Anda di halaman 1dari 12

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Hukum Pajak prodi Hukum Keluarga
Islam (HKI) Jurusan Syari’ah dan Ekonomi Bisnis Islam

Oleh :

Kelompok 3

AL NURMAHAYA MUHSHI (20156120004)

AHMAD GIMNASTIAR (20156120003)

FATIMAH (20156120007)

NADIA U (20156120025)

Dosen Pengampu :

SUAIB, S.H., M.H

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM

JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI BISNIS ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI MAJENE

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
Rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan MAKALAH yang berjudul
“Pajak Daerah dan Retribusi Daerah” tepat pada waktunya. Penyusunan Makalah
ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Hukum Pajak
prodi Hukum Keluarga Islam (HKI) Jurusan Syari’ah dan Ekonomi Bisnis Islam.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Penulis menyampaikan
terimah kasih kepada Dosen Pengampuh Mata Kuliah Hukum Pajak karena telah
memberikan ilmu yang bermanfaat dan selalu sabar dalam proses belajar mengajar.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan makalah ini sebaik mungkin, penulis
menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan makalah penelitian ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Polman, 8 April 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………..1
A. Latar Belakang ……………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………….2
C. Tujuan ………………………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………...3
A. Pengertian Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ……………………...3
B. Jenis-jenis Pajak dan Retribusi Daerah ……………………………….4
C. Dasar Hukum Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ………………….6
D. Fungsi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah …………………………..6
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………...8
A. Kesimpulan ………………………………………………………………....8
B. Saran ………………………………………………………………………...8
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah untuk


melaksanakan otonomi, pemerintah melakukan berbagai kebijakan perpajakan
daerah. Diantaranya dengan menetapkan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang pajak
daaerah dan retribusi daerah. Pemberian kewenangan dalam pengenaan pajak dan
retribusi daerah diharapkan dapat lebih mendorong pemerintahan daerah untuk
terus berupaya mengoptimalkan PAD, khususnya yang berasal dari pajak daerah
dan retribusi daerah. Kebijakan pungutan pajak daerah berdasarkan Perda
diupayakan tidak berbenturan dengan pungutan pusat (pajak maupun bea dan cukai)
karena hal tersebut akan menimbulakan duplikasi pungutan yang pada akhirnya
akan mendistorsi kegiatan perekonomian. Hal tersebut sebetulnya sudah
diantisipasi dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan
retribusi daerah sebagaimana di ubah dengan Undang-Undang Nomor 34 tahun
2000 pasal 2 ayat (4) yang antara lain menyatakan bahwa objek pajak daerah bukan
merupakan objek pajak pusat.

Di negara-negara yang menganut paham hukum, segala sesuatu yang


menyangkut pajak harus ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Dengan
demikian, pemungutan pajak kepada rakyat tentunya harus diseratai dengan
perangkat peraturan perundang-undangan yang di sebut dengan hukum pajak. Di
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23A mengatur dasar hukum
pemungutan pajak oleh negara. Pasal ini menyatakan bahwa pajak dan pungutan
lain bersifat memaksa untuk keperluan negara di atur dengan Undang-Undang.
Penyelenggaraan otonomi daerah akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila
didikung sumber-sumber pembiayaan yang memadai. Salahsatunya adalah dengan
meningkatkan kemampuan keuangan daerah bagi penyelenggara rumah tangganya.
Sekalipun demikian, otonomi daerah dalam kerangka Negara Republik Indonesia,
bukan hanya diukur dari jumlah PAD yang dapat dicapai, tetapilebih dari itu yaitu

1
sejauh mana pajak daerah dan retribusi daerah dapat berperan dalam mengatur
perekonomian masyarakat agar dapat bertumbuh kembang, yang pada gilirannya
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pajak daerah dan retribusi daerah?
2. Apa saja jenis pajak yang dapat ditarik pemerintah daerah?
3. Apa fungsi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah?

C. Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis yang termasuk kedalam sumber pendapatan daerah
2. Mengetahui jenis pajak yang dapat ditarik pemerintah daerah
3. Mengetahui fungsi pajak daerah dan retribusi daerah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Pajak daerah merupakan kewajiban konribusi perorangan kepada daerah


yang diatur dalam undang-undang. Menurut Thony Masyahrul (2004-5):’ Pajak
daerah adalah pajak yang dikelolah oleh daerah (baik pemerintah Tk.1 maupun
pemerintah Tk.2) dan hasilnya dipergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin
dan pembangunan derah atau bisa dikenal dengan Anggaran Pendapat Belanja
Daerah (APBD). Sedangkan menurut pasal 1 undang-undang No.28 tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah adalah kontribusi wajib
kepada daerah yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa
undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Adapun kriteria pajak menurut UU No. 34 tahun 2000, sebagai berikut:

1. Bersifat pajak bukan retribusi


2. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan
umum
3. Objek pajak terletak pada wilayah daerah kabupaten/kota
4. Potensi pajak memadai
5. Objek pajak bukan merupakan objek pajak provinsi/objek pajak pusat
6. Tidak memberikan dampak ekonomi negatif

Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karna


adanya jasa tertentu yang diberikan . Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
di Indonesia saat ini penarikan retribusi daerah hanya dapat dipungut oleh
pemerintah daerah. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan
pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya dapat
dinikmati oleh pribadi atau badan.

3
Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini dipungut di
Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-undang


dan peraturan daerah yang berkenaan
2. Hasil penerimaan retribusi masuk kekas pemerintahan daerah
3. Pihak yang membayar retribusi mendapat kontra prestasi secara langsung
dari Pemerintah Daerah atas pembayaran yang dilakukannya.

B. Jenis-Jenis Pajak dan Retribusi Daerah

Berdasarkan UU No.1 tahun 2022 tentang hubungan keuangan antara


pemerintah pusat dan daerah, terdapat 16 jenis pajak yang menjadi kewenangan
pemerintah daerah, dibedakan antara jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah
kabupaten/kota dan pemerintah ptovinsi.

Pajak yang dipungut oleh pemerintah provinsi besarannya diatur dalam


secara seragam diseluruh Indonesia dalam PP No. 65 tahun 2001, Pajak yang
dipungut oleh pemerintah provinsi adalah sebagai berikut:

1. Pajak kendaraan bermotor


2. Bea balik nama kendaraan bermotor
3. Pajak alat berat
4. Pajak bahan bakar kendaraan bermoto
5. POpsen pajak mineral bukan logam dan batuan
6. Pajak Rokok

Pajak yang dipungut oleh pemerintah kabupaten kota besarannya diatur


dalam Perda, tidak boleh lebih tinggi dari tarif maksimun yang telah ditetapkan
undang-undang. Pajak yang dipungut oleh pemerintah kabupaten adalah sebagai
berikut:

1. Pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan


2. Bea perolehan ha katas tanah dan bangunan
3. Pajak barang dan jasa tertentu

4
4. Pajak Reklame
5. Pajak mineral bukan logam dan batuan
6. Pajak sarang burung wallet
7. OPsen pajak kendaraan bermotor
8. OPsen bea balik nama kendaraan bermotor

Sedangkan retribusui daerah terbagi menjadi tiga jenis yaitu:

1. Retribusu pelayanan umum merupakan pungutan atas pelayanan yang


disediakan dan diberikan pemerintah daerah kepada kepentingan umum
serta dapat dinikmati secara pribadi atau badan. Jenis retribusi yang masuk
kedalam Retribusi umum adalah:
a) Pelayanan Kesehatan
b) Persampahan/kebersihan
c) KTP dan akte catatan sipil
d) Pemakaman/penguburan mayat
e) Parkir tepi jalan umum
f) Pelayanan pasar dan lain-lain.
2. Retribusi Pelayanan Usaha adalah pungutan atas pelayanan yang diberikan
pemerintah daerah yang bersifat komersial, yang meliputi pelayanan daerah
memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan. Jenis retribusi
ini adalah:
a) Jasa usaha pemakaian kekayaan daerah
b) Pasar grosir/pertokoan
c) Tempat pelelangan
d) Terminal
e) Tempat khusu parker
f) Pelayanan kepelabuhan
g) Teempat relreasi dan olahraga
h) Penjualan produksi daerah dan lain-lain
3. Retribusu perizinan tertentu adalah pungutan atas pelayanan perizinan
tertentu oleh pemerintah daerah atas kegiatan pemanfaatan ruang,

5
penggunaan sumber daya alam, barang, sarana dan prasana. Jenis retribusi
ini adalah:
a) Izin mendirikan bangunan
b) Izin penjualan minuman beralkohol
c) Usaha perikanan dan lain-lain

Penerimaan retribusi dimanfaatkan langsung untuk mendanai kegiatan-


kegiatan yang berhubungan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan yang
bersangkutan dengan besarnya alokasi pemanfaatan yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah.

C. Dasar Hukum Pajak Daerah dan Retribusi Daerah


Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dibuat buka tanpa atturan dan
dasar hukum. Segala ketentuan tentang Pajak dan Retribusi daerah diatur
dalam Undang-Undang No.28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, atau lebih dikenal UUPDRD. Lalu terdapat aturan lain
dibawahnya yaitu Peraturan Pemerintah dan Peraturan Daerah. Dasar
hukum PDRD diantaranya yaitu:
1. Undang-Undang No.28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
2. Undang-Undang No.1 tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
3. Undang-undang No.34 tahun 2000 yang merupakan
penyempurna dari undang-undang No.18 tahun 1997 tentang
PajakDaerah dan Retribusi Daerah.
4. PP. No.65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah
5. PP. No. 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah

D. Fungsi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah


Pajak dan Retribusi memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap
pembangunan daerah. Berikut adalah beberapa fungsi pajak dan retribusi
daerah:

6
1. Fungsi Anggaran, pajak daerah dan retribusi daerah merupakan
bagian dari pendapatan asli daerah yang digunakan untuk
pendanaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang,
pemeliharaan, pembangunan dan juga sebagai tabungan
pemerintah daerah.
2. Fungsi mengatur, melalui fungsi ini, dana dari pendapatn daerah
dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan
ekonomi.
3. Fungsi stabilitas,fungsi ini membantu pemerintah untuk
mengstabilkan harga barang dan jasa sehingga dapat
mengurangi inflasi. Tetapi uuntuk memenuhi fungsi ini
pemungutan pajak harus dilakukan secara efektif dan efisien
4. Fungsi retribusi pendapatan, Pajak daerah yang digunakan
uuntuk membiayai pembangunan termasuk untuk membuka
lapangan pekerjaan sehingga terjadi pemerataan pendapatan.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pajak daerah merupakan kewajiban konribusi perorangan kepada daerah
yang diatur dalam undang-undang. Menurut Thony Masyahrul (2004-
5):’ Pajak daerah adalah pajak yang dikelolah oleh daerah (baik
pemerintah Tk.1 maupun pemerintah Tk.2) dan hasilnya dipergunakan
untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan derah atau bisa
dikenal dengan Anggaran Pendapat Belanja Daerah (APBD).
Sedangkan Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada
negara karna adanya jasa tertentu yang diberikan . Sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan di Indonesia saat ini penarikan retribusi
daerah hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah.
2. Pajak dan Retribus Daerah merupakan sumber pendapatn daerah yang
utama, dan digunakan untuk membangun infrastruktur, mengstabilkan
harga pasar dan serta menjadi biaya penyediaan lapangan pekerjaan baru
untuk masyarakat.

B. Saran
Penulis berharap semoga anggaran pajak dan retribusi daerah
kedepannya semakin transparansi dan jelas arahnya kemana. Didalam
makalah ini juga terdapat banyak kekurangan olehnya itu, penulis berharap
kritikan dan saran yang membangun.

8
DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutendi, Hukum Pajak, Bandung: Sinar Grafika, 2011.


Nuraeni, Pajak dan Retribusi Daerah. Jurnal Development

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang No.28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Anda mungkin juga menyukai