Anda di halaman 1dari 11

JAKARTA INFORMAL MEETING (JIM)

SEJARAH INDONESIA

Disusun oleh :

NURI KHOIRUNNISA

SMA NEGERI 10 TEB0

TAHUN AJARAN 2022/2023


Kata Pengantar

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah tentang "Kontribusi bangsa
Indonesia dalam Jakarta Informal Meeting (JIM)".Tidak lupa juga kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan
makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak.Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Tebo, 4 Maret 2023

Nuri Khoirunnisa

II
Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................................................II
BAB I...................................................................................................................................................
PENDAHULUAN............................................................................................................................- 1 -
I. Latar Belakang............................................................................................................................- 1 -
II. Rumusan Masalah.....................................................................................................................- 1 -
III. Tujuan...........................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................
PEMBAHASAN..................................................................................................................................3
BAB III.................................................................................................................................................
PENUTUP..........................................................................................................................................7
I. Kesimpulan.....................................................................................................................................7
Daftar Pustaka..................................................................................................................................8

III
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang

Jakarta Informal Meeting (JIM) merupakan pertemuan yang dilaksanakan dalam


upaya menyelesaikan konflik antara Kamboja dan Vietnam dengan Indonesia sebagai
perantaranya. Konflik antar Negara biasanya terjadi dalam bentuk perang terbuka karena
alasan perebutan wilayah dan penyebaran pengaruh bahkan ideologi. Namun,sejak
berakhirnya perang dunia II,telah terjadi pergeseran dari bentuk konflik terbuka menjadi
konflik internal dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antara nya adalah sistem politik
nasional serta lembaganya tidak mampu berfungsi secara efektif dan di dukung pula oleh
berbagai latar belakang seperti etnis,budaya,dan ekonomi.

Konflik yang terjadi antara Vietnam dan Kamboja dipicu oleh bangkitnya pergolakan
dan besarnya friksi ketegangan politik dalam negeri. konflik internal sering secara signifikan
menyebabkan jatuhnya korban sipil dalam jumlah banyak di suatu Negara,sehingga akan
dapat mempengaruhi stabilitas politik dan keamanan di wilayah regional,hingga keamanan
dan perdamaian dunia secara umum. Hal ini terjadi karena konflik internal dapat memicu
munculnya krisis ekonomi,krisis pangan,hingga masalah pengungsian yang dapat
mengganggu stabilitas Negara lain. Kondisi tersebut menyebabkan konflik internal rentan
terhadap intervensi dari pihak luar.

II. Rumusan Masalah

 Apa itu Jakarta Informal Meeting (JIM)?


 Siapa penggagas Jakarta Informal Meeting (JIM)?
 Dimana JIM dilaksanakan?
 Kapan JIM dilaksanakan?
 Faktor yang melatar belakangi Indonesia melaksanakan JIM?
 Apa peranan Indonesia dalam penyelesaian masalah antara Kamboja dan
Vietnam?
 Apa hasil yang di peroleh setelah JIM dilaksanakan?

1
III. Tujuan

 Untuk mengetahui apa itu Jakarta Informal Meeting(JIM)


 Untuk mengetahui tentang siapa penggagas Jakarta Informal Meeting(JIM)
 Untuk mengetahui dimana JIM dilaksanakan
 Untuk mengetahui kapan Jakarta Informal Meeting(JIM) dilaksanakan
 Untuk mengetahui apa faktor yang melatar belakangi terjadinya JIM
 Untuk mengetahui hasil yang diperoleh setelah JIM dilaksanakan

2
BAB II
PEMBAHASAN

Pada tahun 1970 di Kamboja, terjadi kudeta yang pada saat itu dipimpin oleh
Pangeran Norodom Sihanouk Ketika itu, Pangeran Norodom Sihanouk sedang berada di luar
negeri, keponakannya yang bernama Pangeran Sisowath Sirik Matak bersama Lo Nol
melakukan kudeta kekuasaan, sejak peristiwa itu terjadi perang saudara yang berlangsung
lama dan berlarut-larut Sihanouk kemudian memilih untuk mengasingkan diri di Beijing dan
memutuskan untuk beraliansi dengan Khmer Merah, yang bertujuan untuk menentang
pemerintahan Lon Nol dan akhirnya dapat merebut kembali tahtanya.1
Pada tahun 1975 Khmer Merah di bawah pimpinan Pol Pot berhasil menggulingkan
Lon Nol dan mengubah format kerajaan menjadi sebuah Republik Demokratik Kamboja
(Democratic Kampuchea DK) yang dipimpin oleh Pol Pot. Namun sayangnya, semasa Pol
Pot berkuasa Kamboja terperosok dalam tragedi yang mengenaskan di mana Khmer Merah
menjalankan program Cambodia the Year Zero, yaitu dengan menjadikan Kamboja sebagai
Negara Agraris. Namun program ini justru berakhir dengan tewasnya sekitar tiga juta orang
rakyat Kamboja akibat kelaparan, wabah penyakit dan pembantaian.1
Pada akhir 1978, terjadi bentrokan di perbatasan antara rezim Khmer Merah dengan
Vietnam. Dalam kurun waktu itu juga terjadi pembantaian orang-orang keturunan Vietnam di
Kamboja, sehingga Vietnam menyerbu Kamboja dengan tujuan untuk menghentikan
genosida besar-besaran tersebut. Invasi Vietnam berhasil menggulingkan rezim Khmer
Merah dan pada bulan Januari 1979, Vietnam mendirikan rezim baru di Kamboja dengan
Heng Samrin bertindak sebagai kepala negaranya. Pembentukan pemerintahan baru ini
ditentang keras oleh Kaum Nasionalis Kamboja, termasuk Sihanouk sendiri, yang kemudian
membentuk kelompok perlawanan yang dikenal sebagai Coalition Government of
Democratic Kampuchea (CGDK) yang terdiri atas kelompok Khmer Merah yang baru saja
ditumbangkan Vietnam, Front Uni National pour un Cambodge Independent, Neutre
Pacifique et Cooperatif (FUNCINPEC) di bawah pimpinan Sihanouk dan Khmer People
Liberation Front (KPNLF) di bawah pimpinan Son Sann. 1
Perang saudara kemudian terus berlanjut tanpa ada tanda-tanda penyelesaian
Kenyataan yang menyebabkan kesengsaraan yang sangat memprihatinkan bagi rakyat
Kamboja inilah yang kemudian mendorong Indonesia bersama-sama negara-negara anggota
ASEAN lainnya memulai prakarsa serta berbagai upaya mediasi guna mencari penyelesaian
yang damai, adil, langgeng dan menyeluruh. Pada gilirannya, konflik internal ini melibatkan
campur tangan dari pihak di luar Kamboja dalam upaya penanganan masalah yang dinilai
dapat mengancam perdamaian dan keamanan internasional. 1
Dalam kerangka penyelesaian konflik Kamboja, berbagai upaya telah dilaksanakan
untuk mencapai sebuah perdamaian. Salah satu negara yang memainkan peran signifikan
dalam penyelesaian konflik Kamboja, adalah Indonesia. Hal tersebut bermula dari awal tahun
1980-an di mana konflik internal tengah mengalami eskalasi yang memprihatinkan, Indonesia
semakin meningkatkan perhatiannya terhadap masalah yang terjadi di Kamboja. Hal ini

1
Susanto Zuhdi,Linda Sunarti,Arif Pradono, sejarah Indonesia kelas XII KEMENDIKBUD RI 2018(PT.SARANA
PANCAKARYA NUSA) Hal.249-252

3
tentunya sejalan dengan politik luar negeri Indonesia yang turut aktif dalam menghadapi
permasalahan-permasalahan dunia seperti juga yang termuat dalam Mukadimah UUD 1945
yaitu turut mewujudkan perdamaian dunia. 1
Di sisi lain, Indonesia sebagai salah satu pendiri dan soko guru ASEAN juga harus
menunjukkan kapasitasnya sebagai stabilisator utama di kawasan, di mana hal ini juga
tentunya sejalan dengan tujuan ASEAN dalam upayanya untuk mengatasi konflik yang
berkepanjangan di negara tersebut sehingga perdamaian dapat tercapai di kawasan.
Pembentukan Coalition Government of Democratic Kampuchea (CGDK) pada tahun 1982
dengan Sihanouk selaku Presidennya, diakui oleh ASEAN dan didukung oleh negara-negara
Barat dan anggota PBB lainnya. Peristiwa ini mendorong dipercepatnya penyelesaian konflik
Kamboja di meja perundingan, baik pada tingkatan regional maupun internasional.1
Untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai, atas usulan Indonesia diadakan
Jakarta Informal Meeting I (JIM 1) pada bulan Juli 1988, di Bogor yang dilanjutkan dengan
pertemuan yang sama JIM II pada bulan Februari 1989. Dalam JIM tersebut, hadir para
pemimpin Kamboja seperti Hun Sen, tokoh komunis Kamboja yang pro Vietnam dan Uni
Soviet serta Heng Samrin, tokoh Khmer Merah pro-Cina yang digantikan Hun Sen. Selain
itu, Raja Norodom Sihanouk dan beberapa pemimpin Kamboja lainnya juga hadir dalam
JIM.2
Di lain pihak, reputasi Indonesia sebagai mediator/penengah yang disegani di
kawasan telah memperoleh pengakuan oleh negara-negara ASEAN. Hal ini dibuktikan
dengan Indonesia sebagai 'penghubung" antara ASEAN dan Vietnam yang menunjukan
semakin menonjolnya peranan Indonesia dalam penyelesaian konflik ataupun rekonsiliasi di
Kamboja. Tercatat pada bulan Mei 1984 berlangsung pertemuan tahunan ASEAN tingkat
menteri di Jakarta, yang tujuan pokoknya adalah rekonsiliasi nasional dan pembahasan upaya
penyelesaian konflik Kamboja melalui jalan damai. Dalam pertemuan tersebut, Indonesia
kemudian terpilih sebagai "penghubung" antara ASEAN dan Vietnam dengan tugas
memperjuangkan tercapainya dialog murni dengan Vietnam dalam rangka mencari suatu
pendekatan yang aktif terhadap penyelesaian masalah dalam kerangka keamanan strategis
kawasan Perjuangan diplomasi Indonesia tersebut kemudian ditindak lanjuti oleh Menteri
Luar Negeri Indonesia Mochtar Kusumaatmaja yang secara aktif mulai menyusun berbagai
strategi sebagai Interlocutor guna mengupayakan penyelesaian konflik secara damai di
Kamboja. 1
Mochtar Kusumatmadja merintis perjuangan awal diplomasi Indonesia untuk para
pihak terkait yang terlibat dalam pertikaian untuk duduk bersama di meja perundingan, dan
mengusulkan agar pertemuan yang dimaksud harus diadakan di tempat yang netral seperti
Indonesia, yaitu agar pihak-pihak yang saling bertikai merasa bebas dalam membicarakan
masalah Kamboja dan masa depannya. Penujukan mandat kepada Indonesia, berhasil
diemban dengan baik oleh Mochtar Kusumaatmadja yang sukses meyakinkan Vietnam untuk
dapat turut berpartisipasi dalam perundingan dengan faksi- faksi yang bertikai di Kamboja
melalui Ho Chi Minh City Understanding. 1
Berangkat dari gagasan awal Indonesia, perjuangan selanjutnya dalam upaya
membawa perdamaian atas konflik internal yang berkecamuk di Kamboja kemudian
dijalankan oleh Menteri Luar Negeri Ali Alatas (pengganti Mochtar Kusumatmadja) yang
bertindak sebagai tokoh kunci, dan sebagai "pelaksana" terhadap jalannya berbagai proses
mediasi, hingga tercapai suatu babak baru dalam lembaran sejarah perdamaian di Kamboja. 1
2
Matroji,Sejarah Indonesia kurikulum 2013 edisi revisi 2016 BAILMU(PT.BUMI AKSARA,1990) Hal.161-162

4
Ali Alatas yang baru menjabat sebagai Menteri Luar Negeri RI pada tahun 1988
segera membuat gebrakan awal dengan melakukan kunjungan perkenalan ke ibukota negara-
negara ASEAN, yaitu dalam rangka menindaklanjuti usulan Mochtar untuk mengadakan
pertemuan informal di Jakarta. Konsep ini pada awalnya kurang mendapat dukungan dari
Menlu ASEAN lainnya, namun melalui serangkaian kunjungan dan pendekatan yang
dilakukan oleh Ali Alatas tersebut, pada akhirnya Indonesia dapat memperoleh dukungan
yang kuat dari masyarakat internasional. 1
Dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, Indonesia memiliki hubungan yang
lebih dekat dengan Vietnam. Hal ini terlihat dengan tindakan Indonesia sebagai negara Asia
Tenggara pertama yang membuka hubungan diplomatik dengan Vietnam pada tahun 1955.
Hal tersebut pada prinsipnya didasarkan pada kesamaan pandangan antara Indonesia dan
Vietnam mengenai latar belakang sejarah, di mana perjuangan Indonesia dan Vietnam untuk
mendapat pengakuan terhadap kemerdekaannya memiliki jalan yang hampir sama yaitu
melalui perang kemerdekaan. 1
Mengemban tugas sebagai "penghubung", Indonesia mampu menjalankan fungsi
tersebut dengan baik. Tercatat pada pertengahan tahun 1987 Indonesia memprakarsai
Cocktail Party sehingga berhasil mendapatkan kesepakatan Ho1
Chi Minh City Understanding antara Menlu RI-Menlu Vietnam dan ditindak lanjuti
dengan Jakarta Informal Meeting (JIM) I. Pertemuan yang merupakan babak baru dalam
upaya mewujudkan perdamaian ini untuk pertama kalinya berhasil mempertemukan masing-
masing faksi yang bertikai di Kamboja. Dengan demikian, Indonesia memainkan peran
sentral dalam upaya mediasi penyelesaian konflik internal di Kamboja ini. Perkembangan
dari pembicaraan tersebut kemudian dilanjutkan melalui Jakarta Informal Meeting II (JIM II).
1

Selanjutnya, pertemuan-pertemuan pasca JIM dan II mulai melibatkan negara-negara


di luar ASEAN yang menunjukan bahwa upaya untuk mencapai perdamaian di Kamboja
telah mencapai tingkat internasional. Bahkan memasuki tahun 1980 terobosan untuk
mencapai resolusi atas konflik Kamboja yang diperankan oleh Indonesia selaku mediator
memasuki tahapan yang lebih progresif lagi dengan adanya partisipasi aktif PBB melalui
Dewan Keamanan dalam berbagai tahapan mediasi. Melalui kesepakatan yang dicapai pada
Konferensi Internasional Paris/Paris International Conference (PIC). dihasilkan suatu
kerangka kerja PBB yaitu dengan dibentuknya Supreme National Council of Cambodia
(SNC). Kemudian dalam rangka menggodok kerangka kerja tersebut guna mencapai suatu
dokumen akhir tentang penyelesaian damai yang menyeluruh terhadap konflik Kamboja,
digelarlah Informal Meeting on Cambodia (IMC) I dan II di Jakarta. 1
Hasil terpenting dari JIM I dan JIM II adalah penarikan mundur pasukan Vietnam
secara berangsur-angsur sejak tanggal 16 November 1989. Selain itu,semua intervensi asing
termasuk pasokan senjata dihentikan.Dunia internasional ikut berperan dalam mengatasi
permasalahan di Kamboja. Konferensi tingkat internasional diadakan di Paris. Konferensi
tersebut dihadiri wakil dari ASEAN dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB.
Konferensi ini disebut dengan International Conference on Kampuchea (ICK) atau
Konferensi Internasional Mengenai Kamboja. ICK diharapkan mampu membentuk sebuah
badan yang mengawasi penarikan mundur pasukan Vietnam dari Kamboja dan melaksanakan
perjanjian perdamaian. 2
Akhirnya, setelah melalui proses perundingan yang panjang, maka pada tanggal 23
Oktober 1991, digelarlah Paris International Conference on Cambodia (PICC) di bawah

5
pimpinan Ketua bersama (Co-Chairman) Indonesia dan Perancis yang memberi hasil
ditandatanganinya dokumen Perjanjian Paris. Kesepakatan ini telah menandai perjuangan
akhir dari upaya perdamaian di Kamboja dan memulai babak baru dalam pemerintahan yang
demokratis di negara ini. 1

6
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Berakhirnya Jakarta Informal Meeting II ditindak lanjuti dengan kesepakatan Paris yang
menjadi akhir dari rangkaian proses perdamaian Kamboja

 Paris International Conference on Cambodia (PICC) mengenai Kamboja.


Kesepakatan ini telah menandai perjuangan akhir dari upaya perdamaian di Kamboja
dan memulai babak baru dalam pemerintahan yang demokratis.
 Persetujuan tentang penyelesaian masalah politik secara menyeluruh konflik
Kamboja berikut juga lampiran-lampirannya berupa mandat UNTAC, masalah
militer, pemilihan umum, repatriasi para pengungsi Kamboja, dan prinsip-prinsip
konstitusi baru Kamboja.
 Kesepakatan tentang kedaulatan, kemerdekaan, integrasi wilayah, netralitas, dan
keutuhan nasional Kamboja.
 Deklarasi mengenai rehabilitasi dan pembangunan Kamboja. 3

Peran Indonesia Setelah Perundingan

Keberhasilan Indonesia menyelenggarakan Jakarta Informal Meeting ternyata mendapat


apresiasi dari Dewan Keamanan PBB. Seluruh anggota Dewan keamanan PBB menyetujui
upaya pembentukan pemerintahan transisi di Kamboja dengan membentuk United Nation
Transitional Authority in Cambodia(UNTAC) tanggal 28 Februari 1992 berdasarkan Resolusi
Dewan Keamanan PBB Nomor 745. Pasca pembentukan UNTAC, Indonesia mengambil
peran dengan mengirimkan pasukan Kontingen Garuda XII A – XII D yang terdiri 2.000
personil militer ataupun polisi untuk menjaga transisi pemerintahan di Kamboja.3

3
academia.edu,”makalah sejarah Jakarta Informal Meeting”

https://www.academia.edu › Makalah_Sejarah_Jakarta diakses tanggal 4 maret 2023.

7
Daftar Pustaka

Assrafy, A. (2019). Makalah Sejarah-Jakarta Informal Meeting. academia edu , 1-5.

Matroji. (1990). In Sejarah Indonesia Kelas XII (p. 161). Jakarta Timur: PT.BUMI AKSARA.

Susanto Zuhdi, dkk. (2016). Sejarah Indonesia Kelas XII KEMENDIKBUD RI 2018. Bandung: PT SARANA
PANCAKARYA NUSA.

Anda mungkin juga menyukai