Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PAJAK NEGARA DAN PAJAK DAERAH

DISUSUN OLEH

NAMA : NURSYADILLA TUNHAKIM(4022021057

DINA ANASTASYA (4022021056)

PROGRAM STUDI. : EKONOMI SYARIAH

MATA KULIAH : PERPAJAKAN DAN ZAKAT

DOSEN PENGAMPU : Uun Dwi Al Muddatstsir.,M A

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita mampu menyusun makalah ini yang Insya Allah
dapat memberikan manfaat.

Sholawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada Baginda kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga zaman terang
benderang ini, tanpa beliau dan tanpa izin Allah mungkin kita tidak mengetahui tentang
banyak nya Ilmu pengetahuan baik bersifat umum maupun religi.

Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Perpajakan dan
Zakat yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini dan tidak lupa juga kami
ucapkan terima kasih kepada keluarga, serta rekan-rekan yang ikut mendukung dalam
penyusunan makalah ini.Dengan disusunnya makalah ini kami menyadari penyusunan masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami harap rekan-rekan sekalian dapat memberikan
kritikan serta masukan agar kedepannya kami dapat menyusun makalah lebih baik.

Langsa,7 April 2023

Penyusun
I

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................I

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A.latar belakang..............................................................................................................1

B.Rumusan masalah.......................................................................................................1

C.Tujuan.........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3

A. Definisi pajak negara.................................................................................................3

B. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah...........................................................................3

C. dasar hukum pajak negara.........................................................................................4

D. Definisi pajak daerah.................................................................................................5

E Jenis pajak dan objek pajak.........................................................................................5

F. Tarif pajak..................................................................................................................6

G. Tata cara pemungutan pajak......................................................................................8

H. Kedaluarsa penagihan pajak......................................................................................9

I. Retribusi daerah..........................................................................................................9

J. Objek retribusi daerah...............................................................................................10

K. Subjek retribusi daerah............................................................................................11

L. Prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi daerah................................................11


M. Tata cara pemungutan retribusi...............................................................................12

ii

N. Pemanfaatan retribusi..............................................................................................12

O.Kadaluarsa penagihan retribusi................................................................................12

BAB III PENUTUP ...............................................................................................................13

A.Kesimpulan...............................................................................................................13

B.Saran............................................................................................................. ...........13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................14


iii

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pajak merupakan alternatif yang sangat potensial. Sebagai salah satu sumber
penerimaan Negara yang sangat potensial, sektor pajak merupakan pilihan yang sangat tepat,
selain karena jumlahnya yang relatif stabil juga merupakan ceminan partisipasi aktif
masyarakat dalam membiayai pembangunan. Jenis pungutan di Indonesia terdiri dari pajak
Negara (pajak pusat), pajak daerah, retribusi daerah, bea dan cukai dan penerimaan Negara
bukan pajak. Pos Penerimaan Asli Daerah (PAD) dalam anggaran pendapatan belanja
daerah(APBD) adalah pajak daerah

Pajak Daerah menurut Kesit (2005)adalah pungutan wajib atas orang pribadi atau
badan yang dilakukan oleh pemerintah daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang
dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah”.

Kemauan wajib pajak dalam membayar kewajiban perpajakannya merupakan hal


penting dalam penarikan pajak tersebut. Penyebab kurangnya kemauan tersebut antara lain
adalah asas perpajakan, yaitu bahwa hasil pemungutan pajak tersebut tidak langsung
dinikmati oleh para wajib pajak. Memang harus disadari bahwa jalan-jalan raya yang halus,
Pusat-pusat kesehatan masyarakat, pembangunan sekolah-sekolah negeri, Irigasi yang baik,
dan fasilitas-fasilitas publik lainnya yang dapat dinikmati masyarakat itu merupakan hasil
dari pembayaran pajak. Masyarakat sendiri dalam kenyataanya tidak suka membayar pajak.
Hal ini disebabkan masyarakat tidak pernah tahu wujud konkret imbalan dari uang yang
dikeluarkan untuk membayar pajak
B.Rumusan Masalah

 Apa yang dimaksud dengan pajak negara


 Bagaimana Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
 Bagaimana dasar hukum pajak negara
 Apa yang dimaksud dengan pajak daerah

 Apa saja jenis pajak dan objek pajak


 Apa yang dimaksud dengan tarif pajak
 Bagaimana tata cara pemungutan pajak
 Apa yang dimaksud dengan kedaluarsa penagihan pajak
 Apa yang dimaksud dengar retribusi daerah
 Apa saja objek retribusi daerah
 Apa yang dimaksud dengan subjek retribusi daerah
 Bagaimana prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi daerah
 Bagaimana tata cara pemungutan retribusi
 Apa yang dimaksud dengan pemanfaatan retribusi
 Apa yang dimaksud dengan kedaluarsa penagihan retribusi

C.Tujuan Masalah

 Mengetahui pengertian pajak negara


 Menjelaskan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
 Menjelaskan dasar hukum pajak negara
 Mengetahui pengertian pajak daerah
 Mengetahui jenis pajak dan objek pajak
 Menjelaskan tarif pajak
 Menjelaskan tata cara pemungutan pajak
 Mengetahui kedaluarsa penagihan pajak
 Menjelaskan retribusi daerah
 Mengetahui objek retribusi daerah
 Mengetahui subjek retribusi daerah
 Mengetahui prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi daerah
 Menjelaskan tata cara pemungutan retribusi
 Mengetahui pemanfaatan retribusi
 Mengetahui kedaluarsa penagihan retribusi

BAB II

PEMBAHASAN

A.definisi Pajak Negara

Pajak negara adalah Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat melalui aparatnya,
yaitu dirjen pajak ,kantor inspeksi pajak yang tersebar di seluruh Indonesia, maupun dirjen
Bea dan cukai .contoh pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai ,pajak penjualan atas
barang mewah pajak bumi dan bangunan ,Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
dan ,bea materai

B.Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

Dasar hukum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah adalah undang-undang
No. 28 tahun 2009 tentang Pajak daerah dan retribusi daerah. Beberapa pengertian atau istilah
yang terkait dengan pajak daerah antara lain:

1. Daerah otonom

Kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang


mengatur dan mengurus urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem negara kesatuan republik
Indonesia.

2. Pajak daerah
Kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

3. Badan

Sekumpulan orang dan modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya.BUMN dan BUMD Dengan nama dan dalam nama dan bentuk
apapun,Firma , kongsi, koperasi,dana pensiun, persekutuan,

perkumpulan,yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi lainnya.


Lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha
tetap.

4. Subjek Pajak

Subjek pajak adalah subjek hukum yang oleh undang-undang pajak diberi kewajiban
perpajakan. Hal itu dapat dimengerti ,sebab subjek hukum oleh hukum diakui mempunyai
hak dan kewajiban di hadapan hukum sehingga undang-undang pajak hanya menegaskan
hak-hak dan kewajiban sehubungan dengan perpajakan.1

5. Wajib Pajak

Orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotong pajak ,dan
pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

C.Dasar Hukum pajak negara.

Berikut ini berbagai dasar hukum yang mengatur perpajakan di Indonesia.

 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang diatur dalam UU
No. 6/1983 dan diperbarui oleh UU No. 16/2000.

1
Dr.Abduk Basir, penegakan hukum pidana perpajakan di Indonesia,(Surabaya,penerbit Cipta Media Nusantara
2022),hal 25
 Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) yang diatur dalam UU No. 7/1983 dan
diperbarui oleh UU No. 17/2000.
 Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan yang diatur oleh UU
No. 8/1983 dan diganti menjadi UU No. 18/2000.
 Undang-undang penagihan pajak dan surat paksa yang diatur dalam UU No. 19/1997
dan diganti menjadi UU No. 19/2000.
 Undang-Undang Pengadilan Pajak yang diatur dalam UU N0. 14/200

D.Definisi Pajak daerah

Pajak Daerah (lokal) adalah Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan terbatas
pada rakyat daerah itu sendiri, baik yang dilakukan oleh Pemda tingkat 1 maupun Pemda
tingkat II. Contoh: pajak radio ,pajak televisi, pajak hotel ,pajak sarang burung walet Pajak
Hiburan, Pajak Restoran, Pajak Parkir, Pajak Reklame, Pajak PBB-KB, Pajak Rokok, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Air Tanah (PAT).2

E.Jenis Pajak dan objek Pajak

1.Menurut Golongan pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Pajak Langsung

adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib pajak dan tidak dapat
dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Contohnya yaitu Pajak
Penghasilan (PPh).

b. Pajak Tidak Langsung

Adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau
pihak ketiga. Contohnya yaitu Pajak pertambahan Nilai (PPN)

2
Siti Resmi, perpajakan teori dan kasus, (Jakarta, Penerbit Salemba Empat,2011),hal 3-8.
2. Menurut sifat

Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Pajak Subjektif

Yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan pribadi wajib Pajak atau pengenaan
pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya. Contohnya yaitu Pajak Penghasilan (PPh).

b. Pajak Objektif

Yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan,
perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa
memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal.
Contohnya yaitu Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

3. Menurut Lembaga Pemungut

Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Pajak Negara

Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga negara pada umumnya. Contohnya PPh, PPN dan PPNBM.

b. Pajak Daerah

Adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah baik daerah tingkat I (pajak provinsi)
maupun daerah tingkat II (pajak Kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga daerah masing-masing. Contohnya adalah Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor, dan lain-lain.

Sedangkan objek pajak merupakan sumber pendapatan yang dikenakan pajak. Setiap
subjek pajak haruslah mempunyai objek pajak yang nantinya dikenakan atas pajak yang
berlaku. Sementara itu, orang pribadi atau badan yang memiliki kewajiban pajak dapat
disebut sebagai wajib Pajak pribadi atau Wajib Pajak badan.

Objek Pajak yang dikenai Pajak Penghasilan (PPh) adalah Penghasilan dari usaha
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto (omset) yang tidak
melebihi Rp 4.800.000.000 dalam 1 tahun Pajak. Pajak yang terutang Dan harus dibayar
adalah: 1% dari jumlah peredaran bruto (omset).

F.Tarif Pajak

Tarif pajak adalah suatu penetapan atau presentase berdasarkan undang-undang yang
dapat digunakan untuk menghitung dan menentukan jumlah pajak yang harus dibayar, disetor
dan dipungut oleh wajib pajak. Pada umumnya tarif pajak di Indonesia ditentukan
berdasarkan persentase, tetapi ada juga tarif pajak yang hanya berupa nominal saja. Jadi
untuk menghitung jumlah pajak, tinggal mengalihkan tarif pajak dengan dasar pengenaan
pajak (DPP). Ada beberapa jenis tarif pajak yang dapat digunakan oleh suatu negara sebagai
acuan dalam menghitung atau menetapkan pajak, yaitu:

 Tarif Tetap.

Tarif pajak yang besar nominalnya tetap tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan
dasar pengenaan pajak. Contohnya bea materai, nominal nya tetap 3000 atau 6000 dan tidak
ada tarif berupa persentase untuk pajak bea materai.

 Tarif Proporsional

Tarif pajak yang menggunakan persentase tetap tanpa memperhatikan dasar


pengenaan pajak. jadi jumlah pajak yang dibayar akan sebanding dengan DPP-nya. Apabila
DPP-nya semakin besar maka pajak yang harus dibayar akan semakin besar pula ,begitu juga
sebaliknya. Misalnya tarif pajak pertambahan nilai (PPN ) yang kita kenal sekarang ini
sebesar 10%. Berapapun nilai dasar pengenaan pajak DPP tarif pajak yang digunakan tetap
10% dari DPP.

 Tarif Progresif
Tarif pajak yang persentasenya semakin besar apabila dasar pengenaan pajaknya
meningkat. undang-undang pajak penghasilan negara Indonesia pasal 17 ayat 1 menggunakan
tarif ini.Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini:

a penghasilan kurang dari 50 juta tarif pajak 5%

b. Penghasilan diatas 50 juta sampai dengan 250 juta tarif pajaknya 15%.

c. Penghasilan di atas 250 juta sampai dengan 500 juta tarif pajaknya 25%

 Tarif Degresif.

Tarif pajak yang persentasenya semakin kecil apabila dasar pengenaan pajak DPP
menurun.Pada prakteknya undang-undang perpajakan di negara Indonesia tidak pernah
menggunakan tarif degresif.Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini:

a. Penghasilan di bawah 50 juta tarif pajaknya adalah 30%.


b. Penghasilan di atas 50 juta sampai dengan 250 juta tarif pajaknya 25%.
c. Penghasilan di atas 250 juta sampai dengan 500 juta tarif pajaknya 15%.
d. Penghasilan di atas 500 juta tarif pajaknya 5%.

 Tarif Ad Valorem

Tarif pajak dengan presentasi tertentu yang dikenakan pada harga atau nilai suatu barang
contohnya adalah biaya masuk (biaya impor).

 Tarif Spesi K

Tarif pajak dengan suatu jumlah tertentu atau sesuatu jenis tertentu atau satuan jenis barang
tertentu sesuai dengan spesifikasinya.

G.Tata Cara Pemungutan Pajak


Agar sesuai dengan tujuan, maka pemerintah mesti melakukan pemungutan pajak sesuai
dengan stelsel pemungutan pajak. Secara teoritik ada tiga stelsel pemungutan pajak, yaitu :
riil stelsel, fiktif stelsel dan setelsel campuran.3

 Stelsel Nyata ( Riel Stelsel)

Yaitu pengenaan pajak didasarkan pada (objek penghasilan nyata) sehingga


pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak ,yakni setelah penghasilan yang
sesungguhnya diketahui

 Stelsel Fiktif

Yaitu pemungutan pajak yang didasarkan pada suatu anggapan atau asumsi.Anggapan
ini didasarkan atas jumlah pajak yang dibayar pada tahun sebelumnya oleh wajib pajak,
sehingga diharapkan tidak terjadi kekeliruan yang signifikan antara jumlah pajak yang
dibayar dengan jumlah pajak yang sebenarnya atau senyatanya. Dalam mengasumsikan ini
pemungut pajak juga menggunakan analisis yang cermat atas kondisi wajib pajak, terutama
yang berkaitan dengan jumlah penghasilan yang mungkin diperoleh oleh wajib pajak dan
jenis penghasilan yang akan didapatkan oleh wajib pajak .

 Stelsel Campuran

Yaitu pengenaan pajak yang didasarkan pada fiktif stelsel dan Riil stelsel. Stelsel
campuran menentukan besarnya jumlah pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak dengan
anggapan terlebih dahulu, kemudian diakhir menggunakan data yang senyatanya/riil atau
sebaliknya.

Misalnya, untuk menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang berdasarkan penilaian
yang riil terhadap data objek yang ada atau data yang telah diberikan oleh subjek pajak,
ternyata data tersebut mencurigakan diperkirakan tidak benar atau disembunyikan, atau
subjek pajak tidak mau memberikan data objek pajaknya walapun telah diberikan surat
3
Nengah Suastika, Tata Cara Pemungutan Pajak dalam Perpektif Hukum Pajak ,JURNAL KOMUNIKASI HUKUM,
VOL 7 No 1 FEBRUARI 2021,Bali: Universitas Pendidikan Ganesha, 2021
teguran/surat peringatan,Maka untuk kondisi ini pajak terutangnya dapat dinilai berdasarkan
perkiraan.penggunaan sistem campuran ini akan dapat mengurang.

H.Kedaluarsa Penagihan Pajak

Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda,kenaikan, dan biaya
penagihan pajak, setelah melampaui waktu 5 tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak
atau berakhirnya masa pajak bagian tahun pajak ,atau tahun pajak yang
bersangkutan.Daluarsa penagihan pajak selama 5 tahun tertangguhkan apabila, diterbitkan
surat paksa ,adanya pengakuan utang pajak dari wajib pajak (baik langsung maupun tidak
langsung )diterbitkan SKPKB atau SKPKBT, dan dilaksanakan penyidikannya4

I.Retribusi Daerah

Menurut undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak daerah dan retribusi
daerah,Bab IV retribusi, bagian kesatu objek dan golongan retribusi. retribusi daerah
ditetapkan sesuai dengan perundang-undangan yang pelaksanaannya untuk daerah diatur
lebih lanjut dengan peraturan daerah.5Pemungutan dalam retribusi daerah tidak dapat
diborongkan, yang berarti seluruh proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat
diserahkan kepada pihak ketiga.

Kegiatan pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga
adalah yang berhubungan dengan kegiatan perhitungan besarnya retribusi yang terutang,
pengawasan penyetoran retribusi dan penagihan retribusi .retribusi daerah sebagaimana
halnya pajak merupakan salah satu PAD yang diharapkan menjadi salah satu sumber
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah,untuk meningkatkan
dan meratakan kesejahteraan masyarakat daerah.6

Retribusi daerah memiliki ciri ciri:7

 Pelaksanaan bersifat ekonomis

4
joko Muljono ,Panduan brevet pajak,(Yogyakarta, Penerbit Andi,2010) hal,165
5
Siswanto sunarno, hukum pemerintah daerah di Indonesia( sinar grafika Makassar 2012) hlm 78
6
Ahmad Yani, hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.Grafindo,Jakarta,2008 hal 55
7
Rahardjo Adisasmita, Manajemen Pemerintah Daerah,(Graha ilmu Yogyakarta 2011),hal 86
 Ada imbalan langsung bagi yang membayar retribusi
 Iurannya memenuhi persyaratan formal dan material
 Retribusi merupakan pungutan yang umumnya budgetairnya tidak menonjol
 Dalam hal-hal tertentu tetapi dalam banyak hal tidak lebih dari pengembalian biaya
yang telah dibukakan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan
masyarakat.

Berdasarkan ketentuan yang dimuat dalam UU PDRD, retribusi terbagi atas tiga jenis yaitu:

 retribusi jasa umum


 Retribusi jasa usaha
 Retribusi perizinan tertentu.

J. Objek Retribusi Daerah

Undang-undang nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan retribusi Daerah,
pasal 18 ayat 1 menentukan bahwa objek distribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang
disediakan oleh pemerintah daerah.Tidak semua jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah
dapat dipungut retribusinya, tetapi hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut perimbangan
sosial ekonomi layak dijadikan sebagai objek retribusi. Jasa tertentu tersebut dikelompokkan
ke dalam tiga golongan, yaitu jasa umum, jasa usaha, perizinan tertentu. hal ini membuat
objek retribusi terdiri dari tiga kelompok jasa sebagaimana disebut ( Siahaan, 2009,: 434 )
yaitu

10

 Jasa umum yaitu jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi
atau badan. Jasa umum antara lain meliputi pelayanan kesehatan dan pelayanan
pemasaran. Jasa yang tidak termasuk jasa umum adalah jasa urusan umum
pemerintahan.
 Jasa usaha yaitu jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah, dengan menganut
prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor
swasta. Jasa usaha antara lain meliputi penyewaan aset yang dimiliki atau dikuasai
oleh pemerintah daerah, penyediaan tempat penginapan, usaha bengkel kendaraan,
tempat penyucian mobil dan penjualan bibit.
 Perizinan tertentu, ya itu kegiatan tertentu pemerintahan daerah dalam rangka
pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,
pengaturan, pengendalian ,dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan uang,
penggunaan sumber daya alam,barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

K.Subjek Retribusi Daerah

Subjek retribusi daerah terdiri atas sebagai berikut:

 Retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan menikmati
pelayanan jasa umum yang bersangkutan.
 Retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan menikmati
pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.
 Retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin
tertentu dari pemerintah daerah.

L. Prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi daerah

Prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi adalah sebagai berikut:8

11

 Retribusi jasa umum, ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang
bersangkutan kemampuan masyarakat,aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian
atas pelayanan tersebut. Yang dimaksud dengan biaya di sini meliputi biaya operasi,
dan pemeliharaan, biaya bunga dan biaya modal.
 Retribusi jasa usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang
layak yaitu keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut
dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

8
Alfa S Pelealu , analisis penerimaan retribusi,Jurnal Berkala Ilmiah Efesiensi, volume 16 no.03 2016,manado:
universitas Sam Ratulangi,2016
 Retribusi perizinan tertentu didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau
seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan. Yang dengan biaya
penyelenggaraan pemberian izin di sini meliputi penerbitan dokumen izin,
pengawasan di lapangan, hukum, penatausahaan ,dan biaya dampak negatif dari
pemberian izin tersebut.

M. Tata Cara Pemungutan Retribusi

Retribusi dipungut dengan menggunakan surat ketetapan retribusi daerah (SKRD)


atau dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis ,kupon, dan kartu langganan. Dalam
hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang
membayar ,dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% setiap bulan dari
retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan
surat tagihan retribusi daerah (STRD).

N. Pemanfaatan Retribusi

Pemanfaatan penerimaan retribusi utamanya adalah untuk meningkatkan kualitas


pelayanan dan sekaligus pemerataan kesejahteraan masyarakat. Ketentuan mengenai
alokasi pemanfaatan penerimaan retribusi ditetapkan dengan peraturan daerah.

O. Kadaluarsa Penagihan Retribusi

Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kadaluarsa setelah melampaui


waktu 3 tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi kecuali jika wajib retribusi
melakukan tindak pidana di bidang distribusi

12

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan
Pajak negara (pusat) adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk pembiayaan rumah tangga negara. Sementara, pajak pemerintah (daerah)
adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk pembangunan
ekonomi daerah tersebut, baik itu provinsi maupun kabupaten/kota.Baik itu pajak pusat
maupun pajak daerah, semuanya memiliki tujuan pengenaan yang sama, yaitu untuk
membiayai pembangunan infrastruktur atau ekonomi negara guna kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat. Karena itu, sudah seharusnya bagi kita sebagai Wajib Pajak untuk taat
dalam membayar pajak.

B.Saran

Disusunnya makalah perpajakan dan zakat , penulis mengharapkan pembaca dapat


mengetahui kajian Pajak Negara dan Pajak Daerah dengan membaca buku atau jurnal jurnal
nya karena disini penulis hanya mengambil garis besar dari bahasan materi tersebut. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah Ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kritik maupun saran yang membangun untuk penulisan makalah selanjutnya sangat penulis
harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat untuk Pembaca khusunya u

13

DAFTAR PUSTAKA
Basir Abdul, Penegakan Hukum Pidana Perpajakan di Indonesia, Surabaya: Cipta Media
Nusantara, 2022

Resmi Siti, Perpajakan Teori dan Kasus, Jakarta: Salemba Empat, 2011

Suastika Nengah, Tata Cara Pemungutan Pajak Dalam Perspektif Hukum Pajak Volume 7
( Jurrnal Komunikasi Hukum), Bali: Universitas Pendidikan Ganesha, 2021

Muljono Joko, Panduan Brevet Pajak, Yogyakarta: Andi, 2010

Surnarmo Siswanto, Hukum Pemerintah Daerah di Indonesia, Makassar: Sinar Grafika 2012

Yani Ahmad, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Jakarta: Grafindo
2008

Adisasmita Rahardjo, Manajemen Pemeritah Daerah, Yogyakarta: Graha ilmu 2011

Pelealu S Alfa, Analias Penerimaan Retribusi Volume 16 (Jurnal Berkala Ilmiah Efesiensi),
Manado: Universitas Sam Ratulangi, 2016

14

Anda mungkin juga menyukai