PIDANA KEPENDUDUKAN
Disusun Oleh :
NPM : 200374201449
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, oleh karena berkat
izin-Nya, karunia-Nya, dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun banyak mengalami kesulitan dan
hambatan, tetapi karena adanya niat dan usaha serta tujuan untuk membangun diri
sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekeliruan. Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan saran
dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan dalam penulisan makalah
selanjutnya.
Akhirnya, penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam penulisan makalah ini, khususnya kepada dosen mata
kuliah ini yang telah memberikan petunjuk untuk mengerjakan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1. Latar Belakang......................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
A. Pengertian Hukum Lingkungan..........................................................................5
B. Asas Hukum Lingkungan.......................................................................................6
C. Sumber hukum lingkungan.................................................................................8
D. Kewenangan Hukum Lingkungan.......................................................................10
E. Makna hukum lingkungan................................................................................12
BAB III...........................................................................................................................15
PENUTUP.......................................................................................................................15
A. Kesimpulan............................................................................................................15
B. Saran.......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
Lingkungan hidup merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib
dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar tetap dapat menjadi sumber
penunjang hidup bagi manusia dan makhluk hidup lainnya demi kelangsungan
dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri. Lingkungan hidup adalah ruang yang
ditempati oleh manusia bersama makhluk hidup lainnya. Manusia dan makhluk
hidup lainnya tentu tidak berdiri sendiri dalam proses kehidupan, saling
berinteraksi, dan membutuhkan satu sama lainnya. Kehidupan yang ditandai
dengan interaksi dan saling ketergantungan secara teratur merupakan tatanan
ekosistem yang di dalamnya mengandung esensi penting, dimana lingkungan
hidup sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dibicarakan secara terpisah.
Lingkungan hidup harus dipandang secara menyeluruh dan mempunyai sistem
yang teratur serta diletakkannya semua unsur di dalamnya secara setara.
Pembaharuan dan pembangunan telah membawa banyak bencana bagi
lingkungan hidup dan kemanusiaan, dalam hal ini, lingkungan hidup ditafsirkan
secara konvensional. Lingkungan hidup dianggap sebagai objek. Sudut pandang
ini memandang dan menempatkan lingkungan hidup sebagai objek yang juga
berarti kekayaan dan dapat dimanfaatkan untuk semata menunjang pembangunan,
akibatnya keadaan alam dan lingkungan saat ini telah menjadi kian parah dari
masa ke masa..
4
BAB II
PEMBAHASAN
Daud Silalahi sebagai founder dari Firma ini merupakan tokoh hukum
lingkungan Indonesia yang menyadari pentingnya 3 pilar hukum lingkungan
untuk dijaga yaitu pilar ekonomi, lingkungan hidup dan sosial-masyarakat,
dimana kolaborasi yang ideal diantara ketiganya melahirkan konsep
Pembangunan Berkelanjutan – yang kemudian digunakan sebagai Tujuan
Pembangunan global (Sustainable Development Goal) melanjutkan Tujuan
Pembangunan Milenial (Milenial Development Goals).
5
B. Asas Hukum Lingkungan
6
berbau kepentingan umum harus dilindungi dan dijamin secara hukum oleh
negara.
7
C. Sumber hukum lingkungan
8
atau sumber daya alam dan sumber daya buatan, yang dipandang sebagai rezim
hukum nasional klasik. Rezim hukum lingkungan klasik berisikan ketentuan-
ketentuan yang melindungi kepentingan sektoral, sementara masalah-masalah
lingkungan yang timbul semakin kompleks sehingga peraturan perundang-
undangan klasik tidak mampu mengantisipasi dan menyelesaikan masalah-
masalah lingkungan secara efektif, sedangkan rezim hukum lingkungan modern
yang dimulai lahirnya UULH 1982 berdasarkan pendekatan lintas sektoral atau
komprehensif integral.
Akan tetapi, setelah UULH 1982 berlaku selama sebelas tahun ternyata
oleh para pemerhati lingkungan hidup dan juga pengambil kebijakan lingkungan
hidup dipandang sebagai instrumen kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang
tidak efektif. Sejak pengundangan UULH 1982 kualitas lingkungan hidup di
Indonesia ternyata tidak semakin baik dan banyak kasus hukum lingkungan tidak
dapat diselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perubahan
terhadap UULH 1982, setelah selama dua tahun dipersiapkan, yaitu dari sejak
naskah akademis hingga RUU, maka pada tanggal 19 September 1997 pemerintah
mengundangkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UULH 1997).
9
lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku
kepentingan. Disebabkan juga pemanasan global yang semakin meningkat dan
mengakibatkan perubahan iklim, sehingga memperparah penurunan kualitas
lingkungan hidup.
Setidaknya ada empat alasan mengapa UULH 1997 perlu untuk digantikan
oleh undang – undang yang baru. Pertama, UUD 1945 setelah perubahan secara
tegas menyatakan bahwa pembangunan ekonomi nasional diselenggarakan
berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Kedua, kebijakan otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia telah membawa perubahan hubungan dan
kewenangan antara pemerintah dan pemerintah daerah termasuk di bidang
perlingkungan lingkungan hidup. Ketiga, pemanasan global yang semakin
meningkat mengakibatkan perubahan iklim sehingga semakin memperparah
penurunan kualitas lingkungan hidup. Ketiga alasan ini ditampung dalam UULH
1997. Keempat, UULH 1997 sebagaimana UULH 1982 memiliki celah – celah
kelemahan normatif, terutama kelemahan kewenangan penegakan hukum
administratif yang dimiliki kementrian Lingkungan Hidup dan kewenangan
penyidikan penyidik pejabat pegawai negeri sipil sehingga perlu penguatan
dengan mengundangkan sebuah undang – undang baru guna peningkatan
penegakan hukum. Berdasarkan hal ini menunjukan, bahwa UUPPLH
memberikan warna yang baru dan berbeda dari undang-undangan sebelumnya.
10
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyegel PT. Expravet
Nasuba.
Penyegelan tersebut sesuai dengan pasal 68, pasal 100 pasal 116 pada
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Masing-masing pasal tersebut berbunyi :
Pasal 68
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban; a.
memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu, b. menjaga
keberlanjutan fungsi lingkungan hidup, dan c. menaati ketentuan tentang baku
mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Pasal 100
(1) Setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah, baku mutu emisi, atau
baku mutu gangguan dipidana, dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dikenakan
apabila sanksi administratif yang telah dijatuhkan tidak dipatuhi atau pelanggaran
dilakukan lebih dari satu kali.
Pasal 116
(1) Apabila tindak pidana lingkungan hidup dilakukan oleh, untuk, atau atas nama
badan usaha, tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada: a. badan
usaha; dan/atau b. orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana
tersebut atau orang yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak
pidana tersebut.
(2) Apabila tindak pidana lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh orang, yang berdasarkan hubungan kerja atau berdasarkan
hubungan lain yang bertindak dalam lingkup kerja badan usaha, sanksi pidana
dijatuhkan terhadap pemberi perintah atau pemimpin dalam tindak pidana tersebut
tanpa memperhatikan tindak pidana tersebut dilakukan secara sendiri atau
bersama-sama.
11
Berdasarkan Undang-Undang hukum lingkungan dan contoh kasus yang
pernah terjadi, diharapkan masyarakat secara keseluruhan dapat memahami dan
menyadari bahwa mereka turut berperan aktif dalam pemeliharaan lingkungan
sebagai satu kesatuan dengan lingkungan serta bagaimana resiko yang akan
mereka dapatkan jika melanggar hukum lingkungan.
Penegakkan hukum memiliki peranan penting dalam mendukung
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, namun lebih daripada itu Hukum
Lingkungan sesungguhnya juga mengedepankan kearifan lokal dan pendekatan
asas subsidiaritas yang ditujukan untuk mengoptimalkan kesadaran para pihak
untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup, namun jika kesadaran
tersebut tidak ada maka Hukum wajib ditegakkan.
12
Pencemaran dan kerusakan lingkungan, sebagai akibat samping (dampak
negatif) dari penggunaan teknologi dalam kegiatan industry, maupun dari
rendahnya mutu perilaku (sebagian warga) masyarakat, niscaya menimbulkan
masalah dalam kehidupan dan menjadi kendala bagi terwujudnya pembangunan
berkesinambungan untuk peningkatan kesejahteraan manusia, yang menjadi
tujuan dalam pengelolaan lingkungan, karenannya perlu dicegah dan
ditanggulangi (Alvi Syahrin, 2009).
Bentuk eksploitasi tambang pasir, galian batu apung, galian emas akan
menimbulkan bahaya ekologis. Rusaknya tatanan sistem keseimbangan alam
memiliki pengaruh yang besar bagi keberlangsungan hidup makhluk di atas bumi
ini. Pembuangan limbah ke laut juga akan berpengaruh pada ekositem laut yang
ada. Tidak hanya pembuangan limbah besar akan tetapi pembuangan limbah oleh
perusahaan kecil dan menengah juga sedikit tidak akan berdampak pada
ekosistem yang ada. Kalau kita melihat sungai-sungai yang ada di kota, dari segi
warna sudah berubah, belum lagi ditambah pembuangan sampah sembarangan
serta pembuangan bekas cucian kendaraan semakin membuat sungai semakin
kotor.
Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam
kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, serta
pemanasan
global yang semakin meningkat yang mengakibatkan perubahan iklim dan hal ini
akan memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup. Untuk itu perlu
dilakukan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan
konsisten oleh semua pemangku kepentingan.
13
Untuk mengantisipasi hal tersebut, di Indonesia telah banyak ketentuan hukum
yang mengatur tentang perlindungan lingkungan, yaitu UU Nomor 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan sampah, UU Nomor 19 Tahun 2009 Tentang Pengesahan
Stockholm Convention On Persisten Organics Pollutants (Konvensi Stockholm
Tentang Bahan Pencemar Organik Yang Persisten), UU No. 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
14
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Muladi, dan Barda Nawawi Arief, 2005, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, PT.
Alumni, Bandung.
Moeljatno, 1983, Asas-Asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta. Rajagukguk,
Erman, dan Khairandy, Ridwan, SH, ed., 2001, Hukum dan Lingkungan
Hidup di Indonesia, Program Pascasarjana UI, Jakarta.
Rahardjo, Satjipto., 1980, Hukum, Masyarakat, dan Pembangunan, Alumni,
Bandung.
Rangkuti, Siti Sundari, 2005, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan
Nasional, Airlangga University Press, Surabaya.
Saifullah, 2007, Hukum Lingkungan, Paradigma Kebijakan Kriminal Di
Salim, Emil, 1985, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Mutiara Sumber
Widya, Jakarta.
Santosa, Mas Achmad, Agustus 2000, Membentuk Pemerintahan Peduli
Lingkungan dan Rakyat, ICEL, Jakarta.
Serikat, Nyoman Putra Jaya, 2005, Kapita Selekta Hukum Pidana, Badan Penerbit
UNDIP, Semarang.
Silalahi, Daud, 2001, Hukum Lingkungan, Dalam Sistem Penegakan Hukum
Lingkungan Indonesia, Alumni, Bandung.
Sijoyo, Suparto, 2005, Refleksi Mata-rantai Pengaturan Hukum Pengelolaan
Lingkungan Secara Terpadu (studi kasus pencemaran udara), Airlangga
University Press, Surabaya.
Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit UI Press,
Jakarta.
17