Anda di halaman 1dari 23

KEBIJAKAN LINGKUNGAN

DALAM KONTEKS HAK DAN


KEWAJIBAN MASYARAKAT
UNTUK BERPERAN SERTA
DALAM PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
TUGAS MATA KULIAH HUKUM LINGKUNGAN

Di buat oleh
Nama : GUNANSYAH
NIM : 21168013

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, rahmat dan pertolonganNya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah
dengan judul “Kebijakan Lingkungan Dalam Konteks Hak Dan Kewajiban
Masyarakat Untuk Berperan Serta Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup” yang
telah Penulis susun.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan tugas mata Kuliah
Hukum Lingkungan dalam program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Negeri
Padang, penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
yang perlu diperbaiki, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kebaikan makalah ini, dan akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan membawa berkat bagi kita semua

Jambi, 29 Sepember 2021

Gunansyah
21168013

1|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………….. i


DAFTAR ISI……………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….. 1
A. Latar Belakang ………………………………………………… 3
B. Rumusan Masalah…………………………………………….. 6
C. Maksud dan Tujuan…………………………………………… 6

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………… 7
A. Pengertian Lingkungan Hidup……………………………….. 7
B. Masalah Lingkungan Hidup di Indonesia Dan Solusinya….. 8
C. Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup ……………………………………………… 11
D. Upaya Peningkatan Peran Serta Masyarakat………………… 17

BAB III PENUTUP…….……………………………………………….. 20


A. Kesimpulan……………………………………………………… 20
B. Saran……………………………………………………………. 20

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………...

2|Page
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan


kerusakan dan pencemaran serta pemulihan kualitas lingkungan telah menuntut
dikembangkannya berbagai perangkat kebijakan dan program serta kegiatan
yang didukung oleh sistem pendukung pengelolaan lingkungan lainnya. Sistem
tersebut mencakup kemantapan kelembagaan, sumberdaya manusia dan
kemitraan lingkungan, disamping perangkat hukum dan perundangan,
tersedianya informasi serta pendanaan. Sifat keterkaitan (interdependensi) dan
keseluruhan (holistik) dari esensi lingkungan telah membawa konsekuensi bahwa
pengelolaan lingkungan, termasuk sistem pendukungnya tidak dapat berdiri
sendiri, akan tetapi terintegrasikan dari semua elemen baik pemerintah hingga
masyarakat dan kita sebagai individu.
Sebagai bagian dari sebuah negara maka manusia atau individu
merupakan warga negara. Di negara Indonesia lingkungan hidup yang baik dan
sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Untuk menjalankan apa yang telah diamanatkan dalam
Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut
pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat telah beberapa kali
mengundangkan undang-undang mengenai pengelolaan lingkungan hidup :
1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan;
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan;
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Hal-hal yang melatarbelakangi pembuatan Undang - undang tersebut


diantaranya adalah pembangunan ekonomi nasional yang diselenggarakan
berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Pada kenyataannya bahwa pemanasan global yang semakin meningkat
mengakibatkan perubahan iklim sehingga memperparah penurunan kualitas
lingkungan hidup karena itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, bahwa agar lebih menjamin kepastian hukum dan memberikan
perlindungan terhadap hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat sebagai bagian dari perlindungan terhadap keseluruhan
ekosistem, maka dengan demikian, peran serta masyarakat menjadi sesuatu

3|Page
yang mutlak dalam kerangka menciptakan lingkungan hidup yang sehat. Makna
kesehatan tidak semata secara fisik dengan lingkungan yang baik. Lebih dari itu
kesehatan fisik sebagai akibat lingkungan yang baik merupakan prasyarat
sehatnya jiwa yang tentunya merupakan aset sumber daya manusia yang sangat
mendasar dan penting.
Sekarang masalah lingkungan tidak lagi dapat dikatakan sebagai masalah
yang semata-mata bersifat alami, karena manusia memberikan faktor penyebab
yang sangat signifikan secara variabel bagi peristiwa-peristiwa lingkungan. Tidak
bisa disangkal bahwa masalah-masalah lingkungan yang lahir dan berkembang
karena faktor manusia jauh lebih besar dan rumit (complicated) dibandingkan
dengan faktor alam itu sendiri. Manusia dengan berbagai dimensinya, terutama
dengan faktor mobilitas pertumbuhannya, akal pikiran dengan segala
perkembangan aspek-aspek kebudayaannya, dan begitu juga dengan faktor
proses masa atau zaman yang mengubah karakter dan pandangan manusia,
merupakan faktor yang lebih tepat dikaitkan kepada masalah-masalah
lingkungan hidup, oleh karena itu, persoalan-persoalan lingkunganm seperti
krusakan sumber-daya alam, penyusutan cadangan-cadangan hutan,
musnahnya berbagai spesies hayati, erosi, banjir, bahkan jenis-jenis penyakit
yang berkembang terakhir ini, diyakini merupakan gejala-gejala negatif yang
secara dominan bersumber dari faktor manusia itu sendiri. jadi, beralasan jika
dikatakan, di mana ada masalah lingkungan maka di situ ada manusia.
Kondisi lingkungan hidup yang sehat dan baik, merupakan salah satu
kebutuhan asasi bagi setiap masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia.
Kebutuhan tersebut dijamin dalam konstitusi, Pasal 28H UUDNRI 1945.1 Lebih
lanjut dalam Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang
Hak Asasi Manusia, menegaskan: “setiap orang berhak atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat”.2 Pengelolaan lingkungan hidup yang kurang arif dan
bijaksana, akan menurunkan kualitas lingkungan hidup, demikian pula
sebaliknya, pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan secara baik dan
bijaksana, maka akan berdampak pada peningkatan kualitas lingkungan hidup.
Pentingnya pengelolaan lingkungan hidup secara baik dan bijaksana adalah
dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development).
Pembangunan nasional berkelanjutan pada prinsipnya merupakan konsep
pembangunan yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan generasi masa
sekarang tanpa harus mengorbankan hak-hak pemenuhan kebutuhan generasai
masa mendatang.3 Sehingga perlu pengelolaan dan perlindungan lingkungan
hidup yang menjamin adanya keberlanjutan pembangunan untuk pemenuhan
kebutuhan generasi masa mendatang. Tanggung jawab perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dewasa ini bukan semata-mata menjadi tanggung
jawab pemerintah atau negara saja. Pelibatan atau partisipasi masyarakat mutlak

4|Page
diperlukan dalam menjaga dan mengawasi lingkungan hidup agar dapat lebih
baik dan lebih sehat.
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan, maka salah satu
cara yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 dalam pasal 70
adalah dengan mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Pasal ini menguraikan beberapa peran yang bisa
dilakukan oleh masyarakat, diantaranya pengawasan sosial, memberikan saran
pendapat, usul, keberatan, pengaduan serta menyampaikan informasi dan atau
laporan. Dengan demikian, secara normatif UUPPLH sudah sejalan dengan atau
telah mengadopsi Prinsip 10 Deklarasi Rio 1992 yang menekankan pentingnya
peran serta masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.2
Lothar Gundling, sebagaimana dirujuk dari Koesnadi Hardjasoemantri,
telah mengemukakan beberapa manfaat dari adanya peran serta masyarakat
dalam pengelolaan lingkungan hidup yaitu: memberikan informasi kepada
pemerintah, meningkatkan kesediaan masyarakat untuk menerima keputusan
pemerintah, mencegah terjadinya pengajuan gugatan oleh masyarakat dan
mendemokratisasikan pengambilan keputusan. Di samping itu, untuk melindungi
kepentingan masayarakat, pasal 66 Undang-Undang 32 tahun 2009 memberikan
suatu garansi terhadap peran serta masyarakat bahwa setiap orang yang
memperjuangkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak dapat
dituntut secara pidana maupun digugat secara perdata.
Menurut Abdul Gani, salah satu instrument yang memadai adalah hukum
dengan berbagai macam bentuk perundang-undangan. Dalam hal ini instrumen
hukum yang diinginkan adalah hukum ya ng mampu memi liki
ketanggapan sosial, kepekaan terhadap kebijaksanaan (policy) negara
yang dijadikan bagi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, tangguh
berhadapan dengan setiap upaya penyalagunaan kekuaaan yang lazimnya
dilakukan aparat birokrasi, dan siap melindungi hak-hak dan hak manusia rakyat
Indoenesia, (Aboel Gani : 1990 : 87).
Keterbukaan pemerintah yang dimaksud adalah keterbukaan dalam
prosedur yang meliputi 3 aspek penting yakni:
a) Kewajiban pemerintah untuk memberikan informasi;
b) kemungkinan peran serta masyarakat dalam mengambil keputusan dan
c) pengumaman keputusan pemerintah. Masyarakat memiliki hak dan
kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Masyarakat juga berhak
mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk kepentingan dirinya sendiri
dan/atau untuk kepentingan masyarakat apabila mengalami kerugian akibat
pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup (Pasal 91 UU PPLH).

5|Page
B. Rumusan masalah
1. Pecemaran lingkungan hidup yang terjadi serta solusinya.
2. Peran serta masyarakat dalam implementasi mengatasi kerusakan
lingkungan hidup menjadi factor penting keberhasilan pemulihan
lingkungan hidup.

C. Maksud dan tujuan


1. Memberikan pemahaman bahwa peran serta masyarakat merupakan
factor penting dalam menjaga dan mengurangi serta mengatasi masalah
lingkungan hidup terjadi.
2. Meningkatkan peran serta masyrarakat dalam pengelolaan lingkungan
hidup.

6|Page
BAB II
Pembahasan

A. Pengertian Lingkungan Hidup

Pengertian lingkungan hidup tidak dapat dipisahkan dari ekologi, ekosistem


dan daya dukung lingkungan. Istilah ekologi pertama kali digunakan oleh Haeckel
di tahun 1860-an. Menurut Soemarwoto (1994: 22), bahwa istilah ekologi berasal
dari bahasa Yunani, yaitu eikos yang berarti rumah dan logos berarti ilmu. Oleh
karena itu, secara harfiah ekologi berarti tentang mahluk hidup dalam rumahnya
atau dapat diartikan juga sebagai ilmu tentang rumah tangga mahluk hidup.
Istilah ekologi saat ini semakin populer, karena bila terjadi
kerusakan/pencemaran lingkungan, maka pikiran seketika tertuju pada persoalan
ekologi. Ekologi menyatakan bahwa persoalan ekologi yang terjadi karena
kecenderungan manusia memisahkan masalah lingkungan hidup dengan
manusia itu sendiri.
Selanjutnya menurut Soerjani (1987: 2):
“Ekologi adalah ilmu dasar untuk mempertanyakan, menyelidiki, dan
memahami bagaimana alam bekerja, bagaimana keberadaan mahluk hidup
dalam sistem kehidupan, apa yang mereka perlukan dari habitatnya untuk dapat
melangsungkan kehidupannya, bagaimana dengan melakukan semuanya itu
dengan komponen lain dan spesies lain, bagaimana individu dalam spesies itu
beradaptasi, bagaimana mahluk hidup itu menghadapi keterbatasan dan harus
toleran terhadap berbagai perubahan, bagaimana individu-individu dalam spesies
itu mengalami pertumbuhan sebagai bagian dari suatu populasi atau komunitas.
Semuanya ini berlangsung dalam suatu proses yang mengikuti tatanan, prinsip
dan ketentuan alam yang rumit, tetapi cukup teratur, yang dengan ekologi kita
memahaminya.”

Ekosistem merupakan salah satu komponen yang juga mempunyai hubungan


yang erat dengan ekologi. Hubungan antara manusia dengan lingkungan
sekitarnya terjalin sangat erat. Manusia merupakan bagian dari lingkungan itu
sendiri. Manusia hidup dengan manusia yang lain serta makhluk-makhluk yang
lain secara berkelompok membentuk sebuah ekosistem. Ekosistem adalah
kesatuan makhluk dalam suatu daerah tertentu (abiotic community) di mana di
dalamnya tinggal suatu komposisi organisme hidup (biotic community) yang di

7|Page
antara keduanya terjalin suatu interaksi yang harmonis dan stabil, terutama
dalam jalinan bentuk-bentuk sumber energi kehidupan.
Menurut Soemarwoto (1994:23):
“Bahwa suatu konsep sentral dalam ekologi ialah ekosistem., yaitu suatu
sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara mahluk hidup
dengan lingkungannya.”

Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup dan tidak hidup yang berinteraksi
membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan terjadi oleh arus antara
komponen dalam ekosistem itu. Masing-masing komponen itu mempunyai fungsi.
Selama masing-masing komponen itu melakukan fungsinya dan bekerja dengan
baik, keteraturan ekosistem itu terjaga (Soemarwoto, 1994: 24).

B. Masalah Lingkungan Hidup di Indonesia Dan Solusinya


Permasalahan lingkungan hidup saat ini memang menjadi problem yang
paling sering terjadi di lingkungan Indonesia. Permasalahan lingkungan ini bisa
disebabkan oleh ciri-ciri manusia sebagai makhluk ekonomi dari beberapa hal,
mulai dari faktor alam atau faktor dari manusia nya sendiri. Kebanyakan dari
permasalahan ini terkadang belum memiliki solusi untuk mengatasinya. Sehingga
menyebabkan kerusakan-kerusakan alam dan lingkungan terus saja terjadi.
Berikut ini beberapa permasalahan lingkungan hidup yang ada di Indonesia serta
solusi yang tepat untuk mengatasinya, yaitu ;
1. Permasalahan Sungai Yang Tercemar
 Limbah industri yang terkandung berbagai zmacam zat kimia di dalamnya.
 Limbah domestik, seperti limbah rumah tangga yang secara sengaja
dibuang ke sungai.
 Limbah pertanian.
Untuk mengatasi permasalahan ini, tentu saja dibutuhkan kerja sama antara
pihak pemerintah, masyarakat, serta pelaku-pelaku industri. Pihak pemerintah
wajib untuk memberlakukan aturan bentuk penyimpangan sosial baik bagi
industri atau masyarakat agar jangan sampai membuang limbah di sungai.
Masyarakat pun harus sadar mengenai pentingnya air sungai untuk
kehidupan. Selain itu, pihak pemerintah juga perlu mengatur pembuangan
yang baik agar limbah-limbah industri tak mengalir ke sungai-sungai
setempat.

2. Kerusakan Hutan
Masalah lainnya yang cukup besar di Indonesia adalah mengenai kerusakan
hutan. Mulai dari penebangan liar, penggundulan hutan, hingga baru-baru ini
terjadi yaitu pembakaran hutan menjadi penyebab dari kerusakan hutan yang
ada. Tentu saja jika hal ini dibiarkan terus menerus, akan menyebabkan

8|Page
berkurangnya kawasan hutan di Indonesia yang berakibat pada
ketidakstabilan ekosistem.
Untuk mengatasi kerusakan hutan ini, ada beberapa solusi yang bisa
dilakukan diataranya yaitu :
 solusi untuk jangka pendeknya tentu saja adalah penegakan hukum
yang harus dilakukan. Hal ini sangat penting untuk mencegah kegiatan
ilegal logging, dan hal hal lainnya.
 Kegiatan pembangunan yang dilakukan perlu memperhatikan
lingkungan setempat.
 Penanaman kembali hutan hutan yang telah rusak.

3. Banjir
Fenomena ini sudah sering terjadi di Indonesia, bahkan di kota-kota besar
sendiri pun sudah menjadi aktivitas rutin yang harus dihadapi. Bahkan tak
hanya pada musim hujan, pada musim kemarau sekalipun banjir bisa saja
terjadi beberapa wilayah. Hal ini dikarenakan perkembangan wilayah
Indonesia yang menyebabkan sistem pembuangan air yang salah dan tidak
adanya penjagaan pada daerah aliran sungai. Untuk mengatasi ini,
pentingnya peran pemerintah yang mengelola pembuangan air agar tak
menjadi masalah di kemudian harinya. Selain itu, peran aktif dan kesadaran
masyarakat mengenai pentingnya menjaga lingkungan sangat dibutuhkan.

4. Abrasi
Kegiatan-kegiatan seperti pengambilan pasir pantai, karang, serta perusakan
hutan-hutan bakau menjadi penyebab abrasi yang nantinya berkaitan dengan
kerusakan laut dan pantai.
Tentu saja jika dibiarkan terus menerus, maka kelestarian laut dan pantai di
Indonesia semakin berkurang. Apalagi wilayah Indonesia sebagaian besar
merupakan lautan, untuk mengatasi hal ini, berikut beberapa solusi yang
perlu diterapkan :
 Pemerintah menerapkan reklamasi pantai untuk menanam kembali
hutan bakau si sekitar area pantai.
 Menerapkan aturan yang ketat mengenai pengambilan batu-batu
karang.
 Larangan tentang penggunaan bahan peledak untuk mencari ikan.

5. Pencemaran Udara
Seiring dengan perkembangan jaman, semakin banyak industri dan
transportasi yang ada saat ini. Meskipun hal ini merupakan sebuah kemajuan,
namun nyatanya memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan karena
menyebabkan terjadi pencemaran udara. Hal ini berpengaruh pada faktor
penghambat perubahan sosial budaya terhadap pasokan udara bersih yang

9|Page
semakin berkurang. Untuk mengatasi hal ini, berikut solusi yang bisa
dilakukan.
 Peran Pemerintah yang aktif menggalakkan penanaman pohon.
 Mengurangi emisi atau pembuangan gas dengan cara memilih bahan
industri yang aman untuk lingkungan.
 Pemasangan filter pada cerobong asap pabrik-pabrik.
 Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.

6. Menurunnya Keanekaragaman Hayati

Dampak lanjutan dari kerusakan hutan tersebut bisa menjadi penyebab


menurunnya keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia. Bahkan tak
hanya itu saja, banyak sekali alat komunikasi zaman sekarang menjadi
informasi pengambilan flora dan fauna ilegal yang dijadikan sebagai barang
jual beli membuat hewan dan tumbuhan Indonesia menjadi berkurang bahkan
punah. Solusinya adalah:
 Program untuk penangkaran satwa liar.
 Konservasi in-situ dan konservasi ex-situ.
 Memperluas habitat untuk satwa-satwa liar.
 Peningkatan SDM
 Penyuluhan mengenai penangkaran satwa Indonesia secara intensif.

7. Pencemaran Tanah
Tak hanya air dan udara saja yang dapat tercemar, namun tanah juga bisa
tercemar dengan bahan-bahan yang dapat merusak kualitas tanah.
Permasalahan lingkungan hidup Biasanya hal ini terjadi akibat pengambilan
tambang yang berlebihan, pembuangan sampah-sampah yang sulit diuraikan,
dan masih banyak lainnya. Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan usaha
pelestarian tanah dan hutan melalui tata guna lahan, peraturan mengenai
TPTI (Tebang Pilih Tanam Indonesia), reboisasi, serta pengolahan sampah
agar dapat terurai dengan baik.

8. Permasalahan Sampah Yang Menumpuk


Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penduduk, membuat tingkat konsumsi
meningkat dan akhirnya membuat jumlah sampah semakin banyak
permasalahan hukum di Indonesia meningkat. Hal ini lah yang menjadi
permasalahan di Indonesia, karena belum adanya solusi untuk
menganggulanginya. Hal ini tentunya membuat lingkungan menjadi kotor dan
tentu saja merugikan lingkungan, solusi yang bisa dilakukan:
 Membuat tempat pembuangan sampah terpadu, yang lokasinya agak
jauh dari pemukiman warga.
 Penerapan 4R yaitu Replace, reduce, reuse, serta recycle.
 Membuat tempat sampah terpisah antara organik dan anorganik.

10 | P a g e
9. Rusaknya Ekosistem Laut
Pengambilan ikan yang masih menggunakan bahan kimia dan bahan peledak
masih menjadi tradisi bagi beberapa nelayan di Indonesia. Tentu saja ini
merusak ekosistem laut, termasuk terumbu karang. Seperti yang adan
ketahui sendiri, terumbu karang menjadi potensi alam di Indonesia. Untuk
mengatasi ini, pentingnya peran pemerintah untuk mengetatkan peraturan
mengenai larangan pemakaian peledak dan bahan kimia.

10. Pencemaran Air Tanah


Masalah lainnya yang sering terjadi di Indonesia adalah pencemaran air
tanah. Masalah ini seringkali tentu saja menyebabkan berbagai jenis biota air
menjadi rusak, mengancam kesehatan penduduk di sekitar sumber air, banjir,
langkanya air bersih, dan masih banyak lainnya. Untuk mengatasinya, berikut
ini solusi yang bisa dilakukan.
 Membatasi limbah yang bisa mencemari air tanah
 Mengawasi masyarakat serta lembaga-lembaga untuk menjaga
sumber air.
 Pelaksanaan undang-undang lingkungan hidup

11. Pemanasan Global


Masalah ini sepertinya tak hanya terjadi di Indonesia saja, namun juga di
berbagai negaranegara di dunia. Bahkan dampak pemanasan global sudah
mulai terlihat di daerah kutub yang mulai mencair sehingga menyebabkan
ketidak seimbangan lingkungan. Untuk mengatasi pemanasan global, tentu
saja anda harus mengurangi penggunaan gas-gas kimia yang bisa merusak
lapisan ozon dan atmosfer seperti gas freon yang ada pada AC atau
pendingin udara.

12. Berkurangnya Daerah Resapan Air


Pembangunan yang semakin meningkat di kota-kota besar membuat daerah
resapan air menjadi berkurang. Hal ini tentu saja membuat banjir menjadi
keragaman suku bangsa dan budaya sering melanda daerah-daerah tersebut.
Untuk itu pentingnya peran pemerintah untuk menganggulangi
pembangunan-pembangunan agar tak mengurangi daerah resapan air.

C. Peran Serta Masyarakat dalam Pencegahan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup

Suatu proses yang melibatkan masyarakat umumnya dikenal sebagai peran


serta masyarakat, yaitu proses komunikasi dua arah yang berlangsung terus-
menerus untuk meningkatkan pengertian masyarakat secara penuh atas suatu
proses kegiatan, dimana masalah-masalah dan kebutuhan lingkungan sedang

11 | P a g e
dianalisa. Begitu luasnya pengertian dan pemahaman peran serta masyarakat
dalam pengelolaan lingkungan, sehingga menimbulkan beraneka ragam
penafsiran, yang sering kali penafsiran pihak yang kuatlah yang timbul dan
mereduksi peran serta yang bermakna (meaningfull participation). Dari sudut
terminologi peran serta masyarakat dapat diartikan sebagai suatu cara
melakukan interaksi antara dua kelompok; Kelompok yang selama ini tidak
diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan (non-elite) dan kelompok
yang selama ini melakukan pengambilan keputusan (elite). Banyak yang
memandang peran serta masyarakat sematamata sebagai penyampaian
informasi (public information), penyuluhan, bahkan sekedar alat public relation
agar kegiatan tersebut dapat berjalan tanpa hambatan. Karenanya, peran serta
masyarakat tidak saja digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, tetapi
juga digunakan sebagai tujuan dalam membentuk karakter manusia yang peduli
terhadap lingkungan sehingga dapat menjaga dan melindungi lingkungan di
sekitarnya.
Dalam peran serta masyarakat dengan pola hubungan konsultatif antara
pihak pengambil keputusan dengan kelompok masyarakat yang berkepentingan
beserta anggota masyarakat lainnya yang mempunyai hak untuk didengar
pendapatnya dan untuk diberi tahu, dimana keputusan terakhir tetap berada di
tangan pembuat keputusan tersebut. Sedang dalam konteks peran serta
masyarakat yang bersifat kemitraan, pembuat keputusan dan anggota
masyarakat merupakan mitra yang relatif sejajar kedudukannya. Mereka
bersama-sama membahas masalah, mencari alternatif pemecahan masalah dan
membahas keputusan. Selain itu penyertaan masyarakat juga akan memberikan
informasi yang berharga kepada para pengambil keputusan, peran serta
masyarakat juga akan mereduksi kemungkinan penolakan masyarakat untuk
menerima keputusan. Pemberian akses atas informasi tentang pengelolaan
lingkungan juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aspek peran serta
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.

1. Peran Serta Masyarakat sebagai suatu Kebijakan


Penganut paham ini berpendapat bahwa peran serta masyarakat merupakan
suatu kebijaksanaan yang tepat dan baik untuk dilaksanakan. Paham ini
dilandasi oleh suatu pemahaman bahwa masyarakat yang potensial
dikorbankan atau terkorbankan oleh suatu proyek pembangunan memiliki hak
untuk dikonsultasikan (right to be consulted).

2. Peran Serta Masyarakat sebagai Strategi


Penganut paham ini mendalilkan bahwa peran serta masyarakat merupakan
strategi untuk mendapatkan dukungan masyarakat (public support). Pendapat
ini didasarkan kepada suatu paham bahwa bila masyarakat merasa memiliki
akses terhadap pengambilan keputusan dan kepedulian masyarakat pada

12 | P a g e
tiap tingkatan pengambilan keputusan didokumentasikan dengan baik, maka
keputusan tersebut akan memiliki kredibilitas.

3. Peran Serta Masyarakat sebagai Alat Komunikasi


Peran serta masyarakat didayagunakan sebagai alat untuk mendapatkan
masukan berupa informasi dalam proses pengambilan keputusan. Persepsi
ini dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa pemerintah dirancang untuk
melayani masyarakat, sehingga pandangan dan preferensi dari masyarakat
tersebut adalah masukan yang bernilai guna mewujudkan keputusan yang
responsif.

4. Peran Serta Masyarakat sebagai Alat Penyelesaian Sengketa


Dalam konteks ini peran serta masyarakat didayagunakan sebagai suatu cara
untuk mengurangi atau meredakan konflik melalui usaha pencapaian
konsensus dari pendapat-pendapat yang ada. Asumsi yang melandasi
persepsi ini adalah bertukar pikiran dan pandangan dapat meningkatkan
pengertian dan toleransi serta mengurangi rasa ketidakpercayaan (misstrust)
dan kerancuan (biasess).

5. Peran Serta Masyarakat sebagai Terapi


Menurut persepsi ini, peran serta masyarakat dilakukan sebagai upaya untuk
"mengobati" masalah-masalah psikologis masyarakat seperti halnya
perasaan ketidak berdayaan (sense of powerlessness), tidak percaya diri dan
perasaan bahwa diri mereka bukan komponen penting dalam masyarakat.
6. Penegakan Hukum
Dengan diberlakukannya Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diharapkan bahwa
penggunaan sumber daya alam harus selaras, serasi, dan seimbang dengan
fungsi lingkungan hidup. Sebagai konsekuensinya, kebijakan, rencana,
dan/atau program pembangunan harus dijiwai oleh kewajiban melakukan
pelestarian lingkungan hidup dan mewujudkan tujuan pembangunan
berkelanjutan. Penegakan hukum pidana dalam Undang-Undang 32 Tahun
2009 ini memperkenalkan ancaman hukuman minimum di samping
maksimum, perluasan alat bukti, pemidanaan bagi pelanggaran baku mutu,
keterpaduan penegakan hukum pidana, dan pengaturan tindak pidana
korporasi. Penegakan hukum pidana lingkungan tetap memperhatikan azas
ultimum remedium yang mewajibkan penerapan penegakan hukum pidana
sebagai upaya terakhir setelah penerapan penegakan hukum administrasi
dianggap tidak berhasil. Penerapan asas ultimum remedium ini hanya berlaku
bagi tindak pidana formil tertentu, yaitu penindakan terhadap pelanggaran
baku mutu air limbah, emisi, dan gangguan. Dalam pelaksanaan penegakkan
hukum yang terdapat dalam Undang-Undang ini meliputi prinsip-prinsip
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan pada tata
kelola pemerintahan yang baik karena dalam setiap proses perumusan dan

13 | P a g e
penerapan instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup serta penanggulangan dan penegakan hukum mewajibkan
pengintegrasian aspek transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan keadilan.
Melalui Peraturan Perundangan ini juga, Pemerintah memberi kewenangan
yang sangat luas kepada pemerintah daerah dalam melakukan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah masing-masing yang tidak diatur
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Pengambil keputusan, peran serta masyarakat juga akan
mereduksi kemungkinan penolakan masyarakat untuk menerima keputusan.
Pemberian akses atas informasi tentang pengelolaan lingkungan juga
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aspek peran serta masyarakat
dalam pengelolaan lingkungan hidup.

7. Kegunaan Peran Serta Masyarakat


Tujuan dari peran serta masyarakat sejak tahap perencanaan adalah untuk
menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna dari warga negara dan
masyarakat yang berkepentingan (public interest) dalam rangka
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan lingkungan (Canter, 1977).
Karena dengan melibatkan masyarakat yang potensial terkena dampak
kegiatan dan kelompok kepentingan (interest groups), para pengambil
keputusan dapat menangkap pandangan, kebutuhan dan pengharapan dari
masyarakat dan kelompok tersebut dan menuangkannya ke dalam konsep.
Pandangan dan reaksi masyarakat itu, sebaliknya akan menolong pengambil
keputusan untuk menentukan prioritas, kepentingan dan arah yang positif dari
berbagai factor.
Proses peran serta masyarakat haruslah terbuka untuk umum, peran serta
masyarakat akan mempengaruhi kredibilitas (accountability) badan yang
bersangkutan. Dengan cara mendokumentasikan perbuatan keputusan badan
negara ini, sehingga mampu menyediakan sarana yang memuaskan jika
masyarakat dan bahkan pengadilan merasa perlu melakukan pemeriksaan
atas pertimbangan yang telah diambil ketika membuat keputusan tersebut.
Yang pada akhirnya akan dapat memaksa adanya tanggung jawab dari
badan negara tersebut atas kegiatan yang dilakukannya.
Perlunya peran serta msyarakat telah pula diungkapkan oleh Prof.Koesnadi
Hardjasoemantri (1990) bahwa selain itu memberikan informasi yang
berharga kepada para pengambil keputusan, peran serta masyarakat akan
mereduksi kemungkinan kesediaan masyarakat untuk menerima keputusan.
Selanjutnya, peran serta masyarakat akan membantu perlindungan hukum.
Bila suatu keputusan akhir diambil dengan memperhatikan keberatan-
keberatan yang diajukan, maka akan memperkecil kemungkinan pengajuan
perkara ke pengadilan. Karena masih ada alternatif pemecahan yang dapat
diambil sebelum sampai pada keputusan akhir.
Terhadap hal di atas, Hardjasoemantri melihat perlu dipenuhinya syarat-
syarat berikut agar peran serta masyarakat menjadi efektif dan berdaya guna:

14 | P a g e
1) Pemastian penerimaan informasi dengan mewajibkan pemrakarsa
kegiatan mengumumkan rencana kegiatannya.
2) Informasi Lintas-batas (transfortier information); mengingat masalah
lingkungan tidak mengenal batas wilayah yang dibuat manusia, maka
ada kemungkinan kerusakan lingkungan di satu daerah akan pula
mempengaruhi propinsi atau negara tetangga. Sehingga pertukaran
informasi dan pengawasan yang melibatkan daerah-daerah terkait
menjadi penting;
3) Informasi tepat waktu (timely information); suatu proses peran serta
masyarakat yang efektif memerlukan informasi yang sedini dan seteliti
mungkin, sebelum keputusan terakhir diambil. Sehingga, masih ada
kesempatan untuk memeprtimbangkan dan mengusulkan altenatif-
alternatif pilihan;
4) Informasi yang lengkap dan menyeluruh (comprehensive information);
walau isi dari suatu informasi akan berbeda tergantumg keperluan
bentuk kegiatan yang direncanakan, tetapi pada intinya informasi itu
haruslah menjabarkan rencana kegiatan secara rinci termasuk
alternatif-alternatif lain yang dapat diambil
5) Informasi yang dapat dipahami (comprehensive information); seringkali
pengambilan keputusan di bidang lingkungan meliputi masalah yang
rumit, kompleks dan bersifat teknis ilmiah, sehingga haruslah
diusahakan informasi tersebut mudah dipahami oleh masyarakat
awam. Metode yang sering digunakan adalah kewajiban untuk
membuat uraian singkat atas kegiatan yang dilakukan.

8. Menuju masyarakat yang lebih bertanggung jawab;


Kesempatan untuk berperan serta dalam kegiatan publik, akan memaksa
orang yang bersangkutan untuk membuka cakrawala pikirannya dan
mempertimbangkan kepentingan publik (Mill 1990). Sehingga orang tersebut
tidak semata-mata memikirkan kepentingannya sendiri, tetapi akan lebih
memiliki sifat bertanggung jawab dengan mempertimbangkan kepentingan
bersama.

9. Mengeliminir perasaan terasing


Dengan turut aktifnya berperan serta dalam suatu kegiatan, seseorang tidak
akan merasa terasing. Karena dengan berperan serta akan meningkatkan
perasaan dalam seseorang bahwa ia merupakan bagian dari masyarakat.

10. Menimbulkan dukungan dan penerimaan dari rencana pemerintah


Ketika seseorang langsung terlibat dalam proses pengambilan keputusan
yang akan mempengaruhi kehidupannya, mereka cenderung akan
mempunyai kepercayaan dan menerima hasil akhir dari keputusan itu. Jadi,
program peran serta masyarakat menambah legitimasi dan kredibilitas dari

15 | P a g e
proses perencanaan kebijakan publik. Serta menambah kepercayaan publik
atas proses politik yang dijalankan para pengambil keputusan.

11. Menciptakan kesadaran politik


John Stuart Mill (1963) berpendapat bahwa peran serta pada tingkat lokal,
dimana pendidikan nyata dari peran serta terjadi, seseorang akan "belajar
demokrasi". Ia mencatat bahwa orang tidaklah belajar membaca atau menulis
dengan kata-kata semata, tetapi dengan melakukannya. Jadi, hanya dengan
terus berpraktek pemerintahan dalam skala kecil akan membuat masyarakat
belajar bagaimana mempraktekkannya dalam lingkup yang lebih besar lagi.

12. Keputusan dari hasil peran serta mencerminkan kebutuhan dan keinginan
masyarakat;
Menurut Verba dan Nie (1972) bahwa melalui peran serta masyarakat
distribusi yang lebih adil atas keuntungan pembangunan akan didapat, karena
rentang kepentingan yang luas tercakup dalam proses pengambilan
keputusan.

13. Menjadi sumber dari informasi yang berguna;


Masyarakat sekitar, dalam keadaan tertentu akan menjadi "pakar" yang baik
karena belajar dari pengalaman atau karena pengetahuan yang didapatnya
dari kegiatan sehari-hari. Keunikan dari peran serta adalah masyarakat dapat
mewakili pengetahuan lokal yang berharga yang belum tentu dimiliki oleh
pakar lainnya, sehingga pengetahuan itu haruslah termuat dalam proses
pembuatan keputusan.

14. Merupakan komitmen sistem demokrasi;


Program peran serta msyarakat membuka kemungkinan meningkatnya akses
masyarakat ke dalam proses pembuatan keputusan (Devitt, 1974).

15. Peran Serta Masyarakat dalam Peraturan Perundang-undangan Lingkungan


di Indonesia
Rahardjo (1989) melihat pemerintah merupakan agen utama dalam segenap
kegiatan masyarakat, termasuk pembangunan dan pengelolaan lingkungan
hidup. Ini berarti pemerintahlah yang bertanggung jawab terhadap
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan itu. Dalam konteks ini,
sinyalemen diatas menjadi nyata, ketika pada akhirnya peran serta
masyarakat hanyalah merupakan proses tarik-menarik antara pemerintah dan
pihak masyarakat. Dimana masyarakat hanyalah mampu untuk mencari
ruang gerak peran serta masyarakat yang telah 'diciptakan' pemerintah.
Sejalan dengan hal diatas, berikut akan dicoba digali ruang gerak peran serta
masyarakat dalam beberapa peraturan perundang-undangan lingkungan
yang ada di Indonesia.

16 | P a g e
16. Peran Serta Masyarakat dalam Komisi
Hadirnya, para pakar, wakil Pusat Studi lingkungan (PSL) dan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) dalam komisi dipercayai sebagai cermin
kesertaan masyarakat. Dan LSM, karena gaya kerja grass-root-nya
diasumsikan cukup handal untuk "mendampingi" masyrakat korban dampak
lingkungan. Kombinasi berbagai kekuatan diatas, dharapkan membawa
wawasan baru dalam keputusan Komisi.
Skenario diatas mestinya sangat logis dan tak perlu diperdebatkan. Hanya
saja, bila dicermati mekanisme Komisi terkesan sangat elitis; dan karenanya
kaum awam diluar Komisi hampir tak punya peluang untuk mempersoalkan
keputusan-keputusan Komisi. Posisi minoritas dan keanggotaan yang bersifat
tidak tetap dari wakil LSM dan masyarakat korban, semakin menempatkan
keikutsrtaan masyarakat dalam posisi yang bersifat diperdebatkan.
Kedudukan sebagai minoritas secara hipotesis akan menyurutkan daya tekan
mereka dalam pengambilan keputusan. Keadaan ini semakin diperparah oleh
rendahnya derajat pemahaman terhadap masalah lingkungan. LSM, sialnya,
dipandang punya kapasitas untuk memahami masalah yang ada, sementara
realitas menunjukkan hal sebaliknya: hanya sedikit manusia pada segelintir
LSM yang punya pengetahuan dan kepedulian tentang lingkungan. Secara
umum, ada keengganan LSM, atau boleh jadi ketidakmampuan, untuk sedikit
peduli dan menekuni Amdal sebagai alternatif cara peningkatan keikutsertaan
masyarakat. Sejumlah kasus mengkonfirmasi bahwa LSM cenderung
menempuh "jalan lain" dalam gerakan penyadaran lingkungan ketimbang
menggarap perannya dalam Komisi Amdal secara lebih serius. Penunututan
ke Pengadilan (kasus Walhi vs. PT.IIU), boikot (kasus Tapak - Semarang),
kombinasi tekanan LSM nasional dan internasional (kasus Scott Paper di Irian
Jaya) dan melobi ke negara-negara donor (kasus Kedungombo - Jawa
Tengah) sekedar contoh soal yang masih segar dalam ingatan kita.

D. Upaya Peningkatan Peran Serta Masyarakat


Upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan
peran masyarakat dalam upaya pencegahan dan pengelolaan lingkungan hidup
antara lain :

1. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan.


Kemandirian dan keberdayaan masyarakat merupakan prasyarat untuk
menumbuhkan kemampaun masyarakat sebagai pelaku
dalampengelolaan lingkungan hidup bersama dengan pemerintah dan
pelaku pembangunan lainnya.

2. Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat


Meningkatnya kemampuan dan kepeloporan masyarakat akan
meningkatkan efektifitas peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
hidup.

17 | P a g e
3. Menumbuhkan ketanggagapan masyarakat untuk melakukan pengawasan
sosial;
Meningkatnya ketanggapsegeraan masyarakat akan semakin menurunkan
kemungkinan timbulnya dampak negatif dan akan meningkatkan
kecepatan pemberian informasi tentang suatu masalah lingkungan hidup
sehingga dapat segera ditindaklanjuti.

4. Memberikan saran pendapat;

5. Menyampaikan informasi dan atau laporan;


Sungguhpun masalah lingkungan hidup sudah terdapat lama di tanah
air kita, namun penanganannya menurut pendekatan ekosistem tergolong
masih baru. Sedangkan kunci berhasilnya program pengembangan
lingkungan hidup berada di tangan manusia dan masyarakat. Karena itu
sangat penting menumbuhkan pengertian, penghayatan dan motivasi di
kalangan masyarakat untuk ikut serta dalam mengembangkan lingkungan
hidup. Adapun upaya nyata yang bisa dilakukan untuk meningkatkan peran
serta masyarakat ini adalah :

a) Mengembangkan pengertian dan penghayatan kesadaran lingkungan


melalui pendidikan formal dan non formal.
b) Mengajak serta kelompok-kelompok masyarakat untuk ikut serta dalam
gerakan pengembangan lingkungan hidup seperti :

1. Pimpinan agama, bertolak dari fikiran bahwa peestarian dan


penggunaan sumber daya alam pemberian Tuhan merupakan
bagian dari ajaran agama;
2. Wanita, berdasarkan pengamatan bahwa wanita merupakan
kelompok mayoritas (51%) darijumlah penduduk Indonesia dan
terlibat sehari-hari dalam lingkungan rumah tangga,lingkungan
pemukiman dan lingkungan sosial.
3. Pemuda, sebagai generasiyang mewarisi lingkungan hidupdan
sumber dayaalam di masa depan yang paling berkepentingan
dengan kelestarian sumber daya alam. Sekaligus penglibatan
diri pemuda dalam pengembangan lingkungan merupakan pula
unsur pendidikan luar sekolah untuk menumbuhkan kecintaan
pada tanah air dan semangat patriotieme.
4. Wartawan dan komentator lainnya untuk dapat menjadi
pembawa pesan, penggerak dan motivator serta sikap hidup
dengan nilai-nilai pelestarian lingkungan di masyarakat.
5. Organisasi masyarakat lainnya yang bergerak di bidang
lingkungan dan secara sukarela melibatkan diri dalam
pengembangan lingkungan.

18 | P a g e
Dalam peran serta masyarakat dengan pola hubungan konsultatif
antara pihak pengambil keputusan dengan kelompok masyarakat yang
berkepentingan beserta anggota masyarakat lainnya yang mempunyai hak
untuk didengar pendapatnya dan untuk diberi tahu, dimana keputusan
terakhir tetap berada di tangan pembuat keputusan tersebut. Sedang dalam
konteks peran serta masyarakat yang bersifat kemitraan, pembuat keputusan
dan anggota masyarakat merupakan mitra yang relatif sejajar kedudukannya.
Mereka bersama-sama membahas masalah, mencari alternatif pemecahan
masalah dan membahas keputusan. Selain itu penyertaan masyarakat akan
juga memberikan informasi yang berharga kepada para pengambil
keputusan, peran serta masyarakat juga akan mereduksi kemungkinan
penolakan masyarakat untuk menerima keputusan. Pemberian akses atas
informasi tentang pengelolaan lingkungan juga merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari aspek peran serta masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan hidup.

19 | P a g e
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Permasalahan lingkungan hidup yang sudah terjadi merupakan
permasalahan bersama, maka seluruh elemen di negara ini harus terlibat
terutama peran serta masyarakat sebagai ujung tombak dalam pencegahan
kerusakan serta pengelolaan lingkungan hidup.
Sungguhpun masalah lingkungan hidup sudah terdapat lama di tanah air
kita, namun penanganannya menurut pendekatan ekosistem tergolong masih
baru. Sedangkan kunci berhasilnya program pengembangan lingkungan hidup
berada di tangan manusia dan masyarakat. Karena itu sangat penting
menumbuhkan pengertian, penghayatan dan motivasi di kalangan masyarakat
untuk ikut serta dalam mengembangkan lingkungan hidup.
Adapun upaya nyata yang bisa dilakukan untuk meningkatkan peran serta
masyarakat ini adalah :
a) Mengembangkan pengertian dan penghayatan kesadaran lingkungan
melalui pendidikan formal dan non formal.
b) Mengajak serta kelompok-kelompok masyarakat untuk ikut serta
dalam gerakan pengembangan lingkungan hidup.

B. Saran

Kesadaran dalam menjaga, mencegah dan pengelolaan lingkungan hidup


adalah factor utama keberhasilan dalam upayanya untuk melestarikan
lingkungan hidup, sehingg tercipta pembangunan yang berkelanjutan seimbang
tidak mengutamakan ekonomi diantara permasalahan social dan ekologi.
Kesadaran peduli terhadap lingkungan hidup harus dimulai dari diri sendiri dan
kita sebagai bagian dari masyarakat, maka peran serta masyarakat harus terus
di tingkatkan dengan program pemerintah yang sudah ada serta saling
mengingatkan satu sama lain tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup
untuk generasi penerus bangsa.
20 | P a g e
Daftar Pustaka

1. Kadek Cahya Susila Wibawa, 2019, Mengembangkan Partisipasi


Masyarakat Dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Untuk Pembangunan Berkelanjutan.
2. Widia Edorita, Peran Serta Masyarakat Terhadap Lingkungan Menurut Uu
No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
3. Lusiana Tijow, 2018, Kebijakan Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup Di
Indonesia.
4. Lalu Sabardi, 2014, Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
5. Ekawaty, Reni, dkk. 2018. Telaahan Daya Dukung Dan Daya Tampung
Lingkungan dalam Pengelolaan Kawasan Daerah Aliran Sungai di
Indonesia, 2(2): 30-40. Journal of Applied Agricultural Science and
Technology
6. Fatimah, Endrawati, dkk. 2014. Pedoman Daya Dukung dan Daya
Tampung Lingkungan Hidup Perkotaan. Jakarta : Kementrian Lingkungan
Hidup.
7. Hasan, Achmad. 2006. Dampak Penggunaan Klorin. Jakarta : Badan
Pengkajian dan Penerapan teknologi.
8. Iwaco dan Waseco, 1990. West Java Provincial Water Sources Master
Plan forWater Supply – Volume A: Groundwater Resources, Project Report
of Cooperative Work between The Government of Indonesia and The
Government of Netherlands
9. Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, edisi kelima,
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1999
10. Leden Marpaung, Tindak Pidana Lingkungan Hidup dan Masalah
Preverensinya, Jakarta: Sinar Grafika, 1997
11. Mas Achmad Santosa, Good Governance dan Hukum Lingkungan, ICEL,
2001
12. Muhammad Taufik Makarao, Aspek-aspek HukumLingkungan, Jakarta:
Indeks, 2006

21 | P a g e
13. N.H.T Siahaan, Ekologi Pembangunan dan Hukum Tata Lingkungan,
Jakarta: Erlangga, 1987
14. Aline Jaeckel, 2015, An Environmental Management Strategy for the
International Seabed Authority? The Legal Basis.
15. Panel Joanna Centab Małgorzata Grodzińska Dan Jurczakaagatapietrzyk
Kaszyńskaa, 2014, Emerging Multilevel Environmental Governance – A
Case Of Public Participation In Poland.
16. Suriansyah Murhaini, 2015, Aspek Sosiologis Peran Serta Masyarakat
Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

22 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai