (9) penggugatan;
(10) penghapusan piutang pajak oleh kepala daerah; (11) peraturan lainnya
tentang tata cara pemungutan pajak. Pengaturan tentang ketentuan umum dan
tata cara pemungutan pajak daerah diatur berdasarkan PP RI No. 55 Th. 2016.
Pelaksanaan pemungutan Pajak Daerah diatur oleh pemerintah daerah itu
sendiri yang ditetapkan pada Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, dan
peraturan lain. Maksud dari ketentuan tersebut supaya pemerintah daerah bebas
dan leluasa ketika merancang sistem dan teknis pemungutan pajaknya sesuai
kondisi daerah masing-masing dan tetap didasari undang-undang. Meskipun
pelaksanaan pemungutan pajak daerah merupakan wewenang dari daerah itu
sendiri, namun pemungutan pajak bisa dilaksanakan dengan dua cara, yaitu:

1. Pertama, dengan cara official assessment system. Melalui cara ini Wajib
Pajak bisa membayar pajak setelah mendapat SKPD atau dokumen lain
yang setara.

5
2. Kedua, dengan cara self assessment system. Melalui Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah (SPTPD) WP bisa memperhitungkan, melapor, dan
melakukan pembayaran pajak yang terutang secara mandiri.
Wajib Pajak memenuhi kewajiban pajak melalui STPD apabila dalam kurun
tahun berjalan pajak tidak atau kurang bayar, dari hasil observasi SPPD
terdapat kurang bayar sebagai dampak salah penulisan ataupun salah
penghitungan, dan WP dikenakan sanksi bunga atau sanksi denda.
Pada saat pemungutan Pajak Daerah akan dikenakan biaya pemungutan.
Biaya pemungutan merupakan biaya dalam rangka pemungutan pajak yang
diserahkan kepada aparat yang berwenang melaksanakan pemungutan.
Berdasarkan Perda Kota Semarang No. 10 Tahun 2007 Pasal 2 ayat (2), biaya
pemungutan pajak daerah ditetapkan maksimal 5% dari penerimaan pajak
daerah.
Contoh: Tata Cara Pemungutan PAT (Pajak Air Tanah)
Berdasarkan Perwali Mojokerto Nomor 4 Tahun 2012, Wajib Pajak harus
melakukan pendaftaran dan pendataan. Dasar Pengenaan Pajak yang
diperhitungkan merupakan dari nilai perolehan air (NPA) serta ditetapkan tarif
sebesar 20%. Perhitungan PAT dirumuskan dengan NPA x 20%. Pemungutan
pada Pajak Air Tanah ini dilakukan secara official assessment sehingga WP
diharuskan membayar besaran PAT sesuai dengan SKPD. Pembayaran PAT
selambat-lambatnya lima belas hari sejak terbitnya SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT, dan STPD.
2.4 Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)

2.4.1 Jenis SKPD

SKPD menjadi penentu besaran pokok atas pajak yang terutang.


Berdasarkan PP RI No. 55 Th. 2016 terkait Ketentuan Umum dan Tata
Cara Pemungutan Pajak Daerah Bab IV Pasal 16 terdapat empat jenis
SKPD, antara lain:

a) SKPD Kurang Bayar (KB)


SKPD yang menjadi penentu besaran total pokok pajak, total
kredit pajak, total kekurangan bayar pokok pajak, sanksi

6
administratif yang harus dibayar, dan total pajak yang masih
harus dibayar oleh wajib pajak.
b) SKPDKB Tambahan (KBT)
SKPD yang menjadi penentu tambahan kurang bayar atas total
pajak yang sudah ditentukan.
c) SKPD Lebih Bayar (LB)
SKPD yang menjadi penentu total lebih bayar pajak yang terjadi
karenakan adanya kredit pajak lebih besar dibanding pajak yang
terutang atau pajak yang semestinya tidak terutang.
d) SKPD Nihil (N)
SKPD yang menjadi penentu total pokok pajak sama besar
dengan total kredit pajak atau pajak yang tidak terutang dan tidak
ditemukan adanya kredit pajak.

2.4.2 Waktu Penerbitan SKPD

Pada kurun waktu selambatnya 5 tahun sejak pajak tersebut terutang,


Kepala daerah dapat menerbitkan SKPDN, SKPDKBT, SKPDKB
terhadap jenis pajak dibayar sendiri sesuai hasil hitung WP yang terdiri
dari pajak: (1) Hotel (2) Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, (3)
Penerangan Jalan, (4) Restoran, (5) Parkir, (6) Hiburan, (7) Rokok, (8)
Mineral bukan logam dan batuan, (9) Sarang Burung Walet, dan (11)
BPHTB

• Penerbitan SKPD Kurang Bayar (KB)

SKPD (KB) diterbitkan ketika:

- Setelah pemeriksaan dilakukan atau ada keterangan tambahan lain


ditemukan adanya pajak terutang yang kurang bayar.
- SPTPD pajak yang dibayar sendiri berdasarkan hasil penghitungan
yang sedikitnya memuat omzet serta pajak terutang pada satu masa,
tidak disampaikan ke Kepala Daerah setempat dalam periode
tertentu dan ketika memperoleh teguran tertulis pun belum

7
disampaikan sesuai tenggat waktu yang telah ditentukan di Surat
Teguran yang bersangkutan.
- Kewajiban pengisian SPTPD tidak dipenuhi.

Pengenaan sanksi administratif:

Sanksi administratif dikenakan 2% bunga sebulan dari total


kekurangan pajak terutang terhitung dari bulan telat bayar untuk tenggat
waktu maksimal 24 bulan sejak terutang pajak. Bila kurang bayar
disebabkan karena kewajiban pengisian SPTPD tidak dipenuhi maka
terkena sanksi administratif kenaikan 25% dari besaran pokok pajak serta
2% bunga sebulang terhitung dari pajak kurang bayar atau telat bayar
dengan tenggat waktu 24 bulan sejak pajak terutang.

• Penerbitan SKPD Kurang Bayar (KBT)

SKPD (KBT) diterbitkan ketika:

- Adanya penemuan data belum terungkap sebelumnya atau data baru


yang menyebabkan adanya tambahan pajak yang terutang.

Pengenaan sanksi administratif:

Sanksi administratif dikenakan kenaikan 100% dari total kurang


pajak tersebut. Namun, bila WP melapor sendiri kurang bayar tambahannya
sebelum pemeriksaan dilakukan, maka kenaikan tersebut tidak berlaku.
Pelunasan SKPDKB dan SKPDKBT wajib dilakukan maksimal satu bulan
sejak waktu penerbitan.

• Penerbitan SKPD Nihil (N)

SKPD (N) diterbitkan ketika:

- Bila besaran pajak terutang sama nominal dengan total kredit pajak atau
total pajak yang tak terutang atau tiada kredit pajak hasilnya sama.
• Penerbitan SKPD Lebih Bayar (LB)

8
Bila terdapat kelebihan dalam pembayaran pajak, WP dapat
mengajukan permohonan untuk pengembalian kelebihan tersebut ke Kepala
Daerah. Maksimal 12 bulan terhitung sejak permohonan WP diterima,
Kepala Daerah harus memberi keputusan. Bila kurun waktu 12 bulan
tersebut telah terlampaui dan belum ada keputusan dari Kepala Daerah,
permohonan WP atas pengembalian kelebihan bayar pajak tersebut
dikabulkan.

SKPD (N) diterbitkan ketika:

- Bila permohonan pengembalian kelebihan bayar pajak yang diajukan


oleh WP sudah dikabulkan atau dianggap sudah dikabulkan. Waktu
penerbitan paling lama 1 bulan setelah permohonan dikabulkan.

Bila WP terdapat utang pajak, penghitungan kelebihan pembayaran


dapat digunakan untuk melunasi utangnya lebih dulu. Pengembalian lebih
bayar dilakukan pada tenggat waktu maksimal 2 bulan sejak terbit SKPDLB.
Jika lewat dari 2 bulan, Kepala Daerah wajib memberi imbalan bunga 2%
atas keterlambatan pengembalian.

2.5 Pembayaran dan penagihan Pajak

Pembayaran pajak adalah pelaksanaan kewajiban oleh warga negara selaku


Wajib Pajak (WP) sebagai realisasi atas kewajiban bersama-sama mengenai pajak
dan langsung yang bertujuan dalam pembangunan nasional dan pembelanjaan
negara. Sebagaimana tercantum pada UU No. 7 Tahun 2021 sesungguhnya
membayar pajak bagi warga negara salah satu realisasi kewajiban kewarganegaraan.

2.5.1 Tata Cara Pembayaran Pajak

9
Apabila merujuk Peraturan Pemerintah (PP) No. 50 Tahun 2022
pada pasal 9 mengenai Aturan Pembayaran Kewajiban dan
Perwujudan Hak Perpajakan, seperti dibawah:

1. Surat Setoran Pajak dijadikan oleh WP dalam melaksanakan


pemenuhan terutang pajaknya ke kas negara.
2. Sebagai halnya ayat 1 diatas pembayaran pajak dapat lewat
media pendaftaran lain yang sepadan dengan SSP.
3. Apabila melalui sarana pendaftaran lain, pelunasan pajak harus
selaras Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan

Dalam membayar pajak, MenKeu memberikan jatuh tempo 15 hari


selesai akhir masa pajak atau saat terutang pajak bagi berbagai jenis
masa pajak.

Penagihan pajak merupakan uraian kegiatan yang dilakukan


sebagai peringatan, yang diawali terbitnya surat peneguran,
pengajuan surat paksa, mengeluarkan surat perintah penyitaan
memiliki tujuan supaya penanggung pajak membayar setengah atau
semua utang pajak. (Ni Kadek Anik, 2019:2) Secara umum, ada dua
kelompok tindakan penagihan pajak, yaitu penagihan pajak aktif dan
penagihan pajak pasif. Penagihan pajak aktif yakni tindak lanjut dari
kegiatan penagihan pajak pasif yang mana diawali penerbitan surat
paksa sampai dilakukan lelang atas aset penyitaan. Sedangkan,
aktivitas yang tidak dilakukan secara nyata bagi penanggung pajak
di luar aktivitas penagihan pajak aktif ialah pengertian penagihan
pajak pasif.

2.5.2 Landasan Penagihan Pajak

Pada UU No. 28 Th. 2007 KUP landasan melakukan penagihan


pajak harus sinkron dengan berbagai surat keputusan berikut ini. (1)
STP, (2) SKPKB, (3) SKPKBT, (4) SK Pembetulan, (5) SK Keberatan,
(6) Putusan Banding, hal ini mengakibatkan timbulnya penambahan

10
yang dibayarkan pada jumlah pajaknya dipenuhi paling lama 1 bulan
sesudah jatuh tempo.

2.5.3 Pelaksanaan Penagihan Pajak


1. Menerbitkan Surat Teguran
Surat pemberitahuan yang dibuat oleh DJP untuk WP yang
belum melaporkan SPT atau serupa surat lainnya sesudah
melewati tujuh hari terhitung dari jatuh waktu pembayaran
ialah surat teguran. Surat teguran ini sebagai pendahulu dari
aktivitas penagihan pajak. Penanggung pajak tidak akan
memperoleh surat teguran apabila sudah mengajukan
penangguhan waktu dan mencicil terutang pajaknya. Adapun,
pengajuan WP tersebut dapat diperkenankan oleh Kepala
Daerah untuk kemudian akan dikenai bunga sebesar 2% sebulan
atas penundaan atau angsuran terutang pajak tersebut.
2. Peringatan melalui Surat Paksa
3. Dalam UU No. 19 Th. 1997 mengenai penarikan pajak melalui
surat paksa yang kemudian dirubah menjadi UU No. 19 Tahun
2000. Surat pemberitahuan pembayaran utang pajak apabila
telah melebihi jatuh tempo selama 21 hari setelah surat teguran
pajak dikeluarkan namun tidak juga melunasi utang pajaknya.
4. Tindakan Perintah Penyitaan
Penyitaan dilakukan oleh jurusita yang mendapat perintah dari
kepala KPP berdasarkan SPMP bila setelah 2 x 24 jam tidak juga
dilunasi terhitung dari dikeluarkan surat paksa.
5. Dilakukan Lelang atas Aset Penyitaan
Lelang merupakan penjualan barang dengan memberikan
penawaran harga yang dilakukan dimuka umum. Aset penyitaan
yang tidak termasuk dilakukan penjualan dengan lelang, antara
lain obligasi, saham, buku tabungan, uang tunai, surat berharga
lainnya.

11
2.6 Surat Ketetapan Pajak dan Tagihan Pajak

Berdasarkan UU No. 55 Th.2016 pasal 16, Surat Ketetapan Pajak


(SKP) merupakan sebuah surat untuk digunakan sebagai penagihan atas
tagihan pajak. Surat ini biasanya diakibatkan karena ketidakbenaran saat
dilakukannya pengisian formulir Surat Pemberitahuan yang diisikan oleh
WP yang akan diterbitkan ketika proses pemeriksaan selesai dilaksanakan
sebelum dilaksanakannya proses penyidikan. Terdapat beberapa fungsi
dari adanya SKP ini yaitu :

1. Untuk melakukan koreksi fiskal yang dilakukan oleh WP


2. Alat untuk meletakkan denda administrasi perpajakan
3. Alat untuk melaksanakan penagihan pajak
4. Alat untuk memberitahu jumlah pajak baik kurang maupun lebih
bayar yang ditujukan kepada WP

Surat Ketetapan Pajak ini dibagi menjadi empat jenis yaitu :

1. SKPDKB

Penerbitan SKPDKB akan dilakukan oleh DJP digunakan untuk


mengetahui besarnya total kredit pajak, jumlah pokok pajak, jumlah
denda administrasi, serta besarnya pajak yang seharusnya dibayarkan.

2. SKPDKBT

SKPDKBT digunakan untuk mengetahui besarnya tambahan dari total


pajak yang sudah diketahui. SKPKBT diterbitkan ketika ditemukannya
data yang terbaru atau data awal belum diketahui sehingga
mengakibatkan bertambahnya pajak yang terutang.

3. SKPLB

Surat ini akan dikeluarkan guna mengetahui berapa kelebihan atas


dibayarkannya pajak disebabkan lebih besarnya total kredit pajak
dibandingkan dengan pajak yang harus masih dibayarkan atau tidak

12
seharusnya dibayarkan. WP terlebih dahulu membuat permohonan
tertulis sehingga SKPLB baru bisa diterbitkan.

4. SKPN

Penerbitan surat ini guna mengetahui sama besarnya total pajak dengan
total kredit pajak serta pajak yang tidak seharusnya dibayarkan dan tidak
adanya kredit pajak.

2.6.1 Surat Tagihan Pajak

Penagihan pajak serta denda administrasi misalnya bunga akan


diterbitkan dalam STP. Dalam Pasal 14 UU No.6 Th. 1983
mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang sudah
direvisi menjadi UU No.7 Th. 2021 menjadi Harmonisasi Peraturan
Perpajakan.

Tagihan ini diatur pada pasal 19 UU No. 55 Tahun 2016. penagihan


pajak merupakan kegiatan supaya WP membayar kewajibannya dan
besaran biaya penagihan pajak dengan tindakan menegur serta
mengisyaratkan, melakukan tagihan dan memberikan surat
pemaksaan, mengajukan aksi pencegahan, melakukan penyitaan aset
atau barang, penyanderaan, lalu melelang aset yang sebelumnya disita
(Rahayu, 2010:197).

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada topik ketentuan umum perpajakan daerah terdapat beberapa pokok


pembahasan rinci mencakup terminologi-terminologi dalam perpajakan daerah,
sarana untuk pelaporan pajak daerah, pemungutan pajak daerah, penerbitan SKPD,
juga pembayaran serta penagihan pajak daerah. Terminologi yang digunakan dalam
lingkup perpajakan daerah meliputi definisi pajak daerah itu sendiri, definisi
pemungutan, pengertian dari surat-surat yang digunakan selama pelaporan pajak
daerah, dan istilah-istilah lainnya. Sarana pelaporan pajak daerah dapat digunakan
dengan dua cara baik secara online maupun langsung dengan sama-sama
melakukan pengisian SPTPD. Pemungutan pajak daerah mencakup kegiatan dari
penghimpunan data hingga penagihan pajak daerah. Penerbitan Surat Ketetapan
Pajak Daerah atau SKPD menjadi penentu besaran pokok pajak terutang dengan
waktu penerbitan lima tahun sejak pajak terutang. SKPD terdiri dari SPDKB,
SPDKBT, SPDN, dan SPDLB. Pembayaran pajak sendiri merupakan bentuk
kewajiban masyarakat terhadap pemerintahan dalam rangka pembangunan nasional.
Penagihan merupakan peringatan kepada WP untuk membayar pajak terutang
dengan instrument SKP.

3.2 Saran

Dalam keberjalanan pajak daerah, diharapkan pemerintahan daerah baik


Gubernur, Walikota, Bupati, atau segenap instrumen pemerintah daerah yang telah
diberikan wewenang untuk mengatur daerahnya sendiri, mengurus masyarakat, dan
memenuhi kebutuhan rumah tangganya benar-benar mengampu tugasnya
didasarkan pada aspirasi masyarakat daerah setempat dengan tetap memerhatikan
peraturan perundang-undangan daerah. Sehingga hadirnya asas dan prinsip
otonomi serta keterkaitannya dengan pengadaan pajak daerah dapat berjalan efektif,

14
sesuai antara penerimaan maupun realisasi pajak daerah tersebut sebesar-besarnya
untuk kepentingan masyarakat daerahnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, Damas Dwi. 20017. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Malang: UB
Press.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2016 Tentang Ketentuan


Umum dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah

Peraturan Daerah Kota Semarang No. 10 Tahun 2007 Tentang Biaya Pemungutan
Pajak Daerah

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2022 Tentang Hubungan


Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah

Pohan, Chairul Anwar. 2021. Kebijakan dan Administrasi Perpajakan Daerah Di


Indonesia Keuangan, Pajak, dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama

Pedoman Umum Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. 2019

Ana, Ovilya Rambu dan Norman Duma. 2017. Peranan Penagihan Tunggakan
Pajak Terhadap Pertumbuhan Tunggakan Pajak. Jurnal Akuntansi dan
Perpajakan, 3(1)

bpk.go.id “PP No.50 Tahun 2022”. Diakses pada 29 Maret


2023, https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/232952/pp-no-50-tahun-
2022

klikpajak.id “Pembayaran Pajak”. Diakses pada 29 Maret 2023, dari


https://klikpajak.id/blog/ketentuan-umum-mengenai-pembayaran-pajak-
yang-harus-diketahui/

Ni Kadek Yuni Krisnayanti, A.Y. 2019. "Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak,


Penagihan Pajak dan Sanksi Pajak terhadap Penerimaan Pajak ( Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Di Wilayah Denpasar Timur)". Jurnal Sains,
Akuntansi & Manajemen.

Mustikaati, Linda. 2010. “Analisis Penagihan Pajak”. Jurnal Sains, Akuntansi &
Manajemen.

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan


pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000, Pasal 1 angka 8.

16

Anda mungkin juga menyukai