Anda di halaman 1dari 15

Makalah

GERAKAN NONBLOK

Disusun Oleh
Kelompok : 1

ABDULLAH
KHAIRUNNISAH
ANNISA NUR KHALIFAH
AULIA TULFIKRI
FAJRIMA

SMA NEGERI 1 JEUMPA


TAHUN AJARAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, oleh karena berkat
izin-Nya, karunia-Nya, dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun banyak mengalami kesulitan dan
hambatan, tetapi karena adanya niat dan usaha serta tujuan untuk membangun diri
sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekeliruan. Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan saran
dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan dalam penulisan makalah
selanjutnya.
Akhirnya, penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam penulisan makalah ini, khususnya kepada dosen mata
kuliah ini yang telah memberikan petunjuk untuk mengerjakan makalah ini.

Bireuen, 12 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Gerakan Non Blok..............................................................................................3
2.2 Dampak GNB terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Politik Negara..........8
2.3 Peran Indonesia dalam GNB..............................................................................9
2.4 Upaya Mengatasi Masalah pada Negara Berkembang......................................10
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benih perang dingin mulai tumbuh pada masa Perang Dunia II (PD II).
Keberhasilan pasukan sekutu membebaskan negara-negara di Eropa dari
pendudukan Jerman. tampaknya, Uni Soviet harus berpacu dengan Sekutu agar
memperoleh daerah pengaruh apabila PD II berakhir. Masalah inilah yang
menjadi pemicu keretakan antar negara-negara Eropa di bawah pengaruh
Amerika Serikat dan dibawah hegemoni Uni Soviet. Ketegangan semakin
berkembang setelah Uni Soviet menduduki negara-negara Baltik seperti Latvia,
Estonia, dan Lithuania, yang merupakan wilayah Polandia.
Meskipun diantara sejarawan belum mencapai kesepakatan tentang kapan
dimulainya perang dingin, namun kebanyakan berpendapat bahwa pertemuan
para pemimpin Sekuti dan Uni Soviet pada bulan Pebruari 1945 di konferensi
Yalta adalah awal dari perang dingin. Perang dingin adalah istilah yang merujuk
pada persaingan yang berkembang setelah PD II, antara negara kelompok
komunis dan nonkomunis. Dalam konteks pengertian tersebut, negara komunis
seperti Uni Soviet beserta sekutunya disebut Blok Timur dan kelompok negara
demokrasi seperti Amerika Serikat dan aliansinya disebut Blok Barat.
Pergulatan antara dua kelompok itulah yang dinamakan perang dingin,karena
tidak sampai menjadi “perang panas” dalam skala yang luas. Seorang kolumnis
bernama Walter Lipman mempopulerkan pergulatan itu dengan istilah Cold
War (Perang Dingin) dalam bukunya Cold War.
Perang dingin ditandai oleh sikap saling ketidakpercayaan, keurigaan dan
kesalahpahaman antara Blok Barat dan Blok Timur. Keadaan tersebut
mendorong ketegangan kian bertambah dan menjurus terjadinya Perang Dunia
III. Amerika Serikat dituduh melakukan politik imperialisme untuk
memengaruhi dunia, sementara Uni Soviet dianggap melakukan perluasan
hegemoni atas negara-negara demokrasi melalui ideologi komunis.
Negara yang baru merdeka atau berkembang khawatir akan situasi seperti
ini, untuk itu mereka membentuk suatu kelompok yang tidak memihak pada

1
Blok Barar maupun Blok Timur yang disebut dengan Gerakan Non Blok
(GNB).Maka dari itu, kami memilih judul “Gerakan Non Blok dan Dampaknya
terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Politik Negara berkembang”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah terjadinya peristiwa GNB?
2. Bagaimanakah dampak GNB pada negara berkembang terhadap
kehidupan di bidang sosial, ekonomi, dan politik?
3. Bagaimanakah peran bangsa Indonesia dalam GNB?
4. Bagaimana upaya mengatasi masalah di negara berkembang?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan tentang peristiwa GNB


2. Menjelaskan dampak dari peristiwa GNB terhadap kehidupan sosial,
ekonomi, dan politik di negara berkembang.
3. Menjelaskan peran yang dilakukan bangsa indonesia dalam peristiwa GNB
4. Menjelaskan upaya mengatasi masalah di negara berkembang.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gerakan Non Blok


1. Sejarah Gerakan Non Blok
Konverensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955 merupakan
proses awal terbentuknya Gerakan Non-Blok (GNB). KAA diselenggarakan pada
tanggal 1824 April 1955 dan dihadiri oleh 29 kepala negara dan kepala
pemerintah dari benua Asia dan Afrika yang baru saja menapai kemerdekaannya.
KAA ditujukan untuk mengidentifikasi dan medalami masalah- masalah dunia
waktu itu dan berupaya untuk menformulasikan kebijakan bersama negara-negara
baru tersebut pada tataran hubungan internasional.
KAA menyepakatu “Dasa Sila Bandung”yang dirumuskan sebagai
prinsip-prinsip dasar bagi penyelanggaraan hubungan dan kerjasama antar bangsa-
bangsa. Sejak saat itu proses pendirian GNB semakin mendekati kenyataan, dan
dalam proses ini tokoh-tokoh yang memegang peran kunci sejak awal adalah
presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, Presiden Indonesia Soekarno, dan Presiden
Yugoslavia Josip Broz Tito. Kelima tokoh dunia ini kemudian dikenal sebagai
pendiri GNB.
GNB berdiri saat diselenggarakannya konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I GNB di
Beograd, Yugoslavia 1-6 September 1961. KTT I GNB dihadiri oleh 25 negara
yakni Afghanistan, Algeria, Yeman, Myanmar, Cambodia, Srilanka, Cango, Cuba,
Cyprus, Mesir, Ethiopia, Ghana, Guinea, India , Indonesia, Iraq, Lebanon, Mali,
Maroco, Nepal, Arab Saudi, Somalia, Sudan, Suriah, Tunisia, Yugoslavia.
Dalam KTT I tersebut, negara-negara pendiri GNB ini berketepatan
untuk mendirikan suatu gerakan dan bukan suatu organisasi untuk menghindarkan
diri dari implikasi birokratik dalam membangun upaya bersama di antara mereka.
Pada KTT I juga dijelaskan bahwa di GNB tidak diarahkan pada suatu saran pasif
dalam politik Internasional, tetapi untuk memformulasikan posisi sendiri secara
independen yang merefleksikan kepentingan negara- negara anggotanya.
GNB menepati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia,karena
Indonesia sejak awal memiliki peran sentral dalam pendirian GNB. KAA tahun

3
1955 yang diselenggarakan di Bandung dan menghasilkan Dasa Sila Bandung
yang menjadi prinsip-prinsip utama GNB, merupakan bukti peran dan kontribusi
penting Indonesia dalam mengawali pendirian GNB. Secara khusus, Presiden
Soekarno juga diketahui sebagai tokoh penggagas dan pendiri GNB. Indonesia
menilai penting GNB tidak sekedar dari peran yang selama ini dikontribusikan,
tetapi lebih-lebih mengingat prinsip dan tujuan GNB merupakan refleksi dari
perjuangan dan tujuan kebangsaan Indonesi sebagaimana tertuang dalam UUD
1945.

2. Tujuan GNB
Tujuan GNB yaitu sebagai berikut :
a. Mengembangkan rasa solidaritas di antara negara anggota dengan jalan
membantu perjuangan negara berkembang dalam mencapai kebersamaan,
kemerdekaan, dan kemakmuran.
b. Turut serta meredakan ketegangan dunia akibat perebutan pengaruh Amerika
Serikat melawan Uni Soviet dalam perang dingin.
c. Berusaha membendung pengaruh negatif baik blok barat maupun blok timur
ke negara-negara anggota GNB.
d. Berusaha memajukan pembangunan ekonomi, sosial, budaya, dan politik agar
tidak tertinggal dari negara maju.

3. Prinsip-prinsip Gerakan Non Blok


Adapun prinsip-prinsip GNB yaitu :
a. Berpihak terhadap perjuangan anti kolonialisme;
b. Menolak untuk ikut serta dalam berbagai aliansi militer;
c. Menolak aliansi bilateral terhadap negara berkekuatan suore (super power
country);
d. Tidak memihak terhadap blok barat maupun blok timur;
e. Menolak pembangunan pangkalan militer oleh negara adidaya di wilayahnya
masing-masing. Pelaksanaan KAA I Bandung dipandang sebagai pendahulu
untuk berdirinya GNB.

4
Konferensi itu telah mampu menghasilkan prinsip-prinsip Perdamaian dalam
bentuk kerjasama

internasional, kebebasan atau kemerdekaan, serta hubungan antar bangsa dan


negara yang diperlukan untuk kesejahteraan hidup manusia.
GNB didirikan berdasarkan prinsip-prinsip dasar Dasa Sila Bandung.
Substansi Dasa Sila Bandung berisi tentang “pernyataan mengenai dukungan bagi
kedamaian dan kerjasama dunia”. Dasa Sila Bandung memasukkan prinsip-
prinsip dalam piagam PBB dan prinsip Nehru, yaitu sebagai berikut:
a. Menghormati hak-hak dasar manusia (HAM) dan tujuan serta asas-asas dalam
piagam PBB.
b. Menghargai kedaulatan dan integritas territorial semua bangsa.
c. Mengakui persamaan ras dan semua suku bangsa.
d. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan masalah pribadi negara lain.
e. Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara individual
atau kolektif sesuai dengan piagam PBB.
f. Tidak menggunakan peraturan diri pertahanan kolektif untuk bertidak dalam
kepentingan salah satu negara besar.
g. Tidak melakukan tekanan terhadap orang lain.
h. Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau penggunaan kekerasan
terhadap integritas territorial atas kemerdekaan politik suatu Negara.
i. Menyelesaikan segala konflik internasional dengan jalan damai, seperti
perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hukum dengan cara
damai lain menurut pilihan pihak- pihak yang bersangkutan sesuai dengan
piagam PBB.
j. Memajukan kepentingan bersama dengan kerjasama Internasional.
k. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban Internasional.

4. Tokoh Pemrakarsa Pendiri GNB


Tokoh yang dianggap sebagai pendiri GNB lebih dikenal dengan The
Initiative Of Five yaitu:
a. Presiden Soekarno (Indonesia);

5
b. Presiden Yosep Broz Tito (Yugoslavia);
c. Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir);
d. Perdana Mentri Pandit Jawaharlal Nehru (India); dan
e. Perdana Menteri Kwame Nkrumah (Ghana).

5. Kegiatan GNB dan KTT


Kegiatan GNB dan KTT yaitu :
a. KTT I GNB (1-6 September 1961) di Beograd, Yugoslavia, pelaksanaan KTT
I ini didorong oleh keadaan krisis Kuba. Konferensi ini dihadiri oleh 25
negara dan menghasilkan deklarasi Beograd yang intinya menyerukan untuk
menghentikan perang dingin dan mendamaikan antara Amerika Serikat dan
Uni Soviet. Keputusan KTT I GNB melalui Presiden Soekarno dan Presiden
Menibo Keita (Mali) disampaikan kepada Presiden F.Kennedy (Amerika
Serikat) sedangkan PM Nehru (India) dan Presiden Kuame Nkrumah (Ghana)
menyampaikan kepada PM Kruschev (Perdana Menteri Uni Soviet).
b. KTT II GNB (5-10 Oktober 1964) di Kairo, Mesir. Pada KTT II GNB ini
diikuti oleh 47 negara serta 10 peninjau lainnya antara lain sekretaris jendral
organisasi persatuan Afrika dan Liga Arab. Masalah perkembangan dan
masalah ekonomi juga mendapat perhatian pada KTT II GNB.
c. KTT III GNB (8-10 September 1970) di Lusaka, Zambia. Negara peserta yang
hadir adalah 53 negara. Hasil terpenting KTT kali ini adalah perlunya upaya
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran negara berkembang.
d. KTT IV GNB (5-9 September 1973) di Algiers, Aljazair. KTT IV GNB ini
membahas tentang peningkatan kerjasama dan saling pengertian antara
negara-negara yang sedang berkembang serta berusaha meredakan ketegangan
di Timur Tengah pergolakkan di Rhodesia, dan bagian- bagian afrika lainnya.
e. KTT V GNB (16-19 September 1976) di Kolombo, Srilanka pada KTT V
GNB ini membahas tentang penyelamatan dunia dari ancaman perang nuklir
dan berusaha memajukan negara-negara non blok.
f. KTT VI GNB (3-9 September 1979) di Havana, Kuba. KTT ini bertujuan
untuk memperjuangkan bantuan ekonomi bagi negara-negara non blok dan
menggiatkan perang PBB dalam tata ekonomi dunia baru.

6
g. KTT VII GNB (7-12 Maret 1983) di New Delhi, India. KTT ini menghasilkan
seruan dilaksanaknnya demokrasi tahta ekonomi yakni dihapuskan
proteksonisme oleh negara maju.
h. KTT VIII GNB (1-6 September 1968) di Harane, Zimbabwe. KTT kali ini
menghasilkan seruan dihapuskannya politik Apartheid di Afrika Selatan serta
membahas sengketa Irak Iran.
i. KTT IX GNB (1-6 September 1989) di Beograd, Yugoslavia. KTT yang
dihadiri oleh 102 negara ini berhasil membahas kerjasama Selatan-selatan
(antar negara berkembang).
j. KTT X GNB (1-6 September 1992) di Jakarta, Indonesia. KTT yang dihadiri
oleh 108 negara ini berhasil merumuskan “Pesan Jakarta” (Jakarta Messege)
antara lain berhasil menggalang kerjasama Selatan-Selatan dan Utara Selatan.
k. KTT XI GNB (16-22 Oktober 1995) di Cartagena, Kolombia. KTT ini
dihadiri oleh 113 negara yang bertujuan memperjuangkan demokratisasi di
PBB.
l. KTT XII GNB (1-6 September 1998) di Durban, Afrika Selatan. KTT XII
GNB ini dihadiri oleh 113 negara yang bertujuan memperjuangkan
demokratisasi di dalam hubungan Internasional.
m. KTT XIII GNB (20-25 Pebruari 2003) di Kuala Lumpur, Malaysia. Resolusi
KTT GNB Kuala Lumpur antara lain berisi penolakan tiga negara Iran, Irak,
dan Korea Utara, atas sebutan sebagai proses kejahatan oleh Washington.
n. KTT XIV (11-16 September 2006) di Havana, Kuba. Menghasilkan deklarasi
yang mengutuk serangan Israel atas Lebanon, mendukung program nuklir
Iran, mengkritik kebijakan Negara Amerika Serikat, dan menyerukan kepada
PBB agar lebih berpihak kepada negara kecil dan brkembang.
o. KTT GNB XV (11-16 Juli 2009) di Sharm El-Sheikh, Mesir. Menghadirkan
sebuah final dokumen yang merupakan sikap, pandangan dan posisi GNB
tentang semua isu dan permasalahan Internasional dewasa ini. KTT ini
menegaskan oerhatian GNB atas krisis ekonomi dan moneter global, perlunya
komunitas Internasional kembali pada komitmen menjunjung prinsip-prinsip

7
pada piagam PBB, hukum Internasional, peningkatan kerjasama antar negara
maju dan berkembang untuk mengatasi berbagai krisis.
p. KTT GNB XVI berakhir pada 31 Agustus 2012 dan menghasilkan berbagai
kesepakatan dalam sebuah deklarasi final, diantaranya : dukungan terhadap
program nuklir sipil Iran, penolakan sanksi sepihak Amerika Serikat anti Iran,
dukungan terhadap perjuangan bangsa Palestina, memerangi Islamphobia,
rasisme, dan permusuhan senjata nuklir.

2.2 Dampak GNB terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Politik Negara
Berkembang
Dalam KTT GNB mencari perdamaian yang berkelanjutan melalui pemerintah
global dan mewujudkan adanya rasa optimisme bahwa GNB dapat memainkan
peran yang sangat penting dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas.
Pentingnya GNB terletak pada kenyataan bahwa GNB merupakan gerakan
Internasional terbesar kedua, setelah Perserikatan Bangsa- bangsa (PBB)
1. Dampak GNB terhadap Kehidupan Sosial Negara Berkembang
GNB dapat mewujudkan eratnya hubungan kerjasama antara negara satu
dengan negara yang lain. GNB juga berupaya untuk melestarikan lingkungan
hidup, yaitu mengurangi pencemaran terhadap air, udara dan tanah dan
perusakan hutan. Sehingga meningkatkan kesejahteraan bagi negara
berkembang.
2. Dampak GNB terhadap Kehidupan Ekonomi Negara Berkembang
Kerjasama antara anggota-anggota GNB dapat memiliki dampak positif pada
situasi ekonomi dunia. Dengan menciptakan tata hubungan ekonomi
Internasional yang masih seimbang, dan memperluas partisipasi negara-negara
berkembang dalam proses pengambilan keputusan mengenai masalah-masalah
ekonomi dunia. GNB membuat negara-negara anggota Non-Blok berjalan
lancar tanpa hambatan. Jadi GNB ini meningkatkan program kearah tata
ekonomi dunia.
3. Dampak GNB terhadap Kehidupan Politik Negara Berkembang
KTT GNB I mencetuskan prinsip politik bersama, yaitu bahwa politik
berdasarkan koeksistensi damai, bebas blok, tidak menjadi anggota pasukan

8
militer dan bercita-cita melenyapkan kolonialisme dalam segala bentuk dan
manifestasi. GNB juga membantu Afrika Selatan dalam menghapus politik
Apartheid.

2.3 Peran Indonesia dalam GNB


Indonesia sangat berperan penting dalam GNB, beberapa peran penting
yang dilakukan Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Presiden Soekarno adalah satu dari lima pemimpin dunia yang mendirikan
GNB;
2. Indonesia menjadi pemimpin GNB pada tahun 1991. Saat itu, Presiden
Soeharto terpilih menjadi ketua GNB. Sebagai pemimpin GNB, Indonesia
sukses menggelar KTT X GNB di Jakarta;
3. Indonesia juga berperan penting dalam meredakan ketegangan di kawasan
bekas Yugoslavia pada tahun 1991.
GNB mempunyai arti yang khusus bagi bangsa Indonesia yang dapat
dikatakan lahir sebagai negara netral yang tidak memihak. Hal tersebut tercermin
dalam pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa “kemerdekaan adalah hak
segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.
Selain itu, diamanatkan pula bahwa Indonesia ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sesuai dengan
politik luar negeri yang bebas aktif, Indonesia memilih untuk menentukan
jalannya sendiri dalam upaya membantu tercapainya perdamaian dunia dengan
mengadakan persahabatan dengan seluruh bangsa.
Sebagai implementasi dari politik luar negeri yang bebas aktif itu, selain
sebagai salah satu negara pendiri GNB, Indonesia juga senantiasa setia dan
komitmen pada prinsip-prinsip dan aspirasi GNB. Pada masa itu, Indonesia telah
berhasil membawa GNB untuk mampu menentukan arah dan secara dinamis
menyesuaikan diri pada setiap perubahan yang terjadi.

9
2.4 Upaya Mengatasi Masalah pada Negara Berkembang
Meskipun negara-negara anggota GNB sendiri berupaya memegang teguh
prinsip-prinsip dan cita-cita yang dianut oleh GNB sebagaimana tertuang dalam
Dasa Sila Bandung, namun bukan berarti bahwa selama ini tidak ada masalah-
masalah internal dalam GNB.Masalah- masalah yang menonjol adalah adanya
berbagai perselisihan yang terjadi diantara negara-negara anggota GNB sendiri.
Perselisihan itu, selain mengganggu suasana kerjasama internal GNB, adakalanya
menghambat jalannya sidang-sidang GNB. Disadari pula adanya kesulitan dalam
mencapai kesepakatan untuk hal-hal tertentu yang disebabkan oleh penerapan
prinsip konsensus secar kaku.
Visi GNB untuk berperan dalam mendorong dunia yang lebih damai,
stabil dan makmur sebagaimana telah ditetapkan di Bali. Peran GNB dalam
menciptakan tata kelola global yang efektif dalam menciptakan perdamaian dan
keamanan dunia.
GNB harus mendukung peran dan kapasitas Dewan Keamanan PBB dalam
menyelesaikan konflik, menciptakan perdamaian dan mencegah potensi konflik.
GNB harus dapat mendorong terbangunnya institusi demokrasi, kebebasan,
perdamaian, moderasi serta kemakmuran dapat berjalan dan tumbuh berkembang
secara bersama.
Pentingnya GNB untuk membangun institusi demokrasi yang
memungkinkan dibangunnya pembangunan politik yang sesuai dengan aspirasi
dan kehendak rakyat. Pembangunan global harus adil, tidak boleh ada satu
negarapun yang tertinggal. Kemakmuran harus menjadi milik semua negara dan
masyarakat di seluruh penjuru dunia.
Dalam bidang ekonomi, selama menjadi ketua GNB, Indonesia juga secara
konsisten telah mengupayakan pemecahan masalah hutang luar negeri negara-
negara miskin dan pembangunan mengenai penyelesaian hutang luar negeri

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. KAA menyepakatu “Dasa Sila Bandung”yang dirumuskan sebagai
prinsip-prinsip dasar bagi penyelanggaraan hubungan dan kerjasama antar
bangsa-bangsa. Sejak saat itu proses pendirian GNB semakin mendekati
kenyataan, dan dalam proses ini tokoh-tokoh yang memegang peran kunci
sejak awal adalah presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, Presiden Indonesia
Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito. Kelima tokoh dunia
ini kemudian dikenal sebagai pendiri GNB
2. Dampak Gerakan Non-Blok Terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan
Politik Negara Berkembang :
3. Meningkatkan kesejahteraan bagi negara berkembang.\
4. Meningkatkan program kearah tata ekonomi dunia.
5. Membantu Afrika Selatan dalam menghapus politik Aparthied.

B. Saran

Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah kami.

11
DAFTAR PUSTAKA

Mustopo, M. Habib, dkk.2007.Sejarah.Jakarta:Yudhistira. Mustopo, M. Habib,


dkk.2011.Sejarah 3.Jakarta:Yudhistira.

Riskiani,L.I.2013.Prespektif Global-GNB.
(http://eazt-widhianien.blogspot.com/2014/02/perspektif- global-gnb.html).
Diakses pada tanggal 5 Maret 2016.

Kementrian,Luar Negeri.2014. KTT NON-

BLOK(GNB). (http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?
Name=MultilateralCooperatio n&IDP=3&P=Multilateral&l=id). Diakses pada
tanggal 5 Maret 2016.

Respati,Dian.2013.GERAKAN NON BLOK.


(http://ssbelajar.blogspot.com/2015/01/gerakan-non- blok.html). Diakses pada
tanggal 5 Maret 2016

12

Anda mungkin juga menyukai