Anda di halaman 1dari 23

BAB 3

TEORI PEMILIHAN LOKASI TPA SAMPAH

Untuk menangani Pekerjaan Pembangunan Sistim Pengelolaan Persampahan pada


umumnya untuk suatu kota diperlukan beberapa tahapan penting yang diperlukan
yang terbagi menjadi 3 (tiga) pekerjaan :

Studi Lokasi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah


Penyusunan Manajemen Persampahan
Penyusunan UKL dan UPL Tempat Pemrosesan Akhir Sampah

Untuk lebih Jelasnya akan diuraikan sebagai berikut :

3.1 STUDI LOKASI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH

3.1.1 Prinsip Pemilihan

Salah satu kendala pembatas dalam pengeterapan metoda


pengurugan limbah dalam tanah, misalnya metoda lahan-urug, adalah
pemilihan lokasi yang cocok baik terhadap lingkungan hidup. Di
Negara-negara industri, karakteristik lahan (terutama
permeabilitasnya) akan menentukan jenis limbah yang dapat masuk
kesana. Lahan yang tepat tidak selalu mudah didapat. Suatu metoda
pemilihan yang baik perlu digunakan agar memudahkan dalam
mengevaluasi calon lokasi tersebut.

Limbah merupakan kumpulan dari beberapa jenis buangan hasil


samping dari kegiatan, yang akhirnya harus diolah dan diurug dalam
suatu lokasi yang sesuai. Permasalahan yang timbul adalah bahwa
sarana ini merupakan sesuatu yang dijauhi oleh masyarakat sehingga
persyaratan teknis untuk penempatan sarana ini perlu didampingi
oleh persyaratan non teknis. Apalagi bila yang akan diurug adalah
jenis limbah yang berbahaya. Persyaratan non teknis yang utama
ialah kecocokan sarana tersebut dalam lingkungan sosial budaya

1
Teori Pemilihan Lokasi TPA
masyarakat di sekitarnya. Lebih luas lagi, kecocokan lokasi ini
dipengaruhi oleh kebijaksanaan daerah yang dalam bentuk formal
dinyatakan dalam rencana tata ruang. Dalam rencana tersebut
biasanya sudah dinyatakan rencana penggunaan lahan.

3.1.2 Faktor Pertimbangan Pemilihan

Pada dasarnya, pertimbangan utama dalam pemilihan lokasi lahan-


urug didasarkan atas berbagai aspek, terutama :

a) kesehatan masyarakat
b) lingkungan hidup
c) biaya, dan
d) sosio-ekonomi

Disamping aspek-aspek lain yang sangat penting, seperti aspek


politis dan legal yang berlaku disuatu daerah atau negara.

Aspek kesehatan masyarakat berkaitan langsung dengan


manusia, terutama kenaikan mortalitas (kematian), morbiditas
(penyakit), serta kecelakaan karena operasi sarana tersebut.
Aspek lingkungan hidup terutama berkaitan dengan pengaruhnya
terhadap ekosistem akibat pengoperasian sarana tersebut,
termasuk akibat transportasi dan sebagainya.
Aspek biaya berhubungan dengan biaya spesifik antara satu
lokasi dengan lokasi yang lain, terutama dengan adanya biaya
ekstra pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan.
Aspek sosio-ekonomi berhubungan dengan dampak sosial dan
ekonomi terhadap penduduk sekitar lahan yang dipilih. Termasuk
disini adalah keuntungan atau kerugian akibat nilai tambah yang
dapat dinikmati penduduk, ataupun penurunan nilai hal milik
karena berdekatan dengan sarana tersebut. Walaupun dua lokasi
yang berbeda mempunyai pengaruh yang sama dilihat dari aspek
sebelumnya, namun reaksi masyarakat setempat dengan
dibangunnya sarana tersebut bisa berbeda.

3.1.3 Metode Pemilihan

Suatu metodologi yang baik tentunya diharapkan bisa memilih lahan

2
Teori Pemilihan Lokasi TPA
yang paling menguntungkan dengan kerugian yang sekecil-kecilnya.
Dengan demikian metodologi tersebut akan memberikan hasil
pemilihan lokasi yang baik. Hal ini mengandung pengertian, yaitu :

a) lahan terpilih hendaknya memberikan nilai tertinggi ditinjau dari


berbagai aspek di atas,
b) pemilihan yang dibuat hendaknya dapat dipertanggungjawabkan,
artinya harus dapat ditunjukkan secara jelas bagaimana dan
mengapa suatu lokasi dipilih diantara yang lain.

Proses pemilihan lokasi lahan-urug idealnya hendaknya melalui suatu


tahapan penyaringan. Dalam setiap tahap, lokasi-lokasi yang
dipertimbangkan akan dipilih dan disaring. Pada setiap tingkat,
beberapa lokasi dinyatakan gugur. Hal ini akan tergantung pada
kriteria yang digunakan di tingkat tersebut. Kriteria yang digunakan
tambah ke bawah dari saringan ini akan lebih spesifik dan rinci,
sehingga lokasi yang tersisa menjadi lebih sedikit lagi. Pemilihan tiap
tingkat ini penting artinya, karena akan menghemat biaya
dibandingkan bila setiap calon lokasi langsung diuji dengan semua
parameter penguji. Disamping itu, pemilihan awal akan
menyederhanakan alternatif yang ada, karena lokasi yang tak layak
langsung disisihkan. Penyisihan tersebut akan memberikan calon-
calon lokasi yang paling layak dan baik untuk diputuskan pada tingkat
final oleh pengambil keputusan. Skema berikut menggambarkan
tahapan pencarian sebuah lokasi lahan-urug.
Penyaringan ini paling tidak terdiri dari tiga tahapan yaitu :

a) penyaringan awal,
b) penyaringan individu, dan
c) penyaringan final.

3
Teori Pemilihan Lokasi TPA
Studi area

Fase I Pelapisan regional

Lokasi yang dicari

Fase II Studi Lokasi-lokasi

Identifikasi calon lokasi

Fase III Evaluasi rinci calon-calon


lokasi

Pemilihan final

Skema 1 : Tahapan pencarian sebuah lokasi lahan-urug

Tahap pertama adalah penyaringan awal biasanya bersifat


regional, misalnya kesesuaian dengan Tata Guna Lahan dan
peruntukan yang telah digariskan di daerah tersebut. Pengambil
keputusan telah mendefinisikan secara jelas dalam daerah mana
suatu tempat pengurugan limbah tidak diperkenankan. Pada taraf
ini parameter yang digunakan hanya sedikit.
Tahap kedua dari tahap penyisihan taraf ini adalah penentuan
lokasi secara individu, kemudian dilakukan evaluasi dari tiap
individu. Pada tahap ini tercakup kajian-kajian yang lebih
mendalam, sehingga lokasi yang akan tersisa akan menjadi

4
Teori Pemilihan Lokasi TPA
sedikit. Parameter beserta kriteria yang diterapkan akan menjadi
lebih spesifik dan lengkap. Lokasi-lokasi tersebut kemudian
dibandingkan satu dengan yang lain, misalnya melalui
pembobotan. Bila dianggap perlu, tahap kedua ini dipecah lagi
menjadi tahap-tahap lain untuk lebih meyakinkan dalam
pengambilan keputusan pada tahap terakhir.
Tahap terakhir adalah tahap penentuan. Aspek yang bersifat
politis serta kebijakan pemerintah daerah/pusat akan memegang
peranan penting.

Parameter dan kriteria pemilihan lokasi yang digunakan diaplikasikan


lebih spesifik pada tahap lebih bawah. Kriteria yang bersifat umum
diaplikasikan di tingkat atas. Demikian juga tingkat kesulitan analisis
akan meningkat pada tingkat yang lebih rendah. Dalam hal ini, tidak
semua kriteria pemilihan lokasi tersebut dapat dikembangkan lagi
sesuai kebutuhan. Oleh karenanya, sejumlah faktor perlu
dipertimbangkan dalam mengembangkan kriteria penentu lokasi. Tim
harus mempertimbangkan kondisi-kondisi seperti :

dampak apakah yang berkaitan dengan faktor-faktor tersebut,


dapatkan dampak tersebut dikurangi,
bagaimana faktor-faktor tersebut dapat dikembangkan ke dalam
kriteria penentu lokasi.

3.1.4 Parameter Pemilihan

Beberapa alasan mengapa sebuah parameter serta kriterianya


penting untuk dipertimbangkan dalam pemilihan sebuah calon lokasi
akan diuraikan di bawah ini. Parameter-parameter tersebut dipilih,
baik untuk penyaringan pertama ataupun untuk penyaringan
berikutnya. Biasanya parameter yang digunakan dalam pemilihan
awal, akan digunakan lagi pada pemilihan tingkat berikutnya dengan
derajat akurasi data yang lebih baik. Jumlah parameter pemilihan
awal yang digunakan umumnya lebih sedikit, dan dipilih yang paling
dominan dalam mendatangkan dampak akibat adanya sarana
tersebut, misalnya tata guna lahan, geologi umum, daerah banjir dan
aspek hidrogeologi. Parameter-parameter tersebut biasanya sudah
terdata (data sekunder) dengan baik, dan langsung dapat

5
Teori Pemilihan Lokasi TPA
dimanfaatkan sehingga dapat disebut sebagai parameter penyisih.

Beberapa parameter penyaring yang sering digunakan adalah :

1. Geologi
Fasilitas pembuangan limbah tidak dibenarkan berlokasi di atas
suatu daerah yang mempunyai sifat geologi yang dapat merusak
keutuhan sarana tersebut nanti. Daerah yang dianggap tidak
layak adalah daerah dengan formasi batu pasir, batu gamping
atau dolomit berongga dan batuan berkekar lainnya. Daerah
geologi lainnya yang berbahaya juga penting untuk dielevasi,
seperti daerah-daerah yang mempunyai potensi gempa, zone
volkanik yang aktif serta daerah longsoran, kecuali jika zone
tersebut mempunyai daerah penyangga yang cukup. Oleh
karenanya, biasanya lokasi seperti ini dipertimbangkan sebagai
tidak layak. Pada umumnya akan lebih menguntungkan untuk
mengurug limbah di daerah dengan lapisan tanah di atas batuan
yang cukup keras. Biasanya batu lempung atau batu kompak
lainnya dinilai layak untuk lokasi lahan-urug. Jika posisi lapisan
batuan berada dekat dengan permukaan, operasi
pengurugan/penimbunan limbah akan terbatas dan akan
mengurangi kapasitas lahan tersedia. Disamping itu, jika ada
batuan keras yang retak/patah atau permeabel, kondisi ini akan
meningkatkan potensi penyebaran lindi ke luar daerah tersebut.
Lahan dengan lapisan batuan keras yang jauh dari permukaan
akan mempunyai nilai lebih tinggi.

2. Hidrogeologi
Hidrogeologi adalah parameter kritis dalam penilaian sebuah
lahan dan merupakan komponen penyaring yang selalu ada,
terutama untuk mengevaluasi potensi pencemaran air tanah di
bawah lokasi sarana, dan potensi pencemaran air pada akuifer
di sekitarnya. Sistem aliran air tanah akan menentukan berapa
hal, seperti arah dan kecepatan aliran lindi, lapisan air tanah
yang akan dipengaruhi dan titik munculnya kembali air tersebut
di permukaan. Sistem aliran air tanah peluahan (discharge) lebih
diinginkan dibandingkan yang bersifat pengisian (recharge).
Lokasi yang potensial untuk dipilih adalah daerah yang dikontrol
oleh sistem aliran air tanah lokal dengan kemiringan hidrolos
kecil dan kelulusan tanah yang rendah. Lahan dengan akuitard

6
Teori Pemilihan Lokasi TPA
(formasi geologi yang membatasi pergerakan air tanah) pad
umumnya dinilai lebih tinggi dari pada lokasi tanpa akuitard,
karena formasi nin menyediakan perlindungan alami guna
mencegah tersebarnya lindi. Tanah dengan konduktivitas hidrolis
yang rendah (impermeabel) sangat diinginkan supaya
pergerakan lindi dibatasi. Pada umumnya lahan yang
mempunyai dasar tanah debu (silt) dan liat (clay) akan
mempunyai nilai tinggi, sebab jenis tanah seperti ini memberikan
perlindungan pada air tanah. Lahan dengan tanah pasir dan
krikil memerlukan masukan teknologi yang khusus untuk dapat
melindungi air tanah sehingga akan dinilai lebih rendah.

3. Hidrologi
Fasilitas pengurugan limbah tidak diinginkan berada pada suatu
lokasi dengan jarak antara dasar sampai lapisan air tanah
tertinggi kurang dari 3 meter, kecuali jika ada pengontrolan
hidrolis dari air tanah tersebut. Permukaan air yang dangkal
lebih mudah dicemari lindi. Dalam menentukan kedalaman
permukaan air, penting untuk mempertimbangkan fluktuasi
musiman. Disamping itu, lokasi sarana tidak boleh terletak di
daerah dengan sumur-sumur dangkal yang mempunyai lapisan
kedap air yang tipis atau pada batu gamping yang berongga.
Lahan yang berdekatan dengan badan air akan lebih berpotensi
untuk mencemarinya, baik melalui aliran permukaan maupun
melalui air tanah. Lahan yang berlokasi jauh dari badan air akan
memperoleh nilai yang lebih tinggi dari pada lahan yang
berdekatan dengan badan air. Iklim setempat hendaknya
mendapat perhatian juga. Makin banyak hujan, makin besar pula
kemungkinan lindi yang dihasilkan, disamping makin sulit pula
pengoperasian lahan. Oleh karenanya, daerah yang intensitas
hujan yang lebih tinggi akan mendapat penilaian yang lebih
rendah dari pada daerah dengan intensitas hujan yang lebih
rendah. Adanya air juga akan berpengaruh pada aktifitas
biologis dalam limbah yang biodegradabel, misalnya berkaitan
dengan biogas yang terbentuk.

4. Topografi
Tempat pengurugan limbah tidak boleh terletak pada suatu bukit
dengan lereng yang tidak stabil. Suatu daerah dinilai lebih bila
terletak di daerah landai agak tinggi. Sebaliknya, suatu daerah

7
Teori Pemilihan Lokasi TPA
dinilai tidak layak bila terletak pada daerah depresi yang berair,
lembah-lembah yang rendah dan tempat-tempat lain yang
berdekatan dengan air permukaan dengan kemiringan alami
lebih besar 20 %. Topografi dapat menunjang secara positif
maupun negatif pada pembnagunan sarana ini. Lokasi yang
tersembunyi di belakang bukit atau di lembah mempunyai
dampak visual yang kurang, dan harus dinilai lebih tinggi
dibanding tempat yang berlokasi di lapangan datar tanpa
penghalang pandangan. Disisi lain, suatu lokasi di tempat yang
berbukit mungkin lebih sulit unruk dicapai karena danya lereng-
lereng yang curam dan mahalnya pembangunan jalan pada
daerah bernukit. Nilai tertinggi mungkin dapat diberikan kepada
lokasi dengan relief yang cukup untuk mengisolir atau
menghalangi pemandangan dan memberi perlindungan
terhadap angin dan sekaligus mempunyai jalur yang mudah
untuk aktivitas operasional. Topografi dapat juga mempengaruhi
biaya bila dikaitkan dengan kapasitas tampung. Suatu lahan
yang cekung dan dapat dimanfaatkan secara langsung akan
lebih disukai. Ini disebabkan volume lahan untuk pengurugan
limbah sudah tersedia tanpa harus mengeluarkan biaya operasi
untuk penggalian yang mahal. Pada dasarnya, masa layan 5
sampai 10 tahun atau lebih akan mendapatkan bobot yang lebih
tinggi.

5. Tanah
Tanah dibutuhkan baik dalam tahap pembangunan maupun
dalam tahap operasi sebagai lapisan sadar (liner), lapisan atas,
penutup antara dan harian atau untuk tanggul-tanggul dan jalan-
jalan dengan jenis tanah yang berbeda. Beberapa kegiatan
memerlukan tanah berdebu dan berliat, misalnya untuk liner dan
penutup final, sedangkan aktifitas lainnya memerlukan tanah
yang permeabel seperti pasir dan kerikil, misalnya untuk
ventilasi gas dan sistem pengumpul lindi. Juga dibutuhkan tanah
yang cocok untuk pembangunan jalan atau tanah top soil untuk
vegetasi. Kebutuhan akan pasir/kerikil untuk beberapa aktivitas
dapat menyebabkan suatu lahan yang tak memiliki jenis tanah
ini bisa pula dinilai lebih rendah.

6. Tata Guna Tanah


Tempat pengurugan limbah yang menerima limbah organik,

8
Teori Pemilihan Lokasi TPA
dapat menarik kehadiran burung sehingga tidak boleh diletakkan
dalam jarak 300 meter dari landasan lapangan terbang yang
digunakan oleh penerbangan turbo jet atau jarak 1500 meter
dari landasan lapangan terbang yang digunakan oleh
penerbangan jenis piston. Disamping itu, lokasi tersebut tidak
boleh terletak di dalam wilayah yang diperuntukkan bagi daerah
lindung perikanan, satwa liar dan pelestarian tanaman. Dalam
beberapa kasus, adanya sarana ini dapat diterima dengan
pembentukan daerah penyangga yang tepat yang dapat
meminimumkan dampak aktivitas ini kelak. Sebuah lahan
mungkin dinilai lebih tinggi dari pada lainnya, misalnya bila
dianggap konservasi tanah pertanian mempunyai prioritas tinggi
dibandingkan penggunaan tanah untuk perumahan. Jenis
penggunaan tanah lainnya yang biasanya dipertimbangkan
kurang cocok untuk lahan-urug adalah konservasi lokal dan
daerah yang juga harus dihindari. Lokasi lahan-urug yang
mempunyai rencana penggunaan akhir yang sesuai dengan
rencana tata guna tanah dimasa mendatang dinilai lebih tinggi
dari pada lokasi yang penggunaan akhirnya tidak sesuai dengan
rencana tersebut.

7. Daerah Banjir
Sarana yang terletak di daerah banjir harus tidak membatasi
aliran banjir serta tidak mengurangi kapasitas penyimpanan air
sementara dari daerah banjir, atau menyebabkan terbilasnya
limbah tersebut sehingga menimbulkan bahaya terhadap
kehidupan manusia, satwa liar, tanah atau sumber air yang
terletak berbatasan dengan lokasi tersebut. Untuk memenuhi
kebutuhan ini, suatu sarana yang berlokasi pada daerah banjir
memerlukan perlindungan yang lebih kuat dan lebih baik.
Diperlukan pemilihan periode ulang banjir yang sesuai dengan
jenis limbah yang akan diurug.

8. Lingkungan Biologis
Semua lokasi lahan-urug dapat mempengaruhi lingkungan
biologis. Penilaian untuk kategori ini didasarkan pada tingkat
gangguan dan kekhususan dari sumberdaya yang ada. Bila
sejenis habitat kurang berlimpah di lokasi tersebut, maka lokasi
tersebut dinilai lebih rendah. Lokasi yang menunjang kehidupan
jenis-jenis tanaman atau binatang yang langka akan dinilai lebih

9
Teori Pemilihan Lokasi TPA
tinggi. Jalur perpindahan mahluk hidup yang penting, seperti
sungai digunakan untuk ikan, adalah sumber daya yang
berharga. Lahan yang berlokasi di sekitar jalur tersebut harus
dinilai lebih rendah dari pada lokasi yang tidak terletak di sekitar
jalur tersebut.

9. Persepsi Masyarakat dan Kepemilikan Tanah


Kriteria penggunaan tanah sangat penting karena hal ini
langsung dirasakan oleh masyarakat dan dianggap mempunyai
dampak langsung terhadap mereka. Penduduk pada umumnya
tidak bisa menerima suatu lokasi pembuangan limbah
berdekatan dengan rumahnya. Oleh karenanya, kriteria
penggunaan tanah hendaknya disusun untuk mengurangi
kemungkinan pembangunan sarana ini di daerah yang
mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi, mempunyai nilai
ekonomi penggunaan tanah yang penting, atau daerah-daerah
yang digunakan oleh masyarakat banyak. Lokasi dengan
kepadatan penduduk yang lebih padat akan dinilai lebih rendah
dari pada daerah dengan kepadatan penduduk yang rendah.
Kemudahan dan biaya untuk memperoleh sebuah lahan dapat
menjadi suatu pertimbangan penting. Lahan dengan pemilik
tanah yang lebih sedikit, akan lebih disukai dari pada lahan
dengan pemilik banyak.

10. Transportasi dan Utilitas lainnya


Banyaknya yang terletak dekat lokasi lahan-urug akan
memungkinkan hubungan yang mudah, dan menguntungkan
bagi operasional pengangkutan limbah ke lokasi. Lahan yang
berlokasi di sekitar jalan yang dapat ditingkatkan pelayanannya
karena adanya operasi lahan-urug tanpa modifikasi sistem jalan
yang terlalu banyak, akan lebih disukai. Modifikasi pada sistem
jalan yang sudah ada, terutama pembangunan jalan baru dan
perbaikan yang terlalu banyak, akan meningkatkan biaya
pembangunan sarana tersebut. Meskipun lebih disukai untuk
mendapatkan lokasi yang terletak dekat jalan yang sesuai,
namun tidak diinginkan bahwa lokasi tersebut terletak di jalan
utama yang melewati daerah perumahan, sekolah dan rumah
sakit. Sarana yang berlokasi lebih dekat ke pusat penghasil
limbah mempunyai nilai yang lebih tinggi dari pada yang
berlokasi lebih jauh. Makin dekat jarak lokasi ke sumber limbah,

10
Teori Pemilihan Lokasi TPA
makin rendah biaya pengangkutannya. Utilitas seperti saluran
air buangan, air minum, listrik dan sarana komunikasi diperlukan
pada setiap lokasi pengurugan limbah. Jika tidak tersedia, maka
sarana tersebut harus disediakan secara individu.

11. Faktor Rancangan


Rancangan lahan-urug meliputi rencana tapak dan rencana
perbaikan sistem dengan rekayasa yang digunakan untuk
pengelolaan lindi, air permukaan air tanah dan gas. Sistem
pengelolaan dirancang untuk mengurangi dampak yang
disebabkan oleh kehadiran atau tidak kehadiran bermacam-
macam faktor. Dari sudut kriteria, yang perlu dipertimbangkan
adalah faktor biaya operasional kelak. Pada umumnya lahan
yang memerlukan modifikasi rekayasa yang paling sedikit
merupakan yang paling murah untuk pengembangannya, dan
lebih disukai dari pada lahan yang memerlukan modifikasi
banyak.

Parameter-parameter beserta kriterianya tersebut diatas dapat


dikembangkan lebih lanjut. Tim yang mengembangkan kriteria
lokasi dapat membuat kriteria lain jika dianggap bahwa dampak
dari suatu faktor akan menciptakan suatu kondisi yang tak dapat
diterima, misalnya :

a) lahan yang berlokasi di luar batas daerah administrasi,


b) kurangnya tanah yang cukup untuk penutup atau pelapis
dasar (liner),
c) kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan yang ditentukan,
d) terletak dekat gudang logistik bahan bakar, gudang
amunisi.

Tahapan dalam proses pemilihan TPA adalah menentukan satu


atau dua lokasi terbaik dari daftar lokasi yang dianggap
potensial. Dalam proses ini kriteria-kriteria yang telah dibahas
sebelumnya digunakan semaksimal mukngkin guna proses
penyaringan. Kegiatan pada penyaringan secara rinci tentu saja
akan membutuhkan waktu dan biaya yang relatif besar
dibanding kegiatan pasa penyaringan awal, karena evaluasinya
bersifat rinci dan dengan data yang akurat. Guna memudahkan
evaluasi pemilihan sebuah lahan yang dianggap paling baik,

11
Teori Pemilihan Lokasi TPA
digunakan sebuah tolak ukur untuk merangkum semua penilaian
dari parameter yang digunakan. Biasanya hal ini dilakukan
dengan cara pembobotan. Dua buah contoh penilaian di bawah
ini akan menjelaskan hal tersebut, yaitu penilaian menurut Le
Grand dan penilaian menurut Hagerty. Disamping itu dilampirkan
pula tata cara pemilihan lokasi TPA (SNI T-11-1991-03) yang
bersifat umum digunakan untuk memilih TPA sampah di kota
berkategori sedang/kecil di Indonesia.

3.1.5 Kriteria Pemilihan

1. Umum
Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pemrosesan Akhir
Sampah ini dimaksudkan untuk dijadikan pegangan dan
acuan bagi perencana dalam memilih lokasi tempat
Pemrosesan Akhir sampah di suatu wilayah.
Tujuan cara ini adalah untuk menentukan lokasi tempat
Pemrosesan Akhir sampah.

2. Ruang Lingkup
Tata cara ini memuat persyaratan, ketentuan teknis dan cara
pengerjaan didalam mimilih dan menentukan lokasi tempat
Pemrosesan Akhir sampah.

3. Pengertian Dasar
Yang dimaksud dengan :
1) Tempat Pemrosesan Akhir sampah adalah sarana fisik untuk
berlangsungnya kegiatan Pemrosesan Akhir sampah, yang
selanjutnya disebut TPA.
2) Pemrosesan Akhir sampah adalah tempat untuk
menyingkirkan/mengkarantinakan sampah kora sehingga
aman.
3) Sampah perkotaan adalah sampah non B3 (bahan
berbahaya beracun), yang ditimbulkan dari aktivitas :
(1) Perumahan

12
Teori Pemilihan Lokasi TPA
(2) Kantor, sekolah, rumah sakit dan sejenisnya, gedung-
gedung umum lainnya.
(3) Pasar, pertokoan, bioskop, restoran, dll.
(4) Pabrik/industri
(5) Penyapuan jalan, taman, lapangan
(6) Pemotongan hewan, kandang hewan
(7) Bongakran bangunan
(8) Instansi pengolahan sampah

4) Zona penyangga adalah zona penahan yang berfungsi


untuk mengurangi akibat dari gangguan-gangguan misalnya
bau, kebisingan dan sebagainya.
5) Habitat adalah tempat hidup suatu organisme
6) Habitat kritis adalah tempat hidup suatu organisme yang
kritis
7) Bahaya geologi adalah daerah bencana
8) Holocene fault afalah daerah sesar yang masih aktif
9) Discharge area adalah daerah yang meluahkan air tanah ke
atas permukaan tanah/atmosfir.
10) Recharge area adalah daerah yang menyerap dan
meneruskan air sampah lajur yang jenuh dalam aquifer.
11) Batas hidrolis adalah batas area pengaruh pemompaan
terhadap penurunan muka air
12) Centroid sampah adalah titik teoritis yang dianggap
merupakan titik sumber sampah.

4. Persyaratan Lain
Pemilihan lokasi TPA sampah harus mengikuti persyaratan
hukum, ketentuan perundang-undangan mengenai pengelolaan
lingkungan hidup, analisis mengenai dampak lingkungan,
ketertiban umum, kebersihan kota/lingkungan, peraturan daerah
tentang pengelolaan sampah dan perencanaan tata ruang kota

13
Teori Pemilihan Lokasi TPA
serta peraturan-peraturan pelaksanaannya.

5. Tata Cara Pemilihan

1) Umum
Pemilihan lokasi TPA sampah harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut :
(1) TPA samapah tidak boleh berlokasi didanau, sungai
dan laut.
(2) Disusun berdasarkan 3 tahapan yaitu :
Tahap Regional yang merupakan tahapan untuk
menghasilkan peta yang berisi daerah atau tempat
dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi
beberapa zona kelayakan
Tahap Penyisih yang merupakan tahapan untuk
menghasilkan satu atau dua zona lokasi terbaik
diantara beberapa lokasi yang dipilih dari zona-
zona kelayakan pada tahap regional.
Tahap Penetapan yang merupakan tahap
penentuan lokasi terpilih oleh instansi yang
berwenang.
(3) Dalam hal suatu wilayah belum bisa memenuhi tahap
regional, pemilihan lokasi TPA sampah ditentukan
berdasarkan skema pemilihan lokasi TPA sampah ini
dapat dilihat pada lampiran kriteria yang berlaku pada
tahap penyisih.

2) Kriteria
Kritria pemilihan lokasi TPA sampah dibagi menjadi 3 (tiga)
bagian yaitu :
(1) Kriteria Regional, yaitu kritria yang digunakan untuk
menentukan zona layak atau zona tidak layak sebagai
berikut :

14
Teori Pemilihan Lokasi TPA
Kondisi Geologi
Kondisi Hidrogeologi
a. Tidak boleh mempunyai muka air tanah dari 3
meter
b. Tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dari
10-6cm/det.
c. Jarak terhadap sumber air minum harus lebih
besar dari 100 meter dihilir aliran
d. Dalam hal tidak ada zona yang memenuhi
kriteria-kriteria tersebut diatas, maka harus
diadakan masukan teknologi.
Kemiringan zona harus kurang dari 20%
Jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari
3.000 meter untuk penerbangan turbo jet dan harus
lebih besar dari 1.500 meter untuk jenis lain.
Tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan
daerah banjir dengan periode ulang 25 tahun.
(2) Kriteria Penyisih yaitu kriteria yang digunakan untuk
memilih lokasi proyek terbaik yaitu terdiri dari kriteria
regional ditambah dengan kriteria berikut :
Iklim :
a. Hujan : Intensitas hujan makin kecil dinilai
makin baik
b. Angin : Arah angin dominan tidak menuju
Kepemukiman dinilai makin baik.
Utilitas : Tersedia lebih lengkap dinilai makin baik
Lingkungan Biologis :
a. Habitat : Kurang bervariasi, dinilai makin baik
b. Daya Dukung : Kurang menunjang kehidupan
flora dan fauna, dinilai makin baik

Kondisi Tanah

15
Teori Pemilihan Lokasi TPA
a. Produktifitas Tanah : Tidak produktif dinilai
lebih tinggi
b. Kapasitas dan Umur : Dapat menampung lahan
lebih banyak dan lebih lama dinilai lebih baik.
c. Ketersediaan Tanah Penutup : Mempunyai
tanah penutup yang cukup, dinilai lebih baik.
d. Status Tanah : Makin bervariasi dinilai tidak
baik
Demografi : Kepadatan penduduk lebih rendah,
dinilai makin baik
Batas Administrasi : Dalam administrasi dinilai
semakin baik
Kebisingan : Semakin banyak zona penyangga
dinilai semakin baik
Bau : Semakin banyak zona penyangga dinilai
semakin baik
Estetika : Semakin tidak terlihat dari lar dinilai
semakin baik
Ekonomi : Semakin kecil biaya satuan pengelolaan
sampah (per m3/ton) dinilai semakin baik)

Parameter dan bobot dari penilaian tersebut dapat


dilihat pada tabel berikut ini.

16
Teori Pemilihan Lokasi TPA
TABEL 1
PARAMETER PENYISIH

No. Parameter Bobot Nilai

I. Umum

1. Batas Administrasi 5
Dalam batas administrasi 10
Diluar batas administrasi tetapi satu sistem 5
pengelolaan TPA sampah terpadu
Diluar batas administrasi dan diluar sistem pengelolaan 1
TPA sampah terpadu 1
Diluar batas administrasi
2. Pemilik hak atas tanah 3
10
Pemerintah daerah/pusat
7
Pribadi (satu)
5
Swasta/perusahaan (satu) 3
Lebih daru satu pemilik hak dan atau status
kepemilikan 1
Organisasi/agama
3. 5
Kapasitas lahan 10
10 tahun 8

17
Teori Pemilihan Lokasi TPA
5 tahun - 10 tahun 5
3 tahun - 5 tahun 1
kurang dari 3 tahun
4. 3
Jumlah pemilik tanah 10
satu (1) kk 7
5
2 - 3 kk
3
4 - 5 kk
1
6 - 10 kk
5. lebih dari 10 kk 3
10
Partisipasi masyarakat 5
Spontan 1
Digerakkan
Negosiasi

No. Parameter Bobot Nilai

II. LINGKUNGAN FISIK

1. Tanah (diatas muka air tanah) 5


Harga kelulusan 10-9cm/det 10
Harga kelulusan 10-9 cm/det - 10-6 cm/det 7
Harga Kelulusan 10-6 cm/det Tolah (kecuali ada
masukan teknologi)
2. Air Tanah 5
10 m dengan kelulusan 10-6 cm/det 10
8
10 m dengan kelulusan 10-6 cm/det
3
10 m dengan kelulusan 10-6 cm/det - 10-4 cm/det
1
10 m dengan kelulusan 10-6 cm/det- 10-4 cm/det
3. 3
Sistem aliran air tanah 10
Discharge area/lokal 5
Recharge area dan discharge area lokal 1
Recharge area regional dan lokal
4. 3
Kaitan dengan pemanfaatan air tanah 10
Kemungkinan pemanfaatan rendah dengan batas
hidrolis 5
Diproyeksikan untuk dimanfaatan dengan batas 1
hidrolis

18
Teori Pemilihan Lokasi TPA
5. Diproyeksikan untuk dimanfaatan tanpa batas hidrolis 2
10
Bahaya banjir 5
Tidak ada bahaya banjir 1
Kemungkinan banjir 25 tahunan
Kemungkinan banjir 25 tahunan Tolak (kecuali ada
6. masukan teknologi) 4
10
Tanah penutup 5
1
Tanah penutup cukup
Tanah penutup cukup sampai umur pakai
7. 3
Tanah penutup tidak ada 10
5
Intensitas hujan 1
Dibawah 500 mm per tahun
Antara 500 mm sampai 1000 mm per tahun
Diatas 1000 mm per tahun

No. Parameter Bobot Nilai

8. Jalan menuju lokasi 5


Datar dengan kondisi baik 10
Datar dengan kondisi buruk 5
Naik/turun 1

9. Transportasi sampah (satu jalan) 5


Kurang dari 15 menit dari centroid sampah 10
8
Antara 16 menit - 30 menit dari centroid sampah
3
Antara 31 menit - 60 menit dari centroid sampah
1
Lebih dari 60 menit dari centroid sampah
10. 4
Jalan masuk 10
Truk sampah tidak menlalui daerah pemukiman 5
Truk sampah melalui daerah pemukiman berkepadatan
sedang ( 300 jiwa/ha) 1
Truk sampah melalui daerah pemukiman berkepadatan
tinggi ( 300 jiwa/ha)
11. 3
Lalu lintas 10
Terletak 500 m dari jalan umum 8
Terletak 500 m pada lalu lintas rendah 3
Terletak 500 m pada lalu lintas sedang 1
Terletak pada lalu lintas tinggi

19
Teori Pemilihan Lokasi TPA
12. 5
Tata guna tanah 10
Mempunyai dampak sedikit terhadap tata guna tanah
sekitar 5
Mempunyai dampak sedang terhadap tata guna tanah
sekitar 1
Mempunyai dampak besar terhadap tata guna tanah
sekitar
13. 3
Pertanian 10
Berlokasi di lahan tidak produktif 5
1
Tidak ada dampak terhadap pertanian sekitar
1
Terdapat pengaruh negatif terhadap pertanian sekitar
Berlokasi di tanah pertanian produktif

No. Parameter Bobot Nilai

14. Daerah lindung/cagar alam 2


Tidak ada daerah lindung/cagar alam di sekitarnya 10
Terdapat daerah lindung/cagar alam di sekitarnya yang 1
tidak terkena dampak negatif
Terdapat daerah lindung/cagar alam disekitarnya 1
terkena dampak negatif
15. Biologis 3
Nilai habitat yang rendah 10
5
Nilai habitat yang tinggi
1
Habitat kritis
16. 2
Kebisingan dan bau
10
Terdapat zona penyangga 5
Terdapat zona penyangga yang terbatas 1
Tidak terdapat penyangga
17. 3
Estetika 10
Operasi penimbunan tidak terlihat dari luar 5
Operasi penimbunan sedikit terlihat dari luar 1
Operasi penimbunan terlihat dari luar

20
Teori Pemilihan Lokasi TPA
(3) Kritria Penetapan yaitu kriteria yang digunakan oleh
instansi yang berwenang untuk menyetujui dan
menetapkan lokasi terpilih dengan kebijaksanaan
instansi yang berwenang setempat dan ketentuan yang
berlaku.

6. Kebutuhan Data Pemilihan


1) Data sekunder terdiri dari :
(1) Peta topografi dengan skala 1 : 25.000 atau 1 : 50.000
untuk pengamatan regional.
(2) Geologi lingkungan yaitu pengamatan sebaran tanah
dan bantuan, struktur geologi, ketebalan tanah
penutup, sifat kimiawi dan keteknikan tanah.
(3) Hidrogeologi yaitu kedalaman muka air tanah,
kelandaian aliran air tanah bebas, pola pengeringan air
permukaan, lokasi mata air, kelulusan.
(4) Bencana alam yaitu gerakan tanah, banjir, gempa,
bahaya gunung api
(5) Peta administratid bersifat batas daerah skala
1 : 25.000
(6) Peta kepemilikan tanah skala 1 : 25.000
(7) Peta tat guna tanah skala 1 : 25.000
(8) Data Iklim
2) Analisa primer sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan pada
tabel.1
3) Pembuatan Pemetaan skala 1 : 25.000 atau 50.000
4) Melakukan Identifikasi lokasi potensial
5) Pilih lokasi TPA sampah yang terbaik

21
Teori Pemilihan Lokasi TPA
S K EM A P E M ILIH A N LO K A S I T P A S A M P A H

KEBUTUH AN
LAH AN TPA

C A R I LA YA K
LAYAK
R E G IO N A L

T id a k
A D A

B U AT PETA
LAYAK
R E G IO N A L
Ya

M A SA LA H
B IA Y A ?
T id a k W AKTU ?

Ya

TEN TU K AN CALO N TEN TU K AN CALO N


LO KASI D I D AER AH LO KASI D I D AER AH
LAYA K S T U D I D A N S E K ITA R N Y A

C A L O N L O K A S I T E R P IL IH

EVALUASI D AN SELEKSI
C A L O N -C A L O N LO K A S I

D IS E T U JU I

L O K A S I T E R P IL IH

22
Teori Pemilihan Lokasi TPA
BAB 3 METODOLOGI.............................................................................................3-1

3.1 STUDI LOKASI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DI


KAWASAN BREGAS.........................................................................3-1
3.1.1 Prinsip Pemilihan.......................................................................3-1
3.1.2 Faktor Pertimbangan Pemilihan................................................3-2
3.1.3 Metode Pemilihan.....................................................................3-3
3.1.4 Parameter Pemilihan.................................................................3-5
3.1.5 Kriteria Pemilihan....................................................................3-13

23
Teori Pemilihan Lokasi TPA

Anda mungkin juga menyukai