Sejarah Peminatan
Nama kelompok:
● MUHAMAD ALPIN FIRMANSYAH
● MUHAMAD EKA ANANDA
● TIMOTHY ARDESTIAN PAKPAHAN
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca .
Makalah ini membahas tentang gerakan non blok dan dampaknya terhadap
kehidupan sosial,ekonomi dan politik begara berkembang. Untuk lebih jauh, penulis
akan jabarkan di dalam makalah ini.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harap kan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
1
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR ........................................................................................................ 1
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 3
A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan............................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................5
A. Gerakan Non Blok .............................................................................................................. 5
1. Sejarah Gerakan Non Blok.................................................................................................. 5
2. Tujuan Gerakan Non Blok.................................................................................................. 6
3. Prinsip Gerakan Non Blok.................................................................................................. 6
4. Tokoh Pemrakarsa Pendiri GNB......................................................................................... 7
5. Kegiatan GNB dan KTT...................................................................................................... 8
B. Dampak GNB terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi,dan Politik Negara Berkembang.... 10
1. Dampak GNB terhadap Kehidupan Ekonomi Negara berkembang.................................... 10
2. Dampak GNB terhadap Kehidupan Sosial Negara berkembang......................................... 10
3. Dampak GNB terhadap Kehidupan Politik Negara berkembang........................................ 10
C. Peran Bangsa Indonesia dalam GNB.................................................................................. 11
D. Upaya Mengatasi Masalah Negara Berkembang....................................................................11
BAB III PENUTUP............................................................................................................... 13
A.
Kesimpulan...........................................................................................................................13
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benih perang dingin mulai tumbuh pada masa Perang Dunia II (PD II). Keberhasilan pasukan
sekutu membebaskan negara-negara di Eropa dari pendudukan Jerman. tampaknya, Uni
Soviet harus berpacu dengan Sekutu agar memperoleh daerah pengaruh apabila PD II
berakhir. Masalah inilah yang menjadi pemicu keretakan antar negara-negara Eropa di bawah
pengaruh Amerika Serikat dan dibawah hegemoni Uni Soviet. Ketegangan semakin
berkembang setelah Uni Soviet menduduki negara-negara Baltik seperti Latvia, Estonia, dan
Lithuania, yang merupakan wilayah Polandia.
Meskipun diantara sejarawan belum mencapai kesepakatan tentang kapan dimulainya perang
dingin, namun kebanyakan berpendapat bahwa pertemuan para pemimpin Sekuti dan Uni
Soviet pada bulan Pebruari 1945 di konferensi Yalta adalah awal dari perang dingin. Perang
dingin adalah istilah yang merujuk pada persaingan yang berkembang setelah PD II, antara
negara kelompok komunis dan nonkomunis. Dalam konteks pengertian tersebut, negara
komunis seperti Uni Soviet beserta sekutunya disebut Blok Timur dan kelompok negara
demokrasi seperti Amerika Serikat dan aliansinya disebut Blok Barat. Pergulatan antara dua
kelompok itulah yang dinamakan perang dingin,karena tidak sampai menjadi “perang panas”
dalam skala yang luas. Seorang kolumnis bernama Walter Lipman mempopulerkan
pergulatan itu dengan istilah Cold War (Perang Dingin) dalam bukunya Cold War.
Perang dingin ditandai oleh sikap saling ketidakpercayaan, keurigaan dan kesalahpahaman
antara Blok Barat dan Blok Timur. Keadaan tersebut mendorong ketegangan kian bertambah
dan menjurus terjadinya Perang Dunia III. Amerika Serikat dituduh melakukan politik
imperialisme untuk memengaruhi dunia, sementara Uni Soviet dianggap melakukan
perluasan hegemoni atas negara-negara demokrasi melalui ideologi komunis.
Negara yang baru merdeka atau berkembang khawatir akan situasi seperti ini, untuk itu
mereka membentuk suatu kelompok yang tidak memihak pada Blok Barar maupun Blok
Timur
3
yang disebut dengan Gerakan Non Blok (GNB).Maka dari itu, kami memilih judul “Gerakan
Non Blok dan Dampaknya terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Politik Negara
berkembang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang dirumuskan adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah terjadinya peristiwa GNB?
2. Bagaimanakah dampak GNB pada negara berkembang terhadap kehidupan di bidang
sosial, ekonomi, dan politik?
3. Bagaimanakah peran bangsa Indonesia dalam GNB?
4. Bagaimana upaya mengatasi masalah di negara berkembang?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan tentang peristiwa GNB
2. Menjelaskan dampak dari peristiwa GNB terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan politik
di negara berkembang.
3. Menjelaskan peran yang dilakukan bangsa Indonesia dalam peristiwa GNB
4. menjelaskan upaya mengatasi masalah di negara berkembang.
4
BAB II PEMBAHASAN
Konverensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955 merupakan proses awal
terbentuknya Gerakan Non-Blok (GNB). KAA diselenggarakan pada tanggal 1824 April
1955 dan dihadiri oleh 29 kepala negara dan kepala pemerintah dari benua Asia dan Afrika
yang baru saja menapai kemerdekaannya. KAA ditujukan untuk mengidentifikasi dan
medalami masalah- masalah dunia waktu itu dan berupaya untuk menformulasikan kebijakan
bersama negara-negara baru tersebut pada tataran hubungan internasional.
KAA menyepakatu “Dasa Sila Bandung”yang dirumuskan sebagai prinsip-prinsip dasar bagi
penyelanggaraan hubungan dan kerjasama antar bangsa-bangsa. Sejak saat itu proses
pendirian GNB semakin mendekati kenyataan, dan dalam proses ini tokoh-tokoh yang
memegang peran kunci sejak awal adalah presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, Presiden
Indonesia Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito. Kelima tokoh dunia ini
kemudian dikenal sebagai pendiri GNB.
GNB berdiri saat diselenggarakannya konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I GNB di Beograd,
Yugoslavia 1-6 September 1961. KTT I GNB dihadiri oleh 25 negara yakni Afghanistan,
Algeria, Yeman, Myanmar, Cambodia, Srilanka, Cango, Cuba, Cyprus, Mesir, Ethiopia,
Ghana, Guinea, India , Indonesia, Iraq, Lebanon, Mali, Maroco, Nepal, Arab Saudi, Somalia,
Sudan, Suriah, Tunisia, Yugoslavia.
Dalam KTT I tersebut, negara-negara pendiri GNB ini berketepatan untuk mendirikan suatu
gerakan dan bukan suatu organisasi untuk menghindarkan diri dari implikasi birokratik dalam
membangun upaya bersama di antara mereka. Pada KTT I juga dijelaskan bahwa di GNB
tidak diarahkan pada suatu saran pasif dalam politik Internasional, tetapi untuk
memformulasikan posisi sendiri secara independen yang merefleksikan kepentingan negara-
negara anggotanya.
5
GNB menepati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia,karena Indonesia sejak awal
memiliki peran sentral dalam pendirian GNB. KAA tahun 1955 yang diselenggarakan di
Bandung dan menghasilkan Dasa Sila Bandung yang menjadi prinsip-prinsip utama GNB,
merupakan bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mengawali pendirian GNB.
Secara khusus, Presiden Soekarno juga diketahui sebagai tokoh penggagas dan pendiri GNB.
Indonesia menilai penting GNB tidak sekedar dari peran yang selama ini dikontribusikan,
tetapi lebih-lebih mengingat prinsip dan tujuan GNB merupakan refleksi dari perjuangan dan
tujuan kebangsaan Indonesi sebagaimana tertuang dalam UUD 1945.
2. Tujuan GNB
6
internasional, kebebasan atau kemerdekaan, serta hubungan antar bangsa dan negara yang
diperlukan untuk kesejahteraan hidup manusia.
GNB didirikan berdasarkan prinsip-prinsip dasar Dasa Sila Bandung. Substansi Dasa Sila
Bandung berisi tentang “pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerjasama
dunia”. Dasa Sila Bandung memasukkan prinsip-prinsip dalam piagam PBB dan prinsip
Nehru, yaitu sebagai berikut:
a. Menghormati hak-hak dasar manusia (HAM) dan tujuan serta asas-asas dalam piagam
PBB.
b. Menghargai kedaulatan dan integritas territorial semua bangsa.
c. Mengakui persamaan ras dan semua suku bangsa.
d. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan masalah pribadi negara lain.
e. Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara individual atau kolektif
sesuai dengan piagam PBB.
f. Tidak menggunakan peraturan diri pertahanan kolektif untuk bertidak dalam kepentingan
salah satu negara besar.
g. Tidak melakukan tekanan terhadap orang lain.
h. Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau penggunaan kekerasan terhadap
integritas territorial atas kemerdekaan politik suatu Negara.
i. Menyelesaikan segala konflik internasional dengan jalan damai, seperti perundingan,
persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hukum dengan cara damai lain menurut pilihan
pihak- pihak yang bersangkutan sesuai dengan piagam PBB.
j. Memajukan kepentingan bersama dengan kerjasama Internasional.
k. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban Internasional.
Tokoh yang dianggap sebagai pendiri GNB lebih dikenal dengan The Initiative Of Five yaitu:
a. Presiden Soekarno (Indonesia);
b. Presiden Yosep Broz Tito (Yugoslavia);
7
c. Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir);
d. Perdana Mentri Pandit Jawaharlal Nehru (India); dan
e. Perdana Menteri Kwame Nkrumah (Ghana).
8
g. KTT VII GNB (7-12 Maret 1983) di New Delhi, India. KTT ini menghasilkan seruan
dilaksanaknnya demokrasi tahta ekonomi yakni dihapuskan proteksonisme oleh negara maju.
h. KTT VIII GNB (1-6 September 1968) di Harane, Zimbabwe. KTT kali ini menghasilkan
seruan dihapuskannya politik Apartheid di Afrika Selatan serta membahas sengketa Irak Iran.
i. KTT IX GNB (1-6 September 1989) di Beograd, Yugoslavia. KTT yang dihadiri oleh 102
negara ini berhasil membahas kerjasama Selatan-selatan (antar negara berkembang).
j. KTT X GNB (1-6 September 1992) di Jakarta, Indonesia. KTT yang dihadiri oleh 108
negara ini berhasil merumuskan “Pesan Jakarta” (Jakarta Messege) antara lain berhasil
menggalang kerjasama Selatan-Selatan dan Utara Selatan.
k. KTT XI GNB (16-22 Oktober 1995) di Cartagena, Kolombia. KTT ini dihadiri oleh 113
negara yang bertujuan memperjuangkan demokratisasi di PBB.
l. KTT XII GNB (1-6 September 1998) di Durban, Afrika Selatan. KTT XII GNB ini dihadiri
oleh 113 negara yang bertujuan memperjuangkan demokratisasi di dalam hubungan
Internasional.
m. KTT XIII GNB (20-25 Pebruari 2003) di Kuala Lumpur, Malaysia. Resolusi KTT GNB
Kuala Lumpur antara lain berisi penolakan tiga negara Iran, Irak, dan Korea Utara, atas
sebutan sebagai proses kejahatan oleh Washington.
n. KTT XIV (11-16 September 2006) di Havana, Kuba. Menghasilkan deklarasi yang
mengutuk serangan Israel atas Lebanon, mendukung program nuklir Iran, mengkritik
kebijakan Negara Amerika Serikat, dan menyerukan kepada PBB agar lebih berpihak kepada
negara kecil dan brkembang.
o. KTT GNB XV (11-16 Juli 2009) di Sharm El-Sheikh, Mesir. Menghadirkan sebuah final
dokumen yang merupakan sikap, pandangan dan posisi GNB tentang semua isu dan
permasalahan Internasional dewasa ini. KTT ini menegaskan oerhatian GNB atas krisis
ekonomi dan moneter global, perlunya komunitas Internasional kembali pada komitmen
menjunjung prinsip-prinsip pada piagam PBB, hukum Internasional, peningkatan kerjasama
antar negara maju dan berkembang untuk mengatasi berbagai krisis.
p. KTT GNB XVI berakhir pada 31 Agustus 2012 dan menghasilkan berbagai kesepakatan
dalam sebuah deklarasi final, diantaranya : dukungan terhadap program nuklir sipil Iran,
penolakan
9
sanksi sepihak Amerika Serikat anti Iran, dukungan terhadap perjuangan bangsa Palestina,
memerangi Islamphobia, rasisme, dan permusuhan senjata nuklir.
Dalam KTT GNB mencari perdamaian yang berkelanjutan melalui pemerintah global dan
mewujudkan adanya rasa optimisme bahwa GNB dapat memainkan peran yang sangat
penting dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas. Pentingnya GNB terletak pada
kenyataan bahwa GNB merupakan gerakan Internasional terbesar kedua, setelah Perserikatan
Bangsa- bangsa (PBB)
10
C. Peran Indonesia dalam GNB
Indonesia sangat berperan penting dalam GNB, beberapa peran penting yang dilakukan
Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Presiden Soekarno adalah satu dari lima pemimpin dunia yang mendirikan GNB;
2. Indonesia menjadi pemimpin GNB pada tahun 1991. Saat itu, Presiden Soeharto terpilih
menjadi ketua GNB. Sebagai pemimpin GNB, Indonesia sukses menggelar KTT X GNB di
Jakarta;
3. Indonesia juga berperan penting dalam meredakan ketegangan di kawasan bekas
Yugoslavia pada tahun 1991.
GNB mempunyai arti yang khusus bagi bangsa Indonesia yang dapat dikatakan lahir sebagai
negara netral yang tidak memihak. Hal tersebut tercermin dalam pembukaan UUD 1945 yang
menyatakan bahwa “kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan”.
Selain itu, diamanatkan pula bahwa Indonesia ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sesuai dengan politik luar negeri yang
bebas aktif, Indonesia memilih untuk menentukan jalannya sendiri dalam upaya membantu
tercapainya perdamaian dunia dengan mengadakan persahabatan dengan seluruh bangsa.
Sebagai implementasi dari politik luar negeri yang bebas aktif itu, selain sebagai salah satu
negara pendiri GNB, Indonesia juga senantiasa setia dan komitmen pada prinsip-prinsip dan
aspirasi GNB. Pada masa itu, Indonesia telah berhasil membawa GNB untuk mampu
menentukan arah dan secara dinamis menyesuaikan diri pada setiap perubahan yang terjadi.
Meskipun negara-negara anggota GNB sendiri berupaya memegang teguh prinsip-prinsip dan
cita-cita yang dianut oleh GNB sebagaimana tertuang dalam Dasa Sila Bandung, namun
bukan berarti bahwa selama ini tidak ada masalah-masalah internal dalam GNB.Masalah-
masalah yang menonjol adalah adanya berbagai perselisihan yang terjadi diantara
negara-negara anggota GNB sendiri. Perselisihan itu, selain mengganggu suasana kerjasama
internal GNB,
11
adakalanya menghambat jalannya sidang-sidang GNB. Disadari pula adanya kesulitan dalam
mencapai kesepakatan untuk hal-hal tertentu yang disebabkan oleh penerapan prinsip
konsensus secar kaku.
Visi GNB untuk berperan dalam mendorong dunia yang lebih damai, stabil dan makmur
sebagaimana telah ditetapkan di Bali. Peran GNB dalam menciptakan tata kelola global yang
efektif dalam menciptakan perdamaian dan keamanan dunia.
GNB harus mendukung peran dan kapasitas Dewan Keamanan PBB dalam menyelesaikan
konflik, menciptakan perdamaian dan mencegah potensi konflik. GNB harus dapat
mendorong terbangunnya institusi demokrasi, kebebasan, perdamaian, moderasi serta
kemakmuran dapat berjalan dan tumbuh berkembang secara bersama.
Pentingnya GNB untuk membangun institusi demokrasi yang memungkinkan dibangunnya
pembangunan politik yang sesuai dengan aspirasi dan kehendak rakyat. Pembangunan global
harus adil, tidak boleh ada satu negarapun yang tertinggal. Kemakmuran harus menjadi milik
semua negara dan masyarakat di seluruh penjuru dunia.
Dalam bidang ekonomi, selama menjadi ketua GNB, Indonesia juga secara konsisten telah
mengupayakan pemecahan masalah hutang luar negeri negara-negara miskin dan
pembangunan mengenai penyelesaian hutang luar negeri.
12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
13